• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PERILAKU KONSUMEN WANITA DILIHAT DARI PANDANGAN ETIKA KONSUMSI DALAM ISLAM. (Study Kasus Konsumsi Pakaian Mahasiswa Ekonomi Syariah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PERILAKU KONSUMEN WANITA DILIHAT DARI PANDANGAN ETIKA KONSUMSI DALAM ISLAM. (Study Kasus Konsumsi Pakaian Mahasiswa Ekonomi Syariah"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PANDANGAN ETIKA KONSUMSI DALAM ISLAM

(Study Kasus Konsumsi Pakaian Mahasiswa Ekonomi Syariah

IAIN Metro Angkatan 2015)

Oleh : ANA NILASARI

NPM. 13102184

Fakultas: Ekonomi Dan Bisnis Islam Jurusan : Ekonomi Syariah (ESY)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO TAHUN 1440 H/2019 M

(2)

ii

PANDANGAN ETIKA KONSUMSI DALAM ISLAM

(Study kasus konsumsi pakaian mahasiswa ekonomi syariah

IAIN Metro Angkatan 2015)

Diajukan Untuk memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Skripsi

Oleh: ANA NILASARI

NPM. 13102184

Pembibing I : Drs. H.A. Jamil,M.Sy Pembibing II : Selvia Nuriasari, M.E.I

Fakultas: Ekonomi Dan Bisnis Islam Jurusan : Ekonomi Syariah (ESY)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) METRO TAHUN 1440 H / 2019 M

(3)
(4)
(5)

v

IAIN Metro Angkatan 2015)

Abstrak:

Oleh

ANA NILASARI

Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk maupun jasa. Sedangkan konsumsi adalah kegiatan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu barang, dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan. Konsumsi dalam pandangan etika dalam Islam itu ada 6, diantaranya adalah tauhid, adil, kehendak bebas, amanah, halal dan sederhana, agar terhindar dari konsumsi secara berlebih-lebihan pada suatu barang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku konsumsi mahasiswi IAIN metro jurusan esy angkatan 2015 dilihat dari pandangan etika konsumsi dalam Islam. Manfaat penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi masyarakat khususnya mahasiswi dalam bermu’amalah, untuk menjalankan konsumsi yang sesuai dengan etika konsumsi dalam Islam.

Penelitian ini bersifat deskripti kualitatif yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang keadaan yang sedang terjadi. Tehnik analisis penelitian kualitatifini dilakukan dengan cara menguraikan, merinci kedalam kalimat-kalimat sehingga dapat menarik kesimpulan sebagai jawaban dari permaslahan. Metode berfikir dalam penelitian ini adalah metodeberfikir induktif yaitu menarik kesimpulan dengan kenyataan yang bersifat khusus kemudian peneliti simpulkan menjadi kesimpulan yang umum.

Berdasarkan analisis data, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa perilaku konsumsi mahasiswi IAIN metro jurusan esy angkatan 2015 belum sesuai dengan etika konsumsi dalam Islam. Hal ini dikarenakan masih banyak mahasiswi yang membeli barang tidak menggunakan pertimbangan atas kebutuhannya melainkan karena keinginannya saja, juga masih adanya mahasiswi yang membeli barang karena ingin mendapatkan pengakuan sosial dan juga karena ingin mengikuti trend jaman sekarang. Akan tetapi, semua responden yang telah diteliti menyadari pentingnya berhemat dan mengindari penggunaan barang yang kurang bermanfaat.

(6)
(7)

vii

ََنيِذَّلاَو اَذِإ اوُقَفْ نَأ ََْل اوُفِرْسُي ََْلَو اوُرُ تْقَ ي ََناَكَو ََْيَ ب ََكِلََٰذ َ ماَوَ ق

Artinya : ”Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian”. (Q.S Al-Furqon : 67)

(8)

viii

Dengan hati yang tulus dan penuh rasa kasih sayang yang tiada terkira kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan sebagai bukti rasa syukur, skripsi ini di persembahkan kepada:

 Kedua orang tuaku tercinta, Ibu Sumilah dan Ayah Sogini yang telah berjuang, berkorban untuk memberikan yang terbaik dan tak henti-hentinya memberikan semangat dengan penuh kasih sayang serta dukungan dan do’a.

 Suamiku Rudi Andi Wibowo dan Adikku, Khoirul Sofi’i serta anakku Atharva Rafisqy Mekka yang selalu memberiku semangat.

 Sahabat-sahabat satu perjuangan,Luluk Nurjannah , Dewi Eka Wati, Ervina Sindy, Lilik Martin Utami, Nurul khoiriyah, Wiwin Amiani yang selalu memberikan warna seindah pelangi dalam kehidupanku.

 Almamaterku yang memberiku tempat dan kesempatan untuk belajar dan mengetahui banyak ilmu.

(9)

ix

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

Penulisan Tugas Skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Study Ekonomi Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Negeri Islam (IAIN) Metro guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

Dalam upaya menyelesaikan Skripsi ini, penulis telah memperoleh banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Ennizar, M.Ag Rektor Institut Agama Negeri Islam (IAIN) Metro.

2. Ibu Dr. Widhiya Ninsiana,M.Hum selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

3. Bapak Drs. H.A. Jamil,M.Sy selaku pembimbing I dan Ibu Selvia Nuriasari, M.E.I selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu ditengah-tengah kesibukan beliau untuk membimbingan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas Skripsi ini.

4. Seluruh dosen serta segenap Civitas Akademika Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Negeri Islam (IAIN) Metro.

(10)
(11)

xi

Halaman Judul ... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Halaman Pengesahan ... iv

Abstrak ... v

Halaman Orisinalitas Penelitian ... vi

Halaman Motto ... vii

Halaman Persembahan ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Penelitian Relevan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Konsumen ... 9

1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 9

2. Faktor-Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen……… 10

(12)

xii

1. Pengertian Konsumsi Dalam Islam ... 16

2. Perilaku Konsumen Muslim... 19

3. Tujuan Konsumsi Dalam Islam ... 20

4. Prinsip-prinsip Konsumsi Dalam Islam... 21

5. Etika Konsumsi Dalam Islam ... 22

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian ... 24

B. Sumber Data ... 25

C. Teknik Pengumpulan Data ... 27

D. Teknik Analisa Data ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil IAIN Metro ... 30

B. Hasil Penelitian ... 35

1. Perilaku Konsumen Wanita Dilihat Dari Pandangan Etika Konsumsi Dalam Islam ... 35

2. Pembahasan ... 42 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 50 B. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perilaku konsumen merupakan perilaku yang diperlihatkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.1

Menurut pendapat lain, Solomon mengemukakan bahwa Perilaku konsumen mempelajari mengenai segala hal tentang bagaimana proses yang terjadi pada saat konsumen memilih, membeli, menggunakan atau membuang suatu produk jasa, ide, ataupun untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen itu sendiri. 2

Berbicara mengenai konsumsi tidak akan terlepas dari pemakainya, baik itu dari segi fashion. Dalam hal ini fashion salah satunya adalah baju. Baju merupakan kebutuhan bagi setiap orang, baik itu dari kalangan wanita maupun laki-laki, dari yang kecil sampai yang tua.

Termasuk salah satunya mahasiswi IAIN metro angkatan 2015. Menurut salah satu sumber mengatakan bahwa selain pakaian sebagai kebutuhan yang penting, pakaian juga sebagai penunjang penampilan saat

1Vinna Sri Yuniarti, Perilaku Konsumen Teori Dan Praktek, Cet 1, ( Bandung: Pustaka Setia, 2015), h.46

2 Donni Juni Priansa, Perilaku Konsumen Dalam Persaingan Bisnis Kontemporer, ( Bandung: ALFABETA), h.61-62

(14)

berada diarea kampus. Beberapa lainnya juga berpendapat selain sebagai penunjang juga dapat membangkitkan kepercayaaan diri mereka. Namun selain itu ada pula yang mengatakan bahwa mereka membeli pakaian tersebut karena model dan bentuknya yang unik sehingga mereka membelinya. Hal tersebut dilakukannya hampir berulang-ulang, sehingga pakaian yang belum tentu penting untuk digunakan mereka dapatkan. Hal tersebut mereka lakukan karena tergiur akan iklan yang beredar dan juga tidak ingin ketinggalan mode dari teman sebayanya.

Perilaku konsumsi yang seperti itu tidak mencerminkan perilaku konsumsi yang secara Islami. Konsumsi yang Islami itu selalu berpedoman dengan ajaran syariat Islam.

Ada beberapa karakteristik konsumsi dalam Islam, diantaranya:

1. Konsumsi bukanlah aktivitas tanpa batas, melainkan juga dibatasi oleh sifat kehalalan dan keharaman yang telah digariskan oleh syara’. 2. Konsumen yang rasional, senantiasa membelanjakan pendapatan pada

berbagai jenis barang yang sesuai kebutuhan jasmani dan rohani. 3. Menjaga keseimbangan konsumsi dengan bergerak antara ambang

batas bawah dan ambang batas atas dari ruang gerak konsumsi yang diperbolehkan dalam ekonomi Islam.

(15)

4. Memperhatikan prioritas konsumsi antara daruriyat, hajiyat dan ,takmiliyat.3

Di samping itu, perilaku konsumsi dalam pandangan etika konsumsi dalam Islam seorang muslim dituntut untuk bersikap sederhana tidak berlebih-lebihan dan tidak boros, menyesuaikan kebutuhan dan keinginan dengan anggaran yang ada. Islam menganjurkan pemanfaatan konsumsi bukan hanya untuk pemenuhan duniawi saja, tetapi menyeimbangkan kebutuhan untuk kehidupan akhirat kelak, dengan cara selalu bersyukur dan tidak meninggalkan ibadah demi kebutuhan duniawi. Hal ini menjadi prinsip utama bagi seorang muslim dalam kegiatan konsumsi.

Al-Qur’an memberikan petunjuk mengenai konsumsi yang dideskripsikan secara jelas mengenai penggunaan barang-barang yang baik dan bermanfaat serta melarang adanya pemborosan dan pengeluaran terhadap hal-hal yang tidak penting. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-a’araaf/7:31:

يِنَبَي

ز او ذُخ َمَد ا َء

ُمْلا ُبِحُيَلا ُهَّنِآ اوُفِرْسُت َلاَواْوُبَرْشاَو اوُلُك َو ِدِجْسَم ٌلُك َدْنِع مُكَتَن

ََنِفِرْس

Artinya: “Wahai anak cucu Adam. Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap(memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”.4

3Halim,analisis konsep konsumsi dalam pandangan ekonomi Islam dan ekonomi konvensional, h.41-43. Dikutip oleh abd. ghafur

(16)

Perilaku konsumsi mahasiswa yang berbeda, dari segi kebutuhan serta cara pemenuhannya, membuat banyak kesenjangan diantara mahasiswa yang satu dengan yang lainnya,sehingga terjadi sebuah persaingan antar mahasiswa. Tidak terkecuali mahasiswi IAIN Metro.

Prasurvey telah dilakukan oleh penulis dengan menggunakan metode wawancara dengan beberapa mahasiswi IAIN Metro wawancara dengan Fika, dalam memenuhi kebutuhan pakaian terutama di kalangan mahasiswa seringkali cenderung konsumtif, dan kurang memperhatikan prioritas kebutuhan yang seharusnya diutamakan,seperti kebutuhan mahasiswa akan peralatan kuliah seperti laptop ataupun buku-buku sebagai penunjang belajar dikampus,akan tetapi menurutnya juga pakaian dan juga tas maupun sepatu yang merupakan kebutuhan primer menunjang dalam prestasi belajar hal ini dikarenakan jurusan yang di pilih dalam prodi ekonomi syariah untuk berpakaian rapi dengan tujuan mereka yang akhirnya akan berkonsentrasi dalam belajar. Akan tetapi dalam hal membelanjakan uang seringkali membeli sesuatu yang hanya merupakan keinginan bahkan bisa dikatakan berlebihan bukan berdasarkan prioritas kebutuhan.5

Berdasarkan hasil wawancara di atas, jelas menununjukkan bahwa mahasiswa membelanjakan uang masih kurang memperhatikan manfaaat dan membeli sesuatu karena keinginan bukan karena kebutuhan. Padahal pada umumnya mahasiswi tersebut, masih bergantung terhadap orang

(17)

tuanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, seperti tempat kost,makan, bayar kuliah, uang bensin dan lain sebagianya.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti ini berusaha mengetahui lebih jauh tentang perilaku konsumen wanita dilihat dari pandangan etika konsumsi dalam Islam, dalam hal ini perilaku konsumsi secara Islam dan peneliti tertarik mengkaji lebih dalam tentang pola konsumsi mahasiswi IAIN Metro, serta alasan yang melatar belakangi kegiatan konsumsi tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana perilaku konsumen wanita dilihat dari pandangan etika konsumsi dalam Islam (studi pada kosumsi pakaian mahasiswi ekonomi syariah IAIN Metro Angkatan 2015)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahn di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku konsumsen wanita(mahasiswi) IAIN Metro angkatan 2015

(18)

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai perilaku konsumen wanita dilihat dari pandangan etika konsumsi dalam Islam..

b. Manfaat Praktis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi mahasiswi sebagai konsumen muslim. Terutama yang berkaitan dengan perilaku konsumen wanita dalam pandangan Islam study kasus mahasisiwi IAIN metro angkatan 2015.

3. Penelitian Relevan

Bagian ini memuat uraian secara sistematis mengenai hasil penelitian terdahulu (prior research) tentang persoalan yang akan dikaji. Peneliti mengemukakan dan menunjukkan dengan tegas bahwa masalah yang akan dibahas belum pernah diteliti sebelumnya. Untuk itu tinjauan kritis terhadap kajian terdahulu perlu dilakukan dalam bagian ini. Sehingga dapat ditentukan dimana posisi penelitian yang akan berada.

Penjelasan pengertian di atas merupakan acuan bagi peneliti untuk mengutip skripsi yang terkait dengan permasalahan yang akan di teliti, sehingga akan terlihat dari sisi mana peneliti dalam membuat suatu karya ilmiah. Di samping itu, akan terlihat suatu perbedaan tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing pihak.

(19)

Penelitian sebelumnya, ada beberapa skripsi yang penulis temukan pada referensi perpustakaan IAIN Metro. Pertama, skripsi yang berjudul”Pengaruh Pengambilan Mata Kuliah Ekonomi Islam Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam” penelitian kuantitatif tersebut bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pengambilan mata kuliah ekonomi Islam terhadap pola konsumsi mahasiswa prodi ekonomi islam itu sendiri.6

Kedua, skripsi yang berjudul”Perilaku Konsumtif Masyarakat Muslim Persepektif Islam Study Kasus Dusun III Braja Sakti Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur”penelitian kualitatif tersebut bertujuan terhadap perilaku konsumtif masyarakt desa Braja Sakti Kec.Way Jepara.7

Ketiga, skripsi yang berjudul “faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen terhadap pilihan kebutuhan atau keinginan”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa faktor apa saja yang mempengaruhi seorang konsumen untuk memutuskan pembelian suatu produk.8 Berdasarkan beberapa penelitian yang telah penulis gambarkan tersebut di atas, terdapat beberapa kesamaan mengenai

6 Muhammad Mujib.”pengaruh pengambilan mata kuliah ekonomi islam terhadap perilaku konsumsi mahasiswa prodi ekonomi islam “,skripsi ,(metro: perpustakaan stain jurai

siwo metro,2006)

7 Muhammad Nur mustaqim.”perilaku konsumtif masyarakat muslim persepektif islam study kasus dusun III desa braja sakti kecamatan way jepara kabupaten lampung timur”,

skripsi ,(metro: perpustakaan stain jurai siwo metro,2010)

8 Ferdy Rian Permana.”faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen terhadap pilihan kebutuhan atau keinginan”. skripsi ,(metro: perpustakaan stain jurai siwo metro,2010)

(20)

perilaku konsumen, sedangkan yang menjadi perbedaan penelitian sebelumnya dengan peneliti lakukan terletak pada fokus penelitian. Fokus penelitian lebih ditujukan kepada mahasiswi IAIN metro.

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Perilaku Konsumen

1. Pengertian Perilaku Konsumen

Pengertian perilaku konsumen dilihat dari beberapa pendapat yaitu sebagai berikut:

a. Menurut loudon dan Della Bitta, perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu, yang semuanya melibatkan individu dalam nilai, mendapatkan, manggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa. 9

b. Dalam pengertian lain, Menurut Ebert dan Griffin, perilaku konsumenadalah upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.10

c. Menurut Schiffman dan Kanuk dalam bukunya Ristiyanti Prasetijo, perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan,mengevaluasi dan bertindak pasca konsumsi produk ,jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya.11

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan perilaku yang ditunjukkan melalui

9Vinna Sri Yuniarti, Perilaku Konsumen Teori Dan Praktek,(Bandung: Pustaka Setia,2015),h.46

10 Ibid, Vinna Sri Yuniarti, h.47

11Ristiyanti Prasetijo, John J.O.I Ihalauw, Perilaku Konsumen,Edisi 1,(Yogyakarta: ANDI),h.9

(22)

pencarian, pembelian, penggunaan, pengevaluasian, dan penetapan produk atau jasa yang mereka harapkan dapat memuaskan

kebutuhan mereka.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut J. Supranti dan nanda limakrisna, ada sebuah faktor eksternal dan internal12. Faktor tersebut sebagai berikut:

a. Faktor Lingkungan Eksternal

1) Budaya, merupakan penentu yang mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Faktor budaya merupakan suatu kompleksitas dari makna nilai norma dan tradisi yang dipelajari dan dibagi oleh anggota masyarakat. Jadi, perilaku konsumen sangat ditentukan oleh kebudayaan yang melingkupinya, dan pengaruhnya akan selalu berubah setiap waktunya sesuai dengn kemajuan zaman dari masyarakat tersebut. Dan perilaku manusia cenderung menyerap adat kebiasaan kebudayaannya.

2) Kelas sosial dapat diartikan suatu kelompok terdiri dari sejumlah orang yang mempunyai kedudukan yang seimbang, dapat juga diartikan sebagai tingkatan kelas setiap konsumen13.

b. Faktor Lingkungan Internal 1) Faktor Pribadi

Dalam faktor pribadi menurut Nugraha J. Setiadi memiliki beberapa komponen yaitu :

12 J. Supranto, Perilaku Konsumen Dan Strategi Pemasaran (Untuk Memenangkan Persaingan Bisnis), Edisi 2, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011) h. 17

13Anwar Prabu Mangkunegara, Perilaku Konsumen, (Bandung: Refika Aditama, 2009), h. 41

(23)

a) Umur dan tahapan siklus hidup. Tahapan siklus hidup biasanya mengalami perubahan pada saat mereka menjadi kehidupannya.

b) Keadaan ekonomi, yang dimaksud keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatannya, stabilitasnya, dan polanya), kemampuan meminjam dan sikapnya terhadap pengeluaran. c) Gaya hidup, merupakan pola hidup yang diekspresikan oleh

kegiatan, minat dan pendapat sesesorang.

d) Kepribadian, merupakan pola sifat individu yang dapat menentukan tanggapan dan cara untuk bertingkah laku terutama sebagaimana tingkah lakunya dapat dijelaskan oleh orang lain dengan cara yang cukup konsisten14.

Berdasarkan uraian diatas faktor pribadi menjadi tiang terbentuknya perilaku seseorang konsumen lingkungan, sehingga akan mempengaruhi keputusan konsumen dalam untuk mengambil sebuah keputusan. Kepribadian merupakan suatu variabel yang sangat berguna untuk menganalisis perilaku konsumen. Dalam hal ini perilaku konsumen mahasiswi IAIN metro angkatan 2015.

2) Faktor psikologi

Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, serta kepercayaan dan pendirian.

14 Nugraha J. Setiadi, Perilaku Konsumen Edisi Revisi, (Jakarta : Kencana Praneda Media Group, 2010) h.12

(24)

a) Motivasi

Seseorang mempunyai banyak kebutuhan pada setiap waktu tertentu. Suatu kebutuhan menjadi motif bila telah mencapai tingkat intensitas yang cukup. Suatu motif (dorongan ) adalah suatu kebutuhan yang cukup untuk mendorong seseorang untuk bertindak.

b) Persepsi

Prosese bagaimana seseorang meyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Persepsi tidak hanya tergantung pada stimulasi fisik tetapi juga pada stimulasi yang berhubunngan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu tersebut.

c) Pengetahuan

Ketika orang bertindak mereka elajar mengenai pengetahuan menjelaskan perubahan dalam prilaku suatu individu yang berasal dari pengalaman.

d) Kepercayaan dan sikap pendirian

Suatu kepercayaan adalah pikiran deskriptif yang dianut seseorang mengenai suatu hal. Elalui bertindak dan belajar orang-orang memperoleh kpercayaan dan pendirian. Hal-hal ini kemudian mempengaruhi perilaku pembelian mereka15 Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang pada akhirnya mereka menjadi seorang konsumen bahkan konsumtif dalam memanfaatkan barang atupun jasa.

15 Philip Kothler, Manajemen Pemasaran Di Indonesi,(Jakarta : Salemba Empat, 1999) edisi pertama, h 238-243

(25)

3. Konsumen wanita

Konsumen didefinisikan sebagai setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk lain dan tidak untuk diperdagangkan.16 Sedangkan wanita adalah adalah perempuan dewasa.17

Berdasakan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa konsumen wanita adalah perempuan dewasa yang berperan sebagai pemakai atau pengguna baik itu berupa barang maupun jasa.

4. Perilaku Konsumtif

Menurut Anggasari, perilaku konsumtif adalah tindakan membeli barang yang kurang atau tidak diperhitungkan sehingga sifatnya menjadi berlebihan.18 Perilaku konsumtif merupakan kecenderungan manusia untuk melakukan konsumsi tiada batas, membeli sesuatu berlebihan atau secara tidak terencana. Terbentuknya perilaku konsumtif pada remaja dipengaruhi beberapa factor. Pada banyak kasus, perilaku konsumtif ini tidak berdasarkan kebutuhan, tetapi didorong oleh hasrat dan keinginan. Pergeseran perilaku konsumen tidak lagi untuk memenuhi kebutuhan tetapi berdasarkan motivasi untuk mendapatkan suatu sensasi, tantangan, kegembiraan, sosialisasi dan menghilangkan stress. Selain itu memberikan pengetahuan baru tentang perkembangan trend dan model baru serta menemukan barang yang baik dan bernilai bagi dirinya. 19

16Muhammad Djakfar, Etika Bisnis,Cet 1, (Jakarta : Penebar Plus), h.141 17https://kbbi.web.id/wanita, diunduh pada tanggal 20 oktober 2018 18 Vinna Sri Yuniarti, Perilaku Konsumen Teori Dan Praktik, (Bandung: Pustaka Setia,November 2015), h. 31.

19 Imawati I,dkk, Pengaruh Financial Literacy Terhadap Perilaku Konsumtif Remaja Pada Program IPS SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2012/2012.2013;2(1).48-58, Dikutip Oleh Regina C.M. Chita,dkk,Hubungan Antara Self-Control Dengan Perilaku Konsumtif Online Shopping Produk Fashion Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Ratulangi angkatan 2011, Jurnal

(26)

Dari pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa perilaku konsumtif adalah suatu pola hidup seseorang dalam kehidupannya sehari-hari yang berlebihan sehinngga hal tersebut menjadi suatu kebiasaan yang biasa di sebut pemborosan.

5. Indikator Perilaku Konsumtif

Sumartono mengemukakan bahwa aspek-aspek sikap konsumtif merupakan indikator perilaku konsumtif. Adapun indikator perilaku konsumtif tersebut yaitu:

a. Pembelian secara impulsif. Pembelian barang yang semata-mata hanya didasari oleh hasrat yang tiba-tiba atau keinginan sesaat tanpa melalui pertimbangan dan perencanaan serta keputusan dilakukan ditempat pembelian.

b. Pembelian secara tidak rasional. pembelian yang lebih didasari oleh sifat emosional karena adanya dorongan untuk mengikuti orang lain atau juga berbeda dengan orang lain serta adanya perasaan bangga.

c. Pemborosan. Pembelian yang lebih mengutamakan keingina dari pada kebutuhan sehingga menyebabkan seseorang mengeluarkan uang untuk bermacam-macam keperluan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pokok.20

Dalam hal ini penulis meyimpulkan bahwa indikator perilaku konsumtif merupakan suatu tindakan untuk mengkonsumsi suatu produk karena adanya perasaan ingin memiliki sesuatu benda yang berupa barang atau jasa , namun bukan berdasarkan kebutuhan akan

20 Ghifari, A. 2003. Remaja Korban Mode. Bandung. Mujahid Press Dikutip Oleh Dian Krisnawati Dan Sri Muliati Abdullah, Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Perilaku Konsumtif Remaja Terhadap Pakaian, Jurnal Spirit Vol.2

(27)

tetapi berdasarkan keinginan untuk menggunakan atau membeli sesuatu dengan hanya memenuhi hasrat kesenangan tanpa membedakan antara kebutuhan, keinginan dan permintaan.

B. Konsumsi Dalam Islam

1. Pengertian Konsumsi dalam Islam

Dalam membahas persepektif konsumsi dalam Islam tentu di dalamnya berkaitan dengan ekonomi Islam. Ilmu ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam, yang termasuk didalamnya berkaitan dengan masalah konsumsi yang menurut ajaran Islam.

Perbedaan antara ekonomi modern dan ekonomi Islam dalam hal konsumsi, terletak pada cara pendekatannya dalam memenuhi kebutuhan seseorang. Islam tidak mengakui paham materialistis dari pola konsumsi modern.21

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil pengertian konsumsi adalah kegiatan memakai, menggunakan, atau menikmati barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan. Konsumsi berkaitan dengan penggunaan yang terdapat dalam barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan. Akan tetapi, dapat dipahami bahwa konsumsi dalam pandangan Islam bukan hanya memenuhi kebutuhan dengan memanfaatkan barang dan jasa, tetapi menekankan pula proses pemenuhan kebutuhan tersebut dan tujuannya yang harus sesuai dengan prinsip syariah. Dengan demikian, barang dan jasa yang di gunakan untuk memenuhi kebuthuan adalah barang dan jasa yang halal, dan dipergunakan untuk tujuan yang halal.

Konsumsi dilihat dari etika Islam tidak sebatas nilai guna barang dan jasa, tetapi mengaitkannya dengan syariah sebagai

21Eko Suprayetno, Ekonomi Islam, Edisi 1 (Yogyakarta : Graha Ilmu,2015),h.92

(28)

pedoman,baik dalam proses memperoleh barang dan jasa, maupun menggunakannya. Acuan syariah dalam konsumsi Islam mengandung arti bahwa konsumen merupakan subjek ekonomi yang dapat diberi beban tanggung jawab dalam mengelola harta. Dan memanfaatkan berbagai sumebr daya yang tersedia,untuk kepentingan dirinya dan lingkungannya.

Dalam Al-Qur’an dijelaskan tentang konsumsi yang terdapat dalam surat Al-A’raf [7]:31:

ْلا ُبِحُيَلا ُهَّنِآ اوُفِرْسُت َلاَواْوُبَرْشاَو ا وُلُك َو ِدِجْسَم ٌلُك َدْنِع مُكَتَنِز او ذُخ َمَد ا َء يِنَبَي

ََنِفِرْسُم

Artinya: hai anak Adam, pakailah-pakaianmu yang indah de setiap( memasuki) masjid, makan-makanlah dan minumlah,dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.22

Ayat ini di sampaikan kepada seluruh umat manusia yang pada sejarahnya adalah anak adam,”yabani adama”. Kemudian ada pembatasan seruan untuk para umat yang hanya menjadikan masjid sebagai tempat ibadah. Mereka dianjurkan untuk mengenakan pakaian yang indah pada saat berada di masjid. Pakaian yang indah akan nyaman digunakan di dalam masjid sehingga memperlancar setiap kegiatan dan pakain yang indahlah wujud dari kesopanan terhadap sesama.23 Dan di dalam ayat yang lain Allah berfirman:

َِيِطاَيَّشلا َناَوْخِإ اوُناَك ََيِرِّذَبُمْلا َّنِإ اًريِذْبَت ْرِّذَبُت لاَو

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan”.24 (QS. Al Isro’: 26-27).

22 QS. Al-Arraf (7) : 31

23Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam, Cet.1, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010), h. 150-151.

(29)

Dalam ayat yang lain juga berdasarkan firman Allah Ta’ala: و

ىَلوُلأْا ِةَّيِلِهاَجْلا َجُّرَبَت ََ ْجَّرَبَت َلا ََ

“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu”.25 (QS. Al-Ahzab: 33).

Konsumsi dalam Islam tidak sebatas melihat manfaat barang dan jasa, tetapi bagaimana memanfaatkan barang dan jasa tersebut agar sesuai dengan tuntunan Allah SWT sebagai pemberi nikmat.

2. Perilaku Konsumen Muslim

Dalam bidang konsumsi dalam Islam tidak menganjurkan pemenuhan keinginan yang terbatas. Norma Islam adalah memenuhi kebutuhan manusia secara hiarkisnya, kebutuhan manusia meliputi keperluan, kesenangan dan kemewahan. Dalam pemenuhan kebutuhan manusia, Islam menyarankan agar manusia dapat bertindak ditengah-tengah dan sederhana.

Konsumsi pada hakekatnya adalah mengeluarkan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhan. Dalam kerangka Islam perlu dibedakan dalam dua pengeluaran yang dilkakukan oleh konsumen muslim yaitu pengeluaran tipe pertama dan pengeluaran tipe kedua. Pengeluaran tipe pertama adalah pengeluaran yang dilakukan seorang untuk memenuhi kebutuhan duniawinya. Pengeluaran tipe kedua adalah pengeluaran yang dikeluarkan semata-mata bermutif mencari akhirat dalam hal ini salah satunya adalah sedekah.26

3. Tujuan Konsumsi Dalam Islam

Tujuan konsumsi dalam islam bukan hanya kepuasan di dunia melainkan juga diakherat. Mencukupi kebutuhan dan bukan memenuhi kepuasan atau keinginan adalah tujuan aktivitas ekonomi

25 QS. Al-Ahzab: 33

26Muhammad,Ekonomi Mikro Islam ( Bandung : CV Pustaka Setia, 2013), 229-230

(30)

Islam. Dalam membandingkan konsep kepuasan dengan pemenuhan kebutuhan, maka perlu membandingkan tingkatan tujuan huku syara’ konsumsi dalam Islam yakni darruriyah, hajiyyah, dan tahsiniyah.27

Konsumsi dalam Islam bukan hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisik, biologis saja. Tetapi sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah. Hubungan antara konsumsi dengan ibadah menunjukkan bahwa bagi konsumen muslim, konsumsi bukan hanya sekedar menikmati manfaat barang dan jasa, tetapi juga ditindak lanjuti dengan rasa syukur yang diwujudkan dalam bentuk ibadah.

Tujuan utama konsumsi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong untuk beribadah kepada allah. Sesungguhnya mengkonsumsi sesuatu dengan niat untuk meningkatkan stamina dalam ketaatan pengabdian kepada allah akan menjadikan konsumsi itu bernilai ibadah yang dengannya manusia mendapatkan pahala.

4. Prinsip Konsumsi Dalam Islam

Perbedaan antara ilmu ekonomi modern dan ekonomi islam dalam hal konsumsi terletak pada cara pendekatannya dalam memenuhi kebutuhan seseorang. Islam tidak mengakui kegemaran materialistis semata-mata dari pola konsumsi modern.

Semakin tinggi peradaban sebuah komunitas,

berkecenderungan semakin meningkat kebutuhan fisiologik mereka karena dorongan faktor psikolog.28

Dalam ekonomi Islam konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip dasar Mannan sebagai berikut.

1. Prinsip keadilan. Syarat ini mengandung arti ganda penting mengenai mencari rizki yang halal dan tidak melanggar hukum.

27 Mahmud, Ahmad Sheikh. Economic Of Islam, Lahore: Asraf Publication, 1968 Dikutip Oleh Aldila Septiana, Analisis Perilaku Konsumsi dalam islam, DINAR vol.1 no 2 januari 2015, h. 8 di unduh pada tanggal 10 april 2018

28Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Menangkap Spirit Ajaran Langit Dan Pesan Moral Ajaran Bumi,Cet 1(Jakarta : Penebar Plus,2012),h.147

(31)

2. Prinsip kebersihan. Prinsip ini menghendaki makanan yang di konsumsi harus baik atau cocok untuk di makan dan tidak kotor atau menjijikan sehingga merusak selera.

3. Prinsip kesederhanaan. Prinsip ini mengandung arti dalam melakukan konsumsi tidak boleh berlebih-lebihan.

4. Prinsip kemurahan hati. Dengan menaati perintah Islam tidak bada bahaya maupun dosa ketika kita memakan dan maminum halal yang disediakan oleh tuhan karena kemurahan hati-Nya.

5. Prinsip moralitas. Bukan hanya menegnai makan dan minuman langsung tetapi dengan tujuan akhirnya, yakni untuk meningkatkan atau kemajaun nilai-nilai moral dan spiritual.29

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa apabila menerapkan prinsip-prinsip di atas maka sebagai konsumen yang baik tidak akan melanggar aturan dan mekonsumsi suatu brang dan jasa sesuai syariat.

5. Etika Konsumsi Dalam Islam.30

a. Tauhid (unity/ kesatuan )

Dalam persepektif Islam, konsumsi dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Sehingga senantiasa berada dalam huku-hukum Allah. Oleh karena itu, orang mukmin berusaha untuk mencari kenikmatan dengan menaati perintah-perintah-Nya dan memuaskan dirinya sendiri dengan barang-barang dan anugerah-anugerah yang dicipta ( Allah) untuk umat manusia.

b. Adil (equilibrium/ keadilan)

Islam membolehkan manusia untuk menikmati berbagai karunia kehidupan yang disediakan allah.

c. Kehendak bebas(free will)

Alam semesta adalah milik Allah, yang memiliki kemahakuasaan( kedaulatan) sepenuhnya dan kesempurnaan atas mahluk-mahluk-Nya. Manusia diberi kekuasaan untuk mengambil keuntungan dan manfaat sebanyak-banyaknya sesuai dengan kemampuannya atas barang-barang ciptaan Allah SWT. Atas segala karunia yang diberikan oleh Allah,Manusia dapat berkehendak bebas, namun kebebasan ini tidaklah dimengerti bahwa manusia terlepas dari qada’ dan qadar yang merupakan hokum sebab akibat yang didasarkan pada pengetahuan dan

29 Eko Suprayetno, Ekonomi Islam, (Yogyakarta:Graha Ilmu:2005), h. 93-94.

30M. Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah Teori Dan Praktek, ( Bandung : Pustaka Setia 2015),h.189-193

(32)

kehendak allah. Kebebsan dalam melakukan aktivitas harus tetap memiliki batasan agar tidak mendzalimi pihak lain.

d. Amanah (Responsibility/pertanggungjawaban)

Manusia adalah khalifah atau pengemban amanat Allah. Manusia di beri kekuasan untuk melaksanakan tugas kekhalifahan ini dan untuk mengambil keuntungan dan manfaatnya. Dalam hal ini melakukan konsumsi, manusia dapat berkehendak bebas, tetapi ia harus mempertanggungjawabkan atas kebebasan tersebut, baik terhadap keseimbangan alam,masyarakat,diri sendiri,maupun di akherat kelak.

e. Halal

Dalam kerangka acuan islam,barang-barang yang dapat dikonsumsi hanyalah barang-barang yang menunjukkan nilai-nilai kebaikan, kesucian, keindahan, dan menimbulkan kemaslahatan untuk umat, baik secara material maupun spiritual. Sebaliknya benda-benda an buruk, tidak suci, tidak bernilai, tidak dapat digunakan dan juga tidak dapat dianggap sebagai barang-barang konsumsi dalam Islam.

f. Sederhana

Kesederhanaan merupakan salah satu etika konsumsi yang penting dalam ekonomi Islam.Islam sangat melarang perbuatan yang melampaui batas( israf) termasuk pemborosan dan berlebih-lebihan yaitu membuang-buang harta dan menghamburkan-hamburkannya tanpa faedah serta manfaat dan hanya memperturutkan hawa nafsu. Allah akan sangat mengecam setiap perbuatan yang melampaui batas.

Etika Islam tentang konsumsi ini diarahkan kepada pihak konsumen bukan pada pihak produsen. Konsumen hendaknya membelanjakan harta sesuai dengan kebutuhannya tanpa berlebih-lebihan dan menghindari pembelanjaan yang dapat mengakibatkan tabzir ( pemborosan). Selain itu Islam juga menganjurkan hidup sederhana dan menjauhi hidup yang mewah.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa menerapkan suatu etika Islam dalam melakukan konsumsi maka seorang konsumen tidak akan berlaku boros akan tetapi akan sesuia dengan kaidah Islam. Cukuplah menekankan sikap sederhana dan selalu melihat kehalalan suatu produk tersebut.

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yaitu penelitian yang menyangkut pengolahan data dan permasalahan yang ada dalam lapangan atau keadaan yang sebenarnya. Menurut Abdurahman Fatoni, penelitian lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan di lapangan atau dilokasi penelitian,suatu tempat yang di pilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala-gejala obyektif sebagai terjadi di lokasi tersebut, yang dilakukan juga untuk penyusunan laporan ilmiah.31 Penelitian lapangan ini merupakan metode untuk menemukan realita yang terjadi. Penulis menyimpulkan, yang di maksud lapangan dalam penelitian ini adalah perilaku konsumen wanita dilihat dari pandangan etika konsumsi dalam Islam (study kasus konsumsi pakaian mahasiswi ekonomi syariah IAIN metro angkatan 2015).

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah deskriptif. Karena penelitian ini berupaya mengumpulkan fakta yang ada, penelitian ini terfokus pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. Menurut

31 Abdurahmat Fathoni, Metodologi Penelitian Dan Tehnik Penyusunan Skripsi ,(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 96.

(34)

Abdurrahmat fathoni, deskriptif adalah “suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala-gejala tertentu”.32

Data yang dihasilkan dari penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Sudarto kualitatif merupakan prosedur penilaian yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan dari orang atau prilaku yang dapat diamati.33

Dari keterangan tersebut dapat dipahami bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah menggambarkan fakta apa adanya dengan cara yang sistematis dan akurat, mengenai perilaku konsumen wanita dilihat dari pandangan etika konsumsi dalam Islam (studi kasus konsumsi pakaian mahasiswa ekonomi syariah IAIN Metro angkatan 2015) yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat–kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

B. Sumber Data.

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data pertama dimana sebuah data dihasilkan.34 Dalam penelitian ini penulis menggunakan tehnik sampling dalam menentukan sumber informasi. Adapun dalam menentukan mahasiswa sebagai sumber data primer yang akan

32 Ibid, Abdurrahmat Fathoni, h.97

33.Moh. Kasiram, Metodologi penelitian Kuantitatif-Kualitatif, (Yogyakarta:Sukses Ofhet, 2010), h.175.

34H.M.Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial Dan Ekonomi, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 129.

(35)

diwawancarai menggunakan tehnik snowball sampling artinya dalam sampling ini dimulai dengan kelompok kecil yang diminta untuk menunjukkan kawan masing-masing, sampling ini dipilih bila kita ingin menyelidiki hubungan antara manusia dalam kelompok yang akrab, atau menyelidiki cara-cara informasi tersebar di kalangan tertentu.35 Peneliti mengambil 14 orang dari 179 Mahasiswi Angkatan 2015 Jurusan ESY, sebagai data pokok penelitian “Perilaku Konsumen Wanita Dilihat Dari Pandangan Etika Konsumsi Dalam Islam”.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang kedua sesudah sumber data primer. Sumber data sekunder adalah sumber penunjang yang biasanya tersusun dalam bentuk dokumen atau catatan yang berhubungan dengan penelitian.36 Sumber data sekunder juga sebagai penunjang dan perbandingan yang berkaitan dengan suatu masalah. Selain itu dapat menjadi sumber data sekunder adalah berupa buku-buku yang relevensinya dengan penelitian, buku yang relenvesinya dengan penelitian ini yaitu buku yang berjudul Perilaku Konsumen karya Ristiyanti Prasetijo,Ekonomi Islam karya Eko Suprayetno,Etika Bisnis karya Muhammad djakfar dan lain sebagainya.

35S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: PT Bumi Aksara), h.99 36 Joko Subagyo,Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek,(Jakarta:Rineka Cipta,2004), h.29.

(36)

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara dilihat dari bentuk pertanyaan dapat dibagi menjadi tiga bentuk yaitu:

a. Wawancara berstruktur

Pertanyaan-pertanyaan mengarah ke jawaban dalam pola pertanyaan yang dikemukaan.

b. Wawancara tak bersruktur

Pertanyaan-pertanyaan dapat dijawab secara bebas oleh responden tanpa terikat pada hal-hal tertentu

c. Campuran

Bentuk ini merupakan campuran antara wawancara berstruktur dan wawancara tak berstruktur.37

Dalam hal ini wawancara yang penulis gunakan adalah wawancara campuran, yaitu pedoman wawancara yang semuanya telah dirumuskan dengan cermat sehingga wawancara menjadi lancar dan tidak kaku. Objek yang akan diwawancarai yaitu mahasiswi IAIN Metro angkatan 2015 jurusan esy sebanyak 16 orang dari 158 orang mahasisiwi angkatan 2015 jurusan esy tersebut.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial.38 Dalam hal ini dokumentasi untuk penelitian yang penulis

gunakan berupa data mahasiswa dan juga profil jurusan ekonomi syariah sebagai penunjang.

37. W.Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta:PT Grasindo,2002), h.120-121.

38H.M.Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial Dan Ekonomi, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2013), h.153

(37)

D. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, menemukan pola, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan orang lain.39 Analissis data melibatkan upaya mengidentifikasi ciri-ciri suatu objek dan kajian oleh anggota-anggota budaya. Makna demikian biasanya divalidasi oleh para anggota budaya sebelum hasil akhirnya diperlukan. Sifat penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif kualitatif. Menurut Sumadi suryabrata deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk membuat pencandraan (deskriptif) secara sistematis, factual dan akurat mengenai situasi-situasi atau kejadian.40

Setelah penulis memperoleh data maka langkah selanjutnya adalah mengolah data-data tersebut. Artinya penulis menyaring informasi-informasi yang telah didapat dan menganalisis menggunakan cara berfikir induktif, yaitu suatu cara berfikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang mempunyai ruang lingkup khusus dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan

39 Lexy J., Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandunng: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 248.

(38)

pertanyaaan yang bersifat umum.41 Dalam menaganalisis data, peneliti harus menggunakan data yang diperoleh dari sumber data primer, sumber data sekunder dan sumber data tersier bila diperlukan. Kemudian ditarik kesimpulan mengenai perilaku konsumen wanita dilihat dari pandangan etika konsumsi dalam Islam (study kasus konsumsi pakaian mahasiswi ekonomi syariah IAIN metro angkatan 2015).

(39)

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Profil IAIN Metro

1. Sejarah Singkat Berdirinya IAIN Metro

Cikal bakal berdirinya Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Metro tidak terlepas dari sejarah berdirinya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Bandar Lampung bermula dari usaha tokoh masyarakat dan tokoh agama yang tergabung dalam yayasan kesejahteraan Islam Lampung (YKIL) Berdiri tahun 1961 di Tanjung Karang diketahui oleh Raden Muhammad Sayid. Musyawarah tersebut telah mengambil keputusan antara lain mendirikan 2 (dua) Fakultas, yaitu Fakultas tarbiyah dan Fakultas syariah yang berkedudukan di tanjung karang dibawah satuan dan asuhan YKIL.

Setelah melalui perjuangan yang gigih dari YKIL maka pada tanggal 13 oktober 1964 keluarlah Surat Keputusan Menteri Agama RI No.86/1964 yang isinya merubah status Fakultas tarbiyah YKIL tersebut menjadi negeri, namun tidak berdiri sendiri melainkan sebagai cabang Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang. Pada tahun 1967 atas permintaan masyarakat Metro Lampung Tengah kepada YKIL agar dibuka Fakultas di metro, maka dibukalah Fakultas Syariah dan Fakultas Tarbiyah. Selanjutnya dengan persetujuan Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang di Tanjung karang.

(40)

Fakultas Tarbiyah yang baru di metro itu dijadikan kelas jauh Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang di Tanjung Karang.

Pada tahun 1996 terjadi perubahan terkait kebijakan penataan kelembagaan di tingkat Perguruan Tinggi Agama melalui Surat Edaran Dirjen Bimas Islam Nomor : E.III.0T.00/AZ/1804/1996, tanggal 23 Agustus 1996 tentang Penataan Kelembagaan Fakultas-Fakultas IAIN di luar induk menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN). Kebijakan ini dimaksudkan sebagai upaya revitalisasi kelembagaan pendidikan tinggi di lingkungan Departemen Agama Republik Indonesia (Kementrian Agama) agar terbentuk otonomi akademik yang lebih mandiri.

Tindak lanjut dari Surat Edaran Dirjen Bimas Islam tersebut pada tanggal 23-25 April 1997 di Jakarta, diadakan Rapat Kerja pada Rektor dan Dekan Fakultas di luar induk. Dalam Rapat Kerja tersebut diserahkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1997 tertanggal 21 maret 1997 tentang Perubahan dan Pengesahan Fakultas di luar induk menjadi sekolah tinggi Agama Islam Negeri(STAIN). Berdasarkan Keputusan inilah maka di Indonesia berdiri Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) sebanyak 33 yang salah satunya adalah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro.

Tahun 2016 adalah tahun peralihan STAIN menjadi IAIN. Perubahan status ini tertuang dalam peraturan Presiden No.71 tanggal

(41)

1 agustus 2016, menurut Perpres tersebut, pendirian IAIN Metro merupakan perubahan bentuk dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro.Terkait dengan perubahan itu, maka semua kekayaan ,pegawai, hak dan kewajiban dari masing-masing STAIN dialihkan menjadi kekayaan,pegawai, hak kewajiban IAIN masing-masing. Demikian pula, semua mahasiswa STAIN perguruan tinggi tersebut menjadi mahasiswa IAIN.

Perubahan status menjadi IAIN juga akan mendorong pembentukan Fakultas-Fakultas baru yang akan lahir sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan pendidikan, serta pembangunan sarana dan prasaranayang lebih memadai guna mewujudkan IAIN Metro menjadi lebih baik.

2. Visi dan Misi IAIN Metro a. Visi IAIN Metro

Menjadi perguruan tinggi agama islam yang inovatif dalam sinergi socio-ecotechno-preneurship berlandaskan nilai-nilai keIslaman dan keIndonesiaan.

b. Misi IAIN Metro

1) Mengimplementasikan nilai-nilai keislaman dalam pelaksanaan, pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. 2) Membangun budaya akademik yang produktif dan inovatif

dalam pengelohan sumberdaya melalui kajian keilmuan, model pembelajaran, dan penelitian.

(42)

3) Menumbuhkan socio-ecotechno-preneurship civitas akademik dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

4) Melaksanakan system tatakelola manajemen kelembagaan yang professional dan berkeadaban yang berbasis teknologi informasi. 3. Gambaran Umum Jurusan Ekonomi Syariah IAIN Metro.

Legalitas Program Studi Ekonomi Syariah (Esy) dibuktikan dengan adanya Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam Nomor: DJ.I/385/2008 Tentang Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Program Program Studi pada Perguruan Tinggi Agama Islam dan Surat Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor: 001/BAN-PT/AK-XII/SI/III/2009 Tentang Status, Peringkat, dan Hasil Akreditasi Program Sarjana di Perguruan Tinggi dengan nilai 322(B). program Studi Ekonomi Islam (ESY) IAIN Metro yang berkedudukan di JL. Ki Hajar Dewantara 15 A Kota Metro 34111 Lampung

Indonesia telp.(0725) 41507.Fax (0725) 47296. Website:

www.iain.metrouniv.ac.id, E-mail: Visi Program Studi Ekonomi Syariah (ESY) IAIN Metro

Menjadi pusat kajian, penelitian dan pelatihan di bidang ilmu-ilmu Ekonomi Islam di regional SUMBAGSEL tahun 2020. a. Misi Program Studi Ekonomi Syariah (ESY) IAIN Metro

1) Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berorientasi pada profesionalisme kerja dan pengembangan akademis.

2) Menyiapakan praktisi professional muslim di bidang Ekonomi Syariah.

(43)

3) Menjadi sentra laboratorium penelitian keilmuan ekonomi syariah.

Program Studi S1 Ekonomi Syariah (ESY) IAIN Metro memiliki misi terdepan dalam melahirkan Sarjana Ekonomi Islam yang professional dan Islami. Adapun kompetensi lulusan Program Studi S1 Ekonomi Syariah (ESY) IAIN Metro adalah sebagai berikut:

1) Tenaga Profesional Lembaga Perbankan Syariah, Bank Umum Syariah BPRS

2) Tenaga Profesional Lembaga-Lembaga Keuangan Syariah non Bank seperti, Pegadaian (Rahn), Asuransi Syariah dan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).

3) Tenaga Profesional Pengelola Zakat (Amil Zakat) 4) Tenaga Profesional Pengelola Wakaf (Nadzir).

5) Tenaga Adsministrasi pada kantor Kementrian Agama. 6) Menjadi Wirausahawan yang handal berbasis Syariah.

B. Hasil penelitian

1. Perilaku Konsumen Wanita Dilihat Dari Pandangan Etika Konsumsi Dalam Islam.

Bentuk perilaku konsumen adalah sejumlah tindakan-tindakan konsumen untuk menilai, memilih, mendapatkan barang dan jasa yang diinginkan. Perilaku konsumsi merupakan upaya dalam kegiatan yang berhubungan langsung dengan mengkonsumsi suatu barang dan

(44)

jasa, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan. Survey yang telah dilakukan oleh penulis menggunakan metode wawancara , menghasilkan keterangan tentang perilaku konsumen wanita IAIN Metro angkatan 2015.

Pada saat usia remaja, seseorang memiliki kecenderungan untuk selalu tampil menarik, dengan memakai berbagai pakaian dan aksesoris seperti; sepatu, jam, tas,dan lain sebagainya untuk menunjang penampilan mereka. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dengan wawancara kepada mahasiswa IAIN Metro angkatan 2015 , maka peneliti mengambil acak sekitar 14 orang untuk dijadikan narasumber.

F adalah seorang anak petani karet dengan penghasilan kedua orang tuanya minimal sekitar 10jt/ 6 bulan, yang mana F ini merupakan 2 bersaudara. F mengungkap bahwa dirinya selalu mengutamakan penampilan yang menarik saat akan pergi ke kampus . Dalam hal ini membuat ia semakin tampil percaya diri baik untuk dirinya sendiri ataupun bila dihadapan teman-temannya, menurut penuturannya ia sering membeli pakaian di toko-toko maupun melalui online shop dalam satu bulan itu bisa sekitar 3-4 kali. Ia bisa membeli pakaian tersebut karena memang ia mendapatkan jatah bulanan dari orang tuanya yang bekerja sebagai petani karet sekitar Rp 2000.000/bulan. F juga menyukai beberapa jenis pakaian yang sedang trend diantaranya kemeja dan lain-lainnya. F juga sering

(45)

memanfaatkan iklan sebagai sebagai sumber informasinya tentang baju-baju keluaran terbaru.42

JN adalah anak seorang petani singkong, JN jugan merupakan anak terakhir dari 3 bersaudara. Ia berpendapat bahwa perilaku konsumen adalah perilaku yang menghabiskan atau menggunakan barang maupun jasa yang tersedia. Menurutnya juga membeli suatu pakaian itu karena memang ia suka dan juga merupakan kebutuhan. Salah satu faktor pendorong juga adalah kebutuhan selain itu karena ingin setara dengan teman ketika kumpul bersama. Dalam satu bulan pun ia membeli pakaian minimal 3 kali. Rata-rata baju yang ia beli berkisar 100 ribuan. Ia pun suka membeli pakaian yang mengikuti trend mode, bagi JN ketika membeli pakaian yang sesuai dengan trend dianggapnya akan menambah percaya diri. Kemudian dana untuk membeli pakaian tersebut ia ambil dari uang saku yang digunakan untuk kebutuhan kuliah yang dijatah oleh orang tuanya dalam 1 bulan 1juta. Terkadang juga ketika iaakan membeli pakaian mengurangi jatah uang jajan dan uang main atau jalan-jalan. Ia juga lebih suka membeli pakaian yang terlihat elegan. Ia lebih sering tertarik membeli pakaian di online shop. ia juga berpendapat bahwa pakaian secara Islam itu haruslah tertutup auratnya dan tidak berlebihan. Bahkan jika memiliki uang lebih tidak seharusnya dihambur-hamburkan melainkan

(46)

menyisihkan sedikit untuk disedekahkan bagi yang kurang mampu. Namun hal tersebut masih belum ia terapkan.43

AY adalah anak dari seorang wirausaha yang penghasilannya tidak menentu, ia juaga anak ke 2 dari 3 bersaudara. Ia berpendapat bahwa perilaku konsumen adalah sikap kita terhadap suatu barang. Alasan AY dalam membeli pakaian karena keinginan dan juga karena iseng-iseng saja ketika melihat suatu pakaian yang dirasa menarik dan unik. Faktor yang mempengaruhi yang pertama karena kebutuhan ketika ada teman yang mengajak untuk berseragam ia pun menurutinya, yang kedua karena ingin mengikuti trend. Dalam membeli pakaian pun ia tak menentu terkadang dalam 1 bulan biasa 2 samapa 3 kali minimal. Rata-rata ia beli pakaian adalah model gamis alasan baginya karena lebih simpel dan tidak harus menyesuaikan atasan ataupun bawahan. Dana yang ia gunakan untuk membeli barang atau pakaian tersebut dari orang tua karena memang jatah bulana nnya sekitar 1juta/bulan dan ia lebik tertarik membeli pakaian yang simpel dan selalu memperhatikan kehalalan barang tersebut. Secara Islam pun menurutnya berpakaian yang harus sederhana dan menutup aurat.44

AZ merupakan anak dari seoang petani yang berpenghasilan sesuai dengan masa tanam padi yang tidak menentu hasilnya. Sedangkan S merupakan anak pedagang kelontong . AZ dan S

43 Wawancara terhadap JN pada tanggal 10 Desember 2018 44 Wawancara terhadap AY pada tanggal 10 desember 2018

(47)

menyatakan bahwa ketika ia membeli pakaian yang ia utamakan kenyaman bahan daripada pakaian tersebut. Menurutnya pakaian itu bukan hanya dilihat model terbarunya namun kualitas dari bahan tersebut sangat ia perhatikan dan AZ pun mengungkapakan bahwa promosi ataupun iklan merupakan penunjang mendapatkan informasi terhadap mode dan trend terbaru mengenai pakain. Selain itu dari faktor lingkungan juga yang mempengaruhi AZ untuk membeli sebuah pakaian. Dalam hal ini ia menuturkan bahwa uang jatah bulannya sekitar kurang lebihnya 800rb/bulan. Sedangkan S mendapat jatah bulanan sekitar 850rb-/bulan. Mereka memanfaatkan uang tersebut untuk kebutuhan kuliahnya dan terkadang ia gunakan juga untuk membeli barang termasuk juga pakaian yang ketika mereka lihat bagus dan nyaman dipakainya meskipun baju tersebut belum tentu sangat dibutuhkan. Untuk harga baju yang setiap ia beli itu relatif dari kisaran 75 ribu-100 ribuan lebih. Ia menungkapkan keinginanlah yang seketika sering muncul.45

Menurut El perilaku konsumen adalah perilaku seseoarang dalam menggunakan barang maupun jasa. El mengaku ia sering membeli pakaian karena ia sering tertarik dengan iklan ataupun produk model baju yang baru. Ia mengungkapkan bahwa ada faktor yang sering menjadi alasan dirinya seperti itu misalnya karena adanya pengaruh dari teman sebaya yang suka berpenampilan menarik bahkan

(48)

terkadang ia rela untuk meminjam uang kepada temannya untuk memenuhi keinginannya,untuk El mendapati barang yang disukainya meskipun pada akhirnya akan berdampak buruk untuk keuangannya. Ia pun tidak memandang barang atau jenis pakaian yang ia sukai yang terpenting ketika ia lihat itu terlihat bagus tanpa harus juga harga yang mahal46

C, J, dan D mengatakan bahwa berpakaian secara islami itu yang menutup aurat seorang wanita dan sopan, namu terkadang mereka tergiur oleh adanya iklan model baju terbaru juga mereka selalu mempertimbangkan mode dan trend baju sekarang. C biasanya membeli pakaian yang modelnya tunik, kemeja itu biasanya dalam 1 bulan 3 kali, kalau J terkadang 2-3 kali sedangkan D tidak menentu. Mereka sebenarnya mengetahui konsumsi yang secara Islami yakni haruslah berhemat bahkan kalau pun ada uang lebih setidaknya haruslah bersedekah , namun keinginan serta lingkungan yang sering mempengaruhi mereka. 47

Wawancara yang dilakukan oleh penulis yang mewawancarai seorang mahasiswi yang bernama R yang mana anak petani dengan penghasilan kira-kira 3jt/kali tanam padi, ia mengatakan bahwa ia kurang memahami tentang etika konsumsi dalam islam secara detail , begitu pula yang dikemukakan oleh DS anak seorang pedagang. Akan tetapi R dan DS memahami secara umum etika konsumsi dalam Islam

46 Wawancara terhadap El pada tanggal 3 maret 2018

(49)

. kebutuhan yang dianggap primer bagi R adalah makanan dan juga pakain. Menurut R pakaian sekarang adalah mutlak yang harus di konsumsi, karena selain sebagai penunjang belajar, pakaian merupakan bentuk trend yang selalu di ikuti oleh anak muda sekarang.dalam hal ini uang saku pemberian orang tuanya berkisar dari 750.000-/bulan sedangkan DS diberi uang saku sekitar 900.000-/bulan.mereka suka membeli barang seperti pakaian yang hampir sama modelnya misalkan kemeja ataupun model gamis yang sebenarnya mereka sudah memiliki hanya terkadang warna dan modelnya agak berbeda. Sebenarnya mereka sadar sikap yang sering berlebihan akan hal tersebut tidak baik tetapi keinginan mereka yang sulit untuk dihilangkan. Mereka menganggap hal seperti itu wajar manusiawi.

Untuk membeli pakaian, Rdan DS selalu memanfaatkan iklan sebagai alat memperoleh informasi mengenai model baju terbaru. R mengatakan bahwa ia membeli pakaian minimal 3 dalam sebulan, sedangkan D membeli minimal 1 dan maksimal tidak menentu.48

Wawancara yang dilakukan oleh penulis yang bertemu dengan sumber informan yang berinisial AN,B, dan CT mengungkapkan perilaku konsumen itu merupakan pemakaian barang dan jasa. Menurut penuturan A dan B yang mana adalah anak seorang petani, sedangkan CT adalah anak seorang PNS. B menyatakan membeli

(50)

pakain hanya ketika akan lebaran saja Mereka mengatakan bahwa mereka tidak selalu terpengaruh oleh iklan ataupun hal lainnya karena mereka juga tidak merupakan anak kost mereka diberikan uang saku rata-rata 400.000-450.000-/bulan, itu pun ia gunakan fokus untuk biaya kuliah seperti fotokopy,nge-print tugas dan uang bensin.49

Dari beberapa wawancara yang telah dilakukan oleh penulis, didapatkan hasil dari beberapa mahasiswa yang telah diwawancara ada yang mengetahui konsep konsumsi yang secara Islam yaitu ketika membeli pakaian harus menutup aurat dan juga tidak terlalu berlebihan.

2. Pembahasan.

Pada hakekatnya konsumsi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup yaitu sandang, pangan, dan papan.. jika dipandang secara khusus, maka sering kali konsumsi hanya terbatas pada pola makan dan minum. Namun, apabila cakupan konsumsi diperluas akan ditemukan konsep bahwa konsumsi merupakan segala aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan kepuasan atau pnggunaan suatu produk sehingga mengurangi atau menghabiskan daya guna produk tersebut. Seperti memanfaatkan mesin cuci dan memakai pakaian termasuk dalam konsep konsumsi.50 Dalam Islam selalu mengajarkan konsep hemat

49Wawancara terhadap A,B dan C pada tanggal 4 juni 2018

50Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), h.148

(51)

dan tidak boleh berlebih-lebihan serta kesederhanaan merupakan kunci utama untuk kegiatan konsumsi.

Kebijakan dalam membelanjakan harta juga sama pentingnya dengan mengikuti etika maupun prinsip dalam Islam, karena kebijakan dalam membelanjakan harta akan menentukan apakah seseorang termasuk dalam konsumen yang bersifat konsumtif atau tidak berdasarkan perilaku konsumen yang dilakukan.

Setelah penulis mendapatkan informasi dari narasumber kemudian untuk selanjutnya penulis uraikan dengan etika konsumsi dalam Islam. Etika berasal dari kata yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya (tha etha) berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat yang diwariskan dari satu orang ke orang lain atau dai satu generasi ke generasi yang lain.51 Sedangkan konsumsi mempunyai makna sebagai penggunaan barangdan jasa untuk memuaskan kebutuhan manusiawi.52

Etika Islam tentang konsumsi ini diarahkan kepada pihak konsumen bukan pada pihak produsen. Konsumen hendaknya membelanjakan harta sesuai dengan kebutuhannya tanpa berlebih-lebihan dan menghindari pembelanjaan yang dapat

51Muhammad Djakfar, Etika Bisnis, (Jakarta : Penebar Plus, 2012),h.14

52 Suherman Rosyidi, pengantar Teori Ekonomi,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001) ,h.147

(52)

mengakibatkan tabzir ( pemborosan). Selain itu Islam juga menganjurkan hidup sederhana dan menjauhi hidup yang mewah.53

Berdasarkan hasil wawancara dari peneliti terhadap F, bahwa F ini selalu mengutamakan penampilan agar terlihat tampil lebih percaya diri baik untuk dirinya sendiri maupun berada dihadapan teman-temannya. Hal tersebut ia ungkapkan apabila ia membeli pakaian dalam satu bulan dapat ia beli sekitar 3-4 kali. Dalam hal ini ada factor yang mempengaruhi atas perilaku F, seperti faktor pribadi yakni keputusan pembeli yang juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, dan juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta peran dan status sosial.

Suatu tindakan yang dilakukan oleh F ini mengarah dari perilaku konsumen menuju perilaku konsumtif. Dimana indikator salah satu dari perilaku konsumtif adalah pembelian yang tidak rasional artinya pembelian yang lebih didasari oleh sifat emosional karena adanya dorongan untuk mengikuti orang lain atau berbeda dari orang lain serta adanya perasaan bangga.

Hasil wawancaara terhadap JN yang dilakukan peneliti maka didapatkan peryataan yang mana JN ini merupakan salah satu konsumen yang cenderung konsumtif tidak terkecuali AY yang juga konsumen yang menuju konsumtif. Mereka mengungkpakan bahwa pakaian merupakan

53Aziz ,Etika Bisnis Persepektif Islam,171 Dikutip Oleh Abd. Ghafur, Konsumsi Dalam Islam, Di Unduh Pada Tanggal 10 Oktober

(53)

suatu kebutuhan yang mutlak juga tidak ingin tertinggal dengan teman dan lebih suka mengitkuti trend dan mode . Mereka sering membeli pakaian dalam 1 bulan minimala 3 kali dan maksimal tidak menentu. Faktor dari iklan dan pengaruh teman yang utama membuat mereka seperti itu. Suatu tindakan yang dilakukan oleh JN dan AY ini mengarah dari perilaku konsumen menuju perilaku konsumtif. Dimana indikator salah satu dari perilaku konsumtif adalah pembelian yang tidak rasional artinya pembelian yang lebih didasari oleh sifat emosional karena adanya dorongan untuk mengikuti orang lain atau berbeda dari orang lain serta adanya perasaan bangga.

Namun mereka juga berpendapat bahwa pakaian secara Islam itu haruslah tertutup auratnya dan tidak berlebihan. Bahkan jika memiliki uang lebih tidak seharusnya dihambur-hamburkan melainkan menyisihkan sedikit untuk disedekahkan bagi yang kurang mampu. Namun hal tersebut masih belum mereka terapkan.

Hasil wawancara terhadap AZ yang dilakukan peneliti maka didapatkan pernyataan yang mana AZ ini merupakan salah satu konsumen pakaian juga. Ia mengungkapkan bahwa ketika membeli suatu barang terutama pakaian yang pertama ia lihat adalah bahan daripada barang tersebut bukan hanya dilihat dari modelnya saja, namun kualitas bahan harus diperhatikan. AZ selalu menggunakan iklan maupun promosi sebagai informasi untuk mendapatkan pakaian. Selain itu factor

(54)

lingkungan pengaruh bagi dirinya. Senada yang diungkapkan AZ bahwa S juga sama pendapatnya dengan AZ.

S juga mengungkapkan bahwa uang saku yang diberikan oleh orang tuanya selain untuk keperluan kuliah ia juga gunakan untuk kepentingan lainnya. Salah satunya adalah untuk membeli pakaian. S berpendapat ketika melihat barang yang bagus ia langsung membelinya. Hal ini merupakan perilaku yang masuk dalam indikator pembelian secara impulsif yakni pembelian yang semata-mata hanya didasari oleh hasrat yang tiba-tiba atau keinginan sesaat, tanpa melalaui pertimbangan dan perncanaan serta keputusan dilakukan ditempat pembelian.

EL merupakan salah satu pengguna barang maupun jasa. Ia juga sering membeli pakaian karena iklan maupun teman dikampusnya. Bahkan demi kepentingannya ia terrkadang meminjam uang kepada temannya hanya untuk sekedar membeli barang yang diinginkannya. Meskipun ia juga tahu bahwa akan berdampak buruk terhadap keuangannya nantinya.

Dalam hal ini ada faktor yang mempengaruhi perilaku EL yakni adanya faktor psikologi salah satunya motivasi yang bersifat psychogenic yaitu kebutuhan yang muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan , penghargaan atau rasa keanggotaan kelompok, dan juga faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta peran dan status sosial.

Referensi

Dokumen terkait

Peraskok merupakan ayam F1 hasil persilangan ayam ras petelur dengan ayam Buras Bangkok yang diharapkan memiliki pertumbuhan cepat dan kualitas daging setara dengan

Dalam lingkup kebijakan nasional ini, Pemerintah Daerah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan mengacu kepada kebijakan RPJMN yang

Bensin adalah satu jenis bahan bakar minyak yang digunakan untuk bahan bakar mesin kendaraan bermotor yang pada umumnya adalah jenis sepeda motor dan mobil.. Bahan

sebagai medium tentang perspektif suku etnik Orang Asli yang mendiami sesebuah negeri tersebut. Pelbagai peralatan dari pengenalan kaum hingga ke senjata dan jerat

perkuliahan, pustakawan Perpustakaan UMB Cabang Cibubur berusaha untuk menjadi pustakawan yang sangat berbeda dari informasi yang diberikan oleh mahasiswa tersebut

Oleh karena itu produk yang dihasilkan dan dijual oleh perusahaan harus dapat memiliki keunggulan bersaing di dalam pasar, persaingan ini menjadikan adanya beberapa pilihan

Pasal 56 ayat (1) KUHAP yang di dalamnya menegaskan hak dari tersangka atau terdakwa untuk didampingi penasehat hukum apabila tindak pidana yang disangkakan atau

Potensi lestari Kabupaten Bengkalis Potensi lestari suatu perairan dapat dianalisis dengan berpedoman kepada data produksi, jumlah alat tangkap, armada dari DKP