BAB 1
Latar Belakang
Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan
komoditas perkebunan pada era
perdagagang bebas.
Perkembangan Komoditas Perkebunan di Era
Perdagagan Bebas
Mulai tahun 2003 Indonesia sudah memasuki era
perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara
(
AFTA
) dan pada tahun 2010 memasuki era
perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik
(
APEC
). Dengan era perdagangan bebas
tersebut, posisi daya saing menjadi sangat
penting. Dalam meningkatkan posisi daya
saing, kita harus mengembangkan
produk-produk yang mempunyai keunggulan komparatif.
Salah
satu
pendekatannya
adalah
memprioritaskan
pengembangan
produk
komplementer
dibanding
dengan
produk
Kelima peran tersebut meliputi :
sektor pertanian menghasilkan pangan dan
bahan baku untuk sektor industri dan jasa.
sektor pertanian dapat menghasilkan devisa
yang berasal dari ekspor atau produk substitusi
impor .
sektor pertanian merupakan pasar potensial bagi
produk-produk sektor industri.
transfer surplus tenaga kerja sektor pertanian ke
sektor industri merupakan salah satu sumber
pertumbuhan ekonomi.
surplus yang dihasilkan sektor pertanian menjadi
Jenis Komoditas Perkebunan :
1. Kelapa
Dengan menurunnya harga minyak nabati di
pasar internasional, yaitu US $ 700 – 800/ton
(pada tahun 1998/1999), menjadi US $
270/ton (pada tahun 2001) mengakibatkan
harga kopra dalam negeri menurun, yaitu
dari Rp. 1.450/kg menjadi Rp 700 –
1.000/kg. Nilai ekspor kelapa sebesar US $
226,3 juta. Untuk mengatasi masalah
tersebut strategi yang ditempuh adalah :
pengembangan industri minyak klentik,
2. Lada
Lada merupakan salah satu komoditas yang
berorientasi ekspor, dengan pangsa pasar 25 – 30 %
yang nilai ekspornya nya mencapai US $ 160 – 210
juta. Dari ekspor tersebut, diantaranya dalam
bentuk lada putih dengan nilai ekspor sekitar US
$ 127 juta, dan pangsa pasarnya mencapai 75%.
3. Tembakau
Komoditas tembakau sangat tergantung dan terkait
langsung dengan industri rokok. Kontribusi
industri rokok dalam bentuk cukai mencapai nilai
Rp 15 – 16 trilyun pertahun dan menyerap tenaga
4. Jambu Mente
Saat ini areal jambu mete mencapai 535
ribu hektar, pangsa pasar sekitar 10,3 %.
5. Sagu
Sagu sangat potensial untuk dijadikan
sumber substitusi karbonhidrat.
Permasalahan dalam mengangkat
peranan sagu tersebut adalah rendaman
tepung, kerusakan hutan sagu akibat
8. Minyak Atsiri
Pangsa minyak atsiri Indonesia dipasar
internasional mencapai 80 %. Permasalahan
utama adalah mutu minyak sebagai akibat dari
prosesing yang tidak sepenuhnya memenuhi
standar, antara lain penggunaan alat
penyuling tradisional. Nilai ekspor pertahun
mencapai US $ 74,26 juta.
9. Kayu Manis
Nilai ekspor tahun 1998 sebesar US $ 31,721
juta dengan negara tujuan Amerika, Eropa dan
Jepang. Indonesia memenuhi 60 % kebutuhan
10. Gambir
Merupakan jenis tanaman potensial di
Kabupaten Lima Puluh Kota, Pesisir Selatan
dan Kerinci Sumatera Barat dan Jambi.
Ekspor gambir pada tahun 2000
menghasilkan devisa sebesar US $ 15,6453
juta yang sebagian besar berasal dari
Tabel 2. PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN LUAS AREA
KOMODITAS ON FARM (ORANG) OFF FARM (ORANG) PERKEBUNAN PERKEBUNAN JUMLAH INDUSTRI LUAS AREAL RAKYAT BESAR PROSESING (ribu ha) Karet 1.565.885 265.351 1.831.236 97.865 3.662.472 Kelapa 1.434.108 50.720 1.484.828 6.337 3.712.071 Kelapa sawit 486.373 992.167 1.478.540 15.715 2.967.079 Kopi 949.351 190.000 1.139.351 23.401 1.140.159
Lada 65.352 6.236 71.588 0 131.193
Cengkeh 294.595 3.770 298.365 196.943 429.758 Jambu mete 210.528 286 210.814 0 535.745
Pala 23.684 192 23.876 0 59.925
Kayumanis 49.572 316.790 366.362 0 123.979 Tebu 364.814 316.790 681.604 0 340.800 Tembakau 556.174 13.104 569.278 559.931 158.133
Kapas 0 34.888 34.888 0 19.382
Jahe 0 18.398 18.398 0 10.220
Kakao 356.545 109.179 465.724 0 582.155
Kapolaga 0 67.772 67.772 0 5.643
Panili 6.842 18 6.860 0 17.241
Gambir 0 0 0 0 0
Nilam 0 10.601 10.601 0 10.501
Seraiwangi 0 0 0 0 2.859
Jarak 0 0 0 0 18.817
Pinang 0 0 0 0 87.514
Kontribusi terhadap Produk Nasional yang paling tinggi ada di komoditas
perkebunan karet, kopi, kakao, dan lada.
Tabel 1. Kontribusi terhadap Produk Nasional
KOMODITAS KEBUTUHAN EKSPOR DALAM NEGERI (TON)
BAHAN BAKU PRODUK PRIMER PRODUK OLAHAN JUMLAH NILAI
INDUSTRI (TON) (TON) (TON) (000 US $) Karet 3.662.472 1.647.808 76.430 1.724.238 1.268.911 Kelapa 3.712.071 25.593 6.054 31.647 24.628
Kelapa sawit 2.967.079 0 0
Kopi 1.140.159 355.781 645 356.426 582.390 Lada 131.193 37.419 579 37.998 187.732 Cengkeh 429.758 20.157 20.157 14.114 Jambu mete 535.745 28.603 1.683 30.286 34.996 Pala 59.925 7.550 2.020 9.570 36.767 Kayumanis 123.979 35.784 35.784 31.392
Tebu 340.800 0 7.398 7.398 3.747
Tembakau 158.133 7.057 1.058 8.115 18.007
Kapas 19.382 48 95 143 96
Jahe 10.220 32.807 508 33.315 9.895
Kakao 582.155 387 52.083 52.470 110.988
Kapolaga 5.643 264 0,3 264,3 1.299
Panili 17.241 729 0 729 8.764
Gambir 0 6.022 0 6.022 8.234
Nilam 10.501 0 1.355 1.355 53.117
Seraiwangi 2.859 0 0 0 0
Jarak 18.817 1.751 0 1.751 270
Tabel 3. INDEKS EFISIENSI EKONOMI
KOMODITAS INDEKS EFISIENSI NILAI PRODUKSI INDEKS PERLUASAN INDEKS EFISIENSI
TEKNIS NASIONAL AREAL EKONOMI
(RP. JUTA)
1. Kapas 209520 11.420.000 110 Rp 11.629.630
2. Tembakau : 2.993.830 104 Rp 3.268.384
-Temanggung 46650
-Madura 92000
-Virginia 86400
-C. Besuki 49400
3. Kenaf 161616 4.980.000 119 Rp 5.141.735
4. Rami 126852 27.530.000 115 Rp 27.656.967
5. Kapuk 31825 334.000.000 110 Rp 334.031.935
6. Abaca 328300 37.000.000 170 Rp 37.328.470
7. Agave 130944 2.100.000 110 Rp 2.231.054
8. Jarak 57120 15.100.000 134 Rp 15.157.254