• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Slametan dan Kekristenan (Alasan warga jemaat pepanthan Pelem GKJW Magetan melakukan Slametan ) T1 712008046 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Slametan dan Kekristenan (Alasan warga jemaat pepanthan Pelem GKJW Magetan melakukan Slametan ) T1 712008046 BAB I"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Magetan merupakan suatu gereja dimana mayoritas warga jemaatnya merupakan penduduk asli Jawa, jadi pola kehidupan warga gereja masih kental dengan kebudayaan Jawa. Hal ini membuat tercampurnya kebudayaan Jawa dengan gereja. dapat dikatakan bahwa jemaat GKJW Magetan Pepanthan (pospel) Pelem masih menggunakan upacara slametan (selamatan) yang merupakan salah satu upacara tradisional kebudayaan Jawa. Keselamatan merupakan suatu hal yang di idam-idamkan oleh banyak orang, baik di bumi maupun di akhirat. Hal ini dapat kita lihat dalam bentuk upacara slametan dari kelahiran sampai kematian. Lalu yang menjadi pertanyaan bagaimanakah pandangan jemaat tentang slametan? Mengapa jemaat GKJW Magetan masih melakukan slametan? Apakah konsep keselamatan yang diberikan gereja kepada jemaat belum menjawab kebutuhan jemaat? Jika memang demikian bagaimanakah seharusnya respon gereja akan hal tersebut? Mengapa GKJW Magetan hanya berdiam diri melihat situasi yang demikian?

(2)

2 jalan keselamatan jauh sebelum agama Kristen masuk dalam kehidupan masyarakat Jawa.1 Akan tetapi dalam perkembangannya ketika agama Kristen masuk, slametan dipandang sebagai bentuk yang bertentangan dengan kebudayaan kristen. Karena bertolak-belakang dengan gereja yang esa yang berpusat pada Yesus Kristus. Geertz mengatakan bahwa:

Pusat seluruh sistem keagamaan orang Jawa terdapat dalam upacara yang sederhana, formal, tidak dramatis dan mengandung rahasia yakni slametan (kadang disebut juga dengan kenduren). Slametan Jawa merupakan upacara keagaaman yang paling umum di dunia. Ia melambangkan kesatuan mistis dan sosial mereka yang ikut serta didalamnya seperti: tetangga, rekan sekerja, sanak sekeluarga, arwah setempat, nenek moyang yang sudah mati dan dewa-dewa yang hampir terlupakan. Semua duduk bersama mengelilingi satu meja dan karena itu terikat kedalam suatu kelompok sosial tertentu yang diwajibkan untuk tolong-menolong dan bekerja sama. Dalam segi sosial slametan sangat erat hubunganya dengan relasi antar manusia. Dimana upacara slametan mengundang warga setempat serta keluarga-keluarga untuk menjalani upacara slametan.2

Dengan demikian jelas bahwa salah satu bentuk usaha keselamatan masyarakat Jawa masih memegang slametan, slametan merupakan warisan nenek moyang yang tetap dipegang dan dilaksanakan secara turun-temurun. Upacara tradisional tersebut merupakan salah satu upaya manusia untuk mencari keselamatan, ketentraman dan sekaligus menjaga kelestarian kosmos (alam). Upacara slametan merupakan salah satu usaha manusia sebagai jembatan antara dunia bawah (manusia) dengan dunia atas (makhluk halus atau pun Tuhan). Bagi masyarakat Jawa upacara slametan hampir dilakukan dalam setiap kejadian, kelahiran, kematian, pernikahan, pindah rumah, panen dll. Dengan demikian slametan merupakan upacara inti bagi masyarakat Jawa.3

1 Ir. Sujamto, refleksi budaya jawa, Semarang: Dahara Prize, 1992. Hal 146 2

Clifford Geertz, Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta : Kanisius, 1992.

(3)

3 Menurut kepercayaan orang Jawa kejadian/peristiwa yang berkaitan dengan hidup individu bukanlah peristiwa kebetulan (misalnya: kehamilan, kelahiran, perkawinan dan kematian). Peristiwa ini dipandang sebagai kejadian yang gawat atau kritis, di mana individu yang bersangkutan dalam keadaan “lemah”. Keadaan ini dapat menimbulkan bahaya sosial, dalam arti tatanan sosial atau keseimbangan kosmos terganggu. Untuk itu perlu diadakan upacara slametan agar tercapai keseimbangan kosmos, sehingga suasana kembali aman dan selamat.4 Upacara slametan tersebut antara lain kematian satu hari, tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari, mendhak pisan (satu tahun), mendhak pindho/meling (dua tahun), seribu hari, ngebor-ngebori (hamil satu bulan), nglimani (hamil lima bulan), mitoni (hamil tujuh bulan), dhawet plencing (bayi sudah saatnya lahir tetapi belum lahir), brokohan (bayi berusia satu hari), puputan (tali pusar bayi lepas), nyapih (menghentikan menyusui), dan lain-lain. Dalam hal ini jemaat GKJW Magetan pepantahan (pospel) Pelem juga masih melakukan slametan tersebut.

Kata slamet (selamat) dalam pengertian awal budaya Jawa slamet memang menjadi harapan semua orang. Slamet adalah kondisi ideal dimana tidak ada gangguan yang terjadi di dalam kehidupan seseorang yang mengacu pada hidup damai sejahtera. Slamet yang menjadi pengharapan ini sering memiliki arti lain antara beja (untung) yang berbeda arti dengan tidak terjadi apa-apa. Slamet dari sisi pandang ini merupakan slamet yang minimalis. Kata slamet dengan pemaknaan yang lain inilah jika perhatikan dengan teliti sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan, sikap dan perilaku dalam sosial dan upaya mendekatkan diri dengan

4 Ani Rosiyati, Fungsi Upacara Tradisional Bagi Masyarakat Pendukungnya Masa Kini,

(4)

4 Tuhan. Upaya mencapai slamet itu kemudian diwujudkan melalui ritual slametan. Ritual ini merupakan usaha untuk mengembalikan keharmonisan atau keselarasan atar sesama manusia, manusia dengan alam, manusia dengan makhluk gaib dan antara manusia dengan Tuhan.

Keadaan yang didambakan adalah slamet yang didefinisikan oleh orang Jawa “ora ana apa-apa/nggak ana apa-apa” (logat Jawa Timur) yang artinya tidak ada apa-apa, atau yang lebih tepat tidak ada suatu yang menimpa dalam menjalani kehidupan. Pandangan masyarakat Jawa tentang keselamatan menjadi harapan bagi setiap manusia memberikan gambaran yang sederhana bahwa setiap perpisahan antara manusia yang relatif cukup lama tidak berjumpa andum slamet (berbagi keselamatan). Sementara itu yang dibutuhkan manusia bukan hanya keselamatan masa kini, melainkan juga keselamatan di dunia yang akan datang. Bukan keselamatan yang sementara melainkan keselamatan yang kekal. Kehidupan yang sementara diibaratkan mampir ngombe yang artinya ibarat orang yang melakukan perjalanan untuk mencapai sebuah tujuan dan di tenggah perjalanannya disediakan air minun yang cuma-cuma, untuk selanjutnya meneruskan perjalananya sampai akhirat untuk menuju hidup kekal. Pandangan Jawa tentang jalan keselamatan diperlukan kerukunan, keselarasan, kalau dipandang perlu dengan pengorbanan diri demi kepentingan masyarakat.5

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka judul yang diangkat oleh penulis adalah:

5 Pdt. Em. Siman Widyatmanta. Mth, Sikap Gereja Terhadap Budaya dan Adat-i stiadat

(5)

5

Slametan dan Kekristenan

(Alasan warga jemaat pepanthan Pelem GKJW Magetan melakukan Slametan )

2. Definisi Operasional

Slametan adalah suatu upacara yang dilakukan masyarakat Jawa secara turun-temurun untuk mendoakan seseorang agar terjalin suatu hubungan yang seimbang, baik hubunganya dengan Tuhan maupun antar manusia.

3. Rumusan Masalah

Dalam hal ini saya tertarik pada pemahaman warga jemaat Pepanthan Pelem GKJW Megetan mengenai makna upacara slametan, yang masih dilakukan sampai saat ini. Banyak warga jemaat yang tidak mengetahui makna dari slametan mereka hanya melakukan upacara slametan sebagai bentuk adat dan sebagai formalitas. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Mengapa jemaat pepanthan Pelem GKJW Magetan masih melakukan slametan.

4. Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan alasan warga jemaat pepanthan Pelem GKJW Magetan melakukan Slametan.

2. Mengetahui sikap gereja GKJW Magetan tentang slametan.

5. Manfaat penelitian

1. Menyumbangkan teori Clifford Geertz tentang budaya slametan yang dilakukan kepada warga jemaat GKJW Magetan.

(6)

6

6. Metode Penelitian

6.1. Pendekatan yang akan digunakan. 6.1.1. Jenis penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.6 Mengembangkan teori dari fakta dengan mengikuti proses slametan yang dilakukan jemaat Pepanthan Pelem GKJW Magetan secara langsung dan mendalam, yang bertujuan menggambarkan atau melukiskan keadaan dari subyek yang diteliti berdasarkan fakta sebagimana adanya.7

6.2. Teknik Pengumpulan Data. 6.2.1. Data Primer.

a. Wawancara.

Teknik ini dilakukan dengan wawancara yang bertujuan untuk mendapat keterangan masalah yang diteliti dengan percakapan tatap muka, guna mendapat informasi yang lebih akurat dan terperinci untuk memperkuat data tentang obyek yang diteliti. Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara terpimpin yaitu wawancara yang terarah dalam mengumpulkan data yang relevan.8 Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab.9

b. Observasi dan partisipan.

6

H. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2004), 63.

7 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indo, 1985), 63.

8 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1983), 20.

(7)

7 Di samping melakukan penelitian, penulis juga melakukan pengamatan terlibat secara intensif terhadap pemahaman upacara slametan di GKJW Magetan pepanthan Pelem.

6.2.2. Data Sekunder.

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan bahan atau data melalui kepustakaan, berbagai buku dan dokumen lainnya. Selain itu studi kepustakaan juga bermanfaat untuk menyusun landasan teoritis yang akan menjadi tolak ukur dalam menganalisa data penelitian guna menjawab persoalan pada rumusan masalah penelitian.

6.3. Analisa Data.

Dalam proses ini, setelah data-data yang dikumpulkan berupa informasi uraian tentang pemahaman upacara slametan di GKJW Magetan Pepanthan Pelem, data yang dikumpulkan diseleksi sesuai dengan tujuan penelitian.

6.4. Informan.

Informan adalah orang-orang yang dapat memberikan data serta informasi yang akurat dan tepat yang dapat mendukung hasil penelitian. Ada pun yang diwawancarai adalah warga jemaat GKJW Magetan Pepanthan Pelem.

6.5. Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Jemaat Gereja Kristen Jawi Wetan Magetan Pepanthan Pelem, Dusun Pelem, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Magetan.

7. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

(8)

8 2. Rumusan Masalah.

3. Tujuan Penelitian. 4. Manfaat Penelitian. 5. Metode Penelitian. 6. Sistematika Penulisan.

Bab II : Landasan Teori

1. Teori Clifford Geertz slametan Jawa dan teori pendukung lainya berkaitan dengan penulisan skripsi.

Bab III : Gambaran Umum Jemaat GKJW Magetan Melakukan Slametan

Wilayah penelitian di GKJW Magetan Pepanthan Pelem agar dapat mengetahui pandangan jemaat GKJW Magetan Pepanthan Pelem tentang slametan.

Bab IV : Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan

1. Analisa Pemahaman jemaat pepantan pelem GKJW Magetan terhadap upacara slametan.

Bab V : Penutup

Referensi

Dokumen terkait

sebagai pesuruh Allah B Bermula era baru dalam sejarah tamadun masyarakat Arab Jahiliah C Berlaku penghijrahan Nabi Muhammad s.a.w..

Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan, masalah dalam penelitian adalah “apakah Adventure Based Counseling (ABC) efektif untuk meningkatkan tanggung jawab mahasiswa

Daerah yang rentan terhadap gerakan massa/ potensi rawan bencana longsor dan menyebabkan terjadinya degradasi lahan pertanian ditemukan di daerah Purworejo bagian

KONSTRUKSI SOSIAL ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Kajian Psikologi Kejahatan Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Sragen). Fakultas Hukum Universitas

TRADING BUY : Posisi beli untuk jangka pendek / trading , yang menitikberatkan pada analisa teknikal dan isu-isu yang beredar. NEUTRAL : Tidak mengambil posisi pada saham

inkuiri sebagai salah satu standar dalam pelaksanaan pembelajaran sains, termasuk pembelajaran listrik-magnet. Berdasarkan analisis data, juga ditemukan bahwa semua dosen

i) Hasil kajian ini dapat mengukur kefahaman Guru-guru Pendidikan Islam (GPI) terhadap isra‟iliyyat. ii) Dapat mengenalpasti faktor-faktor demografi yang mempengaruhi

Simpulan penelitian ini bahwa Pemberian makanan tambahan dengan konssep 4 bintang efektif menaikkan berat badan balita dengan gizi buruk di posyandu wilayah