• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terapi senam perkasa dengan symbolic modelling untuk menurunkan rendah diri siswa MA Hasyim Asy'ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Terapi senam perkasa dengan symbolic modelling untuk menurunkan rendah diri siswa MA Hasyim Asy'ari Bangsri Sukodono Sidoarjo."

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk

Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Oleh:

Ummu Kalsum

NIM. B53213073

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Ummu Kalsum (B53213073), Terapi Senam Perkasa dengan

Symbolic

Modelling

Untuk Menurunkan Rendah Diri

Siswa

MA Hasyim Asy’ari Bangsri Su

kodono

Sidoarjo.

Fokus penelitian ini adalah, (1) Bagaimana proses Terapi Senam Perkasa dengan

Symbolic Modelling untuk menurunkan rendah diri siswa

MA Hasyim Asy’ari

Bangsri Sukodono Sidoarjo? (2) Bagaimana hasil Terapi Senam Perkasa dengan

Symbolic Modelling untuk menurunkan rendah diri siswa

MA Hasyim Asy’ari

Bangsri Sukodono Sidoarjo?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode

pendekatan kuantitatif desain eksperimen single subject research menggunakan

desain A-B-A.

Penelitian dilakukan di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono

Sidoarjo. Sampel dalam penelitian ini adalah 3 orang siswa dengan rentang usia

12-21 tahun yang memiliki rendah diri. Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan penyebaran angket rendah diri, observasi dan wawancara. Untuk

memperoleh gambaran secara jelas tentang rendah diri yang dialami oleh konseli

dalam jangka waktu tertentu, maka metode analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah inspeksi visual, yaitu analisis dilakukan dengan melakukan

pengamatan secara langsung terhadap data yang telah ditampilkan dalam bentuk

grafik.

Proses terapi senam perkasa dengan

symbolic modelling

untuk menurunkan

rendah diri siswa dilakukan sesuai yang telah diinstruksikan oleh konselor.

Symbolic modelling yang digunakan oleh konselor adalah berupa buku pedoman

dan video. Pelaksanaan terapi dilakukan sebanyak enam sesi, dalam setiap sesi

frekuensinya tiga kali dalam seminggu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga konseli mengalami penurunan

rendah diri setelah pemberian intervensi terapi senam perkasa dengan symbolic

modelling. Berdasarkan review dari pelaksnanaan terapi senam perkasa dengan

symbolic modelling diperoleh data bahwa pelaksanaannya memiliki pengaruh

dalam menurunkan rendah diri siswa MA Hasyim Asy

’ari Bangsri Sukodono

Sidoarjo, yang mana konseli MA memiliki prosentase sebesar 88% menjadi

40%, konseli AW sebesar 80% menjadi 32% dan NL sebesar 88% menjadi 40%.

Semakin kecil prosentase maka hasilnya semakin membaik.

Penelitian ini merekomendasikan bagi guru Bimbingan dan Konseling, konselor,

orang tua, peneliti selanjutnya hendaknya dapat menerapkan terapi senam

perkasa dengan symbolic modelling dalam upaya menurunkan rendah diri yang

dialami siswa.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

i

HALAMAN PERSETUJUAN ...

ii

PENGESAHAN

...

iii

MOTTO

...

iv

PERSEMBAHAN

...

v

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ...

vi

ABSTRAK

...

vii

KATA PENGANTAR ...

viii

DAFTAR ISI

...

ix

DAFTAR TABEL

...

xi

DAFTAR GAMBAR ...

xii

BAB I: PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ...

1

B.

Rumusan Masalah ...

6

C.

Tujuan Penelitian ...

7

D.

Manfaat Penelitian ...

7

E.

Metode Penelitian ...

8

1.

Pendekatan dan Jenis Penelitian ...

8

2.

Populasi, sampel dan Teknik Sampling ...

10

3.

Variabel dan Indikator Penelitian ...

11

4.

Definisi Operasional ...

15

5.

Teknik Pengumpulan Data ...

17

6.

Teknik Analisis Data ...

19

F.

Uji Keabsahan Instrumen ...

20

G.

Sistematika Pembahasan ...

25

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

A.

Kajian Teoritik ...

27

1.

Terapi Senam Perkasa ...

27

a.

Sejarah Singkat senam Perkasa ...

28

b.

Pengertian Senam Perkasa ...

29

c.

Landasan Teori Senam Perkasa ...

22

d.

Tata Cara Pelaksanaan Terapi Senam Perkasa ... 31

e.

Manfaat Terapi Senam Perkasa ...

27

2.

Symbolic Modelling ...

37

a.

Pengertian Symbolic Modelling ...

37

b.

Tujuan Modelling ...

39

c.

Macam-macam Modelling ...

40

d.

Prinsip Symbolic Modelling ...

41

(8)

3.

Rendah Diri ...

46

a.

Pengertian Rendah Diri ...

46

b.

Bentuk-bentuk Rendah Diri ...

46

c.

Ciri-ciri Rendah Diri ...

47

d.

Faktor-faktor yang Menyebabkan rendah Diri ...

48

B.

Penelitian Terdahulu yang Relevan ...

49

Bab III: PENYAJIAN DATA

A.

Deskripsi Umum Objek Penelitian ...

53

1.

Profil MA Hasyim Asy

’ari Sukodono Sidoarjo

...

53

2.

Deskripsi Konselor ...

59

B.

Deskripsi Hasil Penelitian ...

66

1.

Proses Pelaksanaan ...

67

a.

Tahap Permulaan...

67

b.

Tahap Pelaksanaan ...

68

c.

Tahap Akhir ...

69

2.

Tahap Penajian Data ...

70

BAB IV: ANALISIS DATA

A.

Analisis Proses Pelaksanaan Terapi Senam Perkasa

dengan

Symbolic Modelling Untuk Menurunkan rendah

Diri Siswa MA Hasyim Asy’

ari Sukodono Sidoarjo ...

85

B.

Analisis Hasil Pelaksanaan Terapi Senam Perkasa

dengan

Symbolic Modelling Untuk Menurunkan Rendah

Diri Siswa MA Hasyim Asy’asri

Sukodono Sidoarjo ...

86

BAB V: PENUTUP

A.

Kesimpulan ...

95

B.

Saran ...

96

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Indikator Rendah Diri ...

12

Tabel 1. 2 Deskripsi Angket...

14

Tabel 1. 3 Nilai Koefisien Reliabilitas ...

24

Tabel 3. 1 Data Guru Berdasarkan Keahlian ...

57

Tabel 3. 2 Data Siswa ... 58

Tabel 3. 3 Riwayat Pendidikan ...

59

Tabel 3. 4 Indikator Rendah Diri Konseli MA ...

62

Tabel 3. 5 Indikator Rendah Diri Konseli AW ...

64

Tabel 3. 6 Indikator Rendah Diri Konseli NL...

66

Tabel 3. 7 Data Panjang Kondisi ...

71

Tabel 3. 8 Data Estimasi Secara Umum Arah Ketiga Subyek ...

72

Tabel 3. 9 Data Estimasi Kecenderungan Jejak MA...

76

Tabel 3. 10 Data Estimasi Kecenderungan Jejak AW ...

76

Tabel 3. 11 Data Estimasi Kecenderungan Jejak NL ...

76

Tabel 3. 12 Level dan Stabilitas MA ... ...

77

Tabel 3. 13 Level dan Stabilitas AW ...

77

Tabel 3. 14 Level dan Stabilitas NL...

78

Tabel 3. 15 Data Level Perubahan MA ...

78

Tabel 3. 16 Data Level Perubahan AW ...

78

Tabel 3. 17 Data Level Perubahan NL ...

78

Tabel 3. 18 Hasil Analisis Visual Dalam kondisi MA ...

78

Tabel 3. 19 Hasil Analisis Visual Dalam kondisi AW ...

79

Tabel 3. 20 Hasil Analisis Visual Dalam kondisi NL ...

79

Tabel 3. 21 Data Jumlah Variabel Yang Diubah ...

79

Tabel 3. 22 Data Kecenderungan Arah dan Efeknya MA ...

80

Tabel 3. 23 Data Kecenderungan Arah dan Efeknya AW ...

80

Tabel 3. 24 Data Kecenderungan Arah dan Efeknya NL...

80

Tabel 3. 25 Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas MA ...

81

Tabel 3. 26Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas AW ...

81

Tabel 3. 27 Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas NL ...

81

Tabel 3. 28 Data Perubahan Level MA ...

81

Tabel 3. 29 Data Perubahan Level AW ...

81

Tabel 3. 30 Data Perubahan Level NL ...

82

Tabel 3. 32 Data Prosentase Overlap MA ...

82

Tabel 3. 32 Data Prosentase Overlap AW ...

82

Tabel 3. 33 Data Prosentase Overlap NL ...

82

Tabel 3. 34 Hasil Analisis Visual Antar Kondisi MA ...

83

Tabel 3. 35 Hasil Analisis Visual Antar Kondisi AW ...

83

(10)
(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. 1 Desain A-B-A ...

10

Grafik 3. 9 Estimasi Kecenderungan Arah ...

71

Grafik 4. 1 Gambaran Tingkat Rendah Diri MA ...

87

Grafik 4. 2 Gambaran Tingkat Rendah Diri AW ...

88

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anak

dan masa dewasa yang berjalan antara 12 tahun sampai 21 tahun, dimulai dari

pubertas, yang ditandai dengan perubahan yang pesat dalam berbagai aspek

perkembangan, baik fisik maupun psikis.

1

Pada umumnya usia ini adalah usia

dimana mereka sedang duduk di bangku sekolah menengah.

2

Proses

perkembangan manusia tidak lepas dari pengaruh lingkungan sehingga

perkembangan remaja yang duduk di bangku SMP akan berbeda dengan

remaja di SMA, ataupun perguruan tinggi. Kehidupan manusia pasti tidak akan

lepas dari masa sebelumnya dan masa yang akan datang. Perkembangan yang

dialami mencakup aspek fisik, psikis, sosial yang prinsipnya ketiga aspek

perkembangan tersebut akan mencapai kematangan pada masa remaja.

3

Remaja merupakan pribadi yang sedang berkembang menuju kematangan

diri dan kedewasaan. Untuk itu remaja perlu membekali dirinya dengan

pandangan yang benar tentang konsep dirinya. Remaja perlu menjaga diri

secara efektif agar dapat mempengaruhi orang lain untuk memiliki konsep diri

yang positif. Remaja perlu menjadi diri yang mampu menciptakan interaksi

sosial yang saling terbuka, saling memperhatikan kebutuhan teman dan saling

mendukung. Setiap individu mungkin sering menilai diri sendiri apa, siapa, dan

1 Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 77.

2 Heriana Eka Dewi, Memahami Perkembangan Fisik Remaja (Yogyakarta: Goysen

Publishing, 2012), hal. 18.

3 Syamsul Bahri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif

(13)

bagaimana diri saya ini sering terbesit di dalam hati pertanyaan seperti itu

merupakan suatu bentuk konsep diri.

Masa remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu periode

penting dalam kehidupan seseorang. Namun, terdapat perbedaan antar individu

satu dengan yang lain, yang dibuktikan dengan adanya fakta bahwa beberapa

orang mengalami masa peralihan secara lebih cepat dari lainnya. Masa remaja

menghadirkan begitu banyak tantangan karena banyaknya perubahan yang

harus dihadapi mulai dari perubahan fisik, biologis, psikologis, dan sosial.

Proses-proses perubahan penting akan terjadi dalam diri remaja jika

perubahan-perubahan ini mampu dihadapi secara adaptip dan dengan sukses.

Ketika seorang remaja tidak mampu berhadapan dan mengatasi tantangan

perubahan ini secara sukses, akan muncul berbagai konsekuensi psikologis,

emosional dan behavioral yang merugikan.

4

Selama masa remaja, terjadi

perubahan-perubahan yang dramatis, baik dalam fisik maupun dalam kognitif.

Perubahan-perubahan secara fisik dan kognitif tersebut berpengaruh terhadap

perubahan dalam perkembangan psikososial mereka.

5

Remaja yang berhasil menghadapi dengan identitas-identitas yang

bertentangan akan mendapatkan pemikiran yang baru dan dapat diterima

mengenai dirinya. Remaja yang tidak berhasil menyelesaikan krisis

identitasnya akan mengalami kebingungan dengan identitas diri mereka.

Kebingungan tersebut bisa menyebabkan pemikiran individu, mengisolasi

4 Kathryn Geldard dan David Geldard, Konseling Remaja (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2011), hal. 6.

5 Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), hal.

(14)

dirinya dari teman sebaya dan keluarga, atau meleburkan diri dengan dunia

teman sebayanya dan identitas dirinya. Masalah dan kegagalan yang dialami

peserta didik disebabkan oleh sikap negatif terhadap dirinya sendiri, yaitu

menganggap dirinya tidak berarti. Perilaku siswa yang menyimpang dari aturan

yang berlaku di sekolah disebabkan oleh pandangan negatif terhadap dirinya,

yaitu dirinya tidak mampu menyelesaikan tugasnya. Hal tersebut dapat memicu

munculnya rasa rendah diri.

Setiap orang sepanjang hayatnya berusaha untuk memperoleh kehidupan

yang layak sesuai kodratnya. Maka dari itu manusiapun berhak pula untuk

menggapai pendidikan yang setinggi-tingginya. Dengan pendidikan, anak didik

akan memperoleh berbagai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sangat

dibutuhkan dalam hidup dan kehidupannya baik untuk saat ini maupun masa

datang. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun

2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian

proses pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan

kualitas kehidupan seseorang.

6

Jika berbicara tentang pendidikan, maka tidak dapat dipisahkan dari

dunia bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling di sekolah

6 Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT Rineka

(15)

mempunyai peranan yang sangat penting terhadap jalannya proses pendidikan.

Secara umum tujuan bimbingan dan konseling adalah agar manusia atau

individu

mampu

memahami

potensi-potensi

insaniahnya,

dimensi

kemanusiaannya termasuk memahami berbagai persoalan hidup dan mencari

alternatif pemecahannya.

7

Di Indonesia, sangat banyak kasus tentang remaja yang memiliki rendah

diri. Bagi remaja yang tidak mampu mengatasi masalah rendah diri yang ada

dalam dirinya akan berakibat fatal. Menurut Agus Suyanto yang mengutip

pendapat Adler mengatakan bahwa, rendah diri adalah perasaan kurang

berharga yang timbul karena ketidakmampuan psikologis atau sosial maupun

karena keadaan jasmani yang kurang sempurna.

8

Untuk sebagian remaja, rendah diri hanya menyebabkan rasa tidak

nyaman secara emosional yang bersifat sementara. Tetapi bagi beberapa

remaja, rendah diri dapat menimbulkan banyak masalah.

Adapun faktor lain yang membuat orang menjadi rendah diri meliputi:

rendah diri fisik, yang diakibatkan oleh cacat-cacat tubuh, seperti kegemukan,

gigi tidak rapi, tangan lumpuh, kaki timpang. Ada rasa rendah diri mental, yang

diakibatkan oleh hal-hal seperti daya tangkap rendah, bakat kecil, kemampuan

sedikit. Ada rasa rendah diri sosial, yang diakibatkan oleh perlakuan orang lain

atau masyarakat yang tidak wajar.

9

7Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta: Raja Grafindo,

2007), hal. 51.

8Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hal. 74.

9Mangunhardjana, Mengatasi hambatan-hambatan kepribadian (Yogyakarta: Kanisius,

(16)

Fenomena rendah diri yang dialami oleh siswa di MA Ha

syim Asy’ari

Bangsri Sukodono Sidoarjo juga dibuktikan dengan studi pendahuluan yang

peneliti lakukan di sekolah. Peneliti mewawancarai salah seorang guru BK

tentang rendah diri siswa. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui

bahwa terdapat siswa yang memiliki rendah diri yang tinggi. Guru BK tersebut

menuturkan karakteristik peserta didik yang memiliki rendah diri adalah siswa

yang sulit untuk bersosialisasi, dijauhi oleh temannya dan cenderung tidak

disukai oleh temannya, siswa yang cacat, dan siswa yang kurang mengetahui

ciri, kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, tidak dapat menerima

dan mengenal diri dengan baik. Berbeda halnya dengan peserta didik yang

percaya diri, mereka akan terlihat lebih percaya diri dan tidak malu

menunjukkan kemampuannya sehingga bisa sejajar dengan siswa yang

lainnya.

10

Maka perlu diadakan upaya untuk menurunkan rendah diri tersebut.

Pada proses konseling terdapat macam-macam pendekatan atau teknik.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

symbolic modelling suatu

proses belajar melalui pengamatan terhadap model dan perubahan perilaku

yang terjadi karena peniruan. Prosedur meneladani yang memanfaatkan proses

belajar melalui pengamatan, dimana perilaku seseorang atau beberapa orang

teladan berperan sebagai perangsang terhadap pikiran, sikap atau perilaku

subjek pengamat tindakan untuk ditiru atau diteladani. Modeling sebagai

proses belajar yang melalui observasi tingkah laku seorang model yang

10 Hasil Wawancara dengan Guru BK di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono

(17)

berperan sebagai rangsangan bagi pikiran, sikap atau tingkah laku sebagai

bagian dari individu lain yang mengobservasi model yang telah ditampilkan.

Dari studi kasus di atas, peneliti merasa perlu mengkaji masalah tersebut

lebih dalam dengan menggunakan terapi senam perkasa dengan

symbolic

modelling untuk menurunkan rendah diri siswa sehingga mengetahui lebih jauh

tentang tingkat rendah diri yang dialami oleh konseli, maka peneliti tertarik

untuk meneliti kasus tersebut. Dimana peneliti juga berperan sebagai konselor

yang menangani rendah diri yang dialami siswa. Sehingga dalam penelitian

ini, peneliti memberi judul “

Terapi Senam Perkasa dengan Symbolic Modelling

Untuk Menurunkan Rendah Diri Siswa

MA Hasyim Asy’ari

Bangsri Sukodono

Sidoarjo”.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka dapat

disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:

1.

Bagaimana proses pelaksanaan Terapi Senam Perkasa dengan

Symbolic

Modelling

untuk menurunkan rendah diri siswa

MA Hasyim Asy’ari

Bangsri Sukodono Sidoarjo?

2.

Bagaimana hasil Terapi Senam Perkasa dengan

Symbolic Modelling

untuk

menurunkan rendah diri siswa

MA Hasyim Asy’ari

Bangsri Sukodono

(18)

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

sebagai berikut:

1.

Menjelaskan proses pelaksanaan Terapi Senam Perkasa dengan

Symbolic

Modelling

untuk menurunkan rendah diri siswa

MA Hasyim Asy’ari

Bangsri Sukodono Sidoarjo.

2.

Menjelaskan hasil Terapi Senam Perkasa dengan Symbolic Modelling untuk

menurunkan rendah diri siswa

MA Hasyim Asy’ari

Bangsri Sukodono

Sidoarjo.

D.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah dan memperkaya

khazanah keilmuan baik secara teoritis maupun praktis. yakni sebagaimana

berikut:

1.

Segi Teoritis

Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam

bidang Terapi Senam Perkasa dengan

Symbolic Modelling

untuk

menurunkan rendah diri siswa

MA Hasyim Asy’ari

Bangsri Sukodono

Sidoarjo.

2.

Segi Praktis

Memberi kontribusi yang positif dalam melaksanakan terapi Senam

Perkasa dengan

Symbolic Modelling

untuk menurunkan rendah diri siswa

(19)

E.

Metode Penelitian

Metode berasal dari bahasa Yunani

“methodos”

yang berarti cara atau

jalan. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk

mendapatkan data dan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti.

11

1.

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif sendiri merupakan suatu

proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka

sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita

ketahui.

12

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah

eksperimen. Penelitian eksperimen dapat didefinisikan sebagai metode yang

dijalankan di bawah kondisi buatan

(artifical condition) yang diatur oleh

peneliti dengan menggunakan suatu perlakuan (treatment) tertentu.

13

Desain

yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

single subject

research (rancangan penelitian subyek tunggal). Penelitian dengan subyek

tunggal adalah penelitian yang dilaksanakan pada satu subyek dengan tujuan

untuk mengetahui berapa besarnya pengaruh dari perlakuan yang diberikan

berulang-ulang terhadap kasus tunggal.

11 Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

2013), hal. 127.

12 S. Margono, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hal. 105.

13 Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan Penuntun

(20)

Dalam proses penelitian subyek tunggal, terdapat empat kegiatan

utama yang perlu dilakukan, yaitu mengidentifikasi masalah dan

mendefinisikan dalam bentuk perilaku yang akan diubah yang teramati dan

terukur, menentukan tingkat perilaku yang akan diubah sebelum

memberikan intervensi, memberikan intervensi dan menindaklanjuti (follow

up)

untuk mengevaluasi apakah perubahan perilaku yang terjadi menetap

atau bersifat sementara.

Mengacu pada penjelasan di atas, maka secara

implisit desain yang

digunakan adalah desain A-B-A. Desain A-B-A ini digunakan untuk

menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan

variabel bebas.

14

Prosedur penelitiannya adalah mula-mula perilaku sasaran

(target behavior) dalam hal ini indikasi rendah diri, diukur secara kontinu

pada kondidi baseline (A1) dengan periode waktu tertentu, kemudian pada

kondisi intervensi (yakni pemberian intervensi terapi senam perkasa dengan

symbolic modelling) (B). Setelah pengukuran pada kondisi

intervensi (B)

pengukuran pada kondisi

baseline kedua (A2) diberikan. Penambahan

kondisi

baseline yang kedua (A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk

menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional yang kuat antara terapi

senam perkasa dengan

symbolic modelling

untuk menurunkan rendah diri.

dalam hal ini gambaran desain grafik yang digunakan dalam metode

penelitian eksperimen single case research desain A-B-A akan digambarkan

secara rinci sehingga mudah dibaca.

14 Juang Sunanto, Penelitian dengan Subyek Tunggal (Bandung: UPI Press, 2006), hal.

(21)

Adapun struktur dasar desain A-B-A adalah seperti terlihat pada grafik

di bawah ini:

Grafik 1.1 Desain A-B-A

2.

Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

a.

Populasi

Populasi merupakan sekelompok elemen atau kasus, baik itu

individual, obyek, atau peristiwa yang berhubungan dengan kriteria

spesifik dan merupakan sesuatu yang menjadi target generalisasi yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.

15

Dengan demikian, yang dimaksud dengan populasi adalah sumber data

dalam penelitian tertentu yang memiliki jumlah banyak dan luas dan

memiliki kualitas serta karakteristik tertentu. Adapun populasi dalam

penelitian ini adalah siswa MTs dan MA Hasyim Asy’ar

i Bangsri

Sukodono Sidoarjo dan populasi diambil sebanyak 30 siswa.

15 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

(22)

b.

Sampel dan Teknik Sampling

Sampel ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan

masalah, tujuan, hipotesis, metode dan instrumen penelitian. Sampel

adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik dan kualitas

yang sama dengan populasi.

16

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

Purposive Sampling yakni responden yang terpilih menjadi anggota

sampel atas dasar pertimbangan peneliti sendiri.

17

Sesuai dengan

namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang

diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahawa seseorang

tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.

Sehingga dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah tiga siswa

perwakilan kelas 1-3 Madrasah Aliyah karena mereka memiliki

karakteristik yang telah peneliti tetapkan yakni memiliki rendah diri.

3.

Variabel dan Indikator Penelitian

a.

Variabel

Salah satu tahapan paling penting dalam proses penelitian

kuantitatif adalah penentuan variabel penelitian. Dalam tahap ini seorang

peneliti harus memutuskan variabel-variabel apa saja yang akan

dijadikan obyek atau titik perhatian dalam penelitiannya. Variabel adalah

suatu konsep yang memiliki variasi atau yang dapat memiliki bermacam

16 Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

2013), hal. 138.

17Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

(23)

nilai tertentu. Konsep apa saja asalkan memiliki variasi nilai dapat

disebut sebagai variabel.

18

Dalam penelitian ini hanya terdapat dua

variabel, yaitu variabel X dan Y yang mana variabel X (variabel bebas)

adalah terapi senam perkasa dengan

symbolic modelling sedangkan

variabel Y (variabel terikat) adalah rendah diri pada siswa.

b.

Indikator Penelitian

Variabel X dalam penelitian ini adalah terapi senam perkasa dengan

symbolic modelling. Adapun variabel Y adalah rendah diri siswa.

Tabel 1.1 Indikator Variabel Y Rendah Diri

No

Aspek

Prosentase

Indikator

Prosentase

1

Aspek Fisik

100%

Daya tahan tubuh lemah

48%

Memiliki cacat fisik

17%

Memiliki penyakit

35%

2

Aspek

Psikologis

100%

Perasaan kurang berharga

8%

Merasa direndahkan

4%

Pesimis

44%

Mengasihani diri sendiri

4%

Mudah menyerah

4%

Merasa tidak nyaman

4%

Putus asa

8%

Menyalahkan dunia

8%

Pemalu

8%

Perasaan tertekan

4%

Ketikberdayaan

4%

3

Aspek Sosial

100%

Rasa Malu

11%

Diabaikan

45%

Merasa tidak aman

11%

Takut bertemu orang baru

11%

Kesulitan bergaul

11%

Menarik diri dari kehidupan

sosial

11%

18 S. Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian (Yogyakarta:

(24)

c.

Jenis Instrumen

Instrumen rendah diri yang digunakan dalam penelitian ini dibuat

oleh peneliti dengan cara melihat dari indikator-indikator rendah diri

menurut para ahli. Instrumen tersebut digunakan untuk mengungkap

gejala rendah diri yang dialami oleh siswa. Gejala rendah diri yang

diungkap meliputi aspek fisik, psikologis dan sosial. Instrumen rendah

diri berisi 40 butir pernyataan, dimana responden menjawab keadaan

“ya” atau “tidak” sesuai dengan keadaan dirinya.

Kuesioner rendah diri menggunakan skala Gutman, yang rerdiri

dari 27 pernyataan

favourable (+) dan 13 pernyataan

unfavourable (-).

Setiap jawaban dari pernyataan favourable

bernilai 1 untuk jawaban “ya”

dan “0” untuk jawaban “tidak”. Sedangkan pada pernyataan

unfavourable

bernilai 1 untuk jawaban “tidak” dan bernilai 0 untuk

jawaban “ya”.

d.

Pengujian Instrumen dan Uji Kelayakan

Instrumen yang digunakan, terlebih dahulu diterjemahkan untuk

digunakan, kemudian dilakukan pertimbangan terhadap bahasa, konstruk

dan konten instrumen. Penilaian

(judgment) oleh 2 orang ahli di

bidangnya yakni Amriana, Sos.I, M. Pd. dan Ibu Dra. Psi. Mierrina, M.

Si. Adapun pertimbangan dari kedua orang ahli tersebut dapat

disimpulkan: Perbaikan struktur kalimat dalam instrumen serta Perjelas

(25)

Selanjutnya, masukan dari kedua orang ahli tersebut dijadikan dasar

dalam penyempurnaan instrumen.

e.

Uji Keterbacaan

Sebelum diujicobakan, instrumen tersebut terlebih dahulu diuji

keterbacaannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah kata-kata

atau kalimat yang digunakan dalam instrumen tersebut bisa dipahami

atau tidak. Uji keterbacaan ini dilakukan kepada 6 orang siswa yang

terdiri dari siswa kelas VII MTs, VIII MTs, IX MTs, X MA, XI MA dan

XII MA. Keenam siswa tersebut diharapkan dapat mewakili rentang usia

yang telah ditetapkan oleh peneliti yakni 12-21 tahun.

f.

Indikator dan Deskripsi Angket

Angket yang dijadikan instrumen oleh peneliti berisi 40 pernyataan

yang meliputi beberapa aspek penilaian, yaitu:

Tabel 1.2 Deskripsi Angket

No

Aspek

Indikator

No Item

1

Aspek Fisik

Daya tahan tubuh lemah

2, 7, 13

Memiliki cacat fisik

18

Memiliki penyakit

22, 35

2

Aspek

Psikologis

Perasaan kurang berharga

4, 15

Merasa direndahkan

20

Pesimis

3, 5, 10, 16,

23, 26, 28, 30,

32, 34, 36

Mengasihani diri sendiri

11

Mudah menyerah

19

Merasa tidak nyaman

14

Putus asa

9, 37

Menyalahkan dunia

17, 27

Pemalu

8, 29

Perasaan tertekan

6

Ketikberdayaan

12

3

Aspek Sosial

Rasa Malu

33

Diabaikan

24, 31, 39, 40

(26)

Takut bertemu orang baru

21

Kesulitan bergaul

1

Menarik diri dari kehidupan

sosial

25

4.

Definisi Operasional

a.

Terapi Senam Perkasa

Terapi menurut bahasa Arab sepadan dengan kata

“Shafa

-Yashfi-Shifan”,

yang berarti pengobatan, mengobati, menyembuhkan.

19

Terapi

senam perkasa adalah terapi senam yang gerakan-gerakannya diambil

dari gerakan shalat. Gerakan shalat memiliki karakteristik istimewa yang

setara dengan prinsip-prinsip latihan olahraga yang benar. Olahraga

berfungsi menjaga postur tubuh agar tetap ideal dan melindungi sekaligus

mengobati penyakit atau gangguan yang biasa menjangkiti tubuh

manusia.

b.

Symbolic Modelling

Pengertian modeling menurut bandura yang dikutip oleh Nur

Salim, modeling merupakan proses belajar melalui pengamatan terhadap

model dan perubahan perilaku yang terjadi karena peniruan.

20

Simbolik

modeling dapat diartikan sebagai permodelan yang dilakukan dengan

cara menggunakan media seperti film, video, buku pedoman dengan cara

mendemonstrasikan perilaku. Prosedur meneladani yang memanfaatkan

proses belajar melalui pengamatan, dimana perilaku seseorang atau

beberapa orang teladan berperan sebagai perangsang terhadap pikiran,

19 Muhammad Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia (Jakarta: PT Hidakarya, 1989), hal.

120.

(27)

sikap atau perilaku subjek pengamat tindakan untuk ditiru atau

diteladani.

21

Selanjutnya peneliti merangkum praktis symbolic modelling dengan 3

langkah sebagai berikut:

a.

Pemberian Contoh

b.

Praktik/Latihan

c.

Evaluasi

1)

Pemberian Contoh: Pada tahap ini konselor memberikan

contoh kepada konseli berupa model yang disajikan dalam bentuk

video atau media lainnya, di mana perilaku model yang akan

diperlihatkan telah disetting untuk ditiru oleh konseli.

2)

Praktik/Latihan: Pada tahap ini, klien akan diminta untuk

mempraktikkan setelah ia memahami perilaku model yang telah

disaksikan. Biasanya praktik atau latihan ini mengikuti suatu

urutan yang telah disusun

3)

Evaluasi: Pada tahap ini konselor bersama dengan konseli

mengevaluasi apa saja yang telah dilakukan, serta kemajuan apa

saja yang telah dirasakankonseli selama proses bimbingan. Selain

itu, konselor juga harus memberikan motivasi untuk terus mencoba

dan mempraktikkan apa yang telah konseli dapat.

22

21 Edi Purwanto, Modifikasi Perilaku (Alternatif Anak Berkebutuhan Khusus)

(Jakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 129-130.

22Muhammad Nur Salim, Strategi Konseling (Surabaya: Unesa University Press, 2005),

(28)

c.

Rendah Diri

Rendah diri adalah perasaan menganggap terlalu rendah pada

diri

sendiri. Orang yang rendah diri berarti menganggap diri sendiri

tidak

mempunyai kemampuan yang berarti. Seperti dikatakan oleh

Adler

dalam bukunya Agus Sujanto, yang berjudul psikologi

kepribadian

bahwa rasa rendah diri berarti perasaan kurang berharga

yang timbul

karena ketidakmampuan psikologis atau sosial maupun

karena keadaan

jasmani yang kurang sempurna.

23

5.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan hal yang penting dalam

penelitian karena metode ini merupakan strategi atau cara yang digunakan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian.

24

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah:

a.

Angket (kuesioner)

Angket atau kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan

permintaan pengguna. Angket merupakan metode pengumpulan data

yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan

apa yang bisa diharapkan dari responden.

25

23 Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hal. 74.

24 S. Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2012), hal. 33.

25 S. Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian (Yogyakarta:

(29)

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket rendah

diri. Penggunaan angket ini untuk mengetahui kondisi rendah diri yang

ditunjukkan konseli. Baik selama tahap baseline 1, intervensi maupun

baseline 2. Dalam angket yang dibuat oleh peneliti ini menggunakan

pernyataan favourable (+) dan unfavourable (-).

b.

Observasi

Observasi adalah peninjauan secara cermat, dalam penelitian terapi

senam perkasa dengan symbolic modelling untuk menurunkan rendah diri

siswa MA Hasyim Asy’ari

Bangsri Sukodono Sidoarjo, peneliti akan

melihat bahkan terlibat secara langsung bagaimana kehidupan sehari-hari

yang terjadi pada konseli.

26

Dalam melaksanakan pengamatan ini sebelumnya peneliti akan

mengadakan pendekatan dengan subyek penelitian sehingga terjadi

keakraban antara peneliti dengan subyek penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti mengikuti proses pembelajaran

konseli secara langsung dan mengikuti kegiatan sehari-hari konseli untuk

melihat masalah rendah diri sisiwa

MA Hasyim Asy’ari Bangsri

Sukodono Sidoarjo secara langsung serta peneliti ikut serta dalam

memberikan intervensi terhadap konseli.

c.

Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Interview atau wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

26 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

(30)

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini

teknik wawancara dilakukan terhadap konseli dan informan guna

mendapatkan data-data yang mendukung dalam penelitian terapi senam

perkasa dengan symbolic modelling untuk menurunkan rendah diri siswa

MA Hasyim Asy’ari Bangs

ri Sukodono Sidoarjo.

Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk mencari data sebanyak

mungkin melalui wawancara terhadap para informan yaitu guru BK

konseli, teman sekelas konseli, orangtua konseli dan konseli dengan

mewawancarai apa penyebab konseli memiliki rendah diri dan

bagaimana keseharian konseli di sekolah.

6.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

inspeksi visual, dimana analisis dilakukan dengan melakukan pengamatan

secara langsung terhadap data yang telah ditampilkan dalam bentuk grafik.

27

Adapun tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang

rendah diri yang dirasakan oleh konseli dalam jangka waktu tertentu.

Adapun aspek yang dianalisis meliputi: panjang kondisi, kecenderungan

arah, kecenderungan stabilitas, kecenderungan jejak, level stabilitas dan

rentang dan level perubahan. Penggunaan analisis grafik ini diharapkan

dapat lebih memperjelas gambaran dari pelaksanaan eksperimen sebelum

diberi treatment maupun pada saat setelah diberikan treatment.

27 Juang Sunanto, Penelitian dengan Subyek Tunggal (Bandung: UPI Press, 2006), hal.

(31)

F.

Uji Keabsahan Instrumen

1.

Uji Validitas Data

Validitas adalah pendapat mengenai kesesuaian pengukuran untuk

kesimpulan atau keputusan khusus yang berasal dari skor yang ada.

28

Validitas merupakan sejauh mana akurasi suatu tes skala dalam

menjalankan fungsi pengukurannya. Pengukuran dikatakan mempunyai

validitas tinggi apabila menghasilkan data yang secara akurat memberikan

gambaran mengenai variabel yang diukur seperti dikehendaki oleh tujuan

pengukuran tersebut.

29

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kevalidan angket dalam

mengumpulkan data. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan aplikasi

program SKALO (Program Analisis Skala Gutman).

30

Untuk memperoleh kualitas instrumen, maka dilakukan uji coba

validitas. Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur

terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang

seharusnya diukur. Untuk menguji tingkat validitas empiris instrumen,

peneliti mencobakan instrumen tersebut kepada 30 siswa-siswi MTs dan

MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo. Apabila data yang didapat

dari uji coba ini sudah sesuai berarti instrumennya sudah baik, sudah valid.

31

28 Asep Saepul Hamdi dan E. Bahruddin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam

Pendidikan (Yogyakarta: Deepublish, 2014), hal. 66.

29 Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal.

8.

30 Wahyu Widhiarso, SKALO (Program Analisis Skala Gutman) (Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada, 2011).

31 Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian: Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik

(32)

Karena instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan

skala Gutman, maka untuk memperoleh tingkat validitas instrumen

menggunakan koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas, adapun

rumus yang digunakan adalah:

Koefisien Reprodusibilitas (Kr)

Keterangan:

Kr = Koefisien Reprodusibilitas

e = Jumlah Kesalahan

n = Jumlah total pilihan jawaban = Jumlah pertanyaan

X Jumlah responden

Koefisien Skalabilitas (Ks)

Keterangan:

Ks = Koefisien Skalabilitas

e = Jumlah Kesalahan

k = Jumlah kesalahan yang diharapkan

c (n- Tn) dimana c

adalah kemungkinan mendapatkan jawaban benar. Karena

jawaban “ya” dan “tidak” maka c = 0,5

n = jumlah total pilihan jawaban = Jumlah pertanyaan X Jumlah

(33)

Tn = Jumlah pilihan jawaban.

32

Koefisien Reprodusibilitas (Kr)

Koefisien Skalabilitas (Ks)

= 1

=

=

= 1

0,16

= 0,84

Setelah peneliti melaksanakan uji instrumen, maka didapatkan hasil

dari jumlah responden sebanyak 30 siswa dengan jumlah potensi salah

sebesar 1200 dan jumlah error sebesar 94. Sehingga menghasilkan koefisien

reprodusibilitas sebesar 0,92 dan koefisien skalabilitas sebesar 0,84. Adapun

secara praktis, peneliti menggunakan aplikasi program SKALO (Program

analisis skala Gutman), hasil perhitungan terlampir.

Adapun skala dari koefisien reprodusibilitas (Kr) dianggap baik,

apabila Kr > 0,9. Sedangkan hasil penghitungan dalam penelitian ini sebesar

32 Usman Rianse dan Abdi, Metode Penelitian Sosial dan Ekonomi dan Aplikasi

(34)

0,92. Maka koefisien reprodusibilitas untuk hasil uji instrumen dianggap

memenuhi.

Dalam perhitungan Koefisien Skalabilitas (Ks), jika nilai Ks > 0,60

maka dianggap baik untuk digunakan dalam penelitian. Adapun hasil

penghitungan dalam penelitian ini sejumlah 0,84 maka hasil koefisien

skalabilitas ini baik digunakan untuk penelitian.

2.

Uji Reliabilitas

Sedangkan untuk pengujian reliabilitas dalam penelitian ini

menggunakan KR 20 (Kuder Richardson). Penggunaan rumus KR 20

digunakan karena skor yang diperoleh adalah skor dikotomi 1 dan 0.

Adapun rumusnya adalah:

Keterangan:

= Varians Skor Tes

k = banyaknya aitem dalam tes

p = proporsi subyek yang mendapat angka 1 pada suatu.

33

Berikut hasil uji reliabilitas instrumen dengan KR 20 sebagai berikut:

33 Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal.

(35)

Tabel 1.3 Nilai koefisien relibialitas

Kriteria

Interpretasi

0,80

1,00

0,60

0,79

0,40

0,59

0,20

0,39

0,00

0,19

Derajat keterandalannya sangat tinggi

Derajat keterandalannya tinggi

Derajat keterandalannya cukup

Derajat keterandalannya rendah

Derajat keterandalannya sanat rendah

Didapatkan hasil uji reliabilitas sebesar 0,447. Jika dimasukkan

kedalam tabel kriteria reliabilitas, hasil dari perhitungan menunjukkan

(36)

G.

Sistematika Pembahasan

BAB I

Pendahuluan

Pada BAB ini disajikan Latar Belakang Masalah, Rumusan

Permasalahan, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi

Konsep, Metode Penelitian yang meliputi Pendekatan dan Jenis

Penelitian, Sasaran dan Lokasi Penelitian, Jenis dan Sumber Data,

Tahap-tahap Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik

Analisis Data, Teknik Keabsahan data dan yang terakhir termasuk

dalam pendahuluan adalah Sistematika Pembahasan.

BAB II

Pada BAB ini disajikan tentang Tinjauan Pustaka membahas

tentang Kajian Teoritik yang dijelaskan dari beberapa referensi

untuk menelaah obyek kajian yang dikaji. Tinjauan Pustaka

meliputi Terapi Senam Perkasa dengan

Symbolic Modelling yang

terdiri dari Pengertian Terapi Senam Perkasa dengan

Symbolic

Modelling, Tujuan, dan tahapan dalam Terapi Senam Perkasa

dengan Symbolic Modelling.

BAB III

Penyajian Data

BAB ini berisi pembahasan tentang deskripsi umum obyek

penelitian yang berisi deskripsi lokasi penelitian, deskripsi hasil

proses terapi senam perkasa dengan

symbolic modelling untuk

(37)

BAB IV

Analisis Data

BAB ini berisi pemaparan tentang laporan hasil penelitian yang

berupa proses terapi senam perkasa dengan

symbolic modelling

untuk menurunkan rendah diri. Serta laporan hasil akhir dalam

poses terapi senam perkasa dengan

symbolic modelling untuk

menurunkan rendah diri.

BAB V

Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Membahas tentang

kesimpulan dan ringkasan dari hasil pembahasan, saran untuk

(38)

BAB II

TERAPI SENAM PERKASA,

SYMBOLIC MODELLING

,

DAN RENDAH

DIRI

A.

Terapi Senam Perkasa

1.

Sejarah Singkat Senam Perkasa

Senam shalat atau senam perkasa merupakan senam dahsyat yang di

ilhami oleh gerakan pengagungan Ilahi yang telah berusia ribuan tahun

semenjak kerasulan Ibrahim AS, Sulaiman AS, Ayyub AS, Zakaria AS, Isa

AS, dan terhimpun di Rasulullah SAW.

Gerakan-gerakan spiritual tersebut kini telah berkembang menjadi

gerakan untuk kesehatan raga yang apabila konsisten dan sabar dalam

mengaplikasikannya maka kita akan mendapatkan kemenangan besar,

berupa ketenangan jiwa dan sehat raga sampai usia lanjut. Senam perkasa

ini sangat mudah, untuk siapa saja dan dimana saja. Keseimbangan antara

fisikal, emosional, spiritual, akal dan seksualitas antara kehidupan duniawi

dan akhirat akan diperoleh untuk selamanya, selama kita ingin memahami

dan mengaplikasikannya dengan sabar dan ikhlas.

Senam shalat ini telah tersebar keseluruh Nusantara bahkan Manca

Negara dikembangkan oleh putra bangsa Indonesia semenjak tahun 2000.

1

1 Stars Therapy, Therapy, Pengobatan, Ramuan, dan Do’a (Bogor: Rumah Sehat Islami,

(39)

2.

Pengertian Senam Perkasa

Terapi menurut bahasa Arab sepadan dengan kata

“Shafa

-Yashfi-Shifan”,

yang berarti pengobatan, mengobati, menyembuhkan.

2

Terapi

senam perkasa adalah terapi senam yang gerakan-gerakannya diambil dari

gerakan shalat. Gerakan shalat memiliki karakteristik istimewa yang setara

dengan prinsip-prinsip latihan olahraga yang benar. Olahraga berfungsi

menjaga postur tubuh agar tetap ideal dan melindungi sekaligus mengobati

penyakit atau gangguan yang biasa menjangkiti tubuh manusia.

Allah SWT adalah pencipta manusia. Oleh sebab itu, Allah Maha

Mengetahui tentang penyakit atau gangguan apa yang biasa menimpa

manusia. Dia juga Maha mengetahui tentang gerakan-gerakan tubuh yang

mesti terjadi dalam aktivitas keseharian manusia, termasuk

gangguan-gangguan yang dapat ditimbulkan oleh gerakan-gerakan tersebut. Oleh

karena itu, Allah SWT menciptakan sebuah program perlindungan yang

paling utama untuk mengatasi gangguan maupun kerusakan tubuh yang

dapat menimpa manusia. Sebagaimana firman-Nya:

َلاَثْمَأ اَْلَدَب اَْ ئِش اَذِإَو ْمَُرْسَأ اَنْدَدَشَو ْمُاَْقَلَخ ُنْحَن

اًلِدَْْ َ ْمُُ

(

82

)

Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh

mereka, apabila kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti

(mereka) dengan orang-

orang yang serupa dengan mereka”.

(QS.

Al-Insaan: 28).

3

Meskipun tujuan olahraga berbeda-beda, namun terdapat beberapa

prinsip yang harus dipenuhi dalam olahraga secara umum. Prinsip-prinsip

2 Muhammad Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia (Jakarta: PT Hidakarya, 1989), hal.

120.

3 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Terjemahannya (Bandung: CV

(40)

olahraga tersebut dirumuskan oleh para guru besar olahraga selama

perjalanan panjang ilmu olahraga itu sendiri. Akan tetapi, Allah SWT telah

memberitahu kita pelajaran yang baik tentang prinsip olahraga, yaitu

melalui praktik gerakan-gerakan shalat.

3.

Landasan Teori Senam Perkasa

Landasan teori senam sholat ini terbagi menjadi 2 yakni: menurut

dalil naqli dan menurut dalil aqli.

a.

Menurut Dalil Naqli

Sesungguhnya menunaikan ibadah yang telah diwajibkan Allah,

seperti shalat, zakat, puasa ataupun haji mampu membersihkan jiwa,

sebagaimana firman-Nya:

َ ف ِهِبَر ْنِم ٍروُن ىَلَع َوَُُ ف ِم ًَْسِِْْل َُرْدَص ُهَللا َحَرَش ْنَمَفَأ

ْنِم ْمُُُ بوُلُ ُ ََِِِساَقْلِل ٌْلَو

ِرِْْذ

ٍنَُِْم ٍل ًََض يِف َكِئَلوُأ ِهَللا

(

88

)

Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk

(menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya

(sama dengan orang yang membantu hatinya)? Maka kecelakaan yang

besarlah bagi mereka yang telah membantu hatinya untuk mengingat

Allah, mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (QS. Az Zumar: 22).

4

Menunaikan

ibadah

pun

merupakan

satu

cara

untuk

menghapuskan dosa dan memperkuat ikatan seorang mukmin kepada

Allah yang disampaikan dengan selalu mematuhi semua perintah-Nya

dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan kedekatannya dengan Allah

lah, maka selalu muncul harapan agar Allah dapat mengampuni segala

kesalahannya. Juga akan makin kuat cita-citanya dalam menggapai

Surga-Nya, tempat dimana ia akan selalu merasa aman dan tenang.

4 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: CV

(41)

b. Menurut Dalil Aqli

Studi yang dilakukan oleh Ramchandran, seorang peneliti

Amerika,

bersama-sama

dengan

sekelompok

peneliti

lainnya

menunjukkan bahwa laju pernapasan dan konsumsi oksigen dalam

tubuh manusia berkurang selama doa (shalat) dalam kisaran antara 20

dan 30%, di samping resistensi kulit meningkat dan darah tinggi lebih

membeku.

Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa sebuah gambar yang

ditangkap melalui

CT scan menunjukkan adanya aktivitas kerja otak

yang sangat menakjubkan selama seseorang itu berdoa (shalat). Tercatat

bahwa gambar otak seseorang dalam keadaan berdoa (shalat) atau

meditasi berbeda dengan gambar (otak) dalam keadaan normal.

Aktivitas sel-sel saraf di otak telah berkurang dan terdapat warna

mengkilap yang muncul di radiologi. Ramchandran menegaskan bahwa

hasil gambar ini merupakan bukti ilmiah mengenai apa yang yang

disebut “spiritual transenden” dan kehadiran agama di dalam otak, yang

membawa dampak terhadap seluruh anggota, seperti otot, mata, sendi

dan keseimbangan organ-organ tubuh. Ia juga menambahkan bahwa

semua anggota tubuh mengirim sinyal ke otak selama seseorang

berdo’a (shalat) atau meditasi, hal inilah yang menyebabkan aktivitas

otak meningkat, sehingga otak kehilangan kontak dengan tubuh

sepenuhnya hanya menjadi pikiran murni dan menarik diri dari alam

(42)

Dalam penelitian lain mengatakan bahwa funsgi kinerja tubuh

lebih banyak bergantung pada sistem penyerapan oksigen. Pernafasan

panjang mampu membuat organ tubuh bekerja secara maksimal,

sehingga dapat menangkal berbagai penyakit. Visc, Fischer serta

kalangan dokter terkemuka berkata: “Melakukan pernafasan panjang

sebanyak seratus kali dalam sehari adalah sifat seorang dokter yang

berakal guna menghindari penyakit

TBC”.

4.

Tata cara Pelaksanaan Terapi Senam Perkasa

a.

Gerakan 1: Lapang Dada

1)

Posisi tegak, tangan di samping dalam keadaan terbuka dan

menghadap ke depan.

2)

Sambil menarik nafas dalam-dalam dan tahan di dada, kedua

tangan diangkat lurus ke atas, posisi telapak tangan seperti berdoa,

kepala menghadap ke atas.

3)

Hitung sampai 5 hitungan.

4)

Turunkan kedua tangan perlahan-lahan, nafas masih ditahan di dada,

kepala menghadap ke atas.

5)

Angkat kembali kedua tangan, nafas masih ditahan di dada, kepala

tetap menghadap ke atas.

6)

Ulangi gerakan tersebut, 3 sampai 5 kali takbir.

b.

Gerakan 2: Hentak Tumit

(43)

2)

Sambil menarik nafas dalam-dalam dan ditahan di dada, kedua

tangan diangkat lurus keatas, poisisi telapak tangan seperti berdoa,

kepala menghadap keatas

3)

Angkat kedua tumit, posisi jinjit kemudian hentakkan kedua tumit ke

bumi sampai kepala dan dada terasa bergetar.

c.

Gerakan 3: Gerakan Puting Beliung/Pusaran Bio Listrik

1)

Posisi tubuh tegak, tangan di samping dalam keadaan terbuka dan

menghadap ke depan

2)

Mengangkat tangan dan memutar ke belakang sambil menarik nafas,

tahan nafas di dada

3)

Ketika tangan diputar kebelakang, kaki dijinjit

4)

Sebaiknya dilakukan 20 putaran dalam satu nafas (lakukan gerakan

ini 4-5 kali).

d.

Gerakan 4: Tunduk Syukur/ Cerdas Sampai Tua

1)

Tahan nafas sambil mengangkat kedua tangan.

2)

Kemudian membungkuk sambil memegang engkel kaki, siku lurus,

pandangan kedepan, dongakkan kepala tahan 40 hitungan hingga

pundak bergetar.

3)

Buang nafas perlahan (lakukan minimal 3 kali).

e.

Gerakan 5: Membenturkan Lutut

1)

Posisi tubuh tegak, kepala mengadah.

2)

Kedua tangan diangkat dengan telapak tangan seperti berdoa.

(44)

4)

Jatuhkan badan seperti hendak bersujud seraya lutut dibenturkan ke

lantai.

5)

Kembalikan badan ke posisi semula, nafas masih ditahan (ulangi

sampai 10 kali gerakan dalam satu nafas).

f.

Gerakan 6: Duduk Perkasa

1)

Posisi duduk dengan jari-jari semua ditekuk.

2)

Kedua tumit dipinggir pantat.

3)

Kedua tangan memegang engkel kaki.

4)

Lakukan sehingga tulang kering terasa panas dan pegal.

g.

Gerakan 7: Duduk Perkasa Sambil Sujud

1)

Posisi duduk perkasa.

2)

Tarik nafas, tahan di dada, kepala melihat ke atas.

3)

Bersujud dengan pandangan ke depan, pantat tidak diangkat.

4)

Tahan sampai 40 hitungan.

h.

Gerakan 8: Duduk Pembakaran

1)

Posisi duduk perkasa.

2)

Tarik nafas, tahan didada, kepala menghadap kedepan.

3)

Bersujud dengan pandangan ke depan.

4)

Kedua telapak kaki diangkat bertumpu pada lutut.

5)

Tangan diulurkan ke depan.

6)

Tahan 20 hitungan.

7)

Naikkan badan dan langsung duduk pembakaran.

(45)

i.

Gerakan 9: Duduk Pembakaran Sambil Sujud

1)

Posisi duduk pembakaran.

2)

Tarik nafas, tahan di dada, kepala mendongak ke atas.

3)

Kedua tangan disimpan dipangkal paha.

4)

Bersujud dengan pandangan ke depan.

5)

Naikkan badan dan buang nafas secara perlahan (lakukan sesuai

kebutuhan).

j.

Gerakan 10: Berbaring Pasrah

1)

Posisi duduk pembakaran.

2)

Rebahkan tubuh perlahan hingga posisi tubuh terlentang.

3)

Lengan di atas kepala (lakukan 5-10 menit).

Jadi, semua gerakan menarik dan membuang nafas melalui hidung.

5.

Manfaat Terapi Senam Perkasa

a.

Manfaat Gerakan 1

Merawat syaraf dada/system pernafasan, mencegah dan

menyembuhkan asma, mencegah kanker thyroid, mencegah dan

menyembuhkan

bronchitis,

Membuka

aura,

menghilangkan

kesombongan, meningkatkan keikhlasan.

b.

Manfaat Gerakan 2

Untuk memperkuat jantung, mencegah jantung bengkak dan

reumatik jantung, memperkuat rongga dada, mencegah pembengkakan

(46)

c.

Manfaat Gerakan 3

Melapangkan dada, meningkatkan jumlah elektrolit dalam darah,

mendorong sampah biolistrik dari perasaan kesombongan dan

kedongkolan, mencegah dan mengobati masuk angin.

d.

Manfaat Gerakan 4

Melonggarkan otot-otot punggung bagian bawah, paha dan betis.

Melonggarkan otot-otot perut, abdomen dan ginjal, Menambah

kepribadian, menimbulkan kebaikan hati dan kelarasan batin,

Mempermudah persalinan ibu hamil, dapat menyembuhkan berbagai

penyakit membengkokkan tulang. Menghindari 17 macam penyakit

yang menyerang ruas tulang punggung belakang, yang meliputi ruas

tulang punggung, ruas tulang pinggang dan ruas tulang tungging.

e.

Manfaat Gerakan 5

Mencegah tumor/radang otak, Mencegah pikun dini, mencegah

Parkinson, meningkatkan kecerdasan.

f.

Manfaat Gerakan 6

Melenturkan otot-otot paha dan lutut dan Melatih kesabaran dan

mengeluarkan energi negatif.

g.

Manfaat Gerakan 7

Membuang energi negatif dari sistem reproduksi, mengobati

kolesterol, mencegah dan mengobati rematik pada ruas jari kaki,

(47)

h.

Manfaat Gerakan 8

Melatih keseimbangan, meningkatkan konsentrasi, meningkatkan

daya tahan tubuh, melatih kekuatan lutut.

i.

Manfaat Gerakan 9

Membakar asam urat, kolesterol, gula darah, lemak, virus, bakteri

dan racun tubuhnya, mendorong elektrolit ke otak, mata, telinga, hidung

dan wajah. Mencegah dan mengobati vertigo, migrain dan gangguan

lainnya di bagian kepala. Bagi ibu hamil, dapat mempertahankan posisi

normal pada janin apabila sering melakukan gerakan ini sebelum

melahirkan, Mengurangi tekanan darah tinggi, Menambah elastisitas

tulang.

j.

Manfaat Gerakan 10

Melapangkan dada, mencegah dan mengobati asma, melenturkan

tulang punggung, mengoptimalkan aliran biolistrik tubuh, menarik

otot-otot paha, perut dan pinggang, meningkatkan rangsangan seksual. Bagi

wanita dapat mengurangi rasa sakit saat haid.

5

Ada beberapa hal yang harus diketahui dalam senam perkasa.

Pertama, senam shalat atau senam perkasa dapat diartikan suatu teknik

senam untuk mengembalikan posisi dan kelenturan saraf dan aliran

darah, memaksimalkan suplai oksigen ke otak, membuka sistem

kecerdasan, sistem keringat dan system pemanasan tubuh.

Kedua,

ada

10 langkah dalam melakukan gerakan senam shalat, setiap gerakan

5 Rumah Sehat Alami, Buku Panduan Senam Perkasa Eksplorasi Gerakan

(48)

memiliki makna dan manfaat masing-masing. Aturan penting adalah

dalam semua gerakan kita hanya boleh menarik dan mengeluarkan

nafas melalui hidung.

Ketiga,

senam shalat ini sangat mudah, untuk

siapa saja dan dimana saja. Keseimbangan antara phisikal, emosional,

spiritual, akal dan seksualitas antara kehidupan duniawi dan akhirat

akan diperoleh untuk selamanya, selama kita mau memahami dan

mengaplikasikannya dengan sabar dan ikhlas.

B.

Symbolic Modelling

1.

Pengertian

Symbolic Modelling

Banyak perilaku seseorang baik dari kalangan anak-anak maupun

remaja dibentuk dan dipelajari melalui model yaitu dengan mengamati,

kemudian meniru perilaku orang lain dalam membentuk perilaku baru

dalam dirinya. Prosedur dasar meneladani (modelling) adalah menunjukkan

perilaku seseorang atau beberapa orang kepada subjek yang ditiru.

Modelling berakar dari teori Albert Bandura dengan teori belajar sosial.

Modelling merupakan belajar melalui observasi dengan menambahkan atau

mengurangi tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai

pengamatan sekaligus, melibatkan proses kognitif.

6

Dalam hal ini klien

dapat mengamati seseorang yang dijadikan modelnya untuk berperilaku

kemudian diperkuat dengan mencontoh tingkah laku sang model.

Pengertian modeling menurut Bandura yang dikutip oleh Nur

Salim,

modelling merupakan proses belajar melalui pengamatan terhadap

(49)

model dan perubahan perilaku yang terjadi karena peniruan.

7

Prosedur

meneladani yang memanfaatkan proses belajar melalui pengamatan,

dimana perilaku seseorang atau beberapa orang teladan berperan sebagai

perangsang terhadap pikiran, sikap atau perilaku subjek pengamat tindakan

untuk ditiru atau diteladani.

8

Modelling merupakan belajar melalui observasi dengan menambahkan

atau mengurangi tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai

pengamatan sekaligus, serta melibatkan proses kognitif.

9

Modeling sebagai

proses belajar yang melalui observasi tingkah laku seorang model yang

berperan sebagai rangsangan bagi pikiran, sikap atau tingkah laku sebagai

bagian dari individu yang lain yang mengobservasi model yang telah

ditampilkan.

Modelling disini seperti salah satu metode Nabi Muhammad SAW

dalam menyebarkan agama Islam yang sering kali diajarkan lewat contoh

perilaku (uswatun hasanah) seperti sebuah ayat:

ََسَح ةَوْسُأ ِهَللا ِلوُسَر يِف ْمُكَل َناَْ ْدَقَل

َللا وُجْرَ ل َناَْ ْنَمِل ِ

َهَللا َرََْذَو َرِخَْْا َ�

Gambar

Tabel 4. 1 Akumulasi Uji Efektivitas MA .............................................
Grafik 1. 1 Desain A-B-A ......................................................................
Grafik 1.1 Desain A-B-A
Tabel 1.1 Indikator Variabel Y Rendah Diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan ini dipilih karena pendekatan mampu memilih alternatif terbaik dari beberapa alternatif untuk menyelesaikan permasalahan pemilihan jenis layanan komunikasi nirkabel

Tahap pelaksanaan meliputi: (1) Memberikan pretest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk melihat bagaimana kemampuan awal siswa; (2) Memberikan perlakuan

Manfaat praktis yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu diharapkan mampu memberikan gambaran kepada masyarakat umum dan pada pengkaji tentang khasanah kuliner

Legenda Mas memiliki beberapa versi yang berbeda. Perbedaan terletak pada tokoh orang tua Timun Mas, asal usul kantung yang berisi kekuatan magis, dan jumlah

Demikian halnya di musim Peralihan II arah datang gelombang masih dari arah Timur Laut dengan persentasi 79,78% dan merupakan persentasi terbesar dari arah

rasio panjang jalan kabupaten dan jembatan yang telah diinspeksi Program Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan Inspeksi Kondisi jalan % 15 15 15 15 16 20 24 Bidang Bina Marga

Dari uraian di atas terlihat bahwa pasar Indonesia yang sangat potensial bagi peredaran narkoba menjadi salah satu faktor penting bagi terus berlangsungnya penyelundupan