• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPPEN Yuliawati, G. Hartono Rekonstruksi Model Kelembagaan BAB 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LAPPEN Yuliawati, G. Hartono Rekonstruksi Model Kelembagaan BAB 2"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 State of The Art

[image:1.612.107.535.188.692.2]

Untuk mengetahui kebaruan (novelties) penelitian yang dilakukan, mencegah dan menghindari duplikasi, replikasi dan plagiasi, berikut ditampilkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

Tabel 1. State of the Art dalam bidang yang diteliti Judul Penelitian Aspek yang Dikaji Metode

Penelitian

Hasil

Pengembangan Sub Terminal Agribisnis (STA) dan Pasar Lelang Komoditas Pertanian dan Permasalahannya (Anugerah, 2004)

mengkritisi pendekatan penanganan komoditas melalui STA di berbagai sentra produksi pertanian di Jawa Barat dan Indonesia

studi pustaka (telaah dokumen), deskriptif

Persaingan dengan pelaku agribisnis lainnya dalam pembelian komodtas pertanian dengan harga yang kompetitif dan sistem pemasaran yang sudah lama terbentuk di tingkat petani menyulitkan akses keberadaan STA dan sistem pasar lelang dlm menciptakan kesejahteraan petani

Strategi Membangun Sinergi Antar Sub Terminal Agribisnis (STA) di Provinsi Bali (Darmawan dan Sarjana, 2006)

menganalisis posisi bersaing, baik untuk kelompok STA maupun individu STA, serta merumuskan strategi

membangun sinergi kemitraan antar STA di Provinsi Ba li

Focus Group Discussion (FGD) antar STA dengan fasilitator tim pendamping. Analisis Matrik Internal-Eksternal (IE), Matriks General Electric (GE), Matriks Sinergi

posisi bersaing kelompok STA berada pada kuadran pertumbuhan (growth), posisi bersaing individu STA tersebar pada sel dengan daya tarik industri dan kekuatan bisnis menengah. Strategi membangun sinergi kemitraan antar STA melalui kerjasama penjualan /pemasaran, operasi, manajemen, dan investasi

Dampak

Pembangunan STA Mantung terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat. Studi Pada Desa Ngroto Kecamatan Pujon Kabupaten Malang (Fadilah , 2008)

proses pembangunan STA Mantung, perubahan sosial ekonomi dan taraf hidup masyarakat Desa Ngroto sebagai dampak pembangunan STA Mantung.

Deskriptif dengan pendekatan kualitatif

Pembangunan STA Mantung membawa dampak positif pada kehidupan sosial ekonomi serta tingkat taraf hidup masyarakat sekitar.

Pengembangan Pasar Lelang Sub Terminal Agribisnis Soropadan Provinsi Jawa Tengah(Cemsed, Cemsed Fakultas Ekonomi UKSW dan Bank Indonesia, 2008.)

Peta rantai nilai tiga komoditas/produk yang terbanyak

dipedagangkan, identifikasi kinerja STA Soropadan, dampak STA Soropadan bagi petani, kepastian pasokan produk, bank, identifikasi tingkat kemajuan

perkembangan STA dan Sistem Resi Gudang

Deskriptif-eksploratif, survey, observasi, FGD, studi banding. Analisis peta rantai nilai, gap analysis, before-after

(2)

Manajemen dan Tingkat Kepuasan Pedagang Pengguna Pada Sub Terminal Agribisnis Sewukan di Kabupaten Magelang (Suranto, 2010)

1) Identifikasi tingkat penerapan fungsi-fungsi manajemen 2) Tingkat skor pengelolaan 3) Tingkat pendapatan para pedagang pengguna 4) Identifikasi kondisi tempat, tingkat pelayanan, lokasi dan harga berdasarkan persepsi para pedagang pengguna 5) Analisis pengaruh kondisi tempat, tingkat pelayanan, dan harga lokasi STA Sewukan terhadap tingkat pendapatan para pedagang pengguna 6) Menganalisis tingkat kepuasan pedagang pengguna STA Sewukan.

metode survai, wawancara, Pengambilan sampel dengan cara simple random sampling. Analisis data dengan scoring method, regresi linier berganda

1) Secara partial penerapan fungsi pengorganisasian berpengaruh positif, sedangkan fungsi perencanaan, pelaksanaan pengendalian, dan evaluasi tidak berpengaruh nyata 2) Manajemen yang dilakukan oleh pengelola STA yang meliputi : Perencanaan dengan total skor 4,2 (sangat baik), total skor

pengorganisasian 3,9 (mampu), total skor pelaksanaan 4,3 (sangat mampu), total skor pengendalian dan evaluasi 4,0 (sangat mampu), 3) Rata-rata tingkat pendapatan pedagang pengguna STA Rp 365.675 per hari 4) Persepsi pedagang STA Sewukan terhadap kondisi tempat adalah nyaman, terhadap tingkat pelayanan adalah memadai, dan terhadap harga sewa lokasi cukup sesuai dan tidak memberatkan 5) Secara partial kondisi tempat berpengaruh nyata terhadap

pendapatan pedagang STA Sewukan, tingkat pelayanan dan harga sewa lokasi tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang STA Sewukan, 6) Pedagang di STA Sewukan sangat puas terhadap STA yang ada di Sewukan Magelang.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan STA

Pembentukan suatu STA memiliki tujuan untuk menyediakan fasilitas pasar komoditas yang berfungsi dengan baik. Dengan berfungsinya pasar komoditas tersebut, maka diharapkan volume transaksi perdagangan meningkat dan pada akhirnya daya tawar dan kesejahteraan para aktor dalam pasar komoditas (khususnya petani) meningkat (Cemsed, 2008).

(3)

tradisional yang sudah ada sebelum terbentuknya STA menyebabkan perilaku petani masih settle dengan sistem pemasaran lama melalui pedagang perantara.

Berdasarkan hal tersebut, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pemanfaatan STA oleh petani adalah umur petani, tingkat pendidikan, volume sayuran yang dihasilkan, jarak tempat tinggal petani dengan STA, ikatan informal, tingkat pengetahuan petani tentang STA, penyuluhan.

2.3 Model SCP

Dahl dan Hammond (1977) melaporkan bahwa analisis sistem pemasaran dapat dikaji melalui struktur, perilaku dan kinerja pasar. Model SCP ini ditemukan pertama kalinya oleh Joe Bain dalam bukunya “Industrial Organization” yang

menjelaskan tentang hubungan yang dapat diramalkan antara struktur, perilaku dan kinerja pasar (Purceli, 1977).

(4)

Gambar 2. Model Dinamik yang diturunkan dari pendekatan Structure - Conduct –Performance

2.4 Tujuan dan Prinsip Utama Pengembangan STA

Sub Terminal Agribisnis (STA), menurut konsep yang dibakukan oleh Badan Agribisnis Departemen Pertanian (2000), merupakan perwujudan atas fenomena yang selama ini berkembang dalam pemasaran komoditas pertanian dan sekaligus sebagai bagian dari rangkaian kegiatan agribisnis. Pemasaran komoditas pertanian selama ini, pada umumnya mempunyai mata rantai yang panjang, mulai dari petani produsen, pedagang pengumpul, pedagang besar hingga ke konsumen, sehingga mengakibatkan kecilnya keuntungan yang diperoleh petani. Konsumen membayar lebih mahal dari harga yang selayaknya ditawarkan sehingga biaya pemasaran (marketing cost) dari produsen ke konsumen menjadi tinggi

Selanjutnya Badan Agribisnis Departemen Pertanian (2000), merumuskan STA sebagai infrastruktur pemasaran untuk transaksi jual beli hasil-hasil pertanian, baik untuk transaksi fisik (lelang, langganan, pasar spot) maupun non fisik (kontrak, pesanan, future market). STA diharapkan berfungsi pula untuk pembinaan peningkatan mutu produksi sesuai dengan permintaan pasar, pusat informasi, promosi dan tempat latihan atau magang dalam upaya pengembangan peningkatan sumber daya manusia. Tujuan STA adalah untuk menciptakan sistem pasar persaingan sempurna (pure competitive market), memperpendek rantai tataniaga, meningkatkan nilai tambah produk dan meningkatkan posisi tawar (bargaining position) pelaku agribisnis.

Berdasarkan konsep yang dikeluarkan oleh Badan Agribisnis Departemen Pertanian, ditegaskan bahwa konsep dasar mengembangkan STA sebagai suatu infrastruktur pasar, tidak saja merupakan tempat transaksi jual beli, namun juga

(5)

merupakan wadah yang dapat mengakomodasi berbagai kepentingan pelaku agribisnis seperti sarana prasarana pengemasan, sortasi, grading, penyimpanan, ruang pamer (operation room), transportasi, pelatihan, tempat untuk saling berkomunikasi bagi para pelaku agribisnis dan mengantisipasi berbagai permasalahan yang dihadapi. Sarana dan prasarana yang harus disediakan di STA antara lain meliputi (1) kantor pengelola, (2) bangunan operasional yang terdiri dari tempat bongkar muat produk, tempat penampungan, ruang pencucian, sortasi dan pengemasan, gudang,

cool room/cold storage, (3) lapangan parkir, (4) perkantoran dan Bank, (5) ruang pelatihan/serba guna dan (6) rumah makan.

STA menurut Tanjung (2001), merupakan infrastruktur pemasaran sebagai tempat transaksi jual beli hasil-hasil pertanian baik transaksi fisik maupun non fisik yang terletak di sentra produksi. Dengan demikian penekanannya adalah bahwa STA merupakan sarana pemasaran yang dilakukan pada sentra produsen. Sementara itu, Sukmadinata (2001) memberikan batasan bahwa STA merupakan suatu infrastuktur pasar, tempat transaksi jual beli baik dengan cara langsung, pesanan, langganan atau kontrak. STA juga merupakan wadah yang dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan pelaku agribisnis, seperti layanan informasi manajemen produksi sesuai dengan permintaan pasar, manajemen pengadaan sarana produksi, manajemen pasca panen (pengemasan, sortasi, grading, penyimpanan) serta kegiatan-kegiatan lainnya, seperti ruang pamer, promosi, transportasi dan pelatihan. Tujuan STA adalah untuk memperlancar pemasaran dan mengembangkan agribisnis.

(6)

bertindak sebagai pemicu berfungsinya suatu pasar, membaiknya persaingan dan meningkatnya adaptasi untuk memenuhi kebutuhan penawaran dan oportuniti pasar. Penekanan dari adanya STA dititikberatkan untuk lebih mempertimbangkan manfaat terhadap pertumbuhan dan perkembangan wilayah pedesaan.

Sub Terminal agribisnis (STA) sebagai infrastruktur pemasaran berdasarkan konsep dari Badan Agribisnis Departemen Pertanian (2000); Tanjung (2001) dan Sukmadinata (2001), pada intinya diharapkan bermanfaat untuk : (1) memperlancar kegiatan dan meningkatkan efisiensi pemasaran komoditas agribisnis karena mencakup sebagai pusat transaksi hasil-hasil agribisnis; memperbaiki struktur pasar, cara dan jaringan pemasaran; sebagai pusat informasi pertanian serta sebagai sarana promosi produk pertanian, (2) mempermudah pembinaan mutu hasil-hasil agribisnis yang meliputi : penyediaan tempat sortasi dan pengemasan; penyediaan air bersih, es, gudang, cool room dan cold storage; melatih para petani dan pedagang dalam penanganan dan pengemasan hasil-hasil pertanian, (3) sebagai wadah bagi pelaku agribisnis untuk merancang bangun pengembangan agribisnis, mensinkronkan permintaan pasar dengan manajemen lahan, pola tanam, kebutuhan saprodi dan permodalan serta peningkatan SDM pemasaran, (4) peningkatan pendapatan daerah melalui jasa pelayanan pemasaran, dan (5) pengembangan agribisnis dan wilayah.

Sasaran utama pembangunan Sub Terminal Agribisnis (STA) pada dasarnya adalah untuk meningkatkan nilai tambah bagi petani dan pelaku pasar, di samping untuk mendidik petani untuk memperbaiki kualitas produknya sekaligus mengubah pola pikir ke arah agribisnis serta menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) di samping untuk mengembangkan akses pasar (Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 2000; Sukmadinata, 2001).

(7)

asing dan nasional dengan koperasi. Begitu pula dengan BUMD serta gabungan dari pelaku pasar agribisnis lainnya. Dengan demikian dalam pengelolaannya, STA dapat ditentukan sesuai dengan kepentingan serta kesepakatan dari para pelaku agribisnis di dalamnya.

2.5 Peta Jalan Penelitian

Gambaran tentang penelitian yang direncanakan dalam usulan ini disajikan pada gambar 1 berikut.

2008 - 2012 2013 (Tahun I) 2013 (Tahun II)

Pemetaan Model Pemasaran Komoditas Pertanian di Indonesia

HASIL:

model kelembagaan pemasaran mulai digunakan sebagai upaya pengembangan produsen (petani), seperti pasar lelang, sistem resi gudang, dan pasar lelang. Namun, dalam prakteknya masih ada missing link dalam sistem pemasaran komoditas pertanian (Yuliawati, et al., 2012)

Rekonstruksi Model Kelembagaan Sub Terminal Agribisnis (STA) Berbasis Structure Conduct Performance (SCP) di Jawa Tengah

TUJUAN:

1) merumuskan model pengem-bangan STA berbasis SCP, sekaligus dengan acuan/ panduan implementasinya 2) menguji implementasi model pengembangan STA berbasis SCP dan melakukan revisi model akhir pengembangan STA berbasis SCP.

Rekonstruksi Model Kelembagaan Sub Terminal Agribisnis (STA) Berbasis Structure Conduct Performance (SCP) di Jawa Tengah

HASIL:

(1) Peluang pemanfaatan STA oleh petani dipengaruhi oleh jarak tempat tinggal petani dengan STA, tingkat pengetahuan petani tentang STA dan ikatan informal petani dengan kelembagaan non STA. Variabel jarak tempat tinggal petani dengan STA dan ikatan informal petani dengan kelembagaan non STA berhubungan negatif dengan peluang memanfaatkan STA dan berhubungan positif dengan tingkat pengetahuan petani tentang STA; (2) struktur pasar oligopoli terdiferensiasi: (3) Perilaku pasar masih kurang memadai terutama dalam proses jual beli sayuran dilakukan tanpa grading, penentu harga lebih didominasi oleh pedagang dan hubungan dagang antara petani sayur dengan pedagang sebagai pelanggan belum banyak terjadi. (4) Kinerja pasar sudah relatif baik yakni dengan tingkat margin pasar yang relatif rendah dan bagian yang diterima petani relatif tinggi sudah bisa diperoleh keuntungan pedagang yang relatif tinggi (Yuliawati dan G. Hartono, 2013)

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) : Peran dan Pengaruhnya terhadap Ekonomi Rakyat di Wilayah Pedesaan Provinsi Jawa Tengah tahun I (Rukmadi Warsito, G. Hartono, Tinjung Mary P, 2010 dan 2011)

.Analisis Fungsi Biaya Produksi Usahatani Kentang di Kec. Kejajar, Kab. Wonosobo (G. Hartono dan Tinjung Mary Prihtanti, 2008)

[image:7.612.109.536.212.693.2]

Fungsi Produksi dan Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Jagung (Riwan Winarno, G. Hartono, Tinjung Mary Prihtanti. 2010).

Gambar

Tabel 1. State of the Art dalam bidang yang diteliti
Gambar 3. Peta Jalan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

The objective of this study was to measure the effects of drying, at a wider range of temperatures than studied previously, in both aerobic and anaerobic conditions on measures of

Secara umum reservoir panas bumi yang produktif harus memiliki porositas rendah, konduktivitas termal dan permeabilitas yang tinggi, ukuran volume cukup besar,

membedakan, memberi peringkat dan memiliki jarak yg tetap, skala ini mengacu pada titik 0 (nol) yg mutlak.Bila suatu obyek bernilai 0, tdk memiliki nilai berarti obyek tsb tidak ada

melarang makan daging keledai dan mengizinkan makan

suka memulai dengan yang kanan saat bersuci, menyisir rambut dan

Potensi bahaya ergonomi berdasarkan aspek sikap kerja terdapat pada proses pembuatan pola, proses penenpelan material , dan proses finishing yaitu ketika pekerja

Hasil pengendalian risiko dari masing-masing aktivitas pekerjaan 10 mesin yang dilakukan berdasarkan hasil wawancara dan observasi, untuk upaya pengendalian pada bagian

Lumping di Kampung Kebon Waru Desa Gunung Batu Kecamatan Ciracap. Kabupaten Sukabumi, diharapkan memberikan manfaat bagi semua