• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Sumber Daya dan Cadangan Bahan Galian untuk Pertambangan Skala Kecil Di Daerah Lembar Pulau Alor, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Sumber Daya dan Cadangan Bahan Galian untuk Pertambangan Skala Kecil Di Daerah Lembar Pulau Alor, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 50-1 EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN

UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DI DAERAH LEMBAR PULAU ALOR, KABUPATEN ALOR

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh: Zamri Tain SUBDIT KONSERVASI

ABSTRACT

Implementation of mineral resources and reserves evaluation for small scale mining activities was covering 2 areas, Halerman and Wakapsir. These two locations are within Alor Barat Daya District, Alor Sub-Province, Nusa Tenggara Timur Province.

In Halerman, industrial/non metal prospect that can be found is gypsum with 3.994 ton of inferred resources. Until now, Indonesia still importing this material for domestic consumption. Hence, gypsum prospect in Halerman can be developed as small scale mining.

Previously, Wakapsir area is expected to become prospect area of gold metal and its association. Some data and information from former investigator showed that way. But, result of sample analysis have shown very low grade of gold, less than 108 ppb Au or equal to 0,108 gr of gold in 1 ton of rock. There is no equipment to process and catch gold with that low grade. Therefore, Wakapsir area is assumed not economic for business development of gold and its association.

S A R I

Pelaksanaan kegiatan “Evaluasi Sumber daya dan Cadangan Bahan Galian Untuk

Pertambangan Sekala Kecil” ini mencakup pada dua daerah yaitu; Daerah Halerman dan Daerah Wakapsir, kedua daerah ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Di daerah Halerman, prospek bahan galian non logam /industri yang dijumpai berupa gypsum, dengan sumberdaya tereka sebanyak 3.994 ton, bahan galian ini sangat dibutuhkan dan sampai sekarang Indonesia masih mengimpor dari luar untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Maka dari itu, daerah Halerman bisa dikembangkan untuk diusahakan sebagai tambang bahan galian gypsum dengan sekala kecil atau usaha rakyat.

(2)

50-2 1. PENDAHULUAN

Dalam rangka meningkatkan gairah serta iklim investasi dalam bidang pertambangan pada era globalisasi, maka perlu informasi serta data yang lengkap dan akurat untuk mendukung serta mengundang kepercayaan para investor bisa menanamkan modalnya di Indonesia.

Evaluasi sumber daya dan cadangan bahan galian untuk pertambangan sekala kecil merupakan kegiatan evaluasi dan penyusunan data sumber daya dan cadangan, hasil kegiatan beberapa pemegang perjanjian Kontrak Karya maupun pemegang ijin KP yang laporannya tersimpan di Direktorat Inventarisai Sumber Daya Mineral maupun di instansi lain yang terkait. Kegiatan evaluasi meliputi juga pengujian kualitatif dan kuantitatif endapan bahan galian, aspek penambangan serta pengusahaannya untuk bisa dimanfaatkan bagi usaha pertambangan sekala kecil.

Pulau Alor termasuk dalam Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, secara geography merupakan deretan pulau-pulau bagian timur Indonesia yang perlu digali dan dikaji potensi serta keberadaan bahan galiannya. Mengingat pada deretan pulau – pulau ini telah banyak ditemukan bahan galian oleh pemegang Kontrak Karya dan Kuasa Pertambangan menghasilkan temuan endapan bahan galian dalam dimensi kecil maupun besar seperti; Tembaga porphiry Batu Hijau di P.Lombok serta endapan emas dan perak (tipe Lerokis) di P. Wetar.

Dari hasil penyelidikan pendahuluan yang dilakukan oleh Direktorat Geologi juga telah menemukan indikasi keberadaan timah hitam, tembaga serta sulphida lainya type Hydrothermal dan juga mineral industri/non logam yang banyak tersebar di Pulau Alor.

Dalam rangka pemutakhiran data yang ada, maka diperlukan pengambilan data ke beberapa instansi lain, pihak perusahaan maupun uji petik ke lapangan, agar data yang terkumpul merupakan data lengkap dan lebih akurat. Uji lapangan meliputi aspek geologi, penambangan serta aspek ekonomi, sehingga data potensi dan keberadaan endapan bahan galian terkompilasi dalam satu file yang dapat dengan mudah diakses, dan laporan yang dihasilkan dapat memberikan masukan langsung kepada pemerintah daerah, serta sebagai informasi dasar untuk pengembangan Wilayah Timur Indonesia.

Lokasi Kegiatan dan Kesampaian Daerah

Kegiatan dilakukan di 2 lokasi yaitu : Daerah Halerman dan Daerah Wakapsir keduanya termasuk pada lembar Pulau Alor, sekala 1 : 250.000 (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung). Secara Geografis daerah kegiatan dibatasi oleh garis lintang Selatan antara 08° 06’ 00” - 08° 29’ 00” dan 17° 28’ 00” - 18° 22’ 00” bujur Timur dari Jakarta (Gambar.1).

Secara Administratif, kedua daerah ini termasuk dalam Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk mencapai daerah penyelidikan bisa ditempuh dengan pesawat terbang dari Jakarta sampai kota Kupang atau Maumere, dilanjutkan dengan pesawat kecil (perintis) dan atau dengan kendaraan darat, laut (Ferry cepat) ke kota Kabupaten Kalabahi. Dari ibukota kabupaten untuk menuju kota kecamatan bisa dengan kendaraan roda empat (Land Cruiser) dan roda dua serta bisa dengan melalui kendaraan laut (Speed Boat), dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju daerah penyelidikan.

2. GEOLOGI DAN MINERALISASI

2.1. Geologi Regional Pulau Alor

Secara tektonik deretan Pulau Flores sampai Pulau Alor terbentuk pada masa Kenezoikum, terdiri dari satuan batuan volkanik kalk- alkalin dari busur dalam Banda yang masih aktif hingga kini. Busur tersebut sebagian besar terbentuk akibat penunjaman kerak samudera Hindia kearah utara.

Meskipun demikian bentuk dari busur kepulauan tersebut disebelah timur hingga kini masih termodifikasi, disebabkan oleh adanya tumbukan dengan lempeng benua Australia– New Guinea, termasuk didalamnya Flores Barat, Sumbawa Timur dan Pulau Alor.

Batuan yang diperkirakan tertua di daerah Alor adalah Granodiorit Tamenang (Ttgd). Diatas batuan ini diendapkan secara tidak selaras oleh Formasi Alor (Tmpa) yang terdiri dari lava, breksi dan bersisipan tuff yang diterobos oleh retas dasit (Tmda) yang berumur Miosen Tengah. Batuan Granodiorit berumur kurang lebih Miosen Awal (Gambar.2).

Formasi Tamahau (Tmt) yang diduga berumur Miosen Tengah (Suama dan Santosa., 1983) berupa batuan gunung api yang terdiri dari lava, breksi dan tuff yang tertindih secara tidak selaras oleh Formasi Alor dan diterobos oleh retas diorit (Tpdi).

(3)

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 50-3

terdiri dari tufa gampingan, tufa pasiran bersisipan konglomerat, setempat napal batugamping berumur Miosen Akhir hingga Miosen Awal. Formasi Alor ini hampir meliputi sebagian besar pulau Alor, sedangkan Fm Laka tersebar hanya terdapat di Tanjung Kebola dan sebelah utara teluk Kalabahi. Kedua formasi ini ditutupi secara tidak selaras oleh produk gunung api tua (Qtv) yang terdiri dari lava, breksi dan tuffa pasiran berbatu apung bersusunan andesit sampai basal.

Gunung api tua berumur Pliosen Akhir hingga Pliosen Awal. Sedangkan batuan berumur muda antara lain; batugamping koral (Ql), endapan danau (Qalk), serta Aluvium dan endapan pantai (Qal) diendapkan secara tidak selaras diatas batuan yang lebih tua.

2.2. Geologi Detail Daerah Halerman

Morfologi daerah prospek Halerman terlihat pada bagian belakang merupakan perbukitan bergelombang, umumnya ditempati oleh batuan Formasi Alor yang terdiri atas lava, breksi bersisipan tufa. Sedangkan pada bagian depan merupakan perbukitan sedang yang terpisah ditempati oleh batuan Dasit dan batuan intrusi Diorit Kuarsa.

Pola sungai yang berkembang di daerah Halerman ini terlihat pola semi radier dan dentritik, sedangkan sungai utama sungai Mahi pada bagian hilir telah memperlihatkan pola meander dan telah ditutupi oleh batuan alluvial

Batuan tertua di daerah Halerman terdiri atas batuan dasit yang telah mengalami ubahan lemah hingga sedang serta sebagian telah mengalami ubahan lanjut (Gambar.4). Diikuti oleh batuan tufa lithic yang muncul akibat sesar naik mengikuti alur sungai Alu Muhi dengan ditandainya muncul aktivitas air panas.

Batuan breksi vulkanik pada umumnya tidak mengalami ubahan dan terlihat menutupi batuan dasit, sedangkan batuan intrusi dan retas merupakan batuan termuda pada daerah ini yang menerobos batuan sekitarnya sehingga terjadi silisifikasi kuat dan stock work gypsum pada Bukit Kemuhaba dan Bukit Buktang, terlihat ada 7 sampai 21 veinlet gypsum (Foto.1) dengan ketebalan veinlet 0,5 milimeter sampai tiga milimeter tebal terdapat pada ketebalan satu meter batuan.

2.3. Geologi Detail Daerah Wakapsir

Batuan tertua di daeah Wakapsir terdiri dari batuan tufa dasit yang tersebar sebagian besar didaerah ini, ditutupi secara tidak selaras oleh batuan breksi vulkanik yang menyebar sampai bagian selatan pantai daerah Wakapsir (Gambar.5). Sepanjang sungai Gilaa, sungai

Sunan dan sungai Erba tersingkap batuan Dasit yang mengalami alterasi sedang hingga alterasi kuat (Gambar.6) dan dibeberapa tempat (Foto.2) dijumpai mineralisasi mineral logam bersama urat kuarsa (Chalcopyrite, Malachite, Azurite, Bornite, Zinc, Galena Sphalerite, pyrite dan Emas ? serta Barite), kemungkinan akibat adanya intrusi batuan beku Andesit yang terlihat dibagian selatan daerah ini.

Daerah Wakapsir (lokasi 2) mempunyai potensi bahan galian mineral logam bersama urat kuarsa, mineral utama yaitu : Chalkopyrit, Bornit, Chrysocola, malachit, pyrit dan Galena serta emas. Pada daerah Sungai Gilaa, Sungai Suren dan Sungai Erba juga dijumpai singkapan mineralisasi dengan urat kuarsa mengandung logam dasar dan emas. Hasil analisis yang pernah dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2003 menunjukkan kandungan emas berkisar antara 0, 23 gr/t hingga 0, 43 gr/t Au.

Tipe endapan mineralisasi daerah Wakapsir ini merupakan tipe epithermal dengan base metal dan sebagai gangue mineral Rhodochrosit dan kuarsa. Untuk hal ini Tim Konservasi Pulau Alor tahun 2004 juga melakukan penyontohan dan analisis kimia, untuk mengecek ulang apakah kadar emas dalam contoh tersebut memang demikian adanya atau berbeda dengan hasil analisis tersebut.

Di daerah ini, menurut informasi dari masyarakat serta anggota legislatif /DPRD Kabupaten Alor, telah ada investor yang datang untuk mengusahakan tambang emas. Mereka membawa teknologi amalgamasi dengan air raksa sebagai pengolahan dan sistem glundung/ tromol dengan pengerak kincir air seperti dapat dilihat pada Foto.3. Pemda Kabupaten Alor telah melakukan kerjasama dengan investor untuk melakukan penambangan emas tersebut, akan tetapi sampai sekarang belum ada hasilnya.

2.4. Bahan Galian Gypsum

Bahan galian gypsum didaerah penelitian berasal dari larutan hydrothermal yang kaya akan sulphida bercampur dengan air tanah yang banyak mengandung CaO. Larutan air tanah yang mengandung CaO berasal dari tufa pasir gampingan yang merupakan sisipan pada Formasi Alor. Adanya aktivitas hydrothermal yang bereaksi dengan larutan air tanah yang mengandung CaO terbentuk endapan gypsum yang mengisi rekahan-rekahan serta urat-urat pada batuan andesitik yang mempunyai struktur kekar lembar.

(4)

50-4

pasiran gunungapi juga berasal dari batugamping koral yang terdapat di sekitar Dusun Lola, Desa Probur yang penyebarannya cukup luas dan menempati perbukitan tinggi dan terjal. Gypsum terdapat pada urat- urat dengan ketebalan 1 – 10 centimeter dengan kerapatan 7 – 21 permeternya, terdapat pada batuan yang mengalami alterasi “clay alteration”.

2.5. Bahan Galian Mineral Logam / Emas

Bahan galian mineral logam terdapat di sungai Gilaa, sungai Sunan dan sungai Erba termasuk dalam daerah Desa Wakapsir, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor. Keterdapatan mineral logam seperti; malachit, azurit, bornit, sphalerit, galena dan emas bersama urat kuarsa, barit sebagai gangue mineral (Foto.2).

Dari kenampakan lapangan serta hasil analisis unsur dengan metoda AAS beberapa conto batuan yang termineralisasi pada daerah tersebut (Tabel.1), terlihat kandungan logam dasar Cu,Pb dan Zn sebagai berikut; Cu = 56 ppm – 91.000 ppm; Pb = 55 ppm – 4279 ppm ; dan Zn = 72 ppm – 16.605 ppm. Sedangkan untuk logam emas dan perak sebagai berikut; Au = 1 ppb – 109 ppb; Ag = 1 ppm – 8 ppm.

Dengan demikian, untuk logam emas dan perak di daerah Wakapsir ini dinilai rendah dan tidak ekonomis untuk diolah atau ditambang sekala kecil atau tambang rakyat sekalipun, karena kadar emas dan perak relatif sangat rendah. Hasil analisis ore imicroscophy beberapa conto batuan termineralisasi juga tidak terlihat muncul unsur emas didalam sayatan poles tersebut. Sedangkan untuk logam dasar memang terlihat ada yang mempunyai kadar relatif tinggi sampai mencapai 3% hingga 9 % Cu, akan tetapi keterdapatanya tidak banyak yaitu terdapat bersama dalam urat kuarsa pada batuan dengan ketebalan sampai 2 meter dengan keadaan urat tidak menerus.

3. ASPEK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL

Dari hasil kajian literatur serta peninjauan lapangan yang didukung hasil analisis laboratorium unsur-unsur mineral logam pada batuan termineralisasi yang terdapat pada daerah Halerman (prospek 1) dan Wakapsir (prospek 2) maka dapat disimpulkan dan disarankankan sebagai berikut;

Derah Halerman (prospek 1)

a) Bahan galian non logam / industri berupa ; Gypsum (CaSO4 2H2O)

b) Sumber daya terukur 3.994 ton

c) Berjarak + 3,5 kilometer dari pantai dengan kondisi relatif datar.

d) Dapat digunakan sebagai bahan baku

pembuatan semen dan kosmetik

e) Dapat diusahakan oleh rakyat dengan alat tradisional, cangkul, sekop dan linggis serta alat angkut berupa gerobak dan bakul. f) Dapat menyerap tenaga kerja masyarakat

sekitar

g) Meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar, serta bisa menjadi penghasilan bagi pemerintah daerah.

Daerah Wakapsir (prospek 2)

a) Bahan galian mineral logam berupa logam emas dan ikutannya

b) Hasil analisis beberapa conto batuan dari daerah Wakapsir telah dilakukan, kandungan/kadar emas sangat rendah (< 109 ppb) berarti untuk bisa dilakukan proses pengolahan, sangat menyulitkan dan tidak bisa menangkap emasnya.

c) Daerah Wakapsir ini tidak prospek dan ekonomis untuk dilakukan penambangan rakyat atau Penambangan Sekala Kecil. d) Keterdapatan mineralisasi di daerah ini

hanya dipakai sebagai indikasi atau mineral Occurrence saja.

4. KESIMPULAN

Dalam melakukan kegiatan Evaluasi Sumber Daya dan Cadangan Bahan Galian untuk pertambangan skala kecil di daerah Pulau Alor, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tim Konservasi Lembar Pulau Alor Tahun Anggaran 2004, memfokuskan pada dua daerah prospek yaitu Daerah Prospek (1) Bahan Galian Mineral Industri Gypsum di Dusun Langkap, Desa Halerman, Kecamatan Alor Barat Daya dan Daerah Prospek (2) Bahan Galian Mineral Logam Emas dan ikutanya di Desa Wakapsir, Kecamatan Alor Barat Daya.

(5)

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 50-5

diusahakan untuk ditambang/dilakukan pengambilan secara kecil – kecilan oleh masyarakat atau KUD, untuk bisa mengurangi ketergantungan Indonesia dari Luar Negeri. Indonesia tiap tahunnya masih mengimport gypsum dari luar untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

Untuk bahan galian emas dan ikutan yang terdapat pada daerah Wakapsir (daerah prospek 2), Kecamatan Alor Barat Daya. Dari data terdahulu belum bisa dikembangkan untuk diusahakan pengolahannya. Setelah hasil analisis conto dari daerah Wakapsir (daerah prospek 2) selesai dilakukan oleh Laboratorium Kimia Mineral Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral Bandung, seperti terlihat pada tabel 1, maka daerah Wakapsir ini tidak prospek dan tidak ekonomis dikembangkan untuk pertambangan logam emas dan perak, walaupun untuk pertambangan rakyat atau pertambangan sekala kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Didi Haryadi, dkk., 1992. Identifikasi Potensi Ekonomi Bahan Galian di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur,

Pusat Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung

Dinas Pertambangan dan Energi, Prov.NTT,.

2003. Laporan Akhir Kegiatan

Pengembangan Pertambangan Umum (Survey & Pemetaan Rinci Wilayah Pertambangan) di Kabupaten Alor, Prov. NTT.

Goenadi.R.M,. 1971. Pemetaan dan

Penyelidikan Mineral di Nusa Tenggara Timur. Dinas Eksplorasi Direktorat Geologi Bandung.

Michael B. Long., 2004. Seminar on mineral recovery and environmental protection for small scale mining. Education and Training Center for Geology, Bandung.

Noya Y, dkk, 1993. Peta Geologi Lembar Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur. Skala 1 : 250.000,

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,

Bandung. DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI.

.……….,.1978. Mineral Potential

Evaluation of the Nusa Tenggara Islands BRGM/ GSI.

PT.Nustratim Mining,.1999. Laporan Kegiatan Triwulan dan Tahunan Wilayah. Kontrak Karya Flores Tengah sampai Alor Nusa Tenggara. ( 796/KK/TW-THN/3/2000).

(6)

50-6

Gambar.1

Peta lokasi kegiatan (1 dan 2) dan peta KK/KP di Lembar Pulau Alor, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

P U L A U A L O R

KALABAHI

1

(7)

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 50-7

Gambar. 2

Peta Geologi Daerah Pulau Alor, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (Sumber : PT. NUSTRATIM).

Gambar. 3

(8)

50-8

Gambar. 4

(9)

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 50-9

Gambar. 5

Peta Geologi Daerah Wakapsir, Kecamatan Alor Barat Daya Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

(10)

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 50-10

(11)

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 50-11

Foto. 1

Singkapan Gypsum pada batuan alterasi Di Daerah Bukit Kemuhaba, Ds Halerman

Kec. Alor Barat Daya, Kab. Alor, NTT.

Foto. 2

Singkapan Mineralisasi Cu,PB,Zn, Au, dan Ag Di Daerah Sungai Gillaa, Ds Wakapsir, Kec.Alor

(12)

50-12

Foto. 3

(13)

Gambar

Gambar. 3 Peta Geologi Detail Daerah Halerman, Kec. Alor Barat Daya
Gambar. 4 Peta Alterasi Daerah Halerman, Kec. Alor Barat Daya
Gambar. 5 Peta Geologi Daerah Wakapsir, Kecamatan Alor Barat Daya
Gambar. 6   Peta Alterasi Daerah Wakapsir, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabaupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan di Kantor Pelayanan Pajak, maka Direktorat Jenderal Pajak membuat suatu rencana strategis DJP

Anda dapat melihat jawaban anda di sebelah kanan form Questioner, jika anda ingin Anda dapat melihat jawaban anda di sebelah kanan form Questioner, jika anda ingin yang terbaru

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi kimia, struktur mikro kekerasan brinell dan mengetahui difusi karbon pada bantalan poros kereta

Telah ditetapkannya aturan baru dari Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 Pasal 7 mengenai penilaian terhadap faktor risk profile yang dimaksudkan dalam pasal 6 huruf

Apabila wajib pajak telah menggunakan sistem e- Filing dengan tidak prima dalam melaporkan pajaknya dengan secara tidak mudah, tidak peraktis, lambat dan tidak akurat

E Tujuan Layanan Siswa mampu menggambarkan diri secara positip sehingga dapat mencapai berbagai kemandirian yang dibutuhkan dalam hidupnya berdasarkan sietem nilai dan etika

Pada umumn ya orang mengartikan Golput sebagai tindakan orang yang secara sengaja dan sadar untuk tidak ikut mencoblos dalam pemilihan umum karena alasan tidak

Hasil pengolahan dengan sistem kombinasi semi anaero- aerob menggunakan i konsorsium bakteri yang terlekat pada batu vulkanik merah dengan waktu tinggal limbah