• Tidak ada hasil yang ditemukan

024 371 388 Proceeding Pangkoh edit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "024 371 388 Proceeding Pangkoh edit"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI GAMBUT

DI DAERAH PANGKOH KABUPATEN PULANGPISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Truman Wijaya

Kelompok Program Peneliti Energi Fosil

SARI

Dalam rangka inventarisasi potensi endapan Gambut di Indonesia, khususnya di Kalimantan Tengah, telah dilakukan penyelidikan pendahuluan endapan gambut di daerah Pangkoh dan sekitarnya Kabupaten Pulangpisau. Kegiatan ini dilakukan oleh, KPP Energi Fosil, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi.

Pelaksanaan pekerjaan lapangan meliputi pemetaan dan pemboran tangan yang berlangsung dari awal Agustus sampai awal September 2009.

Hasil akhir kegiatan inventarisasi Gambut ini disajikan dalam bentuk laporan dan dilampiri dengan peta sekala 1 : 50.000.

Secara geografis daerah penyelidikan terletak antara koordinat 2045’ sampai 3000’ LS dan 114000’ sampai 114015’BT dan termasuk dalam lembar peta Geologi Lembar Amuntai.

Secara stratigrafi dari endapan aluvium dan gambut terletak diatas Formasi Dahor. Di daerah penyelidikan endapan gambut dapat klasifikasikan sebagai "ombrogenus peat" yang terletak pada basin peat dan diklasifikasikan sebagai " Low Land peat" ( gambut dataran rendah, ketinggian 25 m diatas muka air laut ), dengan derajat pembusukan H6-H8 (hemik-saprik) dan berumur 4000-5000 tahun yang lalu.

(2)

Sumberdaya gambut dengan luas 29.673 ha, tebalnya > 1 m, yaitu 108,961 juta ton, gambut kering ( bulk density 120 kg/m3 dengan kandungan air + 5 %, skala laboraturium ).

(3)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Untuk menunjang kebijaksanaan

pemerintah dalam hal diversifikasi energi

maka, gambut sebagai energi alternatif

sebagai mana diamanatkan pada

Undang-Undang Republik Indonesia No.4, Bab I,

Pasal 1, ayat 5, Tahun 2009, tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara dan

sesuai dengan strategi energi mix

pemerintah tahun 2025. Latar belakang lain

yaitu, dalam rangka menunjang

pokok-pokok kebijaksanaan revitalisasi dan

rehabilitasi kawasan gambut PLG 1 juta

hektar pemerintah pada aksi nyata, adalah

Inpres no. 2 tahun 2007, yaitu penyelidikan

dan eksplorasi dalam upaya untuk

mengetahui geometri gambut. Sebagai

implementasi dari kebijaksanaan tersebut,

ESDM yang diwakili Badan Geologi dari

Pusat Sumber Daya Geologi dari Kelompok

Program Peneliti Energi Fosil , memandang

perlu melakukan inventarisasi endapan

gambut di Zona Blok C Kalimantan Tengah,

untuk memberi masukan kepada Tim Pokja

I dan II sebagai koordinator INPRES no. 2

tahun 2007.

Di Provinsi Kalimantan Tengah, endapan

gambut tersebar sangat luas mulai dari

pantai bagian selatan hingga kepedalaman.

Salah satu di antaranya adalah daerah

Pangkoh di Kecamatan Pandihbatu,

Kecamatan Maliku dan Kecamatan

Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau,

Provinsi Kalimantan Tengah, yang dikenal

sebagai Blok C dikawasan Pembukaan

Lahan Gambut (PLG) 1 Juta Hektar.

Maksud dan Tujuan

Pelaksanaan eksplorasi ini dimaksudkan

untuk menginventarisasi serta untuk

mendapatkan data-data geometri awal

mengenai sebaran, ketebalan, dan kualitas

endapan gambut. Diharapkan data ini dapat

disarankan untuk memberikan gambaran

dan saran kepada tim revitalisasi dan

rehabilitasi di Pokja I dan II, pilihan strategi

apa yang akan dipilih paling tepat, baik

dilihat dari segi keekonomiannya, investasi,

wawasan lingkungan maupun kemampuan

penguasaannya bila dikembangkan atau di

konservasi di kemudian hari. Tujuan nya

supaya gambut bisa digunakan untuk

pertanian tanaman keras dan energi, yang

mendatangkan kemakmuran yang

sebesar-besarnya kepada rakyat sekitarnya.

Lokasi Daerah Penyelidikan

Daerah penyelidikan terletak + 100 Km

sebelah selatan kota Palangkaraya, yang

meliputi Kecamatan Maliku dan Kahayan

Hilir, Kabupaten Pulangpisau, Propinsi

Kalimantan Tengah. Daerah Pangkoh

dapat dicapai dari Kota Palangkaraya

dengan kendaraan sampai Maliku,

kemudian Maliku dilanjutkan dengan

sepeda motor atau perahu, melalui

saluran-saluran induk dan sungai Kahayan atau

ojek motor. (Gb.1).

Daerah penyelidikan yang luasnya + 80.000

(4)

2o45'0"L.S - 3o00'0"L.S dan 114o00'0"B.T -

114o15'0''B.T. dengan perbatasan alam

sebagai berikut: di sebelah barat oleh

Sungai Sebangau, di timur Sungai

Kahayan, di selatan Kecamatan Pandihbatu

, di utara Desa Buntoi. Secara geografis

daerah penyelidikan termasuk ke dalam

dua Lembar Peta Rupa Bumi

(Bakosurtanal, Edisi I, 1991), yaitu No.

1713 - 13 dan No. 1713 - 14 skala 1 :

50.000.

Keadaan Lingkungan

Pada tahun 2008, penduduk Kabupaten

Pulang Pisau sebanyak 118.808 orang

dengan rincian 60.577 jiwa laki-laki dan

58.231 jiwa Perempuan. Kepadatan

penduduk 13,5 per km2 dengan jumlah

kepala keluarga (KK) sebesar 32.612.

Berdasarkan distribusi penduduk, dari 3

kecamatan yang termasuk daerah lokasi

Transmigrasi Pangkoh persentase

penduduknya di atas 15%, yaitu Kecamatan

Kahayan Hilir, Maliku dan Pandih Batu.

Sedangkan Tingkat Pertumbuhan

Penduduk Kabupaten Pulang pisau adalah

4,86 % dengan tingkat Penyebaran

penduduk sekitar 61,40 % berdomisili

dibagian Selatan/hilir , 19, 21 % berdomisili

di Kecamatan Kota ,19,39 % berdomisili

dibagian utara / hulu dari kabupaten Pulang

Pisau. Sumber ( Dinas Dukcapilnakertran

Kab. Pulang Pisau tahun 2008).

Penduduk setempat di ketiga Kecamatan

terdiri dari penduduk asli daerah setempat

yang umumnya bermukim di sekitar sungai

Kahayan, yaitu orang Dayak Karingan yang

berasal dari hulu sungai Kahayan yang

menganut agama Hindu Karingan,

kemudian Banjar, Sunda, Bali dan Jawa.

Agama yang mereka anut umumnya Islam

kemudian Protestan, Hindu, Katolik dan

Budha. Pendatang umumnya dari pulau

Jawa, Mereka telah bermukim di daerah ini

semenjak tahun 1950. Sebagian besar lagi

datang setelah adanya proyek trasmigrasi,

pada tahun 1982/1983 . Mata pencaharian

penduduk umumnya bertani, menjadi buruh

dan nelayan. Sarana pendidikan di

kecamatan sudah sampai SMA dan di

pedesaan umumnya hanya sampai SD.

Sebagian besar daerah penyelidikan

ditutupi oleh hutan tropis, ladang penduduk,

perkebunan karet dan kelapa rakyat serta

perkampungan. Hutan tropis dengan

beraneka ragam kayu seperti meranti,

jelutung, kempas, terentang, gerunggang,

nyatu, ketiau, sompong, ramin dan lain-lain.

Hewan yang hidup di daerah ini adalah

Beruang, Babi, Monyet, Orang Utan,

Pelanduk, Ular, Kijang dan burung-burung.

Jumlahnya tinggal sedikit karena banyak

yang berpindah ke daerah lain akibat

terganggu oleh penebangan kayu dan

perkebunan rakyat. Hewan air seperti

beberapa jenis ikan banyak terdapat di

daerah ini yang menjadi mata pencaharian

sebagian penduduk.

Waktu Penyelidikan

Waktu pelaksanaan penyelidikan dari

tanggal Awal Agustus 2009 sampai dengan

(5)

yang akan melakukan penyelidikan

pendahuluan endapan gambut di daerah

Pangkoh dan sekitarnya tersebut, terdiri

dari ahli geologi dan juru ukur, yang

semuanya merupakan karyawan dari Pusat

Sumber Daya Geologi dibawah Badan

Geologi, Depertemen Energi dan Sumber

Daya Mineral.

Peralatan

Peralatan lapangan yang dipakai antara

lain yaitu :

• Peta geologi lembar Amuntai dengan

sekala 1 : 250.000

• Peta Rupabumi Indonesia dengan

sekala 1 : 50.000.

• Bor tangan, kompas, GPS 12 XL, tali

ukur, Loupe, photo dan alat tulis serta

alat-alat penunjang lainnya.

Penyelidikan Terdahulu

Secara geologi daerah penyelidikan telah

dipetakan secara bersistem oleh Heryanto

dan Sanyoto (1994) dan dimasukkan ke

dalam Peta Geologi Lembar Amuntai,

Kalimantan, skala 1:250.000 yang

diterbitkan oleh Pusat Pengembangan dan

Penelitian Geologi, Bandung. Beberapa

penyelidik terdahulu telah menulis tentang

endapan gambut di pulau Borneo (

Kalimantan ), diantaranya Anderson,

J.A.R., 1964 tentang endapan gambut di

Serawak dan Brunei. Diemont, W.H., dan

Supardi, 1986 menulis tentang genesa

gambut di Kalimantan-Indonesia.

Sukarsono,dkk.,1984, Penyelidikan gambut

untuk bahan bakar di daerah Bereng

Bengkel - Palangkaraya Propinsi

Kalimantan Tengah.

Penyelidikan endapan gambut di sekitar

daerah ini diantaranya sudah dilakukan

oleh Arismunandar, dkk. (1998). Di bagian

utara daerah penyelidikan endapan gambut

sudah diselidiki oleh Wijaya dkk 2008 di

daerah Tumbangnusa.

Ucapan Terimakasih

Pekerjaan lapangan dan pembuatan

laporan ini tidak akan dapat dilakukan bila

tidak atas bantuan aparat pemerintah dan

masyarakat setempat. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini tim eksplorasi

gambut Pusat Sumber Daya Geologi,

Bandung menyampaikan ucapan

terimakasih kepada:

1. Bp. Gubernur Kepala Daerah Tk. I,

Propinsi Kalimantan Tengah, di

Palangkaraya.

2. Bp. Kepala Kantor Direktorat Sospol

Pemerintah Daerah Tk. I, di

Palangkaraya.

3. Bp. Kepala Kantor Dinas

Pertambangan dan Energi, di Pulang

Pisau

4. Bp. Bupati Kepala Daerah Tk. II,

Kabupaten Kapuas, di . Pulang Pisau

5. Bp. Kepala Kantor Sospol Tk. II.

Kabupaten Kapuas, di . Pulang Pisau

6. Bp. Camat Kecamatan Kahayan Hilir

(6)

7. Bp. Kepala Desa dan masyarakat,

khususnya desa Bontui

8. Bp. Kepala Pusat. Pusat Sumber Daya

Geologi, Kepala Pokja Energi Fosil

serta kepala-kepala seksi beserta staff.

GEOLOGI UMUM Stratigrafi

Daerah Pangkoh dan sekitarnya secara

geologi termasuk pada Cekungan Barito.

Cekungan ini menempati sebagian daerah

Kalimantan bagian tengah dan selatan

dengan bentuk memanjang hampir timur

laut-baratdaya. Batuannya dicirikan oleh

batuan sedimen fluviatil yang terdiri dari

batupasir, batu lumpur dan konglomerat

(Supriatna, 1983). Cekungan ini dibatasi

oleh Paparan Sunda di barat, Tinggian

Kuching di utara, Tinggian Meratus di timur

dan Laut Jawa di selatan.

Beberapa penulis terdahulu seperti

Pertamina, (1979) dan Supriatna, (1983),

telah menyusun rumpunan stratigrafi

regional dari Cekungan Barito. Tatanama

yang dipakai untuk satuan regional daerah

penyelidikan menurut Supriatna, (1983),

berturut-turut dari tua ke muda adalah

sebagai berikut :

Formasi Pitap merupakan satuan batuan

sedimen tertua (pra-Tersier) yang

tersingkap di Cekungan Barito, terdiri dari

perselingan batu lanau dan batu pasir kasar

sampai halus dengan sisipan konglomerat.

Di atas Formasi Pitap diendapkan tidak

selaras Formasi Tanjung, yang berumur

Eosen (Tersier), terdiri dari endapan

batupasir kuarsa, batu lempung dan sisipan

batu gamping dan lanau.

Di atas Formasi Tanjung diendapkan

selaras Formasi Berai, yang berumur

Oligosen- Miosen, terdiri dari batu gamping

bersisipan napal.

Di atas Formasi Berai diendapkan selaras

Formasi Warukin, yang berumur Miosen,

terdiri dari batupasir kuarsa dan batu

lempung dengan sisipan batubara.

Diatas Fomasi Warukin diendapkan tidak

selaras Formasi Dahor, yang berumur

Pliosen dalam lingkungan paralik dengan

tebal + 250 m (Supriatna,1983), terdiri dari

batu pasir, lempung dan konglomerat.

Diatas Formasi Dahor diendapkan endapan

gambut yang memanjang dari Bahaur

sampai Palangkaraya.

Struktur Geologi

Secara umum struktur geologi dalam

lembar peta ini terdiri atas kelurusan,

lipatan dan sesar yang berarah timurlaut -

baratdaya. Jenis sesar diduga berupa sesar

mendatar dan sesar normal. Kegiatan

tektonik yang diketahui adalah pada

sesudah Miosen dan diduga telah

berlangsung sebelum Tersier.Kedudukan

(7)

Cekungan Barito. Cekungan ini merupakan

cekungan pendalaman belakang (back

deep basin). Unsur struktur di daerah ini

adalah, struktur sesar dan lipatan yang

berarah Timurlaut - Baratdaya. Jenis sesar

diduga berupa sesar geser dan sesar

normal. Kegiatan tektonik yang diketahui

adalah pada paska Miosen dan diduga

telah berlangsung sebelum Tersier yang

diperkirakan mempengaruhi Formasi

Dahor. (model basin peat digambarkan

pada gambar 2)

Indikasi Endapan Gambut

Gambut Indonesia menempati separuh dari

luas gambut tropika. Dari segi umur,

gambut-gambut di Kalimantan lebih tua dari

gambut di Sumatra. Gambut di Barambai

dan Pangkoh Kalimantan Tengah-Selatan

dengan ketebalan > 1 meter ditaksir

berumur 4350 tahun. Dari segi kesuburan

gambut di Sumatra nisbi lebih subur

dibandingkan dengan gambut di

Kalimantan. Dari 20 negara di dunia,

termasuk Indonesia secara keseluruhan

(426 juta hektar di dunia) yang telah di

manfaatkan hanya sekitar 9,5 juta hektar

dengan laju pemanfatan 64.000 hektar per

tahun. Indonesia sendiri baru berhasil

memanfaatkan gambut sekitar 1,1 juta

hektar, yang umumnya hanya untuk

pertanian.

Menurut data geologi sebagian daerah

pedataran Kalimantan Selatan dan Tengah

mengandung sumberdaya endapan gambut

cukup banyak, di indikasikan dengan

laporan dari P4S Departemen PU, tentang

lahan gambut sejuta hektar dan kadar

keasaman air permukaan yang

berhubungan dengan keberadaan endapan

gambut

KEGIATAN PENYELIDIKAN

Penyelidikan Lapangan

Penyelidikan lapangan, meliputi, orientasi

dan pemetaan geologi permukaan,

pembuatan jalur lintasan bor tangan dan

pemboran ( secara acak)

Dengan adanya kanal/saluran-saluran air

primer, sekunder hingga saluran tersier

yang digali oleh proyek lahan sejuta hektar,

saluran ini sekaligus dapat dimanfaatkan

sebagai sarana transportasi hingga

mencapai beberapa puluh kilometer

dengan memakai perahu motor. Pada

tempat dimana saluran tidak dapat dilalui

oleh perahu motor, penyelidikan dilanjutkan

sepeda motor dan dengan berjalan kaki

menyelusuri pinggiran saluran.

Ketebalan gambut secara visual dapat

ditelusuri dan diukur sepanjang saluran.

Ketebalan maksimum endapan gambut

yang diketahui mencapai 6,50 meter,

terdapat di bagian barat daerah

penyelidikan. Distribusi ketebalan gambut

umumnya menipis di sekitar atau dekat

pinggiran sungai-sungai dan menebal ke

(8)

Dengan pemboran tangan secara acak dan

pengambilan conto gambut untuk dapat

menunjang data setiap titik bor sebagai titik

pengamatan dari kemajuan bor 0,5 - 1 m,

diambil dan langsung dimasukan kedalam

kantong plastik untuk mencegah

penguapan dan kontaminasi udara.

Pemerian gambut secara megaskopis

dilakukan dilapangan meliputi warna,

derajat pembusukan ( Humification degree

), kandungan kayu, akar (wood), serat (

fibre) Ph ( derajat keasaman ) dan

kandungan air.

Akibat dari terbakarnya hutan dan lahan

gambut tahun 2002, satu hal yang menarik

perhatian adalah di beberapa titik bor

ditemukan bekas-bekas gambut terbakar

hingga kedalaman 0,5 meter. Ciri fisik

dapat dibedakan dengan gambut pada

umumnya berwarna coklat muda hingga

coklat tua-hitam. Akibat lain adalah

menurunnya permukaan/ ketebalan gambut

mencapai 0,3-0,50 m karena bagian atas

gambut yang terbakar menjadi abu. Muka

air tanah mencapai 0,2-0,4 m dari

permukaan.

Analisa laboratorium

Untuk mengetahui: Nilai kalori, kandungan

abu, sulfur, karbon tertambat, zat terbang,"

bulk density " dan kelembaban dari conto

gambut, telah dilakukan di Laboratorium

Kimia Pusat Sumber Daya Geologi di

Bandung. Parameter Yang diuji Lembab

Nisbi ( LN ), Lembab Jenuh ( LJ ),

Persentasi Air Tertambat ( M ), Zat Terbang

( VM ), Karbon Tertambat ( FC ),

Kandungan Abu ( Ash ), Sulfur Total ( Sf ),

Berat Jenis ( BD ), Harga Kalori ( CV ), dan

keasaman.

Untuk mengetahui kualitas gambut secara

proximate/ultimate, diambil 10 conto yang

diharapkan dapat mewakili, conto ini

diambil dari permukaan (top) hingga lapisan

gambut paling bawah (bottom), kemudian

dicampur menghasilkan conto komposit

analisa di laboratorium (hasil analisa kimia

terlampir).

Prosentase zat terbang (VM) yang

terkandung dalam gambut cukup tinggi,

berkisar antara 52,15 % terkecil dan 59,76

%. terbesar.

Angka karbon tertambat (FC) tercatat 22,44

% sampai dengan 32,97.%, yang

menunjukkan tingkat pengarangan yang

cukup tinggi untuk gambut Indonesia.

Kandungan abu, berkisar antara 0,54 %

dan 13,08 %. cukup bersih, kecuali no

conto P-16 sedikit tinggi, mungkin akibat

sedikit kontaminasi dengan lempung waktu

pemboran, dari keseluruhan wakil conto

diatas menunjukan kondisi pengendapan

yang cukup bersih atau kita sebut gambut

ombrogenus ( cekungan stabil dan hanya

diisi oleh air hujan ).

Kandungan belerang (S) tercatat rendah,

relatip kurang dari 1 %, kecuali P-30 2,05

(9)

Bulk Density (BD) memberikan angka

antara 0,08 % terendah dan 0,20 tertinggi,

dengan rata-rata 0,12 % atau dihasilkan

120 kg gambut kering dengan kandungan

air + 5 % air dari 1 m3 gambut basah

dengan 90 % kandungan air.

Nilai panas (NK) dari seluruh conto

memberikan angka antara 4329 kal/gr dan

5296 kal/gr, termasuk tinggi untuk ukuran

gambut di Indonesia.

Pengolahan data

Dari hasil data lapangan diplot lokasi dan

tebal pemboran tangan di peta dasar

lapangan skala 1 : 50.000, dengan hasil

tersebut dibuat sebaran gambut daerah

pangkoh dengan menganalisa lebih lanjut

kualitas dan kuantitas berupa sumberdaya

gambut daerah tersebut dan terakhir

diambil kesimpulannya.

HASIL PENYELIDIKAN

Geologi Daerah Penyelidikan Morfologi

Daerah penyelidikan merupakan dataran

rendah dengan elevasi antara 2- 25 meter

di atas permukaan air laut (morfologi jenis

pedataran). Sungai Sebangau di sebelah

barat dan Sungai Kahayan di sebelah timur,

keduanya merupakan sungai yang besar di

daerah ini dan bermuara dilaut Jawa.

Sungai Kahayan yang mempunyai lebar

500 m, dalam 7 m, panjang + 650 km,

dengan pengaruh pasang surut 1 - 3 m dan

merupakan sungai besar yang ada di

daerah penyelidikan. Sungai ini membentuk

meander-meander sungai dibeberapa

tempat, yang mencirikan bentuk sungai tua.

Stratigrafi

Secara umum dapat dibagi-bagi menjadi :

• Endapan organik terbentuk paling akhir

pada dataran banjir. Pada bagian

bawah endapan organik bercampur

dengan unsur-unsur anorganik yaitu

lempung, lanau, dan pasir halus.

Endapan gambut dibagi 2 yaitu gambut

ombrogenus, yang dominan di daerah

penyelidikan dan topogenus.

• Aluvial terbentuk dekat dan dipinggir

sungai sebagai pelopor perluasan

daratan. Endapan aluvial ini terdiri

dari partikel lempung, lanau (silt) dan

batupasir. Endapan tanggul (levee)

terbentuk di pinggir sungai dan

berfungsi sebagai tanggul sungai.

Endapan ini terbentuk oleh air sungai

(pada waktu banjir) yang membawa

material yang agak kasar dan

diendapkan dipinggir sungai. Pada

keadaan permukaan air maximal,

tanggul ini lebih tinggi dan menjadi

pemisah antara dataran banjir dengan

sungai. Endapan tanggul terdiri dari

partikel lempung dan lanau (silt).

• Endapan dasar gambut yang umumnya

terdiri dari lempung dengan kandungan

partikel organik, dan di daerah

(10)

tempat yang mempunyai dasar pasir,

dengan lingkungan pengendapan laut

dangkal dan rawa

Potensi Endapan Gambut Keterdapatan Gambut

Endapan gambut di Pangkoh ( antara

sungai Sebangau dan sungai Kahayan),

yang memanjang dari Bahaur (laut Jawa)

sampai Palangkaraya, merupakan potensi

gambut yang besar di Kalimantan Gambut

di Palangkaraya dapat diklasifikasikan

sebagai " low land peat" (gambut dataran

rendah), yang berdasarkan pentarikan C-14

(carbon dating) berumur absolut sekitar

2800 tahun yang lalu (G. Siefferman, 1988).

Penyebaran Gambut

Endapan gambut dengan luas , mempunyai

29.673 ha ketebalan mulai dari 1 m hingga 6,50 m, dengan sifat fisik sebagai berikut

warna coklat sampai coklat ketuaan,

kandungan kayu sedang, serat sedang,

derajat pembusukan antara H6 sampai H8,

pada bagian atas umumnya mempunyai

derajat pembusukan rendah

Dari hasil pengamatan beberapa

penampang bor, pembentukan gambut

dimulai dari penimbunan sisa tumbuhan

yang dapat hidup diatas muka air seperti

tumbuhan Bakau (mangrove). Sisa

batang-batangnya masih dapat dijumpai ditengah

dan di dasar gambut (batas antara gambut

dan lempung). Dalam pembentukan awal

pengaruh air sungai masih dominan

sehingga terbentuk endapan gambut

bercampur dengan lempung (topogenus),

kemudian terjadi satu periode dimana levee

(tanggul alam ) telah terbentuk dengan

stabil, sehingga pembentukan endapan

gambut tanpa pengaruh air permukaan (air

sungai) yang disebut endapan gambut

ombrogenus (pengaruh air hujan sangat

dominan). Proses ini berlangsung sampai

sekarang.

Sumberdaya Gambut

Sumberdaya gambut dihitung dengan

perkalian antara luas sebaran gambut

dengan ketebalan rata-rata antara dua

isopah

Luas sebaran gambut dibagi menjadi tiga

bagian menurut ketebalannya, yaitu

sebaran gambut dengan ketebalan antara

1-3 m, 3-5 m dan lebih besar dari 5->6m.

Ketebalan gambut rata-rata ialah ketebalan

antara dua isopah yang dibagi menjadi tiga

bagian yaitu 2 m, 4m dan 5,75 m.

Sumberdaya gambut Pangkoh ialah :

908,01..juta m3.Dengan Bulk density hasil analisa rata-rata 120 kg setiap m3 gambut

insitu, maka sumberdaya gambut ialah

908,01 x106 X 120 kg =108.961 x106 kg

atau 108,961 juta ton, gambut kering.

Kualitas Gambut Secara Megaskopis Pembahasan mutu gambut dilakukan

secara megaskopis dan analisa di

laboratorium (kimia/fisika). Cara

(11)

mengambil endapan gambut setiap

kedalaman 0.5 meter. Pemerian gambut

dilakukan pembahasan mengenai, warna,

derajat pembusukan, kandungan serat,

kandungan kayu, kandungan akar dan

kandungan air. Pemerian secara

megaskopis dilakukan sebagai berikut :

Warna, gambut Pangkoh berkisar antara

coklat sampai hitam kecoklatan. Warna ini

banyak dipengaruhi oleh derajat

pembusukan dan pengotoran zat

anorganik. Pada gambut dekat dengan

batuan dasar cekungan berwarna hitam

kecoklatan sedangkan makin ke atas makin

dominan warna coklat. Gambut dekat

permukaan kadang-kadang ditemukan

berwarna coklat tua, hal ini disebabkan oleh

pengaruh oksidasi dan bekas bakaran

hutan.

Derajat pembusukan (H), gambut

umumnya dekat permukaan mempunyai H

rendah dan sebaliknya pada dasar gambut

mempunyai derajat pembusukan yang

tinggi. Sebaran kearah horizontal tidak

menunjukkan perbedaan yang mencolok,

derajat pembusukan (H), yaitu antara

H6-H8 ( hemic to safric).

Kandungan kayu (W), gambut tidak

homogen. Pada gambut yang tedapat di

bagian bawah umumnya, mempunyai

kandungan lebih banyak dibandingkan

dengan bagian atas. Perbedaan ini

disebabkan oleh beberapa faktor antara

lain derajat pembusukan dan kecepatan

proses pembentukan gambut, di bagian

bawah permukaan air tanah pembentukan

gambut lebih cepat, sedangkan dibagian

atas kayu banyak terbusukan. Kandungan

kayu berkisar antara 10 - 25 %.

Kandungan akar (R), gambut sebagian

besar berasal dari tumbuhan baru,

sedangkan yang berasal dari tumbuhan

yang lama banyak yang telah hancur,

kandungan akar yang tinggi (>25%)

terdapat dekat dengan permukaan.

Kandungan serat (F), gambut dapat

digolongkan kepada hemik to safrik, yang

dipengaruhi oleh proses derajat

pembusukan setempat, dengan prosentase

kandungan 20 % serat (fibre)

Kandungan air (M), gambut erat

hubungannya dengan letak permukan air

tanah. Pada musim hujan air tanah lebih

tinggi dari pada permukaan gambut. Pada

kondisi yang demikian kandungan air dalam

gambut hampir homoge (>90%). Pada

musim kemarau muka air tanah turun. Pada

waktu penyelidikan permukaan air tanah

tingginya 0 - 0,5 m dibawah permukaan

gambut. Dengan demikian gambut yang

terletak diatasnya mempunyai kandungan

air antara 80-90%, sedangkan yang terletak

dibawah permukaan air tanah > 90%

Prospek Pemanfaatannya

Prospek pemanfaatan gambut yang lebih

dari 1 m dan dekomposisi > H4 dan

sumberdaya cukup besar, sehingga gambut

(12)

untuk energi dan ditunjang dengan

ketinggian permukaan gambut + 25 m dari

permukaan laut, sehingga memudahkan

untuk pengeringan dan transport

pengambilan karena sarana jalan tersedia

di areal Transmigrasi.

Dengan demikian prospek lahan gambut

yang ada di daerah tersebut dapat di

dayagunakan sebagaimana mestinya, agar

menghasilkan nilai tambah bagi PEMDA

setempat terutama lahan gambut yang

ketebalannya kurang dari 3m dapat diatur

tataruangnya untuk budidaya dan lebih dari

3m sebagian dapat dipergunakan untuk

energi dan sebagian lagi dapat

dikembablikan ke keadaan semula atau

dikonsevasi menjadi hutan kembali

KESIMPULAN DAN SARAN

• Endapan gambut di daerah ini dibatasi

oleh batas alam yaitu di bagian barat

Sungai Sebangau, di bagian timur

Sungai Kahayan di bagian utara Desa

Bontui ke selatan sampai Kecamatan

Pandihbatu.

• Endapan aluvium dan gambut terletak

diatas Formasi Dahor. Sedimentasi di

daerah ini sebagian besar dibawa oleh

Sungai Sebangau, Sungai Kahayan

dan sungai-sungai kecil lainnya.

• Di daerah penyelidikan endapan

gambut dapat digolongkan sebagai

"ombrogenus peat" yang terletak pada

basin peat dan diklasifikasikan sebagai

" Low Land peat" ( gambut dataran

rendah ), dengan derajat pembusukan

H6 - H8 ( hemik sampai safrik ).

Sumberdaya gambut yang tebalnya > 1 m

seluas 29.673 ha yaitu 108,961 juta ton gambut kering ( bulk density rata-rata 120 kg/m, 5 % air).

SARAN

Lahan gambut di daerah penyelidikan

dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaya

energi, media penyemaian dan lain-lain,

yang dapat di kelompokan sebagai berikut :

1. Daerah bergambut dengan ketebalan 0 -

1 m.

Lahan gambut dengan ketebalan kurang

dari 1 m dapat digunakan sebagai

lahan pertanian basah, seperti persawahan

dan pertanian pasang surut.

2. Daerah bergambut dengan ketebalan <

2m.

Lahan gambut dengan ketebalan < 2m,

dapat digunakan sebagai lahan pertanian

kering, seperti perkebunan karet dan

(13)

3. Daerah bergambut dengan ketebalan

antara 2 - 6,5 m.

Pada lahan gambut antara 2 - 6,5 m dapat

dipergunakan untuk bahan bakar tenaga

uap bagi pembangkit tenaga listrik lokal.

DAFTAR PUSTAKA

Andrew I, Quarles Van Ufford, B.A., (1996);

Stratigraphy, Struktural

Geology And

Tectonics Of a Young For Arc

Continent Collisian, Western

Central Range, Irian

Jaya (Western New Guinea),

Indonesia.

Anderson, J.A.R., 1964. The Structure And

Development Of The Peat

Swamps Of Serawak And Brunei.

Journal of Tropical Geography.

vol. 18, 1964.

A.J.P Goret, 1983; General Studies of

Mires; Swamp, Bog, Fen and Moor

(Ecosystems of The World 4A), Elsevier

Scentific Publisahing

Diemont, W.H., and Supardi, 1986: Genesis

of Indonesia Lowland Peats and

Possibilities for Development. Symposium

and exhibition lowland

development in Indonesia, Jakarta.

University of Illinois, Urbana,Illinois.

Euroconsult, (1984) : Preliminary

Assestment of Peat Development Potential.

Final Report., Euroconsult, Ahrnem, The

(14)

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penyelidikan

` Bulan-Tahun 2009

Juli Agustus September

Persiapan

Penyelidikan

lapangan

Analisis

laboratorium

Pengolahan data

Penyusunan

laporan

Tabel2. Hasil Analisa Kimia

No BD Ph Air Dried Basis

M ( %) VM (%) FC (%) Abu (%) S (%) NK (cal/gr)

P-09 0,08 3 8,45 58,62 32,25 0,68 0,13 5188

P-11 0,10 3 7,96 58,62 22,44 0,82 0,09 5278

P-14 0,14 3 7,48 52,72 28,04 11,76 0,38 4542

P-16 0,20 3 7,48 52,15 27,29 13,08 0,20 4329

P-18 0,10 4 7,95 59,33 32,18 0,54 0,16 5296

P-21 0,12 3 8,20 57,34 32,97 1,49 0,13 5243

P-23 0,09 3 8,35 58,19 32,68 0,78 0,13 5226

P-26 0,13 3 8,18 59,11 32,14 0,57 0,13 5280

P-28 0,09 3,5 8,39 59,76 31,12 0,73 0,11 5188

P-30 0,15 3 8,89 52,85 29,83 8,43 2,05 4537

Tabel 3. Ringkasan Perhitungan Sumberdaya Gambut.

Daerah

Luas

(ha)

Luas juta

(m2)

ketebalan rata-rata

( m )

Sumberdaya

juta (m3)

Isopah 1-3m 18.905 189,05 2,00 378,10

Isopah 3-5m 5.100 51,00 4,00 204,00

Isopah 5->6m 5.668 56,68 5,75 325,91

(15)

Gambar 1. Peta Indek Pulangpisad Kalimantan Tengah

Lokasi

(16)
(17)

Tabel 4. Kolom Stratigrafi Daerah Penyelidikan

UMUR PEMERIAN LITOLOGI LINGKUNGAN

PENGENDAPAN

K

U

H

O

Gambut

a. Gambut ombrogenus ( gambut murni)

b. Gambut topogenus (gambut terpengaruh

material klastik)

Paludal

A

R

L

O

Pasir, abu-abu-putih, berbutir halus, bersifat

lempungan dan lanauan pasir atau lanau

dibagian atas.

Lempung, putih, plastis, lanauan kadang-kadang

pasiran

Fluviatil/dataran

banjir

T

E

S

E

lempung, putih kotor plastis dengan lanau

kadang-kadang pasir, berbutir halus

mengandung mengandung material organik,

cangkang kerang

Laut dangkal

R N

Lempung organik, coklat, lempung gambutan

kadang-kadang menjari dengan endapan laut

dangkal

Endapan rawa -

bakau

(18)

Peta Geologi dan Sebaran Gambut Daerah Pangkoh Kalimantan Tengah

Skala 1 : 50.000

114°00'00" B.T 114°15'00" B.T

3°00'00" L.S

170.000 mT 180.000 mT 190.000 mT

9.750.000 mS

9.740.000 mS

9.750.000 mS 2°50'00" L.S

2°55'00" L.S

166.274 mT 194.107 mT

SKALA 1 : 50.000

0 1 2 3 4 5 Km

0 2 4 6 8 10 Cm

K E T E R A N G A N :

Desa/Perkampungan Lokasi Titik Bor Gambut Isopah Endapan Gambut

Jalan Utama

Lokasi Daerah Penyelidikan

KETEBALAN GAMBUT

3 - 5 m

5 - >6 m U

PETA INDEK

Alluvium

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI

PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

PETA GEOLOGI DAN SEBARAN GAMBUT DAERAH PANGKOH, KABUPATEN PULANGPISAU

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Disusun : Ir. Truman Wijaya

P-15 P-14 P-12P-11 P-10 P-09P-08 P-07

Gandang (Pangkoh V) 2°45'00" L.S

Kec. Kahayan hilir

Kec. Pandihbatu

Endapan Gambut A

B

1 - 3 m

Gambar

Tabel 3. Ringkasan Perhitungan Sumberdaya Gambut.
Gambar 2. Cekungan di Kalimantan Tengah yang di isi endapan gambut (basin peat)
Tabel 4.  Kolom Stratigrafi Daerah Penyelidikan

Referensi

Dokumen terkait

Melalui penjelasan singkat dan pemberian tugas pada grup WhatsApp/Telegram/Zoom/Google Meeting, peserta didik dapat menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan

Bila dibandingkan antara tungku briket hasil rancangan dengan dua tungku pembanding, maka tungku briket hasil rancangan memiliki nilai efisiensi tungku dan efisiensi sistem lebih

Kondisi SM Rimbang Baling sangat memprihatinkan saat ini, dan sangat disayangkan jika pada akhirnya, pemasalahan yang terjadi di kawasan konservasi menyebabkan

Dengan demikian, JSMP percaya bahwa anggota keluarga harus dibuat compellable wajib untuk memberikan bukti terhadap pasangan mereka dalam kasus-kasus di mana

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 7 Tahun 2001 tentang Retribusi dan Sewa Pemakaian Kekayaan Daerah (Lembaran Daerah

Anak dapat membuat susu sendiri Anak mengumpulkan informasi setelah melihat video sapi perah Anak dapat menggabungkan gambar dengan kata yang sesuai Anak dapat

&#34;roses pengeluaran sputum dari paruparu, bronkus dan trakea yang dihasilkan oleh klien &#34;roses pengeluaran sputum dari paruparu, bronkus dan trakea yang dihasilkan oleh

analyze and identify entrepreneur behaviour on business performance especially to Small Medium Enterprise (SMEs) banana processing in South Garut.. The study was