• Tidak ada hasil yang ditemukan

29 Model Kurikulum Paket A B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "29 Model Kurikulum Paket A B"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL KURIKULUM PAKET A DAN PAKET B

PUSAT KURIKULUM

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

(2)

Model Kurikulum Paket A dan B-2007  i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang ………... 1

B. Permasalahan .………... 1

C. Tujuan ………... 2

D. Ruang Lingkup ………... 2

E. Hasil Yang Diharapkan ………... 2

F. Manfaat ………... 2

BAB II LANDASAN …...………... 3

A. Landasan Yuridis ………... 3

B. Landasan Teori ………... 4

1. Konsep Kurikulum ………... 4

2. Pendidikan Non Formal ………... 6

BAB III POLA PENGEMBANGAN MODEL ... 9

A. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum ... 9

B. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Kurikulum ... 9

C. Langkah-Langkah Pengembangan Model ... 9

BAB IV PENUTUP ... 12

(3)

Model Kurikulum Paket A dan B-2007  1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hak semua orang guna mengembangkan diri untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas kehidupan. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan terdiri atas jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Jalur-jalur pendidikan itu diselenggarakan untuk melayani semua warga negara berdasarkan prinsip belajar dan pendidikan sepanjang hayat menuju terbentuknya kualitas manusia Indonesia yang bermutu.

Salah satu program pendidikan pada jalur pendidikan nonformal adalah pendidikan kesetaraan yang berfungsi menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar, dan sebagai pendidikan lanjutan bagi yang membutuhkan tingkat pendidikan setara sekolah menengah atas.

Sementara itu, berdasarkan data Susenas (2003) menunjukkan Angka Partisipasi Murnl (APM) jenjang Sekolah Dasar sebesar 96,4%. Ini berarti 3,6% (992.300) anak usia Sekolah Dasar tidak bersekolah, dengan rincian 2,1% (578.800) belum bersekolah dan 1,5% putus sekolah. Program penuntasan wajib belajar 9 tahun yang ditargetkan tuntas pada tahun 2008 memiliki target pencapaian pencapaian Angka Partisipasi Murni (APM) jenjang Sekolah Dasar sebesar 98% (www.dikdasmen.org). Data Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2006 menunjukkan masih terdapat sekitar 3,2 persen anak usia 7-12 tahun dan sekitar 16,5 persen anak usia 13-15 tahun yang tidak sekolah, baik karena belum pernah sekolah, putus sekolah atau tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (www.sampoernafoundation.org). Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak anak usia sekolah pada jenjang pendidikan dasar yang masih perlu mendapatkan penanganan untuk mensukseskan program wajib belajar.

Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu tugas Pusat Kurikulum adalah melaksanakan pengembangan model-model kurikulum dan pembelajaran pada berbagai satuan pendidikan. Diantaranya adalah pengembangan model kurikulum, Program Paket A dan Paket B sebagai bagian dari pendidikan kesetaraan. Pengembangan model kurikulum tersebut mengacu pada Standar Isi Pendidikan Kesetaraan yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Untuk melaksanakan kegiatan tersebut perlu diadakan serangkaian kegiatan yang utamanya adalah mengkaji konsep-konsep tentang pendidikan kesetaraan khususnya Program Paket A dan Paket B bersama dengan berbagai ahli dan praktisi dalam pendidikan kesetaraan. Kajian konsep ini dilanjutkan dengan pengkajian kebutuhan lapangan yang dilakukan dengan cara mengundang para praktisi yang berpengalaman. Berikutnya, dilakukan penyusunan naskah yang dilanjutkan dengan ujicoba untuk mendapatkan masukan dari lapangan guna menyempurnakan model. Hasil ujicoba tersebut dianalisis sebagai bahan penyempurnaan model kurikulum sebelum digunakan di lapangan.

B. Permasalahan

(4)

Model Kurikulum Paket A dan B-2007  2

sangat diperlukan peran program pendidikan nonformal terutama melalui program Paket A dan Paket B.

C. Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan model kurikulum Pendidikan Kesetaraan, khususnya Paket A dan Paket B dalam rangka penyediaan layanan untuk menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar.

D. Ruang Lingkup

Mengingat pendidikan kesetaraan cukup luas cakupannya, maka dalam pengembangan ini dibatasi pada Paket A setara Sekolah Dasar dan Paket B setara Sekolah Menengah Pertama.

E. Hasil Yang Diharapkan

Melalui kegiatan ini diharapkan akan menghasilkan Model Kurikulum Paket A dan Paket B sebagai bagian dari Pendidikan Kesetaraan dalam rangka penyediaan layanan untuk menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar.

F. Manfaat

1. Dapat ditindaklanjuti oleh Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah sebagai bahan rujukan dalam penyelenggaraan pendidikan kesetaraan melalui Paket A dan Paket B sebagai upaya ikut menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar.

(5)

Model Kurikulum Paket A dan B-2007  3

BAB II LANDASAN

A. Landasan Yuridis

1. Undang-Undang Dasar 1945 hasil Amandemen, antara lain:

a. Pasal 31 ayat (1) bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. b. Pasal 31 ayat (2) bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar

dan pemerintah membiayainya.

c. Pasal 28B ayat (2) bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

d. Pasal 28C ayat (1) tertulis bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, antara lain:

a. Pasal 13 ayat (1): jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

b. Pasal 5 ayat (1): setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

c. Pasal 5 ayat (5): setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

d. Pasal 26 ayat (1): Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

e. Pasal 26 ayat (2): Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.

f. Pasal 26 ayat (3): Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hayat, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

g. Pasal 26 ayat (6): Hasil pendidikan non formal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional penilaian.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 17, 19, dan 55

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

(6)

Model Kurikulum Paket A dan B-2007  4

6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2007 tentang Standar Isi untuk Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C.

8. Instruksi Presiden No.5 Tahun 2006, tanggal 9 Juni 2006 Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.

B. Landasan Teoritis 1. Konsep Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

b. Pendekatan Studi Kurikulum

Studi tentang kurikulum sering mempertanyakan tentang jenis pendekatan apa yang dipergunakan dalam pembahasan atau dalam penyusunan kurikulum tersebut. Penggunaan sesuatu jenis pendekatan (approach) atau orientasi pada umumnya menentukan bentuk dan pola yang dipergunakan oleh kurikulum tersebut. Secara teoritis, menurut perkembangannya, dapat dikembalikan ke dalam empat teori pendekatan, yakni:

1). Pendekatan Mata Pelajaran

Pendekatan ini bertitik tolak dari matapelajaran (subject matter). Setiap ma-tapelajaran masing-masing berdiri sendiri sebagai suatu disiplin ilmu, tersimpan di dalam kotak-kotak mata pelajaran. Mata-mata-pelajaran itu terlepas satu sama lain, tidak ada hubungannya dan tidak ada kaitannya satu sama lain. Bahkan terdapat kecenderungan di mana setiap mata pelajaran itu menganggap dirinya yang paling penting. Itu sebabnya pola kurikulumnya merupakan kurikulum yang terpisah-pisah. Sistem pembagian tanggungjawab guru adalah “guru mata pelajaran”.

2). Pendekatan Inter Disipliner

(7)

Model Kurikulum Paket A dan B-2007  5

pengetahuan Ilmu Kealaman saja, melainkan hams dan sebaiknya ditinjau dari berbagai segi.

Dibalik itu untuk mempelajari sesuatu disiplin ilmu yang telah tersusun secara sistematis dan logis itu, diperlukan kematangan intelektuil tertentu, di mana murid-murid Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Lanjutan Atas nampaknya belum sepenuhnya memiliki kematangan tersebut. Lagi dengan pendekatan mata-pelajaran ternyata para siswa disekolah tidak memiliki kesempatan membahas masalah-masalah sosial dari masyarakat lingkungannya.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka para ahli berpendapat, bahwa sebaiknya kurikulum sekolah tidak disusun berdasarkan mata-mata pelajaran yang terpisah, melainkan sejumlah mata pelajaran yang memiliki ciri-ciri yang sama dipadukan menjadi suatu bidang studi (broad field). Pendekatan demikian dewasa ini disebut dengan pendekatan inter-disipliner. Dengan demikian kurikulum terdiri dari sejumlah bidang studi yakni: Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Moral Pancasila, dan sebagainya. Bahkan di sekolah-sekolah Amerika, ada yang disebut Pendidikan Kesehatan (Health Education), Aesthetic (seni dan musik) dan bidang-bidang studi lainnya.

Pendekatan inter-disipliner terdiri dari tiga jenis pendekatan, yaitu pendekatan struktural, pendekatan fungsional dan pendekatan daerah (interfiled), masing-masing mempunyai penekanannya sendiri-sendiri kendatipun antara ketiganya hanya bebeda secara gradual belaka.

3). Pendekatan Integratif

Pendekatan ini bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau suatu kesatuan yang bermakna dan berstruktur. Bermakna artinya bahwa setiap suatu keseluruhan itu memiliki makna, arti, faedah tertentu. Keseluruhan bukanlah penjumlahan dari bagian-bagian, melainkan suatu totalitas yang memiliki maknanya sendiri. Tinjauan ini berassumsi bahwa setiap bagian yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi dalam suatu struktur tertentu. Manusia bukanlah jumlah daripada bagian-bagian tubuh atau penjumlahan dari badaniah dan rohaniah, melainkan merupakan suatu yang utuh. Pendidikan anak adalah pendidikan yang seluruhnya, pendidikan dalam rangka pembentukan pribadi yang terintegrasi. Karena itu kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga mampu mengembangkan pribadi yang utuh, yang bulat dengan mempertimbangkan bahwa anak adalah potensial dan sedang berkembang dan merupakan suatu organisme yang hidup, yang seimbang, yang hidup di dalam masyarakat yang senantiasa berkembang pula.

(8)

Model Kurikulum Paket A dan B-2007  6

Pendekatan terpadu dewasa ini banyak sekali dikembangkan. Di dalam pembinaan kurikulum kita kenal dengan istilah “Integrated Curriculum” dengan sistem penyampaian yang menggunakan Pengajaran Unit. Semua mata pelajaran/bidang studi tidak terlepas-lepas ataupun terpisah satu sama lain, melainkan semua merupakan suatu kesatuan, tiada batas satu sama lain.

4). Pendekatan Sistem

Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri dari sejumlah komponen atau bagian-bagian. Komponen-komponen itu saling berhubungan dan saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Sesuatu komponen dapat merupakan suatu sub-sub sistem dari suatu sub sistem.

Pada tingkat makro, jikalau kita meninjau sistem pendidik-an, maka kurikulum sesungguhnya merupakan suatu komponen atau suatu sub sistem dari merupakan komponen daripada input instrumental. Pada tingkat mikro, kita meninjau kurikulum dalam hubungan dengan komponen, antara lain: tujuan, prinsip, susunan dan sistem penyampaiannya.

Pendekatan sistem dipergunakan juga sebagai suatu sistem berpikir. Bahkan pendekatan sistem dewasa ini dikembangkan juga dalam rangka pembaharuan pendidikan. Langkah-langkah yang diikuti melalui proses: identifikasi dan merumuskan masalah, perumusan tujuan-tujuan atau hasil-hasil yang diinginkan, penentuan sejumlah alternatif jawaban, penentuan suatu jawaban yang dinilai paling tepat melalui paper analysis atau eksperimen. Selanjutnya kegiatan try out dan revisi, dan langkah terakhir yakni implementasi dan evaluasi.

Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa dalam penyusunan suatu program pendidikan dan kurikulum sangatlah penting di-tentukan lebih dahulu jenis pendekatan apa yang akan dipergunakan.

Namun demikian tidaklah berarti bahwa dalam penyusunan kurikulum hanya digunakan suatu pendekatan saja, melainkan beberapa jenis pendekatan dapat saja dipergunakan sekaligus, hal mana dapat kita jumpai dalam pembinaan kurikulum tahun 1975.

Keempat jenis pendekatan tersebut masing-masing memiliki penekanannya sendiri-sendiri dan karenanya menimbulkan keperbedaan yang prinsipil.

2. Pendidikan Non Formal

(9)

Model Kurikulum Paket A dan B-2007  7

Pendidikan sepanjang hayat mengandung dua dimensi: pertama, dimensi vertikal bahwa aktivitas pendidikan dilakukan sepanjang rentang kehidupan manusia, tidak hanya dilakukan oleh anak-anak atau pemuda, tetapi juga orang dewasa atau orang tua bahkan lanjut usia. Kedua, dimensi horizontal bahwa kegiatan pendidikan mencakup bermacam-macam aktivitas manusia seperti di tempat kerja, keluarga, peribadatan, rekreasi dan organisasi masyarakat. Aktivitas pendidikan dapat dilakukan secara sinergis dan integratif antara jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan dapat dilakukan secara berjenjang dan terstruktur yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Ketiga jenjang dan struktur tersebut dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal, pendidikan nonformal dan informal. Pendidikan nonformal memiliki keluwesan yang dapat dilaksanakan berdasarkan permasalahan dan kebutuhan peserta didik. Pendidikan nonformal bertujuan untuk pengembangan intelektual, aktualisasi diri, pengembangan personal dan sosial, dan rekonstruksi sosial berdasarkan nilai-nilai potensi masyarakat setempat.

Secara antropologis, aktivitas pendidikan yang dilakukan umat manusia merupakan kegiatan kebudayaan untuk pewarisan dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap dari generasi terdahulu kepada generasi berikutnya. Pewarisan dan pengembangan budaya tersebut dilakukan baik secara pribadi dalam keluarga, maupun komunitas dalam masyarakat.

Secara alami kegiatan pendidikan dilakukan dalam masyarakat berakar pada tradisi dan agama. Perkembangan selanjutnya, seirama dengan semakin besar tantangan dan tuntutan perubahan di masyarakat, maka pendidikan dilaksanakan dalam bentuk yang lebih sistematis, mulai dari pola penyerahan anak-anak dari orangtua kepada ahli tertentu untuk diajari keahlian yang bersangkutan, sampai dengan model pendidikan yang sangat spesialistis. Kelembagaan pendidikan persekolahan muncul seiring dengan kebutuhan masyarakat akan layanan pendidikan secara lebih terstruktur. Sementara itu pendidikan luar sekolah juga terus berkembang seiring dengan kebutuhan belajar masyarakat dan keterbatasan pelayanan sekolah. Pendidikan nonformal menyediakan peluang memperoleh pendidikan melalui berbagai program pembelajaran yang dikembangkan secara luwes. Dari sisi sasaran didik, pendidikan nonformal memiliki cakupan garapan yang sangat luas serta besar variabilitasnya. Khalayak sasaran yang dilayani pendidikan nonformal sejalan dengan kebutuhan belajar manusia untuk belajar sepanjang hayat, sejak anak usia dini sampai usia lanjut. Pada kapasitas inilah pendidikan nonformal bersifat beragam sasaran, baik individu, kelompok dan komuniti. Peserta didik tidak saja ditinjau dari karakteristik individu seperti usia, jender, pekerjaan, melainkan juga dari faktor sosial, budaya dan geografis.

(10)

Model Kurikulum Paket A dan B-2007  8

masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Dalam berbagai situasi inilah pendidikan nonformal menunjukkan karektaristiknya sebagai praktik pendidikan yang luwes dan fungsional.

(11)

Model Kurikulum Paket A dan B-2007  9

BAB III

POLA PENGEMBANGAN MODEL

A. Prinsip Pengembangan Kurikulum

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

2. Beragama dan terpadu

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

5. Menyeluruh dan berkesinambungan 6. Belajar sepanjang hayat

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

B. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum

1. Peserta didik memperoleh pelayanan yang bermutu dan memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan sesuai dengan potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya

2. Menegakkan 5 pilar belajar, yaitu : beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, belajar untuk memahami dan menghayati, belajar untuk mampu melaksanakan dan berguna secara efektif, belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

3. Memperoleh pelayanan untuk perbaikan, pengayaan dan/atau percepatan sesuai dengan potensi dan tahap perkembangan dan kondisi perkembangannya dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi yang berdimensi keTuhanan, keindividuan, kesosialan dan moral.

4. Hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat dengan prinsip “tut wuri Handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada”

5. Menggunakan pendekatan multistrategi dan multi media, sumber belajar dan teknologi yang memadai, memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan prinsip “alam takambang jadi guru”

6. Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

C. Langkah-Langkah Pengembangan

1. Analisis masalah, kebutuhan dan potensi

2. Menetapkan visi, misi dan tujuan pendidikan kesetaraan

3. Menentukan struktur dan muatan kurikulum berdasarkan Standar Isi 4. Menetapkan kalender pendidikan

5. Menelaah dan menganalisis SK dan KD untuk menentukan : a. kedalaman dan keluasan kompetensi dan materi

b. beban belajar (tatap muka, tutorial dan mandiri) 6. Menyusun silabus

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :

(12)

Model Kurikulum Paket A dan B-2007  10

b. Silabus memuat komponen: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, Materi Pokok, Kegiatan Pembelajaran, Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar.

c. Silabus dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (Lampiran Permendiknas No. 14 Tahun 2007)

d. Silabus dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan pembelajaran dan penilaian e. Fleksibel, luwes sesuai dengan situasi dan kondisi, karakteristik, kebutuhan dan

lingkungan peserta didik. f. Realistik dan operasional.

7. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :

a. RPP disusun oleh tutor atau forum tutor mata pelajaran

b. RPP memuat komponen: Identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Tujuan Pembelajaran, Indikator, Materi Pokok, Uraian Materi, Kegiatan Pembelajaran (dalam penyusunannya perlu disesuaikan pendekatan pembelajaran tatap muka, tutorial dan/atau Mandiri), Metode, Sumber Belajar, Penilaian,

c. RPP dikembangkan berdasarkan silabus. 8. Merumuskan Indikator.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perumusan indikator : a. Mengacu pada Kompetensi Dasar yang akan dicapai b. Dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar yang terukur c. Memperhatikan ketercapaian standar lulusan secara nasional d. Harus dapat diukur/dapat dikwantifikasi

e. Berisi kata kerja operasional

f. Tidak boleh mengandung pengertian ganda atau ambigu

g. Harus berurutan (dari konkrit ke abstrak, sederhana ke kompleks, dekat ke jauh, dan seterusnya).

9. Menyusun Kegiatan Pembelajaran.

Dalam pengembangan kegiatan pembelajaran perlu memperhatikan kriteria sebagai berikut :

a. Mengacu pada SK, KD dan Indikator secara utuh dan konsisten

b. Harus dapat memberikan bantuan kepada tutor agar dapat mengajar secara profesional sesuai dengan tuntutan kurikulum.

c. Disusun secara berurutan untuk pencapaian kompetensi dasar. d. Harus berpusat pada peserta didik

e. Metode pembelajaran yang digunakan harus fleksibel dan luwes sesuai dengan kondisi lingkungan belajar.

f. Materi pembelajaran harus mengandung ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan

g. Harus memperhatikan karakteristik peserta didik.

h. Harus dapat mengembangkan keterampilan sosial, personal, emosional dan vokasional.

i. Harus dapat menumbuhkan motivasi dan kemandirian peserta didik. 10.Penilaian dan Evaluasi

(13)

Model Kurikulum Paket A dan B-2007  11

b. Dalam setiap penilaian tidak selalu mengukur ketiga ranah kompetensi (kognitif, afektif dan psikomotor) sekaligus untuk setiap Kompetensi Dasar. c. Penilaian dapat berupa penilaian tertulis, produk, proyek, dan portofolio

(14)

Model Kurikulum Paket A dan B-2007  12

BAB IV PENUTUP

Model kurikulum ini pada hakekatnya merupakan salah satu hasil kerjasama Pusat Kurikulum dengan para akademisi, praktisi dan birokrat pendidikan non formal khususnya pendidikan kesetaraan (Program Paket A dan B) yang telah menghasilkan contoh model kurikulum program Paket A dan Paket B. Dengan demikian prinsip dan langkah yang ada pada model kurikulum ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dalam mengembangkan KTSP pendidikan non formal (pendidikan kesetaraan).

(15)

Model Kurikulum Paket A dan B-2007  13

DAFTAR PUSTAKA

Ella Yulaelawati, Pendidikan kesetaraan, Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Kesetaraan, tanggal 9 desember 2006 di Universitas Negeri Semarang.

Hass, Glen, Curriculum Planning a new Approach, Boston, Allyn and Bacon, Inc, 1987, fifth edition.

Ibrahim dan B Karyadi, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Depdiknas, Ditjen Dikti PPTK, Jakarta, 1990

Mungin EW, Standar Isi Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Paket B, Dan Paket C Setara SD/MI, SMP/MTs, Dan SMA/MA, Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Kesetaraan, tanggal 9 Desember 2006 di Universitas Negeri Semarang.

Republik Indonesia, UU Sisdiknas tahun 2003 Beserta Peraturan Pelaksanaannya, dihimpun oleh HS Tunggal, Jakarta Harvindo, 2006.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2007 tentang Standar Isi untuk Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Sodiq AK, Peluang dan Tantangan Pendidikan Kesetaraan dalam memenuhi mutu

pendidikan, Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

SUSINTAWATI.Cost Effectivenes Analisys Kemoterapi Kombinasi Siklosfosfamid, Adriamicin, 5-Fluorourasil (CAF) Dengan Kemoterapi Kombinasi Paxus, Epirubisin,

Penelitian ini mengusulkan model integrasi dari model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean dan model penerimaan TAM terkait pengaruh yang ditimbulkan

Tahap selanjutnya peneliti melakukan focused codingyang merupakan proses koding untuk menemukan tema-tema besar dari sekian banyak koding tersebut dengan cara

Oleh yang demikian, pelbagai pendekatan aplikasi wakaf tunai telah dibina dan sedang dibina oleh pihak bertanggungjawab bagi memastikan berwakaf dalam bentuk

Jumlah butir pernyataan valid yang dapat digunakan dengan revisi. sebanyak 3

Analisis penerapan bagi hasil di Baitul Maal Wat Tanwil berdasarkan manfaatnya bagi nasabah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Dengan demikian melalui prinsip-prinsip dalam ideologi sosialisme kerakyatan yang dianut, jelaslah Sjahrir menyatakan penolakannya terhadap ideologi komunisme yang

Penggunaan Pestisida dan Zat Pengatur Tumbuh per Petani atau per Periode Tanam Pada Usahatani (Kubis, Wortel, dan Tomat) Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung