• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 243 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 243 1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013

TENTANG

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (3)

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

2. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang

Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara

(2)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah Daerah adalah pemerintah provinsi dan pemerintah

kabupaten/kota.

2. Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran,

pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penyajian laporan serta penginterpretasian atas hasilnya.

3. Standar Akuntansi Pemerintahan yang selanjutnya disingkat SAP adalah

prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.

4. SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset,

utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBD.

5. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang selanjutnya disingkat

PSAP adalah SAP yang diberi judul, nomor dan tanggal efektif.

6. Kebijakan Akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar,

konvensi-konvensi, aturan-aturan dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

7. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah adalah prinsip-prinsip,

dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh pemerintah daerah sebagai pedoman dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran, antar periode maupun antar entitas.

8. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat SAPD

adalah rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi

sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi

pemerintahan daerah.

9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat

APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

10. Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi

(3)

11. Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

12. Basis Kas Menuju Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui

pendapatan, belanja dan pembiayaan berbasis kas serta mengakui aset, utang dan ekuitas dana berbasis akrual.

13. Pengakuan adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan

suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LRA, belanja, pembiayaan, pendapatan-LO dan beban, sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan.

14. Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan

memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan.

15. Pengungkapan adalah laporan keuangan yang menyajikan secara lengkap

informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.

16. Laporan Realisasi Anggaran yang selanjutnya disingkat LRA adalah

laporan yang menyajikan informasi realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, pembiayaan, dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.

17. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang selanjutnya disingkat

LPSAL adalah laporan yang menyajikan informasi kenaikan dan penurunan SAL tahun pelaporan yang terdiri dari SAL awal, SiLPA/SiKPA, koreksi dan SAL akhir.

18. Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan suatu

entitas pelaporan mengenai aset, utang dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.

19. Laporan Operasional yang selanjutnya disingkat LO adalah laporan yang

menyajikan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercermin dalam pendapatan-LO, beban dan

surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang

penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.

20. Laporan Arus Kas yang selanjutnya disingkat LAK adalah laporan yang

menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.

21. Laporan Perubahan Ekuitas yang selanjutnya disingkat LPE adalah

laporan yang menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas yang terdiri dari ekuitas awal, surplus/defisit-LO, koreksi dan ekuitas akhir.

22. Catatan atas Laporan Keuangan yang selanjutnya disingkat CaLK adalah

laporan yang menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA, LPSAL, LO, LPE, Neraca dan LAK dalam rangka pengungkapan yang memadai.

23. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah

perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna

(4)

24. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah.

25. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/

pengguna barang yang wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.

26. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau

lebih entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan

pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

27. Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah

yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah.

28. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai

penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.

29. Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah

yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah.

30. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam

periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.

31. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar

kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

32. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh

pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

33. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang

penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah.

34. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan

selisih antara aset dan kewajiban pemerintah daerah.

35. Koreksi adalah tindakan pembetulan secara akuntansi agar akun/pos

yang tersaji dalam laporan keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang seharusnya.

36. Penyesuaian adalah transaksi penyesuaian pada akhir periode untuk

(5)

37. Bagan Akun Standar yang selanjutnya disingkat BAS adalah daftar kodefikasi dan klasifikasi terkait transaksi keuangan yang disusun secara sistematis sebagai pedoman dalam pelaksanaan anggaran dan pelaporan keuangan pemerintah daerah.

BAB II TUJUAN

Pasal 2

Peraturan Menteri ini merupakan pedoman bagi pemerintah daerah dalam rangka penerapan SAP berbasis akrual.

BAB III RUANG LINGKUP

Pasal 3

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:

a. Kebijakan akuntansi pemerintah daerah;

b. SAPD; dan

c. BAS.

BAB IV

KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Pasal 4

(1) Kebijakan akuntansi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 huruf a terdiri atas:

a. kebijakan akuntansi pelaporan keuangan; dan

b. kebijakan akuntansi akun.

(2) Kebijakan akuntansi pelaporan keuangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a memuat penjelasan atas unsur-unsur laporan keuangan yang berfungsi sebagai panduan dalam penyajian pelaporan keuangan.

(3) Kebijakan akuntansi akun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

mengatur definisi, pengakuan, pengukuran, penilaian dan/atau

pengungkapan transaksi atau peristiwa sesuai dengan PSAP atas:

a. pemilihan metode akuntansi atas kebijakan akuntansi dalam SAP;dan

b. pengaturan yang lebih rinci atas kebijakan akuntansi dalam SAP.

(4) Kebijakan akuntansi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat

(1)berlaku bagi entitas akuntansi dan entitas pelaporan pemerintah daerah.

(5) Kebijakan akuntansi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat

(6)

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB V

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Pasal 5

(1) SAPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b memuat pilihan

prosedur dan teknik akuntansi dalam melakukan identifikasi transaksi, pencatatan pada jurnal, posting kedalam buku besar, penyusunan neraca saldo serta penyajian laporan keuangan.

(2) Penyajian laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas:

a. laporan realisasi anggaran;

b. laporan perubahan saldo anggaran lebih;

c. neraca;

d. laporan operasional;

e. laporan arus kas;

f. laporan perubahan ekuitas; dan

g. catatan atas laporan keuangan.

Pasal 6

(1) SAPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) terdiri atas:

a. sistem akuntansi PPKD; dan

b. sistem akuntansi SKPD.

(2) Sistem akuntansi PPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

mencakup teknik pencatatan, pengakuan dan pengungkapan atas pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, transfer, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan koreksi, penyusunan laporan keuangan PPKD serta penyusunan laporan keuangan konsolidasian pemerintah daerah.

(3) Sistem akuntansi SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

mencakup teknik pencatatan, pengakuan dan pengungkapan atas pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, aset, kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan koreksi serta penyusunan laporan keuangan SKPD.

(4) SAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan

peraturan kepala daerah.

(5) Panduan penyusunan SAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

(7)

BAB VI

BAGAN AKUN STANDAR

Pasal 7

(1) BAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c merupakan pedoman

bagi pemerintah daerah dalam melakukan kodefikasi akun yang menggambarkan struktur laporan keuangan secara lengkap.

(2) BAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan dalam pencatatan

transaksi pada buku jurnal, pengklasifikasian pada buku besar, pengikhtisaran pada neraca saldo, dan penyajian pada laporan keuangan.

(3) BAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirinci sebagai berikut:

a. level 1 (satu) menunjukkan kode akun;

b. level 2 (dua) menunjukkan kode kelompok;

c. level 3 (tiga) menunjukkan kode jenis;

d. level 4 (empat) menunjukkan kode obyek; dan

e. level 5 (lima) menunjukkan kode rincian obyek.

(4) Kode akun sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a terdiri atas:

a. akun 1 (satu) menunjukkan aset;

b. akun 2 (dua) menunjukkan kewajiban;

c. akun 3 (tiga) menunjukkan ekuitas;

d. akun 4 (empat) menunjukkan pendapatan-LRA;

e. akun 5 (lima) menunjukkan belanja;

f. akun 6 (enam) menunjukkan transfer;

g. akun 7 (tujuh) menunjukkan pembiayaan;

h. akun 8 (delapan) menunjukkan pendapatan-LO; dan

i. akun 9 (sembilan) menunjukkan beban.

(5) BAS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran III

sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB VII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 8

(1) Pencatatan transaksi pelaksanaan anggaran disesuaikan dengan dokumen

anggaran.

(2) Dalam hal kodefikasi akun dokumen anggaran belum sesuai dengan BAS

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (5), pemerintah daerah dapat melakukan konversi dalam penyajian LRA.

(3) Format konversi penyajian LRA sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2)

tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri ini.

Pasal 9

(8)

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 10

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:

(1) Peraturan kepala daerah yang mengatur kebijakan akuntansi pemerintah

daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5) dan peraturan kepala daerah yang mengatur SAPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) ditetapkan paling lambat tanggal 31 Mei 2014.

(2) Penerapan SAP berbasis akrual pada pemerintah daerah paling lambat

mulai tahun anggaran 2015.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 11

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 3 Desember 2013

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

ttd

GAMAWAN FAUZI

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 6 Desember 2013

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1425

Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM

ttd

Referensi

Dokumen terkait

a) Keputusan Tata Usaha Negara Surat Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: KEP-IV-551/C/08/2015 Tanggal 12 Agustus 2015 yang dijadikan obyek VHQJNHWD

Gambar 2 menunjukkan bahwa volume akar tanaman cabai yang diberi bokasi kulit durian dosis 30 ton/ha menunjukkan nilai volume akar yang tertinggi walaupun berbeda

Berdasarkan hasil penelitian pola bakteri pada otitis media supuratif kronik di RSUD Ulin Banjarmasin dengan 33 sampel dapat ditarik simpulan bahwa pola bakteri

Tujuan kebijakan dan standar yang jelas dalam implementasi nilai kesadaran berbangsa dan bernegara di Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional

Sebagai dasar filsafat Negara yang berdasar tinjauan material bangsa Indonesia,melandasi semua pola kehidupan yang bersifat hakiki yang sejak bangsa Indonesia ada

BPR Nusamba Ngunut menunjukan bahwa tingkat kecukupan modal tidak ber- pengaruh signifikan terhadap ROA dengan demikian pihak manajemen harus lebih meningkatkan fungsi

di Yordania. Dalam memproduktifkan aset wakaf, Kementerian Wakaf mempergunakan berbagai cara. Adapun cara-cara pengembangan wakaf yang dilakukan Kementerian Wakaf antara

Artikel ini bertujuan untuk mengetahui potensi beberapa jenis rumput laut di pantai Bayah, Banten dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli penyebab penyakit