BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian Constructionis menurut Bogdan dan Taylor dalam buku Endraswara (2006: 85) adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Pendekatan penelitian ini menggunakan jenis penelitian Constructionis, karena peneliti menemukan permasalahan empirik yang unik di lapangan, kemudian menganalisa dengan kata-kata tertulis atau lisan, dari perilaku objek yang diamati, dengan menggunakan teori yang ada. Metode yang penulis gunakan untuk melakukan penelitian ini adalah dengan menemukan permasalahan di lapangan, kemudian melakukan suatu analisis atas permasalahan dengan menggunakan teori-teori yang ada. Cara berfikir ini disebut sebagai metode penelitian kualitatif.
3.2 Jenis Penelitian
Menurut Singarimbun (1989) penelitian eksplanatori merupakan penelitian yang menyoroti hubungan kausal antara variable-variabel penelitian. Melalui cara ini penulis mampu melakukan proses penelitian dengan permasalahan yang sudah ada di lapangan, kemudian mencari dan mengidentifikasi objek penelitian seluas mungkin. Penulis akan menggambarkan fakta-fakta dan permasalahan yang ada dengan menggunakan rangkaian kata-kata tertulis maupun lisan dari objek permasalahan
yang diamati kemudian dianalisa dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk dan teori Melting-Pot.
3.3 Unit Analisa & Unit Amatan
digunakan sebagai subyek penelitian. Unit analisa dalam penelitian ini adalah wacana toleransi, sedangkan unit amatan dalam penelitian ini adalah Film Tanda Tanya “?”.
3.4 Jenis Data
Menurut Bungin (2006:119) data adalah bahan keterangan tentang suatu objek penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian. Jenis data terdiri dari data primer dan sekunder.
Data Primer adalah bukti penulisan yang diperoleh di lapangan yang dilakukan secara langsung oleh peneliti. Jenis data ini dapat diuji dengan wawancara, angket, observasi/penelitian lapangan, atau penelitian kepustakaan. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari analisa per scenes yang dilakukan pada film Tanda Tanya “?”.
Data sekunder adalah data yang sudah diolah. Data ini adalah bukti teoritik yang diperoleh melalui studi pustaka dan mendasari kajian teoritik yang digunakan sebagai landasan kerangka berpikir (Widjono Hs, 2007 : 248). Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa data-data kepustakaan untuk mendukung data primer yang akan digunakan penulis sebagai acuan dalam menganalisis, seperti data yang diambil dari buku refrensi, media cetak maupun elektronik.
3.5 Validitas Data
Validitas dalam penelitian hukumnya wajib karena merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian. Analisis wacana
3.6 Tehnik Analisis Data
Tehnik analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis oleh Teun A.Van Dijk. Dengan menggunakan analisis ini penulis akan menganalisa data dengan tiga struktur berikut (Eriyanto, 2001: 227-228) :
a. Struktur Makro
Merupakan makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks. Dari struktur ini akan terlihat jelas bagaimana pandangan sutrada pada suatu peristiwa yang menguntungkan kelompok-kelompok tertentu
b. Superstruktur merupakan kerangka suatu teks, seperti bagian
pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan. Dari hal ini muncul kesan yang dibuat sutradara dalam benak khalayak.
c. Struktur Mikro merupakan makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, klaimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks. Struktur ini melihat bagaimana pandangan sutradara dalam pemakaian bahasa dalam struktur pendahuluan, isi, dan penutup film.
3.8 Proses Penelitian
Proses penelitian ini penulis paparkan agar pembaca mengetahui proses penelitian yang dijalani penulis, kemudian memahami bahwa penulisan ini belum
sempurna dan masih memiliki beberapa kekurangan. Pada tahapan awal penulis mengamati kejadian ataupun fenomena sosial yang dapat menginspirasi untuk menjadi topik penelitian. Proses ini dilakukan tanpa adanya pemaksaan maupun faktor yaverng sangaja dibuat agar cepat menemukan topik penelitian. Proses ini dialami secara alamiah oleh penuis.
kontroversial sebuah film hanya berlangsung beberapa bulan saja, tetapi film ini berbeda. Kontroversi bahkan melibatkan ormas-ormas agama yang sering menjadi
sorotan publik, seperti MUI, GP Ansor & Banser, serta FPI. Ormas tersebut melakukan penolakan atas film ini. Film tersebut berjudul Tanda Tanya “?” yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo.
Aksi protes terhadap dirilisnya film ini menuai perusakan di berbagai gedung bioskop yang akan menayangkan film berbau toleransi agama ini. Akhirnya dari fenomena inilah penulis mengambil Film Tanda Tanya “?” sebagai objek penelitian.
Beberapa usaha dilakukan penulis untuk mendapatkan film ini, karena film yang dirilis pada 7 April 2011 ini gagal tayang di bioskop. Penulis mengalami kesulitan yang sangat mendalam dalam mendapatkan film ini. Usaha dengan browsing melalui internet, menanyakan pada pelaku film Indie, mencari Contact Person Hanung Bramantyo, hingga melakukan dialog dengan Hanung melalui akun jejaring sosial Facebook dan Twitter miliknya. Namun dalam jangka waktu yang lama, respon dari Hanung baru dapat diterima penulis.
Akhirnya penulis diberikan alamat email Production House (PH) Film Tanda Tanya “?”. Penulis kemudian mengirimkan surat resmi yang berisi permohonan pembelian DVD Original kepada Dapur Film Production. Beberapa minggu kemudian, penulis baru mendapatkan Follow Up, dengan memberikan alamat website pemesanan DVD. Dari proses ini kemudian penulis melakukan proses transaksi dan berhasil mendapatkan DVD Film Tanda Tanya “?” yang diproduksi secara terbatas pada saat itu.
Setelah mengamati dengan meonotn film ini, kemudian penulis mencari akar dari kontorversi yang sedang panas di media massa. Dengan melakukan proses pembimbingan, penulis dibantu oleh dosen pembimbing menemukan teori Analisis Wacana Kritis sebagai pisau dalam menganalisis penelitian ini.
Dengan proses bimbingan yang dibantu oleh dua dosen pembimbing, akhirnya penulis sepakat untuk menganalisa tokoh saja. Hal ini dikarenakan cerita dalam film