1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja adalah masa yang paling indah dan masa yang penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004) masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2002) bahwa masa remaja adalah masaadolescene yang artinya masa remaja itu sebagai masa transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional. Pada masa tersebut terjadi perubahan proses pematangan yang meliputi pematangan fisik maupun psikologis (Santrock, 2002). Remaja bukan lagi anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang (Zakiah Darajat, 1990).
2
kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu masa krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan. Seperti yang dikemukakan oleh Stanley Hall (dalam Rifai, 1983) bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (stress and strom).
Pada masa peralihan, remaja sering kali mengalami permasalahan-permasalahan yang kompleks. Baik itu permasalahan dengan orang tuanya, lingkungan sekolahnya ataupun dengan pergaulan dengan teman sebayanya. Dalam menghadapi permasalahnnyaterkadang remaja tidak dapat mengontrol emosinya untuk tidak melakukan kekerasan verbal seperti mencaci-maki dan kekerasan fisik seperti memukul atau meninju. Perilaku-perilaku tersebut sering digolongkan sebagai perilaku agresif.
Menurut Willis (1981) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif bermacam-macam seperti kondisi pribadi anak, kondisi lingkungan masyarakat, kondisi lingkungan sekolah dan kehidupan dalam keluarga seperti diantaranya kurangnya perhatian dari keluarga atau orang tua.
3
langsung dapat mempengaruhi perkembangan perilaku anak, termasuk perilaku agresif (Indrasih, 2003).
Seperti pada akhir-akhir ini media massa, media cetak maupun media elektronik banyak memaparkan aksi-aksi perilaku agresif yang dilakukan oleh para remaja. Dari hari kehari dapat dilihat tindakan kekerasan yang dilakukan oleh remaja ini tidak mengalami kemerosotan melainkan mengalami peningkatan. Tindakan kekerasan remaja ini dilakukan baik secara individu, bersama-sama atau sekelompok remaja bahkan juga dilakukan secara massal.Beberapa contoh perilaku agresif remaja dapat dilihat pada bagian dibawah ini.
4
Adiwerna melempari bus mini dengan batu yang mengakibatkan empat penumpang luka-luka (Semarang Metro, 17 Oktober 2011).
Kejadian yang diberitakan dalam media-media tersebut merupakan sebagian kecil dari serangkaian perilaku agresif ekstrim yang mengerikan yang dapat menjadi bagian dalam kehidupan manusia. Perilaku agresif yang taraf kekerasannya tidak se-ekstrim kejadian yang telah dipaparkan diatas juga sering dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya seorang anak yang berani mencaci maki ibunya dengan kata-kata yang tidak sopan dan kasar dikarenakan ibu tidak menuruti apa yang dikehendakinya, contoh lain adalah seorang anak yang berani menendang temannya hingga terluka. Seperti hasil wawancara kepada lima siswa kelas XI SMA N 2 Salatiga diketahui bahwa siswa-siswa di SMA N 2 Salatiga pernah melakukan tawuran dengan sekolah lain di suatu tempat, baik itu sehabis pulang sekolah ataupun pada waktu jam pelajaran kosong. Tawuran anak sekolah adalah contoh kasus yang menjadi perhatian serius. Pada tahun 2001, siswa berusia 12 sampai 18 tahun adalah korban dari 161.000 kekerasan disekolah (Egley dan Major, 2004 dalam Taylor, 2009) dan masih banyak kejadian-kejadian serupa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
5
(dalam Arif Luqman, 2009) merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan individu yang ditampakkan dalam bentuk pengerusakan terhadap orang atau benda dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-kata (verbal) dan perilaku non verbal.
Kecenderungan perilaku agresi pada remaja terjadi melalui serangkaian hal yang melatarbelakanginya dan diperoleh remaja saat berinteraksi dengan lingkungannya. Hasil interaksi berupa informasi yang akhirnya terbentuk menjadi pengetahuan yang diyakini remaja. Tempat berinteraksi yang pertama bagi seorang individu adalah keluarga, didalam keluaraga dapat ditemukan berbagai elemen dasar yang membentuk kepribadian seseorang.Karena keluarga adalah lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat belajar sebagai mahluk sosial, juga merupakan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan anak.
6
diperlihatkan, sehingga mewujudkan suatu hubungan saling percaya antara orang tua dan anak.
Tetapi dalam kehidupan nyata banyak dijumpai kurangnya perhatian orang tua terhadap putra-putrinya, seperti yang dikemukakan Bur dalam media Republika, (2006). Menurut Bur (2006)Pada kenyataannya orang tua tidak selalu bisamemberikan perhatian yang sepenuhnya terhadap putra-putrinya karenamereka disibukkan dengan kepentingan kerja maupun kepentingan yang lain.
Dalam penelitian, R, Ester Lina (2006) ditunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara persepsi terhadap perhatian orangtua dengan kecenderungan perilaku agresif pada remaja di SMP N 10 Salatiga dengan r=-0,245 dan p<0,05. Hal ini didukung penelitian Sulistiari, Nitalia Cipuk (2009) yang menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara keharmonisan keluarga dengan perilaku agresif pada remaja di SMA YPE Semarang dengan r=-0,534 dan p<0,01 dengan sumbangan efektif sebesar 28,6% yang berarti ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara keharmonisan keluarga dan perilaku agresif remaja.
7
adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara interaksi orang tua dan anak dengan intense agresi.
Sedangkan Sholikah, Sholikah (2007) menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola komunikasi remaja terhadap orangtua dengan perilaku agresif remaja pada pelajar SMK Karya Nugraha Boyolali dengan p = 0,011 (p ≤ 0,05).
Hasil wawancara dengan siswa di SMA N 2 salatiga diketahui bahwa siswa-siswa disana pernah melakukan tawuran dengan sekolah lain. Berdasarkan wawancara dengan guru BK, anak-anak yang cenderung berperilaku agresif disebabkan kurangnya perhatian dari orang tua. Menurut guru BK, perilaku agresif tersebut terutama terjadi atau dilakukan oleh siswa yang berlatarbelakang dari keluarga yang broken home. Terkait dengan masalah diatas penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Antara Perhatian Orang tua dengan Perilaku Agresif Remaja Pada Kelas XI SMA N 2 Salatiga”
1.2 Rumusan Masalah
8 1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan perhatian orang tua dengan perilaku agresif remaja pada kelas XI SMA N 2 Salatiga.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis
a.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan tentang perhatian orang tua terhadap perilaku agresif pada remaja.
b.Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk memperoleh
gambaran memgenai hubungan perhatian orang tua dengan
perilaku agresif remaja kelas XI SMA Negeri 2 Salatiga.
c.Penelitian ini juga menguji pendapat yang diberikan oleh Willis.
2. Manfaat Praktis
9
tindakan lanjut yang sesuai untuk menghadapi perilaku agresi pada remaja.
b.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi penelitian dalam melakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan perhatian orang tua dengan perilaku agresif pada remaja.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang meliputi:
Bab I. Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab II. Kajian Teori berisi tentang pengaruh perhatian orang tua terhadap perilaku agresif pada remaja, penelitian yang relevan dan hipotesis.
Bab III. Metodologi Penelitian berisi tentang jenis penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.
Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi tentang gambaran umum subyek penelitian, hasil penelitian, pembahasan.