SKRIPSI
Oleh:
Alaika Muhammad Bagus Kurnia PS
D31211077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
ii
Nama : Alaika Muhammad Bagus Kurnia PS
Nim : D31211077
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Problematika dan Solusi Pelaksanaan Program Ta’li>m
Al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya
Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa SKRIPSI ini secara keseluruhan adalah
hasil penelitian atau karya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk
sumbernya.
Surabaya, 08 Januari 2015
Yang membuat pernyataan,
iii Skripsi oleh:
Nama : Alaika Muhammad Bagus Kurnia PS
NIM : D31211077
Judul : Problematika dan Solusi Pelaksanaan Program Ta’li>m Al -Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya
Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.
Surabaya, 08 Januari 2015 Pembimbing,
iv
Surabaya, 27 Januari 2015
Mengesahkan
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Dekan,
Prof. Dr. H. Ali Mudlofir, M. Ag NIP. 196311161989031003
Ketua,
Dr. Ahmad Yusam Thobroni, M.Ag NIP: 197107221996031001
Sekretaris,
Agus Prasetyo Kurniawan, M.Pd NIP. 198308212011011009
Penguji I,
Dr. H. Abd. Kadir, MA NIP. 195308031989031001
Penguji II,
v
ABSTRAK
Di SMP Khadijah Surabaya, terdapat pembelajaran baca al-Qur’a>n yang termasuk dalam kategori pengembangan diri yang dikenal dengan TQ (Ta’li>m al-Qur’a>n) atau biasa disebut oleh kalangan umum adalah tarti>l al-Qur’a>n. Adapun tujuan dari kegiatan ta’li>m al-Qur’a>n ini adalah sebagai upaya untuk menyamakan dan meningkat kemampuan baca al-Qur’a>n siswa-siswi di SMP Khadijah serta membentuk siswa yang berakhak qurani yang sesuai dengan visi dari SMP Khadijah itu sendiri. Program ini dinilai sudah menjadi program unggulan dan banyak dikenal di kalangan masyarakat umum tidak hanya dari dalam kota, akan tetapi dari luar kota juga. Oleh sebab itu penulis ingin mengadakan penelitian tentang pelaksanaannya, problematika yang muncul pada prosesnya dan juga upaya sekolah dan guru dalam mengatasinya. Berdasarkan alasan tersebut penulis mengangkat judul “Problematika dan Solusi Pelaksanaan Program Ta’li>m Al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya” sebagaipenelitian dalam tugas skripsi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan program TQ ini serta upaya sekolah dan guru dalam mengatasi hambatan itu. Penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif lapangan (field qualitative research) dengan pendekatan kurikulum sekolah. Dan metode yang digunakan dalam menganalisis datanya adalah content Analysis (Analisis Isi).
x
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv
ABSTRAK ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 6
C.Tujuan Penelitian ... 6
D.Manfaat Penelitian ... 6
E. Penelitian Terdahulu ... 8
F. Definisi Operasional ... 9
G.Metode Penelitian ... 10
H.Sistematika Pembahasan ... 16
BAB II KAJIAN TEORI ... 18
A.Pembelajaran al-Qur’a>n ... 18
1. Pengertian al-Qur’a>n ... 18
2. Komponen ... 19
B.Problematika Pembelajaran al-Qur’a>n ... 33
1. Mutu Pendidikan ... 39
3. Lama Waktu Belajar Tidak Pasti ... 41
4. Metode Pembelajaran yang dipakai kurang / tidak dikuasai ... 41
C.Komponen-Komponen Pendukung dan Penghambatan dalam Proses Pembelajaran atau Pendidikan ... 41
1. Komponen pendukung ... 41
2. Komponen Penghambat ... 44
D.Problematika Program Ta’li>m al-Qur’a>n (TQ) ... 48
E.Hubungan antara Problematika Pembelajaran al-Qur’an dan Program TQ 50 BAB III GAMBARAN UMUM SMP KHADIJAH SURABAYA ... 53
A. Gambaran Umum SMP Khadijah ... 53
1. Letak Geografis ... 53
2. Sejarah Singkat Berdiri dan Perkembangannya ... 53
3. Visi, Misi dan Tujuan ... 54
4. Ciri Khas SMP Khadijah Sebagai Pesantren Kota ... 56
5. Struktur Organisasi ... 59
6. Keadaan guru, Karyawan dan Siswa ... 60
7. Sarana dan Prasarana ... 62
8. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 62
9. Program Unggulan ... 63
B. Deskripsi Program Ta’lim al-Qur’an di SMP Khadijah ... 64
1. Deskripsi Umum ... 64
2. Tujuan ... 65
3. Target Kualitas Program TQ ... 65
4. Kualifikasi Pembagian Kelas TQ ... 65
5. Output SMP Khadijah ... 65
6. Program Pendukung TQ ... 66
7. Pelaksanaan ... 66
9. Kurikulum ... 67
C. Penyajian Data ... 67
1. Data Wawancara ... 67
2. Data Observasi ... 73
BAB IV ANALISIS DATA TENTANG PROBLEMATIKA PELAKSANAAN PROGRAM TA’LI>M AL-QUR’A>N DI SMP KHADIJAH ... 79
A. INSTRUMEN ANALISIS ... 79
B. ANALISIS DATA ... 84
1.Analisis Data tentang Latar Belakang dan Tujuan Penyelenggaraan Program Ta’li>m Al-Qur’a>n ... 84
2.Analisis Data tentang Pelaksanaan Program Ta’li>m Al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya ... 87
3.Analisis Data tentang Problematika Program Ta’li>m Al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya ... 95
4.Analisis Data tentang Upaya Sekolah dan Guru untuk Mengatasi Problematika Program Ta’li>m al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya ... 115
BAB V PENUTUP ... 128
A. Kesimpulan ... 128
B. Saran ... 129
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia diilhami oleh tujuan Negara Republik
Indonesia dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 yang menyatakan salah satunya dalam tujuan tersebut
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Maksud dari kalimat mencerdaskan
kehidupan bangsa adalah mencerdaskan kehidupan setiap manusia baik dalam
segi jasmani maupun rohani.
Mengasuh, membesarkan serta mendidik anak merupakan satu tugas
mulia yang tidak lepas dari halangan dan rintangan. Banyak usaha yang
dilakukan oleh pendidik untuk mencari dan membekali diri dengan
pengetahuan-pengetahuan.1 Pendidikan merupakan suatu aspek yang mendasar bagi pembangunan bangsa Indonesia. Pada dasarnya, pendidikan
adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya
manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi serta
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritiual
keagamaan, pengnedalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat.
1
Sebagaimana tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan dalam
Undang-Undang no. 20 tahun 2003 Sistem pendidikan Nasional :
“Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”. 2
Untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, maka pendidikan di Indonesia membuat sistem yang
mana di dalam kurikulum pendidikan formal terdapat bidang studi Pendidikan
Agama. Misalnya Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu dari
perwujudannya berperan untuk membentuk manusia yang religius serta
berakhlak baik terhadap sesama manusia maupun terhadap Allah swt yang
berpedoman pada Al-Qur’a>n sebagai sumber hukumnya.
Al-Qur’a>n adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara Malaikat Jibril as., yang ditulis dalam
suhuf-suhuf dan disampaikan secara mutawatir, dan membacanya dianggap
sebagai suatu ibadah, serta mempelajarinya di samping sunnah.3
Al-Qur’a>n sendiri adalah sumber hukum Islam yang tak pernah usang dan dipakai dalam penataan kehidupan manusia sampai hari kiamat. Maka
dari itu, manusia diwajibkan untuk mempelajarinya. Disini mempelajari Al-Qur’a>n dibagi menjadi 2, yaitu:
2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, 2003, 3.
3
1. Mempelajari untuk membaca al-Qur’a>n secara tartil, sesuai dengan kaidah
ilmu tajwid. Ilmu tajwid sendiri adalah suatu ilmu pengetahuan cara
membaca al-Qur’a>n dengan baik dan tertib menurut makhrojnya, panjang
pendeknya, tebal tipisnya, berdengung atau tidaknya, irama dan nadanya,
serta titik komanya yang sudah dilakukan oleh Rasulullah saw kepada para
sahabatnya.4
Karena hukum mempelajari al-Qur’a>n adalah fardu kifayah, sedangkan
mengamalkannya adalah fardhu „ain. Hal ini mengacu pada landasan firman
Allah swt dalam QS. Al-Muzammil (73) : 4
“Artinya: Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al-Qur’a>n itu dengan perlahan-lahan”.5
2. Mempelajari untuk memahami maknanya baik secara tersurat maupun
tersirat. Hal ini sudah barang tentu karena sebab fungsi Al-Qur’a>n itu sendiri, yaitu sebagai pedoman hidup manusia di seluruh dunia ini. Karena
Al-Qur’a>n turunnya di negeri Arab, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab, dan orang non-Arab juga perlu untuk mempelajarinya
lazimnya manusia membutuhkan makanan untuk mempertahankan
4
Syaikh H. Dt. Tombak Alam, Ilmu Tajwid Populer 17 kali Pandai, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 15.
5
hidupnya. Al-Qur’a>n lah sebagai suplemen manusia untuk kebutuhan rohaniahnya.
Di SMP Khadijah Surabaya, terdapat pembelajaran baca al-Qur’a>n yang termasuk dalam kategori pengembangan diri yang dikenal dengan TQ
(Ta’li>m al-Qur’a>n) atau biasa disebut oleh kalangan umum adalah tarti>l al-Qur’a>n. Adapun tujuan dari kegiatan ta’li>m al-Qur’a>n ini adalah sebagai upaya untuk menyamakan dan meningkat kemampuan baca al-Qur’a>n siswa-siswi di SMP Khadijah serta membentuk siswa yang berakhak qurani yang
sesuai dengan visi dari SMP Khadijah itu sendiri adalah,“Terwujudnya SDM
Indonesia yang Kompetitif dan Berbudaya Unggul”.
Untuk mencapai visi tersebut, program TQ (Ta’li>mal-Qur’a>n) di SMP Khadijah adalah salah satu bentuk indikator dari visi tersebut yaitu, memiliki
pengetahuan dan pemahaman agama. Dengan adanya pengembangan
kemampuan baca al-Qur’a>n diharapkan salah satu pemahaman agama di bidang ilmu qira>at al-Qur’a>n dapat menuai hasil seperti apa yang diharapkan dan diakui standar baca al-Qur’a>noleh kalangan masyarakat.
Namun, ketika program tersebut dijalankan untuk mencapai sebuah
tujuan yang diharapkan, ternyata program tersebut masih belum berjalan
sesuai dengan yang direncanakan. Komponen-komponen yang ada dalam
program ini mulai dari sumber daya pendidiknya, tempat pelaksanaan (kelas),
menjadi pendukung program ta’li>m al-Qur’a>n tersebut tentunya masih menghadapi berbagai macam problem. Dan problem-problem tersebut harus
mendapatkan penanganan segera agar dapat terminimalisir atau bahkan dapat
diselesaikan secara baik, sehingga program ta’li>m al-Qur’a>n tersebut dapat berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan sekolah untuk mewujudkan
visinya.
Penulis mengutip perkataan Oemar Hamalik, ia menyatakan bahwa
proses pengajaran dapat terselenggara secara lancar, efisien dan efektif berkat
adanya interaksi yang positif, konstruktif, dan produktif antara berbagai
komponen yang terkandung di dalam sistem pengajaran tersebut.6
Berdasarkan pada pernyataan Oemar Hamalik di atas, program ta’li>m
al-Qur’>an sudah barang tentu harus diperhatikan proses pelaksanaannya dan diberikan pembenahan yang solutif agar berjalan secara efektif dan efisien
serta menjadi bahan perbaikan sebagai salah satu upaya akuntabilitas program
unggulan di SMP Khadijah Surabaya serta dengan harapan dapat membentuk
pribadi yang mempunyai pemahaman agama secara lebih, kemampuan baca
Al-Qur’a>n dengan tartil serta mempunyai bekal manusia yang berkarakter qurani. Dari fenomena permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti
judul :“Problematika dan Solusi Pelaksanaan Program Ta’li>m Al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya”
6
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan program
ta’li>m al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh sekolah dan guru untuk mengatasi
masalah dalam pelakasanaan program ta’li>m al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penilitian tersebut diharapkan :
1. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan
program ta’li>m al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya.
2. Untuk mengetahui alternatif upaya solutif oleh sekolah dan guru untuk
mengatasi masalah dalam program ta’li>m al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran ilmu pada umumnya dan
pengajaran al-Qur’a>n pada khususnya.
b. Penelitian ini ada relevansinya dengan Ilmu Agama Islam khususnya
Program Studi Pendidikan Agama Islam, sehingga hasil
pembahasannya berguna menambah literatur atau bacaan tentang
problematika program pembelajaran al-Qur’a>n yang dalam hal ini disebutkan dengan istilah ta’li>m al-Qur’a>n.
c. Penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi positif bagi yang
bersangkutan khususnya penulis untuk mengetahui dan mendalami
pelaksanaan program ta’li>m al-Qur’a>nsehingga mampu menyelasaikan problematika yang dihadapai di dalamnya dan untuk kepentingan
penelitian skripsi penulis.
2. Manfaat praktis
Memberikan kontribusi positif untuk dijadikan pertimbangan
berfikirdan bertindak. Secara khusus penelitian ini dapat dipergunakan
sebagai berikut:
a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi
para calon pendidik agar lebih bersemangat dalam mengajarkan
al-Qur’a>n dan mengetahui cara menyelesaikan problem yang dihadapinya
b. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan khususnya bagi
sekolah dan para tenaga pendidik yang bersangkutan agar dapat
mengaplikasikan mengembangkan program pengajaran al-Qur’a>n (ta’li>m al-Qur’a>n) yang telah diadakan sehingga hasilnya benar-benar maksimal.
c. Dengan skripsi ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pembaca
umumnya dan khusunya penulis sendiri. Amin.
E. Penelitian Terdahulu
Siti Qoyyimah, Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UINSA, telah melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh
Program Unggulan terhadap Kualitas Baca Tulis Al-Qur’a>n Siswa Kelas 8 ICP di MTs YPM 1 Wonoayu Sidoarjo”. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan penjelasan tentang MTs YPM 1 Wonoayu sebagai salah satu
alternatif dalam meningkatkan kualitas Baca Tulis Al-Qur’a>n di kecamatan Wonoayu. Masalah yang diteliti adalah 1) Bagaimana gambaran
programunggulan di MTs YPM 1 Wonoayu-Sidoarjo, 2) Bagaimana kondisi
kualitas BacaTulis Al-Qur’a>n siswa kelas 8 ICP di MTs YPM 1 Wonoayu sidoarjo, 3)Bagaimana pengaruh program unggulan terhadap kualitas Baca
Penilitian seperti itu saja yang penulis temukan dalam pembahasan
pengajaran Al-Qur’a>n, sehingga penulis berhasrat untuk melakukan penelitian dengan judul “ Problematika dan Solusi Program Ta’li>m al-Qur’a>n (TQ) di SMP Khadijah”.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan pada judul penelitian ini,
maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam
judul ini, antara lain :
1. Problematika
Disebutkan dalam Kamus Ilmiah Populer karya Pius A. Partanto
dan M. Dahlan al-Barry, problematika artinya berbagai problem.
Sedangkan problem adalah soal, masalah, perkara sulit, atau persoalan. 7 maksudnya adalah suatu permasalahan yang dihadapi dalam melakukan
sesuatu, dan problematika yang akan dijelaskan di sini adalah tentang
pelaksanaan program ta’li>m al-Qur’a>ndi SMP Khadijah. 2. Program Ta’li>m al-Qur’a>n
Disebutkan pula dalam Kamus Ilmiah Populer karya Pius A.
Partanto dan M. Dahlan al-Barry, program adalah acara, rencana,
7
rancangan kegiatan.8 Adapun kata ta’li>m itu berasal dari bahasa Arab yang merupakan masdar dari kata ‘allama - yu’allimu, berarti pembelajaran, pendidikan, mendidik, memberikan pembelajaran.9 Sedangkan pengertian pembelajaran sendiri menurut Winarno Surahmad adalah suatu usaha yang
bersifat sadar, dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku,
menuju kedewasaan anak didik. Perubahan yang dimaksud menunjuk pada
suatu proses yang harus dilalui. Proses yang dimaksudkan di sini adalah
proses pendidikan.10 Kata “al-Qur’a>n” menurut bahasa artinya bacaan. Sedangkan menurut istilah adalah kalam Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat dan petunjuk bagi seluruh alam.
Jadi, yang dimaksud ta’li>m al-Qur’a>n di sini adalah mengajarkan/membelajarkan al-Qur’a>n, dari segi cara menulis, dan membacanya kepada para siswa dengan sistematis sesuai jenjang usianya.
Dan yang menjadi bahan penelitian di sini adalah program ta’li>m al-Qur’a>n yang diadakan di SMP Khadijah tempat penulis mengajar.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan langkah-langkah
operasional dan ilmiah yang dilakukan dalam rangka mencari jawaban atas
8Ibid…., 628. 9
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir; Arab-Indo, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), 967.
10
rumusan masalah penelitian.11 Metode penilitian ini merupakan rencana pemecahan bagi persoalan yang diselidiki.
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif lapangan (field
research). Karena semua yang digali adalah bersumber langsung dari
objek yang bersangkutan. Dimana data-data yang digunakan penulis
dalam penelitian ini adalah data, keterangan dari komponen-komponen
sekolah yang bersangkutan terutama yang berhubungan dengan tema
penelitian ini.
2. Sumber data
Maksud dari sumber data dalam penelitian ini adalah subjek di
mana data diperoleh.12 Adapun yang menjadi sumber dalam penelitian ini adalah :
a. Waka Kurikulum SMP Khadijah Surabaya
b. Guru yang mengajar program ta’li>m al-Qur’a>n. c. Kepala/Koordinator program ta’li>m al-Qur’a>n.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, penulis juga
menggunakan beberapa metode yang dikira sesuai dengan masalah yang
11
Pedoman Penulisan Skripsi Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UINSA, 11.
12
diteliti. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ialah sebagai
berikut :
a. Observasi
Obseravasi adalah pengamatan atau pencatatan dengan
sistematik terhadap objek penelitian.13 Dalam metode ini, penulis menggunakan observasi partisipan, yakni penulis mengadakan
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan
langsung, dan turut ambil bagian dalam pelaksanaan proses program
ta’li>m Al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya.
Metode ini digunakan untuk mengamati langsung proses
pembelajaran di kelas, kemampuan guru dalam menggunakan metode,
juga aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.
b. Wawancara
Wawancara yaitu cara atau metode yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab
sepihak. Adapun jenis wawancara yang penulis gunakan adalah
wawancara bebas terpimpin. Maksudnya, dalam melaksanakan
wawancara, penulis membawa pedoman yang hanya merupakan garis
besar tentang hal-hal yang akan digunakan. Wawancara ini ditujukan
kepada guru sebagai pengampuh program ta’li>m Al-Qur’a>n.
13
Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui informasi
mengenai sejarah berdirinya SMP Khadijah, usaha pelaksanaan
program ta’li>m al-Qur’a>n, dukungan dan hambatan yang dihadapi dalam pelakasanaan program tersebut.
c. Dokumentasi
Metode Dokumentasi yaitu usaha memperoleh data mengenai
hal-hal yang bersifat variable yaitu berupa catatan, transkip, buku dan
lain-lain.14 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang angka-angka dan catatan penting, seperti berdirinya SMP Khadijah,
dan pengadaan program ta’li>m Al-Qur’a>n di dalamnya, data tentang pengelolahan guru dan siswa, fasilitas yang digunkan, struktur
organisasi, serta dokumen lain yang relevan dengan penyusunan
skripsi ini.
4. Pendekatan dan analisis yang digunakan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan pengembangan kurikulum sekolah. Karena masalah yang
diangkat dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan pengembangan
kurikulum.
Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah Analisis
SWOT. Analisis SWOT menurut Freddy adalah identifikasi berbagai faktor
14
secara sistematif untuk merumuskan strategi perusahan atau instansi
tertentu. Dan analisa ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman (Threats). Dan metode ini dianggap sebagai metode analisa yang
paling dasar, berguna untuk melihat topic atau permasalahan dari 4
(empat) sisi yang berbeda tersebut.15
Penulis juga menggunakan Analisis Isi (Content Analysis).
Metode Analisis Isi adalah teknik penelitian untuk membuat
inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan sahih data dengan
memperhatikan konteksnya.16 Analisis Isi berhubungan dengan
komunikasi atau isi komunikasi. Dan logika dasar dalam komunikasi,
bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal komunikasinya
itu, baik verbal maupun nonverbal. Noeng Muhadjir menuliskan bahwa
deskripsi yang diberikan para ahli sejak Janis, Barelson sampai Lindzey
dan Aronson tentang Content Analysis ini, selalu menampilkan tiga syarat,
yaitu: objektivitas, pendekatan sistematis, dan generalisasi.17 Metode ini
digunakan untuk menganalisis data tentang problematika pelaksanaan
program ta’li>m al-Qur’a>n berdasarkan data-data, indikasi serta keterangan
15
Sasli Rais dan Wakhyuddin, Pengembangan Pegadaian Syari’ah di Indonesia dengan Analisis SWOT. Jurnal Pengembangan Bisnis dan Manajemen STIE PBM, vol. IX, 2009, 4.
16
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), 163.
17
yang telah ditemukan. Michael H. Walizer menuliskan bahwa Content
Analysis adalah setiap prosedur sistematis yang dirancang untuk
mengkaji informasi yang terekam, dengan pendekatan bahasa,
normatif, sejarah, sosial dan komparatif.18 Caranya adalah dengan menemukan simbol-simbol data dalam problematika yang dibahas, lalu
melakukan klasifikasi data berdasarkan simbol-simbol tersebut, dan
terakhir melakukan analisis data tersebut.
Dalam penelitian ini penulis juga menerapkan dua macam
teknik:
a. Analisis deskriptif kualitatif
Analisis deskriptif kualitatif nonstatistik adalah menganalisa
data yang tidak berwujud angka, seperti hasil dokumentasi, angket,
obseravsi, dan wawancara. Adapun penarikan kesimpulan yang
penulis gunakan adalah :
1) Metode induktif
Metode induktif adalah cara berpikir dari hal-hal yang
sifatnya khusus, kemudian digeneralisasikan ke dalam kesimpulan
yang bersifat umum.
18
2) Metode deduktif
Metode deduktif yaitu cara berpikir yang bernagkat dari
masalah dalil-dalil yang umum, kemudian untuk menilai
peristiwa-peristiwa yang khsusus.
Miles dan Huberman menjelaskan bahwa analisis data
meliputi tiga alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan/verifikasi.19 Adapun langkah-langkah yang diambil peneliti dalam menentukan langkah analisis data adalah
sebagai berikut:
a. Reduksi data : yaitu proses pemilihan data, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan
data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan, finalnya
dapat ditarik kesimpulan dan verifikasi.
b. Penyajian data: dalam penyajian data ini, seluruh data-data di
lapangan yang berupa dokumen hasil wawancara dan hasil
observasi akan dianalisis sehingga dapat memunculkan deskripsi
tentang problematika program ta’li>m al-Qur’a>n dan cara mengatasinya.
c. Penarikan kesimpulan: adalah kegiatan penggambaran secara utuh
dari obyek yang diteliti pada proses penarikan kesimpulan
19
berdasarkan pada gabungan informasi yang tersusun dalam suatu
bentuk yang pada penyajian data melalui informasi tersebut,
peneliti dapat melihat segala sesuatu yang diteliti dan menarik
kesimpulan mengenai obyek penelitian.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam pembahasan skripsi ini, secara umum
penulis sajikan sistematika pembahasan yang meliputi empat bab, yaitu :
Bab pertama adalah Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional,
penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua adalah kajian teori, meliputi tinjauan tentang Pembelajaran
al-Qur’a>n, problematika pembelajaran al-Qur’a>n, komponen-komponen pendukung dan penghambatan dalam proses pembelajaran, problematika TQ,
dan hubungan antara problematika pembelajaran al-Qur’a>n dengan problematika TQ.
Bab ketiga adalah gambaran umum SMP Khadijah yang meliputi
gambaran umum SMP Khadijah, dan deskripsi program ta’li>m al-Qur’a>n di SMP Khadijah, serta penyajian data.
Bab keempat adalah analisis tentang analisis data tentang
Surabaya yang meliputi Instrumen Analisis dan Analisis Data. Analisis sta
berisi tentang latar belakang penyelenggaraan program ta’li>m al-Qur’a>n, pelaksanaan program ta’li>m al-Qur’a>n, problematika program ta’li>m al -Qur’a>n, dan upaya sekolah dan guru untuk mengatasi problematika program ta’li>m al-Qur’a>n
19 BAB II
KAJIAN TEORI
Sebelum masuk pada pembahasan, peneliti akan membahas berbagai
pandangan dari para ahli tentang pembelajaran al-Qur’a>n beserta problematika yang timbul di sana dan dikaitkan dengan program ta’li>m al-Qur’a>n yang menjadi bahan utama dalam penelitian ini sehingga memiliki landasan teori yang kokoh. Uraiannya
akan dijelaskan sebagaimana berikut ini:
A. Pembelajaran al-Qur’a>n 1. Pengertian
Pembelajaran merupakan suatu aktifitas (proses) yang sistematis dan
sistemik yang terdiri atas banyak komponen yang saling berkaitan.1 Sedangkan menurut SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.2 Dalam kegiatan pembelajaran al-Qur’>an. pembelajaran mencakup kegiatan pembelajaran antara guru dan murid yang didukung pula beberapa
komponen pembelajaran dan berada pada lingkungan tertentu.
Dalam kegiatan pembelajaran, terjadi interaksi antara dua pihak, yaitu
antara peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik yang
melakukan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran juga berarti membelajarkan
siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan
1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 242. 2
penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran dapat juga diartikan
sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material
pasits, perlengkapan dan prosedur untuk mencapai tujuan pembelajaran.4 2. Komponen
Demi terselenggaranya pembelajaran al-Qur’>an dengan baik, tidak akan terlepas dari peranan komponen-komponen pembelajaran yang harus
diperhatikan di dalamnya, di antaranya adalah :
a. Tujuan
Tujuan dalam pembelajaran al-Qur’>an adalah sebagai berikut : 1) mengkaji dan membaca al-Qur’>an dengan bacaan yang benar,
sekaligus memahami kata-kata dan kandungan makna-maknanya,
serta menyempurnakan cara membaca al-Qur’>an yang benar.
2) memberikan pemahaman kepada anak tentang makna ayat-ayat
al-Qur’an dan bagaimana cara merenungkannya dengan baik.
3) menjelaskan kepada anak tentang berbagai hal yang terkandung di
dalam al-Qur’an, seperti petunjuk-petunjuk dan
pengarahan-pengarahan yang mengarah kepada kemaslahatan seorang muslim
4) menjelaskan kepada anak tentang hukum-hukum yang ada di dalam
al-Qur’an dan memberi kesempatan kepada mereka untuk
menyimpulkan suatu hokum dan kandungan ayat-ayat al-Qur’an
dengan caranya sendrii
3
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfa Beta, 200), 61. 4
5) agar seorang anak berprilaku dengan mengedepankan etika-etika
al-Qur’an dan menjadikannya sebagai pijakan dalam bertatakrama dalam
kehidupan sehari-hari
6) memantapkan akidah Islam di dalam hati nurani anak, sehingga ia
selalu mensucikan dirinya dan mengikuti perintah-perintah Allah
SWT
7) agar seorang anak beriman dan penh keteguhan terhadap segala hal
yang ada di dalam al-Qur’>an. Di samping dari segala nalar, ia juga akan merasa puas terhadap kandungan makna-maknanya, setelah
mengetahui kebenaran bukti-bukti yang dibawanya.
8) menjadikan anak senang membaca al-Qur’>an dan memahami nilai-nilai keagamaan yang dikandungnya.
9) mengkaitkan hukum-hukum dan petunjuk-petunjuk al-Qur’an dengan
realitas kehidupan seorang muslim, sehingga seorang anak mampu
mencari jalan keluar dari segala persoalan yang dialaminya.5 b. Materi
Materi pelajaran berada di dalam ruang lingkung isi kurikulum.
Karena itu, pemilihan materi pelajaran tentu saja harus sejalan dengan
ukuran-ukran (kriteria) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum
bidang studi yang bersangkutan.
5
Kriteria pemilihan materi pelajaran yang akan dikembangkan
diantaranya:
1) Kriteria tujuan instruksional
Suatu mata pelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk
mencapai tujuan intsruksional khusus atau tujuan-tujuan tingkah
laku. Karena itu, materi tersebut harus sejalan dengan tujuan-tujuan
materi yang telah dirumuskan.
2) Materi pelajaran supaya terjabar
Perincian materi pelajaran berdasarkan pada tuntutan di
mana setiap TIK (Tujuan Instruksional Khusus) telah dirumuskan
secara spesifik, dapat diamati dan dapat diukur. Ini berarti ada
ketertarikan yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi
pelajaran.
3) Relevan dengan kebutuhan siswa
Kebutuhan siswa yang pokok adalah bahwa mereka ingin
berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya. Karena untuk
setiap materi pelajaran yang akan disajikan hendaknya sesuai dengan
usaha untuk mengembangkan pribadi siswa secara bulat dan utuh.
4) Kesesuaian dengan kondisi masyarakat
Siswa disiapkan untuk menjadi warga masyarakat yang
berguna dan mampu hidup mandiri. Dalam hal ini materi pelajaran
pengalaman edukatif yang bermakna bagi perkembangan mereka
menjadi manusia yang mudah menyesuaikan diri.
5) Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematis dan logis
Setiap materi pelajaran disusun secara bulat dan
menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topic
masalah tertentu. Materi disusun secara berurutan dengan
mempertimbangkan factor perkembangan psikologis siswa. Dengan
cara ini, diharapkan isi materi tersebut akan lebih mudah terserap
oleh siswa dan segera dapat dilihat keberhasilannya.6 c. Siswa
Siswa atau murid adalah salah satu komponen dalam
pengajaran, di samping faktor guru, tujuan dan metode pengajaran.
Sebagai salah satu komponen, maka dapat dikatakan bahwa siswa adalah
komponen terpenting di antara yang lainnya. Pada dasarnya, ia adalah
unsur penentu dalam proses pembelajaran. Tanpa adanya siswa,
sesungguhnya tidak akan terjadi proses pembelajaran. Sebab siswa yang
membutuhkan pembelajaran dan bukan guru. Guru hanya berusaha
memenuhi kebutuhan yang ada pada siswa. Siswa lah yang belajar.
Karena itu maka siswa lah yang membutuhkan bimbingan. Tanpa adanya
siswa, guru tidak mungkin mengajar. Sehingga siswa adalah komponen
terpenting dalam hubungan proses pembelajaran.
6
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dapat dibedakan menjadi tiga macam :
1) faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan jasamani
dan rohani siswa.
Faktor yang berasal dari dalam siswa sendiri meliputi dua
aspek, yaitu:
a) Aspek Fisiologis
Kondisi umum dan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran.
b) Aspek Psikologis
Di antara faktor psikologis siswa yang pada umumnya
dipandang lebih esensial adalah tingkat kecerdasan, sikap, bakat
dan motivasi siswa.
2) Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa), yakni keadaan/ kondisi
lingkungan di sekitar siswa.
3) Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf administrasi,
dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar
seorang siswa. Dan yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah
perkampungan siswa dan juga lingkungan sosial yang paling banyak
mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa.
4) Faktor Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah
gedung sekolah dan letaknya,rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang
digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan
tingkat keberhasilan siswa belajar.
5) Faktor Pendekatan Belajar
Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa, faktor
pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan
proses pembelajaran siswa tersebut. Pendekatan belajar dapat dibagi
menjadi tiga macam tingktan, yaitu pendekatan tinggi, pendekatan
sedang, dan pendekatan rendah.7 d. Guru pengajar
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan
keahlian khusus. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus,
apalagi sebagai guru yang professional yang harus menguasai betul seluk
beluk pendidikan dan pembelajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan
lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan
tertentu prajabatan.8
7
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), 132-139.
8
Secara terperinci, bentuk-bentuk kompetensi dan
profesionalisme seorang guru adalah :
1) menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum maupun bahan
pengayaan/penunjang bidang studi
2) mengelolah program pembelajaran
3) mengelolah kelas
4) penggunaan media atau sumber
5) menguasai landasan-landasan pendidikan
6) mengelolah interaksi-interaksi pembelajaran
7) menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran
8) mengenal dan menyelenggarakan fungsi layanan dan program
bimbingan dan penuluhan
9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10)memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan
guna keperluan pembelajaran.9
Dalam pelaksanaan pembelajaran, seorang guru memegang
peranan yang sangat penting. Berhasil tidaknya suatu pembelajaran
tergantung pada peran seorang guru. Peran guru dalam proses
pembelajaran ialah meliputi :
1) Guru sebagai demonstrator
2) guru sebagai pengelola
9
3) Guru sebagai mediator
4) Guru sebagai evaluator.10
e. Metode pembelajaran al-Qur’>an
Prinsip pembelajaran membaca al-Qur’>an pada dasarnya dilakukan dengan bermacam-macam metode. Metode itu adalah sebagai berikut :
1) guru membaca terlebih dahulu, kemudian disusul murid. Dengan
metide ini guru dapat menerapkan cara membaca huruf dengan benar
melalui lidahnya. sedangkan anak akan dapat menyaksikan dan
mendengarkan langusng praktik keluarnya huruf dari lidah guru untuk
ditirukannya. Metode ini diterapkan oleh Nabi kepada sahabatnya.
2) murid membaca di depan guru, sedangkan guru menyimaknya.
Metode ini dikenal dengan istilah “sorogan” (bahasa Jawa) atau
“’ardul qira’ah” atau setoran bacaan. Metode ini dipraktikkan oleh
Rasulullah SAW bersama dengan malaikat Jibril as ketika dites
bacaan al-Qur’an di bulan Ramadhan.
3) guru mengulang-ulang bacaan, sedang murid menirukan kata-perkata
dan perkalimat juga secara berulang-ulang hingga terampil dan
benar.11
10
Moh. Uzer, Menjadi Guru…, 9-11. 11
Selain metode di atas dalam mengajarkan membaca dan menulis
huruf arab terutama al-Qur’>an, menurut Syeikh Mustafa seorang guru hendaknya mengikuti metode-metode berikut :
1) mendengarkan bacaan anak dan memperhatikan cara membacanya
secara seksama
2) mengulang-ulang bacaan lebih dari satu kali
3) menerapkan metode memberi ganjaran dan sanksi terhadap anak
4) memperhatikan kemampuan anak dan kesiapannya untuk membaca
dan atau menghafal al-Qur’>an
5) mendorong anak untuk membaca al-Qur’>an dengan tujuan ibadah dan tadabbur (merenung), menghayati kandungan makna-maknanya,
perintah-perintahnya, larangan-laranganya, janji-janjinya, dan
ancaman-ancamannya.12
Di antara metode khusus yang dapat digunakan untuk
mempermudah siswa dalam membaca al-Qur’an antara lain:
1) Metode Talaqqi (musyafahah/meniru)
Yaitu metode pembelajaran al-Qur’>an dimana guru dan murid berhadap-hadapan secara langsung. Pembelajaran membaca al-Qur’>an dengan cara guru membaca terlebih dahulu, kemudian disusul
siswa. Dengan penyampaian seperti ini guru dapat menerapkan cara
membaca huruf dengan benar melalui lidahnya. Sedangkan anak
dapat melihat dan menyaksikan langsung praktek keluarnya huruf
12
dari lidah guru untuk ditirukannya, yang disebut musyafahah.13
Metode ini cocok digunakan untuk tahap awal, proses pengenalan
kepada anak-anak pemula, sehingga siswa mampu mengekspresikan
bacaan-bacaan huruf hijaiyah secara tepat dan benar.
2) Metode Iqra’
Cara belajar dengan model Iqra’ ini pernah dijadikan proyek
oleh Departemen Agama RI sebagai upaya untuk mengembangkan
mint abaca terhadap al-Qur’an. Secara umum pembelajaran dengan
metode Iqra’ adalah sebagai berikut :
a) adanya buku yang mudah dibawa dan dilengkapi dengan
beberapa petunjuk teknis pembelajaran bagi guru.
b) cara belajar siswa Aktif (CBSA)
c) Bersifat privat (individual).
d) Guru mengajar dengan pendekatan yang komunikatif.
e) penggunaan system pembelajaran yang variatif dengan cerita dan
nyanyian religious.
f) menggunakan bacaan secara langsung sehingga lebih mudah
diingat
g) sistematis dan mudah diikuti: pembelajaran dilakukan dari yang
mudah ke yang sulit, dari yang sering didengar dan mudah
diingat ke yang sulit didengar dan diingat.
13
h) buku Iqra’ bersifat fleksibel untuk segala umur.
3) Metode Tilawati
Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim terdiri
dari Drs.H. Hasan Sadzili, Drs H. Ali Muaffa dkk. Kemudian
dikembangkan oleh Pesantren Virtual Nurul Falah Surabaya. Metode
Tilawati dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang
berkembang di TK-TPA, antara lain :
Mutu Pendidikan Kualitas santri lulusan TK/TP Al Qur’an
belum sesuai dengan target.
Kualitas santri lulusan TK/TP Al Qur’an
belum sesuai dengan target.
Metode Pembelajaran Metode pembelajaran masih belum
menciptakan suasana belajar yang
kondusif. Sehingga proses belajar tidak
efektif.
Pendanaan Tidak adanya keseimbangan keuangan
antara pemasukan dan pengeluaran.
Waktu pendidikan Waktu pendidikan masih terlalu lama
sehingga banyak santri drop out sebelum
khatam al-Qur’>an.
14
Kelas TQA Pasca TPA TQA belum bisa terlaksana.
Metode Tilawati memberikan jaminan kualitas bagi
santri-santrinya, antara lain :
a) Santri mampu membaca Al-Qur'an dengan tartil.
b) Santri mampu membenarkan bacaan Al-Qur'an yang salah.
c) Ketuntasan belajar santri secara individu 70 % dan secara
kelompok 80%.
Prinsip-prinsip pembelajaran Tilawati :
a) Disampaikan dengan praktis.
b) Menggunakan lagu Rost.
c) Menggunakan pendekatan klasikal dan individu secara
seimbang.15 4) Metode Qiro’ati
Metode Qira’ati ditemukan oleh K.H. Dahlan Salim
Zarkasyi. Qira’ati disusun dengan sistem modul/paket, artinya paket
pengajaran yang memuat satu unit konsep dari materi pelajaran.
Dalam hal ini murid dituntut harus menguasai satu unit pelajaran
sebelum ia beralih pada unit berikutnya.
Tujuan system pengajaran Qira’ati adalah agar siswa dapat
membaca al-Qur’a>n dengan tartil. Secara umum pengajaran Qira’ati adalah sebagai berikut :
15
a) klasikal dan privat
b) guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok
bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri (CBSA)
c) Siswa membaca tanpa mengeja
d) Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan
tepat dan cepat
5) Metode al-Barqi
Metode al-Barqi dapat dinilai sebagai metode paling cepat
membaca al-Qur’an yang paling awal. Metode ini ditemukan oleh
dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya dulunya yang
sekarang sudah menjadi UIN Sunan Ampel, Muhajir pada tahun
1965.
Metode ini disebut juga metode ANTI LUPA karena
mempunyai struktur yang apabila pada saat siswa lupa dengan
huruf-huruf/ suku kata yang telah dipelajari, maka ia akan dengan mudah
dapat mengingat kemabli tanpa bantuan guru. Penyebutan anti lupa
itu sendiri adalah hasil penelitian yang dilakukan oelh Departemen
Agama RI.
Keuntungan yang didapat dengan menggunakan metode ini
adalah :
a) bagi guru (guru mempunyai keahlian tambahan sehingga dapat
b) bagi murid (murid merasa cepat belajar sehingga tidak merasa
bosan dan menambah kepercayaan dirinya karena sudah bisa
belajar dan menguasainya dalam waktu singkat hanya satu level
sehingga biayanya lebih murah)
c) bagi sekolah (sekolah menjadi lebih terkenal karena
murid-muridnya mempunyai kemampuan untuk menguasai pelajaran
lebih cepat dibandingkan dengan sekolah lain).16 6) Metode Jibril
Secara terminology, Metode Jibril adalah metode yang
dilatarbelakangi perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
untuk mengikuti bacaan al-Qur’>an yang telah diwahyukan melalui malaikat Jibril. Menurut KH. M. Bashori Alwi (dalam Taufiq
ar-Rohma>n) sebagai pencetus metode Jibril, bahwa teknik dasar metode Jibril bermula dengan membaca satu ayat atau lanjutan ayat atau
waqaf. Lalu ditirukan oleh seluruh murid yang mengaji. Sehingga
mereka dapat menirukan bacaan guru dengan pas dan tepat. Metode
Jibril terdapat 2 tahap yaitu Tahqiq dan Tartil.17
16
Komari, Metode Pengajaran Baca Tulis al-Qur’an, dari www.wahdah.or.od, 03 Nopember 2014.
17
B. Problematika Pembelajaran al-Qur’a>n
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, problematika diartikan sama
dengan permasalahan, yang berasal dari bahasa inggris “problem” yaitu
something that is difficult to deal with or understand. Maksudnya problem adalah
suatu perkara yang membutuhkan pemikiran untuk menentukan penyelesaiannya.
Sedangkan, problematik merupakan kata sifat dari problem yang berarti masalah
yang merupakan sebuah persoalan.18 Problematika yang dimaksud penulis di sini adalah masalah-masalah yang dihadapi oleh sekolah maupun guru yang
menyelenggarakan program TQ di SMP Khadijah.
Bahasa al-Qur’>an adalah bahasa Arab, yakni bahasa yang asing bagi orang Indonesia, maka dalam mempelajari al-Qur’>an akan menemui kesulitan atau problem yang harus diatasi, baik yang bersifat linguistic maupun non
linguistik.
a. Hambatan yang bersifat Linguistik
1) Problem Membaca
Belajar membaca al-Qur’>an artinya belajar mengucapkan lambang-lambang bunyi (huruf) tertulis. Walaupun kegiatan ini
nampaknya sederhana, tetapi bagi siswa pemula merupakan kegiatan
yang cukup kompleks, karena harus melibatkan berbagai hal yaitu
pendengaran, penglihatan, pengucapan di samping akal pikiran. Kedua
hal terakhir ini bekerja secara mekanik dan simultan untuk melahirkan
perilaku membaca. Ditambah lagi materi yang dibaca adalah rangkaian
18
kata-kata Arab yang banyak ebrbeda system bunyi dan penulisannya
dengan yang mereka kenal dalam bahasa ibu dan bahasa
Indonesia.19Dan belajar membaca huruf latin Arab jelas berbeda, selain bentuk dan susunan hurufnya berbeda, suku kata dan fonetiknya pun
berbeda.
2) Problem Menulis
Tulisan yang dimaksud adalah tulisan Arab yang berbeda dengan
tulisan bahasa siswa. Hal ini bagi siswa yang belum mengenal sama
sekali tulisan Arab akan mengalami kesulitan, juga dalam belajar
menulis al-Qur’>an.20
Belajar menulis huruf latin dengan huruf Arab jelas berbeda,
selain bentuk dan susunan hurufnya berbeda, suku kata dan fonetiknya
pun berbeda. Kesulitan yang sering dialami yaitu menulis latin dimulai
dari kiri sedangkan menulis Arab dari kanan, menggabungkan huruf
yang satu dengan yang lainnya dalam kalimat, serta dalam memberi
harakat.
3) Problem Menghafal
Menghafal al-Qur’>an boleh sebagai langkah awal untuk memahami kandungan al-Qur’>an. Hal itu tidaklah terlepas dari berbagai macam problema. Adapun problema yang dihadapi oleh para penghafal
al-Qur’an itu secara garis besarnya adalah sebagai berikut :
19
Depag RI, Metode-Metode al-Qur’an di Sekolah Umum, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1997), 24.
20
a) menghafal itu susah
b) ayat-ayat yang sudah dihafal cenderung lupa lagi
c) banyaknya ayat-ayat yang serupa
d) gangguan kejiwaan
e) gangguan lingkungan
f) banyaknya kesibukan dan lain-lain.21
4) Problem Menerjemahkan
Penerjemah harus menguasai bahasa sumber secara integral
dalam bidang kebahasaan dari bahsa yang diterjemahkan yaitu dia harus
menguasai gramatikalnya, morfologinya, fonetiknya dan fonologinya.
Dalam menerjemahkan al-Qur’>an sering dijumpai problem tentang perbendaharaan kata, karena dalam al-Qur’>an banyak kata yang mempunyai banyak arti sehingga sulit untuk menentukan kata yang
tepat yang sesuai dengan konteks kalimatnya, menyusun subyek,
predikat, dan obyeknya. Hal itu dikarenakan al-Qur’>an susunannya berbeda dengan bahasa Indonesia.
5) Problem Memahami
Dalam al-Qur’>an untuk memahami dan memperoleh pengertian yang jelas tentang arti dan nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qur’>an perlu mempekerjakan akal. Dan cara mempekerjakan akal ialah
tafaqquh dan tadabbur sangat dianjurkan. Terutama jika membaca al-Qur’>an hendaknya memakai pikiran, lalu berusaha berbuat menurut
21
petunjuknya sehingga mencapai tujuan. Petunjuk Ilahi bagaimana cara
berpikir yang baik sehingga ia bisa memahami dan menafsirkan al-Qur’>an secara benar.22
b. Hambatan yang bersifat Non Linguistik
Menurut Kartini Kartono, sebab-sebab kesulitan belajar itu dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Sebab-sebab endogen (dari dalam diri anak)
Sebab-sebab ini terdapat dua macam:
a) sebab-sebab yang bersifat biologis, yaitu yang berhubungan dengan
jasmaniah
b) sebab-sebab yang bersifat psikologis, yaitu sebab yang berhubungan
dengan kejiwaan anak.
2) Sebab-sebab eksogen (dari luar diri anak)
Sebab-sebab ini ada tiga macam, yaitu faktor sekolah, faktor keluarga,
faktor masyarakat23
Pada hakikatnya masalah adalah apabila ada kesenjangan (kekurangan
sesuatu) antara yang diharapkan dengan kenyataan, atau ungkapan antara teori
dan praktek tidak cocok. Apabila hal ini dibiarkan akan menjadi suatu kerugian,
menuntut berbagai kemungkinan jawaban untuk memecahkannya atau
memerlukan penelitian. Sedangkan yang dimaksud program adalah kegiatan
yang direncanakan dengan bersama-sama dalam sebuah wadah atau institusi.
22
Ali Yasir, Metode Tafsir al-Qur’an Praktis, (Yogyakarta: Yayasan PIRI, t.t), 53. 23
Dalam pembahasan tentang problematika pembelajaran al-Qur’>an. telah diketahui bahwa al-Qur’>an diturunkan dalam bahasa Arab, namun tidak ada halangan dan alasan bagi umat Islam untuk tidak mengakuinya sebagai kitab
suci, dan Allah SWT memberikan jaminan kemudahan untuk mempelajarinya,
sebagaimana tercantum dalam QS. Az Zukhruf dan Al Qomar sebagai berikut :
QS. Az Zukhruf 3 :
َلَعَل اًيِبَرَع اًنآْرُ ق ُاَْلَعَج اَنِإ
َنوُلِقْعَ ت ْمُك
Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya
kamu memahami (nya).24
QS. Al Qomar 17 :
ذلِل َنآْرُقْلا اَنْرَسَي ْدَقَلَو
ْك
َدُم ْنِم ْلَهَ ف ِر
رِك
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran,
maka adakah orang yang mengambil pelajaran?25
Dari hal tersebut, jika diungkapkan dalam bentuk lain seakan-akan Allah
SWT berkata : "Wahai orang-orang beriman, Sungguh…sungguh….sungguh
…sungguh…. telah Kami mudahkan Al Qurán untuk pelajaran (dipelajari)".
Apabila kita berbicara kepada seseorang dengan membuat penegasan
seperti itu, tentu dalam rangka meyakinkan dan menunjukkan bahwa ucapan kita
itu memang betul-betul seperti apa yang kita ucapkan. Jaminan inilah yang
24
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Gema Risalah Press, 1993), 794
25
semoga membuat kita menjadi optimis untuk semakin giat mempelajarinya,
termasuk didalamnya mempelajari tata bahasa Arab.
Kondisi riil di masyarakat kita, masih kita temukan kendala dalam
pembelajaran al-Qur’>an ini. Ada kecenderungan saat ini bahwa sebagian banyak umat Islam, menempatkan pembelajaran al-Qur’>an sebagai sesuatu yang tidak prioritas, sehingga terkesan asal anak-anak sudah diikutkan ngaji di lingkungan,
TPQ atau masjid sekitar, sudah dianggap cukup. Padahal belajar al-Qur’>an memerlukan kesungguhan, baik dalam hal waktu, metode dengan didukung
sarana dan prasarana yang baik. Rasulullah SAW mengingatkan kita semua
dengan sabdanya :
ُسُرْدَي اَمَك ُمَاْسِاْا ُسُرْدَي
َ ثلا ُىْثَو
ّٰتَح . ِبْو
ماَيِِ اَم َرْدُيَا
َاَو
َاَِ
َاَو ة
ُسُن
ٰرْسُيَلَو ، ةَقَدَِ َاَو ك
ٰلَع
ِبَتِك ى
َزَع ِها
َو
ٰقْ بَ ي َاَف ةَلْ يَل ِِ َلَج
ِِ ى
ٰا ُِْم ِضْرَاْا
ٰقْ بَ يَو ةَي
ِئاَوَط ى
َشَا : ِساَلا َنِم ُف
َو ُرْ يِبَكْلا ُخْي
ا
: َنْوُلاُقَ ي ، ُزْوُجَعْل
ٰا اَْكَرْدَا
ٰلَع اََعاَب
ٰ ى
ٰلِاَا ،، : ِةَمِلَكْلا ِِذ
َاِا َ
ْوُقَ ن ُنْحََ ف ُها
. اَُُ
“(Kelak) Islam akan mengalami kelunturan seperti lunturnya batik baju,
sehingga tidak diketahui lagi apa itu shalat, puasa, ibadah dan sedekah. Dan
Al-Qur’an sungguh akan dibawa pergi, sehingga tak ada satupun yang tersisa di
muka bumi ini. Golongan manusia yang tersisa adalah Kakek dan Nenek.
Mereka berkata: “Kami mendapatkan kalimat seperti ini dari nenek moyang
kami : Laa Ilaaha Illallah, oleh karena itu kami mengucapkannya.”
Peringatan Rasulullah ini sangat tegas dan jelas, kalau kita tidak
senantiasa belajar dan mengajarkan al-Qur’>an, maka pasti akan datang masa, saat
al-Qur’>an menjadi tinggal namanya.
Dalam upaya memasyarakatkan al-Qur’>an, saat ini muncul berbagai macam metode yang cukup membantu mempermudah proses belajar membaca
al-Qur’>an. Namun problem secara umum yang ditemui dalam pembelajaran al-Qur’>an saat ini adalah :
1. Mutu Pendidikan
Sebagai suatu konsep, mutu seringkali ditafsirkan dengan beragam
definisi, bergantung kepada pihak dan sudut pandang mana konsep itu
dipersepsikan. Dengan demikian, arti mutu pendidikan ini berkenaan denagn
apa yang dihasilkan dan siapa pemakai pendidikan tersebut. Ini akan
merujuk kepada nilai tambah yang diberikan oleh pendidikan, dan
pihak-pihak yang memproses serta menikmati hasil-hasil pendidikan.26
Dalam Pendidikan al-Qur’>an, Standar kualitas hasil belajar santri/siwa tidak sama. Dalam satu lembaga yang diajar oleh ustad (guru ngaji) yang
sama, kualitas hasil belajar santri berbeda secara ekstrim, semestinya
memang tidak bisa seragam 100%, namun jenjang yang terlalu jauh
menunjukkan bahwa ada sesuatu yang kurang dalam proses pembelajaran,
baik itu dari unsur santri (siswa), ustadz, sarana, ataupun metode yang
dipakai.
26
2. Kualifikasi Pengajar
Dalam proses pembelajaran, guru memegang peranan yang penting.
Guru adalah creator prose pembelajaran. Ia adalah orang yang akan
mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk megkaji apa yang menarik
minatnya, mengekspresikan ide dan kreatifitasnya dalam batas-batas norma
yang ditegakkan secara konsisten. Guru akan berperan sebagai model bagi
anak didik. Kebesaran jiwa, wawasan dan pengetahuan guru atas
perkembangannya akan mengantarkan para siswa menciptakan masa depan
yang lebih baik.27
Banyak dijumpai di lingkungan masyarakat kita, bahwa ratio guru
ngaji dengan jumlah santri tidak seimbang. Jumlah guru ngaji lebih sedikit
dibandingkan santri yang siap diajar, itupun dengan kualitas guru yang tidak
merata, bahkan ditemukan ustadz yang bermodalkan nekat karena tidak
adanya guru ngaji yang siap ngajar. Tidak jarang juga kita jumpai, orang
yang bagus bacaan al-Qur’>an -nya, tapi tidak bisa atau tidak mau atau tidak sempat mengajar al-Qur’>an, sementara ada yang semangat mengajar, tapi kemampuannya sangat terbatas.
3. Lama Waktu Belajar Tidak Pasti
Model pembelajaran al-Qur’>an di lingkungan kita, belum memiliki standar waktu yang jelas dalam mencapai target yang diinginkan.
Seandainya ada orang tua santri yang bertanya kepada guru ngaji atau kepala
TPA/TPQ, berapa lama yang dibutuhkan anak sejak belajar dari nol sampai
27
dengan khatam Al quran, maka jawaban yang diberikan adalah tidak pasti
tergantung kemampuan anak. Padahal bukan itu jawaban yang diinginkan,
orang tua santri ingin jawaban pasti, sehingga bisa membuat rencana jadwal
bagi anaknya, kapan saatnya hatam al-Qur’>an, kapan harus ikut kursus pengayaan, kapan harus ikut les tambahan / kegiatan ekstra.
Tidak jarang kita temukan, seorang anak yang rajin tiap hari belajar
ngaji ke masjid, mushola atau TPQ sampai terbilang hitungan tahun, tapi
hasilnya juga tidak jelas, dan problem terbanyak saat ini adalah banyak
santri Drop Out, belum tuntas belajar baca al-Qur’>an, belum lancar membaca, bahkan jauh dari hatam 30 juz, karena tuntutan sekolah untuk les
tambahan atau ekstra, sehingga aktivitas belajar al-Qur’>an dinomor-sekiankan.
4. Metode Pembelajaran yang dipakai kurang / tidak dikuasai
Berkembangnya berbagi metode membaca al-Qur’>an saat ini, memang memperkaya variasi proses belajar, namun apabila penggunaan metode yang
dipilih oleh guru ngaji maupun lembaga, tidak mentaati standar yang
disyaratkan oleh pembuat metode, maka sejak proses pembelajaran sampai
dengan produk santri yang dihasilkan tidak standar.28
Kita juga temukan dalam satu lembaga Taman Pendidikan al-Qur’>an, semua guru menggunakan metode yang sama, tapi dalam pengajarannya
tidak seragam, masing-masing guru mempunyai pola sendiri-sendiri,
sehingga ketika ada guru yang berhalangan (tidak hadir) dan santrinya
28
dilimpahkan kepada guru lainnya, akan dijumpai ketidaknyamanan belajar
akibat tidak adanya standararisasi guru terhadap metode yang dipakai.
Di hampir sebagian besar lembaga, metode yang dipilih saat ini belum
bisa mendisiplinkan santri, sehingga terkesan suasana belajar santri menjadi
gaduh, tidak teratur dan bahkan seperti liar, karena saat guru menyimak satu
orang santri, santri lainnya yang jumlahnya belasan, tidak mendapatkan porsi
perhatian yang sepadan, sehingga mereka melakukan aktivitas “sekedarnya”,
seperti menggambar, menulis, dan tidak jarang yang bermain-main bahkan
meninggalkan ruang belajar.
C. Komponen-komponen Pendukung dan Penghambatan dalam Proses Pembelajaran atau pendidikan
1. Komponen pendukung
Komponen adalah bagian dari suatu system yang memiliki peran
dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan
system. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari system proses
pendidikan yang menentukan berhasil dan tidak. Pertama, komponen
perangkat keras (hardware), yang meliputi ruangan belajar, peralatan
praktik, laboratorium, perpustakaan; kedua, komponen perangkat lunak
(software) yaitu meliputi kurikulum, program pengajaran,
manajemen sekolah, system pembelajaran; ketiga, apa yang disebut dengan
perangkat pikir (brainware) yaitu menyangkut keberadaan guru, kepala
sekolah, anak didik dan orang-orang yang terkait dalam proses pendidikan itu
Dari tiga kelompok komponen di atas, maka yang menjadi
penentu terlaksananya proses pendidikan. Bahwa dapat diartikan untuk
berlangsungnya proses pendidikan yang sukses dan berhasil diperlukan
beberapa komponen-komponen pendukung.
Ada beberapa komponen yang menentukan kesuksesan dan
keberhasilan dalam pendidikan. Komponen-komponen itu dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Suksesnya belajar dan berhasilnya
suatu pendidikan sangat (dominan) ditentukan oleh komponen
tenaga pendidik, dalam hal ini guru di sekolah. Meskipun di suatu sekolah
fasilitasnya memadai, bangunannya bertingkat; meskipun kurikulumnya
lengkap, program pengajarannya hebat, manajemennya ketat, sistem
pembelajarannya oke, tapi para tenaga pengajarnya (guru) sebagai
aplikator di lapangan tidak memiliki kemampuan (kualitas) dalam
penyampaian materi, cakap menggunakan alat-alat tekhnologi yang
mendukung pembelajaran, maka tujuan pendidikan akan sulit
dicapai sebagaimana mestinya. Disini hendaknya setiap guru harus
memahami fungsinya karena sangat besar pengaruhnya terhadap cara
bertindak dan berbuat dalam menunaikan pekerjaan sehari-hari dikelas dan di
masyarakat. Guru yang memahami kedudukan dan fungsinya sebagai
pendidik professional, selalu terdorong untuk tumbuh dan berkembang
sebagai perwujudan perasaan dan sikap tidak puas terhadap pendidikan.
teknologi.29 Mantan Mendikbud, Fuad Hassan juga pernah mengingatkan,bahwa tanpa guru yang menguasai materinya mustahil suatu
sistem pendidikan berikut kurikulum serta muatan kurikulernya dapat
mencapai hasil sebagaimana yang diidealkan.
2. Komponen Penghambat
Selain komponen pendukung, tentu juga ada komponen
penghambatnya. Hambatan itu bisa datang dari guru sendiri, dari peserta
didik, lingkungan keluarga ataupun karena factor fasilitas30. a. Guru
Guru sebagai seorang pendidik, tentunya ia juga mempunyai
banyak kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu bisa menjadi penyebab
terhambatnya kreatifitas pada diri guru tersebut. Diantaranya ialah:
1) Tipe kepemimpinan guru
Tipe kepemimpinan guru dalam proses belajar mengajar
yang otoriter dan kurang demokratis akan menimbulkan sikap pasif
peserta didik. Sikap peserta didik ini merupakan sumber masalah
pengelolaan kelas31.
Siswa hanya duduk rapi mendengarkan dan berusaha
memahami kaidah-kaidah pelajaran yang diberikan guru tanpa
diberikan kesempatan untuk berinisiatif dan mengembangkan
29
H. Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta: Haji Masagung,1989), 121.
30
Ibid,…. 130. 31
kreativitas dan daya nalarnya. Sebagai pemimpin, guru sebaiknya
tidak hanya tahu dan mengerti materi pembelajaran, tetapi harus
dapat melaksanakan.33 2) Gaya guru yang monoton
Gaya guru yang monoton akan menimbulkan kebosanan
bagi peserta didik, baik berupa ucapan ketika menerangkan pelajaran
ataupun tindakan. Ucapan guru dapat mempengaruhi motivasi
siswa.34
3) Kepribadian guru
Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersifat hangat,
adil, obyektif dan bersifat fleksibel sehingga terbina suasana
emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.
Artinya guru menciptakan suasana akrab dengan anak didik dengan
selalu menunjukan antusias pada tugas serta pada kreativitas semua
anak didik tanpa pandang bulu.35 4) Pengetahuan guru
Terbatasnya pengetahuan guru terutama masalah
pengelolaan dan pendekatan pengelolaan, baik yang sifatnya teoritis
maupun pengalaman praktis, sudah barang tentu akan menghambat
32
Masnur dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikdasmen, 1987),109.
33
Burhanuddin, Analisis Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Malang : Bumi Aksara, 1994).46
34
Masnur dkk, Strategi Belajar,….110. 35
perwujudan pengelolaan kelas dengan sebaik-baiknya. Oleh karena
itu, pengetahuan guru tentang pengelolaan kelas sangat diperlukan.36 5) Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta
didik dan latar belakangnya
Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku
peserta didik dan latar belakangnya dapat disebabkan karena
kurangnya usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta didik
dan latar belakangnya. Karena pengelolaan pusat belajar harus
disesuaikan dengan minat, perhatian dan bakat para siswa, maka
siswa yang memahami pelajaran secara cepat, rata-rata dan lamban
memerlukan pengelolaan secara khusus menurut kemampuannya.
Semua hal diatas member petunjuk kepada guru bahwa dalam proses
belajar mengajar diperlukan pemahaman awal tentang perbedaan
siswa satu sama lain37. b. Peserta didik
Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang
individu dalam suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka
harus tahu hak-haknya sebagai bagian dari suatu kesatuan masyarakat
disamping mereka juga harus tahu akan kewajibannya dan keharusan
menghormati hak-hak orang lain dan t