• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMATIKA DAN SOLUSI PELAKSANAAN PROGRAM TA’LIM AL-QUR'AN DI SMP KHADIJAH SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROBLEMATIKA DAN SOLUSI PELAKSANAAN PROGRAM TA’LIM AL-QUR'AN DI SMP KHADIJAH SURABAYA."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Alaika Muhammad Bagus Kurnia PS

D31211077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)

ii

Nama : Alaika Muhammad Bagus Kurnia PS

Nim : D31211077

Fakultas/Jurusan : Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Problematika dan Solusi Pelaksanaan Program Ta’li>m

Al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa SKRIPSI ini secara keseluruhan adalah

hasil penelitian atau karya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk

sumbernya.

Surabaya, 08 Januari 2015

Yang membuat pernyataan,

(3)

iii Skripsi oleh:

Nama : Alaika Muhammad Bagus Kurnia PS

NIM : D31211077

Judul : Problematika dan Solusi Pelaksanaan Program Ta’li>m Al -Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Surabaya, 08 Januari 2015 Pembimbing,

(4)

iv

Surabaya, 27 Januari 2015

Mengesahkan

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Dekan,

Prof. Dr. H. Ali Mudlofir, M. Ag NIP. 196311161989031003

Ketua,

Dr. Ahmad Yusam Thobroni, M.Ag NIP: 197107221996031001

Sekretaris,

Agus Prasetyo Kurniawan, M.Pd NIP. 198308212011011009

Penguji I,

Dr. H. Abd. Kadir, MA NIP. 195308031989031001

Penguji II,

(5)

v

ABSTRAK

Di SMP Khadijah Surabaya, terdapat pembelajaran baca al-Qur’a>n yang termasuk dalam kategori pengembangan diri yang dikenal dengan TQ (Ta’li>m al-Qur’a>n) atau biasa disebut oleh kalangan umum adalah tarti>l al-Qur’a>n. Adapun tujuan dari kegiatan ta’li>m al-Qur’a>n ini adalah sebagai upaya untuk menyamakan dan meningkat kemampuan baca al-Qur’a>n siswa-siswi di SMP Khadijah serta membentuk siswa yang berakhak qurani yang sesuai dengan visi dari SMP Khadijah itu sendiri. Program ini dinilai sudah menjadi program unggulan dan banyak dikenal di kalangan masyarakat umum tidak hanya dari dalam kota, akan tetapi dari luar kota juga. Oleh sebab itu penulis ingin mengadakan penelitian tentang pelaksanaannya, problematika yang muncul pada prosesnya dan juga upaya sekolah dan guru dalam mengatasinya. Berdasarkan alasan tersebut penulis mengangkat judul “Problematika dan Solusi Pelaksanaan Program Ta’li>m Al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya” sebagaipenelitian dalam tugas skripsi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan program TQ ini serta upaya sekolah dan guru dalam mengatasi hambatan itu. Penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif lapangan (field qualitative research) dengan pendekatan kurikulum sekolah. Dan metode yang digunakan dalam menganalisis datanya adalah content Analysis (Analisis Isi).

(6)

x

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

E. Penelitian Terdahulu ... 8

F. Definisi Operasional ... 9

G.Metode Penelitian ... 10

H.Sistematika Pembahasan ... 16

BAB II KAJIAN TEORI ... 18

A.Pembelajaran al-Qur’a>n ... 18

1. Pengertian al-Qur’a>n ... 18

2. Komponen ... 19

B.Problematika Pembelajaran al-Qur’a>n ... 33

1. Mutu Pendidikan ... 39

(7)

3. Lama Waktu Belajar Tidak Pasti ... 41

4. Metode Pembelajaran yang dipakai kurang / tidak dikuasai ... 41

C.Komponen-Komponen Pendukung dan Penghambatan dalam Proses Pembelajaran atau Pendidikan ... 41

1. Komponen pendukung ... 41

2. Komponen Penghambat ... 44

D.Problematika Program Ta’li>m al-Qur’a>n (TQ) ... 48

E.Hubungan antara Problematika Pembelajaran al-Qur’an dan Program TQ 50 BAB III GAMBARAN UMUM SMP KHADIJAH SURABAYA ... 53

A. Gambaran Umum SMP Khadijah ... 53

1. Letak Geografis ... 53

2. Sejarah Singkat Berdiri dan Perkembangannya ... 53

3. Visi, Misi dan Tujuan ... 54

4. Ciri Khas SMP Khadijah Sebagai Pesantren Kota ... 56

5. Struktur Organisasi ... 59

6. Keadaan guru, Karyawan dan Siswa ... 60

7. Sarana dan Prasarana ... 62

8. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 62

9. Program Unggulan ... 63

B. Deskripsi Program Ta’lim al-Qur’an di SMP Khadijah ... 64

1. Deskripsi Umum ... 64

2. Tujuan ... 65

3. Target Kualitas Program TQ ... 65

4. Kualifikasi Pembagian Kelas TQ ... 65

5. Output SMP Khadijah ... 65

6. Program Pendukung TQ ... 66

7. Pelaksanaan ... 66

(8)

9. Kurikulum ... 67

C. Penyajian Data ... 67

1. Data Wawancara ... 67

2. Data Observasi ... 73

BAB IV ANALISIS DATA TENTANG PROBLEMATIKA PELAKSANAAN PROGRAM TA’LI>M AL-QUR’A>N DI SMP KHADIJAH ... 79

A. INSTRUMEN ANALISIS ... 79

B. ANALISIS DATA ... 84

1.Analisis Data tentang Latar Belakang dan Tujuan Penyelenggaraan Program Ta’li>m Al-Qur’a>n ... 84

2.Analisis Data tentang Pelaksanaan Program Ta’li>m Al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya ... 87

3.Analisis Data tentang Problematika Program Ta’li>m Al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya ... 95

4.Analisis Data tentang Upaya Sekolah dan Guru untuk Mengatasi Problematika Program Ta’li>m al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya ... 115

BAB V PENUTUP ... 128

A. Kesimpulan ... 128

B. Saran ... 129

DAFTAR PUSTAKA

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di Indonesia diilhami oleh tujuan Negara Republik

Indonesia dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945 yang menyatakan salah satunya dalam tujuan tersebut

adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Maksud dari kalimat mencerdaskan

kehidupan bangsa adalah mencerdaskan kehidupan setiap manusia baik dalam

segi jasmani maupun rohani.

Mengasuh, membesarkan serta mendidik anak merupakan satu tugas

mulia yang tidak lepas dari halangan dan rintangan. Banyak usaha yang

dilakukan oleh pendidik untuk mencari dan membekali diri dengan

pengetahuan-pengetahuan.1 Pendidikan merupakan suatu aspek yang mendasar bagi pembangunan bangsa Indonesia. Pada dasarnya, pendidikan

adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya

manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi serta

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritiual

keagamaan, pengnedalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat.

1

(10)

Sebagaimana tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan dalam

Undang-Undang no. 20 tahun 2003 Sistem pendidikan Nasional :

“Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab”. 2

Untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan yang Maha Esa, maka pendidikan di Indonesia membuat sistem yang

mana di dalam kurikulum pendidikan formal terdapat bidang studi Pendidikan

Agama. Misalnya Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu dari

perwujudannya berperan untuk membentuk manusia yang religius serta

berakhlak baik terhadap sesama manusia maupun terhadap Allah swt yang

berpedoman pada Al-Qur’a>n sebagai sumber hukumnya.

Al-Qur’a>n adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara Malaikat Jibril as., yang ditulis dalam

suhuf-suhuf dan disampaikan secara mutawatir, dan membacanya dianggap

sebagai suatu ibadah, serta mempelajarinya di samping sunnah.3

Al-Qur’a>n sendiri adalah sumber hukum Islam yang tak pernah usang dan dipakai dalam penataan kehidupan manusia sampai hari kiamat. Maka

dari itu, manusia diwajibkan untuk mempelajarinya. Disini mempelajari Al-Qur’a>n dibagi menjadi 2, yaitu:

2

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, 2003, 3.

3

(11)

1. Mempelajari untuk membaca al-Qur’a>n secara tartil, sesuai dengan kaidah

ilmu tajwid. Ilmu tajwid sendiri adalah suatu ilmu pengetahuan cara

membaca al-Qur’a>n dengan baik dan tertib menurut makhrojnya, panjang

pendeknya, tebal tipisnya, berdengung atau tidaknya, irama dan nadanya,

serta titik komanya yang sudah dilakukan oleh Rasulullah saw kepada para

sahabatnya.4

Karena hukum mempelajari al-Qur’a>n adalah fardu kifayah, sedangkan

mengamalkannya adalah fardhu „ain. Hal ini mengacu pada landasan firman

Allah swt dalam QS. Al-Muzammil (73) : 4















“Artinya: Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al-Qur’a>n itu dengan perlahan-lahan”.5

2. Mempelajari untuk memahami maknanya baik secara tersurat maupun

tersirat. Hal ini sudah barang tentu karena sebab fungsi Al-Qur’a>n itu sendiri, yaitu sebagai pedoman hidup manusia di seluruh dunia ini. Karena

Al-Qur’a>n turunnya di negeri Arab, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab, dan orang non-Arab juga perlu untuk mempelajarinya

lazimnya manusia membutuhkan makanan untuk mempertahankan

4

Syaikh H. Dt. Tombak Alam, Ilmu Tajwid Populer 17 kali Pandai, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 15.

5

(12)

hidupnya. Al-Qur’a>n lah sebagai suplemen manusia untuk kebutuhan rohaniahnya.

Di SMP Khadijah Surabaya, terdapat pembelajaran baca al-Qur’a>n yang termasuk dalam kategori pengembangan diri yang dikenal dengan TQ

(Ta’li>m al-Qur’a>n) atau biasa disebut oleh kalangan umum adalah tarti>l al-Qur’a>n. Adapun tujuan dari kegiatan ta’li>m al-Qur’a>n ini adalah sebagai upaya untuk menyamakan dan meningkat kemampuan baca al-Qur’a>n siswa-siswi di SMP Khadijah serta membentuk siswa yang berakhak qurani yang

sesuai dengan visi dari SMP Khadijah itu sendiri adalah,“Terwujudnya SDM

Indonesia yang Kompetitif dan Berbudaya Unggul”.

Untuk mencapai visi tersebut, program TQ (Ta’li>mal-Qur’a>n) di SMP Khadijah adalah salah satu bentuk indikator dari visi tersebut yaitu, memiliki

pengetahuan dan pemahaman agama. Dengan adanya pengembangan

kemampuan baca al-Qur’a>n diharapkan salah satu pemahaman agama di bidang ilmu qira>at al-Qur’a>n dapat menuai hasil seperti apa yang diharapkan dan diakui standar baca al-Qur’a>noleh kalangan masyarakat.

Namun, ketika program tersebut dijalankan untuk mencapai sebuah

tujuan yang diharapkan, ternyata program tersebut masih belum berjalan

sesuai dengan yang direncanakan. Komponen-komponen yang ada dalam

program ini mulai dari sumber daya pendidiknya, tempat pelaksanaan (kelas),

(13)

menjadi pendukung program ta’li>m al-Qur’a>n tersebut tentunya masih menghadapi berbagai macam problem. Dan problem-problem tersebut harus

mendapatkan penanganan segera agar dapat terminimalisir atau bahkan dapat

diselesaikan secara baik, sehingga program ta’li>m al-Qur’a>n tersebut dapat berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan sekolah untuk mewujudkan

visinya.

Penulis mengutip perkataan Oemar Hamalik, ia menyatakan bahwa

proses pengajaran dapat terselenggara secara lancar, efisien dan efektif berkat

adanya interaksi yang positif, konstruktif, dan produktif antara berbagai

komponen yang terkandung di dalam sistem pengajaran tersebut.6

Berdasarkan pada pernyataan Oemar Hamalik di atas, program ta’li>m

al-Qur’>an sudah barang tentu harus diperhatikan proses pelaksanaannya dan diberikan pembenahan yang solutif agar berjalan secara efektif dan efisien

serta menjadi bahan perbaikan sebagai salah satu upaya akuntabilitas program

unggulan di SMP Khadijah Surabaya serta dengan harapan dapat membentuk

pribadi yang mempunyai pemahaman agama secara lebih, kemampuan baca

Al-Qur’a>n dengan tartil serta mempunyai bekal manusia yang berkarakter qurani. Dari fenomena permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti

judul :“Problematika dan Solusi Pelaksanaan Program Ta’li>m Al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya”

6

(14)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan program

ta’li>m al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya?

2. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh sekolah dan guru untuk mengatasi

masalah dalam pelakasanaan program ta’li>m al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penilitian tersebut diharapkan :

1. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan

program ta’li>m al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya.

2. Untuk mengetahui alternatif upaya solutif oleh sekolah dan guru untuk

mengatasi masalah dalam program ta’li>m al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

(15)

1. Manfaat teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran ilmu pada umumnya dan

pengajaran al-Qur’a>n pada khususnya.

b. Penelitian ini ada relevansinya dengan Ilmu Agama Islam khususnya

Program Studi Pendidikan Agama Islam, sehingga hasil

pembahasannya berguna menambah literatur atau bacaan tentang

problematika program pembelajaran al-Qur’a>n yang dalam hal ini disebutkan dengan istilah ta’li>m al-Qur’a>n.

c. Penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi positif bagi yang

bersangkutan khususnya penulis untuk mengetahui dan mendalami

pelaksanaan program ta’li>m al-Qur’a>nsehingga mampu menyelasaikan problematika yang dihadapai di dalamnya dan untuk kepentingan

penelitian skripsi penulis.

2. Manfaat praktis

Memberikan kontribusi positif untuk dijadikan pertimbangan

berfikirdan bertindak. Secara khusus penelitian ini dapat dipergunakan

sebagai berikut:

a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi

para calon pendidik agar lebih bersemangat dalam mengajarkan

al-Qur’a>n dan mengetahui cara menyelesaikan problem yang dihadapinya

(16)

b. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan khususnya bagi

sekolah dan para tenaga pendidik yang bersangkutan agar dapat

mengaplikasikan mengembangkan program pengajaran al-Qur’a>n (ta’li>m al-Qur’a>n) yang telah diadakan sehingga hasilnya benar-benar maksimal.

c. Dengan skripsi ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pembaca

umumnya dan khusunya penulis sendiri. Amin.

E. Penelitian Terdahulu

Siti Qoyyimah, Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UINSA, telah melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh

Program Unggulan terhadap Kualitas Baca Tulis Al-Qur’a>n Siswa Kelas 8 ICP di MTs YPM 1 Wonoayu Sidoarjo”. Penelitian ini bertujuan untuk

memberikan penjelasan tentang MTs YPM 1 Wonoayu sebagai salah satu

alternatif dalam meningkatkan kualitas Baca Tulis Al-Qur’a>n di kecamatan Wonoayu. Masalah yang diteliti adalah 1) Bagaimana gambaran

programunggulan di MTs YPM 1 Wonoayu-Sidoarjo, 2) Bagaimana kondisi

kualitas BacaTulis Al-Qur’a>n siswa kelas 8 ICP di MTs YPM 1 Wonoayu sidoarjo, 3)Bagaimana pengaruh program unggulan terhadap kualitas Baca

(17)

Penilitian seperti itu saja yang penulis temukan dalam pembahasan

pengajaran Al-Qur’a>n, sehingga penulis berhasrat untuk melakukan penelitian dengan judul “ Problematika dan Solusi Program Ta’li>m al-Qur’a>n (TQ) di SMP Khadijah”.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan pada judul penelitian ini,

maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam

judul ini, antara lain :

1. Problematika

Disebutkan dalam Kamus Ilmiah Populer karya Pius A. Partanto

dan M. Dahlan al-Barry, problematika artinya berbagai problem.

Sedangkan problem adalah soal, masalah, perkara sulit, atau persoalan. 7 maksudnya adalah suatu permasalahan yang dihadapi dalam melakukan

sesuatu, dan problematika yang akan dijelaskan di sini adalah tentang

pelaksanaan program ta’li>m al-Qur’a>ndi SMP Khadijah. 2. Program Ta’li>m al-Qur’a>n

Disebutkan pula dalam Kamus Ilmiah Populer karya Pius A.

Partanto dan M. Dahlan al-Barry, program adalah acara, rencana,

7

(18)

rancangan kegiatan.8 Adapun kata ta’li>m itu berasal dari bahasa Arab yang merupakan masdar dari kata ‘allama - yu’allimu, berarti pembelajaran, pendidikan, mendidik, memberikan pembelajaran.9 Sedangkan pengertian pembelajaran sendiri menurut Winarno Surahmad adalah suatu usaha yang

bersifat sadar, dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku,

menuju kedewasaan anak didik. Perubahan yang dimaksud menunjuk pada

suatu proses yang harus dilalui. Proses yang dimaksudkan di sini adalah

proses pendidikan.10 Kata “al-Qur’a>n” menurut bahasa artinya bacaan. Sedangkan menurut istilah adalah kalam Allah yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat dan petunjuk bagi seluruh alam.

Jadi, yang dimaksud ta’li>m al-Qur’a>n di sini adalah mengajarkan/membelajarkan al-Qur’a>n, dari segi cara menulis, dan membacanya kepada para siswa dengan sistematis sesuai jenjang usianya.

Dan yang menjadi bahan penelitian di sini adalah program ta’li>m al-Qur’a>n yang diadakan di SMP Khadijah tempat penulis mengajar.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan langkah-langkah

operasional dan ilmiah yang dilakukan dalam rangka mencari jawaban atas

8Ibid…., 628. 9

Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir; Arab-Indo, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), 967.

10

(19)

rumusan masalah penelitian.11 Metode penilitian ini merupakan rencana pemecahan bagi persoalan yang diselidiki.

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif lapangan (field

research). Karena semua yang digali adalah bersumber langsung dari

objek yang bersangkutan. Dimana data-data yang digunakan penulis

dalam penelitian ini adalah data, keterangan dari komponen-komponen

sekolah yang bersangkutan terutama yang berhubungan dengan tema

penelitian ini.

2. Sumber data

Maksud dari sumber data dalam penelitian ini adalah subjek di

mana data diperoleh.12 Adapun yang menjadi sumber dalam penelitian ini adalah :

a. Waka Kurikulum SMP Khadijah Surabaya

b. Guru yang mengajar program ta’li>m al-Qur’a>n. c. Kepala/Koordinator program ta’li>m al-Qur’a>n.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, penulis juga

menggunakan beberapa metode yang dikira sesuai dengan masalah yang

11

Pedoman Penulisan Skripsi Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UINSA, 11.

12

(20)

diteliti. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ialah sebagai

berikut :

a. Observasi

Obseravasi adalah pengamatan atau pencatatan dengan

sistematik terhadap objek penelitian.13 Dalam metode ini, penulis menggunakan observasi partisipan, yakni penulis mengadakan

pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan

langsung, dan turut ambil bagian dalam pelaksanaan proses program

ta’li>m Al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya.

Metode ini digunakan untuk mengamati langsung proses

pembelajaran di kelas, kemampuan guru dalam menggunakan metode,

juga aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.

b. Wawancara

Wawancara yaitu cara atau metode yang digunakan untuk

mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab

sepihak. Adapun jenis wawancara yang penulis gunakan adalah

wawancara bebas terpimpin. Maksudnya, dalam melaksanakan

wawancara, penulis membawa pedoman yang hanya merupakan garis

besar tentang hal-hal yang akan digunakan. Wawancara ini ditujukan

kepada guru sebagai pengampuh program ta’li>m Al-Qur’a>n.

13

(21)

Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui informasi

mengenai sejarah berdirinya SMP Khadijah, usaha pelaksanaan

program ta’li>m al-Qur’a>n, dukungan dan hambatan yang dihadapi dalam pelakasanaan program tersebut.

c. Dokumentasi

Metode Dokumentasi yaitu usaha memperoleh data mengenai

hal-hal yang bersifat variable yaitu berupa catatan, transkip, buku dan

lain-lain.14 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang angka-angka dan catatan penting, seperti berdirinya SMP Khadijah,

dan pengadaan program ta’li>m Al-Qur’a>n di dalamnya, data tentang pengelolahan guru dan siswa, fasilitas yang digunkan, struktur

organisasi, serta dokumen lain yang relevan dengan penyusunan

skripsi ini.

4. Pendekatan dan analisis yang digunakan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan pengembangan kurikulum sekolah. Karena masalah yang

diangkat dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan pengembangan

kurikulum.

Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah Analisis

SWOT. Analisis SWOT menurut Freddy adalah identifikasi berbagai faktor

14

(22)

secara sistematif untuk merumuskan strategi perusahan atau instansi

tertentu. Dan analisa ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun

secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan

ancaman (Threats). Dan metode ini dianggap sebagai metode analisa yang

paling dasar, berguna untuk melihat topic atau permasalahan dari 4

(empat) sisi yang berbeda tersebut.15

Penulis juga menggunakan Analisis Isi (Content Analysis).

Metode Analisis Isi adalah teknik penelitian untuk membuat

inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan sahih data dengan

memperhatikan konteksnya.16 Analisis Isi berhubungan dengan

komunikasi atau isi komunikasi. Dan logika dasar dalam komunikasi,

bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal komunikasinya

itu, baik verbal maupun nonverbal. Noeng Muhadjir menuliskan bahwa

deskripsi yang diberikan para ahli sejak Janis, Barelson sampai Lindzey

dan Aronson tentang Content Analysis ini, selalu menampilkan tiga syarat,

yaitu: objektivitas, pendekatan sistematis, dan generalisasi.17 Metode ini

digunakan untuk menganalisis data tentang problematika pelaksanaan

program ta’li>m al-Qur’a>n berdasarkan data-data, indikasi serta keterangan

15

Sasli Rais dan Wakhyuddin, Pengembangan Pegadaian Syari’ah di Indonesia dengan Analisis SWOT. Jurnal Pengembangan Bisnis dan Manajemen STIE PBM, vol. IX, 2009, 4.

16

M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), 163.

17

(23)

yang telah ditemukan. Michael H. Walizer menuliskan bahwa Content

Analysis adalah setiap prosedur sistematis yang dirancang untuk

mengkaji informasi yang terekam, dengan pendekatan bahasa,

normatif, sejarah, sosial dan komparatif.18 Caranya adalah dengan menemukan simbol-simbol data dalam problematika yang dibahas, lalu

melakukan klasifikasi data berdasarkan simbol-simbol tersebut, dan

terakhir melakukan analisis data tersebut.

Dalam penelitian ini penulis juga menerapkan dua macam

teknik:

a. Analisis deskriptif kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif nonstatistik adalah menganalisa

data yang tidak berwujud angka, seperti hasil dokumentasi, angket,

obseravsi, dan wawancara. Adapun penarikan kesimpulan yang

penulis gunakan adalah :

1) Metode induktif

Metode induktif adalah cara berpikir dari hal-hal yang

sifatnya khusus, kemudian digeneralisasikan ke dalam kesimpulan

yang bersifat umum.

18

(24)

2) Metode deduktif

Metode deduktif yaitu cara berpikir yang bernagkat dari

masalah dalil-dalil yang umum, kemudian untuk menilai

peristiwa-peristiwa yang khsusus.

Miles dan Huberman menjelaskan bahwa analisis data

meliputi tiga alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan/verifikasi.19 Adapun langkah-langkah yang diambil peneliti dalam menentukan langkah analisis data adalah

sebagai berikut:

a. Reduksi data : yaitu proses pemilihan data, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan

data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan, finalnya

dapat ditarik kesimpulan dan verifikasi.

b. Penyajian data: dalam penyajian data ini, seluruh data-data di

lapangan yang berupa dokumen hasil wawancara dan hasil

observasi akan dianalisis sehingga dapat memunculkan deskripsi

tentang problematika program ta’li>m al-Qur’a>n dan cara mengatasinya.

c. Penarikan kesimpulan: adalah kegiatan penggambaran secara utuh

dari obyek yang diteliti pada proses penarikan kesimpulan

19

(25)

berdasarkan pada gabungan informasi yang tersusun dalam suatu

bentuk yang pada penyajian data melalui informasi tersebut,

peneliti dapat melihat segala sesuatu yang diteliti dan menarik

kesimpulan mengenai obyek penelitian.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan skripsi ini, secara umum

penulis sajikan sistematika pembahasan yang meliputi empat bab, yaitu :

Bab pertama adalah Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional,

penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua adalah kajian teori, meliputi tinjauan tentang Pembelajaran

al-Qur’a>n, problematika pembelajaran al-Qur’a>n, komponen-komponen pendukung dan penghambatan dalam proses pembelajaran, problematika TQ,

dan hubungan antara problematika pembelajaran al-Qur’a>n dengan problematika TQ.

Bab ketiga adalah gambaran umum SMP Khadijah yang meliputi

gambaran umum SMP Khadijah, dan deskripsi program ta’li>m al-Qur’a>n di SMP Khadijah, serta penyajian data.

Bab keempat adalah analisis tentang analisis data tentang

(26)

Surabaya yang meliputi Instrumen Analisis dan Analisis Data. Analisis sta

berisi tentang latar belakang penyelenggaraan program ta’li>m al-Qur’a>n, pelaksanaan program ta’li>m al-Qur’a>n, problematika program ta’li>m al -Qur’a>n, dan upaya sekolah dan guru untuk mengatasi problematika program ta’li>m al-Qur’a>n

(27)

19 BAB II

KAJIAN TEORI

Sebelum masuk pada pembahasan, peneliti akan membahas berbagai

pandangan dari para ahli tentang pembelajaran al-Qur’a>n beserta problematika yang timbul di sana dan dikaitkan dengan program ta’li>m al-Qur’a>n yang menjadi bahan utama dalam penelitian ini sehingga memiliki landasan teori yang kokoh. Uraiannya

akan dijelaskan sebagaimana berikut ini:

A. Pembelajaran al-Qur’a>n 1. Pengertian

Pembelajaran merupakan suatu aktifitas (proses) yang sistematis dan

sistemik yang terdiri atas banyak komponen yang saling berkaitan.1 Sedangkan menurut SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 adalah proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar.2 Dalam kegiatan pembelajaran al-Qur’>an. pembelajaran mencakup kegiatan pembelajaran antara guru dan murid yang didukung pula beberapa

komponen pembelajaran dan berada pada lingkungan tertentu.

Dalam kegiatan pembelajaran, terjadi interaksi antara dua pihak, yaitu

antara peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik yang

melakukan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran juga berarti membelajarkan

siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan

1

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 242. 2

(28)

penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran dapat juga diartikan

sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material

pasits, perlengkapan dan prosedur untuk mencapai tujuan pembelajaran.4 2. Komponen

Demi terselenggaranya pembelajaran al-Qur’>an dengan baik, tidak akan terlepas dari peranan komponen-komponen pembelajaran yang harus

diperhatikan di dalamnya, di antaranya adalah :

a. Tujuan

Tujuan dalam pembelajaran al-Qur’>an adalah sebagai berikut : 1) mengkaji dan membaca al-Qur’>an dengan bacaan yang benar,

sekaligus memahami kata-kata dan kandungan makna-maknanya,

serta menyempurnakan cara membaca al-Qur’>an yang benar.

2) memberikan pemahaman kepada anak tentang makna ayat-ayat

al-Qur’an dan bagaimana cara merenungkannya dengan baik.

3) menjelaskan kepada anak tentang berbagai hal yang terkandung di

dalam al-Qur’an, seperti petunjuk-petunjuk dan

pengarahan-pengarahan yang mengarah kepada kemaslahatan seorang muslim

4) menjelaskan kepada anak tentang hukum-hukum yang ada di dalam

al-Qur’an dan memberi kesempatan kepada mereka untuk

menyimpulkan suatu hokum dan kandungan ayat-ayat al-Qur’an

dengan caranya sendrii

3

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfa Beta, 200), 61. 4

(29)

5) agar seorang anak berprilaku dengan mengedepankan etika-etika

al-Qur’an dan menjadikannya sebagai pijakan dalam bertatakrama dalam

kehidupan sehari-hari

6) memantapkan akidah Islam di dalam hati nurani anak, sehingga ia

selalu mensucikan dirinya dan mengikuti perintah-perintah Allah

SWT

7) agar seorang anak beriman dan penh keteguhan terhadap segala hal

yang ada di dalam al-Qur’>an. Di samping dari segala nalar, ia juga akan merasa puas terhadap kandungan makna-maknanya, setelah

mengetahui kebenaran bukti-bukti yang dibawanya.

8) menjadikan anak senang membaca al-Qur’>an dan memahami nilai-nilai keagamaan yang dikandungnya.

9) mengkaitkan hukum-hukum dan petunjuk-petunjuk al-Qur’an dengan

realitas kehidupan seorang muslim, sehingga seorang anak mampu

mencari jalan keluar dari segala persoalan yang dialaminya.5 b. Materi

Materi pelajaran berada di dalam ruang lingkung isi kurikulum.

Karena itu, pemilihan materi pelajaran tentu saja harus sejalan dengan

ukuran-ukran (kriteria) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum

bidang studi yang bersangkutan.

5

(30)

Kriteria pemilihan materi pelajaran yang akan dikembangkan

diantaranya:

1) Kriteria tujuan instruksional

Suatu mata pelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk

mencapai tujuan intsruksional khusus atau tujuan-tujuan tingkah

laku. Karena itu, materi tersebut harus sejalan dengan tujuan-tujuan

materi yang telah dirumuskan.

2) Materi pelajaran supaya terjabar

Perincian materi pelajaran berdasarkan pada tuntutan di

mana setiap TIK (Tujuan Instruksional Khusus) telah dirumuskan

secara spesifik, dapat diamati dan dapat diukur. Ini berarti ada

ketertarikan yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi

pelajaran.

3) Relevan dengan kebutuhan siswa

Kebutuhan siswa yang pokok adalah bahwa mereka ingin

berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya. Karena untuk

setiap materi pelajaran yang akan disajikan hendaknya sesuai dengan

usaha untuk mengembangkan pribadi siswa secara bulat dan utuh.

4) Kesesuaian dengan kondisi masyarakat

Siswa disiapkan untuk menjadi warga masyarakat yang

berguna dan mampu hidup mandiri. Dalam hal ini materi pelajaran

(31)

pengalaman edukatif yang bermakna bagi perkembangan mereka

menjadi manusia yang mudah menyesuaikan diri.

5) Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematis dan logis

Setiap materi pelajaran disusun secara bulat dan

menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topic

masalah tertentu. Materi disusun secara berurutan dengan

mempertimbangkan factor perkembangan psikologis siswa. Dengan

cara ini, diharapkan isi materi tersebut akan lebih mudah terserap

oleh siswa dan segera dapat dilihat keberhasilannya.6 c. Siswa

Siswa atau murid adalah salah satu komponen dalam

pengajaran, di samping faktor guru, tujuan dan metode pengajaran.

Sebagai salah satu komponen, maka dapat dikatakan bahwa siswa adalah

komponen terpenting di antara yang lainnya. Pada dasarnya, ia adalah

unsur penentu dalam proses pembelajaran. Tanpa adanya siswa,

sesungguhnya tidak akan terjadi proses pembelajaran. Sebab siswa yang

membutuhkan pembelajaran dan bukan guru. Guru hanya berusaha

memenuhi kebutuhan yang ada pada siswa. Siswa lah yang belajar.

Karena itu maka siswa lah yang membutuhkan bimbingan. Tanpa adanya

siswa, guru tidak mungkin mengajar. Sehingga siswa adalah komponen

terpenting dalam hubungan proses pembelajaran.

6

(32)

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa

dapat dibedakan menjadi tiga macam :

1) faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan jasamani

dan rohani siswa.

Faktor yang berasal dari dalam siswa sendiri meliputi dua

aspek, yaitu:

a) Aspek Fisiologis

Kondisi umum dan tonus (tegangan otot) yang menandai

tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti

pelajaran.

b) Aspek Psikologis

Di antara faktor psikologis siswa yang pada umumnya

dipandang lebih esensial adalah tingkat kecerdasan, sikap, bakat

dan motivasi siswa.

2) Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa), yakni keadaan/ kondisi

lingkungan di sekitar siswa.

3) Faktor Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf administrasi,

dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar

seorang siswa. Dan yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah

(33)

perkampungan siswa dan juga lingkungan sosial yang paling banyak

mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa.

4) Faktor Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah

gedung sekolah dan letaknya,rumah tempat tinggal keluarga siswa dan

letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang

digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan

tingkat keberhasilan siswa belajar.

5) Faktor Pendekatan Belajar

Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa, faktor

pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan

proses pembelajaran siswa tersebut. Pendekatan belajar dapat dibagi

menjadi tiga macam tingktan, yaitu pendekatan tinggi, pendekatan

sedang, dan pendekatan rendah.7 d. Guru pengajar

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan

keahlian khusus. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus,

apalagi sebagai guru yang professional yang harus menguasai betul seluk

beluk pendidikan dan pembelajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan

lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan

tertentu prajabatan.8

7

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), 132-139.

8

(34)

Secara terperinci, bentuk-bentuk kompetensi dan

profesionalisme seorang guru adalah :

1) menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum maupun bahan

pengayaan/penunjang bidang studi

2) mengelolah program pembelajaran

3) mengelolah kelas

4) penggunaan media atau sumber

5) menguasai landasan-landasan pendidikan

6) mengelolah interaksi-interaksi pembelajaran

7) menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran

8) mengenal dan menyelenggarakan fungsi layanan dan program

bimbingan dan penuluhan

9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

10)memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan

guna keperluan pembelajaran.9

Dalam pelaksanaan pembelajaran, seorang guru memegang

peranan yang sangat penting. Berhasil tidaknya suatu pembelajaran

tergantung pada peran seorang guru. Peran guru dalam proses

pembelajaran ialah meliputi :

1) Guru sebagai demonstrator

2) guru sebagai pengelola

9

(35)

3) Guru sebagai mediator

4) Guru sebagai evaluator.10

e. Metode pembelajaran al-Qur’>an

Prinsip pembelajaran membaca al-Qur’>an pada dasarnya dilakukan dengan bermacam-macam metode. Metode itu adalah sebagai berikut :

1) guru membaca terlebih dahulu, kemudian disusul murid. Dengan

metide ini guru dapat menerapkan cara membaca huruf dengan benar

melalui lidahnya. sedangkan anak akan dapat menyaksikan dan

mendengarkan langusng praktik keluarnya huruf dari lidah guru untuk

ditirukannya. Metode ini diterapkan oleh Nabi kepada sahabatnya.

2) murid membaca di depan guru, sedangkan guru menyimaknya.

Metode ini dikenal dengan istilah “sorogan” (bahasa Jawa) atau

’ardul qira’ah” atau setoran bacaan. Metode ini dipraktikkan oleh

Rasulullah SAW bersama dengan malaikat Jibril as ketika dites

bacaan al-Qur’an di bulan Ramadhan.

3) guru mengulang-ulang bacaan, sedang murid menirukan kata-perkata

dan perkalimat juga secara berulang-ulang hingga terampil dan

benar.11

10

Moh. Uzer, Menjadi Guru…, 9-11. 11

(36)

Selain metode di atas dalam mengajarkan membaca dan menulis

huruf arab terutama al-Qur’>an, menurut Syeikh Mustafa seorang guru hendaknya mengikuti metode-metode berikut :

1) mendengarkan bacaan anak dan memperhatikan cara membacanya

secara seksama

2) mengulang-ulang bacaan lebih dari satu kali

3) menerapkan metode memberi ganjaran dan sanksi terhadap anak

4) memperhatikan kemampuan anak dan kesiapannya untuk membaca

dan atau menghafal al-Qur’>an

5) mendorong anak untuk membaca al-Qur’>an dengan tujuan ibadah dan tadabbur (merenung), menghayati kandungan makna-maknanya,

perintah-perintahnya, larangan-laranganya, janji-janjinya, dan

ancaman-ancamannya.12

Di antara metode khusus yang dapat digunakan untuk

mempermudah siswa dalam membaca al-Qur’an antara lain:

1) Metode Talaqqi (musyafahah/meniru)

Yaitu metode pembelajaran al-Qur’>an dimana guru dan murid berhadap-hadapan secara langsung. Pembelajaran membaca al-Qur’>an dengan cara guru membaca terlebih dahulu, kemudian disusul

siswa. Dengan penyampaian seperti ini guru dapat menerapkan cara

membaca huruf dengan benar melalui lidahnya. Sedangkan anak

dapat melihat dan menyaksikan langsung praktek keluarnya huruf

12

(37)

dari lidah guru untuk ditirukannya, yang disebut musyafahah.13

Metode ini cocok digunakan untuk tahap awal, proses pengenalan

kepada anak-anak pemula, sehingga siswa mampu mengekspresikan

bacaan-bacaan huruf hijaiyah secara tepat dan benar.

2) Metode Iqra’

Cara belajar dengan model Iqra’ ini pernah dijadikan proyek

oleh Departemen Agama RI sebagai upaya untuk mengembangkan

mint abaca terhadap al-Qur’an. Secara umum pembelajaran dengan

metode Iqra’ adalah sebagai berikut :

a) adanya buku yang mudah dibawa dan dilengkapi dengan

beberapa petunjuk teknis pembelajaran bagi guru.

b) cara belajar siswa Aktif (CBSA)

c) Bersifat privat (individual).

d) Guru mengajar dengan pendekatan yang komunikatif.

e) penggunaan system pembelajaran yang variatif dengan cerita dan

nyanyian religious.

f) menggunakan bacaan secara langsung sehingga lebih mudah

diingat

g) sistematis dan mudah diikuti: pembelajaran dilakukan dari yang

mudah ke yang sulit, dari yang sering didengar dan mudah

diingat ke yang sulit didengar dan diingat.

13

(38)

h) buku Iqra’ bersifat fleksibel untuk segala umur.

3) Metode Tilawati

Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim terdiri

dari Drs.H. Hasan Sadzili, Drs H. Ali Muaffa dkk. Kemudian

dikembangkan oleh Pesantren Virtual Nurul Falah Surabaya. Metode

Tilawati dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang

berkembang di TK-TPA, antara lain :

Mutu Pendidikan Kualitas santri lulusan TK/TP Al Qur’an

belum sesuai dengan target.

Kualitas santri lulusan TK/TP Al Qur’an

belum sesuai dengan target.

Metode Pembelajaran Metode pembelajaran masih belum

menciptakan suasana belajar yang

kondusif. Sehingga proses belajar tidak

efektif.

Pendanaan Tidak adanya keseimbangan keuangan

antara pemasukan dan pengeluaran.

Waktu pendidikan Waktu pendidikan masih terlalu lama

sehingga banyak santri drop out sebelum

khatam al-Qur’>an.

14

(39)

Kelas TQA Pasca TPA TQA belum bisa terlaksana.

Metode Tilawati memberikan jaminan kualitas bagi

santri-santrinya, antara lain :

a) Santri mampu membaca Al-Qur'an dengan tartil.

b) Santri mampu membenarkan bacaan Al-Qur'an yang salah.

c) Ketuntasan belajar santri secara individu 70 % dan secara

kelompok 80%.

Prinsip-prinsip pembelajaran Tilawati :

a) Disampaikan dengan praktis.

b) Menggunakan lagu Rost.

c) Menggunakan pendekatan klasikal dan individu secara

seimbang.15 4) Metode Qiro’ati

Metode Qira’ati ditemukan oleh K.H. Dahlan Salim

Zarkasyi. Qira’ati disusun dengan sistem modul/paket, artinya paket

pengajaran yang memuat satu unit konsep dari materi pelajaran.

Dalam hal ini murid dituntut harus menguasai satu unit pelajaran

sebelum ia beralih pada unit berikutnya.

Tujuan system pengajaran Qira’ati adalah agar siswa dapat

membaca al-Qur’a>n dengan tartil. Secara umum pengajaran Qira’ati adalah sebagai berikut :

15

(40)

a) klasikal dan privat

b) guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok

bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri (CBSA)

c) Siswa membaca tanpa mengeja

d) Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan

tepat dan cepat

5) Metode al-Barqi

Metode al-Barqi dapat dinilai sebagai metode paling cepat

membaca al-Qur’an yang paling awal. Metode ini ditemukan oleh

dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya dulunya yang

sekarang sudah menjadi UIN Sunan Ampel, Muhajir pada tahun

1965.

Metode ini disebut juga metode ANTI LUPA karena

mempunyai struktur yang apabila pada saat siswa lupa dengan

huruf-huruf/ suku kata yang telah dipelajari, maka ia akan dengan mudah

dapat mengingat kemabli tanpa bantuan guru. Penyebutan anti lupa

itu sendiri adalah hasil penelitian yang dilakukan oelh Departemen

Agama RI.

Keuntungan yang didapat dengan menggunakan metode ini

adalah :

a) bagi guru (guru mempunyai keahlian tambahan sehingga dapat

(41)

b) bagi murid (murid merasa cepat belajar sehingga tidak merasa

bosan dan menambah kepercayaan dirinya karena sudah bisa

belajar dan menguasainya dalam waktu singkat hanya satu level

sehingga biayanya lebih murah)

c) bagi sekolah (sekolah menjadi lebih terkenal karena

murid-muridnya mempunyai kemampuan untuk menguasai pelajaran

lebih cepat dibandingkan dengan sekolah lain).16 6) Metode Jibril

Secara terminology, Metode Jibril adalah metode yang

dilatarbelakangi perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW

untuk mengikuti bacaan al-Qur’>an yang telah diwahyukan melalui malaikat Jibril. Menurut KH. M. Bashori Alwi (dalam Taufiq

ar-Rohma>n) sebagai pencetus metode Jibril, bahwa teknik dasar metode Jibril bermula dengan membaca satu ayat atau lanjutan ayat atau

waqaf. Lalu ditirukan oleh seluruh murid yang mengaji. Sehingga

mereka dapat menirukan bacaan guru dengan pas dan tepat. Metode

Jibril terdapat 2 tahap yaitu Tahqiq dan Tartil.17

16

Komari, Metode Pengajaran Baca Tulis al-Qur’an, dari www.wahdah.or.od, 03 Nopember 2014.

17

(42)

B. Problematika Pembelajaran al-Qur’a>n

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, problematika diartikan sama

dengan permasalahan, yang berasal dari bahasa inggris “problem” yaitu

something that is difficult to deal with or understand. Maksudnya problem adalah

suatu perkara yang membutuhkan pemikiran untuk menentukan penyelesaiannya.

Sedangkan, problematik merupakan kata sifat dari problem yang berarti masalah

yang merupakan sebuah persoalan.18 Problematika yang dimaksud penulis di sini adalah masalah-masalah yang dihadapi oleh sekolah maupun guru yang

menyelenggarakan program TQ di SMP Khadijah.

Bahasa al-Qur’>an adalah bahasa Arab, yakni bahasa yang asing bagi orang Indonesia, maka dalam mempelajari al-Qur’>an akan menemui kesulitan atau problem yang harus diatasi, baik yang bersifat linguistic maupun non

linguistik.

a. Hambatan yang bersifat Linguistik

1) Problem Membaca

Belajar membaca al-Qur’>an artinya belajar mengucapkan lambang-lambang bunyi (huruf) tertulis. Walaupun kegiatan ini

nampaknya sederhana, tetapi bagi siswa pemula merupakan kegiatan

yang cukup kompleks, karena harus melibatkan berbagai hal yaitu

pendengaran, penglihatan, pengucapan di samping akal pikiran. Kedua

hal terakhir ini bekerja secara mekanik dan simultan untuk melahirkan

perilaku membaca. Ditambah lagi materi yang dibaca adalah rangkaian

18

(43)

kata-kata Arab yang banyak ebrbeda system bunyi dan penulisannya

dengan yang mereka kenal dalam bahasa ibu dan bahasa

Indonesia.19Dan belajar membaca huruf latin Arab jelas berbeda, selain bentuk dan susunan hurufnya berbeda, suku kata dan fonetiknya pun

berbeda.

2) Problem Menulis

Tulisan yang dimaksud adalah tulisan Arab yang berbeda dengan

tulisan bahasa siswa. Hal ini bagi siswa yang belum mengenal sama

sekali tulisan Arab akan mengalami kesulitan, juga dalam belajar

menulis al-Qur’>an.20

Belajar menulis huruf latin dengan huruf Arab jelas berbeda,

selain bentuk dan susunan hurufnya berbeda, suku kata dan fonetiknya

pun berbeda. Kesulitan yang sering dialami yaitu menulis latin dimulai

dari kiri sedangkan menulis Arab dari kanan, menggabungkan huruf

yang satu dengan yang lainnya dalam kalimat, serta dalam memberi

harakat.

3) Problem Menghafal

Menghafal al-Qur’>an boleh sebagai langkah awal untuk memahami kandungan al-Qur’>an. Hal itu tidaklah terlepas dari berbagai macam problema. Adapun problema yang dihadapi oleh para penghafal

al-Qur’an itu secara garis besarnya adalah sebagai berikut :

19

Depag RI, Metode-Metode al-Qur’an di Sekolah Umum, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1997), 24.

20

(44)

a) menghafal itu susah

b) ayat-ayat yang sudah dihafal cenderung lupa lagi

c) banyaknya ayat-ayat yang serupa

d) gangguan kejiwaan

e) gangguan lingkungan

f) banyaknya kesibukan dan lain-lain.21

4) Problem Menerjemahkan

Penerjemah harus menguasai bahasa sumber secara integral

dalam bidang kebahasaan dari bahsa yang diterjemahkan yaitu dia harus

menguasai gramatikalnya, morfologinya, fonetiknya dan fonologinya.

Dalam menerjemahkan al-Qur’>an sering dijumpai problem tentang perbendaharaan kata, karena dalam al-Qur’>an banyak kata yang mempunyai banyak arti sehingga sulit untuk menentukan kata yang

tepat yang sesuai dengan konteks kalimatnya, menyusun subyek,

predikat, dan obyeknya. Hal itu dikarenakan al-Qur’>an susunannya berbeda dengan bahasa Indonesia.

5) Problem Memahami

Dalam al-Qur’>an untuk memahami dan memperoleh pengertian yang jelas tentang arti dan nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qur’>an perlu mempekerjakan akal. Dan cara mempekerjakan akal ialah

tafaqquh dan tadabbur sangat dianjurkan. Terutama jika membaca al-Qur’>an hendaknya memakai pikiran, lalu berusaha berbuat menurut

21

(45)

petunjuknya sehingga mencapai tujuan. Petunjuk Ilahi bagaimana cara

berpikir yang baik sehingga ia bisa memahami dan menafsirkan al-Qur’>an secara benar.22

b. Hambatan yang bersifat Non Linguistik

Menurut Kartini Kartono, sebab-sebab kesulitan belajar itu dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu:

1) Sebab-sebab endogen (dari dalam diri anak)

Sebab-sebab ini terdapat dua macam:

a) sebab-sebab yang bersifat biologis, yaitu yang berhubungan dengan

jasmaniah

b) sebab-sebab yang bersifat psikologis, yaitu sebab yang berhubungan

dengan kejiwaan anak.

2) Sebab-sebab eksogen (dari luar diri anak)

Sebab-sebab ini ada tiga macam, yaitu faktor sekolah, faktor keluarga,

faktor masyarakat23

Pada hakikatnya masalah adalah apabila ada kesenjangan (kekurangan

sesuatu) antara yang diharapkan dengan kenyataan, atau ungkapan antara teori

dan praktek tidak cocok. Apabila hal ini dibiarkan akan menjadi suatu kerugian,

menuntut berbagai kemungkinan jawaban untuk memecahkannya atau

memerlukan penelitian. Sedangkan yang dimaksud program adalah kegiatan

yang direncanakan dengan bersama-sama dalam sebuah wadah atau institusi.

22

Ali Yasir, Metode Tafsir al-Qur’an Praktis, (Yogyakarta: Yayasan PIRI, t.t), 53. 23

(46)

Dalam pembahasan tentang problematika pembelajaran al-Qur’>an. telah diketahui bahwa al-Qur’>an diturunkan dalam bahasa Arab, namun tidak ada halangan dan alasan bagi umat Islam untuk tidak mengakuinya sebagai kitab

suci, dan Allah SWT memberikan jaminan kemudahan untuk mempelajarinya,

sebagaimana tercantum dalam QS. Az Zukhruf dan Al Qomar sebagai berikut :

QS. Az Zukhruf 3 :

َلَعَل اًيِبَرَع اًنآْرُ ق ُاَْلَعَج اَنِإ

َنوُلِقْعَ ت ْمُك

Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya

kamu memahami (nya).24

QS. Al Qomar 17 :

ذلِل َنآْرُقْلا اَنْرَسَي ْدَقَلَو

ْك

َدُم ْنِم ْلَهَ ف ِر

رِك

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran,

maka adakah orang yang mengambil pelajaran?25

Dari hal tersebut, jika diungkapkan dalam bentuk lain seakan-akan Allah

SWT berkata : "Wahai orang-orang beriman, Sungguh…sungguh….sungguh

…sungguh…. telah Kami mudahkan Al Qurán untuk pelajaran (dipelajari)".

Apabila kita berbicara kepada seseorang dengan membuat penegasan

seperti itu, tentu dalam rangka meyakinkan dan menunjukkan bahwa ucapan kita

itu memang betul-betul seperti apa yang kita ucapkan. Jaminan inilah yang

24

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Gema Risalah Press, 1993), 794

25

(47)

semoga membuat kita menjadi optimis untuk semakin giat mempelajarinya,

termasuk didalamnya mempelajari tata bahasa Arab.

Kondisi riil di masyarakat kita, masih kita temukan kendala dalam

pembelajaran al-Qur’>an ini. Ada kecenderungan saat ini bahwa sebagian banyak umat Islam, menempatkan pembelajaran al-Qur’>an sebagai sesuatu yang tidak prioritas, sehingga terkesan asal anak-anak sudah diikutkan ngaji di lingkungan,

TPQ atau masjid sekitar, sudah dianggap cukup. Padahal belajar al-Qur’>an memerlukan kesungguhan, baik dalam hal waktu, metode dengan didukung

sarana dan prasarana yang baik. Rasulullah SAW mengingatkan kita semua

dengan sabdanya :

ُسُرْدَي اَمَك ُمَاْسِاْا ُسُرْدَي

َ ثلا ُىْثَو

ّٰتَح . ِبْو

ماَيِِ اَم َرْدُيَا

َاَو

َاَِ

َاَو ة

ُسُن

ٰرْسُيَلَو ، ةَقَدَِ َاَو ك

ٰلَع

ِبَتِك ى

َزَع ِها

َو

ٰقْ بَ ي َاَف ةَلْ يَل ِِ َلَج

ِِ ى

ٰا ُِْم ِضْرَاْا

ٰقْ بَ يَو ةَي

ِئاَوَط ى

َشَا : ِساَلا َنِم ُف

َو ُرْ يِبَكْلا ُخْي

ا

: َنْوُلاُقَ ي ، ُزْوُجَعْل

ٰا اَْكَرْدَا

ٰلَع اََعاَب

ٰ ى

ٰلِاَا ،، : ِةَمِلَكْلا ِِذ

َاِا َ

ْوُقَ ن ُنْحََ ف ُها

. اَُُ

“(Kelak) Islam akan mengalami kelunturan seperti lunturnya batik baju,

sehingga tidak diketahui lagi apa itu shalat, puasa, ibadah dan sedekah. Dan

Al-Qur’an sungguh akan dibawa pergi, sehingga tak ada satupun yang tersisa di

muka bumi ini. Golongan manusia yang tersisa adalah Kakek dan Nenek.

Mereka berkata: “Kami mendapatkan kalimat seperti ini dari nenek moyang

kami : Laa Ilaaha Illallah, oleh karena itu kami mengucapkannya.”

Peringatan Rasulullah ini sangat tegas dan jelas, kalau kita tidak

(48)

senantiasa belajar dan mengajarkan al-Qur’>an, maka pasti akan datang masa, saat

al-Qur’>an menjadi tinggal namanya.

Dalam upaya memasyarakatkan al-Qur’>an, saat ini muncul berbagai macam metode yang cukup membantu mempermudah proses belajar membaca

al-Qur’>an. Namun problem secara umum yang ditemui dalam pembelajaran al-Qur’>an saat ini adalah :

1. Mutu Pendidikan

Sebagai suatu konsep, mutu seringkali ditafsirkan dengan beragam

definisi, bergantung kepada pihak dan sudut pandang mana konsep itu

dipersepsikan. Dengan demikian, arti mutu pendidikan ini berkenaan denagn

apa yang dihasilkan dan siapa pemakai pendidikan tersebut. Ini akan

merujuk kepada nilai tambah yang diberikan oleh pendidikan, dan

pihak-pihak yang memproses serta menikmati hasil-hasil pendidikan.26

Dalam Pendidikan al-Qur’>an, Standar kualitas hasil belajar santri/siwa tidak sama. Dalam satu lembaga yang diajar oleh ustad (guru ngaji) yang

sama, kualitas hasil belajar santri berbeda secara ekstrim, semestinya

memang tidak bisa seragam 100%, namun jenjang yang terlalu jauh

menunjukkan bahwa ada sesuatu yang kurang dalam proses pembelajaran,

baik itu dari unsur santri (siswa), ustadz, sarana, ataupun metode yang

dipakai.

26

(49)

2. Kualifikasi Pengajar

Dalam proses pembelajaran, guru memegang peranan yang penting.

Guru adalah creator prose pembelajaran. Ia adalah orang yang akan

mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk megkaji apa yang menarik

minatnya, mengekspresikan ide dan kreatifitasnya dalam batas-batas norma

yang ditegakkan secara konsisten. Guru akan berperan sebagai model bagi

anak didik. Kebesaran jiwa, wawasan dan pengetahuan guru atas

perkembangannya akan mengantarkan para siswa menciptakan masa depan

yang lebih baik.27

Banyak dijumpai di lingkungan masyarakat kita, bahwa ratio guru

ngaji dengan jumlah santri tidak seimbang. Jumlah guru ngaji lebih sedikit

dibandingkan santri yang siap diajar, itupun dengan kualitas guru yang tidak

merata, bahkan ditemukan ustadz yang bermodalkan nekat karena tidak

adanya guru ngaji yang siap ngajar. Tidak jarang juga kita jumpai, orang

yang bagus bacaan al-Qur’>an -nya, tapi tidak bisa atau tidak mau atau tidak sempat mengajar al-Qur’>an, sementara ada yang semangat mengajar, tapi kemampuannya sangat terbatas.

3. Lama Waktu Belajar Tidak Pasti

Model pembelajaran al-Qur’>an di lingkungan kita, belum memiliki standar waktu yang jelas dalam mencapai target yang diinginkan.

Seandainya ada orang tua santri yang bertanya kepada guru ngaji atau kepala

TPA/TPQ, berapa lama yang dibutuhkan anak sejak belajar dari nol sampai

27

(50)

dengan khatam Al quran, maka jawaban yang diberikan adalah tidak pasti

tergantung kemampuan anak. Padahal bukan itu jawaban yang diinginkan,

orang tua santri ingin jawaban pasti, sehingga bisa membuat rencana jadwal

bagi anaknya, kapan saatnya hatam al-Qur’>an, kapan harus ikut kursus pengayaan, kapan harus ikut les tambahan / kegiatan ekstra.

Tidak jarang kita temukan, seorang anak yang rajin tiap hari belajar

ngaji ke masjid, mushola atau TPQ sampai terbilang hitungan tahun, tapi

hasilnya juga tidak jelas, dan problem terbanyak saat ini adalah banyak

santri Drop Out, belum tuntas belajar baca al-Qur’>an, belum lancar membaca, bahkan jauh dari hatam 30 juz, karena tuntutan sekolah untuk les

tambahan atau ekstra, sehingga aktivitas belajar al-Qur’>an dinomor-sekiankan.

4. Metode Pembelajaran yang dipakai kurang / tidak dikuasai

Berkembangnya berbagi metode membaca al-Qur’>an saat ini, memang memperkaya variasi proses belajar, namun apabila penggunaan metode yang

dipilih oleh guru ngaji maupun lembaga, tidak mentaati standar yang

disyaratkan oleh pembuat metode, maka sejak proses pembelajaran sampai

dengan produk santri yang dihasilkan tidak standar.28

Kita juga temukan dalam satu lembaga Taman Pendidikan al-Qur’>an, semua guru menggunakan metode yang sama, tapi dalam pengajarannya

tidak seragam, masing-masing guru mempunyai pola sendiri-sendiri,

sehingga ketika ada guru yang berhalangan (tidak hadir) dan santrinya

28

(51)

dilimpahkan kepada guru lainnya, akan dijumpai ketidaknyamanan belajar

akibat tidak adanya standararisasi guru terhadap metode yang dipakai.

Di hampir sebagian besar lembaga, metode yang dipilih saat ini belum

bisa mendisiplinkan santri, sehingga terkesan suasana belajar santri menjadi

gaduh, tidak teratur dan bahkan seperti liar, karena saat guru menyimak satu

orang santri, santri lainnya yang jumlahnya belasan, tidak mendapatkan porsi

perhatian yang sepadan, sehingga mereka melakukan aktivitas “sekedarnya”,

seperti menggambar, menulis, dan tidak jarang yang bermain-main bahkan

meninggalkan ruang belajar.

C. Komponen-komponen Pendukung dan Penghambatan dalam Proses Pembelajaran atau pendidikan

1. Komponen pendukung

Komponen adalah bagian dari suatu system yang memiliki peran

dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan

system. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari system proses

pendidikan yang menentukan berhasil dan tidak. Pertama, komponen

perangkat keras (hardware), yang meliputi ruangan belajar, peralatan

praktik, laboratorium, perpustakaan; kedua, komponen perangkat lunak

(software) yaitu meliputi kurikulum, program pengajaran,

manajemen sekolah, system pembelajaran; ketiga, apa yang disebut dengan

perangkat pikir (brainware) yaitu menyangkut keberadaan guru, kepala

sekolah, anak didik dan orang-orang yang terkait dalam proses pendidikan itu

(52)

Dari tiga kelompok komponen di atas, maka yang menjadi

penentu terlaksananya proses pendidikan. Bahwa dapat diartikan untuk

berlangsungnya proses pendidikan yang sukses dan berhasil diperlukan

beberapa komponen-komponen pendukung.

Ada beberapa komponen yang menentukan kesuksesan dan

keberhasilan dalam pendidikan. Komponen-komponen itu dapat

diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Suksesnya belajar dan berhasilnya

suatu pendidikan sangat (dominan) ditentukan oleh komponen

tenaga pendidik, dalam hal ini guru di sekolah. Meskipun di suatu sekolah

fasilitasnya memadai, bangunannya bertingkat; meskipun kurikulumnya

lengkap, program pengajarannya hebat, manajemennya ketat, sistem

pembelajarannya oke, tapi para tenaga pengajarnya (guru) sebagai

aplikator di lapangan tidak memiliki kemampuan (kualitas) dalam

penyampaian materi, cakap menggunakan alat-alat tekhnologi yang

mendukung pembelajaran, maka tujuan pendidikan akan sulit

dicapai sebagaimana mestinya. Disini hendaknya setiap guru harus

memahami fungsinya karena sangat besar pengaruhnya terhadap cara

bertindak dan berbuat dalam menunaikan pekerjaan sehari-hari dikelas dan di

masyarakat. Guru yang memahami kedudukan dan fungsinya sebagai

pendidik professional, selalu terdorong untuk tumbuh dan berkembang

sebagai perwujudan perasaan dan sikap tidak puas terhadap pendidikan.

(53)

teknologi.29 Mantan Mendikbud, Fuad Hassan juga pernah mengingatkan,bahwa tanpa guru yang menguasai materinya mustahil suatu

sistem pendidikan berikut kurikulum serta muatan kurikulernya dapat

mencapai hasil sebagaimana yang diidealkan.

2. Komponen Penghambat

Selain komponen pendukung, tentu juga ada komponen

penghambatnya. Hambatan itu bisa datang dari guru sendiri, dari peserta

didik, lingkungan keluarga ataupun karena factor fasilitas30. a. Guru

Guru sebagai seorang pendidik, tentunya ia juga mempunyai

banyak kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu bisa menjadi penyebab

terhambatnya kreatifitas pada diri guru tersebut. Diantaranya ialah:

1) Tipe kepemimpinan guru

Tipe kepemimpinan guru dalam proses belajar mengajar

yang otoriter dan kurang demokratis akan menimbulkan sikap pasif

peserta didik. Sikap peserta didik ini merupakan sumber masalah

pengelolaan kelas31.

Siswa hanya duduk rapi mendengarkan dan berusaha

memahami kaidah-kaidah pelajaran yang diberikan guru tanpa

diberikan kesempatan untuk berinisiatif dan mengembangkan

29

H. Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta: Haji Masagung,1989), 121.

30

Ibid,…. 130. 31

(54)

kreativitas dan daya nalarnya. Sebagai pemimpin, guru sebaiknya

tidak hanya tahu dan mengerti materi pembelajaran, tetapi harus

dapat melaksanakan.33 2) Gaya guru yang monoton

Gaya guru yang monoton akan menimbulkan kebosanan

bagi peserta didik, baik berupa ucapan ketika menerangkan pelajaran

ataupun tindakan. Ucapan guru dapat mempengaruhi motivasi

siswa.34

3) Kepribadian guru

Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersifat hangat,

adil, obyektif dan bersifat fleksibel sehingga terbina suasana

emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.

Artinya guru menciptakan suasana akrab dengan anak didik dengan

selalu menunjukan antusias pada tugas serta pada kreativitas semua

anak didik tanpa pandang bulu.35 4) Pengetahuan guru

Terbatasnya pengetahuan guru terutama masalah

pengelolaan dan pendekatan pengelolaan, baik yang sifatnya teoritis

maupun pengalaman praktis, sudah barang tentu akan menghambat

32

Masnur dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikdasmen, 1987),109.

33

Burhanuddin, Analisis Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Malang : Bumi Aksara, 1994).46

34

Masnur dkk, Strategi Belajar,….110. 35

(55)

perwujudan pengelolaan kelas dengan sebaik-baiknya. Oleh karena

itu, pengetahuan guru tentang pengelolaan kelas sangat diperlukan.36 5) Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta

didik dan latar belakangnya

Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku

peserta didik dan latar belakangnya dapat disebabkan karena

kurangnya usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta didik

dan latar belakangnya. Karena pengelolaan pusat belajar harus

disesuaikan dengan minat, perhatian dan bakat para siswa, maka

siswa yang memahami pelajaran secara cepat, rata-rata dan lamban

memerlukan pengelolaan secara khusus menurut kemampuannya.

Semua hal diatas member petunjuk kepada guru bahwa dalam proses

belajar mengajar diperlukan pemahaman awal tentang perbedaan

siswa satu sama lain37. b. Peserta didik

Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang

individu dalam suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka

harus tahu hak-haknya sebagai bagian dari suatu kesatuan masyarakat

disamping mereka juga harus tahu akan kewajibannya dan keharusan

menghormati hak-hak orang lain dan t

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan nilai wajar dalam menilai aset perusahaan dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian yang tidak direalisasi keuntugan atau kerugian yang tidak

Asli Surat Pernyataan yang dibuat sendiri oleh yang bersangkutan di atas kerlas bermaterai cukup (Rp. 6.000), bahwa bersedia untuk tidak merangkap sebagai Pejabat

Berbeda dengan kedua faktor produksi yang terdahulu, maka sisternlmetode produksi merupakan faktor yang tidak dapat dilihat secara fisik tetapi justru sangat besar

Pada kuadran ini karyawan memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap kinerja aktual organisasi/perusahaan namun kinerja aktual organisasi/perusahaan dipersepsikan rendah oleh

Media bahan alam dalam kegiatan untuk meningkatkan kemampuan mengurukan pola adalah media yang kongkret dan menarik sehingga anak kelompok A1 TK Desa Wonolopo lebih tertarik dan

[r]

Jika diperhatikan sektor unggulan Kabupaten Kulon Progo lebih banyak daripada Kota Yogyakarta, hal ini menunjukkan jumlah sektor unggulan saja tidak cukup

Dalam pengembangan kedepan, perbaikan adalah faktor yang harus dilakukan jika menginginkan sebuah sistem yang baik, karena analisis dan desain website ecommerce