• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SYAIR-SYAIR KARYA HABIB SYEKH BIN ABDUL QADIR ASSEGAF.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SYAIR-SYAIR KARYA HABIB SYEKH BIN ABDUL QADIR ASSEGAF."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Ahmad Nurus Shobah

NIM : D01211003

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)

ii

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SYAIR-SYAIR

KARYA HABIB SYEKH BIN ABDUL QADIR ASSEGAF

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Surabaya

Untuk memenuhi salah satu persyaratan

Dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Islam(S.Pd.I)

Oleh :

Ahmad Nurus Shobah

NIM : D01211003

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(3)

iii

Surabaya, 2016

AHMAD NURUS SHOBAH

(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Shobah,Ahmad Nurus. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Syair-Syair Karya

Habib Syekh Bin Abdul Qadir Assegaf. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama

Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing : M. Bahry Musthofa, M.Pd.I.

Kata Kunci : Pendidikan, Akhlak, Syair, Habib Syekh.

Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf sebagai pendakwah, memang belum dikenal secara luas di masyarakat. Namun di kalangan jamaah majelis shalawat atau kegiatan Maulidan, Habib Syekh cukup dikenal. Terutama karena ia memiliki suara yang sangat merdu. Dengan suara yang merdunya, Habib Syekh berhasil memikat kalangan muda sehingga mereka menyukai qashidah dengan syair-syair yang sebagian besar bersumber dari kitab Simthud Durar. Habib Syekh juga membacakan syair-syair karyanya yang sangat digemari oleh kaum muda. Syair-syair yang diciptakan sebagian besar berisi tentang ajakan memperbaiki akhlak sebagai seorang muslim juga berisi tentang ajakan cinta kepada Nabi dan para sahabatnya serta meneladani baginda Rasulullah SAW.

Yang menjadi fokus penelitan ini adalah Nilai-nilai pendidikan akhlak apa saja yang ada dalam syair karya Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf? Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak apa saja yang ada dalam syair karya Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf.

Jenis Penelitian skripsi ini adalah penelitian Kualitatif. Sumber Data Primer dalam penelitian ini adalah Syair-syair Karya Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf, Buku Gema Shalawat & Dakwah di Nusantara Bersama Habib Syekh Bin Abdul Qadir Assegaf sedangkan sumber sekunder adalah sumber yang relevan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai penddikan akhlak madzmumah dalam syair karya Habib Syekh yang terdapat dalam syair kebo sapi bait ke 6 dan 7 berisikan tentang nilai pendidikan mencegah diri dari mudah membid’ahkan orang lain, dan syair shalli

wasallim bait ke 7 berisikan nilai pendidikan agar menjagadiri dari berdua dengan yang

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN SAMPUL ...ii

ABSTRAK ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

TRANSLITRASI ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...3

C. Tujuan Penelitian ...3

D. Kegunaan Penelitian ...4

E. Batasan Penelitian ...4

F. Definisi Operasional ...5

G. Metode Penelitian ...6

H. Sistematika Pembahasan ...9

BAB II: KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Pendidikan Akhlak ...12

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Akhlak ...15

3. Macam-Macam Akhlak Dalam Islam ...22

B. Kajian Tentang Syair 1. Pengertian Syair ...32

2. Fungsi Syair ...34

3. Macam-Macam Syair ...35

(8)

B. Mualai Berdakwah ...39

C. Berdakwah Dengan Shalawat ...43

D. Syair-Syair Karya Habib Syekh ...46

E. Syekhermania ...53

BAB IV: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SYAIR-SYAIR HABIB SYEKH BIN ABDUL QADIR ASSEGAF A. Akhlak Madzmumah 1. Tidak Menutup Aurat. ...57

2. Berdua Dengan Bukan Mahram ...58

3. Mudah Membid’ahkan orang lain ...61

B. Akhlak Mahmudah 1. Mencari Ilmu ...64

2. Menjaga Shalat...65

3. Ukhuwah ...67

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ...71

B. Saran ...72

DAFTAR PUSTAKA

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhlak merupakan dasar dan landasan yang kokoh untuk kehidupan manusia, karena dengan pendidikan akhlak akan menjadikan hidup manusia bermanfaat, baik di rumah, madrasah maupun di masyarakat.

Pendidikan akhlak wajib dimulai dari lingkungan keluarga yaitu dengan diberi bimbingan dan petunjuk-petunjuk yang benar agar anak-anak terbiasa dengan adat dan kebiasaan yang baik. Mereka harus dilatih sedini mungkin berperilaku yang baik dari dalam keluarga. Sebab anak pada saat yang demikian ini dalam keadaan masih bersih dan mudah dipengaruhi atau dididik, ia ibarat kertas putih yang belum ada coretan tinta sedikitpun.

Pendidikan akhlak harus ditanamkan sejak anak masih dalam kandungan agar nantinya terbiasa dengan hal-hal yang baik. Hidupnya mempunyai pedoman baik di rumah, di madrasah maupun di lingkungan masyarakat yang dihadapinya.

(10)

2

artinya orang yang dapat dipercaya. Muhammad Saw sejak kecil hingga dewasa tidak pernah menyembah berhala, dan tidak pernah pula makan daging hewan yang disembelih untuk korban berhala-berhala seperti umumnya orang Arab jahiliyyah waktu itu. Ia sangat benci kepada berhala itu dan menjauhkan diri dari keramaian dan upacara-upacara pemujaan kepada berhala itu.1

Berdasarkan hal tersebut maka anak perlu sekali diperhatikan akhlaknya yang baik agar berguna dalam pembentukan pribadinya. Islam menuntut supaya para ibu dan bapak mendidik ana-anaknya dengan pendidikan keagamaan, akhlak serta ketrampilan dengan berbagai ilmu pengetahuan. Alangkah bahagianya jika mempunyai anak yang mau menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai idola dan contoh dalam kehidupan sehari-harinya, karena hanya rasullah yang pantas dijadika teladan dalam segala hal. Firman Allah SWT :









































Artinya:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”.2

Dalam sebuah hadits juga dijelaskan, bahwa nabi Muhammad SAW di dunia ini untuk menyempurnakan akhlak yang baik

1 Tim Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Muqaddimah), (Jakarta,

1984), 58.

2 Tim Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT Karya Toha

(11)

“Dari Abu Hurairah r.a berkata : Rasulullah Saw bersabda : sesungguhnya

aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang saleh (baik)”. HR. Bukhari.3

Manusia berusaha untuk membina dan membentuk akhlaknya melalui sarana yang disebut pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu alat kemajuan dan ketinggian bagi seseorang dan masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan dapat disampaikan melalui beberapa cara dan media dan dan pendidikan dapat pula didapat dari berbagai sumber salah satunya adalah syair.

Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf sebagai pendakwah, boleh jadi belum dikenal secara luas di masyarakat. Namun di kalangan jamaah majelis shalawat atau kegiatan Maulidan, Habib Syekh cukup dikenal. Terutama karena tokoh yang satu ini memiliki suara yang sangat merdu. Suaranya yang berat, berwibawa lagi khas tidak hanya menyihir (menghipnotis) ribuan jamaah, tapi juga menghentak para kawula muda yang biasanya dengan berpakaian putih-putih mendatangi pengajian.

Dengan suara yang merdu ini, habib yang satu ini berhasil memikat kalangan muda sehingga mereka menyukai qashidah dengan syair-syair yang sebagian besar bersumber dari kitab Simthud Durar. Tidak jarang pula kemudian kalangan muda ikut bergabung dalam majelis shalawat yang sudah ada.

Sebenarnya syair-syair qashidah yang dibawakannya bukanlah syair puji-pujian yang baru, namun Habib Syekh berhasil membentuk dan mengemas irama pembacaan maulid tradisional menjadi lebih indah dan menggoda telinga yang

3 HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 273 (Shahiihul Adabil Mufrad no. 207),

Ahmad (II/381), dan al-Hakim (II/613), dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. Dishahih-kan oleh

(12)

4

mendengarnya. Selain itu dia juga mencipta sendiri lagu qashidah yang nada dan iramanya dapat diterima telinga masyarakat, baik masyarakat yang akrab dengan kegiatan majelis shalawat maupun masyarakat awam.4

Syair-syair yang diciptakan sebagian besar berisi tentang ajakan memperbaiki akhlak sebagai seorang muslim juga berisi tentang ajakan cinta kepada Nabi dan para sahabatnya serta meneladani baginda Rasulullah SAW.

Sehubungan dengan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini penulis akan mengkaji syair-syair karya Habib Syekh Abdul Qadir Assegaf sebagai tokoh dakwah muslim ditinjau dari pendidikan akhlak, mengingat pendidikan akhlak sangat penting bagi bangsa Indonesia. Judul penelitian yang penulis angkat adalah “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Syair-Syair Karya Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yang menjadi pokok kajian dalam penelitian ini, diantaranya adalah:

1. Nilai-nilai pendidikan akhlak apa saja yang ada dalam syair karya Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang hendak dikaji tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk:

(13)

1. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan akhlak apa saja yang ada dalam syair karya Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini dari skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain:

1. Bagi Perguruan Tinggi

Bagi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel khususnya Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah kepustakaan, juga dapat dijadikan dasar pengembangan oleh peneliti lain yang mempunyai minat pada kajian yang sama dan sekaligus sebagai penyelesaian tugas akhir bagi mahasiswa. Selain itu, universitas mampu membuktikan untuk mencetak mahasiswa yang berkompeten melalui adanya penelitian ini.

2. Bagi Peneliti

Dapat dijadikan rujukan guna pengembangan kreatifitas diri dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, utamanya dalam menanamkan nilai-nilai dan norma-norma agama kepada generasi muda sedini mungkin sehingga mereka benar-benar siap dalam menempuh kehidupan selanjutnya.

E. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

(14)

6

Selain dari pada itu, penulis menilai sangatlah perlu untuk menyajikan beberapa sub pembatasan masalah pada penelitian ini, mengingat terdapat beberapa syair yang dikenal oleh masyarakat sebagai syair Habib Syekh Abdul Qadir Assegaf namun sebenarnya Habib Syekh hanya melantunkannya saja bukan menciptakannya. Adapun syair karya Habib Syekh adalah sebagai berikut:

1. Syair Kebo Sapi. 2. Syair Repot.

3. Syair Shalli Wasallim. 4. Syair Uripe Nikmat.

F. Definisi Operasional

Untuk memperjelas penulisan penelitian ini serta menghindari adanya kesalahpahaman, maka akan dijelaskan secara singkat mengenai maksud dari masing-masing kata yang terdapat dalam judul penelitian ini, yaitu sebagaimana berikut:

1. Nilai

Nilai : banyak sedikitnya isi; kadar; mutu. 2. Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.5

3. Akhlak

Akhlak berarti budi pekerti, kelakuan.6

5 www.artikata.com/arti-325206-didik.php. (diakses tgl 13 Januari 2011, 12.00 AM)

(15)

4. Pendidikan Akhlak

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.7

5. Syair

Syair adalah puisi lama yg tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) yangg berakhir dengan bunyi yg sama.

6. Karya

Karya ialah suatu hasil perbuatan; buatan; ciptaan (terutama hasil karangan).

7. Habib

Habib merupakan gelar bagi bangsawan Timur Tengah. Ia merupakan keturunan Rasulullah SAW, melalui Fatimah Az Zahra dan Ali bin Abi Thalib.8

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Skripsi ini merupakan penelitian pustaka atau library research yang bersifat kualitatif. Penelitian pustaka merupakan penelitian yang datanya dikumpulkan dai buku-buku, jurnal, ensiklopedi, majalah surat kabar dan internet. Dalam Buku Panduan Penulisan Skripsi dijelaskan bahwa library

research adalah telaah yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah

7 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung : P.T. Al Ma’arif, 1989). 19

(16)

8

yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan.9

Andi Prastowo menerangkan bahwa penelitian kepustakaan adalah salah satu jenis metode penelitian kualitatif yang lokasi penelitian dilakukan di pustaka, dokumen, arsip, dsb. Atau dengan kata lain metode penelitian ini tidak menuntut peneliti untuk terjun ke lapangan melihat fakta secara langsung.10

2. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, yang menjadi sumber rujukan adalah sumber primer maupun sekunder, antara lain:

a. Sumber data primer

Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini tentu sebuah syair karya Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf seperti syair Kebo

Sapi, dan syair Repot dan sebuah buku Gema Shalawat & Dakwah di

Nusantara Bersama Habib Syekh Bin Abdul Qadir Assegaf yang

memuat kisah Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf. b. Sumber data sekunder

Sedangkan yang menjadi sumber sekunder dalam penelitian ini adalah buku Para Habaib Terkemuka Indonesia, serta sumber data lain yang memiliki relevansi dengan penelitian ini.

9 Tim Penyusun Buku Pedoman Penulisan Skripsi Program Strata Satu Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel, Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi, (Surabaya:

HMJ PAI, 2013), 10.

10 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian,

(17)

3. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: (1) tes, (2) angket, (3) wawancara, (4) observasi, dan (5) telaah dokumen. Dari kelima teknik pengumpulan data tersebut, peneliti menggunakan teknik telaah dokumen atau biasa disebut dengan studi dokumentasi. Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.

Dokumentasi merupakan salah satu teknik mengumpulkan data dengan cara mencari atau mengumpulkan data terkait dengan permasalahan yang diteliti, mulai dari buku, jurnal, majalah, internet dan sebagainya. Sebagaimana yang dijelaskan Suharsimi Arikunto bahwa dokumentasi merupakan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.11

Dalam melaksanakan studi dokumentasi ini peneliti memilih syair-syaiir karya Habib Syekh sebagai bahan dalam pengumpulan data tersebut.

Langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitian adalah sebagai berikut:

a. Peneliti membaca secara komprehensif dan kritis yang dilanjutkan dengan mengamati nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam syair karya Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf. Dan dari kegiatan ini peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan rumusan masalah.

11 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). ( Jakarta:

(18)

10

b. Peneliti mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menganalisis syair sesuai dengan rumusan masalah.

Dari langkah-langkah di atas diperoleh data verbal sebagai berikut: (1) data berupa paparan bahasa yang mengemban nilai-nilai akhlak, (2) data berupa paparan bahasa yang mengemban nilai-nilai akhlak, (3) bahan untuk merelevansi nilai-nilai akhlak dalam syair karya Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf dengan Al-Qur’an dan Hadits.

4. Analisis Data

Dalam menganalisis data, maka penulis menggunakan analisis isi atau analisis konten, yaitu teknik penelitian yang digunakan untuk mengetahui simpulan dari sebuah teks/wacana, atau mengungkap gagasan penulis yang termanifestasi maupun yang laten. Hal ini seperti yang diungkapkan Klaus Krippendorff dalam bukunya Analisis Isi bahwa analisis isi merupakan teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel) dan sahih data dengan memperlihatkan konteksnya.12

Menurut Patton, dalam metodologi penelitian kualitatif, istilah analisis menyangkut kegiatan (1) pengurutan data sesuai dengan tahap permasalahan yang akan dijawab, (2) pengorganisasian data dalam formalitas tertentu sesuai dengan urutan pilihan dan pengkategorian yang akan dihasilkan, (3) penafsiran makna sesuai dengan masalah yang harus dijawab.13

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika dari pembahasan penelitian ini terdiri dari beberapa bab antara lain:

12 Klaus Krippendorff, Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 1993), 15.

(19)

Bab I : Pada bab ini merupakan bagian pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup dan batasan masalah, definisi operasional, metode penelitian serta sistematika pembahasan. Bab II : Pada bab ini akan dikemukakan mengenai gambaran konsep

pengertian pendidikan Akhlak serta dasar dan tujuannya.

Bab III : Pada bab ini akan dibahas mengenai biografi Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf, mengkaji latar belakang kehidupannya, serta syair syair karya Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf. Bab IV : Pada bab ini akan dipaparkan mengenai nilai- nilai pendidikan

Akhlak yang terdapat dalam syair karya Habib Syekh serta analisis relevansinya dengan Al-Qur’an dan Hadits.

(20)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Pendidikan Akhlak

Sebelum penulis membahas dan menjelaskan pengertian pendidikan akhlak, terlebih dahulu di sini penulis memberikan pengertian secara terpisah dari dua istilah tersebut yaitu pendidikan dan akhlak. Beberapa pendapat para ahli tentang pengertian tersebut sebagai berikut :

a. Pendidikan

Dalam pengertian tentang pendidikan, para ahli ilmu pengetahuan berbada pendapat, diantaranya adalah :

1) Menurut Ngalim Purwanto, bahwa “ Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak – anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah

kedewasaan.”1

2) Menurut Ahmad D. Marimba, bahwa “ Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama. “2

3) Suwarno mengutip pendapat Ki Hajar Dewantara. “Adapun maksud pendidikan yaitu menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak – anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai

1 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung; Remaja Rosda

Karya, 2000), 11

2 Ahmad D. Marimba, Op. cit., 19

(21)

anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan bahagia setinggi –tingginya.”3

4) Menurut M. Arifin, “ Pendidikan yang benar adalah yang memberikan kesempatan pada keterbukaan terhadap pengaruh dari

dunia luardan perkembangan dari diri anak didik. “4

5) M. Arifin mengutip pendapatnya Mortimer J. Adler mengartikan,

“Pendidikan adalah proses dengan mana semua kemampuan

manusia (bakat kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurakan dengan kebiasaan – kebiasaan yang baik melalului sarana yang secara artistic dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang

baik.”5

Dari beberapa pendapat ahli pendidikan di atas, maka di sini penulis dapat mengambil kesimpulan, bahwa pendidikan adalah suatu proses bimbingan secara sadar dari pendidik untuk mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar siswa agar membuahkan hasil yang baik, jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan, cerdas dan pandai, hatinya penuh iman kepada Allah SWT dan membentuk kepribadian utama.

b. Akhlak

Beberapa ahli yang mendifinisikan tentang akhlak, diantaranya adalah:

1) Menurut Ibnu Maskawih “Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (terlebih dahulu).”6

3 Kartini, Kartono, Bimbingan dan dasar - dasar Pelaksanaannya (Jakarta; Rajawali, 198

), 2

4 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta; Bumi Aksara, 2000 ), 18

5Ibid, hlm. 20

6 Humaidi Tatapangsara, TIM Dosen Agama Islam, Pendidikan Agama Islam untuk

(22)

3

2) Menurut Imam Al – Ghozali “Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari sifat itu timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (terlebih dahulu). “7

3) Al – Qurthuby mengatakan “Suatu perbuatan manusia bersumber dari adab kesopanannya disebut akhlak, karena perbuatan itu

termasuk bagian dari kejadiannya. “8

4) Di dalam Ensiklopedi pendidikan dikatakan bahwa akhlak ilah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sifat jiwa yang benar terhadap khaliqnya dan sesama manusia.9

5) Menurut Abdulloh Dirroz “Akhlak adalah suatu kekuatan dalam bentuk kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilik pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlaq jahat)”.

Selanjutnya menurut Abdulloh Dirroz, perbuatan – perbuatan manusia yang dapat dianggap sebagai perwujudan dari akhlaknya, jika dipenuhi dua syarat:

Pertama : Jika perbuatan itu dilakukan berulang kali sehingga menjadi kebiasaan.

Kedua : Jika perbuatan itu dilakukan karena dorongan emosi-emosi jiwanya, bukan karena adanya tekanan-tekanan yang datang dari luar

7 Humaidi Tatapangsara, TIM Dosen Agama Islam, Ibid. 224

8 Mahjudin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta ; Kalam Mulia, 1996), 3

(23)

seperti paksaan dari orang lain sehingga menimbulkan ketakutan, atau bujukan dengan harapan-harapan yang indah dan sebagainya.10

Dari berbagai pendapat diatas dapatlah penulis simpulkan bahwa yang dimaksud “akhlaq“ adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan-perbuatan baik dan buruk dengan mudah tanpa melalui pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu dan peruatan tersebut sudah menjadi kebiasaan.

Setelah kita mengetahui pengertian satu persatu daripada pendidikan dan akhlaq, maka kiranya dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pendidikan akhlak adalah suatu proses bimbingan atau pertolongan mendidik secara sadar pada siswa agar dalam jiwa anak tersebut tertanam dan tumbuh sikap serta tingkah laku atau perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam, sehingga dalam pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohaninya untuk membiasakan perbuatan baik dengan mudah tanpa melalui pertimbangan terlebih dahulu, akan tetapi perbuatannya didasarkan pada keimanan, dan juga terbentuklah kepribadian yang utama. 2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Akhlak

a. Dasar pendidikan akhlaq

Seperti yang telah kita maklumi bahwa pendidikan akhlaq adalah merupakan bagian daripada bidang studi pendidikan agama disekolah-sekolah. Oleh karenanya dasar operasional yang digunakan oleh pendidian akhlaq adalah sama dengan dasar operasional yang digunakan oleh pendidikan agama di sekolah-sekolah islam di Indonesia.

(24)

5

Adapun pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia itu mempunyai dasar yang cukup kuat. Dasar - dasar ini dapat dilihat dari tiga segi, yaitu : Segi Yuridis, Segi Religius, Segi Psikologis. 11

1) Segi yurudis / hukum.

Yang dimaksud dasar segi yuridis / hukum adalah dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama secara langsung ataupun ataupun tidak langsung dapat di jadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah-sekolah ataupun lembaga - lembaga pendidikan formal di Indonesia. Adapun bentuk dari dasar ini adalah sebagai berikut :

a) Dasar ideal, yakni dasar dari falsafat Negara kita, yaitu Pancasila khususnya sila pertama, yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa.

b) Dasar struktural / constitutional, yakni dasar dari UUD 1945 dalam Bab IX pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi : 1. Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing - masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. c) Dasar operasional, yaitu dasar yang secara langsung

mengatur pelaksanaan pendidikan Agama di sekolah-sekolah di Indonesia. Hal ini seperti yang terkandung dalam

(25)

GBHN yang pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukkan kurikulum di sekolah - sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai universitas-universitas negeri.

2) Segi religious.

Yang dimaksud dasar religious dalam urian ini adalah dasar-dasar yang bersumber dari agama Islam yang tertera dalam ayat Al -

Qur’an dan hadits.

Adapun ayat - ayat Al - Qur’an yang dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan pendidikan Akhlak ini antara lain :

a. Surat An – Nahl ayat 125, yang berbunyi :



















Artinya : “serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah

yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk “.12

b. Surat Ali Imron ayat 104, yang berbunyi :





















Artinya:“ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan

(26)

7

mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”13

c. Surat At - Tahrim ayat 6, yang berbunyi :

























Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada

mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”14

Selain dari ayat Al – Qur’an seperti yang tersebut diatas, juga berdasarkan hadits Nabi yang antara lain berbunyi :

نارِص ي ْ أ نادِ ي ا بأف ةرْطفْلا ىلع دل ي َاإ د لْ م ْنم ام

ناسِجمي ْ أ

Artinya :“ Tiadalah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan untuk percaya kepada Allah). Maka kedua

orang tualah yang menjadikan beragama Yahudi, Nasrani, maupun

Majusi “15

Dari ayat – ayat Al – Qur’an dan Hadits di atas, dapat kiranya kita ambil pengertian bahwa di dalam ajaran agama Islam memang ada perintah untuk mendidik agama anak, baik kepada orang lain sesuai dengan kemampuannya. Dan rupanya perintah ini juga menjadi

13 Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Ibid, hlm. 93

14Ibid, hlm. 951

(27)

pedoman atau dasar oleh para pendidik khususnya untuk melaksanakan pendidikan agama yang didalamnya juga sudah terkandung materi akhlaq.

Ringkasnya dasar pelaksanaan pendidikan akhlaq itu tidak beda dengan dasar pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah umum ataupun lembaga-lembaga pendidikan islam formal lainny di Indonesia.

3) Segi sosial Psikologis.

Yang dimaksud dengan dasar psikologis adalah dasar-dasar pelaksanaan agama yang bersumber pada perasaan jiwa sikap manusia akan adanya suatu dzat yang maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongannya. Semua manusia di dalam hidupnya didunia ini selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang di sebut agama.

(28)

9

pendidikan agama dari suatu generasi berikutnya, maka orang akan semakin jauh dari agama yang benar.

b. Tujan pendidikan akhlaq

Di dalam bab pendahuluan telah penulis katakan bahwa pendidikan akhlaq itu mempunyai peranan yang sangat besar dalam sejarah kehidupan manusia. Mengingat begitu besarnya peranan pendidikan akhlaq dalam pembentukan pribadi manusia, maka lembaga pendidikan formal ini mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tnggi negeri diwajibkan untuk memberikan pendidikan akhlaq pda peserta didiknya, satu hal yang perlu kita ingat adalah bahwa didalam melaksanakan penidikan akhlaq ini antara pendidikan yang dikelolah oleh Dedikbud Depag itu mempunyai nama yang berbeda.

Di Depdikbud pendidikan akhlaq ini termasuk dalam bidang studi agama islam dimana didalamnya sudah termuat materi pendidikan akhlaq. Sedangkan untuk di lembaga yang dikelola Depag yang dalam hal ini beberapa madrasah, maka pendidikan akhlaq itu merupakan salah satu dari dari berbagai bidang studi yang diajarkannya. Jadi pendidikan akhlaq dikemas dalam satu mata pelajaran khusus yang terpisah dengan pelajaran agama lannya.

(29)

dengan gaya bahasa yang agak berbeda namun semuanya mempunyai arah yang sama.

Diantara para ahli tersebut adalah :

1. Menurut Barwamie Umarie : Tujuan pendidikan akhlak adalah supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji, serta menghindari yang buruk, jelek, hina, tercela.16

2. Menurut Anwar Masy’ari : Akhlak bertujuan untuk mengetahui perbedaan perangai manusia yang baik dan yang jahat, agar manusia memegang teguh perangai – perangai baik dan menjauhi perangai – perangai yang jelek, sehingga terciptalah tata tertib dalam pergaulan bermasyarakat, tidak saling membenci dengan yang lain, tidak ada curiga – mencurigai, tidak ada persengketaan antara hamba Allah.17

3. Menurut Menurut Moh. Ahiyah Al – Abrasyi: Tujuan dari pendidikan moral dan akhlaq dalam Islam ialah untuk membuat orang – orang yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci.18

4. Menurut Mahmud Yunus : Sedikit berbeda dengan tokoh yang lain, Mahmud Yunus mengklasifikasikan pendidikan akhlak itu sesuai dengan jenjang lembaga pendidikan, artinya setiap jenjang pendidikan itu, pendidikan akhlak mempunyai tujuan sendiri- sendiri mulai dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Berdasarkan pada tujuan pendidikan akhlak seperti yang telah di uraikan oleh para ahli diatas, maka disini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa tujuan dari pendidikan akhlak secara umum adalah sebagai berikut :

16 Barmawie Umarie, Materi Akhlak, (Solo; Ramadhan, 1991), 2

17Anwar Masy’ari, Akhlak Al - Qur’an. (Jakarta; Kalam Mulia, 1990) , 23

18 M. Athiyah Al - Abrasyi, Dasar - Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta; Bulan

(30)

11

a) Untuk mewujudkan ketaqwaan kepada Allah SWT, cinta kebenaran dan keadilan secara teguh dan bertindak laku bijaksana dalam kehidupan sehari – hari.

b) Untuk membentuk pribadi manusia, sehingga mereka dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik.

c) Untuk membentuk pribadi pekerti luhur, sopan santun, berlaku baik dan sabar, serta rajin dan ikhlas beribadah kepada Allah SWT. agar menjadi muslim yang sejati.

3. Macam-macam Akhlak

Macam-macam atau pembagian akhlak itu tidak terlepas dari nilai dan perbuatan orang itu sendiri, apakah itu baik atau buruk. Adapun jika ditinjau dari segi sifatnya, akhlak terbagi dua macam, yakni akhlak yang baik, disebut akhlak mahmudah dan akhlak yang tercela, disebut akhlak madzmumah.19 Ulama’ akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan akhlak Nabi dan orang-orang Shiddiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan sifat syaithan dan orang-orang tercela.20

Akhlak pada umunya terbagi menjadi dua, diantaranya adalah akhlak baik (akhlakul karimah) dan akhlak buruk (akhlakul madzmumah). Berikut ini penjelasannya:

a. Akhlak baik (Akhlakul Karimah)

Yang dimaksud akhlak adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang pada Allah. Akhlak karimah

19 M. Solihin dan Rayid Anwar,

Akhlak Tasawuf, (Bandung: Nuansa, 2005), 107.

20 Mahjuddin,

(31)

dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji.21 Menurut Al Ghazali, berakhlak mulia atau terpuji artinya menghilangkan semua adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam agama Islam serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik, melakukannya dan mencintainya.22 Masih menurut Al Ghazali seperti yang dikutip Iman Abdul Mukmin, beliau berkata: Akhlak terpuji merupakan akhlak junjungan para Rasul dan amat penting dan amal paling utama para shiddiqin.

Akhlak terpuji merupakan separuh agama, buah jerih payah orang-orang yang bertaqwa dan taman para ahli ibadah. Sedangkan akhlak tercela merupakan racun yang membubuh, mencelakakan, membangkang, memalukan, dosa yang nyata dan kekejian-kekejian yang menjauhkan diri dari Rabbul‘alamin.23 Al Ghazali juga memandang bahwa prinsip dasar akhlak ada empat; bijaksana, berani, menjaga kehormatan dan adil. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bijaksana adalah keadaan dalam diri yang dengannya dapat diketahui yang benar dan yang salah dari tindakan-tindakan yang bersifat keinginan.

2. Berani adalah menjadikan kekuatan emosi sebagai penyelamat akal ketika menyalurkan kekuatan tersebut.

3. Menjaga kehormatan adalah membimbing kekuatan hawa nafsu

dengan etika akal dan syari’ah.

21

Abdullah Rasyid. Aqidah Akhlaq, (Bandung: Husaini,1989). 73 22

Zahruddin & Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlaq, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2004). 158

23

Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlaq Nabi; membangun kepribadian

(32)

13

4. Adil adalah keadaan dalam diri yang dengannya kebencian dan hawa nafsu menjadi hilang dibawa sesuai tuntutan kebijaksanaan.24 Menurut Hamka, ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk berbuat baik, diantaranya:

1. Karena bujukan atau ancaman dari manusia lain. 2. Mengharap pujian, atau karena takut mendapat cela. 3. Karena kebaikan dirinya (dorongan hati nurani). 4. Mengharap pahala dan surga.

5. Mendapat pujian dan takut azab Allah. 6. Mengharap keridhoan Allah semata.

Banyak macam-macam akhlak mahmudah diantaranya adalah: 1. „Iffah

Hafidz Hasan Al-Mas’udi dalam kitabnya yang berjudul “Taysirul

Kholaq” mengemukakan „Iffah adalah sikap menjaga diri dari sesuatu

yang haram sifat madzmumah dan tidak terpuji. Ia termasuk sifat dan akhlak yang amat mulia. Dari sifat inilah timbul banyak sifat mulia, misalnya sabar, hidup sederhana, suka memberi, cinta damai, takwa, tenang, berwibawa, menyayangi makhluk lain dan malu.25

2. Al-‘Afwu

Yaitu pemaaf dan mau bermusyawarah. Manusia tidak bisa lepas dari lupa dan kesalahan. Firman Allah dalam surat dan ayat yang

sama, yang artinya “…Sebab itu maafkanlah kesalahan mereka; dan

bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.”

24

Ibid, 239-240 25

(33)

3. Amanah/terpercaya

Sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang, baik berupa tugas, titipan harta, rahasia, dan amanat lainnya, mesti dipelihara dalam arti dilaksanakan sebagai mana mestinya. Demikian pula apabila berjanji, hendaknya di tepati. Allah berfirman dalam surat al-Mu’minun ayat 8

yang artinya, “Dan yang memelihara amanat dan janji mereka …

4. Al-Ukhuwah

Antara orang yang beriman dengan yang beriman lainnya

bersaudara. Allah berfirman dalam surat al-Hujurat ayat 10 yang

artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara. Sebab

itu demikianlah (perbaikilah hubungan) antara keduanya dan bertakwalah

kepada Allah, mudah-mudahan kamu mendapat rahmat (dari pada-Nya).

5. Muru’ah

(34)

15

6. Taat

Taat berarti melakukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan Tuhan, termasuk berbuat baik kepada sesama manusia dan lingkungan, dan dikerjakan oleh anggota lahir.

7. Sabar

Sabar ini terhadap 3 macam hal, yaitu sabar dalam beribadah, ialah dimulai dengan niat yang ikhlas, ketika beramal tidak lupa kepada Allah, sanggup menghadapi berbagai rintangan baik dari dalam maupun dari luar. Kemudian shabar dalam menjauhkan diri dari

perbuatan ma’siyat, tidak tertarik dengan godaan duniawiyah yang

jelas tidak diperbolehkan dengan agama dan sabar yang ketiga adalah shabar dalam mendapat musibah, kemungkinan belum tercapainya cita-cita, tidaklah berputus asa, juga ditimpa malapetaka. Musibah yang menimpa manusia ini juga ada 3 macam, yaitu kemungkinan siksaan bagi orang yang berdosa, peringatan bagi orang mukmin yang lalai dan ujian bagi orang-orang yang shalih. Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 153 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan dengan shabar dan mengerjakan

shalat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang shabar.”

8. Al-Ta’awun/tolong menolong.

Tolong menolong merupakan ciri kehalusan budi, kesucian jiwa dan ketinggian akhlak, memudahkan saling mencintai dan saling

mendo’akan satu sama lain, penuh solidaritas dan penguat

(35)

ayat 2 yang artinya, “Hendaklah kamu tolong menolong dalam kebaikkan dan takwa, dan janganlah bertolongan dalam dosa dan

permusuhan.”

b. Akhlak Tercela (Akhlak Madzmumah)

Menurut Al Ghazali, akhlak yang tercela ini dikenal dengan sifat-sifat

muhlikat, yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya

kepada kebinasaan dan kehancuran diri, yang tentu saja bertentangan dengan fitrahnya untuk selalu mengarah pada kebaikan.26

Akhlakul madzmumah merupakan tingkah laku kejahatan, kriminal, perampasan hak. Sifat ini telah ada sejak lahir, baik wanita maupun pria, yang tertanam dalam jiwa manusia. Akhlak secara fitrah manusia adalah baik, namun dapat berubah menjadi akhlak buruk apabila manusia itu lahir dari keluarga yang tabiatnya kurang baik, lingkungan kurang baik, pendidikan yang tidak baik, dan kebiasaan tidak baik sehingga menghasilkan akhlak yang tidak baik.27

Akhlak tercela merupakan racun yang membunuh, mencelakakan, membangkang, memalukan, dosa yang nyata dan kekejian-kekejian yang menjauhkan diri dari Rabbul ‘alamin.28

Al Ghazali menerangkan 4 hal yang mendorong manusia melakukan perbuatan tercela (maksiat), diantaranya:

1. Dunia dan isinya

26

Ibid,. 154 27

Asmaran. Pengantar Studi Akhlaq. (Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan,1999). 105

28

Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlaq Nabi; membangun kepribadian

(36)

17

Yaitu berbagai hal yang bersifat material (harta, kedudukan) yang ingin dimiliki manusia sebagai kebutuhan dalam melangsungkan hidupnya (agar berbahagia).

2. Manusia.

Selain mendatangkan kebaikan, manusia dapat mengakibatkan keburukan, seperti istri, anak. Karena kecintaan kepada mereka, misalnya, dapat melalaikan manusia dari kewajibannya terhadap Allah dan terhadap sesama.

3. Setan (iblis).

Setan adalah musuh manusia yang paling nyata, ia menggoda manusia melalui batinnya untuk berbuat jahat dan menjauhi Tuhan. 4. Nafsu.

Nafsu ada kalanya baik (muthmainah) dan ada kalanya buruk (amarah), akan tetapi nafsu cenderung mengarah pada keburukan.29 Banyak macam-macam akhlak madzmumah diantaranya adalah:

1. Al-Bukhlu,/kikir.

Orang yang kikir, tidak mau membelanjakan hartanya, baik untuk dirinya, misalnya biar makan tidak baik dan bergizi, padahal uang ada, baik untuk kepentingan keluarganya, maupun untuk kepentingan orang banyak, yang merupakan zakat, infak atau sadakah. Bagi orang yang kikir, mendengar istilah-istilah tersebut bagaikan petir di siang hari. Sifat kikir ini dapat mempersempit pergaulan, sering menuduh orang tama’ (ingin diberi). Kemudian orang yang kikir itu apabila

29

(37)

hartanya telah berkumpul, ia merasa kaya dan tidak lagi memerlukan bantuan orang lain yang juga lupa kepada pemberinya. Allah berfirman dalam surat al-Lail ayat 8-10 yang artinya, “Tetapi orang yang kikir dan merasa dirinya serba cukup, dan mendustakan yang

baik, akan kami mudahkan baginya (jalan) kesukaran.”

2. Berdusta.

Berdusta adalah mengada-adakan sesuatu baik dengan ucapan, tulisan, maupun dengan isyarat, padahal sebenarnya tidak ada, mungkin untuk kepentingan dirinya atau membela orang lain, atau sengaja untuk menjatuhkan nama orang lain, apalagi lempar batu sembunyi tangan. Firman Allah dalam surat al-Nisa ayat 112 yang

artinya, “Siapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian

dituduhkan kepada orang lain yang tidak bersalah, sesungguhnya dia

memikul kebohongan dan dosa yang jelas.”

3. Khianat,

Khianat ini lawan dari amanat, apabila amanat dapat melapangkan rezeki, maka khianat akan dapat menimbulkan kefakiran. Sifat khianat ini seringkali tidak nampak, sehingga kadang-kadang ada orang yang membela orang yang khianat karena ia tidak mengetahuinya. Allah berfirman dalam surat al-Nisa ayat 107 yang artinya, “Dan janganlah engkau membela orang-orang yang khianat kepada dirinya sendiri, sesungguhnya Tuhan tidak menyukai

(38)

19

4. Al-Jubn

Orang pengecut penuh dengan rasa takut, yang menyebabkan dirinya menjadi hina, sebab sudah mundur sebelum dicoba, tidak berani berjalan untuk mendapatkan kemenangan. Ia selalu iri terhadap keuntungan atau hasil yang dicapai orang lain. Allah berfirman dalam surat al-Nisa ayat 72 dan 73 yang artinya, “Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang lembek/pengecut kalau

kamu ditimpa bahaya (dalam perjuangan), dia berkata,

sesungguhnya Tuhan memberi karunia kepadaku karena aku tidak

ikut beserta mereka. Dan kamu memperoleh karunia dari Tuhan (atas

perjuanganmu), mereka tentu mengatakan, sebagai tidak ada

hubungan kasih sayang antara kamu dengan mereka, supaya aku

turut mendapat kemenangan yang besar.”

5. Al-Gibah

Menggunjing adalah mengatakan keadaan orang lain dibelakangnya dengan celaan kepada orang-orang yang ada dimukanya, dengan tujuan untuk menjatuhkan nama orang tersebut atau tujuan lain, meskipun memang sebenarnya keburukan itu ada pada orang yang digunjingnya. Bila tidak ada, hal itu merupakan fitnah. Firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 12 yang artinya,

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan

berprasangka, karena sebagian kecurigaan itu dosa. Dan janganlah

mencari-cari keburukan orang, dan janganlah mempergunjingkan

(39)

6. Al-Hasad

Dengki atau hasud suatu perbuatan kerusakan terhadap orang lain,

kemungkinan timbul disebabkan ni’mat Tuhan yang dianugerahkan

kepada orang lain dengan keinginan agar ni’mat orang lain itu terhapus. Dengki juga karena benci dan dendam atas kegagalan usaha dirinya, kemudian membuat cara-cara yang tidak diridlai Allah Swt. Allah berfirman dalam surat al-Falak ayat 1-5 yang artinya,

“Katakanlah. Aku berlindung kepada Tuhan subuh, terhadap bahaya

makhluk yang diciptakan-Nya, dan dari kegelapan ketika ia telah

datang, dan dari bahaya hembusan dalam ikatan, dan dari bahaya

dengki ketika ia mendengki.”

7. Al-Ifsad/kerusakan.

Seringkali sifat perusak mendorong manusia dalam usaha mencapai kepentingan pribadinya dengan tidak memperhatikan akibatnya, misalnya merusak lingkungan baik sendiri-sendiri, maupun bersama-sama dengan orang lain. Dalam surat Asyu’ara ayat 151-152 Allah berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu turuti perintah orang-orang yang melanggar batas. Yaitu orang-orang

yang membuat kerusakan (bencana) di muka bumi, dan tidak

mengadakan perbaikan.”

8. Al-Dzulmu

(40)

21

sesuatu pada tempatnya, yang akhirnya dapat menimbulkan kehancuran. Allah Swt berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 59 yang artinya, “Tetapi orang-orang yang aniaya mengubah perkataan dengan perkataan lain yang tidak dikatakan kepadanya, lantas kami

turunkan kepada orang-orang yang aniaya siksaan dari langit,

karena fasik.”

B. Kajian Tentang Syair

1. Pengertian Syair

Syair merupakan salah satu jenis puisi lama yang paling terkenal dalam khazanah kesusastraan Indonesia lama atau kesusastraan Melayu klasik. Istilah syair berasal dari kata Arab Syi’ir, yang berarti perasaan yang menyadari.30

Menurut Usman, kata syair diperoleh dari proses penadhaman dalam ilmu sharaf. Jika dirunut melalui ilmu sharaf tersebut, kata syair berasal dari kata dasar sya’ara (

رعش

) yang berarti menembang, bertembang, bersyair, yang kemudian dalam proses penadhaman diperoleh kata sya^ir (

رعاش

) yang berarti penembang atau ahli bertembang. Sementara itu, kata syi’ir dipakai untuk menyebut tembang.31

Di dalam Kamus Bahasa Melayu Nusantara, syair berarti karangan bersajak yang tiap-tiap rangka atau baitnya terdiri dari empat baris atau larik

30 Anonim.. Esiklopedi Nasional Indonesia. (Jakarta: Delta Pamungkas, 1997), 488

(41)

yang sama bunyi hujungnya sajak atau puisi.32 Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata syair berarti puisi lama yang tiap bait terdiri atas empat larik atau baris yang berakhir dengan bunyi yang sama.33

Syair merupakan bentuk puisi lama yang digunakan untuk bercerita atau berkisah. Oleh karena tergolong puisi naratif, maka syair tidak pernah terdiri dari satu bait. Sebaliknya, syair selalu terdiri berpuluh-puluh bait, bahkan beratus-ratus bait.

Syair juga memiliki aturan yang ketat, yakni

a. Tiap bait terdiri dari empat baris. b. Keempat baris itu mengandung isinya.

c. Syair untuk menguraikan cerita sehingga tidak cukup hanya satu bait tetapi memerlukan beberapa bait.

d. Pola sajak akhir a-a-a-a.

e. Tiap baris terdiri dari dua periodus dan tiap periodus terdiri dari dua patah kata.34 Syair tidak terdapat sampiran. Semua baris syair mengandung isi atau makna yang hendak disampaikan.35

Namun, pada hakikatnya syair merupakan salah satu bentuk kesusastraan Melayu klasik yang berupa karangan bersajak yang tiap-tiap bait

32 Tim, Kamus Bahasa Melayu Nusantara. (Bandar Seri Begawan: Dewan Bahasa dan

Pustaka Brunei 2003), 2647

33 Tim, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 1114

34 Baribin, Raminah, Teori dan Apresiasi Puisi, (Semarang: IKIP Semarang, 1990), 21

(42)

23

terdiri dari empat baris yang bersajak sama. Umumnya persajakan atau rima syair berpola a-a-a-a.

Akan tetapi, patokan tersebut tidaklah baku. Ada pula syair yang berpola a-b-a-b dan a-a-a-b yang keempat barisnya tetap merupakan satu kesatuan arti. Selain itu terdapat pula bentuk syair yang kurang luas penggunaannya, yakni yang terdiri atas tiga baris dengan rima a-a-b, dan ada juga syair yang hanya terdiri atas dua baris dengan rima akhir a-b atau a-a. 2. Fungsi Syair

Syair merupakan bentuk puisi lama yang sangat digemari oleh masyarakat Melayu di masa lampau. Syair umumnya berisi suatu cerita atau suatu uraian panjang. Namun, ternyata tidak hanya itu saja. Syair juga berisi cerita angan-angan, sejarah, petuah-petuah, dan juga merupakan pengolahan bebas dari sebuah prosa.36 Selain itu, yang perlu diingat bahwa syair mengandung nilai-nilai luhur.

Syair bermula dari sastra lisan. Pada masa lampau, syair didendangkan oleh seorang tukang cerita atau yang disebut pawang37. Pendendangan syair biasanya dilakukan dalam suatu acara tertentu. Misalnya upacara-upacara adat, pertunjukan seni, dan lain-lain. Bahkan sering pula syair digunakan dalam suatu nyanyian-nyanyian.

Oleh sebab itu, syair berfungsi sebagai media penyampaian pesan-pesan leluhur kepada generasi penerus, baik berupa nasihat atau cerita. Selain itu, syair juga berfungsi sebagai pelipur lara atau hiburan bagi masyarakat.

36 Emeis, M.G, Bunga Rampai Melayu Kuno Bloemlezing Uit Het Klassiek Maleis,

(Djakarta: Groningen), 7

(43)

3. Macam-Macam Syair

Menurut Fang, syair dapat dibagi menjadi lima golongan berdasarkan isinya. Adapun macam-macam syair tersebut adalah sebagai berikut.

a. Syair Panji

Syair panji merupakan syair yang berisi cerita atau hikayat dari kesusastraan Jawa atau cerita panji. Contoh syair yang termasuk syair panji antara lain: Syair Damar Wulan, Syair Ken Tambuhan, Syair Panji Semirang, Syair Anggreni, Syair Undakan Agung Udaya, Syair Wayang Kinudung, dan lain-lain.

b. Syair Romantis

Syair romantis merupakan syair yang berisi dongeng atau angan-angan seorang pengarang. Sebagian besar syair romantis menguraikan tema yang biasa terdapat di dalam cerita rakyat, pelipur lara, dan hikayat. Contoh syair yang termasuk syair romantis antara lain Syair Bidasari, Syair Yatim nestapa, Syair Abdul Muluk, Syair Sri Banian, Syair Sinyor Kosta, Syair Cinta Birahi, Syair Putri Akal, dan lain-lain.

c. Syair Kiasan

Syair kiasan atau simbolik merupakan syair yang bersifat kias atau sindiran terhadap suatu kejadian atau perbuatan seseorang. Biasanya, pengiasan itu digunakan tokoh-tokoh binatang atau tumbuh-tumbuhan.

(44)

25

Mawar, Syair Nyamuk dan Lalat, Syair Pelanduk Jenaka, dan lain-lain.

d. Syair Sejarah

Syair sejarah merupakan syair yang berisi unsur sejarah atau syair yang berdasarkan peristiwa sejarah. Di antara peristiwa sejarah yang paling penting adalah peperangan. Oleh karena itu, syair perang juga termasuk syair sejarah yang paling banyak dihasilkan. Contoh syair yang termasuk syair sejarah antara lain Syair Perang Mengkasar, Syair Perang di Banjarmasin, Syair Raja Siak, Syair Siti Zubaidah Perang Melawan Cina, dan lain-lain.

e. Syair Agama

Syair agama merupakan syair yang berisi nasihat, pengajaran yang berhubungan dengan keagamaan. Berdasarkan isinya, syair agama dibagi menjadi empat macam.

1) Syair Sufi

Syair sufi merupakan syair yang dikarang oleh tokoh sufi. Biasanya berisi perenungan-perenungan manusia tentang kehidupan yang dikaitkan dengan ketuhanan. Contoh syair ini ialah syair-syair karya Hamzah Fansuri.

2) Syair yang Menerangkan Ajaran Ialam

(45)

3) Syair Anbia

Syair anbia merupakan syair yang mengisahkan riwayat hidup para nabi. Contoh syair ini antara lain Syair Nabi Allah dengan

Fir’aun, Syair Yusuf, Syair Isa, dan lain-lain.

4) Syair Nasihat

Syair nasihat merupakan syair yang bermaksud memberi pengajaran dan nasihat kepada pendengar atau pembacanya. Contoh syair ini antara lain Syair Nasihat Bapa Kepada Anaknya, Syair Nasihat, Syair Nasihat Laki-laki dan Perempuan, dan lain-lain.38

38Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik II, (Jakarta: Erlangga, 1993),

(46)

BAB III

BIOGRAFI HABIB SYEKH ABDUL QODIR ASSEGAF

A. Riwayat Hidup

Nama Habib Syekh Bin Abdul Qadir Assegaf sering kali terdengar di telinga melalui acara shalawatan akbar yang diselenggarakan di berbagai kota di Indonesia. Setiap kali terdengar diadakannya acara shalawatan yang dihadiri oleh Habib Syekh, maka para Syekhermania1 berbondong-bondong dengan penuh antusias mendatangi tempat dimana akan diadakannya acara shalawat bersama tersebut.

Bagi para penggemar musik-musik dakwah Islam di Indonesia, mungkin mereka sudah mengenal salah satu tokoh spiritual pendakwah Islam, yaitu Habib Syekh Bin Abdul Qadir Assegaf. Di tengah riuh ramainya bumi Indonesia dengan berbagai persoalan yang bermacam-macam di segala lini kehidupan, muncullah sosok Habib Syekh yang dating dengan gerakan shalawatnya yang akan membuat sejuk kalbu.2

Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf, Habib Syekh dilahirkan di kota Solo, Jawa Tengah pada tanggal 20 September 1961 M. dia adalah anak dari 16 bersaudara, ayahnya bernama Abdul Qadir Assegaf dan ayah memberi nama kepadanya “Syekh” seperti yang ia tuturkan pada wawancara dengan stasiun televisi Al Hijrah di Malaysia sebagai berikut :

Sebetulnya nama saya, jadi Syekh yang ada dalam nama saya itu bukan

gelar seorang guru, karna saya juga bukan guru, waktu itu ayah memberi nama pada saya Syekh dan orang memanggil saya Syekh bin Abdul Qadir Assegaf, bahkan kadang orang memanggil saya Syekh Abdul Qadir Assegaf, dikira saya ini guru, bukan, nama saya “Syekh”.” (Habib Syekh, Wawancara, 2015)3

Ayahnya adalah seorang imam masjid Assegaf di Solo. Habib Syekh bermadzhabkan

Syafi’i, beraqidahkan Asy’ari, dan mengikuti sufi dari Al Imam Ghazali. Habib Syekh

1

Syekhermania adalah adalah suatu komunitas para Pecinta dan Pengamal Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, yang berkah Habib Syekh ia mengenal dan mengamalkan sholawat, sehingga menyebut komunitasnya Syekhermania.

2

Abdul Qadir Umar Mauladdawilah, Op. cit., 129 3

Habib Syekh, 2015, Program Assalamualaikum, Wawancara oleh TV Al Hijrah Malaysia dan ditayangkan 26 April 08.00

(47)

mendapatkan pendidikan dari ayahnya semenjak dia kecil hingga ayahnya meninggal di saat Habib Syekh berusia 20 tahun.

Setelah ayahnya meninggal, Habib Syekh berguru kepada beberapa guru yang diantara gurunya adalah pamannya sendiri yakni Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf. Dia juga berguru kepada seorang ulama besar di Solo yakni Habib Anis bin Alwy Al Habsyi yang merupakan pengarang kitab mawlid Simthud Duror.4

Dari pendidikan yang diperoleh dari sang ayah, pamannya, serta Habib Anis Al-Habsyi, ia memberanikan diri untuk mensyiarkan shalawat yang dimulainya dari kota Solo. Hingga sampai saat ini syair shalawatnya begitu berkembang pesat. Dari syi’ar inilah Habib Syekh dikenal secara luas oleh masyarakat, hal ini dikarenakan dia begitu piawai membawakan nada-nada shalawat klasik. Suaranya yang berat, berwibawa serta khas akan menyihir dan menghipnotis ribuan jama’ah yang mendengar lantunan shalawatnya.5

Habib Syekh mengamalkan berbagai ilmu yang telah didapat. Dia selalu mengajak masyarakat agar cinta Rasulullah SAW hal tersebut dilakukan mulai dari kota solo.

Habib Syekh menjalankan dakwah dengan penuh kesabaran dan ketekunan. Secara tidak sadar, banyak masyarakat yang mulai mengikuti majelisnya, mulai dari anak-anak, remaja, hingga kakek-nenek. Saat ini, majelisnya diikuti ribuan jama’ah mereka mengikuti majelis tersebut untuk mengetahui pentingnya cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.

B. Mulai Berdakwah

Perjalanan hidup Habib Syekh yang kini berusia 54 tahun ini cukup berliku. Habib Syekh pernah Berjaya sebagai pedagang tapi kemudian gulung tikar. Di saat sulit itu, Habib Syekh lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, diantaranya dengan melakukan

4 Ibid. 5

(48)

dakwah ke pelosok-pelosok untuk melaksanakan tugas dari sang guru, Habib Anis Bin Alwi Al Habsyi.6

Diawal tahun 90-an Habib Syekh memulai berdakwah dengan mendatangi kampung-kampung tapi tidak memakai sholawat, hanya memberi tausiyah saja, Habib Syekh tidak dipanggil atau diundang untuk memberikan tausiyah akan tetapi dia mendatangi karena keinginannya. Setiap Ramadhan sekali, ia beserta saudara-saudaranya, pergi ke kampung-kampung, ke desa-desa kita cari masjid untuk bedakwah dengan membagi takjil.7

Inspirasi Habib Syekh untuk selalu berdakwah bermula dari sang ayah, Habib Abdul Qadir Assegaf. Ayahnya merupakan guru utama dan pertama. Ayahnya pulalah yang mencetaknya sebagai orang yang cinta pada shalawat. Habib Syekh tidak pernah mengenyam pendidikan pesantren karena pondoknya adalah ayahnya sendiri. Selain itu, pondoknya adalah majelis atau masjid, yaitu di masjid Assegaf, Wiropaten, Pasar Kliwon, Solo, dan ayahnyalah yang menjadi imam.

Usai shalat maghrib sampai menjelang isya’, Habib Abdul Qadir selalu mengajak Habib Syekh untuk mengikuti Halaqah8 keilmuan, belajar al-Qur’an, dan membaca wirid secara istiqamah. Disitulah, ia berkhidmat membersihkan masjid, yaitu menyapu dan mengepel. Kegiatan itu dilakukan semenjak ia masih duduk dibangku SD.

Ayahnya, Habib Abdul Qadir menjadi sosok yang paling penting dalam dakwah Habib Syekh. Ayahnya merupakan sosok yang tidak dikenal dan tidak mengenal siapa-siapa. Hanya fakir dan miskin yang mengenalnya. Baginya, kaya atau miskin, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, hakikatnya mempunyai kedudukan sama.

Sosok kedua yang turut menjadi inspirasi dakwah Habib Syekh adalah ibunya. Ibunya selalu memotivasi diri agar mempunyai keinginan yang kuat dalam berdakwah. Selain itu ia

6

Ibid. 133 7

Habib Syekh, 2015, Sudut Pandang Spesial Maulid Nabi Bersama Habib Syekh, Wawancara oleh TV9 dan ditayangkan 16 Januari 20.00.

8

Secara bahasa halaqah berarti lingkaran, sedangkan secara istilah halaqah berarti pengajian, dimana

(49)

juga terinspirasi dengan Habib Anis, Solo. Habib Anis ibarat rumah barunya. Ia dikenal sebagai sosok ahli dzauq9 atau rasa sekaligus guru dalam akhlak, tidak ada duanya.

Saat takziah kerumah adik iparnya di Madiun, Habib Syekh bermimpi diperintahkan oleh ayahnya untuk mengumandangkan iqamah sebagai tanda dimulainya shalat ashar. Dalam

mimpinya tersebut, hadir juga Habib Anis. Ayahnya kemudian berkata, “Wahai Anis,

masuklah kamu menjadi imam, dan saya menjadi makmum.” Dari mimpi ini Habib Syekh merasa ada isyarat agar ia mengikuti atau belajar kepada majelis Habib Anis di masjid Riyadh, Solo.

Dalam hal mental, Habib Syekh banyak belajar dari Habib Abdurrahman, pamannya, dari Hadramaut. Pendidikan yang diberikannya luar biasa. Hampir setiap saat, ia dicaci dan disalahkan, meski tidak bersalah.

Cacian, hinaan, merupakan pembelajaran agar Habib Syekh menjadi orang yang kuat, tahan terhadap berbagai cacian, hinaan, umpatan, dan lain sebagainya. Hal ini ia ketahui setelah ia menanyakan teman pamannya yang mendampingi ke Indonesia. Teman pamannya tersebut mengatakan bahwa pamannya, Habib Ahmad bin Abdurrahman, adalah orang yang cinta dan kagum terhadap pribadi keponakannya tersebut.10

Pada saat berdakwah, Habib Syekh tak Jarang diejek dan dicemooh oleh orang-orang yang tak suka dengannya, namun dia tidak pernah marah atau mendendam kepada mereka yang mengejeknya justru sebaliknya, dia tetap tersenyum dan memberi sesuatu kepada orang tersebut.11

Pada awalnya, dakwahnya dimulai dari kampung ke kampung di seputaran kota Solo dan sekitar Jawa Tengah. Dia mendatangi kampung kampung tersebut bukan karena ada yang

9

Dzauq adalah suatu rasa yang diterima oleh hati atau bathin, seperti rasa tentram karena merasa nikmat (ladzat) dalam menjalankan perintah Allah SWT seperti berdzikir, shalat dan lain sebagainya

10

Nur Sholikin, Op. cit., 225-227. 11

(50)

memintanya untuk memberikan tausiyah, akan tetapi Habib Syekh sendirilah yang ingin memberikan tausiyah atau nasihat di kampung tersebut.

C. Berdakwah Dengan Sholawat

Setelah cukup lama Habib Syekh berdakwah dari kampung ke kampung, Habib Syekh

belum merasakan adanya perubahan pada jama’ah yang dinasihatinya. Hingga pada suatu

hari datang pamannya dari Yaman, waktu itu Habib Syekh sudah ikut majelis ditempat Habib Anis bin Alwy Al Habsyi, Habib Anis bin Alwy Al Habsyi orang yang luar biasa, dia adalah contoh akhlak yang luar biasa, dia adalah orang yang sangat mencintai anak-anak muda untuk diajak kebaikan, dan Habib Syekh merasa senang dan tenang waktu disamping Habib Anis bin Alwy Al Habsyi. Seperti yang diceritakannya saat wawancara dengan TV9 sebagai berikut:

Waktu itu paman saya dari Yaman beserta Habib Anis melihat

dakwah saya, beliau berdua berkata kepada saya “ Wahai anakku, engkau mempunyai suara”. Kemudian paman saya juga memberikan buku Simthud Durar seraya berkata “wahai anakku, terima ini buku Simthud Durar ini, kamu baca, kamu punya suara, siapa tahu nanti

kamu sekalian menyampaikan ilmu dan ini dakwah dengan shalawat.”12

Medengar pesan pamannya tersebut, shalawat Simthud Durar terus dibaca. Hingga pada akhirnya, orang berduyun-duyun mendatangi majelis ta’lim dan shalawat Habib Syekh. Agar bisa akrab dengan jamaahnya dengan mempelajari bahasa jawa.

Kecintaan Habib Syekh terhadap shalawat sebenarnya sudah tumbuh sejak kecil. Tapi, kecintaanya hanyalah sebuah kecintaan yang dapat diaplikasikan dikeluarga. Pada waktu itu, hanya ayahnya yang mendengarkan shalawat merdunya. Ketika ada tamu yang dating kerumah, ayahnya akan memanggilnya untuk membaca shalawat dan kasidah. Ia pun hanya mendendangkan dua lagu bagi tamu yang datang.13

12

Habib Syekh, 2015, Sudut Pandang Spesial Maulid Nabi Be

Referensi

Dokumen terkait

Begitu juga untuk jumlahan langsung sebanyak tak berhingga dari modul injektif-lemah belum tentu kembali menjadi modul injektif- lemah.Dalam Teorema 3 dinyatakan

Tingginya nilai indeks keanekaragaman pada Stasiun 1 diduga karena, aktifitas masyarakat tidak terlalu banyak mempengaruhi ekosistem padang lamun di lokasi

Diagnosis antara PRP dengan psoriasis seringkali sulit dibedakan pada fase awal karena gambaran klinis dan histopatologis yang mirip, namun dengan pemeriksaan imunohistokimia

Hasil ini menunjukkn bahwa perlakuan jenis pupuk fosfat dan waktu aplikasi pupuk hayati mikroba pelarut fosfat pada perlakuan manapun belum dapat memberikan hasil yang optimal

Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar (dibimbing oleh Enung Mariah dan Syarifah Fatimah) Penelitian ini bertujuan untuk (1) memperoleh data tentang

Dapat disimpulkan bahwa kualitalayanan merupakan nilai tambah dari suatu produk dalam hal memberikan manfaat kepada konsumen, dimana ketika suatu produk barang atau

[r]