• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tinjauan Yuridis Kepemilikan Properti Untuk Orang Asing T1 312009025 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tinjauan Yuridis Kepemilikan Properti Untuk Orang Asing T1 312009025 BAB I"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Land is fundamental resource of the nation state. Without land, without territory there can be no nation state. Housing ,agriculture, natural resource use, and national security concerns are all based upon land management and use.1 Menurut Maria S.W. Sumardjono, karena sifatnya yang langka dan

terbatas, serta merupakan kebutuhan dasar setiap manusia inilah maka pada

hakekatnya masalah tanah merupakan masalah yang sangat menyentuh

keadilan.2 Hak azasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh manusia

sesuai dengan kodratnya, yang diberikan langsung oleh Tuhan. Jika hak

tersebut terabaikan maka manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Hak

azasi sebagaimana tercantum dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun

1999 tentang HAM disebutkan bahwa Hak Azasi Manusia adalah seperangkat

hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk

Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,

dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap

orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Salah satu dari bagian dari hak azasi manusia adalah memiliki properti,

sebagai bentuk dari hak azasi sosial dari hak-hak azasi lainnya guna pemenuhan

1 Hodgon, S. C. Cullinan, C. & Campbell, K. 1999. Land Ownership and Foreigners : A

Comparative Analysis Of Regulatory Approaches To The Acquisition And Use Of Land By Foreigners, FAO Legal Papers Online, page 1.

2Sumardjono,Maria.S.W.2005. Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan

(2)

kebutuhan manusia, baik lahiriah maupun rohaniah, seperti hak memeluk

agama, hak untuk hidup, hak manusia untuk memperoleh kebahagian dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara, hak memiliki sesuatu dan

memperoleh pendidikan.3 Pengertian properti menurut “common law” atau

hukum Anglo Saxon dari Inggris disebutkan bahwa properti artinya pemilikan

atau hak untuk memiliki sesuatu benda, atau segala benda yang dapat

dimiliki. Artinya properti dapat dibedakan kepemilikannya atas benda-benda

bergerak (personal property) dan tanah serta bangunan permanen (real property). Pada komentar umum Nomor 4 dari Komite PBB tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya menyatakan bahwa hak atas kepemilikan properti

sebagaimana hak azasi lainnya menghasilkan tiga tipe kewajiban bagi negara

yaitu kewajiban menghargai, kewajiban melindungi, dan kewajiban memenuhi.

Adanya kewajiban menghormati hak azasi manusia baik hak azasi klasik

maupun hak sosial, mengharuskan negara tidak mengganggu baik langsung

maupun tidak langsung atas keberadaan hak kepemilikan properti. Selain itu

Negara wajib melindungi hak kepemilikan properti sebagai hak azasi sosial

manusia. Hal ini sejalan dengan pemenuhan hak azasi manusia yang

merupakan tanggung jawab negara khususnya pemerintah4.

Penentu utama tercapainya hak atas properti sebagai hak azasi manusia

berada ditangan pemerintah daerah. Hal ini juga sejalan dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota. Di dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 tentang

(3)

pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian bagi orang asing (Orang Asing

dalam Skripsi ini selanjutnya dapat diartikan WNA/ Warga Negara Asing) yang

berkedudukan di Indonesia telah diatur dalam Pasal 15:

(1) Warga negara asing yang berkedudukan di Indonesia dapat memiliki

sebuah rumah untuk tempat tinggal atau hunian dengan hak atas tanah

tertentu

(2) Warga negara asing yang berkedudukan di Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) adalah warga negara asing yang kehadirannya

di Indonesia memberikan manfaat bagi pembangunan nasional

(3) Hak azasi manusia secara garis besar meliputi hak untuk hidup, hak

untuk merdeka, dan hak yang lain. Pengakuan atas adanya

hak-hak manusia yang azasi memberikan jaminan secara moral maupun

hukum kepada setiap manusia untuk menikmati kebebasan dari segala

bentuk perhambaan, penindasan, perampasan, penganiayaan atau

perlakuan apapun lainnya yang menyebabkan manusia itu tak dapat

hidup secara layak sebagai manusia yang dimuliakan Allah.

Adanya Hak azasi yang diatur dalam 1 UU No. 39 Tahun 1999

memberikan kekuatan hukum bagi seseorang untuk menikmati

kebebasannya dalam membeli rumah yang diinginkannya. Bagi warga

Negara Indonesia, membeli rumah atau properti yang ada di Indonesia

adalah suatu kebebasan yang telah terjamin keamanan hak azasinya

secara hukum yang tercermin dalam sertifikat kepemilikan propertinya

yaitu sertifikat hak milik yang dapat diwariskan, tetapi kondisi ini

5 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 tentang pemilikan rumah tempat tinggal

(4)

berbeda dengan kebebasan bagi warga negara asing yang membeli

properti di Indonesia. Warga Negara asing yang membeli properti di

Indonesia tidak dapat memiliki sertifikat hak milik tetapi hanya

sertifikat hak pakai selama 25 tahun dan tidak dapat diwariskan.

Adanya fenomena ini, yaitu perbedaan hak asazi untuk memiliki

properti bagi warga negara Indonesia dan warga negara asing yang

berada di Indonesia telah menyalahi peraturan 1 Undang - Undang No.

39 Tahun 1999 bagi seseorang yang ingin menikmati kebebasannya.

Berdasarkan adanya perbedaan hak azasi bagi warga negara asing ini,

menimbulkan permasalahan yaitu terdapat pelanggaran hak azasi oleh

Negara kepada warga negara asing yang berada di Indonesia. Bentuk

pelanggaran yang dilakukan oleh Negara kepada warga negara asing

ini tercermin dari adanya perbedaan pengeluaran sertifikat atas

kepemilikan properti bagi warga negara asing adan warga negara

Indonesia. Hak azasi sosial bagi warga negara asing tersebut atas hak

kepemilikan properti yang dikeluarkan pemerintah sebagai sertifikat

hak pakai, tidak sama sebagaimana hak azasi atas kepemilikan properti

bagi warga negara Indonesia yang memiliki sertifikat hak milik.

Adanya fenomena diatas, yaitu perbedaan hak azasi atas status

kepemilikan properti yang dibeli oleh warga negara asing yang berada

di Indonesia, memunculkan fenomena baru, yaitu banyaknya warga

negara asing yang menikahi warga negara Indonesia dengan modus

(5)

properti yang dibelinya dengan cara mengatasnamakan properti yang

dibelinya kepada warga negara Indonesia yang dinikahinya tersebut.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 tentang

pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian bagi warga negara asing

yang berkedudukan di Indonesia dalam Pasal 1, Negara wajib

melindungi hak kepemilikan properti sebagai hak azasi sosial manusia,

dan mengharuskan Negara untuk menghalangi adanya campur tangan

pihak ketiga dengan cara apapun mengenai keberadaan hak atas

properti. Berdasarkan fenomena tersebut dan mengingat pentingnya

hak kepemilikan properti, permasalahan yang muncul dalam penelitian

ini adalah bagaimana bentuk perlindungan Negara atas hak azasi sosial

tentang kepemilikan properti bagi warga negara asing yang berada di

Indonesia? Melihat adanya ketidak konsistenan atas ketentuan hukum

yang mengatur tentang hak azasi sosial kepemilikan properti untuk

warga negara asing yang berada di Indonesia, yang diatur pada Nomor

4 dari Komite PBB tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

menyatakan bahwa hak atas kepemilikan properti sebagaimana hak

azasi lainnya menghasilkan tiga tipe kewajiban bagi negara yaitu

kewajiban menghargai, kewajiban melindungi, dan kewajiban

memenuhi dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 tentang

pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian bagi warga negara asing

yang berkedudukan di Indonesia, maka penting untuk dilakukan

(6)

Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang dibuat untuk

mengetahui kepemilikan properti atau tanah untuk orang asing dalam

perpektif hukum Indonesia apakah telah memperhatikan hak azasi sosial

dan ekonomi serta mempertimbangkan keadilan, kemanfaatan dan

kepastian hukum. Berdasarkan alasan inilah peneliti mengajukan judul

penelitian “Tinjauan Yuridis Kepemilikan Properti Untuk Orang Asing”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian

ini adalah:

1. Apakah pengaturan kepemilikan properti untuk orang asingdalam perpektif

hukum Indonesia sudah memenuhi hak ekonomi, sosial dan budaya?

2. Apakah pengaturan kepemilikan properti untuk orang asing sudah

memenuhi prinsip keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjawab dari permasalahan

yang ada, yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaturan kepemilikan properti untuk orang asing

dalam perpektif hukum Indonesia sudah memenuhi hak ekonomi sosial,

dan budaya

2. Untuk mengetahui pengaturan kepemilikan properti untuk orang asing

(7)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan semua

pihak yang terkait dalam penelitian ini, untuk itu dipaparkan tentang hal-hal

yang bermanfaat, yaitu antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan agar kiranya hasil dari penelitian ini dapat

menyumbangkan pemikiran di bidang hukum, khususnya dalam disiplin

ilmu hukum perdata mengenai tinjauan hukum tentang kepemilikan

properti untuk orang asing dalam perpektif hukum Indonesia telah

memperhatikan hak sosial dan ekonomi, serta mempertimbangkan

keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan

manfaat bagi seluruh pengambil kebijakan dan para pelaksana hukum di

bidang hukum perdata, khususnya mengenai pengambilan keputusan

tentang kepemilikan properti untuk orang asing dalam perpektif hukum

Indonesia telah memperhatikan hak sosial dan ekonomi, serta

mempertimbangkan keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.

E. Metodologi Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu

(8)

kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsistensi yang terdapat di

lapangan.

Menurut Rony Hanitijo Soemitro, tujuan penelitian pada umumnya adalah:

“Untuk menemukan, mengembangan atau menuju kebenaran

pengetahuan. Menemukan berarti berusaha memperoleh sesuatu untuk

mengisi kekosongan atau kekurangan. Mengembangkan berarti

memperluas dan menggali lebih dalam sesuatu yang sudah ada, masih

atau menjadi diragukan kebenarannya.”6

Sebagai upaya dalam perolehan bahan hukum yang valid, penulis

menggunakan metode penelitian yang berfungsi sebagai sarana dan pedoman

dalam perolehan bahan hukum serta untuk mengoprasionalkan tujuan

penelitian, yang meliputi :

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian hukum normatif.

Penelitian hukum normatif adalah penelitian dengan fokus pada kajian

tertulis yang menggunakan data sekunder seperti menggunakan peraturan

perundang-undangan, keputusan pengadilan, teori hukum dan dapat

berupa hasil karya ilmiah para sarjana. Berbagai aspek dikaji pada

penelitian jenis normatif ini. Aspek-aspek tersebut seperti aspek teori,

sejarah, filosofi, perbandingan, struktur dan komposisi, lingkup dan

materi, konsistensi, penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal,

6 Rony Hanintijo Soemitro. 1990. Metode Penelitian dan Jurimetri. Jakarta: Jakarta

(9)

formalitas dan kekuatan mengikat suatu perundangan dan bahasa hukum

yang digunakan.

2. Pendekatan Yang Digunakan

Dalam Penulisan ini, Penulis menggunakan pendekatan

perundang-undangan (statute approach), adalah suatu pendekatan yang dilakuakan terhadap berbagai aturan hukum yang berkaitan objek penelitian yang

dikaji seperti : Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang No 39

tahun 1999 tentang HAM, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang – Undang Nomor 20

Tahun 2011 tentang rumah susun, Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2011

tentang Perumahan dan Pemukiman, Peraturan Pemerintah Nomor 4

Tahun 1988 tentang Rumah Susun, Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun

1996 tentang pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian bagi warga

negara asing yang berkedudukan di Indonesia, Peraturan Pemerintah

Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan

Hak Pakai atas Tanah

3. Bahan Hukum

Bahan Hukum yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yang digunakan terutama adalah:

a. Undang-Undang Dasar 1945

(10)

c. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok Agraria

d. Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang rumah

susun

e. Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan

dan Pemukiman

f. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah

Susun

g. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 tentang pemilikan

rumah tempat tinggal atau hunian bagi warga negara asing

yang berkedudukan di Indonesia.

h. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak

Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas

Tanah

2. Bahan Hukun Sekunder

Data sekunder diperoleh dari bahan-bahan yang mendukung

data primer seperti artikel-artikel baik dari internet, yang berisikan

tentang hukum dan properti.

4. Unit Amatan dan Unit Analisis

a. Unit amatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang No 39 tahun 1999

Pasal tentang HAM, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960,

(11)

Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman,

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun,

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 tentang pemilikan rumah

tempat tinggal atau hunian bagi warga negara asing yang

berkedudukan di Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun

1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak

Pakai atas Tanah.

b. Unit analisis dalam Penelitian ini adalah pengaturan kepemilikan

properti untuk orang asing dalam perpektif hukum Indonesia

memperhatikan hak ekonomi, sosial dan budaya serta

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa Implementasi Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di Kota Serang belum

Disemprotkan ( Jet Application of Fluid ), pada proses pendinginan dengan cara ini cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara

[r]

[r]

bagaimana menghargai perbedaan keyakinan atau way of life, karena dimulai dari tradisi religi yang berbeda pula. Sebab, sejauh pemegang otoritas masih dominan, maka masyarakat

Karena berupaya menggali data dengan melakukan wawancara terhadap Hakim Pengadilan Agama Kabupaten Malang dan Dosen Psikologi UIN Malang mengenai pandangan mereka terhadap

[r]

Untuk memastikan adanya partisipasi yang luas dari masyarakat dan terwujudnya mekanisme distribusi manfaat yang adil, maka strategi yang dapat dikembangkan adalah: