• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS ISLAM PADA WIRAUSAHA HOME INDUSTRY TAHU DI DUSUN BULUR DESA NGRECO KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS ISLAM PADA WIRAUSAHA HOME INDUSTRY TAHU DI DUSUN BULUR DESA NGRECO KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS ISLAM

PADA WIRAUSAHA

HOME INDUSTRY

TAHU

DI DUSUN BULUR DESA NGRECO KECAMATAN KANDAT

KABUPATEN KEDIRI

SKRIPSI

Oleh:

MOHAMAD KHOIRUL ANAS NIM. C94211188

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Implementasi Etika Bisnis Islam pada Wirausaha Home Industry Tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri” ini merupakan hasil penelitian kualitatif yang memiliki tujuan menjawab pertanyaan tentang bagaimana mekanisme home industry tahu dan bagaimana implementasi etika bisnis Islam pada home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri tersebut.

Data penelitian dihimpun melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh melalui dua sumber, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan pengusaha home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber lain yang berkaitan dengan penelitian, seperti buku dan sumber yang lainnya. Selanjutnya dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian, di antara beberapa pengusaha home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kebupaten Kediri telah mengimplementasikan prinsip-prinsip etika bisnis Islam dalam proses wirausaha home industry tahunya. Implementasi dari prinsip-prinsip etika bisnis Islam dilaksanakan pada aspek produksi juga dalam aspek pemasaran. Pertama, pada aspek produksi, banyak pengusaha tahu yang tidak memperhatikan kuantitas takaran bahan baku pembuatan tahu, sehingga kualitas tahu kurang maksimal, Kedua, pada aspek pemasaran, persaingan di antara sesama pengusaha home industry tahu yang masih bersikap agresif dan kurang sportif dalam menentukan lokasi pemasaran (konsumen).

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TRANSLITERASI ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 10

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Kajian Pustaka ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 14

F. Kegunaan Penelitian... 14

G. Definisi Operasional... 16

H. Metode Penelitian ... 18

I. Sistematika Pembahasan ... 27

BAB II KONSEP ETIKA BISNIS ISLAM DALAM WIRAUSAHA HOME INDUSTRY TAHU A. Etika Bisnis Perspektif Islam ... 30

(7)

2. Definisi Bisnis Menurut Islam ... 32

3. Konsep Etika Bisnis dalam Islam ... 36

4. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam ... 43

B. Wirausaha Home Industry ... 46

1. Pengertian Wirausaha ... 46

2. Sektor-Sektor Wirausaha ... 48

3. Pengertian Home Industry ... 50

4. Konsep Islam Tentang Kewirausahaan ... 52

BAB III HOME INDUSTRY TAHU DI DUSUN BULUR DESA NGRECO KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI A. Gambaran Umum Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri ... 62

1. Letak Geografis ... 63

2. Kondisi Ekonomi ... 64

3. Kondisi Keagamaan ... 66

4. Kondisi Pendidikan ... 67

B. Sejarah Singkat Masyarakat Pengusaha Home Industry Tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri 68

C. Mekanisme Home Industry Tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri ... 69

1. Mekanisme Produksi ... 69

2. Mekanisme Pemasaran ... 73

D. Implementasi Etika Bisnis Islam pada Wirausaha Home Industry Tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri ... 75

1. Aspek Produksi ... 75

2. Aspek Pemasaran ... 79

(8)

A. Analisis Implementasi Etika Bisnis Islam pada Wirausaha Home Industry Tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kec. Kandat Kab. Kediri ... 82 1. Analisis/Penilaian Aspek Produksi ... 84 2. Analisis/Penilaian Aspek Pemasaran ... 89

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 93 B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA

PEDOMAN WAWANCARA

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan ekonomi merupakan hasil penerapan teknologi, maka harus ada seorang atau golongan orang yang berbuat untuk menerapkan kombinasi-kombinasi baru, sumber-sumber produksi untuk kegiatan produktif. Dalam arti yang luas fungsi itu dilakukan oleh wirausaha atau “Entrepreneur”. Sebagai pelaku perubahan (changing agent) yang

mentransformasi sumber-sumber daya menjadi barang-barang dan jasa yang sangat bermanfaat dan seringkali tersebut menciptakan keadaan yang menyebabkan perubahan industrial. Seorang wirausahawan selalu menggemangkan entrepreneurshipnya dengan mengandalkan otak kiri dan otak kanannya dalam memanfaatkan ide-idenya yang baru dalam mewujudkan produk baru, metode-metode baru, menemukan pola layanan baru, daerah penjualan baru dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi.1

Wirausaha merupakan kemampuan untuk berpikir dan merupakan sebuah tindakan yang konstruktif dalam mewujudkan berbagai pola produksi dan layanan secara baru. Oleh sebab itu wirausaha merupakan potensi pembangunan baik dalam jumlah maupun dalam mutu wisausaha itu sendiri.

1

Ismail Nawawi, Pembangunan dalam Perspektif Islam: Kajian Ekonomi, Sosial dan Budaya,

(10)

2

Secara umum, bisnis merupakan suatu kegiatan usaha individu yang terorganisir untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapat keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.2 Bisnis juga dipahami dengan suatu kegiatan usaha individu (privat) yang trorganisasi atau melembaga, untuk menghasilkan dan menjual barang atau jasa guna mendapat keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.3

Pada hakekatnya manusia dalam kehidupan selalu cenderung untuk hidup sejahtera. Namun, bagaimanapun tetap ada perbedaan tentang bagaimana kesejahteraan itu diwujudkan. Dalam rangka memenuhi kesejahteraan dan kebutuhan hidup baik kebutuhan primer maupun sekunder sehari-hari, manusia akan selalu mencari dan berusaha agar kebutuhannya terpenuhi. Hal ini dapat dilakukan dengan bekerja pada suatu instansi atau mendirikan usaha sendiri (berwirausaha) sesuai dengan kemampuan dan bakat yang dimiliki. Ketika manusia itu melakukan suatu usaha maka ia dapat disebut sebagai wirausahawan.

Wirausahawan adalah seorang inovator, sebagai individu yang mempunyai naluri untuk melihat peluang-peluang, mempunyai semangat, kemampuan dan pikiran untuk menaklukkan cara berpikir lamban dan malas. Seorang wirausahawan mempunyai peran untuk mencari kombinasi-kombinasi baru, yang merupakan gabungan dari lima hal4, yaitu:

2

Buchari Alma, Pengantar Bisnis, (Bandung: Alfabeta , 1997), 16. 3

Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis: Membangun Wacana Integrasi Perundangan Nasional

dengan Shariah , (Yogyakarta: PT LKIS Printing Cemerlang, 2009), 25. 4

(11)

3

1. Pengenalan barang dan jasa baru; 2. Metode produksi baru;

3. Sumber bahan mentah baru; 4. Pasar-pasar baru; dan 5. Organisasi industri baru

Perekonomian seakan menjadi nyawa bagi setiap manusia, masyarakat, bangsa dan negara. Disadari atau tidak bahwa setiap manusia di dunia ini tidak akan bisa lepas dari yang namanya dunia perekonomian karena hal ini merupakan salah satu fitrah manusia dalam menjalani kehidupannya.5

Rakyat Indonesia yang sebagian besar beragama Islam lupa, tidak banyak mengetahui akan ajaran Islam tentang pekerjaan di bidang bisnis. Islam senantiasa mengajarkan kepada umatnya agar berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, salah satu jalan adalah dengan bekerja. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah dalam Al-Qur’an sebagai berikut:



Artinya: “Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (Al-Jumu„ah: 10)6

Dalam ayat lain dijelaskan bahwa sebenarnya banyak sekali potensi alam di sekitar tempat tinggal kita yang bias dimanfaatkanmenjadi peluang

5

Arifin Johan, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009), 31. 6

(12)

4

usaha, apalagi dengan dengan adanya teknologi internet yang sangat canggih. Dalam al-Qur’an sendiri dijelaskan bahwa Allah menciptakan bumi sebagai sumber kehidupan dan agar manusia bias memanfaatkan sumber daya yang ada.7 Allah berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya kami Telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. amat sedikitlah kamu bersyukur”. (Al-A’raaf: 10)8

Sekarang ini banyak terjadi kecurangan-kecurangan dalam dunia wirausaha, banyak faktor yang membentuk sikap negatif masyarakat sehingga dalam kegiatan wirausaha timbul suatu ketidakadilan, antara lain sifat agresif, bersaing, egois, tidak jujur dan sebagainya. Oleh karena itu di dalam berbisnis (wirausaha) juga diperlukan nilai-nilai etika untuk melaksanakan setiap kegiatannya, sebab hal ini sangatlah besar pengaruhnya terhadap masyarakat.

Wirausaha dengan berbagai jenis bisnisnya hidup di tengah-tengah masyarakat. Mereka berbaur menyatu, saling membantu bahkan kadang-kadang juga saling menipu. Islam tampil memberikan segala ketentuan yang mencoba mengembangkan antara agama, etika atau moral dan ekonomi atau bisnis. Allah SWT berfirman:

7

Ismail Nawawi, Ekonomi Islam-Perspektif Teori, Sistem dan Aspek Hukum, (Surabaya: CV. Putra Media Nusantara, 2009),174-175.

(13)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.(An Nisa: 29)9

Berdasarkan ketentuan al-Quran di atas dapat dipahami bahwa perniagaan atau wirausaha merupakan suatu pekerjaan yang telah dihalalkan oleh Allah, dengan syarat semua aktifitas yang dilakukan berlandaskan pada sikap suka sama suka. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prinsip utama yang ditentukan oleh Islam dalam etika bisnis adalah bahwa transaksi dalam bisnis harus dilakukan dengan sah dan tidak bertentangan dengan hukum.

Ketika dunia tengah dilanda krisis sandang, pangan, dan papan, seorang pengusaha muslim tidak akan mencekik konsumen dengan mengambil laba sebanyak-banyaknya.10 Dalam hal ini, hukum Islam berperan mengajarkan pada umatnya tentang etika dalam berbisnis seperti yang telah diteladani Rasulullah yaitu Nabi Muhammad Saw di mana sewaktu muda ia berbisnis dengan memperhatikan kejujuran, keramah-tamahan, menerapkan prinsip bisnis Islami dalam bentuk nilai-nilai shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah, serta nilai moral dan keadilan. Kemawan untuk mematuhi etika bisnis menurut hukum Islam itu yang sangat kurang sehingga menimbulkan

9

Ibid., 83. 10

(14)

6

masalah. Hal itu dapat dilihat dari kecenderungan berbisnis yang kurang sehat antar sesama pengusaha muslim, sebagai contoh misalnya, pengusaha yang menjelek-jelekkan rekan bisnisnya, misalnya, dalam bisnis industri pengolahan makanan dan minuman, pakaian, restoran, catering dan lain-lain sebagainya. Oleh karena itu, jika tidak diatasi, tentu akan menimbulkan persoalan di kalangan dunia usaha yang tidak sehat.

Aturan bisnis Islam menjelaskan berbagai etika yang harus dilakukan oleh para pembisnis muslim dan diharapkan bisnis tersebut akan maju dan berkembang pesat lantaran selalu mendapatkan berkah dari Allah SWT. Etika bisnis Islam menjamin, baik pebisnis maupun konsumen, masing-masing akan saling mendapatkan keuntungan.11

Menurut Kartajaya dan Syakir Sula terdapat empat sifat Rasulullah SAW yang menjadi key success factors dalam berbisnis, yaitu S}idi>q, Ama>nah, Fat}a>nah dan Tabli>gh.12 Adapun Tasmara melalui Labmend (Laboratory for Manajemen Development) memperkenalkan model SIFAT (Sh}idi>q, Istiqa>mah, Fat}a>nah, Ama>nah, Tabli>gh).13 Sifat-sifat Rasulullah tersebut telah mengandung etika Islam, sehingga sifat-sifat tersebut dapat menjadi landasan bagi para pengusaha dalam menerapkan etika bisnis Islami di dalam setiap aktivitas wirausahanya.

11

Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islami…, 35.

12

Muhammad Sula, Hermawan Kertajaya, Syariah Marketing, (Bandung: Mizan, 2006), 120. 13

Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniyah (Transcedental Intelligence), (Jakarta: Gema Insani,

(15)

7

Dengan berpegang pada landasan ini maka setiap muslim yang berbisnis atau beraktifitas apapun akan merasa ada kehadiran “pihak ketiga”

(Tuhan) di setiap aspek hidupnya. Keyakinan ini harus menjadi bagian integral dari setiap muslim dalam berbisnis. Hal ini kerena bisnis dalam Islam tidak semata-mata orientasi dunia tetapi harus punya visi akhirat yang jelas. Dengan kerangka pemikiran seperti itulah maka persoalan etika dalam bisnis menjadi sorotan penting dalam Islam.14

Seperti yang kita ketahui, Kediri dikenal sebagai Kota Tahu, hal ini terbukti dengan fakta bahwa masyarakat Kediri banyak yang mendirikan usaha tahu, mulai dari usaha tahu rumahan (home industry) sampai pabrik tahu. Tahu seperti yang kita kenal adalah produk olahan dari kedelai dan banyak memiliki manfaat baik bagi kesehatan.

Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri adalah salah satu contoh daerah yang banyak memiliki warga yang berprofesi sebagai pengusaha home industry tahu di Kediri.

Tabel 1.1 Mata Pencaharian Masyarakat Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Per Tahun 2015

Petani Pedagang

(Wirausaha) PNS

Pertukangan

(Jasa) Lain-Lain

517 319 23 201 126

Sumber: Pemerintah Desa Ngreco Kec. Kandat Kab. Kediri

14

Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha,

(16)

8

Data dari tabel mata pencaharian masyarakat Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri di atas menyebutkan bahwa ada sekitar 319 warga di Desa Ngreco yang berprofesi sebagai pedagang (wirausaha), sementara di Desa Ngreco sendiri terbagi menjadi 3 Dusun, yakni Dusun Ngreco, Dusun Bulur dan Dusun Sumbernongko. Sementara di Dusun Bulur sendiri, berdasarkan pemaparan langsung dari aparat desa ada 96 warga yang berprofesi sebagai pedagang (wirausaha), dan diantara 96 warga tersebut ada 74 warga yang berprofesi sebagai pedagang (wirausaha) home industry tahu. Dari jumlah tersebut terlihat bahwa banyak warga di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri yang memilih untuk berwirausaha home industry tahu.15

Dari sekian banyaknya pengusaha home industry tahu yang ada di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri tersebut, 74 warga tersebut semuanya beragama Islam. Akan tetapi di dalam berbisnis, belum keseluruhan nilai-nilai agama Islam diaplikasikan. Masih terjadi kecurangan-kecurangan yang sering muncul di kalangan pengusaha muslim tersebut sehingga timbul suatu ketidakadilan.

Menurut Bapak Lukman Hakim, salah seorang pengusaha home industry tahu sekaligus menjabat sebagai Ketua RT di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri, beliau mengatakan ada dua aspek yang menjadi pokok permasalahan yang dialami oleh para pengusaha home industry tahu tersebut, yaitu:

15

(17)

9

1. Aspek material, yakni mutu bahan.

2. Aspek non material, yakni etika dalam pendistribusian.

Pada aspek material, kendala yang sering dialami adalah dari pembelian bahan baku kedelai dengan varian harga yang berbeda, hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas tahu. Sedangkan pada aspek non material, permasalahan yang sering terjadi yaitu proses pendistribusian yang dilakukan terjadi di wilayah yang sama yakni di sekitar wilayah kediri, hal ini menimbulkan persaingan dalam menentukan tempat penjualan. Selain itu, sikap antara pengusaha satu dengan yang lainnya yang agresif dan enggan untuk mengalah akan pendistribusian tahu di wilayah pengusaha lain yang sudah menjadi daerah langganan distribusi tahu-nya.16

Dari uraian di atas, terlihat bahwa sebagai pengusaha muslim, mereka melupakan unsur-unsur etika dalam berbisnis yang telah diajarkan Islam, sehingga cenderung untuk tidak mengaplikasikannya. Oleh karena itu, penulis mengambil sebuah obyek penelitian sebagai judul skripsi yaitu: Implementasi Etika Bisnis Islam pada Wirausaha Home Industry Tahu

di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri)

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

16

(18)

10

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang ada dalam home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri sebagai berikut:

a. Mekanisme dari home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.

b. Faktor-faktor yang menyebabkan warga memilih berwirausaha home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.

c. Proses produksi home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.

d. Proses pemilihan bahan baku pembuatan tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.

e. Berbagai varian harga bahan baku pembuatan tahu.

f. Proses distribusi home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.

g. Prospek home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.

h. Implementasi etika bisnis Islam di kalangan wirausaha muslim home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.

2. Batasan Masalah

(19)

11

wilayah-wilayah penelitian yang lain. Untuk itu penulis hanya membatasi dua masalah dari identifikasi masalah, yaitu:

a. Mekanisme dari home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.

b. Implementasi etika bisnis Islam di kalangan wirausaha muslim home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri?

2. Bagaimana implementasi etika bisnis Islam pada wirausaha home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri? D. Kajian Pustaka

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut penulis melakukan penelaahan karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti dengan judul Implementasi Etika Bisnis Islam pada Wirausaha Home Industry Tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri).

(20)

12

penelitian yang lain. Maka penulis perlu menjelaskan tentang topik penelitian yang penulis teliti berkaitan dengan masalah tersebut berupa kajian dan pembahasan diantaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, penelitian Adimas Fahmi Firmansyah yang berjudul “Praktek Etika Bisnis Islam (Studi Kasus Pada Toko Santri Syariah Surakarta)”. Fokus penelitian ini menyebutkan bahwa etika bisnis yang diterapkan toko Santri Syariah sebagian besar telah ditetapkan dan sesuai dengan kaidah-kaidah etika bisnis Islam yang dibenarkan. Hukum Islam memandang bahwa apa yang dilakukan toko Santri Syariah dalam kegiatan bisnisnya telah sejalan dengan apa yang diharapkan oleh Islam untuk niat seorang wirausahawan muslim yang menyangkut niat dalam berbisnis, cara memperoleh laba untuk kemaslahatan hidupnya, serta tanggung jawab menyebarkan nilai-nilai Islam.17 Persamaan penelitian ini dengan topik yang diangkat penulis adalah sama-sama terfokus pada penerapan etika bisnis Islam. Perbedaannya, penelitian ini mengangkat pada subjek yang bergerak pada sebuah pertokoan yang berbasis syariah, sedangkan analisis yang dilakukan penulis mengangkat pada subjek pengusaha muslim.

Kedua, penelitian yang dilakukan Yoga Rike Meysiana dengan judul “Strategi Pengembangan Industri Kecil Tahu di Kecamatan Sragen

Kabupaten Sragen”. Hasil dari penelitian ini yakni mengetahui strategi

alternatif yang dapat diterapkan dalam mengembangkan industri kecil tahu di

17 Adimas Fahmi Firmansyah, “Praktek Etika Bisnis Islam (Studi Kasus Pada Toko Santri Syariah

(21)

13

Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.18 Persamaan penelitian ini dengan topik yang diangkat penulis adalah sama-sama terfokus pada industri tahu. Perbedaanya, penelitian ini menjelaskan tentang strategi yang diterapkan untuk mengembangkan industri kecil tahu, sedangkan penelitian yang dilakukan penulis adalah tentang bagaimana implementasi etika bisnis Islam yang dilakukan oleh para pengusaha home industry tahu.

Ketiga, Siti Nur Azizaturrohmah dengan judul “Pemahaman Etika Berdagang Pada Pedagang Muslim Pasar Wonokromo Surabaya (Studi Kasus Pedagang Buah)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman etika berdagang pada pedagang buah muslim di Pasar Wonokromo Surabaya.19 Persamaan penelitian ini dengan topik yang diangkat penulis adalah sama-sama membahas tentang etika bisnis. Perbedaannya, penelitian ini menjelaskan tentang etika bisnis dari segi konvensional, sedangkan penelitian yang dilakukan penulis menjelaskan etika bisnis dari segi Islam.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui mekanisme home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.

18 Yoga Rike Meysiana, “Strategi Pengembangan Industri Kecil Tahu di Kecamatan Sragen

Kabupaten Sragen” (Skripsi--Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010).

19 Siti Nur Azizaturrohmah, “Pemahaman Etika Berdagang Pada Pedagang Muslim Pasar

(22)

14

2. Mengetahui implementasi etika bisnis Islam pada wirausaha home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian dan penulisan diharapkan untuk dapat memberikan manfaat tersendiri. Untuk itu penulis berharap, mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat dan berguna bagi penulis maupun pembaca, yaitu antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan khazanah ilmu pengetahuan kepada para akademisi guna mengetahui tentang ekonomi Islam khususnya penerapan etika bisnis Islam di dalam setiap kegiatan berbisnis (wirausaha) dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pada kajian penelitian yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Para Pengusaha Home Industry Tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kec. Kandat Kab. Kediri

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi para pengusaha home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kec. Kandat Kab. Kediri khususnya dalam menerapkan etika bisnis Islam dalam setiap kegiatan usahanya.

b. Bagi Penulis

(23)

15

pengetahuan tentang ekonomi Islam khususnya pada penerapan etika bisnis Islam.

c. Bagi UINSA Surabaya

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan kepada UIN Sunan Ampel Surabaya khususnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam untuk lebih mengembangkan pendidikan kewirausahaan dan etika bisnis Islam.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu yang didasari pada karakteristik yang dapat diobservasikan dari apa yang sedang didefinisikan atau merubah konsep-konsep yang berupa konkrit dengan kata-kata yang menggambarkan prilaku atau gejala yang diamati dan yang diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain.20

Untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah dalam penelitian ini, maka disini dijelaskan maknanya sebagai berikut:

1. Etika Bisnis Islam

Etika bisnis berarti aturan-aturan mengenai perilaku baik dan buruk, benar dan tidak benar, wajar atau tidak wajar, pantas atau tidak pantas dari perilaku manusia dalam dunia bisnis dan ditambah dengan

20

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

(24)

16

halal dan haram. Karena itu aturan-aturan tersebut tidak boleh dilanggar.21 Dalam arti lain etika bisnis adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, salah dan halal, haram dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas dan ketentuan syariah.22 Dengan demikian, etika bisnis Islami merupakan sosok tubuh “etika” yang diterapkan di dunia bisnis,

yang dapat diartikan sebagai “aqidah berpikir dan berperilaku” sebagai manusia yang adil dan beradab, sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi.23

Dalam Islam, semua transaksi dalam bisnis harus atas dasar suka sama suka, tidak ada unsur pemaksaan, tidak ada pihak yang didzalimi (terdzalimi) atau mendzalimi. Etika bisnis Islam menjunjung tinggi semangat saling percaya, kejujuran dan keadilan. Karena etika dijadikan pedoman dalam kegiatan ekonomi dan bisnis, maka etika bisnis menurut ajaran Islam juga dapat digali langsung dari al-Qur’an dan Hadith Nabi.24 Sehingga dapat disimpulkan bahwa etika bisnis yang harus diimplementasikan oleh para pengusaha home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kec. Kandat Kab. Kediri dalam melakukan setiap kegiatan usahanya adalah etika bisnis yang ada dan diajarkan oleh Islam melalui al-Qur’an dan Hadith Nabi.

2. Home Industry

21

Muhammad Arief Mufraini, Etika Bisnis Islam, (Depok: Gramata Publishing, 2011), 3. 22

Faisal Barroen et al, Etika Bisnis Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), 70. 23

Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Etika Islami untuk Dunia Usaha,

(Jakarta: Alfabeta, 2013), 118. 24

(25)

17

Home berarti rumah, tempat tinggal, ataupun kampung halaman. Sedang Industry, dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang dan ataupun perusahaan. Singkatnya, Home Industry (atau biasanya ditulis/dieja dengan “Home Industry”) adalah rumah usaha produk barang

atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah.25 Kriteria lainnya dalam UU No 9 Tahun 1995 adalah: milik WNI, berdiri sendiri, berafiliasi langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau besar dan berbentuk badan usaha perorangan, baik berbadan hukum maupun tidak. Home Industry juga dapat berarti industri rumah tangga, karena termasuk dalam kategori usaha kecil yang dikelola keluarga.

Home Indusrty yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah berbentuk wirausaha tahu rumahan yang dikelola oleh sebagian warga yang ada di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.

H. Metode Penelitian

1. Data yang Dikumpulkan

Data merupakan hasil pengamatan dan pengukuran empiris yang mengungkapkan fakta tentang karakteristik dari suatu gejala tertentu. Data merupakan fakta tentang karakteristik tertentu dari suatu fenomena yang

25 Arum Dyan Khumalasari, “Pengertian Home Industry”, dalam

(26)

18

diperoleh melalui pengamatan.26 Penelitian ini membutuhkan data primer, berupa data yang diperoleh dari informan yang sebagai subjek penelitian yaitu pengusaha home industry di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri serta pemerintah desa setempat. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan dari studi pustaka seperti buku, jurnal, artikel dan skripsi terdahulu.

2. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah suatu objek atau dokumen original-material mentah dari pelaku yang disebut first-hand information. Data primer adalah data yang dikumpulkan dari situasi aktual ketika peristiwa terjadi. Sumber data primer antara lain meliputi dokumen historis dan legal, hasil dari suatu eksperiman, data statistik, lembaran-lembaran penulisan kreatif dan objek-objek seni.27

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah subjek penelitian yang dijadikan sebagai sumber informasi penelitian dengan interview atau wawancara. Dalam hal ini sumber data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian yaitu melalui wawancara dengan:

1) Pengusaha home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri

26

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Revika Aditama, 2010), 280. 27

(27)

19

2) Pemerintah setempat (Sekretaris Desa, Kepala Dusun, RW, RT) sebagai informan untuk melengkapi data-data penelitian

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada baik dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu. Data sekunder disebut juga data tersedia.28 Sumber data sekunder merupakan data pendukung yang berasal dari seminar, buku-buku, media cetak/elektronik, artikel, skripsi terdahulu yang terkait dengan penelitian, meliputi:

1) Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islami 2) Muhammad Djakfar, Etika Bisnis

3) Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis Dalam Islam 4) Buchari Alma, Kewirausahaan

5) Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Tahun 2010, serta

6) Literatur lain yang berkaitan dengan pembahasan. 3. Teknik Penentuan Subjek

Dalam penelitian ini, teknik penentuan subjek akan dilakukan dengan teknik Sampling Purposive. Sampling Purposive adalah salah satu

28

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif

(28)

20

macam teknik dari Nonprobability Sampling yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.29

Pertimbangan pada penelitian ini disesuaikan dengan fokus penelitian. Misalnya dalam penelitian ini, penelitian yang dilakukan adalah tentang Wirausaha Home Industry Tahu Perspektif Etika Bisnis Islam, maka sampel sumber datanya adalah pengusaha home industry tahu yang ahli dibidang keagamaan Islam, atau pengusaha yang memiliki background dari pendidikan keagamaan.

Total jumlah pengusaha home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri per tahun 2015 sekarang ini adalah sebanyak 74 orang. Sedangkan jumlah pengusaha yang ahli di bidang keagamaan Islam atau yang memiliki background dari pendidikan keagamaan adalah sebanyak 5 orang. Adapun data identitas pengusaha yang dijadikan sebagai informan adalah sebagai berikut:

a. Nama : M. Lukman Hakim

Usaha Berdiri : Tahun 2005

Kedudukan di Desa : Ketua RT. 02 RW. 02 dan Guru Ngaji Pendidikan : Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren

b. Nama : Tukiran

Usaha Berdiri : Tahun 1983

Kedudukan di Desa : Ketua RT. 01 dan Tokoh Masyarakat Pendidikan : Sekolah Dasar

29

(29)

21

c. Nama : Masykur

Usaha Berdiri : Tahun 1988 Kedudukan di Desa : Tokoh Masyarakat

Pendidikan : Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren

d. Nama : Panji

Usaha Berdiri : Tahun 2003 Kedudukan di Desa : Tokoh Masyarakat Pendidikan : Madrasah Aliyah

e. Nama : Daryono

Usaha Berdiri : Tahun 1990 Kedudukan di Desa : Guru Ngaji Pendidikan : Madrasah Aliyah

Demi kejelasan subjek penelitian, sejak awal skripsi ini memilih 5 orang pengusaha home industry tahu yang ahli di bidang keagamaan Islam atau yang memiliki background dari pendidikan keagamaan, guna melihat bagaimana kondisi pengusaha home industry tahu dalam mengimplementasikan etika bisnis Islam dalam setiap kegiatan bisnis mereka.

4. Teknik Pengumpulan Data

Secara umum dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa teknik pengumpulan data diantaranya:

(30)

22

Observasi, yaitu cara mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian30. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan.31

Nasution menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagi alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.32 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipasi pasif (passive participation): means the research is present at the scene of action but does not interact or participate. Jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan pengusaha home industry tahu untuk diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.33

b. Wawancara

Wawancara sebagaimana yang diutarakan Estenberg “a

meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint

30

Sukudin dan Mundir, Metode Penelitian : Menimbang dan Mengantar Kesuksesan Anda dalam Dunia Penelitian, (Surabaya : Insan Cendekia, 2005), 218.

31

Ibid., 115.

32 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif…, 226.

33

(31)

23

construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.34 Dalam arti lain, wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka pewancara dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (paduan wawancara).35 Jadi melalui wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam. Di sini, peneliti akan melakukan wawancara mendalam dengan pengusaha home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri yang ahli di bidang keagamaan Islam atau yang memiliki background dari pendidikan keagamaan sebagai informan atau sumber.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen.36 Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik.37 Penggalian data ini dengan cara menelaah dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

34 Umar Husein, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen…, 231.

35 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif…, 246.

36

M. Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya , (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), 87. 37

(32)

24

wirausaha home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.

5. Teknik Pengolahan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik pengolahan data sebagai berikut:

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.38 Dalam hal ini penulis akan mengambil data yang akan dianalisis dengan rumusan masalah saja.

b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.39 Penulis melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan penulis dalam menganalisa data.

c. Penemuan Hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan masalah.40

6. Teknis Analisis Data

38 Umar Husein, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen…, 243.

39

Ibid., 245. 40

(33)

25

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehinggamudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.41

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif, yaitu cara analisis yang cenderung menggunakan kata-kata untuk menjelaskan fenomena atau data yang diperoleh.42 Data kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang tidak berbentuk angka dan digunakan untuk analisa data deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode induktif. Metode induktif adalah bermula dari fakta-fakta khusus, peristiwa konkrit yang kemudian ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum.43

Pada saat wawancara, penulis sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah analisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu diperoleh data yang dianggap

41 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif…, 224.

42

Drajat Suharjo, Metode Penelitian dan Penulisan Laporan Ilmiah (Bandung: PT>. Remaja

Rosdakarya, 1993), 178. 43

(34)

26

kredibel yang disebut collection. Aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing or verification.44

Data-data yang sudah dikumpulkan yaitu data collection akan direduksi yaitu dilakukan dengan cara mengurangi data yang tidak sesuai dengan fokus penelitian. Setelah data direduksi, data di display yaitu dibedakan berdasarkan jenis klasifikasi yang telah ditentukan. Data yang sudah direduksi dan didisplay, maka tahap selanjutnya adalah verification/mengkroscek data yang ada dengan kebenarannya setelah itu penarikan kesimpulan.

Sedangkan dalam pengujian keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap data.45 Peneliti melakukan triangulasi data dengan cara cross check data antara hasil observasi dengan data sekunder, hasil observasi dengan hasil wawancara dan data sekunder dengan hasil wawancara.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai isi skripsi ini dan agar mudah dipahami, maka diperlukan suatu sistematika penulisan yang sederhana sehingga pembaca tidak kesulitan dalam membaca maupun memahami isi dari skripsi ini. Sistematika penulisan ini merupakan suatu

44 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif…, 330.

(35)

27

pembahasan secara garis besar dari bab-bab yang akan dibahas. Sistematika penulisan skripsi ini adalah:

Bab pertama, merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan dan kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian (meliputi data yang dikumpulkan, sumber data, teknik penentuan subjek, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan teknik analisis data) serta sistematika pembahasan.

Bab kedua, dalam bab ini merupakan landasan teori yang digunakan sebagai arah berpikir oleh peneliti yang bertujuan agar dapat mengetahui tinjauan dari berbagai segi, mengenai hal-hal yang berhubungan dengan home industry tahu. Dalam bab ini menguraikan tentang teori etika bisnis dalam Islam, yang memuat tentang: definisi etika dan bisnis menurut Islam, konsep etika bisnis dalam Islam (berisi prinsip-prinsip Islam dalam wirausaha) serta dasar hukum etika bisnis Islam. Juga teori kewirausahaan, yang memuat tentang: pengertian wirausaha, sektor-sektor wirausaha, pengertian home industry, dan konsep Islam tentang kewirausahaan.

(36)

28

implementasi etika bisnis Islam pada wirausaha home industry tahu tersebut dalam kegiatan bisnisnya.

Bab keempat, berisi tentang hasil analisis dan pembahasan mengenai mekanisme (proses) produktivitas tahu dan implementasi nilai-nilai etika bisnis Islam di dalam kegiatan wirausaha home industry tahu di Dusun Bulur Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.

(37)

30

BAB II

KONSEP ETIKA BISNIS ISLAM DALAM WIRAUSAHA

HOME INDUSTRY TAHU

A. Etika Bisnis Perspektif Islam

Masyarakat Islam adalah masyarakat yang dinamis sebagai bagian dari peradaban. Dalam hal ini, etika dengan agama berkaitan erat dengan manusia, tentang upaya pengaturan kehidupan dan perilakunya. Jika barat meletakkan “Akal” sebagai dasar kebenarannya. Maka, Islam meletakkan “Al-Qur‟an”

sebagai dasar kebenaran.1

Dalam ekonomi Islam, bisnis dan etika tidak harus dipandang sebagai dua hal yang bertentangan, sebab bisnis yang merupakan simbol dari urusan duniawi juga dianggap sebagai bagian integral dari hal-hal yang bersifat investasi akhirat. Artinya, jika orientasi bisnis dan upaya investasi akhirat (diniatkan sebagai ibadah dan merupakan totalitas kepatuhan kepada Tuhan), maka bisnis dengan sendirinya harus sejalan dengan kaidah-kaidah moral yang berlandaskan keimanan kepada akhirat. Bahkan dalam Islam, pengertian bisnis itu sendiri tidak dibatasi urusan dunia, tetapi mencakup pula seluruh kegiatan kita di dunia yang “dibisniskan” (diniatkan sebagi ibadah) untuk meraih

keuntungan atau pahala akhirat.2

1Anna Andrea, “Etika Bisnis Islam”, dalam https://hanaqyen12.wordpress.com/2013/05/12/etika-bisnis-ekonomi-islam/,diakses pada 2 Mei 2015.

2

(38)

31

1. Definisi Etika Menurut Islam

Etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya (ta etha) berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam hal ini etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik dan segala kebiasaan hidup yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain dari satu generasi ke generasi yang lain.3 Dalam makna yang lebih tegas etika merupakan studi yang lebih sistematis tentang tabiat konsep nilai, baik, buruk, harus, benar, salah dan sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita untuk mengaplikasikannya untuk apa saja.4

Secara terminologis, arti etika sangat dekat pengertiannya dengan istilah al-Qur‟an “al-Khulu>q” atau akhlak, akhlak mengandung beberapa arti, diantaranya:

1) Tabiat, yaitu sifat dalam diri yang terbentuk oleh manusia tanpa dikehendaki dan tanpa diupayakan,

2) Adat, yaitu sifat dalam diri yang diupayakan manusia melalui latihan, yaitu berdasarkan keinginannya, dan

3) Watak, yaitu cakupannya menjadi hal-hal yang menjadi tabiat dan hal yang diupayakan hingga menjadi adat. Kata akhlak juga berarti kesopanan atau agama.5

Etika diartikan sebagai aturan-aturan mengenai perilaku baik dan buruk, karena itu aturan-aturan tersebut tidak boleh dilanggar.6

3

Agus Arijanto, Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 5. 4

Faisal Badroen, et al, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), 4-5. 5

(39)

32

Menurut Hendar Riyadi, dalam penelitiannya tentang “Etika

Al-Qur’an tentang Keragaman Agama” yang difokuskan pada paradigma

etika, bahwa pendekatan etika religious yang bersumber pada konsep-konsep al-Qur‟an. Menurutnya, etika Islami pendekatan Qur‟ani mengandung beberapa kunci, yaitu:7

Tabel 2.1 Prinsip Etika Qur‟ani Prinsip Etika Qur‟ani

1 Tauhid

(Unity)

Konsep tauhid sebagai the principle of methaphysics dan

the principle of social ethic values

2 Iman

1. Apabila disebut nama Allah, hatinya bergetar

2. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah, kualitas iman naik

3. Bertawakal terhadap keimanan pada (Allah, Malaikat,

Kitab-kitab, Rasul dan Para Nabi, Hari Akhir serta Takdir)

3 Islam Menyerah, tunduk dan selamat, kebebasan, kesucian, kebahagiaan kesejahteraan sebagai efek dari penyerahan

diri kepada Allah

4 Ihsan

Profesionalisme dalam mengabdi kepada Allah

seolah-olah kamu melihat-Nya, dan apabila kamu tidak dapat melihat-Nya maka Allah melihatmu

5 Taqwa Kesatuan dari iman, Islam dan Ihsan (insane kamil /

ahsan taqwim)

Sumber: Etika al-Qur‟an tentang Keragaman agama

2. Definisi Bisnis Menurut Islam

Bisnis mengandung arti suatu dagang, usaha komersil di dunia perdagangan dibidang usaha. Menurut Skinner sebagaimana dikutip oleh Panji Anoraga, mengatakan bisnis adalah pertukaran barang, jasa atau uang yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.8

6

Muhammad Arief Mufraini, Etika Bisnis Islam, (Depok: Gramata Publishing, 2011), 2. 7

Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), 53-54. 8

(40)

33

Dalam pengertian yang lebih luas, bisnis diartikan sebagai semua aktifitas produksi perdagangan barang dan jasa. Bisnis merupakan sejumlah total usaha yang meliputi pertanian, produksi, distribusi, transportasi, komunikasi, usaha jasa dan pemerintahan yang bergerak dalam bidang membuat dan memasarkan barang dan jasa ke konsumen. Istilah bisnis pada umumnya ditekankan pada 3 hal yaitu: usaha perorangan misalnya industri rumah tangga, usaha perusahaan besar seperti PT, CV, maupun badan hukum koperasi dan usaha dalam bidang struktur ekonomi suatu Negara.9

Kata bisnis dalam al-Qur‟an biasanya yang digunakan adalah al-Tija>rah, al-Ba>i’, Tada>yantum, dan Isytara>. Tetapi yang sering digunakan adalah al-Tija>rah, dimana dalam bahasa Arab, berasal dari kata taja>ra, tajran wa tija>rata, yang bermakna berdagang atau berniaga.

Menurut ar-Raghib al-Asfahani dalam al-Mufradat Fi Gharib al-Qur‟an, At-Tija>rah bermakna pengelolaan harta benda untuk mencari keuntungan. Menurut Ibnu Farabi, yang dikutip dari ar-Raghib, “Fula>nun ta>jirun bi kadza”, yang berarti seseorang yang mahir dan cakap yang

mengetahui arah dan tujuan yang diupayakan dalam usahanya.10 Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa term bisnis dalam al-Qur‟an dari tijarah pada hakikatnya tidak hanya bersifat material yang bertujuan untuk

9

Buchari Alma, Ajaran Islam dalam Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 1994), 18.

(41)

34

mencari keuntungan material semata, namun juga bersifat immaterial yang juga mengutamakan pada kualitas.

Bisnis Islam adalah serangkaian aktivitas bisnis (produksi, distribusi maupun konsumsi) dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya (barang dan jasa) termasuk keuntungannya, tetapi dibatasi dalam cara perolehan dan pendayagunaan hartanya. Bisnis Islami juga dapat diartikan sebagai upaya pengembangan modal untuk kebutuhan hidup yang dilakukan dengan mengindahkan etika Islam. Selain menetapkan etika, Islam juga mendorong umat manusia untuk mengembangkan bisnis.11

Dalam hal ini kita mengenalnya dengan istilah halal dan haram. Konsep al-Qur‟an tentang bisnis sangat komprehensif, parameter yang dipakai tidak hanya masalah dunia saja tetapi juga akhirat. Yang dimaksud al-Qur‟an tentang bisnis yang benar-benar sukses (baik) adalah bisnis yang membawa keuntungan pada pelakunya dalam dua fase kehidupan manusia yang fana dan terbatas yakni dunia dan yang abadi serta tak terbatas yakni akherat.

Pengertian bisnis Islam bahwa setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Karenanya, manusia akan selalu berusaha memperolah harta kekayaan itu. Salah satunya melalui bekerja, sedangakan salah satu dari ragam bekerja adalah berbisnis. Disamping anjuran untuk mencari rizki, Islam sangat menekankan

11

(42)

35

(mewajibkan) aspek kehalalannya, baik dari sisi perolehan maupun pendayagunaan (pengelolaan dan pembelanjaan).12

Menurut Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, ada beberapa perbedaan antara bisnis Islami dengan bisnis non-Islami, sebagaimana yang dijelaskan dalam tabel di bawah ini:13

Tabel 2.1 Perbedaan Bisnis Islami dan Non Islami

No Bisnis Islam Karakteristik

Bisnis Bisnis Non Islam

1 Akidah Islam (nilai-nilai

transedental)

Asas Sekularisme (nilai-nilai

materialisme)

Orientasi Profit, pertumbuhan dan

keberlangsungan

4 Tinggi, bisnis adalah

bagian dari ibadah

Etos kerja Tinggi, bisnis adalah

kebutuhan duniawi

5

Maju dan produktif,

konsekuensi keimanan dan manifestasi kemusliman

Sikap mental Maju dan produktif

sekaligus konsumtif,

dari kewajiban seorang

Muslim

bertanggung jawab, tujuan tidak menghalalkan segala cara

Amanah Tergantung kemauan

individu (pemilik kapital), tujuan menghalalka segala cara

kerjanya, atau sesuai

dengan keinginan pemilik modal

10 Halal Sumber daya Halal dan haram

11

Visi dan misi organisasi terkait erat dengan misi

penciptaan manusia di

Manajemen strategis

Visi dan misi organisasi

ditetapkan berdasarkan

pada kepentingan material

12

Muhammad Arief Mufraini, Etika Bisnis Islam, (Depok: Gramata Publishing, 2011), 3. 13

Muhammad Ismail dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami,

(43)

dan keluaran keuangan,

mekanisme keuangan

SDM adalah pengelola

bisnis, SDM bertanggung jawab pada diri, majikan dan Allah

Manajemen SDM

SDM profesional, SDM

adalah aktor produksi,

SDM bertanggung jawab pada diri dan majikan

Sumber: Menggagas Bisnis Islami (Jakarta: Gema Insani Press, 2012)

3. Konsep Etika Bisnis dalam Islam

Etika bisnis adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas. Dalam arti lain etika bisnis berarti seperngakat prinsip dan norma di mana para pelaku bisnis harus komit padanya dalam bertransaksi, berprilaku dan berelasi guna mencapai daratan atau tujuan-tujuan bisnisnya dengan selamat. Selain itu etika bisnis juga dapat berarti pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis, yaitu refleksi tentang perbuatan baik, buruk, tercela, benar, salah, wajar, pantas, tidak pantas dari perilaku seseorang dalam berbisnis atau bekerja.14

Menurut Vincent Barry dalam bukunya “Moral Issues in Business

menyatakan bahwa Business ethics is the study of what constitutes good

(44)

37

and bad human conduct, including related action and values, in a business context. (Etika bisnis adalah ilmu tentang baik buruknya terhadap suatu manusia, termasuk tindakan-tindakan relasi dan nilai-nilai dalam kontak bisnis.15

Etika bisnis dapat diartikan sebagai telaah, penyelidikan atau pengkajian sistematis tentang tingkah laku seseorang atau dalam kelompok dan dalam transaksi bisnis guna mewujudkan kehidupan yang lebih baik atau etika bisnis yaitu dalam pengetahuan tentang cara bisnis dengan memperhatikan tentang tingkah laku yaitu kebenaran atau kejujuran dalam berusaha (berbisnis). Kebenaran dalam etika adalah etika standar yang secara umum dapat diterima dan diakui prinsip-prinsipnya baik oleh individu, masyarakat atau dalam kelompok.16

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa etika bisnis Islam adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, salah dan halal, haram dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas yang sesuai dengan syariah.17 Dalam pengertiannya yang lain, etika bisnis Islami merupakan suatu proses dan upaya untuk mngetahui hal-hal yang benar dan yang salah yang selanjutnya tentu melakukan hal yang benar berkenaan dengan produk, pelayanan perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan tuntutan perusahaan.

Dalam membicarakan etika bisnis Islami adalah menyangkut “Business Firm” dan atau “Business Person”, yang mempunyai arti yang

15

Abdul Aziz, Etika Bisnis , 35.

16

Buchari Alma, Ajaran Islam dalam Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 1994), 19. 17

(45)

38

bervariasi. Berbisnis berarti suatu usaha yang menguntungkan. Jadi etika bisnis Islami adalah studi tentang seseorang atau organisasi melakukan usaha atau kontak bisnis yangsaling menguntungkan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.18

Dari semua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi atau pelaku bisnis akan melakukan bisnis dalam bentuk: (1) memproduksi atau mendistribusikan barang dan jasa, (2) mencari profit dan mencoba memuaskan keinginan konsumen. Dan dalam melakukan bisnis ini hendaknya pelaku bisnis bertumpu pada prinsip-prinsip etika bisnis yaitu yang menyangkut yang baik dan tidak baik, apa-apa yang boleh dan tidak boleh, halal dan haram dalam berbisnis.19

Dalam Islam, etika bisnis Islam harus berdasarkan pada prinsip-prinsip dasar yang berlandaskan pada al-Qur‟an dan al-Hadith. Dalam buku “Etika Bisnis Perspektif Islam” yang mengutip dari bukunya Ahmad

Hasan Ridwan “Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil”, Abdul Aziz menjelaskan secara terperinci prinsip-prinsip etika bisnis Islami sebagai berikut:20

a. Jujur dalam takaran dan timbangan b. Menjual barang yang halal.

c. Menjual barang yang bermutu baik

d. Jangan menyembunyikan kecacatan suatu barang e. Jangan main sumpah

18

Abdul Aziz, Etika Bisnis , 35.

19

Ismail Yusanto, Menggagas Bisnis Islam, (Jakarta: Gema Isnsani Press, 2002), 17. 20

(46)

39

f. Longgar dan bermurah hati g. Jangan menyaingi kawan h. Mencatat utang piutang i. Larangan riba

j. Anjuran berzakat, yakni menghitung dan mengeluarkan zakat barang dagangan setiap tahun sebanyak 2,5 % sebagai salah satu cara untuk membersihkan harta yang diperoleh dari hasil usaha

Berdasarkan prinsip-prinsip dasar etika bisnis Islam di atas , maka secara teologis Islam menawarkan nilai-nilai dasar atau prinsip-prinsip umum yang penerapannya dalam bisnis disesuaikan dengan perkembangan zaman dan mempertimbangkan dimensi ruang dan waktu.

Selain dari pada itu Rasululah SAW sangat banyak memberikan petunjuk mengenai etika bisnis, yang diantaranya:21

1) Bahwa prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Kejujuran merupakan prasyarat keadilan dalam hubungan kerja. Dan kejujuran terkait erat dengan kepercayaan. Kepercayaan sendiri asset yang sangat berharga dalam urusan bisnis.22 Masih banyak pelaku bisnis yang berdasarkan bisnisnya saling menipu atau bertindak curang. Al-Quran tidak setuju dengan adanya penipuan dalam bentuk apapun. Penipuan di dalam al-Quran digambarkan sebagai karakter utama dari kemunafikan, sebagaimana dalam firman Allah:

21Anna Andrea, “Etika Bisnis Islam”, dalam https://hanaqyen12.wordpress.com/2013/05/12/etika-bisnis-ekonomi-islam/,diakses pada 2 Mei 2015.

22

(47)

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka”. (QS. An-Nisa‟: 145)23

2) Kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut Islam, tidak hanya sekedar mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya, sebagaimana yang diajarkan Bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith, tetapi juga berorientasi kepada sikap ta‟awun (menolong

orang lain) dan memberi kemudahan bagi orang lain dengan menjual barang.

3) Tidak melakukan sumpah palsu. Nabi Muhammad SAW sangat intens melarang para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan transaksi bisnis. Rasulullah SAW bersabda:

لاق هْنع ه ىضر ةرْيره ىبأ ْنع

Rasulallah SAW bersabda: Pengambilan sumpah ketika menjual barang-barang makanan itu dan mendatangkan keuntungan, tapi itu akan menghapuskan keberkahan” (HR. Bukhari Muslim).

4) Ramah-tamah. Seorang pelaku bisnis, harus bersikap ramah dalam melakukan bisnis.

5) Tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi, agar orang lain tertarik membeli dengan harga tersebut.

23

Departemen Agama RI, Al-Quran , 101.

24

(48)

41

6) Tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya.

7) Tidak melakukan Ihtikar, yaitu menumpuk dan menyimpan barang dalam masa tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan keuntungan besar pun diperoleh.

8) Bisnis tidak boleh menggangu kegiatan ibadah kepada Allah.

9) Tidak monopoli. Contoh sederhana adalah penguasaan individu tertentu atas hak milik sosial, seperti air, udara dan tanah dan kandungan isinya seperti barang tambang dan mineral. Individu tersebut mengeruk keuntungan secara pribadi, tanpa memberi kesempatan kepada orang lain.

10) Tidak boleh melakukan bisnis dalam kondisi eksisnya bahaya (mudharat) yang dapat merugikan dan merusak kehidupan individu dan sosial. Misalnya, larangan melakukan bisnis senjata disaat terjadi chaos (kekacauan) politik. Tidak boleh menjual barang halal, seperti anggur kepada produsen minuman keras, karena ia diduga keras, mengolahnya menjadi miras.

11) Bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan. Firman Allah:

(49)

42

dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (QS. An-Nisa‟: 29)25

12) Segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya.

13) Memberi tenggang waktu apabila penghutang (kreditor) belum mampu membayar.

14) Bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba.

Etika bisnis dalam Islam dengan demikian memposisikan pengertian bisnis sebagai usaha manusia untuk mencari keridhaan Allah swt. Bisnis tidak bertujuan jangka pendek, individual dan semata-mata keuntungan yang berdasarkan kalkulasi matematika, tetapi bertujuan jangka pendek sekaligus jangka panjang, yaitu tanggung jawab pribadi dan sosial dihadapan masyarakat, Negara dan Allah swt.

4. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam

Banyak ayat al-Qur‟an yang berbicara tentang hukum dan etika bahkan dalam hukum-hukum Islam unsur etikanya sangat jelas. Dalam hal ini Al-qur‟an telah memberikan petunjuk tentang hubungan antara para pelaku bisnis. Hal itu dianjurkan agar menumbuhkan I‟tikat baik dalam

transaksi demi terjalinnya hubungan yang harmonis dan tanpa harus ada saling mencurigai antar pelaku.

Sistem etika Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pandangan hidup Islami. Maka sistem ini bersifat sempurna. Dalam kaidah

25

(50)

43

perilaku individu terdapat suatu keadilan atau keseimbangan. Sebagaimana Allah berfirman:

Artinya: “Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”(QS. Al-Baqarah: 143)26

Ayat di atas menjelaskan bahwa umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akherat.

Pekerjaan berdagang atau jual beli adalah sebagian dari pekerjaan bisnis kebanyakan masyarakat kita. Apabila berdagang seseorang selalu ingin mencari laba besar. Jika hal ini menjadi tujuan usahanya , maka seringkali mereka menghalalkan berbagai cara untuk mencari tujuan tersebut. Dalam hal ini sering terjadi perbuatan negative yang akhirnya menjadi kebiasaan. Karena dalam anggapan masyarakat, pekerjaan dagang dilakukan penuh dengan penipuan dan ketidakjujuran.27

Dalam hal ini, Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber dari etika bisnis. Sumber etos kerja islam telah memberikan khithab antara yang halal dan haram, antara yang terpuji dan tercela. Oleh karena itu, islam mencegah suatu bisnisyang tidak jelas jenis dan sifatnya.28

26

Ibid., 22. 27

Buchari Alma, Ajaran Islam dalam Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 1994), 2.

28 Hamzah Ya‟qub, Etos Kerja Islami: Petunjuk Pekerjaan yang Halal dan Haram dalam Syariat

(51)

44

Al-Qur‟an mengisyaratkan bahwa pelaku bisnis cenderung tarik menarik dalam memperoleh keuntungan sebanyak mungkin dipihaknya. Karena itu, dalam konteks ini, Allah berfirman:

 kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.”(QS. Al-Baqarah: 188)29

Selain itu, dalam Al-Qur‟an terdapat ayat yang memerintahkan untuk saling berlaku adil, Allah SWT berfirman:



Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An- Nisa‟:58)30

(52)

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS. An-Nahl: 90)31

Kenyataan ini menunjukkan bahwa masalah keadilan berkaitan secara timbal balik dengan kegiatan bisnis. Khususnya bisnis yang baik dan etis. Di satu pihak terwujudnya keadilan dalam masyarakat akan melahirkan kondisi yang baik dan kondusif bagi kelangsungan bisnis yang baik dan sehat. Etis dan baik, akan mewujudkan keadilan dalam masyarakat. Sebaliknya ketidakadilan yang merajalela akan menimbulkan gejala sosial yang meresahkan pelaku bisnis. Tidak mengherankan bahwa hingga sekarang keadilan selalu menjadi salah satu topik penting dalam etika bisnis, khususnya dalam etika bisnis Islam.32

B. Wirausaha Home Industry

1. Pengertian Wirausaha

Istilah wirausaha sering dipadankan dengan kata “entrepreneur”

atau ada juga yang menyebutnya dengan wiraswasta. Wirausaha yang berasal dari kata wira yang berarti mulia, luhur, unggul, gagah berani,

(53)

46

mengerahkan segenap tenaga dan pikiran, pekerjaan, daya upaya, ikhtiar, dan kerajinan bekerja. Oleh LY Wiranaga wirausahawan diasumsikan sebagai sosok manusia utama, manusia unggul, dan manusia mulia karena hidupnya begitu berarti bagi dirinya maupun orang lain.33

Richard Cantillon adalah orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur di awal abad ke-18. Ia mengatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang menanggung resiko. Lain lagi pandangan Jose Carlos Jarillo-Mossi yang menyatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang merasakan adanya peluang, mengejar peluang yang sesuai dengan situasi dirinya, dan percaya bahwa kesuksesan merupakan suatu hal yang dapat dicapai. Artinya, kewirausahaan adalah untuk setiap orang dan setiap orang berpotensi untuk menjadi wirausaha.34

Wirausaha merupakan kemampuan untuk berpikir dan merupakan sebuah tindakan yang konstruktif dalam mewujudkan berbagai pola produksi dan layanan secara baru. Oleh sebab itu wirausaha merupakan potensi pembangunan baik dalam jumlah maupun dalam mutu wirausaha itu sendiri.

Wirausahawan adalah seorang inovator, sebagai individu yang mempunyai naluri untuk melihat peluang-peluang, mempunyai semangat, kemampuan dan pikiran untuk menaklukkan cara berfikir lamban dan malas. Seorang wirausahawan mempunyai peran untuk mencari

33 Subur, “Islam dan Mental Kewirausahaan: Studi Tentang Konsep dari Pendidikannya”,

Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, Vol. 12 (September, 2007), 2.

34

(54)

47

kombinasi-kombinasi baru, yang merupakan gabungan dari lima hal, yaitu:35

1. Pengenalan barang dan jasa baru 2. Metode produksi baru

3. Sumber bahan mentah baru 4. Pasar-pasar baru, dan 5. Organisasi industri baru

Ada beberapa kata kunci bagi upaya menjadi wirausahawan, antara lain sebagai berikut:

1. Memprediksi berbagai kemungkinan yang terjadi pada masa depan. 2. Memiliki fleksibilitas tinggi (kemampuan untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungan usaha).

3. Mengantisipasi berbagai kemungkinan dengan mengubah aturan main. 4. Kemampuan melanjutkan perubahan dari aturan atau bentuk yang telah

ada sebelumnya.36 2. Sektor-Sektor Wirausaha

Kegiatan wirausaha meliputi tiga sektor penting dalam perekonomian. Oleh karenanya setiap wirausahawan diperkenankan untuk melakukan usaha dengan memanfaatkan segala potensi yang ada, selama tidak bertentangan dengan undang-undang dan hukum yang berlaku, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.37

35

Buchari Alma, Kewirausahaan, (Bandung: Alfabeta, 2013), 5. 36

Subur, Jurnal Pemikiran…, 3.

Gambar

Tabel 1.1 Mata Pencaharian Masyarakat Desa Ngreco Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Per Tahun 2015
Tabel 2.1 Prinsip Etika Qur‟ani
Tabel 2.1 Perbedaan Bisnis Islami dan Non Islami
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Ngreco Kec. Kandat Kab. Kediri
+7

Referensi

Dokumen terkait