• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN KIMIA ASAM BASA KELAS XI SEMESTER 2 SMA N 1 JETIS TAHUN AJARAN 2016/ 2017 DENGAN PENDEKATAN SAVI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN KIMIA ASAM BASA KELAS XI SEMESTER 2 SMA N 1 JETIS TAHUN AJARAN 2016/ 2017 DENGAN PENDEKATAN SAVI."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

i

HALAMAN JUDUL

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN KIMIA ASAM BASA KELAS XI SEMESTER 2

SMA N 1 JETIS TAHUN AJARAN 2016/ 2017 DENGAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Rofaidha Kurniawati NIM 13303241061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.

Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau

diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata

penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli.

Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode

berikutnya.

Yogyakarta, 5 Juli 2017

Yang menyatakan,

(5)

v

MOTTO

Bismillah

Sebaik-baik pemimpi adalah dia yang terus berupaya keras membangun mimpi tersebut.

(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah…

Hingga pada akhirnya, karya yang masih jauh dari kata “sempurna” ini aku

persembahkan untuk kedua orangtuaku tercinta, Adik-adikku tersayang,

Sahabat-sahabatku yang teramat luar biasa, serta semua yang bersama-sama berproses

sampai saat ini.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir skripsi dengan judul “Analisis Keterampilan Proses Sains (KPS) Peserta

Didik Pada Pembelajaran Kimia Asam Basa Kelas XI Semester 2 SMA N 1 Jetis

Tahun Ajaran 2016/ 2017 Dengan Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual,

Intelektual)” dengan baik dan lancar.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

2. Bapak Jaslin Ikhsan, Ph. D. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA

UNY

3. Bapak Sukisman Purtadi, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

FMIPA UNY

4. Ibu Prof. Dr. Sri Atun selaku dosen pembimbing yang senantiasa ramah, sabar

dan teliti dalam memberikan bimbingan

5. Ibu Antuni Wiyarsi, Ms.Sc. selaku penguji utama yang telah memberikan

banyak masukan

6. Bapak Sunarto, M.Si. selaku penguji pendamping yang telah memberikan

banyak masukan

7. Bapak Yasin Supangat, S.Pd. selaku guru kimia SMA N 1 Jetis yang telah

(8)

viii

8. Sahabat-sahabat“Preman Sholehah” dan teman-teman D’Clorine yang selalu

membantu di setiap keadaan serta memberikan dukungan

9. Dini Kusuma Dwiharta, Ajeng Pratiwi Noorjanah, Dhelina Putri Rahmawati,

Safira Wulaningrum, Anindya Fitriarachma, Rizki Rahma Nurwahyuni dan

Suasti Ayu Triwijiastuti yang telah meluangkan waktu menjadi observer

penelitian

10.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian dan

penyusunan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, maka dari

itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk lebih menyempurnakan

skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk perbaikan pendidikan di

masa yang akan datang.

Yogyakarta, 5 Juli 2017

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Deskripsi Teori ... 7

1. Pembelajaran Kimia ... 7

2. Pendekatan Pembelajaran ... 9

3. Pendekatan SAVI (Somatis, Auditory, Visual, Intelektual) ... 10

(10)

x

5. Materi Pembelajaran Asam Basa ... 20

B. Kerangka Berpikir ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN... 26

A. Desain Penelitian ... 26

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26

C. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling ... 27

D. Instrumen Penelitian ... 28

E. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Hasil Penelitian ... 36

1. Presentase Keterampilan Proses Sains pada Setiap Kegiatan Pembelajaran ... 37

2. Presentase Keterampilan Proses Sains Dalam Setiap Indikator Keterampilan Proses Sains ... 40

B. Pembahasan ... 43

1. Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Secara Keseluruhan ... Error! Bookmark not defined. 2. Presentase Keterampilan Proses Sains pada Setiap Indikator Keterampilan Proses Sains. ... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rumus pre-experimental one shot study design ... 26

Gambar 2. Alur Penelitian... 32

Gambar 3. Sebaran Keterampilan Proses Sains Peserta Didik untuk Pembelajaran

Ke-1 Kelas XI MIPA SMA N 1 Jetis ... 37

Gambar 4. Sebaran Keterampilan Proses Sains Peserta Didik untuk Pembelajaran

Ke-2 Kelas XI MIPA SMA N 1 Jetis ... 38

Gambar 5. Sebaran Keterampilan Proses Sains Peserta Didik untuk Pembelajaran

Ke-3 Kelas XI MIPA SMA N 1 Jetis ... 39

Gambar 6. Sebaran Keterampilan Proses Sains Peserta Didik untuk Pembelajaran

Ke-4 Kelas XI MIPA SMA N 1 Jetis ... 39

Gambar 7. Rerata Sebaran Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Kelas XI

MIPA SMA N 1 Jetis ... 40

Gambar 8. Grafik Presentase Keterampilan Proses Sains pada Setiap Indikator

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indikator Asam Basa ... 25

Tabel 2. Kisi-kisi lembar observasi keterampilan proses sains ... 29

Tabel 3. Kisi-kisi pedoman wawancara ... 30

Tabel 4. Skala Kategori Keterampilan ... 33

Tabel 5. Skala sebaran indikator keterampilan ... 35

Tabel 6. Rerata Sebaran Pada Setiap Indikator Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Kelas XI MIPA SMA N 1 Jetis ... 41

(13)

xiii

(14)

xiv

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN KIMIA ASAM BASA KELAS XI SEMESTER 2

SMA N 1 JETIS TAHUN AJARAN 2016/ 2017 DENGAN PENDEKATAN SAVI

Oleh :

Rofaidha Kurniawati 13303241061

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan proses sains dan profil keterampilan proses sains untuk setiap indikator keterampilan peserta didik kelas XI semester 2 SMA N 1 Jetis tahun ajaran 2016/2017 dengan pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual).

Penelitian ini merupakan penelitian pre-experimental dengan desain one shot study. Populasi penelitian ini adalah 152 peserta didik kelas XI SMA N 1 Jetis tahun ajaran 2016/2017. Sampel penelitian ini adalah 32 peserta didik Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan proses sains hampir seluruh peserta didik menguasai dalam kategori baik. Pada profil keterampilan proses sains peserta didik untuk setiap indikator dengan kategori sangat baik yaitu keterampilan memprediksi, keterampilan berkomunikasi, dan keterampilan menafsirkan; kategori baik antara lain keterampilan mengamati, keterampilan menerapkan konsep, keterampiln alat dan bahan, serta keterampilan klasifikasi.

(15)

xv

AN ANALYSIS OF SCIENCE PROCESS (KPS) PARTICIPANTS IN LEARNING CHEMICAL ACID CLASS XI SEMESTER 2 SMA N 1 JETIS

ACADEMIC YEAR 2016/2017 WITH SAVI APPROACH

By :

Rofaidha Kurniawati 13303241061

ABSTRACT

The aims of this research were to analysis: the difference in Higher Order Thinking Skills This study aimed to find out skill of science process and skill profile of science process for each skill indicator of student of XI semester 2 SMA N 1 Jetis academic year 2016/2017 with SAVI approach (Somatis, Auditori, Visual, Intellectual).

This research is a pre-experimental study with one shot study design. The population of this research was 152 students of class XI SMA N 1 Jetis academic year 2016/2017. The samples of this research were 32 students. The technique of collecting data of this research used observation and interview.

The results of this study indicate that the skill of students' science process in good category. In the skill profile of students' science process for each indicator with very good category, among others predicting skills, communication skills, and interpreting skills; with good category, is observation skills, material skills, and skills of classification.

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya memberikan pengalaman belajar untuk

mengembangkan potensi masing-masing peserta didik, yang menggunakan

pengalaman belajarnya berdasarkan bakat dan minat yang dimiliki peserta didik

(Siswoyo, et al., 2013, hal. 47). Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang

dinamis selalu menuntut perbaikan terus menerus sesuai dengan perkembangan

zaman. Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya proses

belajar. Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan

keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Salah satu upaya memperoleh

pengetahuan, perilaku dan keterampilan adalah melalui pembelajaran kimia di

sekolah.

Kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang hakikat

pengetahuannya berdasarkan fakta, hasil pemikiran dan hasil penelitian yang

dilakukan para ahli, serta fenomena-fenomena yang menyertai perubahan materi.

Belajar ilmu kimia tidak hanya untuk menemukan zat-zat baru, tetapi dengan

belajar ilmu kimia dapat memperoleh pengalaman menerapkan metode ilmiah

melalui percobaan. Selain itu, dalam ilmu kimia juga membutuhkan

keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap untuk memperoleh pengetahuan. Salah satu

keterampilan dasar ilmiah yang harus dimiliki yaitu keterampilan proses sains.

Keterampilan dasar dalam hal ini keterampilan proses sains sangat

diperlukan untuk mengembangkan pemahanan dan penalaran dalam penyelesaian

(17)

2

melibatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemampuan kognitif

dalam pembelajaran peserta didik berpikir mengenai konsep materi kimia,

kemampuan afektif dalam pembelajaran peserta didik berinteraksi dengan teman

maupun guru, dan untuk kemampuan psikomotorik dalam pembelajaran peserta

didik dapat melakukan pengukuran, menyusun dan menggunakan alat. Dengan

mengembangkan keterampilan proses sains peserta akan mampu menemukan dan

mengembangkan sendiri fakta, konsep dan sikap ilmiah.

Hasil survei yang dilakukan oleh TIMSS (Trends in International

Mathematics and Science Study) pada tahun 2011 Indonesia menempati urutan 35

dari 42 negara peserta dengan skala skor 406. Hal ini menandakan kemampuan

sains peserta Indonesa masih rendah dan tergolong ke dalam Low Benchmark.

Survei dilakukan pada peserta didik kelas 8 di 150 SMP/ MTs. Dengan hasil

tersebut diduga berpengaruhh terhadap keterampilan proses sains peserta didik

(Michael O, Ina, Pierre, & Gabrielle, 2011, hal. 55).

Pembelajaran kimia merupakan proses belajar yang bukan hanya menerima

informasi dari pendidik tetapi menciptakan partisipasi aktif peserta didik dalam

berbagai kegiatan. Partisipasi peserta didik yang kurang dalam pembelajaran

cenderung memunculkan kebosanan didalam proses pembelajaran. Lalu, padatnya

materi pembelajaran dan keterbatasan waktu pembelajaran membuat guru

menyampaikan materi dengan cepat, sehingga pembelajaran kurang menekankan

pada pemahaman peserta didik tentang konsep kimia. Akibatnya banyak peserta

didik yang tidak memahami konsep kimia secara utuh karena tidak adanya

pengalaman belajar nyata terhadap konsep kimia, sehingga menyebabkan

(18)

3

individual ini haruslah menjadi hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan

strategi mengajar supaya setiap peseta didik dapat berkembang sepenuhnya, serta

menguasai bahan pelajaran secara tuntas. Perbedaan individu masing-masing

peserta didik merupakan kodratnya karena manusia diciptakan dengan keunikan

masing-masing, tetapi masih banyak pembelajaran yang menggunakan cara

klasikal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia SMA N 1 Jetis, bahwa

pembelajaran kimia yang dilakukan selama ini hanya terbatas teoritis dikelas tanpa

adanya pengalaman nyata peserta didik tentang konsep kimia tersebut. Hal tersebut

menunjukkan bahwa keterampilan proses sains sebagai keterampilan dasar peserta

didik masih kurang karena tidak melakukan kegiatan pengalaman nyata seperti

praktikum ataupun demonstrasi tentang konsep kimia.

Pendekatan pembelajaran diperlukan dalam pembelajaran untuk

memberikan pengalaman belajar nyata pada peserta didik tentang konsep kimia.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah pendekatan

SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual). Dengan menggunakan pendekatan

SAVI, peserta didik dapat menggunakan seluruh indera untuk mengamati,

menganalisis data, mengkomunikasikan, sehingga peserta didik dapat menemukan

konsep kimia secara langsung. Penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan

keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran kimia jika keempat unsur SAVI

(Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) ada dalam pembelajaran tersebut.

Pembelajaran dengan pendekatan SAVI membuat peserta didik belajar secara

menyeluruh dengan menentukan dan mengolah informasi secara mandiri. Peran

(19)

4

motivator. Implementasi pendekatan SAVI dalam pembelajaran salah satunya

eksperimen, dimana kegiatan eksperimen tersebut bukan seperti praktikum pada

umumnya tetapi peserta didik dapat merancang dan melakukan percobaan secara

mandiri. Pendekatan SAVI merupakan salah satu pendekatan yang dapat

mengembangkan keterampilan proses sains peserta didik.

Berdasarkan papapran tersebut, peneliti bermaksud melakukan penelitian

yang berjudul “Analisis Keterampilan Proses Sains (KPS) Peserta Didik Pada

Pembelajaran Asam Basa Kelas XI Semester 2 SMA N 1 Jetis Tahun Ajaran 2016/

2017 dengan Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi

permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Partisipasi aktif dari peserta didik masih kurang dalam pembelajaran, sehingga

peserta didik masih belum memahami konsep kimia secara menyeluruh.

2. Keterbatasan waktu dan jumlah materi pembelajaran yang banyak membuat

guru menyampaikan materi pembelajaran secara cepat dan kurang menekankan

tentang konsep.

3. Pengalaman belajar nyata melalui demonstrasi atau eksperimen yang tidak

diberikan oleh guru membuat pembelajaran kimia yang dilakukan hanya secara

teoritis di kelas.

4. Tidak adanya pengalaman nyata membuat keterampilan proses sains peserta

(20)

5

5. Keterampilan proses sains peserta didik perlu untuk ditingkatkan salah satunya

dengan pendekatan pembelajaran SAVI.

C. Pembatasan Masalah

1. Tidak adanya pengalaman nyata membuat keterampilan proses sains peserta

didik masih kurang.

2. Keterampilan proses sains peserta didik perlu untuk ditingkatkan salah satunya

dengan pendekatan pembelajaran SAVI.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keterampilan proses sains peserta didik kelas XI semester 2 SMA N

1 Jeis tahun ajaran 2016/2017 pada pembelajaran kimia dengan pendekatan

SAVI?

2. Bagaimana profil keterampilan proses sains untuk setiap indikator keterampilan

peserta didik pada pembelajaran kimia dengan pendekatan SAVI?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini mempunyai

tujuan sebagai berikut:

1. Menganalisis keterampilan proses sains peserta didik kelas XI semester 2 SMA

N 1 Jeis tahun ajaran 2016/2017 pada pembelajaran kimia dengan pendekatan

(21)

6

2. Menganalisis profil keterampilan proses sains untuk setiap indikator

keterampilan peserta didik pada pembelajaran kimia dengan pendekatan SAVI.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

yang terlibat dalam dunia pendidikan, yaitu:

1. Bagi Pembaca

a. Masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pendekatan

pembelajaran SAVI terhadap keterampilan proses sains.

2. Bagi Peserta Didik

a. Peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang lebih variatif sehingga

proses pembelajaran kimia menjaid lebih aktif.

b. Peserta didik dapat meingkatkan pemahaman dalam memahami konsep-konsep

kimia.

c. Peserta didik dapat meingkatkan keterampilan prose sains.

3. Bagi Pendidik

a. Pendidik dapat menambah kreativitas dalam pelaksaanan pembelajaran dengan

menggonakan pendekatan yang baru.

b. Pendidik mendapatkan pengetahuan mengenai strategi pembelajaran yang lebih

tepat dan efektif dalam proses pembelajaran kimia.

4. Bagi Sekolah

a. Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan

pembelajaran di sekolah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang

(22)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Kimia

Istilah belajar dan mengajar merupakan dua kegiatan yang berbeda tetapi

memiliki keterkaitan dan saling berhubungan. Belajar merupakan aktivitas yang

disengaja dan dilakukan oleh individu agar terjadinya perubahan keterampilan diri

(MKDP, 2011, hal. 124), serta proses, kegiatan dan bukan suatu hasil karena buka

suatu penguasan hasil tetapi perubahan perilaku (Hamalik, 2011, hal. 27). Adapun

mengajar merupakan pengelolaan lingkungan sehingga menciptakan kondisi

belajar bagi peserta didik (Hamalik, 2011, hal. 48). Berdasarkan pengetian belajar

dan mengajar tersebut, apabila keduanya disatukan disebut pembelajaran.

Pembelajaran mempunyai makna sebuah proses aktivitas interaksi antara

peserta didik dengan lingkungan (MKDP, 2011, hal. 181), kombinasi yang tersusun

oleh unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi (Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, 2013, hal. 57), serta proses

menggabungkan pekerjaan dengan pengalaman yang melibatkan informasi untuk

mencapai tujuan pembelajaran (Suprihatiningrum, 2013, hal. 75-76).

Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang mengarahkan untuk

siswa yang aktif dalam belajar. Prinsip pembelajaran yang mengaktifkan siswa

adalah sebanyak mungkin melibatkan semua indera siswa, membebaskan siswa dari

ketergantungan guru, dan menilai hasil belajar dengan berbagai penilaian secara

(23)

8

Pembelajaran yang efektif adalah salah satu strategi pembelajaran yang

diterapkan untuk menghasilkan tujuan tertentu (Uno & Mohamad, 2013, hal. 13)

yang ditandai bukan dari penguasaan materi melainkan berlangsungnya proses

belajar dalam diri peserta didik (Sanjaya, 2006, hal. 98-99) dan pembelajaran yang

mendorong ke arah perubahan, pengembangan, serta meningkatkan hasrta untuk

belajar (Suprihatiningrum, 2013, hal. 76). Seseorang dikatakan telah mengalami

proses belajar apabila dalam dirinya terjadi perubahan tingkah laku, dari tidak tahu

menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan sebagainya (Sanjaya, 2006, hal.

98-99).

Pembelajaran kimia juga memiliki arti yang sama dengan pembelajaran

mata pelajaran lainnya. Kimia adalah salah satu cabang yang paling penting dari

ilmu pengetahuan yang memungkinkan peserta didik untuk memahami apa yang

terjadi di sekitar peserta didik. Topik kimia umumnya berdasarkan struktur materi,

dan merupakan pelajaran yang sulit bagi sebagian besar peserta didik. Kurikulum

kimia umumnya menggabungkan banyak konsep-konsep abstrak, yang menjadi

pusat pembelajaran lebih lanjut untuk pelajaran kimia maupun ilmu alam lainnya.

Konsep-konsep abstrak tersebut sangat penting karena teori-teori dalam pelajaran

kimia tidak dapat dengan mudah dipahami, jika konsep-konsep yang mendasari

tidak cukup dipahami oleh peserta didik. Ilmu kimia dalam beberapa materi harus

diperlajari secara konseptual, jika dengan pemahaman yang benar akan menuntun

peserta didik memahami secara keseluruhan keterkaitan konsep-konsep tersebut.

Namun, banyak konsep yang bisa diperoleh dengan hafalan hal ini sering terlihat

pada soal ujian unruk me-recall suatu konsep. Masih banyak ditemukan bukti

(24)

9

2. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau

pembelajaran dalam tutorial dan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan

pembelajaran (Trianto, 2010, hal. 51). Pembelajaran mengacu pada pendekatan

pembelajaran yang digunakan termasuk kerangka konseptual dalam

mengorganisasi pengalaman belajar peserta didik, tahap-tahap pembelajaran,

lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Fungsi pendekatan pembelajaran

adalah sebagai pedoman guru dalam perancangan pembelajaran dan pelaksanaan

pembelajaran. Pemilihan pendekatan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat

dan materi pembelajaran, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajara, serta tingkat

keterampilan peserta didik (Trianto, 2010, hal. 52). Selain pemilihan pendekatan

pembelajaran, setiap pendekatan pembelajaran harus mempunyai tahapan-tahapan

(sintaks) pada proses pembelajaran. Istilah pendekatan pembelajaran mempunyai

makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur pembelajaran

(Trianto, 2010, hal. 54). Pendekatan pembelajaran mempunyai ciri-ciri khusus

yaitu:

a. Rasional teoritis logis yang disusun oleh pengembang atau peneliti tentang

pembelajaran.

b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik dapat mencapai

tujuan pembelajaran.

c. Tingkah laku atau perilaku mengajar yang diperlukan agar pendekatan

(25)

10

d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dpat tercapai

(Trianto, 2010, hal. 55).

3. Pendekatan SAVI (Somatis, Auditory, Visual, Intelektual)

Pendekatan SAVI merupakan pendekatan yang mengabungkan beberapa

gaya belajar yaitu somatis atau kinestetik, auditori, visual untuk meningkatkan

kecerdasan (intelektual). Dengan mengetahui gaya belajar masing-masing di dalam

Keempat unsur belajar SAVI tersebut harus terdapat dalam pembelajaran kimia

sehingga pembelajaran dapat berjalan optimal. Karena keempat unsur tersebut

saling berkaitan satu sama lain (Meier, 2004, hal. 91-92). Keempat unsur

pendekatan SAVI juga sejalan dengan gaya belajar umum yang berpengaruh

terhadap cara peserta didik untuk berinteraksi dan memberikan respon pada

lingkungan belajar. Gaya belajar tersebut antara lain:

a. Gaya belajar visual

Peserta didik yang mempunyai gaya belajar visual lebih mudah memahami

suatu konsep atau materi pembelajaran dalam bentuk gambar. Peserta didik

bergantung pada instruksi atau isyarat non-verbal (pengamatan langsung). Peserta

didik juga lebih mudah membaca tulisan seperti buku, majalah, dll.

b. Gaya belajar auditori

Peserta didik yang mempunyai gaya belajar auditori menemukan dan

menafsirkan informasi dari mendengarkan. Peserta didik dapat memperoleh

informasi dari penjelasan lisan, dan video. Peserta didik dimungkinkan mempunyai

(26)

11 c. Gaya belajar kinestetik

Peserta didik yang mempunyai gaya belajar kinestetik lebih mudah belajar

dengan berbagai kegiatan yang mendukung kegiatan fisik atau praktik langsung.

Peserta didik cenderung tidak bisa diam saat di kelas dan mudah tidak fokus ketika

diam di kelas (Gilakjani, 2012, hal. 106).

Mengidentifikasikan gaya belajar peserta didik dengan mengintegrasikan

dalam proses pembelajaran sangat penting dilakukan untuk meningkatkan proses

belajar menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan lebih optimal. Dengan adanya

identifikasi gaya belajar oleh peserta didik sendiri akan membantu peserta didik

untuk memecahkan masalah secara efektif. Pendekatan SAVI sebagai salah satu

pendekatan yang mengintegrasikan gaya belajar dalam proses pembelajaran dengan

penjelasan sebagai berikut:

a. Somatis (Kinestetik)

Kecenderungan gaya belajar somatis, peserta didik cenderung lebih senang

bergerak untuk lebih mudah memahami proses pembelajaran. Bergerak disini

dalam arti lebih mamahami suatu konsep tertentu dengan terlibat secara langsung

dengan melakukannya sendiri (Russell, 2011, hal. 45). Dalam pembelajaran tidak

dapat memisahkan pikiran dan tubuh, karena keduanya saling berkaitan satu dengan

yang lain secara terpadu. Untuk menciptakan pembelajaran yang melibatkan

pikiran dan tubuh, maka perlu menciptkan suasana belajar yang membuat peserta

didik berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik. Beberapa hal yang dapat

mendukung pembelajaran dengan sarana somatis antara lain membuat model dalam

(27)

12 b. Auditori

Kecenderungan gaya belajar auditori, peserta didik cenderung lebih mudah

memahami proses pembelajara dengan cara mendengarkan (Russell, 2011, hal. 43).

Berdasarkan kecenderungan gaya belajar auditori, peserta didik membuat

rangkuman dan mengucapkan dengan lantang pada diri sendiri ataupun orang lain

memberikan pemahaman yang efektif terhadap suatu konsep (Rose & Nicholl,

2012, hal. 143). Dengan gaya belajar auditori, peserta didik akan terus menangkap

dan menyimpan informasi dari apa yang didengarkan, hal itu membuat beberapa

area penting di otak menjadi aktif (Meier, 2004, hal. 95).Beberapa hal yang dapat

membantu pembelajaran menggunakan sarana auditori antara lain peserta didik

membaca bacaan lebih keras, membuat kelompok diskusi, peserta didik

menjelaskan dengan kata-kata sendiri suatu materi (Meier, 2004, hal. 96).

c. Visual

Peserta didik yang memilih untuk mendapatkan informasi secara visual

lebih menyukai untuk melakukan sesuatu dengan mengamati. Dengan

kecenderungan visual, peserta didik memilih untuk melihat segala sesuatu secara

internal dalam benak sebelum menggambarkan atau mendiskusikan dengan orang

lain (Russell, 2011, hal. 42). Berdasarkan kecenderungan gaya belajar visual,

peserta didik lebih mudah memahami pembelajaran dengan menggambarkan dan

menuliskan peta konsep untuk menangkap butir-butir pokok informasi

pembelajaran yang signifikan yang meningkatkan kapasitas penyimpanan memori

di dalam otak (Rose & Nicholl, 2012, hal. 137). Penggambaran dalam peta konsep,

membuat peserta didik menggunakan informasi umum yang memungkinkan

(28)

13

2012, hal. 136). Dengan ketajaman visual yang dimiliki dapat membantu peserta

didik untuk melihat inti dari sebuah permasalahan. Beberapa hal yang dapat

membuat pembelajaran menjadi lebih visual antara lain bahasa yang penuh dengan

gambar, grafik presentasi, benda tiga dimensi, piktogram, pengamatan lapangan,

dekorasi berwarna-warni (Meier, 2004, hal. 98).

d. Intelektual

Intelektual menunjukkan apa yang dilakukan peserta didik dalam pikiran

peserta didik secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk menemukan

suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencara, serta nilai dari

pengalaman tersebut. Dengan intelektual peserta didik dapat menemukan,

menciptakan, dan memecahkan masalah. Intelektual mempunyai makna sebagai

sarana untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan baru, dan

belajar. Intelektual juga menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan

intuitif tubuh untuk membuat makna yang digunakan untuk mengubah pengalaman

menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman. Aspek intelektual dalam

proses pembelajaran antara lain memecahkan masalah, menganalisis pengalaman,

mengerjakan perecanaan, membuat gagasan kreatif, mencari dan menyaring

informasi, merumuskan pertanyaan, menciptakan model (Meier, 2004, hal.

99-100).

Jika keempat unsur SAVI terdapat dalam suatu pembelajaran, maka belajar

akan menjadi optimal. Misalkan peserta didik dapat belajar dengan memecahkan

suatu permasalahan (Intelektual) dengan melakukan kegiatan praktikum atau

percobaan (Somatis) untuk menghasilkan suatu diagram presentasi atau makalah

(29)

14

Menurut Dave Meirer (2004), beberapa contoh membuat aktivitas

pembelajaran yang menggabungkan gaya belajar peserta didik sebagai berikut:

a. Tahapan Pendekatan SAVI

1) Tahapan Persiapan

Pada tahap ini guru membangkitkan minat peserta didik dengan memberikan

umpan positif untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dalam berpikir dan

belajar. Berikut ini beberapa unsur-unsur dalam persiapan pembelajaran antara lain:

a) Memberikan sugesti positif

b) Menciptakan lingkungan belajar yang positif

c) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang jelas dan bermakna

d) Memjelaskan manfaat pembelajaran untuk peserta didik

e) Menciptakan lingkungan sosial yang positif

f) Membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik

g) Membuat peserta didik terlibat penuh dalam pembelajaran

2) Tahap Penyampaian

Tahap penyampain dalam proses pembelajaran guru bukan hanya sebagai

fasilitator tetapi juga membantu peserta didik terlibat secara penuh dengan

pembelajaran secara aktif untuk menciptakan pengetahuan. Berikut ini adalah

beberapa hal untuk membuat peserta didik terlibat penuh dalam pembelajaran

antara lain:

a) Membuat presentasi yang interaktif

(30)

15

c) Membuat piktogram atau grafik, dan penunjang pembelajaran

d) Mengumpulkan informasi dalam waktu tertentu.

e) Melakukan wawancara tematik secara berkelompok.

f) Menyusun model permainan dari apa yang dipelajari

g) Berlatih menyusun dan memecahkan masalah

h) Melakukan uji coba kolaboratif

i) Melakukan kegiatan pengalaman belajar kontekstual

j) Melakukan varasi dengan semua gaya belajar

k) Melibatkan seluruh tubuh dalam pembelajaran

l) Melakukan dan merancang proyek atau percobaan secara mandiri dan

berkelompok.

3) Tahap Pelatihan

Pada tahap ini merupakan tahap pembelajaran yang sebenarnya. Guru

berperan membantu peserta didik mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:

a) Melakukan permainan kolaboratif

b) Pengajaran dengan teman dan tinjauan

c) Melakukan latihan pemecahan masalah

d) Melakukan pengamatan lingkungan

e) Refleksi dan atrikulasi individu

f) Dialog dan diskusi secara berkelompok atau berpasangan

g) Melakukan kegiatan umpan balik

h) Melakukan aktifitas praktek membangun keterampilan

(31)

16 4) Tahap Penampilan

Pada tahap ini guru memastikan pembelajaran tetap melekat dan dapat

diterapkan dengan baik oleh peserta didik. Beberapa hal yang dapat dilakukan pada

tahap ini antara lain:

a) Melakukan penerapan pembelajaran

b) Melakukan tes atau ujian pengetahuan pembelajaran

c) Melakukan evaluasi program dan proses pembelajaran

d) Melakukan kegiatan penguatan pengetahuan

e) Melakukan umpan balik

f) Melakukan perubahan lingkungan belajar yang mendukung.

4. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains merupakan keterampilan-keterampilan mendasar

peserta didik dalam berproses ilmiah sebagai penggerak keterampilan yang lebih

tinggi dalam diri individu peserta didik, dan keseluruhan keterampilan ilmiah yang

terarah untuk menemukan prinsip serta untuk mengembangkan konsep yang telah

ada (Trianto, 2010, hal. 144). Keterampilan proses sains juga merupakan

keterampilan yang membekali peserta didik dengan suaatu kemampuan berpikir

logis dan sistematis dalam menghadapi suatu masalah. Selain itu, keterampilan

proses sains dapat membuat peserta didik mampu menumbuhkan dan

mengembangkan sendiri fakta, konsep, sikap dan nilai yang dituntut

(32)

17

peserta didik untuk lebih banyak kegiatan dan umpan balik yang membantu

mengidentifikasi apa yang sudah dipelajari peserta didik (Chebii, Wachanga, &

Kiboss, 2012). Sebagai salah satu pengembangan keterampilan afektif,

keterampilan proses sains dapat mempengaruhi pemahaman konsep kimia peserta

didik yang nantinya dapat mempengaruhi prestasi peserta didik (Abungu,

Wachanga, & Okere, 2014). Dengan keterampilan proses sains sebagai salah satu

cara untuk akuisisi pengetahuan dapat memfasilitasi pembelajaran

menggembangkan rasa tanggungjawab, meningkatkan pemahaman, serta

meningkatkan kemampuan menyelidikim inferensi, dan memprediksi (Gurses,

Cetinkaya, Dogar, & Sahim, 2014). Keterampilan proses sains adalah salah satu

tujuan utama yang harus dicapai dalam pendidikan sains kerena keterampilan ini

tidak hanya dimanfaatkan oleh ilmuwan tetapi semua orang, agar menjadi sadar

keilmiahan (Gultepe, 2016).

Funk (dalam Trianto, 2010: 144) membagi keterampilan proses menjadi

dua tingkatan yaitu, keterampilan proses tingkat dasar dan keterampilan proses

terpadu. Keterampilan dasar dalam keterampilan proses sains antara lain:

a. Mengobservasi atau mengamati

Peserta didik diajak untuk belajar mengenal fenomena yang ada di

lingkungan sekitar dengan menggunakan alat indera agar yang diamati menjadi

lebih bermakna.

b. Mengklasifikasi

Keterampilan untuk menggelompokkan sesuatu menurut ciri-ciri, tujuan,

kepentingan dan sifat-sifat tertentu yang kemudian mengelompokkannya ke dalam

(33)

18 c. Menginterpretasi atau menafsirkan data

Keterampilan dalam menggunakan hasil pengamatan untuk menjelaskan

sesuatu berupa rangkuman dalam bentuk tabel, grafik, dan diagram hasil

eksperimen.

d. Meramalkan atau membuat prediksi

Keterampilan untuk mengajukan hasil yang mungkin dihasilkan dari percobaan

berdasarkan pengamatan dan interferensi sebelumnya ke dalam situasi baru yang

digunakan untuk memecahkan masalah dan menjelaskan informasi.

e. .Mengomunikasikan

Keterampilan untuk menyampaikan apa yang diketahui atau hasil penemuan

orang lain yang dilakukan secara lisan dan tulisan.

f. Menghitung, mengukur

Keterampilan yang berfungsi sebagai pembanding dengan suatu pengukuran

untuk hal-hal yang berkaitan dengan konsep luas, cepat, tinggi-rendah, volume,

berat dan panjang.

Sedangkan keterampilan terpadu dalam keterampilan proses sains antara

lain:

a. Mencari hubungan ruang/ waktu

Keterampilan untuk mencocokkan benda-benda sesuai dengan fungsinya,

(34)

19 b. Membuat hipotesis

Keterampilan untuk membuat perkiraan dari suatu pengamatan yang hasilnya

dilakukan uji kebenaran melalui eksperimen. Beberapa perilaku peserta didik yang

dilakukan antara lain: merumuskan hipotesis berdasarkan hasil pengamatan dan

interferensi dan mengkaji ulang hipotesis apabila terdapat data yang tidak

mendukung (Trianto, 2010, hal. 147).

c. Merencanakan penelitian/ eksperimen

Keterampilan untuk menguji gagasan melalui eksperimen atau penelitian

dalam rangka menyelidiki hipotesis dan seluruh variabel harus dijaga agar tetap

sama kecuali satu faktor.

d. Mengendaikan variabel

Keterampilan untuk memastikan segala sesuatu dalam percobaan tetap sama

kecuali satu faktor serta memilih objek yang dapat diukur dan berubah dalam waktu

yang singkat maupun jangka waktu yang lama.

e. Menyusun kesimpulan sementara

Keterampilan untuk memberikan kesimpulan sementara berdasarkan

informasi yang diperoleh dan berlaku sampai batas waktu tertentu.

f. Menerapkan

Keterampilan untuk mengimplementasikan hasil belajar ke dalam situasi baru

yang digunakan untuk memecahkan masalah pada situasi yang berbeda dan

menjelaskan suatu informasi.

Keterampilan proses sains dapat membuat peserta didik mampu menemukan

dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan

(35)

20

membekali peserta didik dengan keterampilan berpikir logis dan sistematis dalam

menghadap suatu masalah di bidang manapun (Suprihatiningrum, 2013, hal.

167-169).

Tujuan melatih keterampilan proses sains dalam proses pembelajaran antara

lain:

a. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik, karena peserta didik

dipacu untuk berpartisipasi secara aktif dan efisien.

b. Menuntaskan hasil belajar peseta didik secara menyeluruh, baik keterampilan

produk, proses, maupun kinerja.

c. Menemukan dan membangun sendiri konsep serta dapat mendefinisikan benar

untuk mencegah miskonsepsi.

d. Memperdalam konsep dan fakta yang dipelajari karena peserta didik yang

menemukan konsep sendiri.

e. Mengembangkan konsep dengan kenyataan dalam lingkungan masyarakat.

f. Melatih keterampilan dan berpikir logis dalam masyarakat dalam memecahkan

masalah sebagai latihan hidup bermasyarakat (Trianto, 2010, hal. 150).

5. Materi Pembelajaran Asam Basa

Asam dan basa merupakan dua senyawa kimia yang sangat penting dalam

kehidupan sehari-hari. Secara umum, zat yanh bersifat masam mengandung asam

misalkan asam asetaat yang terdapat pada cuka, asam sitrat yang terdapat dalam

jeruk, dll. Sedangkan basa mempunyai sifat pahit, misalkan soda api (natrium

hidroksida) yang bersifat membakar. Untuk mengetahui sifat dari suatu asam dan

(36)

21

dari rasanya, tetapi menggunakan alat atau zat tertentu yang disebut indikator.

Sebenarnya terdapat beberapa teori untuk menjelaskan sifat asam dan basa dari

suatu larutan antara lain:

a. Teori Arrhenius

Pada tahun 1887, ketika Arhenius melontarkan teori tentang disosiasi

elektrolit. Menurut Arrhenius dalam air, asam berdisosiasi menjadi ion hidrogen

dan anion, serta basa berdisosiasi menjadi ion hidroksida dan kation:

Asam : HX H+ + X-

Basa : BOH OH- + B+ (Day & Underwood, 1999, hal. 119)

b. Teori Bronsted-Lowry

Pada tahun 1923, Bronsted mengemukakan gagasan baru tentang asam-basa

yang mempertahankan persamaan kesetimbangan Arrhenius tetapi secara konsep

lebih luas dan informas yang lebih banyak. Pada tahun 1924, Lowry juga

menyampaikan gagasan yang sama dengan Bronsted sehingga banyak orang

menyebutkan teori asam basa Bronster-Lowry. Dalam konsep Bronsted, asam

adalah zat yang dapat memberikan proton sedangkan basa adalah zat yang

menerima suatu proton. Apabila suatu spesies yang dihasilkan kekurangan proton

maka spesies tersebut memiliki afinitas proton dan bersifat basa. Jadi dalam konsep

Bronsted terdapat pasangan asam basa “konjugat”:

HB H+ + B Asam Basa

Asam HB dapat bersifat netral, anion, maupun kation kerena itu muatan

pada HB dan B tidak dispesifikkan. Sebagai satuan unsur yang positif, proton

memiliki kerapatan muatan sedemikian sehingga sangat tidak mngkin bisa berada

(37)

22

penerima proton (suatu basa lain). Seringkali basa tersebut adakah pelarutnya

sendiri, seperti dalam disosiasi asam asetat dalam air:

HOAc H+ + OAc-

H2O + H+ H3O+

HOAc + H2O H3O+ + OAc

-Asam1 Basa2 Basa1 Asam2

Air bukanlah satu-satunya pekarut yang dapat diberikan proton oleh asam.

Salah satu teori penting dari Bronsted adalah tekanan pada peranan pelarut dalam

asama dan basa. Disosiasi asam dalam larutan sangat tergantung pada kebasaan

pelarut. Sebagai contoh asam perklorat adalah suatu asam kuat, terdisosiasi total

dalam pelarut air, tetapi hanya terdisosiasi sedikit dalam asam sulfat tanpa air.

Dalam disosiasi suatu basa menggunakan prinsip yang sama dengan disosiasi asam,

dan besarnya disosiasi dipengaruhi oleh keasaamn pelarut (Day & Underwood,

1999, hal. 120-121).

c. Konsep pH

Ion hidrogen dan ion hidroksida akan terdapat dalam banyak kesetimbangan

sebagai hasil pada disosisasi air sehingga sering dibutuhkan untuk mengetahui

konsentrasinya dalam laritan air. Konsentrasi ion tersebut berkisar dari harga yang

relatif tinggi sampai yang sangat rendah, dan suatu sebutan logaritma tela dibuat

untuk memudahkan pengungkapan besaran konsentrasi. Misalkan, jika ingin

konsentrasi ion hidorgen dalam suatu larutan disebut pH, maka

(38)

23

Dengan pendekatan yang sama untuk konsentrasi ion OH-, maka definisi dari

pOH larutan adalah

pOH = −log[OH−]

Sebagaimana hubungan antara [H+] dam [OH-] dalam larutan, demikian juga

pH dan pOH-nya. Dari pernyataan kesetimbangan untuk disosiasi air, akan

didapatkan persamaan dengan mengambil harga logaritma dari keduanya

− log �� = − log[ +] + − log[� −]

Dari definisi − log � = p�

p�� = pH + pOH

Oleh karena � = , � −1 , p� = 4. Maka diperoleh hubungan yang

penting

pH + pOH = 4 (Brady, 2010, hal. 105-106)

d. Indikator Asam Basa

Untuk memperkirakan keasaman atau kebasaan suatu larutan menggunakan zat

disebut indikator asam basa. Indikator adalah senyawa organik yang warnanya

tergantung pada pH larutan kemana indikator itu dilarutkan. Contoh yang khas

adalah lakmus yang berwarna merah muda pada larutan asma dan biru pada larutan

basa. Dalam laboratirium, sering digunakan kertas lakmus, yaitu suatu kertas

absorben yang telah dicelupkan ke dalam zat warna lakmus. Misalnya untuk

mengetahui apakah suatu larutan bersifat asam atau basa, maka pada lakmus merah

ditetesi suatu larutan apabila warna kertas lakmus menjadi biru berarti larutan

bersifat basa. Demikian juga apabila lakmus biru ditetesi suatu larutan apabila

(39)

24

lainnya yang mengandung indikator campuran juga dapat digunakan untuk

memperkirakan pH larutan dan disebut jug kertas indikator universal (Brady, 2010,

hal. 107).

Indikator asam basa selain untuk membedakan larutan asam dan basa,

memperkirakan pH larutan serta digunakan menentukan titik akhir titrasi. Terdapat

banyak asam dan basa organik lemah yang bentuk ion dan bentuk tak

terdisosiasinya menunjukkan warna yang berbeda. Molekul-molekul yang seperti

itu dapat digunakan sebagai indikator tampak asma basa.

Secara sederhana, indikator asam dilambangkkan dengan HIn dan indikator

basa dilambangkan dengan InOH. Disosiasi indikator asam basa tersebut adalah

sebagai berikut:

HIn + H2O H3O+ + In

-InOH In- + OH

-Tetapan disosiasi asam adalah

�� = [ �

+][]

[ ]

Dalam bentuk logaritma menjadi

H = ��− � �[[ ]]

Perubahan minimun dalam pH yang diperlukan untuk suatu perubahan warna

yang terjadi pada indikator disebut jangkauan indikator. Beberapa indikator asam

(40)
[image:40.595.113.514.177.433.2]

25

Tabel 1. Indikator Asam Basa

Indikator Perubahan Warna Dengan

Naiknya pH Jangka pH

Asam pikrat Tak berwarna ke kuning 0,1-0,8

Biru timol Merah ke kuning 1,2-2,8

2,6-Dinitrofenol Tak berwarna ke kuning 2,0-4,0

Metil kuning Merah ke kuning 2,9-4,0

Metil jingga Merah ke kuning 3,1-4,4

Hijau bromkresol Kuning ke biru 3,8-5,4

Metil merah Merah ke kuning 4,2-6,2

Lakmus Merah ke biru 5,0-8,0

Metil ungu Ungu ke biru 4,8-5,4

p-Nitrofenol Tak berwarna ke kuning 5,6-7,6

Ungu bromkresol Kuning ke ungu 5,2-6,8

Biru bromtimol Kuning ke biru 6,0-7,6

Merah fenol Kuning ke merah 6,8-8,4

(41)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pre-experimental. Penelitian

pre-experimental belum merupakan eksperimen sesungguhnya karena masih terdapat

variabel luar yang berpengaruh terhadap terbentuknya variabel bebas (Sugiyono,

2008, hal. 74) dan juga karena tidak adanya variabel kontrol (Arifin, 2014, hal. 74).

Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre-experimental yaitu one shot

study. Pada penelitian ini suatu kelompok yang diberikan perlakuan dan

selanjutnya diobservasi hasilnya. Perlakuan yang diberikan pada kelompok

merupakan variabel bebas dan hasil observasi yang diperoleh merupakan variabel

terikat (Sugiyono, 2008, hal. 74).

Gambar 1. Rumus pre-experimental one shot study design

Keterangan:

X = perlakuan berupa pendekatan SAVI

O = hasil observasi dari perlakuan

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adala variabel yang mempengaruhi perubahan variabel

terikat (Sugiyono, 2008, hal. 39). Variabel bebas penelitian ini adalah penerapan

pendekatan pembelajaran SAVI pada satu kelas eksperimen.

(42)

27 2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh adanya variabel

bebas (Sugiyono, 2008, hal. 39). Variabel terikat pada penelitian ini adalah

keterampilan proses sains peserta didik di SMA N 1 Jetis tahun ajaran 2016/ 2017.

Keterampilan proses sains peserta didik diukur dengan lembar penilaian observasi

dan wawancara selama proses pembelajaran.

C. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI Semester 2

SMA Negeri 1 Jetis tahun ajaran 2016/ 2017. Keseluruhan peserta didik sebanyak

152 peserta didik yang terbagi dalam 5 kelas MIPA.

2. Sampel Penelitian dan Teknik Sampling

Pelaksanaan penelitian tidak meneliti secara keseluruhan yang ada pada

populasi, melainkan mengambil sampel dari populasi tersebut. Sampel penelitian

ini terdiri dari satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas XI MIPA 3.

3. Teknik sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

teknik purposive sampling. Teknik ini digunakan apabila peneliti memiliki

pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitian

(43)

28

D. Instrumen Penelitian

1. Instrumen penelitian

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan rencana yang

menggambarkan langkah-langkah dalam proses pembelajaran untuk mencapai satu

kompetensi dasar yang ditetapkan dari kompetensi inti yang dijabarkan dalam

silabus. Pada penelitian ini, RPP disusun untuk 4 kali pertemuan dengan

pendekatan SAVI menggunakan metode eksperimen dan diskusi. Pada

langkah-langkah pembelajaran dalam RPP ini dengan ciri-ciri SAVI (somatis, auditori,

visual, dan intelektual).

b. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Pada penelitian ini, LKPD yang digunakan peserta didik sebagai panduan

selama mengikuti kegiatan pembelajaran.. LKPD dibuat sedemikian rupa sehingga

dapat mengembangkan keterampilan proses sains peserta didik.

c. Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains

Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi terstuktur,

dimana observasi dirancang secara sistematis dan semua aktivitas observer serta

materi observasi sudah ditetapkan dengan jelas. Pada penelitian ini dilakukan

observasi terhadap peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan

menggunakan pedoman observasi yang didalamnya memuat format penilaian dan

keterampilan proses sains peserta didik yang diamati. Lembar observasi berupa

rubrik dengan skala 1–3. Kisi-kisi pernyataan pada pedoman observasi yang

(44)
[image:44.595.167.486.107.295.2]

29

Tabel 2. Kisi-kisi lembar observasi keterampilan proses sains

No Keterampilan Proses Sains Pernyataan

1 Keterampilan mengamati (Observasi)

1, 2, 3

2 Keterampilan meramalkan (Prediksi)

4, 5, 6

3 Keterampilan berkomunikasi 7, 8, 9, 10, 11, 12 4 Keterampilan menerapkan konsep 13, 14, 15

5 Keterampilan menggunakan alat dan bahan

16, 17, 18, 19

6 Keterampilan menafsirkan (interpretasi)

20, 21, 22

7 Keterampilan mengelompokkan (klarifikasi)

23, 24, 25

Lembar observasi keterampilan proses sains yang digunakan disusun oleh

peneliti berdasarkan elaborasi terori dari berbagai sumber yaitu Trianto (2010);

Chebii, Wachanga, & Kiboss (2012); Gultepe (2016), dan Jamil Suprihatiningrum

(2013). Lembar observasi keterampilan proses sains telah dilakukan validasi logis

oleh 4 validator yaitu 3 dosen dan 1 guru kimia sehingga lembar observasi sudah

layak digunakan dalam penelitian ini.

d. Pedoman Wawancara

Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung

secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara

langsung informasi dan keterangan. Dengan wawancara penelitian akan dapat

menggali informasi sebenarnya (Narbuko & Achmadi, 2010, hal. 83). Kisi-kisi

pernyataan pada pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini dapat

(45)
[image:45.595.193.511.109.309.2]

30

Tabel 3. Kisi-kisi pedoman wawancara

No Keterampilan Proses Sains Pertanyaan

1 Keterampilan mengamati (Observasi)

1, 2, 3, 4, 5, 6

2 Keterampilan meramalkan (Prediksi)

7, 8

3 Keterampilan berkomunikasi 9, 10

4 Keterampilan menerapkan konsep 11, 12, 13, 14, 15, 16

5 Keterampilan menggunakan alat dan bahan

17, 18, 19, 20, 21, 22

6 Keterampilan menafsirkan (interpretasi)

23, 24

7 Keterampilan mengelompokkan (klarifikasi)

25, 26

Pedoman wawancara yang digunakan disusun oleh peneliti berdasarkan

elaborasi terori dari berbagai sumber yaitu Trianto (2010); Chebii, Wachanga, &

Kiboss (2012); Gultepe (2016), dan Jamil Suprihatiningrum (2013). Pedoman

wawancara telah dilakukan validasi logis oleh 4 validator yaitu 3 dosen dan 1 guru

kimia sehingga pedoman wawancara sudah layak digunakan dalam penelitian ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa cara. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Teknik observasi

Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data keterampilan proses

sains peserta didik pada proses pembelajaran. Dengan teknik observasi dapat

mengungkapkan variabel penelitian berdasarkan kemunculan selama proses

pembelajaran (Arikunto, 2002, hal. 204). Selain itu, dengan menggunakan teknik

(46)

31 b. Teknik wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data pendukung dari hasil

observasi keterampilan proses sains peserta didik. Dengan teknik wawancara lebih

mudah untuk membandingkan jawaban peserta didik dari hasil observasi

sebelumnya. Dalam teknik wawancara harus membuat pedoman wawancara semi

(47)

32

[image:47.595.127.562.139.659.2]

Alur penelitian ini secara lengkap dapat ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Alur Penelitian

Analisis konsep materi kimia pada buku kimia SMA kelas XI Semester

2

Studi literatur mengenai keterampilan proses sains dan pendekatan SAVI (Somatis, Auditory, Visual, Intelektual)

Penyusunan instrumen penilaian:

1. Lembar observasi keterampilan proses sains

2. Rubrik penilaian lembar observasi 3. Pedoman wawancara

Penyusunan RPP kimia dengan pendekatan SAVI (Somatis, Auditory, Visual, Intelektual), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD),

dan Lembar observasi pembelajaran

Validasi Instrumen Penelitian

Revisi

Penerapan pendekatan pembelajaran SAVI (Somatis, Auditory, Visual, Intelektual) Observasi

Wawancara

(48)

33

E. Teknik Analisis Data

1. Pengolahan Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains

a. Mengakumulasi nilai hasil pengamatan keterampilan proses sains

masing-masing pesera didik.

b. Menghitung rerata akumulasi nilai hasil pengamatan keterampilan proses sains

masing-masing peserta didik berdasarkan rumus:

Rerata nilai keterampilan proses = ∑ skor keterampilan proses ∑ skor maksimal

c. Membandingkan nilai rerata keterampilan proses sains peserta didik dengan

[image:48.595.168.519.378.490.2]

kategori sebagai berikut:

Tabel 4. Skala Kategori Keterampilan

Rumus Kategori

Keterampilan

� > �̅ + ,8 � �� � Sangat Baik

�̅ + ,6 � �� � < � ≤ �̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ �+ ,8 � � � Baik

�̅ − ,6 � �� � < � ≤ �̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ �+ ,6 � � � Cukup

�̅ − ,8 � �� � < � ≤ �̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ �− ,6 � � � Kurang

� ≤ �̅ − ,8 � �� � Sangat Kurang

Keterangan

Xi(Rerata ideal) :½ (Skor maksimal ideal + skor minimum ideal)

Sbi (Simpangan baku ideal) : 1/6( Skor maksimum ideal – skor minimum ideal

X : Skor Empiris (Widoyoko, 2016, hal. 238)

d. Menentukan presentase keterampilan proses sains dalam satu kegiatan

pembelajaran berdasarkan kategori dengan rumus sebagai berikut:

(49)

34 Keterangan:

a = Nilai presentase keterampilan proses sains

p = Jumlah peserta didik satu kategori

q = Jumlah semua peserta didik

e. Menggambarkan hasil presentase keterampilan proses sains peserta didik dalam

bentuk diagram lingkaran.

f. Mengakumulasi nilai hasil pengamatan masing-masing keterampilan proses

sains peserta didik (mengamati, komunikasi, memprediksi, menerapkan

konsep, menggunakan alat dan bahan, menafsirkan, dan mengklasifikasi) pada

setiap pertemuan.

g. Membandingkan nilai masing-masing keterampilan proses sains peserta didik

(mengamati, komunikasi, memprediksi, menerapkan konsep, menggunakan alat

dan bahan, menafsirkan, dan mengklasifikasi) dengan kategori dalam tabel 5.

h. Menentukan presentase masing-masing keterampilan proses sains (mengamati,

komunikasi, memprediksi, menerapkan konsep, menggunakan alat dan bahan,

menafsirkan, dan mengklasifikasi) dalam satu kegiatan pembelajaran

berdasarkan kategori.

i. Membandingkan presentase kategori masing-masing keterampilan proses sains

peserta didik dari pembelajaran 1 sampai 4.

j. Menafsirkan sebaran keterampilan proses sains peserta didik pada setiap

indikator keterampilan berdasarkan skala yang dikemukaan oleh

Koenjaraningrat (Kurniawati, 2015, hal. 46) dengan ditunjukkan dalam Tabel

(50)
[image:50.595.179.445.105.228.2]

35

Tabel 5. Skala sebaran indikator keterampilan Presentase (%) Sebaran

0,00 Tidak ada

0,01 – 25,00 Sebagian keci 25,01 – 49,99 Hampir separuhnya

50,00 Separuhnya

50,01 – 75,00 Sebagian besar 75,01 – 99,99 Hampir seluruhnya

100,00 Seluruhnya

2. Pengolahan Hasil Wawancara

a. Mengubah hasil wawancara dari lisan menjadi tulisan.

b. Menganalisis hasil wawancara

c. Menghubungkan analisis hasil wawancara dengan hasil observasi keterampilan

proses sains peserta didik. Hasil wawancara digunakan sebagai data tambahan

(51)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan

SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual). Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah eksperimen dan diskusi. Pendekatan SAVI merupakan

pendekatan pembelajaran yang terpusat pada peserta didik dengan melibatkan

semua indera yang dimiliki peserta didik tersebut. Dalam proses pembelajaran guru

memfasilitasi peserta didik untuk membangkitkan minat peserta didik. Selanjutnya

peserta didik menerapkan konsep yang sebelumnya telah diperoleh dengan

berdiskusi secara berkelompok untuk melakukan eksperimen, serta peserta didik

melakukan evaluasi dengan menjawab pertanyaan pada lembar kerja peserta didik.

Selama kegiatan pembelajaran dilakukan pengambilan data keterampilan proses

sains peserta didik dengan lembar observasi yang dilakukan oleh observer. Pada

akhir pembelajaran dilakukan wawancara sebagai data pendukung untuk data

keterampilan proses sains peserta didik.

Keterampilan proses sains juga menawarkan peserta didik untuk lebih

banyak kegiatan dan umpan balik yang membantu mengidentifikasi apa yang sudah

dipelajari peserta didik. Indikator keterampilan proses sains yang diamati dalam

penelitian ini ada 7 indikator yaitu, 1. keterampilan mengamati, 2. keterampilan

memprediksi, 3. keterampilan berkomunikasi, 4. keterampilan menggunakan alat

dan bahan, 5. keterampilan menerapkan konsep, 6. keterampilan menafsirkan, dan

(52)

37

1. Presentase Keterampilan Proses Sains pada Setiap Kegiatan Pembelajaran

Dalam penelitian ini materi yang digunakan adalah asam basa dengan sub

materi indikator asam basa (sintetis dan alami) dan penentuan perkiraan pH larutan

dengan menggunakan pendekatan SAVI.

Berdasarkan data hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan

didapatkan hasil keterampilan proses sains peserta didik pada Lampiran. Sebaran

keterampilan proses sains peserta didik pada kegiatan pembelajaran kelas XI MIPA

3 dapat dilihat pada Gambar 3-7.

a. Pembelajaran ke-1

Pada pembelajaran ke-1 dengan materi percobaan identifikasi sifat larutan

dengan kertas lakmus dan indikator asam basa alami, maka presentase keterampilan

[image:52.595.152.504.457.632.2]

proses sains peserta didik dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Sebaran Keterampilan Proses Sains Peserta Didik untuk Pembelajaran Ke-1 Kelas XI MIPA SMA N 1 Jetis

Berdasarkan Gambar 3, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

peserta didik kelas XI MIPA SMA N 1 Jetis mempunyai keterampilan proses sains

pada kategori sangat baik dengan presentase 87%. SANGAT BAIK

87% BAIK

13%

(53)

38 b. Pembelajaran ke-2

Pada pembelajaran ke-2 dengan materi percobaan kertas indikator asam basa

[image:53.595.184.501.236.426.2]

alami, maka presentase keterampilan proses sains peserta didik dapat dilihat pada

Gambar 4.

Gambar 4. Sebaran Keterampilan Proses Sains Peserta Didik untuk Pembelajaran Ke-2 Kelas XI MIPA SMA N 1 Jetis

Berdasarkan Gambar 4, maka dapat disimpulkan bahwa hampir separuhnya

peserta didik kelas XI MIPA SMA N 1 Jetis mempunyai keterampilan proses sains

pada kategori sangat baik dengan presentase 41%.

c. Pembelajaran ke-3

Pada pembelajaran ke-3 dengan materi percobaan trayek pH indikator asam

basa alami, maka presentase keterampilan proses sains peserta didik dapat dilihat

pada Gambar 5.

SANGAT BAIK 41%

BAIK 37% CUKUP

22%

(54)
[image:54.595.153.497.119.303.2]

39

Gambar 5. Sebaran Keterampilan Proses Sains Peserta Didik untuk Pembelajaran Ke-3 Kelas XI MIPA SMA N 1 Jetis

Berdasarkan Gambar 5, maka dapat disimpulkan bahwa hampir separuhnya

peserta didik kelas XI MIPA SMA N 1 Jetis mempunyai keterampilan proses sains

pada kategori baik dengan presentase 47%.

d. Pembelajaran ke-4

Pada pembelajaran ke-4 dengan materi percobaan penentuan perkiraan pH

[image:54.595.185.516.554.735.2]

larutan, maka presentase keterampilan proses sains peserta didik dapat dilihat pada

Gambar 6.

Gambar 6. Sebaran Keterampilan Proses Sains Peserta Didik untuk Pembelajaran Ke-4 Kelas XI MIPA SMA N 1 Jetis

SANGAT BAIK 22%

BAIK 47% CUKUP

25% KURANG

6%

SANGAT BAIK BAIK CUKUP KURANG SANGAT KURANG

SANGAT BAIK 56% BAIK

25% CUKUP

16% KURANG

3%

(55)

40

Berdasarkan Gambar 6, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

peserta didik kelas XI MIPA SMA N 1 Jetis mempunyai keterampilan proses sains

pada kategori baik dengan presentase 56%.

e. Rerata seluruh kegiatan pembelajaran

Berdasarkan hasil rerata keterampilan proses sains peserta didik secara

keseluruhuan dari pembelajaran ke-1 sampai ke-4, maka presentase keterampilan

[image:55.595.144.529.320.512.2]

proses peserta didik dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Rerata Sebaran Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Kelas XI MIPA SMA N 1 Jetis

Secara keterampilan proses sains peserta didik kelas XI SMA N 1 Jetis

didominasi oleh peserta didik kategori sangat baik dan baik dengan presentase 47%.

2. Presentase Keterampilan Proses Sains Dalam Setiap Indikator

Keterampilan Proses Sains

Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan 7 indikator keterampilan proses

sains yaitu 1. keterampilan mengamati, 2. keterampilan memprediksi, 3.

keterampilan berkomunikasi, 4. keterampilan menggunakan alat dan bahan, 5.

keterampilan menerapkan konsep, 6. keterampilan menafsirkan, dan 7. SANGAT BAIK

47% BAIK

47% CUKUP

6%

(56)

41

keterampilan mengelompokkan. Observasi indikator keterampilan proses sains

dilakukan pada setiap peserta didik pada 4 kali pembelajaran yang menggunakan

pendekatan SAVI(Somatis, Audiori, Visual, dan Intelektual) serta metode

pembelajaran eksperimen dan diskusi. Data yang diperoleh kemudian diubah

dalam bentuk presentase dengan menggunakan rumus yang ada. Rerata indikator

keterampilan proses sains dalam setiap pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 6 dan

[image:56.595.114.486.322.553.2]

7.

Tabel 6. Rerata Sebaran Pada Setiap Indikator Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Kelas XI MIPA SMA N 1 Jetis

P embela jar an K e- Keterampilan Mengamati Keterampilan Memprediksi Keterampilan Berkomunikasi Keterampilan Menerapkan Konsep P re se ntase (%) Sebaran P re se ntase (%) Sebaran P re se ntase (%) Sebaran P re se ntase (%) Sebaran

1 91,7 Hampir

Seluruhnya 97,9

Hampir

Seluruhnya 92,7

Hampir

Seluruhnya 91,1

Hampir Seluruhnya

2 79,7 Hampir

Seluruhnya 0 87,5

Hampir

Seluruhnya 85,7

Hampir Seluruhnya

3 74,5 Sebagian Besar 0 87,5 Hampir

Seluruhnya 81,9

Hampir Seluruhnya

4 86,5 Hampir

Seluruhnya 85,4

Hampir

Seluruhnya 86,5

Hampir

Seluruhnya 83,7

Hampir Seluruhnya

Rerata 83,1 Hampir

Seluruhnya 91,7

Hampir

Seluruhnya 88,5

Hampir

Seluruhnya 85,6

(57)
[image:57.595.114.432.119.368.2]

42

Tabel 7. Rerata Sebaran Pada Setiap Indikator Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Kelas XI MIPA SMA N 1 Jetis

P embela jar an K e- Keterampilan Menggunakan Alat dan Bahan

Keterampilan Menafsirkan Keterampilan Klasifikasi P re se ntase (%) Sebaran P re se ntase (%) Sebaran P re se ntase (%) Sebaran

1 90,1 Hampir

Seluruhnya 94,8

Hampir

Seluruhnya 91,3

Hampir Seluruhnya

2 79,7 Sebagian

Besar 85,9 Hampir Seluruhnya 71,9

Sebagian Besar

3 79,7 Sebagian

Besar 87 Hampir Seluruhnya 68,8

Sebagian Besar

4 84,6 Hampir

Seluruhnya 92,7

Hampir

Seluruhnya 75

Sebagian Besar

Rerata 83,5 Hampir Seluruhnya

90,1 Hampir Seluruhnya

76,7 Hampir Seluruhnya

Berdasarkan rerata presentase keseluruhan keterampilan proses sains

peserta didik untuk setiap indikator keterampilan dari 4 kali pembelajaran diperoleh

bahwa hampir seluruhnya peserta didik menguasai keterampilan mengamati,

memprediksi, berkomunikasi, menerapkan konsep, menggunakan alat dan bahan,

(58)
[image:58.595.112.511.108.327.2]

43

Gambar 8. Grafik Presentase Keterampilan Proses Sains pada Setiap Indikator Kelas XI SMA N 1 Jetis

Berdasarkan grafik tersebut dapat terihat bahwa keterampilan proses sains

peserta didik untuk setiap indikator keterampilan mengalami naik dan turun pada

setiap pembelajaran. Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan

menggunakan materi yang berbeda dan dengan tingkat kesulitan yang berbeda juga.

Selain itu, kondisi peserta didik dan waktu pembelajaran yang berbeda-beda

sehingga menyebabkan keterampilan proses sains peserta didik yang dinilai

menjadi berubah.

B. Pembahasan

Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian one case study. Objek

penelitian ini adalah keterampilan proses sains peserta didik degan 7 indikator

keterampilan yang diamati yaitu keterampilan mengamati, keterampilan

memprediksi, keterampilan berkomunikasi,keretampilan menerapkan konsep,

keterampilan menggunakan alat dan bahan, keterampilan menafsirkan, dan

keterampilan menggelompokkan. Sedangakn subjek penelitianini adalah peserta

91,67

79,7 74,5 86,5

97,92

0 0

85,4

92,71 87,5 87,5

86,5 91,15 85,68 81,9 83,67 90,1 79,7 79,7 84,6 94,8

85,9 86,98 92,71

91,32 71,9 68,75 75 0 20 40 60 80 100 120

1 2 3 4

Keterampilan Mengamati Keterampilan Memprediksi

Keterampilan Berkomunikasi KeterampilanMenerapkan Konsep

(59)

44

didik kelas XI MIPA di SMA N 1 Jetis yang

Gambar

Tabel 1. Indikator Asam Basa
Tabel 2. Kisi-kisi lembar observasi keterampilan proses sains
Tabel 3. Kisi-kisi pedoman wawancara
Gambar 2. Alur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan budaya organisasi yang ditularkan Bank Nagari terhadap setiap jajarannya tergambar bahwa bank nagari memberikan kebebasan kepada jajarannya untuk dapat

Dari teori tersebut kedua subjek KR dan HM bersama mengoptimalkan dakwah dengan penuh kesadaran kolektif di masa pandemi untuk memaksimalkan secara daring akan tetapi tidak

11 Arini, Rosyidi, “Profil Kemampuan Penalaran Peserta didik SMP Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Extrovert Dan Introvert”, Math Edu

Besamya total kontribusi variabel Manajemen Berbasis Sekolah dan metode pembelajaran terhadap motivasi mengajar guru SMP Negeri 1 Tigabinanga mencapai 40,3%, sedangkan

Jarak ini akan dirasakan para pengguna angkutan umum sebagai jarak berjalan kaki yang cukup melelahkan dan berkeringat, mengingat kondisi cuaca dan iklim Kota Medan yang

Abstrak: Batas Usia Perkawinan Menurut Fukaha dan Penerapannya dalam Undang- Undang Perkawinan di Dunia Islam. Artikel ini mengulas pendapat para ulama mazhab tentang batas

Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli ulang konsumen di Domicile Kitchen and Lounge, Surabaya. Metode yang

Penulis melanjutkan dan menyelesaikan pendidikannya ke jenjang sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Ngimbang Kabupaten Lamongan pada tahun 2012, lulus dari SMA