DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2011. Rancangan Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan Tinggi Program Pascasarjana dan Profesi. (Online), (http://bsnp-indonesia.org/id/wp-content/uploads/2011/07/Draf-Standar-Sarana-Prasarana-Pascasarjana-Profesi-Validasi-Juli-2011.pdf, diakses pada tanggal 8 Maret 2016).
Chiara, Joseph . 1983. Time Saver Standars For Building Types. London. Mc Graw Hill International
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2015. Perencanaan Sumber Daya Manusia Inspektur Penerbangan Di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan. Jakarta
Dirjen Perhubungan Udara. 2005. Cetak Biru Trasportasi Udara 2005-2024. (Online),(http://hubud.dephub.go.id/files/dokumen/Cetak%20Biru%20Trans portasi%20Udara%202005-2024.pdf , diakses pada tanggal 12 Maret 2016) Elsevier, Reed . 1999. Metric Handbook. London , Adler David
Francis D. K. Ching, Barry Onouye, Douglas Zuberbuhler, 2014. Building Structures Illustrated Second Edition. Hoboken, New Jersey: Wiley.
Juwana , Jimmy, 2005. Sistem Bangunan Tinggi. Ciracas, Jakarta :Erlangga. Lippsmeier G., Kluska MW., Edrich C. G. 1969. Tropenbau/ Building in the Tropics. Callwey : Verlag Munchen.
Kementerian Perhubungan . 2014. Statistik Perhubungan. (Online), (http://ppid.dephub.go.id/files/STATHUB2014_Buku_1.pdf , diakses pada tanggal 10 Maret 2016)
Keputusan Menteri Perhubungan. 2000. Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi
Penerbangan Indonesia. Jakarta (Online),
(http://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2015/PM_151_Tahun_2015. pdf, diakses pada tanggal 8 Maret 2016)
Manual on Establishment and Operation of Aviation Training Centres,First Edition-1983,Pdf
Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi, 1997. Data Arsitek Jilid 1 Edisi 33. Jakarta : Erlangga.
Neufert, Ernst dan Sjamsu Amril, 1995. Data Arsitek Jilid 2 Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT). Jakarta. Menteri Pendidikan
Peraturan Menteri Perhubungan. 2010. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 141. Jakarta. (Online), (hubud.dephub.iden/kepmen/download/936, diakses pada tanggal 8 Maret 2016).
Peraturan Menteri Perhubungan. 2010. Rencana Kerja (Renja) Departemen Perhubungan. Jakarta. Departemen Perhubungan
Peraturan Menteri Perhubungan. 2010. Standar Pelayanan Minimal Pada Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia Curug. Jakarta. Menteri Perhubungan. Schittich, Christian. 2006. Building Skins. Jerman. Birkhauser
Sunoko, Tri. 2014. The Future of Airport City and Aerotropolis in Indonesia. Surabaya. Angkasa Pura II
BAB III METODOLOGI
Bab III Metodologi ini merupakan uraian langkah-langkah kegiatan perancangan yang berisi tentang penjelasan kerangka pendekatan, metode, dan teknik analisis yang digunakan untuk menghasilkan desain bangunan.
3.1 Metode Perancangan
Metode perancangan merupakan upaya untuk menemukan komponen fisik yang tepat dari sebuah struktur fisik (Christopher Alexander, 1983). Ada dua jenis metode perancangan dalam Arsitektur yaitu metode tradisional yang disebut sebagai Black Box dan mtode rasional yang disebut sebagai Glass Box, yaitu metode yang bersifat rasional dimana setiap tahapan maupun prosesnya direncanakan secara sistematis dan matang sesuai dengan tahapan-tahapan dalam proses perancangan Arsitektur.
Beberapa tahapan dalam merancang dengan menggunakan metode Glass Box, antara lain:
- Metode eksplorasi situasi/permasalahan desain (Divergensi)
- Metode penelitian dan penemuan ide desain (Divergensi dan Transformasi) - Metode eksplorasi pemecahan masalah (Transformasi)
- Metode evaluasi (Konvergensi)
Metode ini digunakan untuk mencapai tujuan perancangan yaitu merancang sebuah Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia di kawasan Bandara Kualanamu, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang
3.2 Jenis Data 3.2.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh melalui pengambilan data secara langsung pada lokasi, data ini di ambil dengan cara survei lapangan, yaitu :
Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia. Survei ini berfungsi untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan lokasi yang berupa:
Luasan dan bentuk tapak.
Batas-batas tapak dengan kawasan sekitar. Kondisi Eksisting Lahan
Intensitas bangunan
View ( Pemandangan di sekitar site) Keadaan iklim dan geografis tapak. Sistem drainase tapak dan lingkungan.
Sarana transportasi pada kawasan sekitar yang meliputi jalur dan besaran jalan, angkutan dan pengguna jalan, dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. Sarana dan prasarana pada kawasan sekitar yang meliputi listrik (PLN), air
(PDAM), persampahan, komunikasi, dan lain-lain. Vegetasi yang ada pada tapak.
Dan lain-lain.
b. Pengamatan mengenai aktivitas dan dokumentasi gambar kondisi tapak serta kawasan sekitar, dilakukan dengan menggunakan kamera dan peta garis.
3.2.2 Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui pihak lain yang telah mengumpulkan dan mengolah data tersebut sehingga peneliti tidak perlu mencarinya secara langsung (Simulingga, 2011). Teknik pengumpulan data sekunder yang dilakukan dalam proses perancangan adalah mencari data dan informasi mengenai kawasan site perancangan dan literature mengenai fungsi dan tema sejenis fungsi bangunan. Selanjutnya, menentukan teori (data) real atau fakta yang terkait dan medukung proses perancangan Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia.
Berikut merupakan beberapa data sekunder yang diperoleh:
- Data tata guna lahan, data ini dapat diperoleh dari pihak Bappeda Kabupaten Deli Serdang
- Data sekolah penerbangan di Indonesia, data ini dapat diperoleh dari website Dinas Perhubungan
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dimulai dari pengumpulan informasi mengenai konsep kawasan yang akan direncanakan. Lalu, memilih fungsi bangunan yang terkait dengan konsep kawasan. Kemudian masuk ke tahap pemilihan lokasi yang akan dirancang. Untuk data sekunder dapat diambil dengan penelitian arsip atau studi kepustakaan.
3.3.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah metode studi kepustakaan dan survey lapangan. Dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
- Survei lapangan, dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung pada lokasi perancangan dan untuk mengetahui kondisi lahan yang berhubungan dengan kasus perancangan
- Studi literatur/pustaka, untuk mendapatkan data dari pustaka-pustaka yang berhubungan dengan judul perancangan. Sebagai bahan informasi yang berupa literature untuk materi laporan.
3.3.2 Prosedur / Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pengumpulan data diambil dari beberapa keputusan perancangan yang akan dibuat berdasarkan data yang ada, lalu menentukan lokasi site perancangan. Selanjutnya melakukan survey lokasi perancangan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi eksisting site yang akan dirancang dan juga mengumpulkan data aturan-aturan yang berkaitan dengan perancangan Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia.
Survey yang telah dilakukan sebanyak 3 kali, pada: 1. Hari : Kamis, 25 Februari 2016
Waktu : 11.00 – 14.00 WIB
Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang 2. Hari : Selasa, 15 Maret 2016
Waktu : 10.30 – 15.00 WIB
Lokasi : Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang 3. Hari : Kamis, 21 April 2016
Waktu : 10.00 – 15.00 WIB
Lokasi : Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang
Data-data primer dan sekunder seperti ukuran site, batas site, peraturan dan lain sebagainya juga dikumpulkan sebagai data yang dapat digunakan dalam proses perancangan.
3.4 Lokasi Perancangan
Lokasi perancangan berada dekat dengan bandara Kualanamu yang merupakan bandara kedua terbesar setelah Bandara Internasional Soekarno Hatta. Lokasi bandara ini dulunya bekas areal perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di Kecamatan Beringin, Deli Sumatera Utara. Pemilihan lokasi berdasarkan konsep Aerotropolis yang diangkat menjadi tema utama dalam perancangan. Aerotropolis menjadi tema utama dalam perancangan dan pengembangan pusat-pusat pelayanan kota dititikberatkan di kawasan sekitar Bandara Kualanamu.
3.5 Rangkuman
Metode yang digunakan dalam perancangan Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia adalah Glass Box, yaitu metode yang bersifat rasional dimana setiap tahapan maupun prosesnya direncanakan secara sistematis dan matang serta sesuai dengan tahapan-tahapan dalam proses perancangan arsitektur untuk mencapai tujuan perancangan dan menghasilkan desain yang baik dan benar.
informasi dapat membantu proses perancangan berlangsung dengan baik dan bisa menghasilkan ide desain yang logis dan nyata.
BAB IV ANALISA
4.1 Analisa Lokasi 4.1.1 Lokasi
Lokasi proyek yang dipilih sebagai lokasi Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia terletak di Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara
Gambar 4.1 Lokasi Site Sumber : Olah Data Primer
Deskripsi Lokasi
Judul Proyek : Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia Lokasi : Jl. Lingkungan I, Kec. Batang Kuis Luas Lahan : 3 Ha
Pemilik Proyek : Pemerintah KDB : 70 % GSB : 13 m GSS : 4 m
Ketinggian maksimal : 11 lantai / 46 m Batas –batas lahan
Utara : Lahan Kosong / Kebun jagung Timur : Lahan Kosong / Kebun jagung Selatan : Jl. Lingkungan I
Barat : Jl. Lingkungan II
4.1.2 Analisa Kondisi Eksisting sekitar site
A. Lahan Kosong
Lahan di sebelah barat site masih merupakan lahan kosong dipagar dan dalam keadaan tidak terawat
B. Lahan Kosong
Gambar 4.2 Eksisting site Sumber : Olah Data Primer
F. Jalan Lingkungan II
Akses dari jalan utama menuju site dengan kondisi yang masih berupa tanah dan tidak memiliki jalur pedestrian.
E. Jalan Raya Bandara
Jalan utama menuju bandara, Site dapat diakses dari jalan utama dengan jarak +/- 100 m
D. Lahan Kosong
Lahan Kosong tidak berpagar dengan tumbuhan menjalar di berbagai area
C. Lahan Kosong
4.1.3 Analisa Tata Guna Lahan dan Intensitas Bangunan Tata Guna Lahan
Gambar 4. 3 Tata Guna Lahan Sumber : Olah Data Primer
Kondisi :
Site berada pada wilayah pengembangan kawasan aerotropolis Kualanamu Bangunan di sekitar site adalah bangunan dengan kategori fungsi hunian
menengah ke bawah Potensi :
Adanya proyek Sekolah Tinggi Aviasi di kawasan Bandara Kualanamu, mampu meningkatkan SDM untuk kebutuhan bandara baik Bandara Kualanamu maupun bandara di Indonesia.
Intensitas bangunan
Gambar 4.5 Potongan Site Sumber : Olah Data Primer
Intensitas bangunan didominasi oleh hunian berupa rumah penduduk 1 lantai dan komersial. Letak hunian dan komersial juga masih berada di sepanjang Jalan arteri Bandara Kualanamu , Jl. Batangkuis dan Jalan kolektor Bandara. Kondisi :
-Kawasan lokasi site memiliki garis skyline yang datar
-Bangunan sekitar merupakan hunian dan komersial golongan menengah ke bawah Solusi : Pembangunan Sekolah tidak melebihi ketinggian 8 lantai agar tidak merusak garis skyline sekitar
Proyeksi 2025:
-Pengembangan Airport city di dalam pagar Bandara
-Pembangunan Aerotropolis di sekitar kawasan bandara Kualanamu dengan radius yang ditetapkan
-Dibangunnya perumahan dan permukiman di sekitar lokasi site -Perencanaan Hutan Kota di sekitar lokasi site
4.1.4 Analisa Matahari
Gambar 4.6 Pergerakan matahari Sumber : Olah Data Primer
Kondisi :
- Site memanjang menghadap arah Utara Selatan
- Untuk fungsi bangunan sekolah, massa bangunan dgn permukaan yang lebih luas disarankan untuk menghadap ke arah utara selatan untuk memasukkan angin dan mengurangi paparan sinar matahari masuk ke dalam bangunan
Gambar 4.8 Analisa Matahari Sumber : Olah Data Primer
1 Januari 08.00 1 Juni 08.00
1 Januari 12.00 1 Juni 12.00
1 Januari 17.00 1 Juni 17.00
Dengan adanya simulasi bulan, tanggal dan jam tertentu akan mempengaruhi orientasi, gubahan massa, pemakaian material pada fasad, bentukan jendela dan bentukan atap.
Gambar 4.10 Jenis jendela Sumber : Internet
Alternatif Solusi :
4.1.5Analisa Sirkulasi
4.1.5.1 Deskripsi jalan sekitar site
Gambar 4.12 Deskripsi Jalan Sumber : Olah Data Primer
Di sebelah kiri dan depan site merupakan jalan lingkungan dengan lebar 6m dan 8 m. Jalan ini dapat dicapai dari Jl. Raya Bandara yang merupakan akses untuk ke bandara Kualanamu dan Jl. Batangkuis yang menghubungkan Tanjung Morawa – Medan- dan Pantai Labu.
Gambar 4. 13 Peta Pencapaian Sumber : Google Map
4.1.5.3 Kondisi jalan sekitar
Gambar 4.15 Usulan pelebaran jalan eksisting Sumber : Pribadi
Pada eksisting, jalan lingkungan hanya bisa dilalui oleh motor dan becak, dikarenakan jalan yang masih berbatuan dan kecil. Sedangkan Jalan dari raya bandara menuju site bisa dilalui oleh 2 motor tetapi dengan kondisi jalan yang sama. Dengan usulan pelebaran jalan, akses menuju sekolah akan lebih mudah dan nyaman.
4.1.5.4 Kondisi Jalur Pedestrian
Gambar 4.17 Jalur Pedestrian
4.1.6 Analisa Kebisingan
Site berada di Jl. Lingkungan dengan tingkat kebisingan yang rendah. Hal ini dikarenakan pada eksisting masih merupakan kebun jagung dan lahan kosong yang luas.
Gambar 4.19 Kebisingan pada site Sumber : Olah Data Primer
Pengaruh kebisingan terbagi atas 2, yaitu : -Kebisingan dari dalam site
Kebisingan dari dalam site bisa berupa kendaraan,kegiatan apel, bengkel kerja, maupun kegiatan jungle track
-Kebisingan dari luar site
Kebisingan bisa berupa kendaraan pada persimpangan empat, ataupun kegiatan di dekitar site.
Kebisingan yang ditimbulkan masih berada dalam batas normal untuk fungsi sekolah.
Gambar 4.20 Level kebisingan
Gambar 4.21 Solusi Umum untuk Kebisingan
Solusi :
- Ruang Terbuka Hijau didesain di depan bangunan untuk meredam kebisingan
- Penempatan Massa untuk kegiatan utama di tengah lahan atau di belakang -Peletakkan bengkel kerja di bagian dalam site
-Menurunkan leveling workshop untuk meredam kebisingan
4.1.7 Analisa Prasarana
Gambar 4.22 Tiang Listrik Kayu
Gambar 4.22 Kondisi eksisting Sumber: Survey
- Eksisting
Tiang listrik berada di depan jalan Raya bandara, tetapi di sekitar site belum ada tiang listrik , dan eksisting tinag listrik yang tersedia masih bermaterial kayu seadanya.
- Usulan
site.Pembuatan prasarana bawah tanah untuk menekan resiko kecelakaan karena merupakan kawasan bandara dan tidak menghalang pemandangan kota
Gambar 4.23 Instalasi listrik bawah tanah Sumber : Internet
Gambar 4.24 Kondisi usulan
4.1.8 Analisa Vegetasi
Gambar 4.25 Vegetasi Eksisting Sumber : Survey
Eksisting
- Vegetasi pada sekitar kawasan didominasi oleh semak belukar dan pohon yang tumbuh liar. Kecuali pohon di samping kiri site yang telah ditanami dengan rapi.
Usulan
4.1.9 Analisa View 4.1.9.1 View Ke Dalam
View yang paling cocok dan bisa dinikmati adalah dari persimpangan 4 jalan dengan pemandangan perspektif sekolah.
Gambar 4.26 View ke Dalam Site Sumber : Pribadi
4.1.9.2 View ke luar Eksisting
Gambar 4. 27 View ke Dalam Site Sumber : Pribadi
4.2 Analisa Fungsi
4.2.1Analisa Kapasitas Sekolah
Sumber : Peraturan Dirjen Perhubungan Udara 2015
Tabel perumusan di atas mengacu pada wilayah kerja 10 Kantor Otoritas Bandara udara. Dalam hal ini bukan berarti untuk memenuhi kebutuhan Inspektur Navigasi Penerbangan pada Kantor Otoritas Bandar Udara tetapi untuk pemenuhan kebutuhan seluruh Indonesia.
Dari table diatas, SDM perhubungan udara dibagi 2, yaitu SDM yang bekerja di bandara ( Teknik Penerbangan, Keselamatan Penerbangan, dan Manajemen Penerbangan) dan SDM yang bekerja dengan maskapai (Pilot / Penerbang). Oleh karena itu, perhitungan kapasitas taruna per jurusan yang dapat ditampung oleh Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia dilakukan dengan 2 perhitungan, meliputi:
A. SDM yang bekerja di bandara
No Bidang Sekarang Kebutuhan Kekurangan 1 Inspektur
Kelaiakan Udara ( Teknik )
148 418 270
2 Inspektur Navigasi Penerbanga n
(
Keselamata n)
3 Inspektur Bandar Udara (
Keselamata n )
115 320 205
4 Inspektur Angkutan Udara (
Manajemen )
27 65 38
5 Inspektur Keamanan Penerbanga n ( Manajemen )
151 784 633
Persentase dari kebutuhan SDM per jurusan dapat dihitung dari: (Sekarang) 2015
Teknik : 148 orang = (148/588) x 100% = 25 % Keselamatan : 262 orang = (262/588) x 100% = 45 % Manajemen : 178 orang , = (178/588) x 100% = 30 % Total : 588 orang
Pembulatan persentase per bidang : J. Teknik 25 % J. Keselamatan 45 % J. Manajemen 30 % ( 5 tahun kedepan )
Teknik : 270 orang = ( 270 / 1218 ) x 100% = 20 % Keselamatan : 277 orang = ( 277 / 1218 ) x 100% = 25 % Manajemen : 671 orang = ( 671 / 1218 ) x 100% = 55 % Total : 1218 orang
J. Teknik 20 % J. Keselamatan 25 % J. Manajemen 55 %
Jadi, dalam satu sekolah tinggi penerbangan seharusnya memiliki kapasitas per bidang berdasarkan persentase di atas, sehingga kebutuhan tenaga kerja lapangan terpenuhi secara seimbang.
Dengan perbandingan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia – Curug yang memiliki 800 taruna/i dan memiliki 4 jurusan, dan sekolah swasta seperti BIFA ( Bali International Flight Academy) yang hanya menerima 2 siswa per angkatan atau dengan total taruna hanya sebanyak 350 taruna/I. Indonesia sangat membutuhkan sekolah negri untuk menampung generasi muda yang berbakat dan memiliki potensi. Selain itu, mengingat sekolah penerbangan merrupakan sekolah yang sangat mahal dan kondisi mayoritas penduduk Indonesia yang secara global tidak mampu bersekolah penerbangan, maka dibutuhkan sekolah negri penerbangan yang disubsidi oleh pemerintah.
Dengan asumsi 500 orang di dalam Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia , maka didapatlah persentase per bidang sebanyak:
Jurusan Persentase Jumlah
Teknik 20 100
orang
Keselamatan 25 125
orang
Manajemen 55 275
orang
4.2.2Analisa Kegiatan
[image:31.595.137.498.110.591.2]4.2.2.1 Alur Kegiatan Pengguna Mahasiswa (Taruna/i)
Gambar 4.28 Alur Kegiatan Mahasiswa Sumber : Pribadi
Pengajar
Gambar 4.29 Alur Kegiatan Pengajar (Dosen) Sumber : Pribadi
Pengelola Administrasi
Pengelola Asrama
Gambar 4.31 Alur Kegiatan Pengelola Asrama Sumber : Pribadi
[image:32.595.136.486.115.455.2]Kepala Sekolah
Gambar 4.32 Alur Kegiatan Kepala Sekolah Sumber : Pribadi
4.2.3Diagram Hubngan
[image:36.595.170.456.381.648.2] Matrik Hubungan Ruang secara Umum
Gambar 4.33 Matrik Ruang secara Umum Sumber : Pribadi
Matrik Hubungan Ruang Kelompok Fungsi Utama
Matrik Hubungan Ruang Kelompok Fungsi Penunjang
No .
PELAKU KEGIATAN
KEBUTUHAN
RUANGAN STANDAR
SUMB
ER KAPASITAS LUAS
JUMLAH
RUANG TOTAL
PENGELOLA 1 KETUA
SEKOLAH
Ruang kerja 12 - 15 m² / org BSNP 1 org 15 m² 1
3800 m²
Ruang tamu 4 m² / unit BSNP 2 org 4 m² 1
Ruang Rapat 1 2 m² / org BSNP 10 org 20 m² 1
2 SEKRETARIS Ruang kerja 12 - 15 m² / org BSNP 1 org 15 m² 1
Ruang Arsip 1,4 m² / org BSNP 3 org 5,4 m² 2
3 PEMBANTU KETUA 1
Ruang kerja 12 - 15 m² / org BSNP 1 org 15 m² 1
Ruang Rapat 2 2 m² / org BSNP 8 org 16 m² 1
4 PEMBANTU KETUA 2
Ruang kerja
12 - 15 m² / org BSNP 1 org 15 m² 1
Ruang Rapat 3
2 m² / org BSNP 8 org 16 m² 1
5 PEMBANTU KETUA 3
Ruang kerja
12 - 15 m² / org BSNP 1 org 15 m² 1
6 ADM.
AKADEMIK & TARUNA
Ruang Administrasi
(Subbag Pendidikan) 4 m²/ org
NA 3 org 48 m² 4
Ruang Administrasi (Subbag Tenaga Pen
didikan)
4 m²/ org
NA 3 org 48 m² 4
Ruang Administrasi
4 m²/ org
(Subbag Kerjasama dan Praktek Kerja N
yata)
Ruang Administrasi (Subbag Ketarunaan
dan Alumni)
4 m²/ org
NA 3 org 48 m² 4
7 ADM. UMUM Ruang Administrasi ( Subbag Progra m dan Pelaporan )
4 m²/ org
NA 3 org 48 m² 4
Ruang Administrasi ( Tata Usaha da n Kepegawaian)
4 m²/ org
NA 3 org 48 m² 4
Ruang Administrasi
( Keuangan ) 4 m²/ org
NA 3 org 48 m² 4
Ruang Administrasi ( Rumah tangga dan hub masyarakat
)
4 m²/ org
NA 3 org 48 m² 4
8 DOSEN Ruang Dosen 4 m² / org NA 34 org 3264 m² 24
Ketua Jurusan Ruang kerja 12 - 15 m² / org BSNP 4 org 16 m² 4
JURUSAN
9 JURUSAN PEN ERBANG
Ruang kelas
1,5 m² / mhsw
BSNP 40 orang @ an gkatan/tahun; 3 angkatan =12
256 m² 4
5238 m²
0 orang, 4 kel as
Radiotelephony 6,4 m² / ruang RTA 20 orang 128 m² 1 Aircraft Link Simula
tor 42 m² / alat
RTA 6 alat 252 m² 1
10 JURUSAN TEK NIK PENERBA NGAN
Ruang Kelas 1,5 m² / mhsw BSNP 48 orang @ an gkatan/tahun; 3 angkatan = 1 44 orang , 5 ke
las
216 m² 4
Ruang Briefing 1,9 m² /mhsw BSNP 273 m² 1
Gas tubine shop 162 m² RTA 162 m² 1
Workshop & Hangar 1000 m² RTA 1000 m² 1
Hidaulik Lab 162 m² RTA 162 m² 1
Instrument Lab 162 m² RTA 162 m² 1
Sheet Metal Shop 189 m² RTA 189 m² 1
Engine Shop 162 m² RTA 162 m² 1
Ruang Gambar 162 m² RTA 162 m² 2
Lab Fisika 162 m² RTA 162 m² 1
Elektrikal Lab 162 m² RTA 162 m² 1
11 JURUSAN KESELAMATA N
PENERBANGA N
Ruang kelas
1,5 m² / mhsw BSNP ngkatan/tahun;50 orang @ a 3 angkatan = 1 50 orang, 6 kel
as
225 m² 4
Ruang Briefing 1,9 m² /mhsw BSNP 285 m² 1
Junior ATC Radar L
ab 162 m²
RTA 162 m² 1
Senior ATC Radar L
ab 144 m²
RTA 144 m² 1
Teleprint Lab 126 m² RTA 126 m² 1
12 JURUSAN MANAJEMEN PENERBANGA N
Ruang Kelas
1,5 m² / mhsw
BSNP 30 orang @ an gkatan/tahun; 3 angkatan = 9 0 orang, 3 kela
s
135 m² 4
Ruang Briefing 1,9 m² /mhsw BSNP 171 m² 1
Lab. Bahasa 144 m² RTA 144 m² 2
Lab. Komputer 144 m² RTA 144 m² 2
Toilet pria dan wanit
a 2 m² @ WC
1,3 m² @ Uri noir 1,6 m² @ W
astafel
NA 6 WC , 4
urinoir , 4 wastafel
26,7 m² 2
PENUNJANG 13 UNIT
PERPUSTAKA AN
Ruang Baca
1,6 m² /org BSNP 150 orang 240 m² 1
6268 m²
Ruang Staff 4 m²/ org NA 2 orang 8 m² 1
Ruang TI 1,2 m² /org NA 50 orang 75 m² 1
14 UNIT
LABORATORI UM
Ruang Staff (3 Jurus
an) 4 m²/ org
NA 3 orang 12 m² 4
Toilet pria & wanita
2 m² @ WC 1,3 m² @ Uri noir 1,6 m² @ W
astafel
NA 6 WC , 4
urinoir , 4 wastafel
15 UNIT
WORKSHOP
Ruang Staff (3 Jurus
an) 4 m²/ org
NA 3 orang 12 m² 1
Toilet pria & wanita 2 m² @ WC 1,3 m² @ Uri noir 1,6 m² @ W
astafel
NA 6 WC , 4
urinoir , 4 wastafel
26,7 m² 1
16 UNIT
KESEHATAN
Klinik
4 m² / unit
BSNP 3 orang + 1 dokter ,1
perawat
7 m² 1
Toilet Klinik 2 m² @ WC 1,3 m² @ Uri noir 1,6 m² @ W
astafel
NA 3 WC, 2
urinoir, 3 wastafel
15 m² 1
17 UNIT ASRAMA
Kamar tidur
18 m²/kamar
NA 1 unit = 4 org 2304 m² 128
Kamar mandi
32 m²
NA 1 orang 512 m² 16
Lobby 1 m² / org RTA 20 org 20 m² 1
R. Staff 4 m²/ org NA 3 - 5 org 12 m² 1
Gudang 24 m² / 2 lnti BSNP 48 m² 2
R. berkumpul
2 m² / org
NA 500 orang 400 m² 16
Toilet
2 m² @ WC 1,3 m² @ Uri noir 1,6 m² @ W
astafel
NA 6 WC , 4
urinoir , 4 wastafel
26,7 m² 2
18 UNIT FASILITAS UMUM
Kantin
1,6 m²/ org NA 500 orang 800 m² 1
Auditorium
1,5 m²/ org NA/BS NP
600 orang 900 m² 1
Toilet Umum 2 m² @ WC 1,3 m² @ Uri noir 1,6 m² @ W
astafel
NA 3 WC, 2
urinoir, 3 wastafel
15 m² 2
Lobby 1 m² / org NA 50 orang 50 m² 1
19 UNIT
OLAHARAGA
Lapangan Basket 26 m² x 14 m² NA 10 orang 464 m² 1
Lapangan Voli 18 m² x 9 m² NA 12 orang 162 m² 2
Gymnasium
100 m² / unit NA/BS NP
20 orang 100 m² 1
R. Staff 4 m²/ org NA 3 orang 12 m² 1
20 SECURITY Ruang Security
1,4 m² / org BSNP 2 orang 2,7 m² 1
591.7 m² Ruang CCTV
1,6 m²/org RTA 3 orang 12 m² 1
21 CLEANING SE RVIS
Ruang Peralatan
25 m² /unit NA - 100 m² 1
Tempat Tinggal 9 m² /unit NA 10 orang 45 m² 1
22 UNIT SERVIC E
Ruang Staff
4 m²/ org NA 3 orang 12 m² 1
Ruang Utilitas 420 m² NA - 420 m² 1
PARKIR 23 Dosen dan karya
wan
Ruang Parkir
2 m² NA/BSNP 130 SRP 260 m² -
2210 m²
15 m² NA/BS
NP
130 SRP 1950 m² -
LUAS TOTAL ( m² )
PENGELOLA 3800
JURUSAN 5238
PENUNJANG 6268
SERVIS 591.7
PARKIR 2210
JUMLAH 18107.7
Sirkulasi 15% 2716.1
dibulatkan 20824 m²
RTA = Redraw TA NA = Neufert
4.3 Analisa Teknologi Bangunan
4.3.1 Analisa Sistem Struktur dan Konstruksi Dasar pertimbangan :
- Secara umum memenuhi persyaratan dasar struktural.
- Bentuk bangunan mampu mendukung ekspresi bentuk yang diinginkan.
- Karakter dan fungsi bangunan mampu mendukung ekspresi bangunan yang ingin ditampilkan sesuai dengan karakter dan fungsi bangunan sebagai bangunan pelayanan rohani.
- Disesuaikan dengan kondisi lingkungan : tahan terhadap pengaruh fisik
- Memperhatikan suasana alami dengan menyesuaikan pada penggunaan bahan-bahan struktur dan bentuk arsitektur yang khas di lingkungan sekitarnya.
- Struktur konstruksi tanggap terhadap kondisi kontur sehingga memberikan keamanan, kenyamanan, minim terhadap pencemaran, dsb.
4.3.1.1 Struktur Pondasi
Factor yang menentukan pemakaian pondasi : - Daya dukung terhadap bangunan berlantai banyak
- Kondisi geologis yaitu daya dukung tanah terhadap bangunan serta kondisi hidrologis dimana ketinggian airnya sesuai dan mendukung
- Cukup kaku menhadapi gaya lateral
- Lebih mudah dan cepat cara pengerjaannya
Alternatif pondasi yang digunakan adalah :
Gambar 4.36 Pondasi Tiang Pancang Sumber : Internet
- Pondasi Bore Pile : memiliki bentuk seperti tabung yang terdiri dari campuran beton bertulang dengan dimensi diameter tertentu yang dipasang didalam tanah dengan menggunakan metode pengeboran terkini sampai panjang kedalaman dengan tingkat kekerasan daya dukung tanah yang diperlukan untuk suatu konstruksi bangunan.
Gambar 4.37 Pondasi Bore Pile Sumber : Internet
4.3.1.2 Struktur Dinding dan lantai
[image:47.595.259.393.390.562.2]Metode struktur plat lantai yang dipakai merupakan metode bondek (floordeck )dimana tulangan bawah dihilangkan dan fungsinya diganti oleh plat bondek. Digunakan bila diinginkan pelaksanaan dalam waktu yang lebih cepat. Struktur lantai menjadi ringan karena betonnya menjadi lebih tipis. Ada dua jenis baja yang digunakan; sheet steel dan cellular steel.
Gambar 4.38 Floor Deck Sumber : Internet
4.3.1.3 Struktur Atap
Struktur atap terdiri dari struktur rangka dan bidang. Pada bangunan sekolah direncanakan menggunakan struktur rangka dengan alasan fleksibilitas dan kemudahan pembuatan. Hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan rangka atap yaitu:
- Kesesuaian dengan iklim
- Kesesuaian dengan bentuk karakter bangunan - Ketahanan terhadap cuaca
Penutup Atap
Ada beberapa jenis material atap yang saat ini banyak digunakan, yaitu sebagai berikut.
Gambar 4.39 Atap Genteng Beton Sumber : Internet
Bentuk dan ukurannya hampir sama dengan genteng tanahtradisional, hanya saja bahan dasarnya adalah campuran semen PC dan pasir kasar. Bagian luarnya diberi lapisan tipis yang berfungsi sebagai pewarna dan lapisan kedap air. Sebenarnya atap ini bisa bertahan lama, tetapi lapisan pelindungnya hanya akan bertahan antara 30 hingga 40 tahun.
[image:49.595.225.403.82.240.2]Atap Dak Beton ( Roof Garden )
Gambar 4.40 Roof Garden Sumber : Internet
Atap ini biasanya merupakan atap datar yang terbuat dari kombinasi besi dan beton. Penerapannya biasanya pada rumah-rumah modern minimalis dan kontemporer. Karena konstruksinya kuat, atap ini dapat digunakan sebagai tempat beraktivitas, misalnya untuk menjemur pakaian dan bercocok tanam
Kuda - kuda berdasarkan bentang kuda-kuda dan jenis bahannya : a. Bentang 3-4 Meter
Digunakan pada bangunan rumah bentang sekitar 3 s.d. 4 meter, bahannya dari kayu, atau beton bertulang.
Gambar 4.41 Kuda-Kuda Bentang 3-4 Meter
b. Bentang 4-8 Mater
Untuk bentang sekitar 4 s.d. 8 meter, bahan dari kayu atau beton bertulang.
Gambar 4.42 Kuda-Kuda Bentang 4-8 Meter
c. Bentang 9-16 Meter
Untuk bentang 9 s.d. 16 meter, bahan dari baja (double angle).
Gambar 4.43 Kuda-Kuda Bentang 9-16 Meter
d. Bentang 20 Meter
Gambar 4.44 Kuda-Kuda Bentang 20 Meter
e. Kuda-Kuda Baja Profil Siku
Gambar 4. 45 Kuda-Kuda Baja Profil Siku
f. Kuda-Kuda Gabel Profil WF
Sistem Rangka Ruang
1. Pengertian : yaitu sistem struktur rangka batang yang tersusun secara tiga
dimensional (ruang).
2. Fungsional : hampir sama dengan rangka bidang, umumnya digunakan pada
struktur atap bentang panjang (sport hall, exhibition hall, stadion, dll).
3. Estetika : dapat menghasilkan bentuk-bentuk yang lebih kompleks dan atraktif.
4. Konstruksional :
Stabilitas : lebih stabil dibandingkan rangka bidang.
Kekuatan : kuat menopang beban yang besar karena beban didistribusikan secara
merata.
Ketahanan goncangan : tahan terhadap gaya yang sejajar struktur dan tahan terhadap tekuk lateral (gaya tegak lurus terhadap struktur).
Kemudahan pembuatan : pembuatannya cukup rumit.
Waktu pelaksanaan : cukup panjang / lama.
Komponen utama : batang (member) dan sambungan (joint).
Bahan / material : struktur ini menggunakan material baja.
Bentuk dasar : struktur ini memiliki bentuk dasar piramid (tetrahedron), limas /
segitiga.
Model / tipe : square on square no offset, cubic prisms, two member lengths, trigonal prisms, octahedron and tetrahedron, one member lengths.
4.3.2 Analisa Sistem Utilitas Bangunan
Pada pembuatan dan pemasangan sistem utilitas bangunan distandarkan dengan kriteria standar bangunan pada umumnya dengan pertimbangan sebagai berikut:
- Mampu memenuhi kebutuhan akan penunjang sebuah bangunan - Efisien dalam jangka panjang
4.3.2.1 Jaringan Air Bersih
Jaringan Air bersih dibedakan menjadi 2 yaitu: - PAM
- Air Hujan
Skema air sebagai berikut :
Gambar 4.47 Skema Air bersih Sumber : Internet
4.3.2.2 Jaringan Air Kotor Pembuangan air kotor, meliputi: - Air kotor dari dapur
- Air kotor dari lavatory - Faeces dari KM/WC - Air Hujan
Air Hujan dan air kotor dari KM, cucian akan dialirkan ke riol kota melalui talang. Sedangkan air kotor dari WC akan dialirkan ke septick Tank dan masuk ke sumur resapan, lalu nantinya dialirkan ke riol kota
Sistem pembuangannya adalah sebagai berikut:
- Air kotor dari dapur akan diproses dalam water treathment, setelah dinyatakan netral lalu dialirkan ke riol kota
4.3.2.3 Jaringan Listrik
Jaringan listrik adalah suatu sistem penyediaan tenaga listrik dan pengaturan distribusinya untuk melayani seluruh kebutuhan tenaga listrik bagi keperluan penerangan buatan, servis, dan operasional suatu bangunan. Sumber utama energi listrik dari PLN dan generator set (genset) apabila aliran listrik dari PLN terjadi gangguan. Panel-panel kontrol listrik diletakkan pada kontrol ruang panel yang akan mengkoordinasi distribusi listrik pada tiap unit bangunan
Gambar 4.48 Skema Listrik Sumber : Internet
4.3.2.4 Sistem Pengamanan dan Bahaya Kebakaran Dasar pertimbangan :
a. Kesesuaian dengan fungsi bangunan sebagai fasilitas pelayanan pedidikan b. Tata massa bangunan pada tapak
c. Tinggi bangunan pada fasilitas pendidikan ini termasuk kategori low rise building Fasilitas pendidikan ini direncanakan merupakan bangunan bermassa banyak dengan ketinggian maksimal 28 m sehingga jika ada salah satu bangunan yang terbakar, maka isolasi terhadap bangunan lain cukup mudah dilakukan
-Fire Alaram -Sprinkler Gas -Sprinkler Air -Fire Extinguiser -Outdoor Hydrant
4.3.2.5 Sistem Pembuangan Sampah
Limbah padat yang dihasilkan dari aktifitas yang diwadahi dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu limbah non-organik dan limbah organik.
-Penanganan terhadap sampah dilakukan dengan: -Penempatan kotak sampah
-Penempatan lokasi penampunga sampahsementara pada area sebagai tempat pengumpulan sampah sementara sebelum diangkutke pembuangan sampah kota -Pemisahan antara sampahorganik dan non-organik
4.3.2.6 Sistem pengkondisian Udara Pengkondisian alami
Berupa pemanfaatan udara luar yang masuk ke dalam bangunan dngan cara aliran silang (Cross Ventilation). Pengudaraan alami dapat dipakai untuk ruang utilitas serta ruang-ruang lain yang memungkinkan mendapatkan pencahayaan alami. Pengudaraan Buatan
Difungsikan untuk ruang-ruang tertutup, yang menuntut kondisi udara yang stabil dan faktor keyamanan. Untuk memenuhi kebutuhan penghawaan buatan digunakan beberapa alternative system diantaranya:
- System VRF (Variable Refrigerant flow): digunakan pada ruang administrasi , ruang lab dan ruang serbaguna
- System exhaust fan : digunakan pada toilet dapur dan kantin
- System blower : digunakan pada ruang mechanical dan ruang genset.
4.4Analisa Penerapan Tema
Penerapan Tema Arsitektur Hijau berpedoman pada 6 aspek dari Green Building Council Indonesia, yaitu :
· Tepat Guna Lahan (Approtiate Site Development / ASD)
· Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency & Conservation / EEC)
· Konservasi Air (Water Conservation / WAC)
· Sumber dan Siklus Material (Material Resource and Cycle / MRC)
· Kualitas Udara & Kenyamanan Ruang (Indoor Air Health and Comfort / IHC)
·Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Environment Management /
BEM)
Aspek di atas menjadi dasar untuk membangun Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia menjadi salah satu Green Building di Indonesia dengan beberapa penerapan, yaitu :
1. Memilih lokasi site yang memiliki perencanaan pengembangan sarana dan prasarana serta aksesibilitas komunitas di sekitarnya
2. Penggunaan skylight untuk mengurangi pemakaian energi listrik di pagi dan siang hari pada area koridor
3. Ventilasi silang pada ruang kelas untuk meminimalisasi pemakaian pendingin ruangan
4. Shading / Reflektor pada area administrasi untuk mengurangi panas matahari dan memasukkan cahaya matahari pantulan
5. Pembuatan void pada bangunan untuk mengalirkan udara panas
6. Penyaringan air hujan dan air kotor untuk dipakai kembali untuk beberapa kebutuhan seperti : menyiram tanaman , air cucian dan lain lain
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1 Konsep Dasar (Penerapan Tema pada Bangunan)
Konsep Green Architecture ( Arsitektur Hijau ) telah menjadi salah satu topic yang ramai diperbincangkan saat ini, selain karna adanya kesadaran masyarakat yang semakin tinggi akan pentingnya melestarikan alam, hal ini juga untuk mengehemat sumber daya alam yang tak terbarukan.
Inti dari konsep arsitektur hijau mengarah pada upaya untuk meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat. Konsep arsitektur ini pada dasarnya lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar, penggunaan bahan daur ulang dan juga ramah lingkungan. Green architecture diharapkan akan digunakan di masa kini dan masa yang akan dating terutama untuk fasilitas pendidikan dengan standar bangunan minimal 20 tahun dan bangunan sekolah yang akan dipakai dari generasi ke generasi.
5.2 Konsep Perancangan Tapak 5.2.1 Konsep Pencapaian Tapak
[image:58.595.113.512.433.653.2]
Sesuai dengan konsep Aerotropolis, fungsi sekolah terletak tidak jauh dari bandara Kualanamu untuk memudahkan pelatihan ataupun OJT. Selain itu, letak sekolah juga tidak berada pada jalan utama melainkan pada jalan sekunder dengan pertimbangan polusi suara yang akan mengganggu kegiatan belajar mengajar. Lokasi Perancangan dapat diakses dari Jl. Raya Bandara dan menuju Jl. Lingkungan 1. Entrance Mobil, drop off dan Entrance untuk pedestrian yang langsung menuju entrance utama sekolah dapat diakses dari Jl. Lingkungan 1, sedangkan jalur masuk servis diakses dari Jl. Lingkungan II dan keluar menuju Jl. Lingkungan
Gambar 5.2 Konsep Pencapaian Tapak Sumber : Pribadi
5.2.2 Konsep Perancangan Tata Luar
Gambar 5.3 Penzoningan berdasarkan sifat dan aktivitas ruang Sumber : Pribadi
Gambar 5.4 Konsep Perancangan Tata Luar Sumber : Pribadi
pedestrian diletakkan di simpang jalan yang langsung menuju lobby sekolah yang juga bisa terhubung sampai asrama.
5.2.3 Konsep Peletakkan dan Gubahan Massa
[image:61.595.111.525.354.634.2]Dari sifat dan aktivitas ruang Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia, maka dibagi menjadi 4 massa, yaitu Sekolah, Auditorium, Musholla, dan Student Union + Asrama. Setiap Massa dihubungkan dengan lapangan hijau di tengah untuk memudahkan akses dan mengarahkan setiap bangunan menghadap ke lapangan sebagai salah satu bentuk sekuritas untuk mengontrol dan jarak pandang yang tak terbatas terhadap view. Selain itu, bangunan servis diletakkan di belakang sekolah dan sejalan dengan jalur servis untuk memudahkan maintenance. Bangunan Asrama diletakkan di sisi belakang timur untuk mendapatkan matahari pagi secara optimal dan tidak menghalangi view.
5.2.4 Konsep Sirkulasi Tapak dan Parkir
[image:62.595.128.512.295.591.2]Sirkulasi tapak Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia dibagai menjadi 2 yaitu sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pedestrian. Sirkulasi kendaraan dibagi menjadi sirkulasi pengguna sekolah, pengunjung auditorium dan sirkulasi servis. Sedangkan pedestrian dibagi menjadi 2 yaitu entrance menuju lobby sekolah dan area pedestrian untuk pengguna sekolah. Jalur pedestrian pada entrance sangat diutamakan, oleh karena itu diletakkan pada simpang jalan untuk memudahkan para pejalan kaki untuk langsung memasuki area sekolah. Selain itu entrance mobil diletakkan 40 m dari entrance pedestrian untuk meminimalisir kemacetan dan efisiensi jalur lalu lintas.
Gambar 5.7 Zona Parkir Sumber : Pribadi
5.2.5 Konsep Utilitas
Gambar 5.8 Letak Elektrikal padaTapak Sumber : Pribadi
[image:64.595.142.467.86.354.2]5.3 Konsep Perancangan Bangunan 5.3.1 Konsep Sirkulasi
[image:65.595.182.441.224.473.2]Sirkulasi pada Bangunan Sekolah dibagi 2 yaitu sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertical. Sirkulasi Horizontal berupa Single Load, dimana koridor terbuka dan mendapatkan cahaya matahari secara langsung serta sirkulasi yang jelas dengan adanya sudut pandang yang lebih luas. Setiap lantai koridor menghadap Hall / R.duduk di tengah bangunan.
Gambar 5.10 Sirkulasi Horizontal Sumber : Pribadi
Sirkulasi Vertikal pada bangunan sekolah terdiri dari :
- Lift pada bagian lobby untuk pengunjung, administrasi dan ketua sekolah - Tangga pada lobby untuk pengunjung dan alternative sirkulasi untuk pegawai
ataupun administrasi
- Tangga pada hangar untuk taruna/i, pelatih, dosen, pengelola hangar - Tangga pada area r. kelas untuk taruna/i, dosen dan pegawai
Gambar 5.11 Sirkulasi Vertikal Sumber : Pribadi
5.3.2 Konsep Perancangan Tata Ruang
[image:66.595.120.513.76.385.2]Konsep Tata Ruang pada bangunan Sekolah dibagi menjadi 4 berdasarkan fungsi dan pelaku, yaitu Area Administrasi, Area Hanggar, Area Laboratorium, Area Servis, Area R. Kelas dan Hall berkumpul dan berdiskusi untuk taruna/i ketika tidak memiliki jadwal kelas.
Gambar 5.12 Konsep Perancangan Tata Ruang Tangga pada Hanggar
Tangga pada area R. kelas
Tangga pada Hanggar
Tangga pada Lobby
5.3.3 Konsep Bentuk dan Estetika Bangunan
Konsep bentuk bangunan Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia mengambil konsep “Form follow Function” dimana bentuk mengikuti fungsi yang ada. Oleh karena itu, bentuk Sekolah yang berupa persegi massif dengan coakan di tengah berasal dari pertimbangan akses yang nyaman dengan jarak pandang yang terbuka dan lebih luas. Kemudian memasukkan cahaya matahari sebanyak mungkin dengan menyaring panas matahari dengan beberapa solusi seperti peletakkan pohon pada hall untuk mengurangi panas terhadap taruna/I dan dosen yang duduk. Koridor single load yang terbuka dan difilter dengan tanaman Lee Kwan Yew yang berfungsi seperti tritisan dan membawa suasana lebih nyaman dan hijau.
Bangunan sekolah juga memperhatikan arah matahari seperti pada arah timur dan barat diberi kisi-kisi untuk mengeluarkan udara panas dan diberi tritisan untuk mereduksi paparan matahari langsung.
[image:67.595.116.509.370.551.2]
Gambar 5.13 Konsep Bentuk dan Estetika Bangunan Sumber : pribadi
5.4 Konsep Perancangan Struktur Bangunan
akan kesalahan dan tidak perlu bergantung pada cuaca yang tidak menentu. Selain itu, Konstruksi hangar berupa Space frame arch dengan bentang 30 m dan ketinggian 10 m.
BAB VI
GAMBAR PERANCANGAN
6.1 Perspektif Eksterior dan Interior
[image:69.595.154.501.449.596.2]Gambar 6.1 Perspektif Entrance Utama
Gambar 6.3 Musholla, Auditorium dan Lapangan Utama
Gambar 6.4 Perspektif Asrama dan Student Union
[image:70.595.149.494.525.677.2]Gambar 6.6 Void pada Entrance 2
[image:71.595.153.491.312.497.2]6.2 Foto Maket
Gambar 6.8 Aksonometri massa
[image:72.595.146.479.359.548.2]Gambar 6.10 Tampak Depan Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia
Gambar 6.11 Tampak Hanggar Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia
[image:73.595.159.467.528.700.2]Gambar 6.13 View dari Jalan Bandara Kualanamu
Gambar 6.14 View Bangunan Auditorium
[image:74.595.156.470.512.691.2]Gambar 6.16 View Musholla dan Auditorium
Gambar 6.17 Tampak Timur (Entrance 2)
Gambar 6.19 Auditorium
6.3 Gambar Perancangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terminologi Judul
Judul proyek ini adalah “Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia“. Secara
terminologi,judul dapat dijabarkan sebagai berikut : Pengertian Sekolah
Sekolah merupakan suatu lembaga yang dirancang khusus untuk mengajar dan membimbing siswa di bawah pengawasan guru dan pemerintah; suatu tempat/ wadah pendidkan untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar antara guru dan siswa.
Pengertian Sekolah Tinggi
Sekolah Tinggi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan profesional dan akademik dalam lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi atau kesenian tertentu.
Sekolah tinggi terdiri atas satu program studi atau lebih yang menyelenggarakan : program Diploma Satu (D I), Program Diploma Dua (D II), Program Diploma Tiga (D III) dan/atau Program Diploma Empat (D IV), dan yang memenuhi syarat dapat menyelenggarakan Program S1, Program S2 dan/atau Program S3.
Pengertian Aviasi
Aviasi merupakan Ilmu Penerbangan Pengertian Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terbentang di khatulistiwa sepanjang 3200 mil (5.120 km2) dan terdiri atas 13.667 pulau besar
Berdasarkan penjabaran di atas, “Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia”
bidang ilmu penerbangan untuk meningkatkan SDM dalam industri penerbangan di Indonesia.
2.2 Tinjauan Umum Sekolah Tinggi Penerbangan 2.2.1 Pengertian Perguruan Tinggi
Menurut Keputusan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 234/U/2000 Tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi, Pendirian perguruan tinggi merupakan pembentukan akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Adapun pendirian perguruan tinggi yang dimaksud, adalah :
Akademi
Akademi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan profesional dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi atau kesenian tertentu. Akademi terdiri atas satu program studi atau lebih yang menyelenggarakan Program Diploma Satu (D I), Program Diploma Dua (D II) dan/atau Program Diploma Tiga (D III).
Politeknik
Politeknik adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan profesional dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus. Politeknik terdiri atas tiga program studi atau lebih yang menyelenggarakan Program Diploma Satu (D I), Program Diploma Dua (D II), Program Diploma Tiga (D III) dan/atau Program Diploma Empat (D IV).
Sekolah Tinggi
Sekolah Tinggi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan profesional dan akademik dalam lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi atau kesenian tertentu.
Institut
Institut adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan profesional dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian sejenis. Institut terdiri atas enam program studi atau lebih yang menyelenggarakan Program S1 dan/atau Program Diploma dan mewakili tiga kelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian yang berbeda dan yang memenuhi syarat dapat menyelenggarakan Program S2, dan Program S3.
Universitas
Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan profesional dalam sejumlah disiplin ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian tertentu. Universitas terdiri atas sepuluh program studi atau lebih yang menyelenggarakan Program S1 dan/atau Program Diploma dan mewakili tiga kelompok bidang ilmu pengetahuan alam dan dua kelompok bidang ilmu pengetahuan sosial atau lebih dan yang memenuhi syarat dapat menyelenggarakan Program S2 dan Program S3.
2.2.2 Tinjauan Umum Industri Penerbangan Indonesia
Sejak tahun 2000 hingga sekarang perkembangan industri penerbangan di Indonesia meningkat pesat setelah terjadi relaksasi izin mendirikan perusahaan angkutan udara. Pada tahun 2011 perkembangan industri transportasi udara semakin pesat yang didukung oleh banyak tersedianya pesawat udara di tanah air, hal ini terjadi karena:
a. Adanya peristiwa WTC 11 September 2001 yang mengakibatkan banyak pesawat udara yang tidak dioperasikan oleh perusahaan Amerika dan Eropa, sehingga disewakan dengan harga murah
b. Banyak industri di Eropa Timur terutama negara-negara di daerah Balkan yang ingin survive sehingga mencari market ke Asia dengan penawaran yang lebih kompetitif.
d. Masa transisi dalam perubahan teknologi
Mudahnya mendapatkan berbagai armada pesawat udara dengan harga yang murah tersebut juga telah membawa dampak positif bagi perkembangan industri penerbangan Indonesia yang diikuti dengan perkembangan perusahaan penerbangan yang cukup pesat. Disisi lain, pesatnya pertumbuhan Industri Angkutan Udara juga tidak lepas dari peran Pemerintah dalam menciptakan suasana yang kondusif dengan mengadakan kebebasan aturan di bidang angkutan udara yang turut memberikan kontribusi dengan memicu pertumbuhan perusahaan penerbangan nasional.
Namun peningkatan jumlah penerbangan dan pesawat terbang yang beroperasi di Indonesia, tidak diikuti dengan peningkatan infrastruktur yang memadai seperti peningkatan jumlah lembaga pendidikan penerbangan dan teknisi yang memadai, yang berakibat terjadinya kekurangan sumber daya manusia (SDM) untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2.2.3 Sejarah Berkembangnya Sekolah Penerbangan di Indonesia
Sejarah Teknik Penerbangan tidak dapat dilepaskan dari agenda perkembangan dirgantara nasional. Pada awal tahun 1960-an, Presiden Sukarno menyampaikan visinya, bahwa Teknologi Dirgantara dan Kelautan harus dikembangkan di Indonesia sebagai bagian dari kebijakan nasional penguasaan bidang Kedirgantaraan dan Kelautan. Awal pendidikan tinggi teknologi dirgantara pertama di mulai di ITB ditandai dengan didirikannya Teknik Penerbangan sebagai jurusan dari Bagian Mesin Departemen Mesin-Elektro pada tahun 1962 oleh O. Diran dan Lim Keng Kie. Perlu diketahui bahwa status Jurusan pada tahun 1962 adalah sama dengan status Kelompok Bidang Keahlian pada tahun 1991. Bersamaan dengan dibukanya jalur pendidikan tinggi teknologi dirgantara di ITB, didirikan pula Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Pada saat kedua lembaga tersebut didirikan, belum ada Kebijakan Dirgantara Nasional.
Walaupun Kebijakan Dirgantara Nasional belum dicanangkan, Indonesia memulai program antariksa dengan diluncurkannya Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) I Palapa A1 pada tahun 1975.
Pada tahun 1976, Kebijaksanaan Kedirgantaraan Nasional mulai dicanangkan oleh Prof.B.J. Habibie yang mendapat tugas khusus dari Presiden RI Soeharto. Kebijakan ini kemudian dijabarkan dengan pendirian beberapa lembaga kedirgantaraan nasional. Pada tahun 1976 didirikan Industri Pesawat Terbang Nurtanio (semula LIPNUR) yang kemudian menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) sebagai industri pesawat terbang nasional. Setahun sebelumnya telah didirikan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) di Serpong sebagai pusat unggulan dalam penelitian dan pengembangan teknologi dirgantara. Kemudian, pada tahun 1978 didirikan pula Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai penentu kebijakan teknologi. Ketiga institusi tersebut dicanangkan sebagai triad institutions di dalam melaksanakan Program
Kedirgantaraan secara terpadu di Indonesia. Di dalam pelaksanaannya disusun strategi pengembangan empat fase transformasi teknologi kedirgantaraan, yaitu
2.2.4 Dasar Hukum Sekolah Tinggi Penerbangan
Keberadaan sekolah penerbangan dirasakan sangat perlu untuk meningkatkan mutu pelayanan dan kualitas penerbangan di Indonesia, oleh karena itu melalui keberadaan sekolah tinggi penerbangan di Indonesia diakui oleh Negara sebagaimana tercantum dalam :
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3390);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3859);
4. Keputusan Presiden Nomor 136 Tahun 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen, sebagaimana telah diubah, dengan Keputusan Presiden Nomor 147 Tahun 1999;
Selain itu kedudukan sekolah penerbangan diperkuat lagi dengan dikeluarkannya : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2000 TENTANG SEKOLAH TINGGI PENERBANGAN INDONESIA.
Menimbang: bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan dan meningkatkan sumber daya manusia yang terdidik dan profesional di bidang penerbangan dipandang perlu mendirikan Sekolah Tinggi Aviasi Indonesia sebagai perguruan tinggi kedinasan di lingkungan Departemen Perhubungan.
2.2.5 Peraturan Pendirian Sekolah
Berdasarkan PP No.24 tahun 2007, beberapa kriteria minimum standar sarana dan prasarana yaitu sebagai berikut:
1. Lahan
Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat.
Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam garis sempadan sungai dan jalur kereta api.
Lahan terhindar dari gangguan-gangguan
Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atau rencana lain yang lebih rinci dan mengikat, dan mendapat izin pemanfaatan tanah dari Pemerintah Daerah setempat.
Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-Perundangan yang berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun.
2. Bangunan
Bangunan gedung untuk setiap satuan pendidikan memenuhi ketentuan rasio minimum luas lantai terhadap peserta didik seperti tercantum pada lampiran PP No 24 tahun 2007
Untuk satuan pendidikan yang memiliki rombongan belajar dengan banyak peserta didik kurang dari kapasitas maksimum kelas, lantai bangunan juga memenuhi ketentuan luas minimum seperti tercantum pada lampiran PP No.24 tahun 2007
Bangunan gedung memenuhi ketentuan tata bangunan. Bangunan gedung memenuhi persyaratan keselamatan Bangunan gedung memenuhi persyaratan kesehatan
Bangunan gedung menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat.
a.Maksimum terdiri dari tiga lantai
b.Dilengkapi tangga yang mempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan pengguna.
Bangunan gedung dilengkapi sistem keamanan
Bangunan gedung dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 1300 watt. Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan, dan diawasi secara profesional.
Kualitas bangunan gedung minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU.
Bangunan gedung sekolah baru dapat bertahan minimum 20 tahun. Pemeliharaan bangunan gedung sekolah
Bangunan gedung dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Selanjutnya untuk persyaratan pendirian standart Sekolah Tinggi , mulai dari persyaratan minimal jumlah dan kualifikasi dosen tetap untuk setiap program studi, persyaratan minimal jumlah dan jenis program study, persyaratan minimal jumlah dan kualifikasi tenaga administrasi dan penunjang akademik, dan persyaratan minimal sarana dan prasarana diatur dalam Keputusan Mentri Pendidikan Nasional NOMOR 234/U/2000
2.2.6 Struktur Organisasi Sekolah Tinggi Penerbangan
Dalam sekolah tinggi penerbangan Indonesia, sekolah memiliki struktur organisasi untuk melaksanakan kegiatan sekolah dengan teratur dan tertib. Struktur Organisasi dari Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia adalah sebagai berikut: o 1 orang ketua , yang bertugas memimpin dan mengelola sekolah secara
keseluruhan
o 3 orang pembantu ketua , dengan sebutan PUKET I, PUKET II, dan PUKET III, bertugas untuk membantu pekerjaan ketua secara khusus, dan memimpin kegiatan administrasi sekolah
o 4 orang ketua jurusan, untuk setiap jurusan, yang bertugas mengontrol dan mengatur kegiatan belajar mengajar antara pengajar dan mahasiswa
o 3 orang staff untuk setiap subbag admininstrasi yang bertugas untuk melakukan kegiatan administrasi baik secara umum maupun akademik
o Dosen, yang bertugas untuk membimbing, mengajar, dan memberi arahan kepada mahasiswa
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia Sumber : Peraturan Mentri
2.2.7 Karakteristik dan Tuntuan Kegiatan a. Kegiatan Utama
Kegiatan utama berupa kegiatan pedidikan yaitu proses terjadinya kegiatan belajar dan mengajar atau interaksi pembelajaran antara pelajar dan pengajar. Kegiatan pembelajaran ini juga dibagi dalam dua metode pembelajaran yaitu: -pembelajaran teori berupa kuliah yang diadakan dalam ruang kelas (class theory). -pembelajaran praktek berupa praktik langsung ke lapangan baik dilakukan secara indoor (laboratorium dan workshop, maupun outdoor (lapangan))
b. Kegiatan Penunjang
Kegiatan penunjang terdiri atas semua kegiatan yang menunjang operasional sekolah penerbangan baik itu secara administratif maupun teknis. Jenis kegiatan penunjang ini antara lain adalah
- Kegiatan penunjang umum meliputi kegiatan olahraga, ibadah dan seni
2.2.8 Program Studi dan Kurikulum Sekolah Tinggi Penerbangan 1. Program Studi
a. Jurusan Penerbang
Gambar 2.3 Simulator penerbang Sumber : Internet
Terdapat beberapa Program Studi pada Jurusan Penerbang, yaitu : Penerbang Sayap Tetap
Pesawat sayap tetap adalah pesawat yang terbang bukan karena gerakan pada sayap. Jurusan penerbang sayap tetap mempunyai program pendidikan yang mempersiapkan tenaga-tenaga ahli untuk menerbangkan pesawat jenis sayap tetap. Metode pembelajaran dibagi dalam dua metode yaitu pembekalan teori yang dilakukan dalam ruang kelas dan praktek berupa simulator pesawat dan praktek lapangan.
Sayap Putar
Pesawat sayap putar adalah pesawat yang terbang karena gerakan pada sayap, misalnya Helikopter. Metode pembelajaran dibagi dalam dua metode yaitu pembekalan teori yang dilakukan dalam ruang kelas dan praktek berupa simulator pesawat dan praktek lapangan.
Operasi Pesawat Udara
di Amerika Serikat. Sebelum diterima oleh maskapai penerbangan maka seorang pilot harus menempuh untuk memperoleh license PPL, CPL serta ATPL
Untuk menjadi seorang pilot yang professional, pilot tersebut memerlukan lise