• Tidak ada hasil yang ditemukan

INFEKSI ROTAVIRUS PADA PENDERITA DIARE AKUT BAYI DAN ANAK DI RSUP M. DJAMIL PADANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INFEKSI ROTAVIRUS PADA PENDERITA DIARE AKUT BAYI DAN ANAK DI RSUP M. DJAMIL PADANG."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

INFEKSI ROTAVIRUS PADA PENDERITA

DIARE AKUT BAYI DAN ANAK DI

RSUP M. DJAMIL PADANG

Teddi Rialdi*, Yorva Sayoeti**

* Peserta PPDS, Ilmu Kesehatan Anak FKUA/RSUP DR. M. Djamil, Padang ** Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUA/RSUP DR. M. Djamil Padang

Abstrak

Tujuan : Mengetahui insidens, distribusi umur, gambaran klinis dan faktor risiko (non ASI eksklusif, pemberian makanan sapihan yang cepat dan gizi kurang) pada penderita diare akut dengan infeksi rotavirus.

Metode : Penelitian di lakukan secara prospektif selama 6 bulan dari 1 Juni - 30 November 1998. Penderita yang di masukkan dalam penelitian adalah bayi umur 1 bulan sampai anak umur 60 bulan yang di rawat karena menderita diare akut. Deteksi rotavirus di lakukan dengan Latex agglutination test dari Virotect-Rota produksi Merck Analisis statistik yang di pakai Chi-square dan regresi logistik dengan p<0,05.

Hasil : Dari 50 penderita yang di teliti (31 laki-laki dan 19 perempuan) dapat di deteksi adanya Rotavirus pada 25/50 (50%) dengan umur puncak kejadian adalah kelompok umur 12-23 bulan 14 (70%), di susul kelompok umur 6-11 bulan 9 (52,9%). Faktor risiko yang bermakna dengan uji statistik univarian adalah keadaan kurang gizi (X2 = 6,65 dan p = 0,009) dan pemberian ASI (X2 = 3,95 dan p = 0,04), sedangkan dengan analisis regresi logistik yang menjadi risiko terhadap infeksi rotavirus adalah keadaan kurang gizi.

Kesimpulan : Insidens infeksi rotavirus terdapat pada 50% penderita dengan umur puncak kejadian adalah kelompok umur 12-23 bulan, sedangkan yang menjadi risiko adalah keadaan kurang gizi, ASI dan penyapihan.

Kata kunci : Diare, rota virus, faktor risiko

(2)

PENDAHULUAN

Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan pada bayi dan anak balita di negara sedang berkembang.(1) Secara keseluruhan anak dan bayi dapat mengalami rata-rata 3,3 episode diare per tahun dan di beberapa tempat lebih dari 9 episode per tahun.1 Di daerah dengan episode yang tinggi ini, seorang balita menghabiskan 15% waktunya dengan diare. Sekitar 80% kematian terjadi pada dua tahun pertama kehidupan.(1)

Kematian karena diare merupakan bagian terbesar dari tingginya angka kematian bayi dan anak di negara sedang berkembang. Penyebab utama kematian ini adalah karena dehidrasi serta hilangnya cairan dan elektrolit. Di Indonesia, sesuai dengan hasil SKRT 1992, diare merupakan penyebab kematian terbanyak pada anak umur 1-4 tahun dan urutan ketiga setelah gangguan perinatal dan infeksi saluran nafas pada bayi.(2)

Dengan meningkatnya teknik pemeriksaan laboratorium, 80% mikro organisme penyebab penyakit diare telah di ketahui, yaitu virus, bakteri dan parasit. Rotavirus merupakan penyebab terbanyak pada bayi dan anak umur di bawah 2 tahun dan berperan utama terhadap tingginya angka kesakitan.(3–8) Di seluruh dunia diperkirakan terdapat 140 juta kasus diare rotavirus dengan hampir 1 juta kematian terjadi setiap tahun.(4) Di Amerika Serikat, rotavirus merupakan penyebab diare pada 35%-50% kasus diare yang di rawat inap. Suatu penelitian di Washington menemukan adanya anti bodi terhadap virus ini pada lebih 90% anak berumur 3 tahun.(3) Penelitian multi senter di 5 negara (Cina, India, Meksiko, Myanmar dan Pakistan) pada tahun 1982-1985, menemukan ekskresi rotavirus pada 16% kasus diare dan 2% kontrol.(8) Di Guatemala dan Banglades didapatkan infeksi rotavirus sebanyak 10%-20%.(9) Di Indonesia, penelitian tentang infeksi rotavirus belum begitu banyak, di Yogyakarta

ABSTRACT

Objective. To assess the incidence, age distribution, clinical manifestation and risk factors in acute diarrheal diseases among children associated with rotavirus infection.

Methods. A six month prospective study were recruited acute diarrhea children between 1 month of age until 60 months. Rotavirus detection using Latex agglutination test from Virotect-Rota. Statistic analysis using Chi-square test with p < 0,05.

Results. There were 50% rotavirus infections among 50 children with diarrhea and peak incidence were 14 (70%) in 12-23 months old of acute diarrheal children. The incidence was increase in malnourished children (X2 = 6,65 and p = 0,009). There were no spesific clinical manifestation of rotaviral diarrheal disease.

Conclusions. Rotavirus infection were the most common etiologic agents of very young diarrheal children < 2 years old, with peak incidence were 12-23 months old, and the risk factor was undernourished.

(3)

(Juni 1978-Juni 1979)(7) ditemukan infeksi rotavirus pada 38% kasus dan di Jakarta didapatkan 47%.(10)

Di negara maju, penurunan angka kejadian diare erat kaitannya dengan pemberian air susu ibu (ASI), kurangnya pencemaran air minum, tersedianya sarana air bersih dan kebersihan lingkungan yang baik. Menurut hasil SKRT 1992,(2) di Indonesia hampir dua pertiga (63,7%) bayi hanya mendapat ASI sampai umur 3 bulan dan 32,3% bayi, hanya mendapat ASI saja sampai umur 11 bulan. Risiko untuk sering kali menderita diare beberapa kali lebih besar pada bayi yang tidak di beri ASI di banding bayi yang di beri ASI penuh.(1)

Tatalaksana penyakit diare akut yang utama adalah mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit yang hilang akibat diare. Makanan diteruskan selama anak diare, bahkan harus ditingkatkan sekurangnya 2 minggu setelah diare berhenti untuk mencegah gangguan gizi. Pemberian anti biotika dan anti parasit tidak ada manfaatnya, namun sayangnya para Dokter masih tetap menulis resep atau memberikan obat-obatan pada semua penderita diare.(11-15)

Obat-obatan yang diberikan tersebut pada umumnya tidak efektif, di samping harganya yang mahal, sering menimbulkan efek samping yang memperburuk keadaan penderita serta munculnya resistensi.(11-13)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian infeksi rotavirus, distribusi umur, status gizi penderita dan pemberian makanan pendamping pada bayi dan anak penderita diare akut umur 1 bulan - 5 tahun di ruang rawat inap Ilmu Kesehatan Anak RSUP M Djamil Padang.

METODE PENELITIAN

Penelitian di lakukan secara cross sectional yang bersifat analitik dan dilakukan di unit rawat inap SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUP M. Djamil Padang selama 6 bulan, mulai 1 Juni 1998 - 30 November 1998. Penderita yang dimasukkan ke dalam penelitian adalah semua penderita diare cair (watery diarrhea) yang berumur 1 bulan sampai 5 tahun. Pemilihan sampel dilakukan secara Consecutive sampling.

Kriteria inklusi

Semua penderita diare akut berumur 1 bulan - 5 tahun yang menjalani rawat inap dari tanggal 1 Juni 1998-30 November 1998, mendapat izin dari orang tua penderita. Diagnosis dikonfirmasikan dengan uji gumpal lateks.

Kriteria eksklusi

(4)

Untuk mendeteksi adanya Rotavirus pada tinja penderita dilakukan dengan teknik

Latex Agglutination memakai alat Virotect-Rota yang di produksi oleh Merck.

Analisis data

Hasil penelitian di susun dalam bentuk tabel dan di analisis secara statistik. Hubungan antara variabel di analisis dengan Chi-square test dengan batas kemaknaan p < 0,05. Semuanya dikerjakan dengan menggunakan program komputer EPI INFO 6.

HASIL PENELITIAN Analisis Deskriptif

Karakteristik penderita

Dalam kurun waktu penelitian didapatkan sampel sebanyak 50 orang bayi dan anak, terdiri dari 31(62%) orang laki-laki dan 19(38%) orang perempuan. Umur terbanyak dengan infeksi rotavirus adalah kelompok umur 12-23 bulan yaitu 70%, sedangkan rotavirus negatif kelompok umur 24-60 bulan 85,7%. Hampir separoh penderita dengan infeksi rotavirus positif tinggal di kota (tabel 1).

Angka kejadian

Dari 50 penderita yang di teliti didapatkan 50% mempunyai hasil uji rotavirus positif.

Distribusi umur

Umur terbanyak rotavirus positif adalah 12-23 bulan yaitu 14 (70%), di ikuti oleh umur 6-11 bulan sebanyak 9 (52,9%). Sedangkan pada rotavirus negatif umur terbanyak adalah 24-60 bulan sebanyak 6 (85,7%) dan umur 1-5 bulan 5 (83,3%) seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Penderita.

Karakteristik Rotavirus

Positif Negatif Total Jenis kelamin :

Laki-laki 14(45,2) 17(54,8) 31(100) Perempuan 11(57,9) 8(42,1) 19(100) Umur (bulan)

1 – 5 1(16,7) 5(83,3) 6(100) 6 – 11 9(52,9) 8(47,1) 17(100) 12 – 23 14(70) 6(30) 20(100) 24 – 60 1(14,3) 6(85,7) 7(100) Daerah tempat tinggal

(5)

Gambaran klinis diare akut rotavirus

Gejala klinis yang ditemukan pada penderita diare akut pada penelitian ini adalah tinja cair pada semua penderita, demam pada 19 (52,8%) dan muntah 23(50%) penderita rotavirus positif, sedangkan pada rotavirus negatif demam 17(47,2%) dan muntah 23(50%). Tinja berlendir terdapat pada 7(38,9%) penderita rotavirus positif dan 11(61,1%) pada rotavirus negatif. Tidak ditemukan darah pada tinja penderita rotavirus positif, sedangkan pada rotavirus negatif ditemukan 3 (100%).

Dehidrasi dapat ditemukan dari tingkat yang ringan sampai berat, dehidrasi berat terdapat pada 13(59%) penderita rotavirus positif dan 9(41%) rotavirus negatif. Satu (16,7%) penderita rotavirus positif mengalami kejang dan 5(83,3%) pada rotavirus negatif (tabel 2). Rata-rata penderita mengalami 1,18 kali diare pada rotavirus positif dan 1,25 kali pada rotavirus negatif. Lama sakit adalah 5,84 hari dan lama rawat 3,72 hari pada rotavirus positif, sedangkan pada rotavirus negatif adalah 5,76 hari dan 3,56 hari. Anti biotika diberikan pada 6(35,3%) penderita dengan rotavirus positif dan 11(64,7%) rotavirus negatif, karena ditemukannya lekosit tinja yang positif (tabel 2)

Tabel 2. Distribusi gejala klinis, hasil pemeriksaan laboratorium tinja di hubungkan dengan hasil uji rotavirus.

Gejala klinis/Rotavirus laboratorium Positif Negatif Total Demam 19(52,8) 17(47,2) 36(100)

Muntah 23(50) 23(50) 46(100) Tinja cair 25(50) 25(50) 50(100) Tinja lendir 7(38,9) 11(61,1) 18(100) Tinja darah 0(0) 3(100) 3(100) Dehid. berat 13(59) 9(41) 22(100)

Dehid ringan 12(42,9) 16(57,1) 28(100) Kejang 1(16,7) 5(83,3) 6(100) Episode diare 1,18 1,25 1,21

Lama sakit (rata-rata dalam hari)

5,84 5,76 5,80 Lama perawatan (rata-rata dalam hari) 3,72 3,56 3,64 Lekosit (++) pada tinja

6(35,3) 11(64,7) 17(100)

(6)

2. ANALISA UNIVARIAN Faktor risiko

Status gizi

Tabel 3. Hubungan status gizi dengan infeksi rotavirus. Status gizi Rotavirus

Positif Negatif Total Gizi kurang 15(71,8) 6(28,2) 21(42) Baik 10(34,5) 19(65,5) 29(58) Total 25(50.0) 25(50) 50(100)

X2 = 6,65 df = 1 p = 0,009

Sebanyak 71,8% penderita dengan status gizi kurang mempunyai hasil uji rotavirus yang positif, sedangkan pada penderita dengan status gizi baik hanya 34,5% hasil uji rotavirus positif. Hubungan status gizi penderita dengan infeksi rotavirus bermakna secara statistik (p < 0,05, tabel 3).

Pemberian ASI

Tabel 4. Hubungan pemberian ASI dengan infeksi rotavirus.

ASI Rotavirus

Positif Negatif Total Ya 14(50)1 4(50) 28(65,1) Tidak 10(66,7) 5(33,3) 15(34,9) Total 24(55,8) 19(44,2) 43(100)

X2 = 1,10 df = 1 p = 0,294

(7)

Makanan pendamping

Dari 22 penderita yang berumur di bawah 1 tahun, 13 penderita mendapat makanan pendamping yang cepat dan 44,5% mempunyai hasil uji rotavirus positif. Sedangkan dari 9 penderita yang mendapat makanan pendamping sesuai anjuran.

Tabel 5. Hubungan umur saat pemberian makanan pendamping dengan infeksi rotavirus.

Makanan Rotavirus Pendamping Positif Negatif Total Cepat 6(44,5) 7(55,5) 13(59) Normal 4(44,5) 5(55,5) 9(41) Total 10(45,5) 12(54,5) 22(100) x2 = 0,01 df = 1 p = 0,937

Hubungan pemberian makanan pendamping dengan infeksi rotavirus tidak bermakna secara statistik (p > 0,05, tabel 5).

PEMBAHASAN Kejadian rotavirus

Kejadian rotavirus yang didapatkan pada penelitian ini adalah 50%. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil yang di dapat pada fase akut oleh Djoko Yuwono & Suharyono W di Jakarta.(10) dan lebih tinggi dari yang ditemukan Sunarto Y dkk,(7) pada anak berumur di bawah 12 tahun di Yogyakarta yaitu 38%. Sedangkan penelitian multi senterpada anak berumur di bawah 2 tahun di Cina, India, Meksiko, Myanmar dan Pakistan menemukan infeksi rotavirus pada 16% kasus dan 2% pada kontrol.(8) Ahmed MU dkk,(9) menemukan peningkatan proporsi rotavirus positif pada spesimen tinja penderita diare anak dan dewasa mencapai 54% dan 45% pada bulan September dan Oktober di Bangladesh. Champsaur H dkk,(33) menemukan adanya ekskresi rotavirus pada 43% anak berumur di bawah 2 tahun yang menderita diare dan 24% anak tanpa diare yang berobat ke bangsal anak di Paris dengan menggunakan mikroskop elektron (ME) dan pemeriksaan ELISA.

Untuk kasus yang terjadi di poliklinik pada anak berumur di bawah 2 tahun, Mata L dkk,(5.6) mendapatkan bahwa rotavirus merupakan agen tersering, yaitu 45,3% dari penyebab diare.

Pickering LK dkk,(27) dalam suatu penelitian prospektif pada anak berumur di bawah 3 tahun di tempat penitipan anak menemukan 50% anak mengekskresikan rotavirus secara asimptomatik sehari sebelum munculnya serangan diare.

Distribusi umur

(8)

Suharyono W menemukan infeksi rotavirus terbanyak pada umur 6 - 24 bulan.(10) Huilan S dkk,(8) mendapatkan umur tersering infeksi rotavirus adalah 6 – 11 bulan yang merupakan 20% dari seluruh kasus. Di tempat-tempat penitipan anak, Pickering LK dkk,(27) menemukan insiden tertinggi pada umur di bawah 3 tahun. Champsaur H dkk,(33) mendapatkan adanya ekskresi rotavirus tanpa diare pada 71% neonatus, 50% pada bayi 1 – 6 bulan dan 26% pada umur 7–24 bulan. Hal ini memperlihatkan bahwa infeksi rotavirus tanpa gejala sering ditemukan. Sedangkan respon serologis yang di teliti secara prospektif oleh Champsaur H dkk,(8) memperlihatkan infeksi rotavirus tanpa gejala muncul pada 2% neonatus, 20% bayi umur 1 – 6 bulan dan 37% pada umur 7 – 24 bulan. Sedangkan Bartlett dkk,(57) menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna distribusi umur pada anak yang mengekskresikan rotavirus tanpa gejala dengan yang mengalami diare di tempat penitipan anak.

Perbedaan hasil yang ditemukan dari berbagai penelitian ini disebabkan berbedanya cara deteksi rotavirus yang digunakan dan kelompok umur yang di teliti. Gejala klinis

Gejala klinis yang muncul pada penderita diare rotavirus adalah adanya diare dengan tinja cair pada seluruh penderita, disertai lendir 7 (38,9%). Dehidrasi dapat ditemukan dari tingkat yang ringan sampai berat, demam terdapat pada 19(52,8%) penderita dengan suhu badan dapat mencapai 40oC, di ikuti oleh muntah-muntah pada 23(50%) penderita dan pada 1(16,7%) penderita mengalami kejang, yaitu kelompok umur 1 – 5 tahun.

Pada penelitian ini ditemukan adanya lekosit positif pada 6 (35,3%) penderita rotavirus positif, hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya infeksi campuran dengan kuman lain. Kelemahan dari penelitian ini adalah tidak dilakukannya pemeriksaan kultur tinja sehingga kuman penyebab lain tidak dapat di deteksi. Gejala klinis yang ditimbulkan oleh infeksi campuran ini lebih berat, pada seluruh (100%) penderita ditemukan demam, muntah dan tinja berlendir. Dehidrasi berat di dapat pada 5(83%) penderita dan gejala kejang di dapat pada 1(100%) penderita dengan kemungkinan adanya infeksi campuran ini.

(9)

muntah saja tanpa diare pada 2 pasien. Bardhan PK dkk(35) melihat bahwa mual dan muntah sering kali ditemukan pada penderita diare rotavirus.

Status gizi

Dari 50 penderita yang di teliti, terdapat 21(44%) orang penderita dengan status gizi kurang, 15(71,8%) memperlihatkan hasil uji rotavirus yang positif. Sedangkan pada penderita dengan status gizi baik 24,5% penderita dengan hasil uji rotavirus positif. Hasil penelitian ini memperlihatkan hubungan yang bermakna antara status gizi dengan infeksi rotavirus (p < 0,05).

Dagan R dkk menyatakan bahwa gangguan gizi merupakan indikator penting terhadap berat ringannya penyakit.(24) Hal ini dapat menerangkan tingginya morbiditas dan mortalitas karena rotavirus pada anak-anak di negara sedang berkembang. Soenarto Y dkk,(7) dalam penelitiannya di Yogyakarta tidak menemukan hubungan antara status gizi dengan insiden rotavirus.

Uhnoo IS dkk,(21) pada percobaan terhadap binatang memperlihatkan bahwa infeksi rotavirus yang terjadi bersamaan dengan gangguan gizi akan menyebabkan peningkatan yang bermakna permeabilitas usus terhadap adanya bahan dengan molekul besar.

Pemberian ASI

Dari 50 pasien yang di teliti, 28 (65,1%) penderita masih mendapat ASI saat di teliti dan pada setengah di antaranya (50%) ditemukan rotavirus dalam spesimen tinjanya. Sedangkan pada 19(34,9%) penderita yang tidak mendapat ASI, ditemukan adanya rotavirus pada 10 (66,7%) penderita. Hasil uji statistik X2 memperlihatkan tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan p > 0,05.

Mata L dkk,(33) di Costa Rica menemukan bahwa episode diare berkurang pada populasi yang mendapatkan ASI, sedangkan Djoko Y & Suharyono W,(10) dalam penelitiannya mendapatkan hasil analisis statistik yang tidak bermakna (p>0,05), tetapi memperlihatkan perbedaan persentase yang cukup tinggi yaitu 32,6% pada pasien yang mendapat ASI dan 45,8% pada anak-anak yang mendapat susu botol. Cushing AH dkk,(32) juga mendapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok ASI dan non ASI.

Makanan pendamping

(10)

KESIMPULAN

Kejadian infeksi rotavirus terbanyak di dapat pada anak berumur di bawah 2 tahun, umur puncak kejadian infeksi rotavirus adalah umur 12 – 23 bulan dengan gambaran klinis infeksi rotavirus yang tidak khas Keadaan kurang gizi dapat meningkatkan risiko infeksi rotavirus, sedangkan pemberian ASI dan makanan pendamping tidak mempunyai pengaruh terhadap kemungkinan risiko infeksi rotavirus.

Perlu dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih besar pada seluruh kelompok umur, mulai dari neonatus yang menjalani rawat inap maupun yang datang ke rawat jalan sehingga di dapat data yang lebih lengkap.

KEPUSTAKAAN

1. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Pemukiman. Buku Ajar Diare. Jakarta : DepKes RI, 1995 ; 3-16.

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depatemen Kesehatan dan Biro Pusat Statistik. Survei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta : DepKes RI, 1994 ; 36 –45.

3. Ho MS, Glass RI, Pinsky PF, Anderson LJ. Rotavirus as a cause of diarrheal morbidity and mortality in United States. J Infect Dis, 1988;5:1112-6.

4. Le Baron CW, Lew J, Glass RI, Weber JM, Ruiz-Palacios GM. Annual rotavirus epidemic patterns in North America. JAMA, 1990;264:983-8.

5. Kapikian AZ, Chanock RM. Rotaviruses. Dalam: Fields, BN, Knipe DM, Howley PM et al, penyunting. Fields Virology, edisi ke-3. Philadelphia: Lippincot-Raven, 1996;1657-1708.

6. Beards GM, Desselberger U, Flewett TH. Temporal and geographical distributions of human rotavirus serotypes, 1983 to 1988. J Clin Microbiol, 1989;27:2827-33.

7. Sunarto Y, Sebodo T, Ridho R, dkk. Acute diarrhea and rotavirus infection in newborn babies and children in Yogyakarta Indonesia from June 1978 to June 1979. J Clin Microbiol 1981; 14: 123-9.

8. Huilan S, Zhen LG, Mathan MM, et al. Etiology of acute diarrhea among children in developing countries: A multicentre study in five countries. Bulletin of the World Health Organization 1991;69:549-55.

9. Ahmed MU, Urasawa S, Taniguchi K, et al. Analysis of human rotavirus strains prevailing in Bangladesh in relation to nation wide floods brought by the 1988 Monsoon. J Clin Microbiol, 1991;29:2273-9.

(11)

11. Warsa UC. Perkembangan resistensi bakteri di masyarakat. Majalah Kedokteran Indonesia 1992;42:437.

12. WHO. The rational use of drugs in the management of acute diarrhea in children. WHO Geneva 1990.

13. Dialogue on diarrhoea, 42. Drugs and childhood diarrhoea. London: AHRTAG, 1990.

14. Sunoto. Penyakit radang usus: infeksi. Dalam : Markum AH, Ismael S, Alatas H, Akib A, Firmansyah A, Sastroasmoro S, penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1991; 448 – 71.

15. Noerasid H, Suraatmadja S, Oemi PA. Gastroenteritis (diare) akut. Dalam: Suharyono, Boediarso A, Halimun EW, Eds. Gastroenterologi anak praktis, edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1994 ; 51-76.

16. Ansari SA, Sattar Sa, Springtharpe VS, Wells GA, Tostowaryk W. In vivo protocol for testing efficacy of hand washing agents against viruses and bacteria : experiments with rotavirus and escherichia coli. J Microbiol, 1989;55:3113-8.

17. Ansari SA, Springtharpe VS, Sattar SA. Survival and vehiculum spread of human rotavirus: possible relation to session of outbreaks. Rev Infect Dis, 1991;13:448-62.

18. Holmes IH, Ruck BJ, Bishop RF, Davidson GP. Infantile enteritis virusses : Morphogenesis and morphology. J Virol, 1975;16:937-43.

19. Urasawa S, Urasawa T, taniguchi K, et al. Survey of human rotavirus serotypes in different locales in Japan by enzyme-linked immunosorbent assay with monoclonal antibodies. J Infect Dis, 1989;60:44-51.

20. Carr ME, Mc Kendrick DW, Spyndakis T. The clinical features of infantile gastroenteritis due to rotavirus. Scand J Infect Dis, 1976;8:241-3.

21. Uhnoo IS, Freihorst, Riepenhoff-Talty M, Fisher JE, Ogra PL. Effect of rotavirus infection and malnutrition on uptake of a dietary antigen in the intestine. Pediatr Res, 1990;27:153-60.

22. Mavromichalis J, Evans N, Mc Neish As, ET AL. Intestinal damage in rotavirus and adenovirus gastroenteritis assesed by D-xylose malabsorption. Short reports:589-91.

(12)

24. Dagan R, Bar-David Y, Sarov B, et al. Rotavirus diarrhea in Jewish and Bedouin children in the Neger region of Israel : Epidemiology, clinical aspects and possible role of malnutrition in severity of illness. Pediatr Infect Dis 1990;9:314-21.

25. Ward RL, Bernstein DI, Young EC, Sherwood JR, Knowlton DR, Schiff GM. Human rotavirus studies in volunteers : Determination of infectious dose and serological response to infection. J Infect Dis,1986;154:871-82.

26. Bishop RF, Davidson GP, Holmes IH, Ruck BJ. Virus particles in epithelial cells of duodenal mucosa from children with acute non-bacterial gastroenteritis. Lancet, 1973;12:1281-3.

27. Pickering LK, Bartlett AV, Woodward WE. Acute infectious diarrhea among children in day care : Epidemiology and control. Rev Infect Dis, 1986;8:539-47.

28. Pickering LK, Bartlett AV, Reves RR, Morrow A. Asymptomatic excretion of rotavirus before and after rotavirus diarrhea in children in day care centers. J Pediatr, 1988;112:361-5.

29. Guerrant RL, Hughes JM, Limn NL, Crane J. Diarrhea in developed and developing countries : Magnitude special settings, and etiologies. Rev Infect Dis, 1990;12:41-50.

30. Champsaur H, Questiaux E, Prevot J, et al. Rotavirus carriage : asymptomatic infection, and disease in the first two years of life. J Infect Dis, 1984;149:667-74.

31. Eiden JJ, Verleur DG, Vonderfecht SL, Yolken RH. Duration and pattern of asymptomatic rotavirus shedding by hospitalized children. J Pediatr Infect Dis , 1988;7:564-9.

32. Butz AM, Fosarelli P, Dick J, Cusack T, Yolken R. Prevalence of rotavirus on high-risk fomites in day care facilities. Pediatr, 1993;92:202-5.

33. Cushing AH, Anderson L. Diarrhea in breast-fed and non-breast-fed infants. Pediatr, 1982;70:921-5.

34. Mata L, Jimerez P, Allen MA, et al. Diarrhea and malnutrition: breast feeding intervention in a transitional population. Dalam : Holme T, holmgren J, Merson MH, Mollby R, penyunting. Acute enteric infections in children. New Prospects for treatment and prevention. Elsevier: North Holland Biomedical, 1981:233-51.

35. Hopkins RS, Gaspard GB, William FP, Karlin RJ, Cukor G, Blacklow NR. A community waterborne gastroenteritis out break : Evidence for rotavirus as the agent. Am J Public Health, 1984;74:263-5.

(13)

37. Davidson GP, Gall DG, Petric M, Butler DG, Hamilton JR. Human rotavirus enteritis induced in conventional Piglets. J Clin Inves, 1977;60:1402-9.

38. Suharyono. Cara pemeriksaan Rotavirus. Dalam: Suharyono, Boediarso A, Halimun EW, Eds. Gastroenterologi anak praktis, edisi ke-2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1994 ; 371-7.

39. Thomas EE, Puterman ML, Kawano E, Curran M. Evaluation of seven immunoassays for detection of rotavirus in pediatric stool samples. J Clin Microbiol, 1988;26:1189-43.

40. Dennehy PH, Gauntett DR, tente WE. Comparison of nine commercial immunoassays for detection of rotavirus in fecal specimens. J Clin Microbiol, 1988;26:1630-4.

41. Doern GV, Herrmann JE, Henderson P, Stobbs-Walro D, Perron DM, Blacklow NR. Detection of rotavirus with a new polyclonal antibody enzyme immunoassay (Rotazyme II) and a commercial latex agglutination test (Rotalex): Comparison with a monoclonal antibody enzyme immunoassay. J Clin Microbiol, 1986;23:226-9.

42. Wilde J, Van R, Pickering L, Eiden J, Volken R. Detection of Rotaviruses in the daycare environment by reverse transcriptase polymerase chain reaction. J Infect Dis 1992;166:507-11.

43. Xu L, Harbour , Mc Crae MA. The application of polymerase chain reaction to the detection of Rotaviruses in faeces.J Virol Method1990;27:29-38.

44. Guarino A, Canani RB, Russo S, et al. Oral immunoglobulins for treatment of acute rotaviral gastroenteritis. Pediatr, 1994;94:12-6.

45. Guarino A, Guandalini S, Albano F, Mascia A, De Ritis G, Rubino A. Enteral immunoglobulins for treatment of proctacted rotaviral diarrhea. J Peditr Infect Dis, 1991;10:612-4.

46. Ward RG, Bernstein DI, Knowlton DR, et al. Prevention of surface to human transmission of rotaviruses by treatment with disinfectan spray. J Clin Microbiol, 1991;29:1991-6.

47. Bishop RF, Barnes GL, Cipriani E, Lund JS. Clinical immunity after neonatal rotavirus infection. N Engl J Med, 1983;309:72-6.

48. Bhan Mk, Lew JF, Srizawal S, Das BK, Gentsch JR, Glass RI. Protection conferred by neonatal rotavirus infection against subsequent rotavirus diarrhea. J Infect Dis, 1993;168:282-7.

(14)

50. Vesikari T. Clinical trials of live rotavirus vaccines: The finish experience. Vaccine, 1993;11:255-61.

51. Kapikian AZ, Hoshino Y. Current topics in Microbilogy and Immunology, volume 185. Heidelberg: Spriger Verlag, 1994 ; 179-227.

52. Kapikian AZ, Flores J, Hoshino Y, et al. Rotavirus : The major etiologic agent of severe infantile diarrhea may be controllable by a ‘Jennerian’ aproach to vaccination. J Infect Dis1986;153:815-2

53. Chen SC, Fynan EF, Robinson HL, et al. Protective immunity induced by rotavirus DNA vaccines. Vaccine, 1997;15:899-902.

54. Ward RL, Knowlton DR, Zito ET, Davidson BL, Rappaport R, Mack ME. Serologic correlates of immunity in tetravalent reassortant rotavirus vaccine trial. J Infect Dis, 1997;176:570-7.

55. Perez-Schael I, Guntinas MJ, Perez Met al. Efficacy of the Rhesus rotavirus-based quadrivalent vaccine in infants and young children in Venezuela. N Engl J Med, 1997;337:1181-7.

56. Coffin SE, Mosr CA, Cohen S, Clark HF, Offit PA. Immunologic correlates of protection against rotavirus challenge after intramuscular immunization of mice. J Virol, 1997;71:7851-6.

57. Mata L, Simhon A, Padilla R, et al. Diarrhea associated with Rotavirus enterotoxigenic Escherichia coli, Campylobacter, and ather agent in Costarican children, 1976-1981. Am J Trop Med Hyg 1983; 32:146-53.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Penderita.
Tabel 2. Distribusi gejala klinis, hasil pemeriksaan laboratorium tinja di hubungkan dengan hasil uji rotavirus.
Tabel 5. Hubungan umur saat pemberian makanan pendamping dengan infeksirotavirus.

Referensi

Dokumen terkait

w ider circle of modern readers than has been the case so fa r. Finally, like any anthology, it is m ea nt primarily for the re ading pleasu re of those who may peruse

Penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) Rush yang terjadi di BMT Mitra Usaha Sruwen terjadi karena adanya marketing yang bermasalah, hal ini membuat para anggota

Perbandingan antar kelompok perlakuan sendiri yang menghasilkan perbedaan bermakna hanya antara kelompok K-P1, K-P2, K-P3, K-P4, P1-P2, P1- P3, P1-P4, P2-P3, P2-P4

Namun disebutkan bahwa gambaran dalam bentuk 3D baik digunakan pada kasus-kasus tertentu seperti untuk merepresentasikan objek yang bergerak, merepresentasikan gambar

Berdasarkan hasil observasi kelas II SDN Sungai Kupang 1 dimana pada pra siklus diketahui bahwa diperhatian siswa masih belum fokus terhadap materi pelajaran

Yang mampu menjawab tantangan perubahan ini, antara lain: Pertama, lembaga-lembaga pendidikan Islam perlu mendisain ulang fungsi pendidikannya, dengan memilih

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) sebanyak 8,33% responden berada pada kategori sangat baik dalam penerapan KTSP; 41,67% responden berada pada kategori baik; 47,22%

Pencatatan tersebut direkomendasikan karena melihat jumlah produksi dari JM Keripik sangat banyak dan bervariasi, sehingga siklus akuntansi dagang dinilai dapat