• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MUTASI KARYAWAN DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK (DJP) JAWA TIMUR I.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MUTASI KARYAWAN DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK (DJP) JAWA TIMUR I."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK (DJP)

JAWA TIMUR I

TESIS

Disusun Oleh :

SURASMI

NPM : 0761020056

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

PENGARUH MUTASI KARYAWAN DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL

PAJAK (DJP) JAWA TIMUR I

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

SURASMI

NPM : 0761020056

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

( Prof.Dr. Soeparlan P,SE,MM,Ak ) ( Drs.Ec. Prasetyo Hadi, MM )

Surabaya, ...2009

Mengetahui: Ketua Program Studi Magister Manajemen

(3)

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan tesis yang berjudul ”Pengaruh

Mutasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Pajak (DJP) Jawa Timur I” guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih

gelar kesarjanaan Strata Dua (S-2) pada Program Studi Magister Manajemen

Program Pasca Sarjana Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam kelancaran

penyusunan tesis ini kepada :

1. Rektor Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

2. Direktur Program Pasca Sarjana, Kepala Program Studi Magister Manajemen

beserta segenap staf pengajar dan karyawan Program Pasca Sarjana

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3. Prof. DR. H. Soeparlan Pranoto, SE. MM, Ak dan Drs. Ec. Prasetyo

Hadi, MM, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan

masukan dan bimbingan dalam penyelesaian tulisan ini.

4. Suamiku, Imam Sunhadi serta anak-anakku, Hermawan dan Herlani, kalian

adalah motivasi terbesar dalam penulisan tesis ini.

(4)

kuesioner yang penulis sampaikan.

7. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Program Pasca

Sarjana Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Angkatan

XIII.

8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung.

Semoga bantuan dan amal kebaikan yang telah diberikan mendapatkan pahala

yang berlipat dari Allah SWT. Akhirnya penulis mengharapkan masukan dari para

pembaca guna perbaikan tesis ini dan semoga tesis ini memberikan manfaat bagi

para pembaca sekalian.

Surabaya, Desember 2009

(5)

Halaman

ABSTRAK ... ... i

KATA PENGANTAR ... ... ii

DAFTAR ISI ... ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... ... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN EMPIRIK ... ... 7

2.1. Kajian Penelitian Terdahulu ... ... 7

2.2. Kajian Teori ... ... 11

. 2.2.1 Mutasi Karyawan ... ... 11

2.2.2 Kepuasan Kerja ... ... 27

2.2.3 Kinerja Karyawan ... ... 31

2.2.4 Pengaruh Mutasi Karyawan terhadap Kinerja Karyawan.... 35

2.2.5 Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan ... 35

2.3. Kerangka Pemikiran ... ... 36

2.4. Hipotesis ... ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... ... 37

3.1. Jenis Penelitian ... ... 37

3.2. Populasi dan Sampel ... ... 37

3.3. Variabel Penelitian ... ... 38

3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... ... 38

(6)

3.7 Analisis Regresi Berganda……… 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... …………. 50

4.1. Gambaran Umum Kanwil DJP Jawa Timur I ... …………..50

4.2. Analisis Deskriptif ... …………..52

4.3. Uji Kualitas Data ... …………..57

4.3.1 Uji Validitas ... …………..57

4.3.2 Uji Reabilitas ... …………..61

4.4 Analisis Regresi Linier ... …………..61

4.4.1 Uji Normalitas ... …………..61

4.4.2 Persamaan Regresi Linier Berganda ... …………..64

4.4.3 Uji Asumsi Klasik ... …………..65

4.4.4 Uji Kecocokan Model (Uji F) ... …………..66

4.4.5 Uji t dan Nilai r2 Parsial ... …………..67

4.5 Pembahasan ... …………..68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... …………..72

5.1 Kesimpulan ... …………..72

5.2 Saran ... …………..72

DAFTAR PUSTAKA

(7)

Halaman

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pada Variabel Mutasi Karyawan (X1) ... 53

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pada Variabel Kepuasan Kerja ... 54

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pada Variabel Kinerja Karyawan ... 55

Tabel 4.4. Hasil Uji Validitas Variabel Mutasi Karyawan Putaran Ke-1 ... 58

Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas Variabel Mutasi Karyawan Putaran Ke-2 .... 58

Tabel 4.6. Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja Putaran Ke-1 ... 59

Tabel 4.7. Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja Putaran Ke-2 ... 59

Tabel 4.8. Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Karyawan ... 60

Tabel 4.9. Hasil Uji Reabilitas ... 61

Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas ... 62

Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas Pada Residual ... 62

Tabel 4.12. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 64

Tabel 4.13. Nilai VIF (Variance Inflation Factor) ... 65

Tabel 4.14. Korelasi Rank Spearman... 66

Tabel 4.15. Hasil Uji F... 66

(8)

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran ... 36

(9)
(10)
(11)

JAWA TIMUR I

Oleh :

Surasmi 0761020056

ABSTRAK

Kinerja karyawan memiliki peran yang penting dan strategis dalam mendukung pencapaian visi dan misi DJP, maka kinerja karyawan harus selalu mendapat perhatian yang seksama dari pihak pimpinan Kanwil DJP Jawa Timur I secara berkesinambungan. Kinerja karyawan merupakan variabel yang sifatnya multidimensional, artinya variabel tersebut ditentukan oleh banyak variabel, baik variabel yang sifatnya individual atau internal maupun faktor eksternal. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh mutasi karyawan dan kepuasan kerja secara parsial terhadap Kinerja Karyawan. Penelitian dilakukan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Timur I.

Populasi dalam penelitian ini seluruh karyawan Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I yang berjumlah 100 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana sebanyak 80 orang, namun banyaknya responden yang mengembalikan kuesioner adalah 54 orang dengan tingkat pengembalian yang digunakan sebesar 67,5%. Alat pengambil data yang digunakan adalah kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Alat analasis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini secara empiris bahwa: mutasi Karyawan berpengaruh secara parsial negatif terhadap kinerja karyawan dan kepuasan Kerja secara parsial berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

(12)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Peranan pajak dalam pembiayaan pembangunan pada dasawarsa terakhir ini

sangat besar, hal ini berbeda pada era tahun 1970-an sampai dengan tahun

1980-an, ketika Indonesia masih menggantungkan penerimaan dari sektor migas, pada

waktu migas menjadi primadona, sumber pembiayaan pembangunan dalam APBN

berasal dari ekspor migas sehingga peranan pajak belum dimaksimalkan.

Peran produksi migas Indonesia tidak lagi mencukupi untuk kebutuhan

dalam negeri, terpaksa pemerintah melakukan impor, sejak saat itulah migas

menjadi beban APBN karena impor dengan dengan dolar dan ketika menjual di

dalam negeri diberi subsidi, beban pertama adalah kerugian selisih kurs rupiah

terhadap dolar Amerika Serikat, beban kedua adalah subsidi BBM ketika dijual di

dalam negeri.

Dampak dari hal tersebut, pemerintah menutup defisit APBN dengan utang

luar negeri yang pada akhirnya tidak membawa kesejahteraan pada rakyat malah

justru sebaliknya, karena utang tersebut sebagian besar digunakan untuk konsumsi

bukan untuk produksi atau investasi. Utang luar negeri juga menimbulkan

ketergantungan kita pada pihak negara donor, kita tidak bisa menentukan

kebijakan ekonomi, politik, hubungan luar negeri dan keamanan sesuai dengan

kehendak bangsa Indonesia sendiri, tapi dipengaruhi oleh negara donor, agar

(13)

pajak. Peranan pajak dalam penerimaan APBN dari tahun ke tahun selalu naik,

sebagaimana tersaji dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1.1: Perkembangan APBN dan Penerimaan Pajak (dalam Milyar Rupiah)

Tahun APBN Penerimaan

Pajak

% Penerimaan Pajak dlm APBN

Keterangan

2001 354,578.21 135,478.20 38.21

2002 345,604.93 158,854.40 45.96

2003 370,591.78 185,694.20 50.11

2004 374,351.26 216,036.80 57.71

2005 397,769.31 269,136.38 67.66

2006 409,000.00 275,067.96 67.25

2007 509,462.00 360,090.49 70.68

Sumber : Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I

Tabel diatas diketahui bahwa peranan pajak dalam penerimaan APBN

semakin dominan, hal ini menunjukkan semakin mandirinya APBN kita.

Penerimaan pajak dalam APBN meliputi pajak yang dihimpun oleh Direktorat

Jenderal Pajak (DJP) serta Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC).

Adapun pajak yang dihimpun oleh DJP meliputi: Pajak Penghasilan, Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah, Pajak Bumi dan

Bangunan serta Bea Materai, sedangkan pajak yang dihimpun oleh DJBC meliputi

Bea Masuk dan Cukai, dalam tulisan ini yang dimaksud pajak adalah yang

dihimpun oleh DJP.

Pelaksanaan fungsi dan tugasnya DJP memiliki visi: "Menjadi Institusi

Pemerintah yang Menyelenggarakan Sistem Administrasi Perpajakan Modern

yang Efektif, Efisien dan Dipercaya Masyarakat dengan Integritas dan

Profesionalisme yang Tinggi”.

Misi DJP yang diembannya sebagai perwujudan dari visi yang dicita-citakan

(14)

Perpajakan yang Mampu Mewujudkan Kemandirian Pembiayaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara melalui Sistem Administrasi Perpajakan yang

Efektif dan Efisien.

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Timur I merupakan

instansi yang berada langsung di bawah Direktorat Jenderal Pajak yang

membawahi 1 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya dan 12 Kantor Pelayanan

Pajak Pratama. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor :

67/PMK.01/2008 tanggal 06 Mei 2008, instansi ini memiliki tugas melaksanakan

koordinasi dan pengendalian pelaksanaan tugas Dirjen Pajak di wilayah Sebagian

Propinsi Jawa Timur.

Berdasarkan pada Keputusan Menteri tersebut, dalam rangka menjalankan

tugasnya Kanwil DJP Jawa Timur I memiliki beberapa fungsi pokok, yaitu :

(1) melaksanakan bimbingan, koordinasi dan pengamanan teknis terhadap

pelaksanaan tugas DJP yang ada di dalam wilayah wewenangnya, (2)

menga-mankan rencana kerja dan rencana penerimaan bidang perpajakan, (3)

meng-koordinasikan dan melaksanakan penyuluhan dan pelayanan masyarakat di bidang

perpajakan, (4) melaksanakan pemantauan, pengolahan, dan penyajian informasi

serta registrasi dan evaluasi data Wajib Pajak, (5) melakukan pembinaan

administratif KPP dan (6) melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga Kanwil

DJP.

Fungsi pokok, Kanwil DJP Jawa Timur I memiliki kewajiban dan tugas

yang berat, dan dalam pelaksanaan fungsi pokok tersebut memerlukan dukungan

(15)

melaksanakan sesuai dengan apa yang dicita-citakan dalam visi DJP. Salah satu

faktor penting yang perlu mendapat perhatian secara seksama pihak manajemen

adalah masalah yang berkaitan dengan sumber daya manusia atau karyawan.

Manusia merupakan unsur utama organisasi sehingga disebut faktor sentral.

Organisasi hanya berfungsi jika manusia yang menghimpun dirinya saling

berinteraksi dalam mewujudkan volume dan kerjanya (Nawawi, 2000). Salah satu

aspek sumber daya manusia atau karyawan yang penting dan strategis dalam

mendukung Kanwil DJP Jawa Timur I untuk mencapai tujuannya secara efektif

dan efisien adalah kinerja karyawan, melalui karyawan yang memiliki kinerja

yang tinggi tersebut, maka kinerja Kanwil DJP Jawa Timur I juga akan tinggi.

Kinerja karyawan memiliki peran yang penting dan strategis dalam

mendukung pencapaian visi dan misi DJP, maka kinerja karyawan harus selalu

mendapat perhatian yang seksama dari pihak pimpinan Kanwil DJP Jawa Timur I

secara berkesinambungan. Pemahaman terhadap faktor-faktor penentu kinerja

karyawan merupakan hal yang perlu diketahui oleh pimpinan, sehingga melalui

informasi tersebut upaya-upaya peningkatan kinerja karyawan dapat dilakukan

secara terarah.

Kinerja karyawan merupakan variabel yang sifatnya multidimensional,

artinya variabel tersebut ditentukan oleh banyak variabel, baik variabel yang

sifatnya individual atau internal maupun faktor eksternal, dalam penelitian ini,

variabel-variabel yang diduga akan mempengaruhi kinerja karyawan adalah

mutasi karyawan dan kepuasan kerja, melalui mutasi karyawan yang berjalan baik

dan adil maka akan meningkatkan kepuasan kerja yang diharapkan kinerja

(16)

Sesuai dengan ketentuan mutasi (Peraturan Menteri Keuangan nomor:

39/PMK.01/2009 tanggal 27 Februari 2009 tentang Pola Mutasi Jabatan Karier di

Lingkungan Departemen Keuangan) antara lain: jangka waktu menduduki jabatan

dan atau lokasi unit kerja. Pelaksanaan jangka waktu ketentuan tersebut

diterjemahkan oleh DJP sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-lamanya

3 (tiga) tahun. Kenyataan di lapangan menunjukkan, seringkali surat keputusan

tentang mutasi keluar, kerap menimbulkan ketidakpuasan karyawan. Hal ini

terjadi karena ada beberapa karyawan yang baru menjalani mutasi 6 (enam) bulan

di suatu Satker (di Kanwil DJP Jatim I) pada mutasi periode berikutnya dimutasi

ke Satker di luar Jawa serta sebaliknya. Dan pelaksanaan mutasi tidak pernah

mempertimbangkan jadwal akademik, hal ini berpengaruh terrhadap pemindahan

sekolah anak-anak pegawai yang dimutasi.

Berkaitan dengan hal-hal tersebut diatas, mutasi karyawan yang semula

diharapkan akan menghilangkan kejenuhan pada karyawan yang nantinya

diharapkan akan meningkatkan kinerja karyawan tidak tercapai. Bahkan mutasi

sering menimbulkan ketidakpuasan karyawan. Hal ini sangat berdampak pada

turunnya kinerja, mereka cenderung tidak menyelesaikan tugas yang menjadi

tanggungjawabnya dengan harapan tugas tersebut dilimpahkan kepada

penggantinya.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan, maka rumusan

(17)

1. Apakah mutasi karyawan secara parsial berpengaruh positif terhadap kinerja

karyawan?

2. Apakah kepuasan kerja secara parsial berpengaruh positif terhadap kinerja

karyawan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk

menganalisis dan membuktikan :

1. Mutasi karyawan secara parsial berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

2. Kepuasan kerja secara parsial berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat

praktis maupun teoritis

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak manajemen

Kanwil DJP Jawa Timur I, guna menyusun kebijakan-kebijakan sumber daya

manusia, khususnya dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi empiris,

khususnya bagi para peneliti lain yang berminat untuk meneliti masalah kinerja

(18)

KAJIAN TEORI DAN EMPIRIK

2.1. Kajian Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang pernah

dilakukan antara lain:

Penelitian Sugiyatno (1998) dalam tesisnya yang berjudul "Hubungan Mutasi

dan Promosi Jabatan Dengan Motivasi Kerja Karyawan Setwilda Tingkat II

Karanganyar" memperoleh hasil sebagai berikut :

a) Ada pengaruh yang negatif antara mutasi dengan motivasi kerja karyawan, hal ini

terbukti dengan analisis koefisien regresi sebesar - 0,3561 yang berarti setiap ada

mutasi karyawan akan menyebabkan turunnya motivasi kerja karyawan,

sedangkan angka koefisien regresi dari variabel promosi adalah sebesar 0,1196

menunjukkan bahwa promosi mempunyai pengaruh yang positif terhadap

motivasi kerja. Angka koefisien regresi tersebut secara teoritis dapat dikatakan

bahwa setiap ada promosi jabatan bagi karyawan maka motivasi kerja akan

meningkat.

b) Berdasarkan analisa korelasi berganda dikatakan bahwa terdapat hubungan antara

promosi dan mutasi dengan motivasi kerja namun tingkat signifikansinya sangat

lemah, hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan promosi dan mutasi tidak

berdasarkan asas objektivitas dan keadilan.

Salimin (1999) melakukan penelitian dengan judul "Hubungan Antara Mutasi

(19)

Kotamadya Dati II Surakarta". Dalam penelitian ini tujuan yang ingin diperoleh

adalah :

a) Memberikan informasi tentang signifikansi pengaruh variabel persepsi pegawai

terhadap mutasi dan promosi baik secara bersama - sama maupun secara terpisah

terhadap kepuasan kerja pejabat struktural di Pemda Kotamadya Dati II

Surakarta;

b) Memberikan informasi tentang variabel-variabel yang secara dominan

berhubungan terhadap kepuasan kerja pejabat struktural di Pemda Kotamadya

Dati II Surakarta;

c) Memberikan informasi tentang perbedaan sumbangan relatif dari masing-masing

variabel (persepsi pegawai terhadap mutasi dan promosi) terhadap kepuasan kerja

pejabat struktural di Pemda Kotamadya Dati II Surakarta;

Alat analisis yang digunakan adalah korelasi parsial dan korelasi berganda.

Data diambil dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berjumlah

85 orang karyawan sebagai sampel penelitian. Dari hasil analisis data diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

a) Pelaksanaan mutasi dan promosi memberikan kontribusi yang positif bagi

terciptanya kepuasan kerja pegawai;

b) Hubungan antara variabel independen (mutasi dan promosi) terhadap kepuasan

kerja para pegawai adalah hubungan yang kuat dan searah;

Tang dan Baldwin (1996) melakukan penelitian terhadap 200 pekerja yang

dipilih secara random terpilih dari Veteran Administration Medical Center di South

(20)

utama dari distributive dan procedural justice scale, terdapat hubungan yang

signifikan antara distributive justice dengan dimensi kepuasan kerja, yaitu gaji,

promosi dan performance appraisal, juga terhadap komitmen. Sedangkan

procedural justice secara signifikan berhubungan dengan dimensi kepuasan yang meliputi satisfaction with supervision, self reported performance appraisal rating,

performance appraisal dan juga terhadap komitmen serta job involvement.

Penelitian Joseph dan Deshpande (1997) mengambil sample perawat yang

bekerja di sebuah rumah sakit swasta non profit di Amerika Serikat dan

respondennya adalah 114 responden dari 226 perawat yang bekerja di rumah sakit.

Usia responden rata-rata 40 tahun dan rata-rata bekerja 9 tahun di rumah sakit

tersebut. Dengan menggunakan analisis koefisien korelasi dan regresi linier dapat

dilihat bahwa rumah sakit bias meningkatkan kepuasan kerja perawat dengan cara

mempengaruhi iklim etika organisasi.

Penelitian Ekvall (2001) mengenai pengaruh iklim organisasi terhadap proses

organisasi dan psikologikal, seperti komunikasi, pemecahan masalah, pengambilan

keputusan, penanganan konflik, motivasi dan pembelajaran, semuanya

mempengaruhi efisiensi dan produktivitas organisasi, kemauan berinovasi serta

kepuasan kerja. Dan dari penelitian tersebut terlihat bahwa anggota organisasi

menikmati proses tersebut.

A. Taufik (1987) melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh Motivasi,

Kepemimpinan, Komunikasi dan Kondisi Fisik Tempat Kerja terhadap Semangat

Kerja Pegawai" Permasalahan yang dikemukakan adalah Apakah variabel motivasi,

(21)

semangat kerja pegawai. Sampel yang diambil adalah para pegawai di lingkungan

Kantor Inspektorat Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Alat analisis

data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisa regresi dan pengujian

statistik uji t dan uji F.

Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian tersebut adalah :

a) Variabel motivasi, kepemimpinan, komunikasi dan kondisi fisik tempat kerja

berpengaruh secara signifikan terhadap semangat kerja pegawai;

b) Kepedulian pimpinan organisasi terhadap keempat variabel tersebut dipandang

sebagai sesuatu yang dapat meningkatkan semangat kerja pegawai;

c) Pegawai yang memiliki semangat kerja tinggi diyakini akan menghasilkan kinerja

yang tinggi pula, akan tetapi di dalam penelitian ini tidak dinyatakan variabel

mana yang paling dominan berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan.

Penelitian Syarifudin Bassara (2003) yang berjudul "Pengaruh Promosi,

Mutasi dan Kompetensi terhadap Motivasi Kerja Karyawan Bank Indonesia

Yogyakarta" diperolah hasil sebagai berikut :

a) Dari analisis dan pengujian hipotesis terbukti bahwa secara simultan variabel

promosi, mutasi dan kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

motivasi kerja karyawan Bank Indonesia Yogyakarta;

b) Promosi jabatan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

motivasi kerja karyawan Bank Indonesia Yogyakarta;

c) Mutasi jabatan secara parsial berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

(22)

d) Kompetensi karyawan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

motivasi kerja karyawan Bank Indonesia Yogyakarta;

e) Dengan melihat besarnya perbandingan nilai dari masing masing koefisien

regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa promosi

jabatan mempunyai kontribusi yang dominan dalam mempengaruhi motivasi

kerja karyawan Bank Indonesia Yogyakarta.

2.2. Kajian Teori

2.2.1. Mutasi Karyawan

Mutasi menurut Mangkuprawira (2008) adalah suatu perubahan

posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang dilakukan pimpinan puncak organisasi kepada

karyawan baik secara horizontal maupun vertikal (promosi/demosi) didalam suatu

organisasi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kompetensi karyawan,

mengembangkan motivasi, meningkatkan pengetahuan dan pengalaman kerja, mutu

proses pekerjaan dan produktifitas serta efisiensi organisasi.

Menurut Gary Dessler (2007) yang dimaksud dengan mutasi adalah bagian

yang terintegrasi dari karier seseorang yang meliputi penugasan ke posisi serupa

(atau lebih tinggi) di bagian lain perusahaan.

Mutasi karyawan merupakan salah satu tindak lanjut yang dilakukan dari

hasil penilaian prestasi atau kinerja karyawan (Hasibuan, 2003). Hal ini disebabkan

melalui penilaian prestasi kerja akan dapat diketahui kecakapan karyawan dalam

menyelesaikan uraian pekerjaan (job description) yang dibebankan kepadanya.

(23)

karyawan yang bersangkutan. Dengan adanya mutasi diharapkan dapat memberikan

uraian pekerjaan, sifat pekerjaan, lingkungan pekerjaan, dan alat-alat kerja yang

cocok bagi karyawan bersangkutan sehingga dapat bekerja secara efisien dan efektif

pada jabatan itu.

Istilah-istilah yang sama pengertiannya dengan mutasi adalah pemindahan,

transfers, dan job rotation karyawan. Mutasi adalah suatu perubahan posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang dilakukan baik secara horizontal maupun

vertikal di dalam satu organisasi (Hasibuan, 2003).

Pada dasarnya mutasi termasuk dalam fungsi pengembangan karyawan,

karena tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dalam

perusahaan tersebut. Prinsip mutasi adalah memutasikan karyawan kepada posisi

yang tepat dan pekerjaan yang sesuai, agar semangat dan produktivitas kerjanya

meningkat. Mutasi yang dilakukan suatu perusahaan atau organisasi memiliki

beberapa tujuan, di antaranya (Hasibuan, 2003):

1) Untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan;

2) Untuk menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan komposisi

pekerjaan atau jabatan;

3) Untuk memperluas atau menambah pengetahuan karyawan;

4) Untuk menghilangkan rasa bosan/jemu terhadap pekerjaannya;

5) Untuk memberikan perangsang agar karyawan bersedia berupaya meningkatkan

karier yang lebih tinggi;

6) Untuk pelaksanaan hukuman atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya;

(24)

8) Untuk alat pendorong agar spirit kerja meningkat melalui persaingan terbuka;

9) Untuk tindakan pengamanan yang lebih baik;

10) Untuk menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi fisik karyawan;

11) Untuk mengatasi perselisihan antara sesama karyawan.

Ada tiga dasar/landasan pelaksanaan mutasi karyawan yaitu: merit system,

seniority system dan spoiled system.

1) Merit system adalah mutasi karyawan yang didasarkan atas landasan yang bersifat

ilmiah, objektif, dan hasil prestasi kerjanya. Merit system atau carreer system

ini merupakan dasar mutasi yang baik karena beberapa alasan, yaitu:

a) output dan produktivitas kerja meningkat;

b) semangat kerja meningkat;

c) jumlah kesalahan yang diperbuat menurun;

d) absensi dan disiplin karyawan semakin baik;

e) jumlah kecelakaan akan menurun.

2) Seniority system adalah mutasi yang didasarkan atas landasan masa kerja, usia,

dan pengalaman kerja dari karyawan bersangkutan. Sistem mutasi seperti ini

tidak objektif karena kecakapan orang yang dimutasikan berdasarkan senioritas

belum tentu mampu memangku jabatan baru.

3) Spoil system adalah mutasi yang didasarkan atas landasan kekeluargaan. Sistem

mutasi seperti ini kurang baik karena didasarkan atas pertimbangan suka atau

tidak suka.

Proses mutasi dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari dua cara

yaitu cara tidak ilmiah dan cara ilmiah. Mutasi dengan cara tidak ilmiah dilakukan:

(25)

semata-mata kepada masa kerja dan ijazah, bukan atas prestasi atau faktor-faktor riil; (3)

berorientasi kepada banyaknya anggaran yang tersedia, bukan atas kebutuhan riil

karyawan; dan (4) berdasarkan spoil system.

Mutasi secara ilmiah dilakukan dengan: (1) berdasarkan norma atau standar

kriteria tertentu, seperti analisis pekerjaan; (2) berorientasi pada kebutuhan yang

riil/nyata; (3) berorientasi pada formasi riil kepegawaian; (4) berorientasi kepada

tujuan yang beranekaragam; dan (5) berdasarkan objektivitas yang dapat diper-

tanggungjawabkan.

Ruang lingkup mutasi mencakup semua perubahan posisi/ pekerjaan/tempat

karyawan, baik secara horizontal maupun vertikal yang dilakukan karena alasan

personal transfer ataupun production transfer di dalam suatu organisasi. Mutasi ini merupakan penempatan kembali (replacement) karyawan ke posisi tempat yang baru

sehingga kemampuan dan kecakapan kerjanya semakin baik, mencakup mutasi

secara horizontal dan vertikal.

1) Mutasi horizontal (job rotation/transfer) artinya perubahan tempat atau jabatan

karyawan tetapi masih pada ranking yang sama di dalam organisasi itu. Mutasi

horizontal mencakup mutasi tempat dan mutasi jabatan. Mutasi tempat (tour of

area) adalah perubahan tempat kerja, tetapi tanpa perubahan jabatan/posisi/golongannya. Sedangkan mutasi jabatan adalah perubahan jabatan

atau penempatan pada posisi semula.

2) Mutasi cara vertikal adalah perubahan posisi/jabatan/pekerjaan, promosi atau

demosi, sehingga kewajiban dan kekuasaannya juga berubah. Promosi

memperbesar authority dan responsibility, sedang demosi mengurangi authority

(26)

Jadi promosi berarti menaikkan pangkat/jabatan, sedang demosi adalah

penurunan pangkat/jabatan seseorang.

Sebab-sebab pelaksanaan mutasi digolongkan atas permintaan sendiri

(per-sonnel transfers) dan alih tugas produktif (production transfers): 1) Mutasi atas permintaan

Mutasi atas permintaan sendiri adalah mutasi yang dilakukan atas keinginan

sendiri dari karyawan yang bersangkutan dan dengan mendapat persetujuan

pimpinan organisasi. Mutasi permintaan sendiri pada umumnya hanya

perpindahan kepada jabatan yang peringkatnya sama baik, antar bagian maupun

pindah ke tempat lain. Peringkatnya sama artinya kekuasaan dan tanggung jawab

maupun besarnya balas jasa tetap sama.

Caranya karyawan mengajukan permohonan dengan mengemukakan

alasan-alasannya kepada pimpinan organisasi tersebut. Alasan -alasannya adalah

sebagai berikut:

a) Kesehatan: misalnya fisik karyawan kurang mendukung untuk melaksanakan

pekerjaan. Misalnya dinas luar, mohon dimutasi menjadi dinas dalam;

b) Keluarga: misalnya untuk merawat orang tua yang sudah lanjut usianya;

c) Kerja sama: misalnya tidak dapat bekerja sama dengan karyawan lainnya

karena terjadi pertengkaran atau perselisihan.

2) Alih tugas produktif (ATP)

Alih tugas produktif (ATP) adalah mutasi karena kehendak pimpinan perusahaan

untuk meningkatkan produksi dengan menempatkan karyawan bersangkutan ke

jabatan atau pekerjaan yang sesuai dengan kecakapannya. ATP didasarkan pada

(27)

dipromosikan, sedang karyawan yang tidak berprestasi dan tidak disiplin

didemosikan. Alasan lain tugas produktif (production transfer) didasarkan

kepada kecakapan, kemampuan, sikap, dan disiplin karyawan. Jadi ATP ini

biasanya bersifat mutasi vertikal (promosi atau demosi).

Terdapat lima macam transfer yaitu production transfer, replacement transfer,

versatility transfer, shift transfer, dan remedial transfer (Pigors dan Mayers dalam Hasibuan, 2003):

1) Production transfer

Production transfer adalah mengalihtugaskan karyawan dari satu bagian ke bagian lain secara horizontal, karena pada bagian lain kekurangan tenaga kerja

padahal produksi akan ditingkatkan;

2) Replacement transfer

Replacement transfer adalah mengalih tugaskan karyawan yang sudah lama dinasnya ke jabatan lain secara horizontal untuk menggantikan karyawan yang

masa dinasnya sedikit atau diberhentikan. Replacement transfer terjadi karena

aktivitas perusahaan diperkecil sehingga sebagian karyawan harus diberhentikan

dan hanya karyawan yang mempunyai masa dinas yang lama tetap dipekerjakan;

3) Versatility transfer

Versatility transfer adalah mengalihtugaskan karyawan ke jabatan/ pekerjaan lainnya secara horizontal agar karyawan yang bersangkutan dapat melakukan

(28)

4) Shift transfer

Shift transfer adalah mengalihtugaskan karyawan yang sifatnya horizontal dari satu kelompok ke kelompok lain sedang pekerjaannya tetap sama;

5) Remedial transfer

Remedial transfer adalah mengalihtugaskan seorang karyawan ke jabatan atau pekerjaan lain, baik pekerjaannya sama atau tidak atas permintaan karyawan

bersangkutan karena tidak dapat bekerja sama dengan rekan-rekannya.

Proses mutasi karyawan ditinjau dari segi waktu mencakup dua jenis yaitu:

temporary transfer dan permanent transfer. Temporary transfer adalah mengalihtugaskan karyawan ke jabatan/pekerjaan lainnya baik horizontal maupun

vertikal yang sifatnya sementara. Karyawan bersangkutan akan ditempatkan kembali

pada jabatan/pekerjaannya semula. Temporary transfer sering dilakukan karena

seo-rang pejabat berhalangan atau tidak hadir (sakit). Agar tidak terbengkalai, untuk

sementara pekerjaannya dipindahkan ke karyawan lain.

Permanent transfer adalah mengalihtugaskan karyawan ke jabatan/pekerjaan baru dalam waktu lama sampai dia dipindahkan/pensiun. Jadi karyawan tersebut

menjadi pemangku jabatan itu bukan sebagai pejabat sementara. Permanent transfer

dilaksanakan atas kehendak pimpinan perusahaan memutasikan karyawan ke jabatan

atau pekerjaan yang baru.

Promosi (promotion) memberikan peran penting bagi setiap karyawan, bahkan

menjadi idaman yang selalu dinanti-nantikan, dengan promosi berarti ada

kepercayaan dan pengakuan mengenai kemampuan serta kecakapan karyawan

(29)

promosi akan memberikan status sosial, wewenang (authority), tanggung jawab

(responsibility), serta penghasilan (outcomes) yang semakin besar bagi karyawan.

Jika ada kesempatan bagi setiap karyawan dipromosikan berdasarkan asas keadilan

dan objektivitas, karyawan akan terdorong bekerja giat, bersemangat, berdisiplin, dan berprestasi kerja sehingga sasaran perusahaan secara optimal dapat dicapai.

Adanya kesempatan untuk dipromosikan juga akan mendorong

penarikan/recruiting) pelamar yang semakin banyak memasukkan lamarannya

sehingga pengadaan (procurement) karyawan yang baik bagi perusahaan akan lebih

mudah. Sebaliknya, jika kesempatan untuk dipromosikan relatif kecil/tidak ada

maka gairah kerja, semangat kerja, disiplin kerja, dan prestasi kerja karyawan akan

menurun. Penarikan dan pengadaan karyawan semakin sulit bagi perusahaan

bersangkutan, begitu besarnya peranan promosi karyawan maka sebaiknya manajer

personalia harus menetapkan program promosi serta menginformasikannya kepada

para karyawan. Program promosi harus memberikan informasi tentang asas-asas,

dasar-dasar, jenis-jenis, dan syarat -syarat karyawan yang dapat dipromosikan dalam

perusahaan bersangkutan. Program promosi harus diinformasikan secara terbuka,

baik asas, dasar, jenis, persyaratan, maupun metode penilaian karyawan yang akan

dilakukan dalam perusahaan. Jika hal ini diinformasikan dengan baik, akan menjadi

motivasi bagi karyawan untuk bekerja sungguh-sungguh.

Promosi adalah perpindahan yang memperbesar authority dan responsibility

karyawan ke jabatan yang lebih tinggi di dalam satu organisasi sehingga kewajiban,

hak, status, dan penghasilannya semakin besar (Hasibuan, 2003). Promosi jua berarti

(30)

jawab yang lebih tinggi (Flipo dalam Hasibuan, 2003). Biasanya perpindahan ke

jabatan yang lebih tinggi disertai dengan peningkatan gaji/upah lainnya, walaupun

tidak selalu demikian. Secara teknik promosi adalah suatu perpindahan di dalam

suatu organisasi dari satu posisi ke posisi lainnya yang melibatkan baik peningkatan

upah maupun status (Sikula dalam Hasibuan, 2003).

Kesimpulan dari definisi di atas adalah promosi berarti perpindahan dari satu

jabatan ke jabatan yang lebih tinggi, wewenang dan tanggung jawab semakin besar,

status serta pendapatan juga semakin tinggi. Promosi harus dilakukan pada

asas-asas/prinsip-prinsip tertentu.

Asas promosi harus dituangkan dalam program promosi secara jelas sehingga

karyawan mengetahui dan perusahaan mempunyai pegangan untuk mempromosikan

karyawan. Azas-azas promosi adalah:

1) Kepercayaan

Promosi hendaknya berasaskan pada kepercayaan atau keyakinan mengenai

kejujuran, kemampuan, dan kecakapan karyawan bersangkutan dalam

melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik pada jabatan tersebut. Karyawan baru

akan dipromosikan, jika karyawan itu menunjukkan kejujuran, kemampuan, dan

kecakapannya dalam memangku jabatan.

2) Keadilan

Promosi berasaskan keadilan, terhadap penilaian kejujuran, kemampuan, dan

kecakapan semua karyawan. Penilaian harus jujur dan objektif tidak pilih kasih

atau like and dislike. Karyawan yang mempunyai peringkat (ranking) terbaik

(31)

suku, golongan, dan keturunannya. Promosi yang berasaskan keadilan akan

menjadi alat motivasi bagi karyawan untuk meningkatkan prestasinya.

3) Formasi

Promosi harus berasaskan kepada formasi yang ada, karena promosi karyawan

hanya mungkin dilakukan jika ada formasi jabatan yang lowong. Untuk itu harus

ada uraian pekerjaan/jabatan (job description) yang akan dilaksanakan karyawan.

Jadi, promosi hendaknya disesuaikan dengan formasi jabatan yang ada di dalam

perusahaan.

Program promosi hendaknya memberikan informasi yang jelas, apa yang

dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk mempromosikan seseorang karyawan

dalam perusahaan tersebut, hal ini penting supaya karyawan dapat mengetahui dan

memperjuangkan nasibnya. Pedoman yang dijadikan dasar untuk mempromosikan

karyawan adalah: pengalaman (senioritas), kecakapan, serta kombinasi pengalaman

dan kecakapan.

1) Pengalaman

Pengalaman yaitu promosi yang didasarkan pada lamanya pengalaman kerja

karyawan. Pertimbangan promosi adalah pengalaman kerja seseorang, orang

yang terlama bekerja dalam perusahaan mendapat prioritas pertama dalam

tindakan promosi. Kebaikannya adalah adanya penghargaan dan pengakuan

bahwa pengalaman merupakan saka guru yang berharga, dengan pengalaman,

seseorang akan dapat mengembangkan kemampuannya sehingga karyawan tetap

betah bekerja pada perusahaan dengan harapan suatu waktu ia akan

(32)

Kelemahannya adalah seseorang karyawan yang kemampuannya sangat

terbatas, tetapi karena sudah lama bekerja tetap dipromosikan, dengan demikian,

perusahaan akan dipimpin oleh seorang yang berkemampuan rendah, sehingga

perkembangan dan kelangsungan perusahaan disangsikan.

2) Kecakapan

Kecakapan (ability) yaitu seseorang akan dipromosikan berdasarkan penilaian

kecakapan. Pertimbangan promosi adalah kecakapan, orang yang cakap atau ahli

mendapat prioritas pertama untuk dipromosikan. Kecakapan adalah total dari

semua keahlian yang diperlukan untuk mencapai hasil yang bisa

dipertanggungjawabkan. Kecakapan merupakan kumpulan pengetahuan yang

diperlukan untuk memenuhi hal-hal berikut:

a) Kecakapan dalam pelaksanaan prosedur kerja yang praktis, teknik -teknik

khusus, dan disiplin ilmu pengetahuan;

b) Kecakapan dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacam -macam elemen

yang semuanya terlibat di dalam penyusunan kebijaksanaan dan di dalam

situasi manajemen. Kecakapan di bidang ini bisa digunakan untuk pekerjaan

konsultasi atau pekerjaan pelaksanaan. Kecakapan ini mengkombinasikan

elemen-elemen dari perencanaan, pengorganisasian, pengaturan (directing),

penilaian (evaluating), dan pembaruan (innovating);

c) Kecakapan dalam memberikan motivasi secara langsung.

Kecakapan mempunyai ukuran lebar dan dalam. Jadi suatu pekerjaan bisa

memerlukan banyak pengetahuan tapi serba sedikit, atau sedikit pengetahuan

(33)

Konsep ini sangat praktis dalam memberikan perbandingan dan penilaian

terhadap bobot dari total kecakapan dalam berbagai pekerjaan, dalam hal

berapa banyak pengetahuannya dan sampai berapa dalam setiap

pengetahuannya. Kesulitan mengukur kecakapan adalah menentukan tolok

ukur kecakapan. Apakah nilai ijazah dipakai sebagai bahan pertimbangan

untuk mengukur kemampuan seseorang sedangkan nilai ijazah hanya

mencerminkan kecerdasan seseorang pada saat ujian saja, belum tentu orang

yang nilai ijazahnya tinggi akan lebih mampu dalam praktek.

3) Kombinasi Pengalaman dan Kecakapan

Kombinasi pengalaman dan kecakapan yaitu promosi yang berdasarkan pada

lamanya pengalaman dan kecakapan. Pertimbangan promosi adalah berdasarkan

lamanya dinas, ijazah pendidikan formal yang dimiliki, dan hasil ujian kenaikan

golongan, jika seseorang lulus dalam ujian maka hasil ujian kenaikan

dipromosikan.

Cara ini adalah dasar promosi yang terbaik dan paling tepat karena

mempromosikan orang yang paling berpengalaman dan terpintar, sehingga

kelemahan promosi yang hanya berdasarkan pengalaman/ kecakapan saja dapat

diatasi. Promosi yang berdasarkan kombinasi pengalaman dan kecakapan,

memberikan kebaikan-kebaikan sebagai berikut (Hasibuan, 2003):

a) Memotivasi karyawan untuk memperdalam pengetahuannya bahkan memaksa

diri mengikuti pendidikan formal, dengan demikian, perusahaan akan

(34)

b) Moral karyawan akan semakin baik, bergairah, semangat, dan prestasi

kerjanya semakin meningkat karena ini termasuk elemen-elemen yang dinilai

untuk promosi;

c) Disiplin karyawan semakin baik karena disiplin termasuk elemen yang akan

mendapat penilaian prestasi untuk dipromosikan;

d) Memotivasi berkembangnya persaingan sehat dan dinamis di antara para

karyawan sehingga mereka berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan;

e) Perusahaan akan menempatkan karyawan yang terbaik pada setiap jabatan

sehingga sasaran optimal akan tercapai.

Kelemahannya adalah: (1) karyawan yang kurang mampu akan frustrasi

bahkan mengundurkan diri dari perusahaan itu, dan (2) biaya yang dikeluarkan

perusahaan akan semakin besar karena adanya ujian kenaikan golongan.

Mempromosikan karyawan, harus sudah dipunyai syarat-syarat tertentu

yang telah direncanakan dan dituangkan dalam program promosi perusahaan.

Syarat-syarat promosi harus diinformasikan kepada semua karyawan, agar

mereka mengetahuinya secara jelas, hal ini penting untuk memotivasi karyawan

berusaha mencapai syarat-syarat promosi tersebut. Persyaratan promosi untuk

setiap perusahaan tidak selalu sama tergantung kepada perusahaan

masing-masing. Syarat-syarat promosi pada umumnya meliputi hal-hal berikut:

1) Kejujuran

Karyawan harus jujur terutama pada dirinya sendiri, bawahannya,

perjanjian-perjanjian dalam menjalankan atau mengelola jabatan tersebut, harus sesuai

kata dengan perbuatannya. Dia tidak menyelewengkan jabatannya untuk

(35)

2) Disiplin

Karyawan harus disiplin pada dirinya, tugas-tugasnya, serta mentaati

peraturan-peraturan yang berlaku baik tertulis maupun kebiasaan. Disiplin

karyawan sangat penting karena hanya dengan kedisiplinan memungkinkan

perusahaan dapat mencapai hasil yang optimal.

3) Prestasi Kerja

Karyawan itu mampu mencapai hasil kerja yang dapat dipertanggung

jawabkan kualitas maupun kuantitas dan bekerja secara efektif dan efisien. Hal

ini menunjukkan bahwa karyawan dapat memanfaatkan waktu dan

mempergunakan alat-alat dengan baik.

4) Kerja Sama

Karyawan dapat bekerja sama secara harmonis dengan sesama karyawan baik

horizontal maupun vertikal dalam mencapai sasaran perusahaan. Dengan

demikian, akan tercipta suasana hubungan kerja yang baik di antara semua

karyawan.

5) Kecakapan

Karyawan itu cakap, kreatif, dan inovatif dalam menyelesaikan tugas-tugas

pada jabatan tersebut dengan baik. Dia bisa bekerja secara mandiri dalam

menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, tanpa mendapat bimbingan yang

terus-menerus dari atasannya.

6) Loyalitas

Karyawan harus loyal dalam membela perusahaan atau korps dari tindakan

yang merugikan perusahaan atau korpsnya. Ini menunjukkan bahwa dia ikut

(36)

7) Kepemimpinan

Dia harus mampu membina dan memotivasi bawahannya untuk bekerja sama

dan bekerja secara efektif dalam mencapai sasaran perusahaan. Dia harus

menjadi panutan dan memperoleh personality authority yang tinggi dari para

bawahannya.

8) Komunikatif

Karyawan itu dapat berkomunikasi secara efektif dan mampu menerima atau

mempersepsi informasi dari atasan maupun dari bawahannya dengan baik,

sehingga tidak terjadi miskomunikasi.

Pelaksanaan promosi dalam suatu perusahaan memiliki beberapa tujuan,

yaitu:

1) Untuk memberikan pengakuan, jabatan, dan imbalan jasa yang semakin besar

kepada karyawan yang berprestasi kerja tinggi;

2) Dapat menimbulkan kepuasan dan kebanggaan pribadi, status sosial yang

semakin tinggi, dan penghasilan yang semakin besar;

3) Untuk merangsang agar karyawan lebih bergairah bekerja, berdisiplin tinggi, dan

memperbesar produktivitas kerjanya;

4) Untuk menjamin stabilitas kepegawaian dengan direalisasinya promosi kepada

karyawan dengan dasar dan pada waktu yang tepat serta penilaian yang jujur;

5) Kesempatan promosi dapat menimbulkan keuntungan berantai dalam perusahaan

karena timbulnya lowongan berantai;

6) Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan kreativitas

(37)

7) Untuk menambah pengetahuan serta pengalaman kerja para karyawan dan ini

merupakan daya dorong bagi karyawan lainnya;

8) Untuk mengisi kekosongan jabatan karena pejabatnya berhenti. Agar jabatan itu

tidak lowong maka dipromosikan karyawan lainnya;

9) Karyawan yang dipromosikan kepada jabatan yang tepat, semangat, kesenangan,

dan ketenangannya dalam bekerja semakin meningkat sehingga produktivitas

kerjanya juga meningkat;

10) Untuk mempermudah penarikan pelamar sebab dengan adanya kesempatan

promosi merupakan daya pendorong serta perangsang bagi pelamar -pelamar

untuk memasukkan lamarannya;

11) Promosi akan memperbaiki status karyawan dari karyawan sementara menjadi

karyawan tetap setelah lulus dalam masa percobaannya.

Pola mutasi (horizontal dan vertikal) di Direktorat Jenderal Pajak harus

mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan nomor: 39/PMK.01/2009 tanggal 27

Februari 2009 tentang Pola Mutasi Jabatan Karier di Lingkungan Departemen

Keuangan, yang meliputi:

1. Syarat yang harus diperhatikan untuk melakukan mutasi horizontal, adalah:

a. Standar kompetensi jabatan yang ditetapkan.

b. Prestasi kerja.

c. Jangka waktu menduduki jabatan dan/atau lokasi unit kerja.

d. Peringkat jabatan.

e. Hukuman disiplin PNS, dalam hal PNS yang pernah dikenakan sanksi atas

pelanggaran disiplin pegawai.

(38)

2. Syarat yang harus dimiliki oleh pegawai yang berhak diusulkan untuk mutasi

vertikal (promosi), adalah:

a. Berstatus Pegawai Negeri Sipil.

b. Memiliki pangkat serendah-rendahnya 1 (satu) tingkat di bawah jenjang

pangkat yang ditentukan dengan memprioritaskan senioritas dalam

kepangkatan.

c. Memiliki tingkat dan kualifikasi pendidikan yang sesuai dengan jabatan

yang akan didududki.

d. Setiap unsur penilaian dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3)

selama 2 (dua) tahun terakhir bernilai baik.

e. Sehat jasmani dan rohani.

2.2.2. Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah hasil persepsi karyawan tentang seberapa baik

pekerjaan seeorang memberikan segala sesuatu yang dipandang sebagai sesuatu

yang penting melalui hasil karyanya. Martoyo (2000) mengungkapkan kepuasan

kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional karyawan yang terjadi maupun

tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan perusahaan atau

organisasi dengan tingkat balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang

bersangkutan.

Rita Johan (2002) merumuskan kepuasan kerja sebagai respon umum pekerja

berupa perilaku yang ditampilkan oleh karyawan sebagai hasil persepsi mengenai

hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Seorang pekerja yang masuk dalam

(39)

hasrat dan pengalaman masa lalu yang menyatu dan membentuk suatu harapan yang

diharapkan dapat dipenuhi di tempatnya bekerja.

Menurut Robert A. Baron dalam artikel Rita Johan (2002) kepuasan kerja

adalah seperangkat perasaan karyawan tentang hal yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan pekerjaan yang dilakukan, baik atas imbalan material maupun

psikologis. Seorang karyawan/pekerja akan mendapatkan kepuasan kerja jika ia

mempersepsikan bahwa imbalan yang diterimanya baik berupa gaji, tunjangan dan

penghargaan lainnya yang tidak berupa materi atas pelaksanaan pekerjaan yang

dilakukan nilainya lebih tinggi daripada pengorbanannya berupa tenaga dan ongkos

yang telah dikeluarkan untuk melakukan pekerjaan itu.

Kepuasan kerja menurut Robbins (1996) mengungkapkan bahwa kepuasan

kerja adalah merujuk pada sikap individu terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan

tingkat kepuasan yang tinggi, mengindikasikan sikap yang positif terhadap

pekerjaannya, sebaliknya seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya

mengindikasikan sikap yang negatif terhadap pekerjaannya.

Menurut Loeke (dalam Sule, 2002), kepuasaan atau ketidakpuasan karyawan

tergantung pada perbedaan antara apa yang diharapkan dengan yang diterima, jika

yang diterima lebih dari yang diharapkan, maka karyawan akan sangat puas.

Sebaliknya, apabila yang didapat karyawan lebih rendah daripada yang diharapkan

akan menyebabkan karyawan tidak puas.

Davis (1996) memandang kepuasan kerja sebagai rasa senang atau tidak

senang seseorang memandang pekerjaannya. Kepuasan kerja terjadi apabila ada

(40)

mengekspresikan sejumlah kesesuaian antara harapan seseorang tentang

pekerjaannya dan imbalan yang diberikan atas pekerjaan tersebut.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja meliputi:

a. Pekerjaan yang menantang.

Menurut Locke dalam Bimo (2000), tantangan secara mental menunjukkan

bahwa pekerja cenderung lebih menyukai pekerjaan yang memberikan kepada

mereka kesempatan untuk menggunakan ketrampilan dan kemampuannya serta

menawarkan berbagai macam tugas, kebebasan dan umpan balik. Karakteristik

ini akan membentuk pekerjaan yang menantang secara mental.

b. Imbalan yang adil

Penghargaan atau reward yang seimbang berhubungan dengan system

pembayaran dan promosi. Pekerja menginginkan sistem pembayaran dan promosi

yang dirasakan tepat, jelas dan sesuai dengan harapan mereka. Selain itu pekerja

akan mencari kebijaksanaan promosi dan pelatihan-pelatihan yang adil. Promosi

memberikan kesempatan bagi pertumbuhan pribadi, pertanggungjawaban yang

lebih besar dan peningkatan status sosial. Individu yang merasakan suatu

keputusan promosi yang dibuat secara adil akan memperoleh kepuasan (Locke

dalam Bimo, 2000).

c. Kondisi kerja yang mendukung.

Karyawan sangat peduli akan lingkungan kerja yang baik untuk kenyamanan

pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan yang baik. Hasil studi

menunjukkan bahwa karyawan lebih menyulai lingkungan fisik yang tidak

(41)

lingkungan kerja yang baik, agar karyawan dapat bekerja dengan baik dan merasa

puas.

d. Rekan kerja yang mendukung.

Bekerja juga merupakan kebutuhan terhadap interaksi sosial. Keramahan dan

kerjasama yang mendukung akan meningkatkan kepuasan kerja (Locke dalam

Bimo, 2000). Dukungan rekan sekerja merupakan lingkungan kerja yang terdekat

dan berpengaruh terhadap motivasi dan prestasi. Rekan sekerja yang

menunjukkan sikap bersahabat dan mendukung dapat memberikan kepuasan

kepada mereka, sebaliknya bila hubungan antar rekan sekerja tidak berjalan

dengan baik akan memberikan dampak negatif terhadap kepuasan kerja

karyawan.

e. Kesesuaian kepribadian dan pekerjaan.

Kesesuaian yang tinggi antara kepribadian seorang karyawan dan pekerjaan akan

menghasilkan individu yang terpuaskan. Dimana orang yang tipe kepribadiannya

sebangun dengan pekerjaan yang mereka pilih, artinya mereka mempunyai bakat

dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka.

Dengan demikian lebih besar kemungkinan untuk berhasil dari perusahaannya.

Karena sukses ini mereka akan mempunyai peluang yang lebih besar untuk

mencapai kepuasan yang tinggi dalam kerja mereka (Robbins, 1996).

f. Promosi.

Promosi merupakan proses perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan yang lain,

mempunyai status dan tanggungjawab yang lebih tinggi serta imbalan yang lebih

tinggi pula. Promosi dapat meningkatkan semangat kerja dan menjalin stabilitas

karyawan. Karyawan yang memperoleh kesempatan promosi akan puas dengan

(42)

Menurut Dessler (2007) dalam meningkatkan kepuasan karyawan tergantung

adanya:

1. Perlakuan yang fair dan adil terhadap pegawai.

2. Kesempatan menggunakan kemampuan secara penuh untuk mewujudkan diri.

3. Komunikasi yang terbuka dan saling mempercayai diantara semua pegawai.

4. Kesempatan bagi semua pegawai untuk berperan secara aktif dalam pengambilan

keputusan yang melibatkan pekerjaan mereka.

5. Kompensasi yang fair.

6. Lingkungan yang aman dan sehat.

2.2.3.Kinerja Karyawan

Kinerja sering dikenal pula dengan istilah hasil kerja/karya, unjuk kerja,

prestasi kerja atau performansi yang merupakan terjemahan dari bahasa inggris

performance`. Kinerja merupakan aspek yang sangat penting untuk mengetahui

tingkat keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi selama suatu jangka waktu

tertentu.

Definisi lain tentang kinerja adalah: kinerja adalah kuantitas dan kualitas

pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan individu, kelompok maupun organisasi

(Schermerson dalam Nawawi, 2006). Menurut definisi kinerja ini, aspek kuantitas

mengacu pada beban kerja atau target kerja, sedangkan aspek kualitas berkaitan

dengan kesempurnaan dan kerapian pekerjaan yang telah dilaksanakan.

Menurut Mathis dan Jackson (2002) kinerja pada dasarnya adalah apa yang

dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang

(43)

antara lain termasuk: kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output,

kehadiran di tempat kerja dan sikap kooperatif.

Menurut Steers dalam jurnal The Influence of Job Satisfaction (2004) bahwa

kinerja karyawan merupakan gabungan tiga faktor penting, yaitu: kemampuan,

perangai dan minat seorang pekerja; kejelasan dan penerimaan atas penjelasan

peranan seorang pekerja; dan tingkat motivasi kerja. Jadi semakin tinggi kualitas dan

kuantitas hasil kerja karyawan maka semakin tinggi pula kinerjanya.

Kinerja menurut Mahsun (2006) adalah gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan

sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu

organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat

keberhasilan individu maupun kelompok individu, hal senada disampaikan oleh

Mangkunegara (2006) yang menyatakan bahwa kinerja adalah prestasi kerja atau

hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai sumber daya

manusia (SDM) persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja menurut Tika (2006) adalah hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan

seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Fungsi

pekerjaan/kegiatan adalah pelaksanaan hasil pekerjaan atau kegiatan seseorang atau

kelompok yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya dalam suatu organisasi,

sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil pekerjaan/prestasi kerja

(44)

dari kecerdasan, ketrampilan, kestabilan emosi, motivasi, persepsi peran, kondisi

keluarga, kondisi fisik seseorang dan karakteristik kelompok kerja dan sebagainya.

Faktor ekstern antara lain berupa peraturan ketenagakerjaan, keinginan pelanggan,

pesaing, nilai-nilai sosial, serikat buruh, kondisi ekonomi, perubahan lokasi kerja

dan kondisi pasar.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

kinerja adalah hasil pekerjaan/prestasi kerja yang merupakan taraf kesuksesan yang

dicapai oleh pegawai, baik yang bersifat kuantitatif maupun sesuai dengan kriteria

dan ukuran yang ditetapkan oleh pekerjaan itu sendiri.

Menurut Mathis dan Jackson (2002) penilaian kinerja (performance

appraisal/PA) adalah proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan

mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar, dan kemudian

mengkomunikasikannya dengan para karyawan.

Penilaian kinerja adalah suatu proses penilaian kinerja seseorang untuk

mengidentifikasi kebutuhan pengembangan dan potensi, serta menetapkan dimana

dan bagaimana kinerja perlu diperbaiki. Penilaian ini juga menginformasikan

keputusan-keputusan kinerja atau yang terkait dengan peningkatan upah, pada

umumnya melalui suatu sistim pemeringkatan (Amstrong, 2004), hal senada

disampaikan oleh Noe, et al (2003) yang menyatakan bahwa penilaian kinerja

merupakan suatu proses agar organisasi mendapatkan informasi seberapa baik

karyawan melakukan pekerjaannya.

Menurut Mahmudi (2005) pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar

(45)

organisasi, program atau kegiatan. Pengukuran kinerja meliputi aktivitas penetapan

serangkaian ukuran atau indikator kinerja yang memberikan informasi sehingga

memungkinkan bagi unit kerja sektor publik untuk memonitor kinerjanya dalam

menghasilkan output dan outcome terhadap masyarakat. Pengukuran kinerja

bermanfaat untuk membantu manajer unit kerja dalam memonitor dan memperbaiki

kinerja dan berfokus pada tujuan organisasi dalam rangka memenuhi tuntutan

akuntabilitas publik.

Selanjutnya Mahmudi (2005) menyatakan bahwa pengukuran kinerja di

sektor publik memiliki tujuan :

- Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi.

- Menyediakan sarana pembelajaran pegawai.

- Memperbaiki kinerja periode berikutnya.

- Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan

pemberian reward dan punishment.

- Memotivasi pegawai.

- Menciptakan akuntabilitas publik.

Agar tercapai tujuan pengukuran kinerja tersebut, maka perlu pemilihan

suatu ukuran-ukuran kinerja yang tepat serta tidak memimpin kearah yang salah.

Menurut Gaspersz (2004) pemilihan ukuran-ukuran kinerja harus seimbang dan

bersifat menyeluruh, yang berarti harus memperhatikan berbagai aspek sekaligus,

seperti aspek kualitas, efisiensi, kuantitas, ketepatan waktu dan lain-lain.

Berdasarkan berbagai pandangan dan pemikiran diatas, dapat disimpulkan

(46)

kinerja, dimana penilaian kinerja didefenisikan sebagai proses evaluasi seberapa

baik karyawan mengerjakan pekerjaan mereka, sehingga organisasi mampu

mengidentifikasikan kebutuhan pengembangan dan potensi, serta menetapkan

dimana dan bagaimana kinerja perlu diperbaiki.

2.2.4 Pengaruh Mutasi Karyawan terhadap Kinerja Karyawan

Pengaruh mutasi karyawan terhadap kinerja karyawan (Sjafri

Mangkuprawira, 2008) bahwa mutasi bisa bermakna dua yaitu promosi dan demosi.

Promosi adalah bentuk apresiasi kalau seseorang memiliki kinerja diatas standar

organisasi dan berperilaku sangat baik yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan

karir, dengan demikian mereka yang mendapat promosi akan memperoleh tugas,

wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar.

Sementara demosi merupakan tindakan penalti dalam bentuk penurunan

pangkat atau dengan pangkat tetap tetapi sebagian tunjangan tidak diberikan, hal ini

dilakukan manajemen terhadap karyawan yang bekerja dengan kinerja jauh di

bawah standar organisasi dan berkelakuan tidak baik.

2.2.5 Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan

Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan (Robbins, 1996) bahwa

seseorang pekerja yang bahagia adalah seorang pekerja yang proaktif, begitu juga

penelitian yang dilakukan oleh Bishop dan Scott dalam Andriani (2002)

menunjukkan bahwa satisfaction with supervision dan satisfaction with co-worker

(47)

merasakan kepuasan dari aspek gaji, aspek pekerjaan maupun aspek promosi maka

secara otomatis akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas pekerjaan sesuai

standar yang telah ditentukan.

2.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang digunakan dalam menganalisis kinerja karyawan

Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

2.4. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mutasi karyawan secara parsial berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

2. Kepuasan kerja secara parsial berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Mutasi Karyawan

(X1)

Kepuasan Kerja (X2)

(48)

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini jika ditinjau dari waktu pengumpulan datanya adalah

penelitian cross sectional, artinya data dikumpulkan dalam dalam satu periode

tertentu, dalam hal ini penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2009.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang

telah ditetapkan sedangkan sampel adalah sebagian atau himpunan bagian dari

populasi (Nazir, 2003: 271). Pada penelitian saat ini, populasinya adalah seluruh

karyawan Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I yang berjumlah 100 orang.

Pengambilan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

sampling), dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk

dipilih menjadi anggota sampel, dengan menggunakan rumus Slovin (Umar

Husein, 2007 : 77) sebagai berikut:

n = 2

1 Ne N

+ =

(

)

2

05 , 0 100 1

100

+ = 80 orang

Dimana :

n = ukuran sampel

(49)

e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang

dapat ditolerir, sebesar 5%.

Jadi besarnya sampel yang diambil sebanyak 80 orang karyawan Kantor

Wilayah DJP Jawa Timur I.

3.3. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis variabel,

yaitu variabel independen dan variabel dependen. Adapun rincian dari masing

-masing jenis variabel tersebut adalah:

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel

dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

1) Mutasi karyawan (X 1)

2) Kepuasan kerja (X 2)

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan atau

dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah: Kinerja karyawan (Y)

3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari beberapa

(50)

A.Mutasi Karyawan (X1) adalah suatu perubahan posisi/ jabatan/ tempat/

pekerjaan yang dilakukan pimpinan organisasi kepada karyawan baik secara

horizontal maupun vertikal.

Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur variabel Mutasi

karyawan disusun berdasarkan tujuan mutasi karyawan yang dikemukakan oleh

Hasibuan (2003) sebagai berikut:

1) Mendorong peningkatan produktivitas pegawai;

2) Meningkatkan pengetahuan pegawai;

3) Menghilangkan rasa bosan pegawai;

4) Memotivasi pegawai untuk mencapai karier yang lebih tinggi;

5) Dilakukan sebagai salah satu langkah dalam memberikan sanksi kepada

pegawai yang telah melakukan pelanggaran tata tertib dan peraturan

pegawai yang berilaku;

6) Meningkatkan motivasi pegawai untuk bersaing secara baik dan transparan;

7) Dapat menyesuaikan kondisi fisik karyawan dengan tugasnya;

8) Merupakan bentuk pengakuan (recognition) terhadap pegawai yang

berkinerja tinggi;

9) Meningkatkan kebanggaan diri pegawai;

10) Meningkatkan status sosial pegawai;

11) Meningkatkan penghasilan pegawai;

12) Dilakukan atas penilaian yang jujur dan transparan;

13) Meningkatkan kreativitas pegawai;

(51)

B. Kepuasan Kerja (X2)

Kepuasan kerja merupakan sikap karyawan tentang menyenangkan atau

tidaknya pekerjaan mereka atau respon positif atau negatif karyawan terhadap

pekerjaannya. Adapun indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur

variabel kepuasan kerja adalah sebagai berikut:

1. Gaji yang berhubungan dengan pekerjaan yang memuaskan.

2. Kenaikan gaji sesuai dengan ketentuan.

3. Kesesuaian antara latar belakang pendidikan dengan tugas yang dibebankan.

4. Pekerjaan merangsang motivasi untuk mencapai prestasi.

5. Promosi dilakukan berdasarkan kemampuan dan prestasi kerja.

C. Kinerja Karyawan (Y)

Pengertian kinerja karyawan adalah suatu fungsi kemampuan pekerja

dalam menerima tujuan pekerjaan, tingkat pencapaian tujuan dan interaksi

antara tujuan dan kemampuan pekerja (Gordon dalam Nawawi, 2006). Dalam

penelitian ini indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja

karyawan mengacu pada indikator dalam Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan

Karyawan (Suprihanto, 2001). Adapun indikator-indikatornya adalah:

a. Prestasi kerja

Prestasi kerja diukur dengan menggunakan item-item pertanyaan berikut:

1) Kecakapan;

2) Kesungguhan kerja;

3) Berdaya hasil guna;

(52)

b. Tanggung jawab

Tanggung jawab diukur dengan menggunakan item-item pertanyaan sebagai

berikut:

1) Pelaksanaan;

2) Dedikasi;

3) Bertanggung jawab;

4) Keberanian mengambil risiko.

c. Ketaatan

Ketataan diukur dengan menggunakan item-item pertanyaan sebagai

berikut:

1) Disiplin;

2) Perintah Dinas;

3) Ketentuan jam kerja;

4) Sopan santun.

d. Kejujuran

Kejujuran diukur dengan menggunakan item-item pertanyaan sebagai

berikut:

1) Keikhlasan melaksanakan tugasnya;

2) Penggunaan wewenang;

3) Laporan hasil kerja.

e. Kerja sama

Kerja sama diukur dengan menggunakan item-item pertanyaan sebagai

(53)

1) Memahami hubungan tugasnya dengan bidang lain;

2) Menghargai pendapat orang lain;

3) Penyesuaian pendapat;

4) Mempertimbangkan dan menerima usul;

5) Kemampuan bekerja sama.

f. Prakarsa

Prakarsa diukur dengan menggunakan item-item pertanyaan sebagai

berikut:

1) Mencari tata kerja baru;

2) Memberikan saran-saran.

g. Kepemimpinan

Kepemimpinan diukur dengan menggunakan item-item pertanyaan sebagai

berikut:

1) Penguasaan atas tugas;

2) Kemampuan mengambil keputusan;

3) Komunikasi;

4) Penentuan prioritas tugas;

5) Ketegasan dan obyektivitas;

6) Panutan;

7) Koordinasi;

8) Memahami kemampuan bawahan;

9) Motivasi;

(54)

Pengukuran variabel penelitian ini dilakukan melalui pengukuran

masing-masing item pertanyaan. Skala pengukuran yang digunakan dalam pengukuran ini

adalah skala Likert dengan 5 interval. Adapun interval pengukuran tersebut

adalah: Sangat Tidak Setuju (STS) skor 1, Tidak Setuju (ST) skor 2, Kurang

Setuju (KS) skor 3, Setuju (S) skor 4 dan Sangat Setuju (SS) skor 5.

3.5. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam analisis data penelitian ini merupakan data

primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari

sumbernya, sedangkan sumber data primer tersebut adalah responden atau sampel.

Teknik pengambilan data dilakukan dengan teknik kuesioner, yaitu teknik

pengambilan menggunakan kuesioner yang berbentuk kumpulan

pertanyaan/pernyataan yang relevan dengan variabel penelitian.

Data sekunder merupakan data yang telah tersedia, sehingga peneliti tinggal

menggunakannya. Data sekunder ini dapat berupa dokumen-dokumen, SK

Menteri, Peraturan Pemerintah, SK Dirjen Pajak dan lain-lain yang memiliki

kaitan dengan penelitian ini. Sumber data sekunder ini adalah bagian umum

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jatim I.

3.6. Uji Instrumen Penelitian

Sebelum digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya, instrumen

penelitian atau kuesioner atau daftar pertanyaan terlebih dikenai uji validitas dan

Gambar

Gambar 4.1. Plot P-P
Tabel diatas diketahui bahwa peranan pajak dalam penerimaan APBN
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Pada Variabel Mutasi Karyawan (X1)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cerita Dewaruci yang telah dipaparkan di atas mengandung tema: “Usaha seseorang yang didasari oleh ketekunan dan semangat membaja akan dapat mengantarkan keberhasilan atas

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa gejala bahasa merupakan perubahan bentuk kata dalam suatu bahasa yang mengakibatkan makna

Temuan lain yang berbeda dengan kondisi ketidaksejahteraan anggota OMK, yakni terdapat data yang menunjukkan kondisi anggota OMK yang mengalami kesejahteraan

Hal ini menunjukkan bahwa variabel- variabel eksogen yang digunakan pada penelitian ini secara keseluruhan (jumlah benih, pupuk organik, pupuk kimia, tenaga kerja, pestisida

Dalam menjalankan perusahaannya, Wisma Faeyza Syakira saat ini belum menggunakan sistem yang terkomputerisasi sehingga ada beberapa kendala yang dihadapi, antara

Berdasarkan hasil perhitungan kapabilitas proses, secara multivariat kinerja proses terhadap kandungan calcium dan protein tidak memiliki presisi dan akurasi yang

Prototype yang digunakan dalam pembuatan web rekam medis ini berupa ide-ide yang diambil menurut data yang didapat dari Klinik Karawaci Medika lalu akan dibuat menjadi

Guru mata pelajaran IPA menyatakan bahwa dalam membuat perangkat pembelajaran ada kesulitan, yakni merumuskan indikator, membuat instrumen, penilaian baik pada ranah sikap,