PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS MATEMATIS DI KELAS VIII SMP NEGE RI 2 B ERAS TAG I
Oleh :
Stepany Cristy Tarigan NIM 4113111075
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan limpahan kasih karunia yang diberiakan kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar dan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Di Kelas VIII SMP Negeri 2 Berastagi” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penulisan skripsi ini sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S, Bapak Prof.Dr. S. Saragih, M.Pd, dan Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Tak lupa juga ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf pegawai jurusan matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis. Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak kepala sekolah (Bapak Lekton Sitepu, S.Pd, M.Pd), guru matematika (Ibu Rismawati) dan staf pegawai tata usaha di SMP Negeri 2 Berastagi yang telah banyak membantu selama penelitian ini.
v
semangat, nasehat, dan doa sehingga perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik.
Tak lupa juga terimakasih penulis ucapkan kepada teman seperjuangan yang banyak membantu penulis Silva, Mery, Jessica, Putri, Nonce, Lenra, Marta, Mai, Risda, Chrisna, Grestica, teman-teman seangkatan 2011 jurusan Matematika mulai dari Dik A, Dik B, Dik C, Ekstensi, NonDik dan Bilingual, teman-teman PPLT 2014 SMP Negeri 2 Berastagi terkhusus Fristy Yasinta Tarigan dan Aprianta Pinem yang selalu memberikan support kepada penulis dan seluruh orang yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis berharap kiranya skripsi ini berguna bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan pendidikan di masa yang akan datang.
Medan, Juli 2015 Penulis
iii
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS MATEMATIS DI KELAS VIII SMP NEGE RI 2 B ERAS TAG I
Stepany Cristy Tarigan (NIM 4113111075) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis matematis di kelas VIII SMP Negeri 2 Berastagi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Berastagi Tahun Ajaran 2014/ 2015 yang berjumlah 290 siswa yang tersebar dalam 10 kelas. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas yaitu kelas VIII-9 sebanyak 31 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-10 sebanyak 20 siswa sebagai kelas kontrol yang ditentukan secara random sampling.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dimana pretest dan postest yang digunakan dalam penelitian ini sebagai alat pengumpul data merupakan instrumen tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa dalam bentuk tes uraian pada materi persamaan linear dua variabel sebanyak 16 soal yang telah dinyatakan valid. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji normalitas data tes dengan menggunakan uji Liliefors dan homogenitas data tes dengan menggunakan uji F. Dari kedua pengujian tersebut diperoleh bahwa kedua sampel berdistribusi normal dan homogen.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang Masalah 1
1.2.Identifikasi Masalah 8
1.3.Batasan Masalah 8
1.4.Rumusan Masalah 8
1.5.Tujuan Penelitian 9
1.6.Manfaat Penelitian 9
1.7.Defenisi Operasional 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11
2.1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis 11
2.2. Model Pembelajaran Kooperatif 14
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif 14 2.2.2 Kerangka Rancangan Model Pembelajaran Kooperatif 16 2.2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
Together (NHT) 18
2.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) 21 2.3. Model Pembelajaran Konvensional 22 2.4. Materi Pembelajaran: Persamaan Linear Dua Variabel 24 2.4.1. Membuat Persamaan Linear Dua Variabel 24 2.4.2. Menentukan Penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel 27 2.4.3. Membuat Model Masalah dari Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel 29
2.4.4. Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel 33 2.5. Pembelajaran Persamaan Linear Dua Variabel dengan Pembelajaran
Kooperatif Numbered Head Together (NHT) 38
2.6. Kesimpulan 41
vii
2.8. Kerangka Konseptual 44
2.9. Hipotesis Penelitian 45
BAB III METODE PENELITIAN 46
3.1. Jenis Penelitian 46
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 46
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 46
3.3.1. Populasi 46
3.3.2. Sampel 46
3.4. Variabel Penelitian 47
3.4.1. Variabel Bebas 47
3.4.2. Variabel Terikat 47
3.5. Desain Penelitian 47
3.6. Prosedur Penelitian 48
3.7. Instrumen Penelitian 51
3.7.1. Uji Validitas 52
3.7.1.1. Uji Validitas Isi 52
3.7.1.2. Uji Validitas Konstruk 52
3.7.2. Uji Reliabilitas 53
3.8. Teknik Analisis Data 54
3.8.1. Menghitung Nilai Rata- Rata 54 3.8.2. Menghitung Varians dan Standar Deviasi 54 3.9 Uji Prasyarat Pengujian Hipotesis 54
3.9.1. Uji Normalitas 54
3.9.2. Uji Homogenitas Varians 55
3.9.3. Pengujian Hipotesis 56
3.9.3.1. Menentukan Model Regresi 57 3.9.3.2. Menguji Keberartian Koefisien Model Regresi 57 3.9.3.3. Pengujian Linieritas Model Regresi 58 3.9.3.4. Uji Kesamaan Dua Model Regresi 59 3.9.3.5. Uji Kesejajaran Model Regresi Dari Kedua Kelas
Model Regresi Linier 59
3.9.3.6. Uji Anakova 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 63 4.1 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian 63
4.1.1. Validitas Konstruk Tes (Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis 63
4.1.2. Reliabilitas Tes 64
4.2 Deskripsi Data Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 64
4.2.1. Data Pretest 64
4.2.2. Data Postest 66
viii
4.3.1. Uji Normalitas 67
4.3.2. Uji Homogenitas 68
4.3.3. Pengujian Hipotesis 68
4.3.3.1.Menentukan Model Regresi 69 4.3.3.2.Uji Keberartian Model Regresi 71 4.3.3.3.Pengujian Linieritas Model Regresi 72 4.3.3.4.Uji Kesamaan Dua Model Regresi 73 4.3.3.5.Uji Homogenitas Gradien Regresi 73
4.3.3.6.Uji Anakova 74
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian 74 4.4.1. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
Together Lebih Tinggi Daripada Pembelajaran Konvensional Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 78
5.1 Kesimpulan 78
5.2 Saran 78
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Contoh Pengelompokan Heterogenitas- Akademis Dalam
Pembelajaran Kooperatif 16
Gambar 2.2. Brosur Penawaran Spesial Agen Bus Angkasa dan Galaksi 24
Gambar 2.3. Koperasi Sekolah 27
Gambar 2.4. Gadis Berambut Panjang 33
Gambar 2.5. Grafik penyelesaian 2 + 2 = 42 dan − = 9 36
Gambar 2.6. Kerangka Konseptual 45
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 81 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol 98 Lampiran 3. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I 107 Lampiran 4. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II 111 Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) III 115 Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) IV 123 Lampiran 7. Kisi-Kisi Pretest dan Postest 127
Lampiran 8. Soal Pretest dan Postest 128
Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian Pretest dan Postest 130 Lampiran 10. Pedoman Penskoran Pretest dan Postest
(Tes Kemampuan Berpikir Kritis) Per Indikator 135 Lampiran 11. Lembar Validasi Pretest dan Postest
( Tes Kemampuan Berpikir Kritis) 140 Lampiran 12 Tabel Perhitungan Validitas Pretest dan Postest (Tes
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis) dengan
Uji Coba 146
Lampiran 13 Tabel Perhitungan Reliabilitas Pretest dan Postest (Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis) dengan
Uji Coba 148
Lampiran 14 Perhitungan Validitas Konstruk 149
Lampiran 15 Perhitungan Reliabilitas 151
Lampiran 16 Data Nilai Pretest dan Postest Siswa Kelas Eksperimen 153 Lampiran 17 Data Nilai Pretest dan Postest Siswa Kelas Kontrol 155 Lampiran 18 Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Standar Deviasi
Kelas Eksperimen 156
Lampiran 19 Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Standar Deviasi
Kelas Kontrol 158
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada berbagai bidang kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. Lembaga pendidikan sebagai bagian dari sistem kehidupan telah berupaya mengembangkan struktur kurikulum, sistem pendidikan, dan model pembelajaran yang efektif dan efisien untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas karena pendidikan merupakan proses yang memanusiakan manusia. Dengan kata lain melalui pendidikan tingkah laku seorang siswa diubah menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar.
Menurut Shukor ( Muhfahroyin, 2009:2) untuk menghadapi perubahan dunia yang begitu pesat adalah dengan membentuk budaya berpikir kritis di masyarakat. Prioritas utama dari sebuah sistem pendidikan adalah mendidik siswa tentang bagaimana cara belajar dan berpikir kritis. Berpikir kritis adalah keharusan dalam usaha menyelesaikan masalah, membuat keputusan, dan menganalisis asumsi-asumsi. Berpikir kritis diterapkan kepada siswa untuk belajar memecahkan masalah secara sistematis, inovatif, dan mendesain solusi yang mendasar. Dengan berpikir kritis, siswa menganalisis apa yang mereka pikirkan, mensintesis informasi, dan menyimpulkan. Berpikir kritis itu sendiri dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika.
2
(HOTS) dan menjelaskan HOTS sebagai tujuan utama dari pembelajaran matematika. Dengan kata lain kemampuan berpikir yang tinggi harus dimiliki oleh setiap siswa dalam mempelajari matematika.
Kemampuan berpikir siswa yang tinggi akan matematika sangat diperlukan terkait dengan kebutuhan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kemampuan berpikir tersebut adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan dan memecahkan permasalahan yang ada dalam kehidupan di masyarakat. Oleh karena itu, siswa sebagai bagian dari masyarakat harus dibekali dengan kemampuan berpikir kritis yang baik. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir terutama yang menyangkut aktivitas matematika perlu mendapatkan perhatian khusus dalam proses pembelajaran matematika.
Sejalan dengan hal tersebut, Hasruddin (2009: 50) menyatakan bahwa: Pelajar hidup sebagai anggota keluarga, anggota masyarakat, dan bagian daripada warga negara. Dalam kehidupannya mereka tidak telepas dari berpikir dan kebiasaan atau kemampuan berpikir kritis menjadikan hidup mereka akan lebih bermakna. Sebaliknya orang yang tidak berpikir adalah orang yang dalam kehidupannya tidak berarti.
Permendiknas No 22 Tahun 2006 (tentang standar isi) menyatakan bahwa mata pelajaran matematika diberikan kepada semua peserta didik untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan kemampuan bekerjasama. Oleh karena itu sangat diperlukan peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang merupakan salah satu prioritas dalam pembelajaran matematika di sekolah.
3
memuaskan. Hal ini antara lain dapat dilihat pada rendahnya persentase jawaban benar siswa dalam Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) 1999 dan 2003 serta dalam Program for International Students Assessment (PISA) 2003. Secara internasional dua studi ini merupakan indikator
hasil belajar matematika. Pada studi TIMSS terungkap bahwa siswa Indonesia lemah dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin yang berkaitan dengan jastifikasi atau pembuktian, pemecahan masalah yang memerlukan penalaran matematika, menemukan generalisasi atau konjektur, dan menemukan hubungan antara data- data atau fakta yang diberikan. Sedang dalam studi PISA, siswa Indonesia lemah dalam menyelesaikan soal- soal yang difokuskan pada mathematics literacy yang
ditunjukkan oleh kemampuan siswa dalam menggunakan matematika yang mereka pelajari untuk menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari- hari. Berdasarkan fakta tersebut, dapat dikatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis, dan reflektif siswa pada umumnya masih rendah.
Sejalan dengan pernyataan di atas, berdasarkan pengamatan selama melakukan program pengalaman lapangan terpadu (PPLT), kebanyakan siswa menganggap bahwa matematika hanya mata pelajaran menghitung dan menggunakan rumus sehingga sulit untuk dipelajari sehingga jika diadakan ulangan matematika, kebanyakan siswa memperoleh nilai di bawah KKM yaitu 65. Terlepas dari hal itu ada siswa yang hanya datang, duduk dan diam saja. Jika diberi soal kebanyakan siswa hanya menulis soal dan menunggu tuntunan dari guru.
4
memberikan penjelasan lanjut, keterampilan dalam mengatur strategi dan taktik serta keterampilan dalam menyimpulkan dan mengevaluasi.
Pada saat pembelajaran berlangsung sering ditemukan, bahwa para siswa untuk menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari- hari memerlukan penggunaan matematika dan menyusunnya ke dalam sebuah model matematika. Kesulitan yang dihadapi dapat dilihat dari bagaimana cara siswa berpikir secara kritis dalam menyelesaikan soal matematika yang diberikan. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan tanggal 19 Januari 2015 di SMP Negeri 2 Berastagi bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa di sekolah tersebut masih rendah. Hal ini terlihat dari tes awal yang diberikan berupa materi prasyarat persamaan linear dua variabel yaitu persamaan linear satu variabel dimana siswa mengalami kesulitan menyelesaikannya. Adapun soal yang diberikan yaitu:
1. Harga satu celana adalah dua kali harga satu baju. Harga dua celana dan tiga baju adalah Rp. 700.000. Berapakah harga satu celana dan satu baju?
2. Jumlah dua bilangan genap berurutan adalah 54. Tentukan kedua bilangan genap tersebut?
Dari kedua soal tersebut terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal yaitu:
Tabel 1.1 Hasil Kerja Siswa No
Soal
Hasil Kerja Siswa Analisis Kesalahan Siswa
1 Siswa kurang terampil
memberikan penjelasan sederhana dalam menganalisis dan memfokuskan
5
Siswa kurang terampil memberikan penjelasan
lanjut dalam
mengidentifikasi asumsi dan kurang terampil mengatur strategi dan taktik dalam menentukan jawaban soal
Siswa kurang terampil menyimpulkan dan mengevaluasi hasil jawaban
2 Siswa kurang terampil
memberikan penjelasan sederhana dalam menganalisis dan memfokuskan
6
Siswa kurang terampil memberikan penjelasan
lanjut dalam
mengidentifikasi asumsi dan kurang terampil mengatur strategi dan taktik dalam menentukan jawaban soal
Siswa kurang terampil menyimpulkan dan mengevaluasi hasil jawaban
Hasil yang diperoleh yaitu keterampilan siswa memberikan penjelasan yang sederhana 45% kategori sangat rendah, keterampilan siswa memberikan penjelasan lanjut 1% kategori sangat rendah, keterampilan siswa mengatur strategi dan taktik 2,25% kategori sangat rendah dan keterampilan siswa menyimpulkan dan mengevaluasi atau menilai 3% kategori sangat rendah. Dengan kata lain, berdasarkan hasil penilaian per aspek berpikir kritis siswa diperoleh hasil kemampuan berpikir kritis siswa pada kategori sangat rendah dengan persentase 12,81 %.
Masalah yang timbul dalam pembelajaran matematika tersebut disebabkan banyak guru matematika yang menganut paradigma transfer of knowledge. Dalam
7
dilaksanakan dewasa ini orientasinya lebih kepada hasil dan bukan kepada proses. Dengan kata lain, guru masih kurang tepat dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang mengakibatkan siswa menjadi lebih jenuh karena kurang bervariasinya model pembelajaran yang diterapkan.
Berdasarkan permasalahan diatas, salah satu alternatif dalam mengatasi masalah tersebut adalah penerapan pembelajaran kooperatif. Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis (Trianto 2009:59). Pada kelompok kooperatif ini, siswa dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cara belajar kooperatif tidak menggantikan pengajaran yang diberikan oleh guru, tetapi lebih pada menggantikan pengaturan tempat duduk yang individual, cara belajar yang individual, dan dorongan yang individual.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan adalah
Numbered Head Together. Menurut Sanjaya (Restiyani, 2013: 3-4) bahwa
8
lebih besar, berkurangnya rasa takut akan gagal dan berkembangnya sikap saling mempercayai diantara para siswa.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Di Kelas VIII SMP
Negeri 2 Berastagi”.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Prestasi siswa Indonesia dalam belajar matematika rendah.
2. Matematika merupakan mata pelajaran yang sulit bagi siswa dikarenakan siswa menganggap bahwa matematika hanya mata pelajaran menghitung dan menggunakan rumus.
3. Siswa cenderung pasif dalam proses belajar mengajar.
4. Penggunaan model pembelajaran menganut paradigma transfer of knowledge.
5. Kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Berastagi masih tergolong kategori sangat rendah.
1.3Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka
masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya pada pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together tentang kemampuan berpikir kritis
matematis di kelas VIII SMP Negeri 2 Berastagi.
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
9
Dari rumusan masalah ini, peneliti merincinya menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Apakah pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together lebih
tinggi daripada pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis matematis di kelas VIII SMP Negeri 2 Berastagi.
1.5Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui apakah pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional terhadap kemampuan
berpikir kritis matematis di kelas VIII SMP Negeri 2 Berastagi.
1.6Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama:
1. Bagi Peneliti
Sebagai referensi bagi penulis sebagai calon guru di masa yang akan datang dalam menentukan penggunaan model pembelajaran khususnya pada kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika.
2. Bagi Siswa
a. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi pokok persamaan linear dua variabel.
b. Hasil belajar matematika siswa lebih baik.
c. Peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran semakin meningkat. d. Siswa dapat meningkatkan kemampuan bekerja sama, kemampuan
mengemukakan pendapat dan pertanyaan, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan berkomunikasi meskipun kompetensi- kompetensi tersebut tidak secara langsung diukur dalam penelitian ini. 3. Bagi Guru
10
4. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam perbaikan pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Berastagi.
1.7Definisi Operasional
Untuk mengurangi perbedaan atau kekurang jelasan makna, maka definisi
operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan menggunakan logika atau standar intelektual yang dimilikinya untuk memberikan penjelasan sederhana dalam menganalisis dan memfokuskan permasalahan, memberikan penjelasan lanjut dalam mengidentifikasi asumsi terhadap permasalahan, mengatur strategi dan taktik untuk memperoleh solusi dari permasalahan, dan menyimpulkan serta mengevaluasi suatu permasalahan sehingga dihasilkan suatu keputusan tentang apa yang harus dipercayai dan dilakukan.
2. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional yang ciri khasnya adalah terdapat penomoran siswa dalam kelompok dan melalui penomoran tersebut, guru mengevaluasi suatu nomor yang tertuju kepada seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan jawaban akhir dari penyatuan pikiran siswa dalam kelompok terhadap permasalahan atau pernyataan yang diajukan oleh guru.
78 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data diperoleh kesimpulan, yaitu:pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis matematis di kelas VIII SMP Negeri 2 Berastagi.
5.2Saran
79
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., (2006), Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta
Djamarah, (1996), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta
Emzir, Dr.Prof., (2014), Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
Ennis, R. H., (1996), Critical thinking, Prentice-Hall, Upper Saddle River, NJ Glaser, E., (1941), An Experience in the Development of Critical Thinking,
Advanced School of Education at Teacher’s College, Columbia University Hasruddin, (2009), Memaksimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui
Pendekatan Kontekstual, Jurnal Tabularasa PPS Unimed 6(1): 48-60, http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-24572-Hasruddin.pdf ( Diakses 16 Desember 2014)
Ibrahim, (2000), Pembelajaran Kooperatif, Surabaya University Press, Surabaya Isjoni, (2009), Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Kemendikbud, (2014), Matematika Kurikulum 2013, Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang, Jakarta
Lie, A., (2008), Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang- Ruang Kelas, Grasindo, Jakarta
Muhfahroin, (2009), Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis, http://muhfahroyin.blogspot.com/2009/01/berpikir-kritis.html ( Diakses 13 Januari 2015)
Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, http://dikti.go.id ( Diakses 03 Maret 2015)
Pritasari, A.D.C., (2011), Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPA 2 Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Yogyakarta Pada Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI), Skripsi, FMIPA, UNY, Yogyakarta
80
Berpikir Kritis Matematik Peserta Didik, Skripsi, FMIPA, Universitas Siliwangi, Tasikmalaya
Simbolon, R.A., (2014), Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) Dan Pembelajaran Konvensional Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP N Satu Atap 6 Pakkathumbahas, Skripsi, FMIPA, Universitas Negeri Medan, Medan
Siregar, E. dan Nara, H., (2014), Teori Belajar dan Pembelajaran, Ghalia Indonesia, Bogor
Slavin, R.E., (2014), Cooperative Learning: theory, research, and practice, Nusa Media, Bandung
Sudjana, (2001), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung
Sunarto, (2009), Pembelajaran Konvensional Paling Banyak Dikritik, Namun Paling Disukai, http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai (Dikases 28 Maret 2015)
Suprijono, A., (2009), Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Surabaya
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta