• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Makalah Pengembangan UKM dan Koperasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Contoh Makalah Pengembangan UKM dan Koperasi"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN USAHA KECIL MENENGAH DAN KOPERASI

Disampaikan pada seminar pemberdayaan UKM, Dekopinda Tasikmalaya *

1. Pendahuluan.

Dengan belajar dari pengalaman pada beberapa dasa warsa terakhir yang telah melahirkan perekonomian yang kurang sehat, maka kebijakan pembangunan di era reformasi ini dilakukan dengan keberpihakan pada ekonomi rakyat (sistim ekonomi kerakyatan) melalui salah satu programnya pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi ( Arwan G. dan Yeti A.2003). Keberadaan usaha kecil menengah dan koperasi merupakan wujud kehidupan ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia .

Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi dalam dimensi pembangunan nasional yang berlandaskan system ekonomi kerakyatan, tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah kesenjangan antargolongan pendapatan dan antar pelaku ataupun penyerapan tenaga kerja. Lebih dari itu pengembangan PKMK yang mampu memperluas basis ekonomi dan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mempercepat perubahan structural, yaitu dengan meningkatnya perekonomian daerah dan ketahanan ekonomi nasional. Pengembangan PKMK merupakan1 prioritas dan menjadi sangat vital

(Soedarna, 2001).

(2)

Peran UKM dalam perekonomian domestik semakin meningkat terutama setelah krsisis tahun 1977. Di saat perbankan menghadapi kesulitan untuk mencari debitur yang tidak bermasalah, UKM menjadi alternatif penyaluran kredit perbankan. Berdasarkan data BPS tahun 2003 terdapat 42,39 jt UKM atau 99,9 % total unit usaha dan mampu menyerap tenaga kerja 79,4jt atau 99,4% angkatan kerja Data BPS juga memperkirakan 57 % PDB bersumber dari unit usaha ini dan menyumbang hampir 15 % dari ekspor barang Indonesia. Ditinjau dari reputasi kreditnya, UKM juga mempunyai prestasi yang cukup membanggakan dengan tingkat kemacetan kredit yang relatif kecil. Pada akhir tahun 2002 tingkat kredit bermasalah UKM hanya mencapai 3,9% dibandingkan dengan total kredit perbankan yang mencapai 10,2%.

Hasil penelitian Pusat Data dan Informasi Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil (tahun 1998) terhadap 69.609 perusahaan industri menunjukkan bahwa sebanyak 19.268 perusahaan mengurangi kegiatan usahanya dan sisanya menghentikan kegiatan usahanya. Akan tetapi tidak semua lini usaha mengalami kebangkrutan di masa krisis . Berbagai penelitian menunjukkan bahwa usaha kecil dan menengah relatif memiliki kekuatan untuk bertahan hidup dibandingkan usaha besar dalam menghadapi goncangan. Dalam hal ini usaha kecil dan menengah memberikan optimisme untuk bertahan dan berkembang (Surachman, 2003).

(3)

Pertama melalui penciptaan lapangan kerja, karena lapangan kerja merupaka upaya penanggulangan kemiskinan yang efektif dan berkelanjutan (sustainable), dan kedua melalui pengembangan usaha kecil secara langsung dapat memberdayakan masyarakat miskin sehingga potensi usahanya dapat dikembangkan untuk meningkatkan kemakmuran mereka.

Meskipun Usaha Kecil Menengah di masa krisis cukup signifikan peranannya dalam menggerakan perekonomian, termasuk menampung tenaga kerja yang terhempas akibat krisis, namun kinerja Usaha Kecil dan Menengah masih perlu untuk mendapatkan perhatian tersendiri (Tatang, 2004).

2. Pengertian Usaha Kecil Menengah dan Koperasi.

Usaha Kecil menurut Undang-Undang No,.9 tahun 1995 adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(4)

kredit daari bank sebesar Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

Kriteria lain ,jenis usaha dilihat dari jumlah karyawan(tenaga kerja) yang dipekerjakankan menurut Biro Pusat Statistik (BPS) adalah sebagai berikut : suatu usaha y ang mempekerjakan tidak lebih dari 4 (empat) orang merupakan usaha rumah tangga atau usaha mikro, jika mempekerjakan antara 5 (lima) orang sampai dengan 19 (sembilan belas orang) adalah usaha kecil, jika mempekerjakan antara 20 (dua puluh) orang sampai 99 orang karyawan adalah usaha menengah, dan yang mempekerjakan karyawan 100 orang atau lebih merupakan perusahaan besar.

Sedangkan Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasisekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan (Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian)

(5)

Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah memiliki beberapa keunggulan komparatif terhadap usaha besar. Keunggulan tersebut antara lain : Dilihat dari sisi permodalan, pengembangan usaha kecil memerlukan modal usaha yang relatif kecil dibanding usaha besar. Disamping itu juga teknologi yang digunakan tidak perlu teknologi tinggi, sehingga pendiriannya relatif mudah dibanding usaha besar.

Motivasi usaha kecil akan lebih besar, mengingat hidup matinya tergantung kepada usaha satu-satunya. Seseorang dengan survival motive tinggi tentu akan lebih berhasil dibandingkan seseorang yang motivasinya tidak setinggi itu. Selain itu adanya ikatan emosional yang kuat dengan usahanya akan menambah kekuataan para pengusaha kecil dalam persaingan (Departemen Koperasi, 1995)

Memiliki kemampuan yang tinggi untuk menyesuaikan dengan pola permintaan pasar, bahkan sanggup melayani selera perorangan. Berbeda dengan usaha besar yang umumnya menghasilkan produk masa (produk standar), peerusahaan kecil produknya bervariasi sehingga akan mudah menyesuaikan terhadap keinginan konsumen. Disamping itu juga mempunyai kemampuan untuk melayani permintaaan yang sangat spesifik yang bila diproduksi oleh perusahaan skala besar tidak efisien (tidak menguntungkan).

(6)

dengan usaha sekala kecil. Hal ini ditujukan untuk menghindari risiko kerugian yang terlalu besar akibat kegagalan jika usaha yang dijalankan langsung besar, sebab untuk memulai usaha dengan skala besar sudah barang tentu diperlukan modal awal yang besar juga.

Gestation periode pendek sehingga quick yielding walaupun belum tentu high yielding. Periode waktu sejak memulai sampai dengan produksi relatif lebih cepat dibanding perusahaan besar sehingga otomatis lebih cepat menghasilkan. Akan tetapi karena modal yang ditanamkannya juga kecil, maka hasil yang diperoleh juga mungkin tidak besar.

Perdagangan bebas telah memberikan peluang kepada para pengusaha di dalam negeri untuk dapat menjual produknya ke luar negeri.Dengan dibukanya perdagangan bebas maka barier/penghambat untuk masuk ke suatu negara menjadi tidak ada lagi. Dengan perkataan lain pergerakan barang dari suatu negara ke negara lain menjadi mudah tanpa adma penghabat. Disamping itu dengan adanya depresiasi rupiah, maka perdagangan luar negeri (ekspor) menjadi lebih terbuka dengan memanfaatkan persaingan harga.

(7)

Terdapat berbagai fasilitas dan kemudahan dari pemerintah. Hal ini merupakan bukti dari komitmen pemerintah dalam menumbuhkembangkan usaha kecil dan menengah.

4. Kelemahan dan Hambatan

Sebagai pelaku ekonomi UKM masih menghadapi kendala structural-kondisional secara internal, separti struktur permodalan yang relatif lemah dan juga dalam mengakses ke sumber-sumber permodalan yang seringkali terbentur masalah kendala agunan (collateral) sebagai salah satu syarat perolehan kredit (Alimarwan Hanan, 2003).

Keterampilan teknis rendah, dan teknologi produksi sederhana. Rendahnya keterampilan teknis dari para pekerja berakibat pada sulitnya standarisasi produk. Begitu juga penggunaan teknologi produksi yang sederhana mengakibatkan mutu produk yang dihasilkan bervariasi. Kalau hal ini terjadi, maka produk yang dikirim kemungkinan akan di klim oleh konsumen. Hal ini akan sangat merugikan, apalagi jika produk ditolak oleh konsumen di luar negeri.

Para pekerja umumnya keluarga, artinya dalam perekrutan pekerja lebih ditekankan kepada aspek kekeluargaan , yaitu lebih mementingkan kedekatan hubungan dibandingkan dengan keahlian yang dimiliki.

(8)

description yang jelas. Disamping itu tingkat perputaran tenaga kerja tinggi, hal ini akan mengakibatkan sulitnya menjadikan tenaga menjadi betul-betul akhli.

Lemah dalam administrasi keuangan. Kondisi ini seringkali menjadi penyebab sulitnya perusahaan mengajukan kredit ke pihak ketiga, sebab para investor baru mau menanamkan uangnya kalau terjamin keamanannya, artinya uang yang ditanamkannya dijamin akan kembali dan sekaligus memperoleh keuntungan. Lemahnya administrasi keuangan mengakibatkan sulitnya melakukan penilaian kelayakan.

Banyak biaya di luar pengendalian. Terkait dengan lemahnya administrasi keuangan seringkali dijumpai tidak terdapat pemisahan yang jelas antara kekayaan perusahaan dan kekayaan pribadi sehingga membengkaknya prive direksi. tidak memperhitungkan penyusutan atas aktiva tetap, tidak memperhitungkan tenaga keluarga.

Kesulitan memperoleh ijin usaha. Biroksrasi yang harus ditempuh UKM dalam mengurus perijinan seringkali cukup panjang sehingga menyebabkan lamanya waktu yang diperlukan untuk sampai memperoleh perijinan. Dalam usaha kesempatan yang diperoleh tidak setiap saat, bahkan datangnya mungkin dalam waktu yang terbatas, sementara itu pengurusan untuk memperoleh perijinan kadang-kadang memakan waktu yang cukup lama. Kalau ini terjadi, maka kesempatan itu akan hilang begitu saja.

(9)

perlindungan hukum, seringkali ruang gerak usaha kecil terpojok oleh usaha besar. Banyak perusahaan kecil gulung tikar karena terjunnya usaha besar ke bidang usaha yang digeluti usaha kecil. Atau karena tidak memiliki hak cipta maka produknya dihasilkan pihak lain sehingga usahanya tersingkirkan. Dalam kemitraan dengan perusahaan besar seringkali terjadi pola yang bertentangan dengan yang seharusnya, dimana pengusaha kecil malah mensubsidi pengusaha besar.

Kesulitan memperoleh kredit. Walaupun usaha kecil dan menengah yang sesungguhnya andal terhadap krisis, sulit untuk mendapat fasilitas karena terbentur pada aturan-aturan perkreditan yang komplek dan dilematis bagi mereka dan bank pemberi kredit (Kamio, 2003)

Berkaitan dengan lembaga pembina. Sebuah usaha kecil kadangkala dibina oleh lebih dari satu lembaga, yang masing-masing pembina memiliki tujuan yang berbeda karena berbeda kepentingan, sehingga usaha kecil harus menyelesaikan berbagai persoalan ( sekali tepuk harus mampu merenggut beberapa nyawa). Atau bahkan pengusaha yang mulai berhasil waktunya habis hanya untuk melayani pembina dan menerima tamu baik untuk kepentingan pembinaan, pendataan ataupun studi banding.

(10)

mudah dan bebas masuk ke Indonesia, yang pada akhirnya akan menyebabkan semakin kuatnya persaingan komoditi industri kecil dari negara lain

High cost Economic. Hal ini terjadi karena terjadinya pengeluaran-pengeluaran yang tidak dijumpai dalam pos pembiayaan alias munculnya biaya siluman .

Menurunnya investasi dan perdagangan ke Indonesia. Dengan terjadina berbagai kerusuhan di dalam negeri maka investor merasa keamanan investasinya terancam, sehingga mereka mengalihkannya ke negara lain yang dianggap lebih aman, misalnya Vietnam. Sebagai contoh di akhir tahun 2003 karena menghadapi pemilu 2004 yang dihawatirkan tidak aman, di Bandung tidak kurang dari 10 investor tekstil memindahkannya ke negara lain. Kondisi semacam ini wajar terjadi karena aktivitas ekonomi banyak dipengaruhi aspek-aspek non ekonomi, seperti social, politik, keamanan, dan sebagainya (Kartawan, 2004).

5. Sasaran Pembinaan dan Pemberdayaan

(11)

perusahaan serta meningkatkan dan memanfaatkan keunggulan dan peluangnya, seperti :

Berkembangnya skala usaha , peluang usaha, dan pangsa pasar. Dengan adanya intervensi dari pihak eksternal, diharapkan skala usaha mereka dapat ditingkatkan dari kecil menjadi menengah, dan dari menengah menjadi besar. Begitu juga dengan adanya bantuan untuk akses ke pihak luar, maka peluang usaha dan pangsa pasar dapat dikembangkan.

Akses terhadap sumber permodalan. Membantu akses ke penyandang dana/investor atau pemberi/penyedia kredit akan memecahkan masalah kebutuhan permodalan perusahaan, karena bukan mereka tidak mau memberikan pendaan kepada para pengusaha, akan tetapi karena masing-masing tidak tahu dan tidak saling kenal. Oleh karena itu diperlukan adanya fasilitator yang bisa menghubungan antara kedua pihak tersebut.

Peningkatan kemampuan kewirausahaan. Kemampuan kewirausahaan merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha, dimana seorang pengusaha harus mampu mengambil keputusan, mendelegasikan wewenang secara jelas, mengambil risiko yang moderat, memotivasi karyawan, menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, dan sifat kewirausahaan lainnya.

(12)

rendah, hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan yang seringkali tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Peningkatan dan pemantapan keterkaitan dan kemitraan yang saling membutuhkan, saling menghidupi, dan saling menguntungkan. Saat ini seringkali terjadi kemitraan yang tidak sesuai dengan pola yang diinginkan. Dalam kemitraan Usaha kecil dengan Usaha Besar, seharusnya usaha besar bisa memberikan subsidi kepada usaha kecil, tapi seringkali dijumpai kondisi sebaliknya dimana usaha kecillah yang mensubsidi usaha besar.

6. Program Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi.

Pemberdayaan UKMK merupakan perlakuan yang diberikan terhadap UKMK yang tidak berdaya supaya menjadi berdaya dalam arti menghilangkan atau paling tidak mengurangi kelemahannya serta mengaktualkan potensi dan memanfaatkan peluangnya. UKMK yang berdaya adalah UKMK yang memiliki kemampuan permodalan yang cukup, memiliki akses yang luas baik terhadap investor, sumber bahan baku, calon konsumen dan para stakeholder lain, serta memiliki daya saing yang kuat.

(13)

di BKKBN, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Perguruan Tinggi , konsultan swasta dan sebagainya.

UKM yang berdaya adalah UKM yang memiliki kemampuan permodalan yang cukup, memiliki akses yang luas baik terhadap investor, sumber bahan baku, calon konsumen serta para stakeholder, memiliki daya saing yang kuat. Untuk mencapai hal tersebut dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain : meningkatkan akses ke perbankan/lembaga keuangan, pemberdayaan KKMB, melalui kemitraan, dan meningkatkan kemampuan kewirausahaan.

6.1. Meningkatkan akses ke perbankan/sumber permodalan

(14)

Suatu hal yang wajar apabila pemilik dana dalam memberikan pendanaan kepada pihak lain dengan sangat hati-hati, sebab siapapun dalam melepaskan dananya berharap bahwa dana itu aman, dalam arti dana tersebut dijamin akan

kembali dan sekaligus memperoleh keuntungan daripadanya. Tanpa adanya saling mengenal tidak mungkin pemilik dana memberikannya kepada pihak lain, hal ini sepadan dalam kehidupan sehari-hari orang tidak akan menikah kalau masing-masing belum saling kenal.

Usaha kecil seringkali tidak melakukan pembukuan atau membuat pembukuan yang sangat sederhana, dimana berbagai biaya tidak diperhitungkan dengan jelas seperti : tidak dilakukan penyusutan terhadap aktiva tetap, tidak memperhitungkan biaya tenaga kerja pribadi atau keluarga, dan tidak memisahkan asset perusahaan dengan kekayaan pribadi. Kondisi ini akan menimbulkan kesulitan kepada pihak pemilik dana untuk melakukan kelayakan usaha.

(15)

keuntungan yang besar, tapi kalau kelayakan usahanya tidak mampu meyakinkan sumber permodalan, maka usaha itu tidak akan didanai.

Upaya-upaya yang dilakukan antara lain : mempertemukan UKMK dengan para pemilik dana, memberikan pelatihan pembukuan dan penyusunan studi kelayakan usaha atau proposal pengajuan dana.

6.2. Pemberdayaan KKMB

Memperhatikan hal tersebut di atas, maka diperlukan adanya fasilitator yang bisa menghubungkan antara kedua pihak (UKMK sebagai pihak yang memerlukan dana lembaga permodalan) tersebut sehingga tercapai understanding antara UKM dengan sumber permodalan (bank). Salah satu upaya yang dilakukan adalah pemberdayaan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB). Konsultan merupakan anggota atau unsur Lembaga Penyedia Jasa Pengembangan Usaha (Business Development Services Provider/BDS-P) yang memenuhi standar kualifikasi tertentu. Yang dimaksud dengan BDS-P menurut Kementrian Koperasi dan UKM adalah lembaga yang memberikan layanan pengembangan bisnis dalam rangka meningkatkan kinerja UKM. Lembaga tersebut berbadan hukum, bukan lembaga keuangan, serta dapat memperoleh fee dari jasa layanannya.

(16)

sehingga dana yang tersedia di perbankan dapat terserap/dimanfaatkan oleh UKM secara baik, disertai pembinaanya.

6.3. Perluasan pangsa pasar

Kemampuan untuk menguasai pasar merupakan syarat mutlak agar usaha bisa tetap eksis atau berkembang. Suatu usaha harus mampu mengaktualkan potensi pasar yang ada seoptimal mungkin, baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Untuk memperluas pangsa pasar ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti : pameran, temu usaha, melalui internet.

Disamping itu berkaitan dengan pemasaran ini perlu mengupayakan untuk memotong rantai distribusi sehingga kesempatan memperoleh keuntungan bisa ditingkatkan. Jika produknya merupakan komoditi ekspor, maka perlu diupayakan agar pengusaha produsen sekaligus menjadi eksportir.

6.4. Kemitraan Usaha

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 tahun 1997 tentang Kemitraan, yang dimaksud dengan Kemitraan adaalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

(17)

a. Pemasaran ,dengan :

1.) membantu akses pasar.

2.) Memberikan bantuan informasi pasar, 3.) Memberikan bantuan promosi

4.) Membantu melakukan identifikasi pasar 5.) Mengembangkan jaringan usaha

6.) Membantu peningkatan mutu produk dan nilai tambah kemasan b. Pembinaan dan Pengembangan SDM dengan :

1). Pendidikan dan latihan 2). Magang

3). Studi banding 4). Konsultasi c. Permodalan :

1). Pemberian informasi sumber-sumber kredit 2). Mediator terhadap sumber-sumber pembiayaan 3). Membantu akses permodalan

d. Manajemen :

1). Bantuan penyusunan studi kelayakan 2). Menyediakan tenaga konsultan 3). Prosedur organisasi dan manajemen e. Teknologi :

(18)

2). Membantu perbaikan sistem produksi dan kontrol kualitas 3). Membantu pengembangan desain dan reklayasa produk 4). Membantu meningkatkan efisiensi pengadaan bahan baku.

Pola kemitraan yang berkembang di Indonesia antara lain : pola sub kontrak,pola dagang, pola perkebunan inti rakyat, pola waralaba (Dinas Koperasi dan UKM Tasikmalaya, 2003). Yang dimaksud dengan sub kontrak yaitu hubungan kerjasama antara satu perusahaan industri dengan perusahaan industri lainnya yang saling berkaitan secara teknis. Misalnya : industri kecil menghasilkan komponen, dan industri besar melakukan perakitan. Pola dagang adalah suatu pola kemitraan dimana pengusaha besar memasarkan produk-produk usaha kecil.

Perkebunan Inti Rakyat adalah perusahaan yang melakukan fungsi perencanaan, bimbingan dan pelayanan sarana produksi, kredit usaha, pengolahan hasil dan pemasaran bagi usaha tani yang dimiliki dan dikelola sendiri., Perusahaan inti melaksanakan pembinaan terhadap plasma mulai dari penyediaan input sampai pemasaran hasil, sementara petani (plasma) memenuhi kewajiban yang sifatnya manajerial, menjual seluruh produksi kepada perusahaaninti dan membayar kredit yang diberikan.

(19)

pengembangan kepada franchise (perusahaan kecil) secara berkesinambungan. Konsekuensi dari pemanfaatan fasilitas-fasilitas tersebut, franchise diwajibkan membayar royalti/fee secara berkesinambungan pula.

7. Keberpihakan Pemerintah.

Dalam proses pemberdayaan UKMK peran pemerintah sangat diperlukan, dimana pengembangan UKMK tidak sepenuhnya dapat diserahkan kepada mekanisme pasar. Sampai saat ini pemerintah sudah cukup banyak melakukan upaya-upaya dalam mendorong pemberdayaan UKMK. Sebagai wujud keseriusan pemerintah, dalam rangka memberdayakan UKM, pada hari kebangkitan Nasional 20 Mei yang lalu pemerintah telah mencanangkan sebagai momentum Kebangkitan UKM. Sebagian upaya yang telah dilakukan antara lain :

1. Membentuk Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 2. Memberikan berbagai fasilitas kredit.

3.Mengeluarkan kebijakan Pembinaan UKMK melalui pemanfaatan dana bagian dari laba BUMN

4. Menentukan plafon kredit bagi UKMK di bank komersil. 5. Mendirikan Lembaga Pembiayaan

(20)

Walaupun berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, akan tetapi masih belum cukup untuk dapat mendorong pertumbuhan UKMK, yakni terdapat berbagai kebijakan yang tidak kondusip, baik yang masih belum mampu mendorong pertumbuhan, atau bahkan ada yang menghambat pengembangan UKMK seperti :

1. Kebijakan dalam perpajakan,

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Alimarwan Hanan, 2003,Seri Kebijakan Usaha Penjaminan Kredit dan Perkuatan Usaha KUKM, Kementrian Koperasi dan UKM, Jakarta.

Arwan Gunawan dan Yeti Apriliawati, 2003, Perancangan Model Sistem Anggaran untuk Usaha Kecil, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. III. No. 1 April 2003. Politeknik Negeri Bandung.

Antara, 2004, Pemerintah Akan Canangkan 2004 Sebagai Tahun Kebangkitan UKM,

Kompas tanggal 19 April, Jakarta.

Bank Indonesia, 2003, Pemberdayaan Konsultan Keuangan/Pendamping UMKM Mitra Bank, Jakarta.

Departemen Koperasi, 1995, Beberapa Model Pengembangan Usaha Kecil, Jakarta.

Kartawan, 2004, Peluang Pengembangan Ekonomi Tasikmalaya Pasca Pemilu, makalah, disampaikan pada musyawarah Kadin, tanggal 20 April 2004.

Kartawan, 2004, Peran Perguruian Tinggi dalam Pemberdayaan Usaha Kecil, disampaikan pada Bursa Kredit bagi UKM, Kerjasama UNSIL Bank Indonesia Kantor Tasikmalaya.

Kamio,2003, Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2004, makalah disajikan pada Seminar Evaluasi Ekonomi tahun 2003 dan Prospeknya tahun 2004 di Universitas Siliwangi Tasikmalaya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1997 Tentang Kemitraan, Jakarta.

Soedarna, 2001, Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Rangka Pengembangan Sumber

(22)

PUSAT PENGEMBANGAN UKM PT

Pemerintah Daerah

Lembaga Keuangan

dan Perbankan

Pengembangan

Pelatihan

Pendampingan

Konsultasi

Temu Usaha

Bidang

.-Manajemen

-Keuangan

-Pemasaran

-Produksi

UKM

Surachman Sumawihardja, 2003, Mengembangkan Keunggulan Bersaing Usaha Kecil dan Menengah untuk Mencapai Posisi Pasar yang Kuat dan Berkelanjutan dalam Era Global, Orasi Ilmiah, disampaikan dalam rangka Dies Natalis Universitas Siliwangi ke 25, tanggal 6 Juni 2003 di Tasikmalaya.

Tatang FH., 2004, Kebijakan Umum Pembinaan dan Pengembangan KUKM di Kabupaten Tasikmalaya.

-Informasi

(23)

pppe

Sedangkan proses pemberdayaan dilaksanakan melalui tahap-tahap seperti pada skema berikut ini.

(24)

Skema Proses Pemberdayaan UKM melalui Pusat Pengembangan UKM PT

ANALISIS COMPETITIVE BENCHMARKING BERDASARKAN PERSEPSI PENDENGAR PADA STASIUN RADIO SWASTA DI KOTA

TASIKMALAYA

Competitive Benchmarking Analysis based on listener perception on private radio station in Tasikmalaya. This research serves to add to the knowledge in service marketing literature by improving understanding of the benchmarking competitive analysis based on costumer perception. Using data collected from four station radio, the finding indicated product attribute as the most important of its existence on radio station, Style FM as the referenced ideal radio station which being the research object, The Benchmarking Gap is exist among private radio station in Tasikmalaya with Style FM have excellence at the seven factors determinant of excellence at radio station (Product, Place, Price, Promotion, People, Process and Physical Evidence)

Persaingan bisnis broadasting di kota Tasikmalaya menunjukkan kemajuan yang pesat. hal ini ditandai dengan semakin banyaknya stasiun radio yang beroperasi di kota Tasikmalaya di antaranya adalah Martha FM, style FM, eMDiKei Fm dan Q FM. Masing-masing stasiun radio berlomba untuk menjadi stasiun radio yang terbaik serta berlomba untuk mendapatkan tempat di hati para pendengarnya. Pihak stasiun radio juga melakukan strategi promotional mix melalui kerja sama dengan berbagai pihak dalam menyelenggarakan acara-acara musik ataupun acara hiburan lainnya di Kota Tasikmalaya.

Dalam menghadapi situasi persaingan ini, stasiun radio mulai mengembangkan konsep segmentating, targeting dan positioning (STP). Stasiun radio tersebut lebih fokus pada segmen tertentu, dan berupaya meningkatkan loyalitas pendengarnya melalui berbagai program acara unggulan serta meningkatkan kinerjanya.

Peningkatan daya saing dari sebuah stasiun radio tidak cukup hanya sekedar menerapkan strategi yang tepat. Pihak pengelola stasiun radio perlu melakukan benchmarking atau perbandingan posisi relatif dengan kesuksesan stasiun radio lain, sehingga tindakan untuk menghasilkan kinerja yang serupa atau bahkan kinerja yang lebih baik dapat ditentukan ( Zulian Yamit, 2001;132 )

(25)

menjadi keunggulan sekaligus kelemahannya dengan mengambil acuan kepada pesaingnya. Faktor yang sudah unggul tetap dipertahankan sebaliknya faktor yang masih rendah perlu mempelajari keberhasilan stasiun radio lain agar kinerjanya bisa lebih baik lagi.

Salah satu usaha yang bisa dilakukan stasiun radio untuk melaksanakan hal tersebut di atas adalah dengan melakukan analisis persaingan yang bersumber pada pesaing (competitor-centered analysis ) seperti yang dikemukakan oleh David W. Cravens dalam bukunya “Pemasaran Strategis” (1996;57). Dalam buku itu disebutkan bahwa strategi yang bisa diterapkan adalah dengan melakukan benchmarking.

Benchmarking adalah proses berkesinambungan yang membandingkan kinerja perusahaan, berdasarkan permintaan konsumen dengan yang terbaik, dalam industri (pesaing langsung) atau kelas (perusahaan dikenali karena kehebatannya pada saat menampilkan fungsi-fungsi tertentu). Hal ini dilakukan dalam rangka penentuan bidang mana saja yang sebaiknya dijadikan sasaran untuk perbaikan. (David W. Cravens, 1996;59)

Benchmarking mengikuti pendekatan dasar empat langkah (Gregory H. Watson, 1997). Empat langkah tersebut mengikuti metode mutu fundamental sebagaimana yang dipaparkan Shewhart atau siklus Deming yaitu menyusun rencana, menjalankan rencana, memeriksa temuan, dan beraksi. Pada langkah pertama, dapat direduksi untuk menjawab dua pertanyaan mendasar yaitu:

1. Apa yang harus kita bandingkan?

(26)

memiliki segmentasi pendengar terbesar yang sama yaitu para remaja yang ada di kota Tasikmalaya. Dalam penelitian ini, informasi tidak hanya diperoleh dari pihak perusahaan saja tetapi dapat pula diperoleh dari pihak ketiga yaitu pelanggan atau dalam hal ini adalah para pendengar stasiun radio. Oleh karena itu dalam penelitian ini didasarkan pada persepsi pendengar dalam menilai kinerja suatu stasiun radi, karena persepsi merupakan salah satu faktor dalam penentuan bagi pendengar dalam memilih stasiun radio mana yang akan didengarnya. Menurut Kotler dan Amstrong (1997 : 203), persepsi merupakan suatu proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan dan menginterprestasikan informasi guna membentuk gambaran yang berarti mengenai dunia. Dari pengertian di atas, diharapkan pendengar bisa memberikan penilaian terhadap kinerja dari stasiun radio yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pendengar dalam memilih stasiun radio yang akan didengarnya.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini mengambil dari variabel bauran pemasaran jasa yang terdiri dari tujuh variabel yang kemudian ditetapkan sebagai atribut determinan yang dijadikan tolak ukur sebagai dasar penilaian pendengar terhadap kinerja stasiun radio. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut :

(27)

5. People 6. Process

7. Physical evidence (Yazid, 2001 ; 19) Langkah kedua dalam benchmarking, adalah mengadakan riset primer dan sekunder. Ini meliputi penyelidikan, penyingkapan rahasia atau proses tertentu dalam perusahaan atau dalam penelitian ini stasiun radio sasaran. Langkah ketiga dalam benchmarking adalah menganalisis data yang terkumpul guna menyusun temuan dan rekomendasi. Analisis ini meliputi dua aspek yaitu, penentuan besaran kesenjangan kinerja antar stasiun radio dengan menggunakan metrik-metrik yang diidentifikasi pada tahap perencanaan, dan pengidentifikasian faktor penentu proses yang memberikan nilai tambah pada stasiun radio yang dijadikan tolok ukur.

Langkah keempat adalah adaptasi, pengembangan dan implementasi faktor penentu proses benchmarking yang cocok. Tujuannya adalah mengubah organisasi sedemikian rupa sehingga meningkatkan kinerjanya.

AKSI RENCANA

(28)

Martha FM Style FM eMDiKei FM

Q FM

Product Place Price People

Atribut yang paling penting keberadaannya pada stasiun radio

Peningkatan kinerja

Atribut-atribut determinan stasiun radio

Kesenjangan kinerja ( benchmarking gap) antar stasiun radio

Stasiun radio yang dijadikan acuan dalam melakukan benchmarking

Mengadaptasikan, mengembangkan dan mengimplementasikan temuan

Persaingan bisnis stasiun radio di Kota Tasikmalaya semakin meningkat

Analisis competitive benchmarking

STASIUN RADIO

Faktor-faktor penentu keunggulan pada stasiun radio yang dibandingkan

Promotion Process Physical

Evidence Gambar 1. Proses benchmarking ( Gregory H. Watson, 1997 )

(29)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Mengacu pada kerangka pemikiran (Gambar 2), maka di bangun hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Produk merupakan atribut yang dianggap paling penting keberadaannya pada stasiun radio.

2. Style FM merupakan stasiun radio di Kota Tasikmalaya yang dijadikan acuan dalam melakukan benchmarking.

3. Terdapat kesenjangan kinerja (benchmarking gap) antar stasiun radio di Kota Tasikmalaya berdasarkan persepsi pendengar.

(30)

Untuk menguji hipotesis, sampel diambil dari pendengar empat stasiun

radio yang ada di kota Tasikmalaya yang memiliki segmentasi pendengar yang

sama yaitu usia remaja-dewasa (Martha FM, Style FM, eMDiKei Fm dan Q FM)

selama bulan Juli-Agustus. Dengan menggunakan aksidental sampling, setelah

kuesioner di uji coba, 56 kuesioner didistribusikan kepada pendengar keempat

stasiun radio tersebut. Dari 56 kuesioner yang dibagikan, seluruhnya kembali dan

dapat digunakan untuk pengolahan data.

Berdasarkan literatur yang ada maka penelitian ini menggunakan variabel

bauran pemasaran jasa (tabel 1) sebagai operasional variabel untuk mengukur

atribut yang paling penting keberadaannya di stasun radio sekaligus sebagai alat

untuk mengukur kinerja dan Gap antar stasiun radio.

Tabel 1. Operasionalisasi Variabel

(31)

3. Price

4. Promotion

5. People

Besarnya nilai sejumlah rupiah yang dibebankan rakat tentang keberadaan stasiun radio yang

(32)

Environment yang diwujudkan dalam bentuk fisik

bangunan 2. Peralatan off air

Kuesioner yang digunakan untuk penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian pertama mengukur atribut determinan yang paling penting keberadaannya pada stasiun radio dan bagian kedua mengukur kinerja sekaligus Gap di antara keempat stasiun radio yang dijadikan objek penelitian. Mengingat variabel-variabel tersebut merupakan hal yang subjektif berdasar atas persepsi pendengar, maka variabel-variabel tersebut diukur dengan menggunakan 5 poin skala likert : sangat tidak setuju (1) sampai sangat setuju (5)

ALAT ANALISIS

Untuk menguji hipotesis pertama, digunakan benchmarking analysis atribute, yaitu dilakukan dengan cara melakukan pembobotan terhadap masing-masing atribut berdasarkan tingkat kepentingannya (M. Fakhrudin dan Arifin Johar, 1997). Dimana atribut determinan stasiun radio yang mempunyai skor pembobotan paling tinggi merupakan atribut yang paling dominan bagi pendengar dalam mendengarkan siaran radio. Hipotesis diterima jika atribut produk memperoleh bobot paling tinggi berdasarkan persepsi pendengar.

(33)

Hipotesis ketiga dilakukan dengan membandingkan kinerja antar stasiun radio dengan mengambil acuan kepada stasiun radio yang mempunyai nilai tertinggi untuk masing-masing atribut. Hipotesis diterima jika terdapat kesenjangan kinerja (benchmarking gap) pada stasiun radio di Kota Tasikmalaya.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Uji Validitas

Untuk menguji apakah setiap butir pernyataan benar-benar dapat mengungkapkan variabel yang diteliti dilakukan analisis validitas atau kesahihan pernyataan. Korelasi ini dihitung dengan rumus product moment pearson, (Azwar, 2000). Hasil uji menunjukkan bahwa setiap butir pernyataan dinyatakan valid sesuai kriteria validitas menurut Suharsimi arikunto yang secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2 Kriteria Validitas dan Reliabilitas tingkat Kepentingan Atribut No. Soal Validitas Kriteria Validitas Reliabilitas

(34)

14 0,52 Cukup

15 0,78 Tinggi

16 0,45 Cukup

17 0,36 Rendah

18 0,41 Cukup

Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui kuesioner yang disebarkan kepada responden andal atau tidak, dilakukan analisis reliabilitas dengan teknik cronbach’s alpha (α) yang hasil pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut :

Dari uji reliabilitas (tabel 2) menunjukkan bahwa kuesioner yang disebar memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,76 adalah reliabel.

Benchmarking Analysis Attribute

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Benchmarking Analysis Attribute diperoleh hasil bahwa atribut produk merupakan atribut yang paling penting keberadaannya pada stasiun radio dengan memperoleh bobot nilai sebesar 0,0594. Hasil keseluruhan analysis ini terlihat pada tabel 3

Tabel 3 Interpretasi tingkat kepentingan atribut stasiun radio swasta di Kota Tasikmalaya pada tahun 2005

(35)

Dengan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama bahwa produk merupakan atribut paling penting keberadaannya pada stasiun radio diterima.

Competitive Benchmarking Analysis

(36)

diputar 266 16,2992 250 15,3188 244 14,9511 234 14,3384 2 Variasi acara musik 253 14,9896 239 14,1602 232 13,7454 221 13,0937 3 Kualitas berita dan informasi yangdisampaikan

244 14,0716 246 14,187 222 12,8029 234 13,4949

PLACE

4 Kedekatan dengan pusat kota 246 13,3557 229 12,4328 213 11,5641 210 11,4012 5 Kemudahan jangkauan 237 13,134 209 11,5823 184 10,1969 178 9,8644

PRICE

6 Penetapan tarif iklan 230 12,228 222 11,8027 218 11,59 218 11,59 7 Penjelasan mengenai penetapan tarif

iklan 216 10,9484 204 10,3402 195 9,88398 206 10,4415

PROMOTION

8 Promosi atau iklan 226 12,3208 214 11,6666 208 11,3395 196 10,6853 9 Kegiatan off air 217 12,0746 214 11,9076 195 10,8504 191 10,6278

PEOPLE

10 Kualitas penyiar 249 14,0234 244 13,7418 226 12,7281 225 12,6718 11 Kualitas operator 243 13,4118 226 12,4735 218 12,032 213 11,756 12 Keramahan 233 12,9649 231 12,8536 214 11,9076 207 11,5181

PROCESS

13 Kejernihan suara 255 14,3039 252 14,1356 238 13,3503 224 12,565 14 Jangkauan siaran 245 13,9637 241 13,7358 230 13,1088 223 12,7098 15 Partisipasi pendengar 234 12,7569 232 12,6479 215 11,7211 209 11,394 16 Media komunikasi bagi pendengar 235 12,8644 227 12,4264 208 11,3863 206 11,2769

PHYSICAL EVIDENCE

17 Kondisi bangunan 254 13,5612 237 12,6535 210 11,212 204 10,8916 18 Peralatan off air 236 13,0255 220 12,1424 216 11,9216 198 10,9281

(37)

swasta di Kota Tasikmalaya dapat dilihat lebih jelas pada tabel 5 Tabel 5 Benchmarking gap stasiun radio swasta di Kota Tasikmalaya

tahun 2005

Kinerja stasiun radio Style FM 240,2976

No Keunggulan bersaing terhadap stasiun radio Kinerja Spread % Spread 1 Martha FM 230,2086

10,089 4,2

2 eMDiKei FM 216,2922

24,0054 10

3 Q FM 211,2487

29,0489 12,1

Berdasarkan hasil ini maka hipotesis ketiga yang menyatakan terdapat kesenjangan kinerja ( benchmarking gap ) pada stasiun radio swasta di Kota Tasikmalaya berdasarkan persepsi pendengar diterima.

Pembahasan

Analysis Competitive Benchmarking dalam suatu persaingan bisnis adalah hal yang penting untuk mengetahui perbandingan posisi relatif suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya, lebih jauh lagi, persepsi konsumen mengenai kinerja suatu peruasahaan merupakan hal yang harus diperhatikan oleh setiap perusahaan dalam rangka pengembangan strategi persaingan. Dari pengujian ketiga hipotesis tentang analisis competitive benchmarking pada stasiun radio yang telah dilakukan, didapat tiga temuan yang penting.

Pertama, penelitian ini menunjukkan bahwa atribut produk merupakan atribut yang menjadi pertimbangan utama bagi pendengar dalam memilih stasiun

(38)

Kedua, sebagaimana terlihat pada hasil perhitungan Competitive Benchmarking Analysis diketahui bahwa menurut persepsi pendengar style FM memiliki kinerja yang paling baik dibandingkan dengan kinerja ketiga stasiun radio lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Style FM merupakan stasiun radio yang ideal untuk dijadikan acuan dalam melakukan benchmarking bagi stasiun rado lainnya.

Ketiga, masih berdasarkan pada perhitungan Competitive Benchmarking Analysis diketahui adanya kesenjangan kinerja (Benchmarking Gap) di antara stasiun radio yang cukup besar dimana Style FM selalu memiliki skor nilai paling besar pada setiap atribut determinan stasiun radio yang dteliti.

IMPLIKASI Implikasi Teoritis

Penelitian mengenai kondisi persaingan bisnis di kota Tasikmalaya masih jarang dilakukan terutama yang didasarkan kepada persepsi konsumen. Studi ini memberi kontribusi secara teoritis akan arti persepsi konsumen untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan. Secara khusus penelitian ini menunjukkan arti penting competitive benchmarking bagi suatu perusahaan untuk mengetahui posisi relatifnya pada suatu persaingan serta untuk mengetahui apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaannya maupun perusahaan pesaingnya.

Implikasi manajerial

(39)

baik di benak pendengarnya.

KETERBATASAN PENELITIAN

Meskipun penelitian ini memberikan gambaran terhadap persaingan stasiun radio di kota Tasikmalaya, penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang harus diperhatikan dengan seksama dalam memahami penelitian ini.

Penelitian ini difokuskan pada persepsi pendengar akan kinerja empat stasiun radio yang memiliki segmen pendengar yang sama. Pada kenyataannya, stasiun radio yang ada sangat banyak dan memiliki segmen pendengar yang beraneka ragam. Sehingga, penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam hal generalisasi temuannya. Dengan kata lain, hasil penelitian ini sulit digeneralisasi ke stasiun radio lainnya terutama yang memiliki segmen pendengar yang berbeda.

Keterbatasan lainnya, mengingat keterbatasan dana dan waktu, adalah sampling yang digunakan. Penelitian ini menggunakan aksidental sampling dengan jumlah sampel yang minimal. Sehingga data yang dikumpulkan tidak betul-betul mewakili persepsi dari pendengar keempat stasiun radio yang diteliti. Sehingga sebagaimana keterbatasan yang pertama, maka hasil temuan ini harus diartikan secara hati-hati.

KESIMPULAN

(40)

Gambar

Gambar 1. Proses benchmarking ( Gregory H. Watson, 1997 )
Tabel 1. Operasionalisasi Variabel
Tabel 2 Kriteria Validitas dan Reliabilitas tingkat Kepentingan Atribut
Tabel 3 Interpretasi tingkat kepentingan atribut stasiun radio swasta di KotaTasikmalaya pada tahun 2005
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pedoman Umum Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa untuk Pemasangan Lampu Penerangan Jalan Tahun Anggaran 2OI3 sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan

Penyeludupan hukum yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan adalah dengan menggunakan surat kuasa menjual objek jaminan tersebut untuk menghindari pendaftaran jaminan

4.3.2 Menjelaskan dengan contoh persamaan setengah bagi tindak balas yang berlaku dalam sel elektrolitik dan sel kimia. 4.3.3 Berkomunikasi mengenai aplikasi sel

Lebih jauh dapat diuraikan sepuluh kriteria yang lebih bersifat teknis dari gerakan yang membedakan muslim progresif dengan lainnya, yaitu bahwa pemikiran muslim progresif

Namun saat ini tidak banyak orang yang mengetahui cara melakukan teknik akupuntur ini, karena butuh keahlian khusus untuk bisa melakukan pengobatan ini dan teknik

Temubual mendalam secara bersemuka dan separa bersturuktur telah dilakukan terhadap dua (2) syarikat yang menyediakan khidmat sertu (disebut sebagai Syarikat G

Di sini muncul daerah warna warna Ungu dikarenakan bahwa pada campuran ini menggunakan Oksigen murni sehingga reaksinya menjadi sangat reaktif ssehingga daerah

Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki banyak kelebihan, diantaranya adalah produksi tanaman lebih tinggi, terbebas dari hama dan penyakit, tanaman tumbuh