• Tidak ada hasil yang ditemukan

pedoman penanaman sikap file

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "pedoman penanaman sikap file"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PEDOMAN PENANAMAN SIKAP

(2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT

DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

TAHUN 2015

PEDOMAN PENANAMAN SIKAP

(3)

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL

Kurikulum sebagai jantungnya sebuah program pendidikan. Kurikulum juga sebagai strategi dan cara yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyadari betapa pentingnya kedudukan dan peran kurikulum untuk memberi arah pada program pendidikan dalam pembentukan kompetensi output pendidikan yang diharapkan. Kompetensi yang selaras dengan tuntutan zaman dimana anak menjalani kehidupannya.

Kurikulum 2013 mencakup pengembangan pada aspek struktur kurikulum, proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik, dan penilaian yang bersifat otentik. Kurikulum 2013 mengusung pengembangan pembelajaran konstruktivisme yang lebih bersifat fleksibel dalam pelaksanaan sehingga memberi ruang pada anak untuk mengembangkan potensi dan bakatnya. Model pendekatan kurikulum tersebut berlaku dan ditetapkan di seluruh tingkat serta jenjang pendidikan sejak Pendidikan Anak Usia Dini hingga Pendidikan Menengah. Keajegan model pendekatan disemua jenjang ditujukan untuk membentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang lebih konsisten sejak awal, sehingga diharapkan peserta didik mampu berkembang menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sikap beragama, kreatif, inovatif, dan berdaya saing dalam lingkup yang lebih luas.

(4)

kemampuan anak membaca, menulis, dan berhitung, akan tetapi dalam keselurun aspek perkembangan. Tanggung jawab ini harus dipikul bersama antara pemerintah, pengelola dan pendidikan PAUD, orang tua dan masyarakat.

Untuk menyamakan langkah, khususnya bagi para pelaksana layanan program PAUD, maka perlu diberikan pedoman, pelatihan, dan acuan-acuan yang dapat dijadikan sebagai rujukan para pendidik menerapkan kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini di satuan pendidikannya.

Pencapaian pendidikan yang lebih baik melalui penerapan Kurikulum 2013 PAUD merupakan suatu keniscayaan jika diusung oleh semua komponen. Terima kasih

Jakarta, Juli 2015

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat,

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberkahi

kita semua sehingga Penyusun Pedoman Implementasi Kurikulum 2013

Pendidikan Anak Usia Dini terselesaikan sesuai waktu yang ditetapkan. Pedoman

Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini sebagai jembatan

penghubung dari kajian yuridis, filosofis, sosiologis, teoretis, dan pedagogis yang

menjadi landasan pengembangan kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini

menjadi langkah praktis dalam menerapkan kurikulum 2013 kepada peserta didik

di satuan PAUD masing-masing.

Pedoman-pedoman disusun sesederhana mungkin agar mampu dipahami

oleh seluruh pendidik Pendidikan Anak Usia Dini yang sangat beragam dan

tersebar dengan tetap merujuk pada kajian-kajian yang melandasinya.

Pedoman-pedoman implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini ini bersifat

terbuka dan fleksibel, artinya sangat memungkinkan pada penerapannya

disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan budaya setempat. Hal penting yang

diusung dalam Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini adalah keterbukaan

kita menerima perubahan baik perubahan dalam cara berpikir, kebiasaan, sikap,

dan cara kerja. Perubahan tersebut akan berimbas pada perubahan sikap,

pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.

Untuk semua usaha yang telah dilakukan, kami mengucapkan terima kasih

kepada Tim Penyusun, Tim Penelaah, Tim Reviewer yang telah bekerja keras

memfinalkan pedoman implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini.

Terima kasih.

Jakarta, Juli 2015

Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini,

DR. Erman Syamsuddin

(6)

DAFTAR ISI

Sambutan Direktur Jenderal ... i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

Bab I. Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Dasar Hukum ... 2

D. Sasaran ... 3

E. Pengertian ... 4

Bab II. Kompetensi Sikap dalam Kurikulum PAUD ... 5

A. Kompetensi Inti Sikap ... 5

B. Kompetensi Dasar Sikap ... 6

C. Pemaknaan Kompetensi Dasar Sikap ………. 7

Bab III Memasukan Pengembangan Sikap dalam Rencana Pembelajaran 16 A. Perencanaan ... 16

B. Pembiasaan ... 21

Bab IV Strategi Penanaman Sikap dalam Kegiatan Pembelajaran PAUD 23 Bab V Pembudayaan ... 40

Bab VI Penilaian Penanaman Sikap ... 43

(7)

B. Prinsip Penilaian ... 43

C. Cara Penilaian ... 44

D. Intrumen Penilaian ... 44

E. Pengembangan Indikator ... 44

F. Pelaporan ... 44

Penutup ... 46

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu dan teknolgi yang demikian cepat menjadikan persaingan sumber daya manusia demikian tajam makin mengukuhkan bahwa pendidikan di masa depan tidak hanya membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan semata, tetapi yang sangat penting adalah pengembangan karakter yang kuat, gigih, dan kreatif. Dalam pola pengembangan sumber daya manusia yang ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sangat jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang mengembangkan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan dengan komposisi yang berbeda. Semakin awal jenjang pendidikan tersebut semakin besar komposisi pengembangan kompetensi sikap.

Sebagai jenjang pendidikan yang paling dasar, Pendidikan Anak Usia Dini diharapkan menjadi fondasi kuat untuk membentuk sikap dan karakter peserta didik. Implementasinya dalam Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini pengembangan sikap bukan hanya sebagai dampak ikutan (nurturan) dari pengembangan pengetahuan dan keterampilan, melainkan komponen yang harus direncanakan secara lebih matang dan mendalam yang dilaksanakan secara terus menerus sehingga membentuk kebiasaan lebih lanjut menjadi perilaku yang akhirnya menjadi sikap dan karakter baik.

(9)

pengembangan sikap adalah keteladan dari tim guru yang menjadi model bagi anak didik. Tanpa hal penting ini pengembangan sikap baik akan menjadi sia-sia.

Mengingat begitu pentingnya pengembangan sikap dalam proses penerapan Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, maka dipandang perlu adanya panduan yang dapat dijadikan contoh inspiratif bagi para guru dalam mengembangkan sikap baik untuk anak didik di Satuan PAUD masing-masing.

B. Tujuan

1. Tujuan penanaman sikap sejak usia dini adalah :

a. Membangun pemahaman anak tentang sikap, nilai, dan perilaku baik

b. Membiasakan anak melakukan dan menerapkan sikap baik.

c. Membangun karakter anak yang mendukung keberihasilan di jenjang pendidikan selanjutnya.

2. Tujuan Pedoman penanaman sikap di PAUD adalah :

a. Sebagai panduan bagi pendidik, pengasuh, pengelola, orang tua, dan masyarakat tentang cara menanamkan sikap melalui berbagai kegiatan.

b. Rujukan bagi pengelola, pembina PAUD, dan pemangku kepentingan lainnya dalam memantau perkembangan sikap anak usia dini di satuan PAUD.

C. Dasar Hukum

(10)

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;

5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

6. Peraturan Presiden RI Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif;

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan;

8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini sebagai pengganti Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009;

9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini;

10.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013.

D. Sasaran

(11)

1. Guru 2. Pengelola 3. Orang tua 4. Masyarakat

5. Pengambil kebijakan

E. Pengertian

1. Pedoman penanaman sikap adalah acuan yang berisi tentang pengelolaan kegiatan yang terkait dengan penanaman sikap untuk anak usia dini.

2. Sikap adalah perilaku yang diharapkan terbangun pada anak sesuai dengan kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial yang tercantum dalam Kurikulum 2013 PAUD.

(12)

BAB II

KOMPETENSI SIKAP DALAM KURIKULUM 2013

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Penanaman sikap pada pendidikan anak usia dini memiliki peran yang sangat penting dalam membangun karakter anak sejak dini melalui pembiasaan dan keteladanan. Penanaman sikap ini menjadi prioritas utama dibandingkan dengan pengembangan pengetahuan dan keterampilan. Dalam kurikulum 2013 PAUD pengembangan sikap mencakup seluruh aspek perkembangan, artinya sikap berada di aspek nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, sosial–emosional, bahasa dan seni. Di dalam struktur kurikulum 2013 PAUD pengembangan sikap meliputi kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial.

A. Kompetensi Inti Sikap

Kompetensi Inti yang terkait dengan sikap terdiri dari Kompetensi Inti 1 Sikap Spiritual dan Kompetensi Inti 2 Sikap Sosial.

Kompetensi Inti 1 Sikap Spiritual

“Menerima ajaran agama yang dianutnya”

Mencerminkan kecerdasan spiritual sebagai sikap kesadaran mengenal agama yang dianutnya.

Kompetensi Inti 2 Sikap Sosial

(13)

mengenal perasaan diri, orang lain, dan nilai-nilai sosial yang sesuai dengan norma serta budaya yang berlaku.

Kompetensi Inti tercapai di akhir program PAUD setelah anak selesai mengikuti layanan PAUD. Kompetensi Inti dikembangkan menjadi Kompetensi Dasar.

B. Kompetensi Dasar Sikap

Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik, kemampuan awal anak serta tujuan setiap program pengembangan. Kompetensi Dasar Sikap dirumuskan dalam Kompetensi Dasar dari Sikap Spiritual dan Kompetensi Dasar dari Sikap Sosial.

Kompetensi Dasar 1 Sikap spiritual terdiri dari: Kompetensi Dasar 1.1

Kompetensi Dasar 1.2

“Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaan

-Nya”

“Menghargai diri sendiri, orang lain, dan

lingkungan sekitar sebagai rasa syukur kepada

Tuhan”

Kompetensi Dasar 2 Sikap Sosial terdiri dari: Kompetensi Dasar 2.1

Kompetensi Dasar 2.2

Kompetensi Dasar 2.3

Kompetensi Dasar 2.4

Kompetensi Dasar 2.5

Kompetensi Dasar 2.6

Kompetensi Dasar 2.7

“Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup sehat” “Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap ingin

tahu”

“Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap kreatif” “Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap estetis” “Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap percaya

diri”

“Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap taat terhadap aturan sehari-hari untuk melatih

kedisiplinan”

(14)

Kompetensi Dasar 2.8

Kompetensi Dasar 2.9

Kompetensi Dasar 2.10

Kompetensi Dasar 2.11

Kompetensi Dasar 2.12

Kompetensi Dasar 2.13

Kompetensi Dasar 2.14

(mau menunggu giliran, mau mendengar ketika orang lain berbicara) untuk melatih kedisiplinan”

“Memiliki perilaku yang mencerminkan kemandirian” “Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli

dan mau membantu jika diminta bantuannya”

“Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

menghargai dan toleran kepada orang lain”

“Memiliki perilaku yang dapat menyesuaikan diri”

“Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

tanggung jawab”

“Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap jujur”

“Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap rendah hati dan santun kepada orang tua, pendidik, dan

teman”.

C. Pemaknaan Kompetensi Dasar Sikap Kompetensi Dasar 1.1

“Mempercayai adanya Tuhan

melalui ciptaan-Nya”

Sikap mempercayai adanya Tuhan ditandai dengan perilaku anak mengetahui sifat Tuhan sebagai pencipta, mengenal ciptaan-ciptaan Tuhan, mengucapkan

kalimat takjub saat melihat ciptaan Tuhan.

Kompetensi Dasar 1.2

(15)

Sikap menghargai diri, orang lain dan lingkungan terlihat dari perilaku anak yang terbiasa merawat kebersihan diri, tidak menyakiti diri atau teman, menghargai teman (tidak mengolok-olok), hormat pada guru dan orang tua, menjaga dan merawat tanaman, binatang peliharaan.

Kompetensi Dasar 2.1

“Memiliki perilaku yang

mencerminkan hidup sehat”

Sikap hidup sehat tercermin dari kebiasaan anak makan-makanan bergizi seimbang, mencuci tangan, menggosok gigi, mandi, berpakaian bersih, membuang sampah, menyayangi tanaman, melindungi diri dari percobaan kekerasan, menjaga keamanan diri dari tempat dan benda berbahaya.

Kompetensi Dasar 2.2

“Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap ingin tahu”

(16)

berusaha mencoba atau melakukan sesuatu untuk mendapatkan jawaban. Anak tumbuh rasa ingin tahunya, terpelihara rasa ingin tahunya, dan dapat mewujudkan rasa ingin tahunya bila didukung oleh lingkungan yang tepat.

Kompetensi Dasar 2.3

“Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap kreatif” Sikap kreatif pada anak

ditunjukkan pada kebiasaan anak yang memiliki daya cipta, banyak gagasan, selalu aktif untuk melakukan sesuatu, tertarik pada sesuatu masalah untuk diatasi, berani menghadapi

tantangan, senang melakukan hal-hal baru, tidak puas bila selalu mengulang hal yang sama, menggunakan benda atau bahan belajar untuk membuat sesuatu, selalu optimis, senang menceritakan impian-impiannya walaupun terkadang terlalu berlebihan.

Kompetensi Dasar 2.4

(17)

Sikap estetis nampak pada perilaku anak yang peduli dan menghargai keindahan diri sendiri, karya sendiri atau orang lain, alam dan lingkungan sekitar, senang menjaga kerapihan diri, dan menghargai hasil karya baik dalam bentuk gambar,

lukisan, pahat, gerak, atau bentuk seni lainnya, merawat kerapihan-kebersihan-dan keutuhan benda mainan atau milik pribadinya.

Kompetensi Dasar 2.5 ragu menyapa guru saat penyambutan, berani tampil di depan teman, guru, orang tua dan lingkungan sosial lainnya,

(18)

dirinya. Sikap percaya diri modal dasar bagi keberhasilan anak di masa depan.

Kompetensi Dasar 2.6

“Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap taat terhadap aturan

sehari-hari untuk melatih kedisiplinan”

Sikap taat terhadap aturan ditunjukkan dengan perilaku anak yang bersedia mengikuti aturan secara sadar tanpa paksaan, tidak marah ketika diingatkan aturan oleh temannya, mengingatkan temannya bila bertindak tidak sesuai aturan.

Kompetensi Dasar 2.7

“Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap sabar (mau menunggu giliran, mau mendengar ketika orang lain berbicara) untuk

melatih kedisiplinan” Sikap sabar terlihat pada perilaku anak yang menun-jukkan kesediaan diri untuk

(19)

Kompetensi Dasar 2.8

“Memiliki perilaku yang

mencerminkan kemandirian” Sikap mandiri ditunjukan dengan perilaku anak yang tidak bergantung pada orang lain, terbiasa mengambil keputusan secara mandiri, merencanakan, memilih, memiliki inisiatif untuk

belajar atau melakukan sesuatu tanpa harus dibantu atau dengan bantuan seperlunya.

Kompetensi Dasar 2.9

“Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli dan mau membantu jika diminta

bantuannya”

Sikap peduli ditunjukkan dengan perilaku anak yang mau

mengindahkan dan

memperhatikan kondisi teman, mau menemani teman melakukan

(20)

Kompetensi Dasar 2.10

“Perilaku yang mencerminkan sikap menghargai dan toleran kepada orang

lain”

Sikap menghargai dan toleran ditunjukkan dengan perilaku anak yang menerima perbedaan teman dengan dirinya, menghargai karya teman, tidak mentertawakan saat teman berbicara, tidak ingin menang sendiri, menghargai pendapat

teman, mau berbagi, mendengarkan dengan sabar pendapat teman, senang berteman dengan semuanya, mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diterima, mengucapkan kata maaf bila salah, memberi tahu temannya dengan santun bila melakukan kesalahan.

Kompetensi Dasar 2.11

“Memiliki perilaku yang dapat menyesuaikan diri” Sikap mudah menyesuaikan

(21)

bertemu dengan guru baru, menyesuaikan diri dengan cuaca dan kondisi alam.

Kompetensi Dasar 2.12

“Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap tanggung

jawab”

Sikap tanggung jawab terlihat pada perilaku anak yang menunjukkan kesediaan diri untuk menerima konsekuensi atau menanggung akibat atas tindakan yang diperbuat baik

secara sengaja maupun tidak disengaja, mau mengakui kesalahan dengan meminta maaf, merapihkan/membereskan mainan pada tempat semula, mengerjakan sesuatu hingga tuntas, mengikuti aturan yang telah ditetapkan walaupun sekali-kali masih harus diingatkan, senang menjalankan kegiatan yang jadi tugasnya (misalnya piket sebagai pemimpin harus membantu menyiapkan alat makan, dst).

Kompetensi Dasar 2.13

“Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap jujur”

(22)

Kompetensi Dasar 2.14

“Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap rendah hati dan santun

kepada orang tua, pendidik, dan teman”.

(23)

BAB III

MEMASUKAN PENGEMBANGAN SIKAP DALAM RENCANA PEMBELAJARAN

A. Perencanaan

Kompetensi sikap pada kurikulum 2013 bersifat pembiasaan yang dilakukan guru bersama anak di setiap kegiatan rutin ataupun kegiatan terstruktur. Kegiatan rutin dimaksud misalnya kegiatan makan, toileting, penyambutan, penjemputan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan terstruktur misalnya kegiatan yang direncanakan dilakukan anak di sentra, area atau kelompok.

Pengembangan kompetensi sikap sama halnya dengan pengembangan kompetensi lainnya harus direncanakan dan diterapkan seteliti mungkin, agar sikap yang terbangun pada anak sesuai dengan yang diharapkan. Pengembangan kompetensi sikap yang direncanakan dengan baik akan mendorong terbentuknya karakter sejak usia dini.

(24)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RPPM) TAMAN KANAK-KANAK KENCANA

Semester/Bulan/Minggu: I/Juli/Minggu ke 4

Tema : Diriku

Sub Tema : Tubuhku

Sub-sub tema : --

Kelompok : B (usia 5-6 Tahun)

KD Materi Pembelajaran Rencana Kegiatan

1.1 2. doa sebelum dan sesudah

belajar,

3. kebiasaan mencuci tangan dan menggosok gigi

4. nama anggota tubuh, fungsi anggota tubuh, cara merawat 5. senang memberi salam 6. senang mengikuti aturan 7. pengelompokan berdasarkan

warna (merah, biru, kuning), bentuk dua dimensi (persegi, segi tiga,), dan jumlah bilangan (5 - 10), 8. senang bersikap ramah, 9. aku suka mendengar cerita 10. lagu “ Tuhan Ciptakan Aku”

1. Membuat bingkai foto diri warna merah, biru, kuning

2. Membuat boneka foto diri dari tanah liat

3. Membuat boneka diri dari satlekok bulu tangkis dengan tempelan kertas merah, biru, kuning 4. Menggunting dan menempel

gambar anggota tubuh 5. Melukis dengan cat air

6. Menggambar dengan krayon atau spidol

7. Mencetak bentuk tubuh dari pasir 8. Membuat kolase bentuk dan bagian

muka dari daun kering 9. Menghitung anggota tubuh 10. Menggambar jari tangan dengan

krayon atau spidol

11. Mengukur tinggi badan dengan tali rapia

12. Menyusun huruf anggota tubuh berdasarkan contoh dari kartu kata bergambar

(25)

Kompetensi Dasar dengan Kode 1.1, 2.1, 2.5, 2.6, 2.13 adalah kode untuk kompetensi sikap. Artinya kompetensi sikap dimasukkan ke dalam RPPM dan RPPH sehingga terprogram bukan hanya dampak ikutan. Selanjutnya kompetensi tersebut diturunkan menjadi materi disesuaikan dengan tema yang digunakan minggu tersebut.

Contoh

KD TEMA MATERI

KD 1.1 Mengenal Tuhan melalui ciptaannya

Tubuhku Tubuhku ciptaan Tuhan

KD 2.1 Memiliki perilaku yang

mencerminkan hidup sehat Kebiasaan mencuci

tangan dan menggosok gigi DST

Dst

Dari contoh RPPM selanjutnya dijabarkan menjadi RKKH, contohnya:

Contoh 1. Model Sentra Seni

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Taman Kanak-Kanak Kenanga

Semester/bulan/Mingg ke : 1/Juli/2

Hari/Tanggal : Senin/14 Juli 2015 Kelompok/Usia : B/5-6 Tahun Tema/Sub Tema : Diriku/Tubuhku

Materi dalam kegiatan:

(26)

2. pengelompokan berdasarkan warna (merah, biru, kuning), (Catatan: materi pengelompokkan berdasarkan bentuk dan jumlah bilangan disampaikan hari berikutinya),

3. lagu “Tuhan Ciptakan Aku”

Materi yang masuk dalam pembiasaan: 1. Bersyukur sebagai ciptaan Tuhan

2. Mengucapkan salam 3. Doa sebelum belajar 4. Mengenal aturan bermain

5. Mencuci tangan dan menggosok gigi.

Alat dan Bahan

1. Lidi/irisan bambu/stik es krim, kertas, lem, kertas warna warni untuk kegiatan membuat bingkai fota diri warna merah, biru, kuning:

2. Kertas Koran untuk alas, tanah liat, celemak untuk menutup baju anak untuk kegiatan Membuat boneka foto diri dari tanah liat.

3. Kok bekas, kertas warna warni, lem, asesoris mata untuk kegiatan membuat boneka diri

4. Gambar anggota tubuh, lem, kertas untuk menempel, gunting untuk kegiatan menggunting dan menempel gambar anggota tubuh.

Pelaksanaan

a. Pembukaan (30 menit)

 Bernyayi “Aku Ciptaan Tuhan”

 Tepuk “Aku Ciptaan Tuhan”  Doa sebelum belajar

(27)

 Berdiskusi bagian-bagian tubuh, fungsi, dan cara merawat tubuh  Diskusi yang harus dilakukan sebagai rasa terimakasih terhadap

Tuhan atas tubuhnya

 Berdiskusi tentang pengelompokkan warna (merah, biru, kuning)  Guru memberi dukungan dengan cara membacakan buku

b. Inti (60 menit)

1. Anak mengamati, bertanya, mengumpulkan informasi, menalar tentang:

a. Anggota tubuhnya

b. Ciri-ciri anggota tubuhnya dan cirri-ciri anggota tubuh temannya

c. Jumlah bagian anggota tubuhnya

2. Anak mengkreasikan hasil karya sebagai bentuk mengomunikasikan gagasan:

Kegiatan sentra seni: membuat bingkai foto diri

c. Recalling

1. Menanyakan kegiatan apa saja yang dimainkan anak

2. Menguatkan konsep tentang bagian tubuh, fungsi, dan cara merawatnya, siapa yang menciptakan bagian tubuh, dan bagaimana cara mensyukuri ciptaanNya.

(28)

d. Penutup (15 menit)

1. Menanyakan perasaan selama hari ini

2. Mengajak anak bersyukur telah bermain yang menyenangkan 3. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah di mainkan hari ini,

mainan apa yang paling disukai

4. Pemberian tugas kepada anak untuk dilakukan di rumah yakni menanyakan bertanya kepada orang tuanya tentang tempat lahir, tanggal lahir, siapa yang menolong kelahiran, dst.

5. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan 6. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari 7. Berdoa setelah belajar

B. Pembiasaan

Materi pembiasaan yang dicantumkan dalam RPPH di atas, selanjutnya dikokohkan ke dalam standar operasional prosedur (SOP) yang diterapkan setiap hari untuk membangun pembiasaan.

Pembiasaan Masuk dalam SOP

Bersyukur sebagai ciptaan Tuhan

Sebelum dan sesudah melakukan kegiatan

Mengucapkan salam Kedatangan/penyambutan anak Doa sebelum belajar dan

aturan main

Pembukaan

Mencuci tangan dan menggosok gigi.

(29)
(30)

BAB IV

STRATEGI PENANAMAN SIKAP DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN PAUD

Penanaman sikap tidak sekedar memberi pengetahuan baik dan buruk tetapi lebih pada menumbuhkan kesadaran dan menerapkan akan nilai baik dan buruk dalam perilaku sehari-hari. Oleh karena itu penanaman sikap harus dilakukan secara lembut dan menyenangkan. Suasana dan lingkungan yang aman dan nyaman, perlu diciptakan dalam proses penanaman nilai-nilai sikap. Untuk memperdalam pemahaman sikap yang diharapkan, setiap nilai sikap yang telah dimasukan ke dalam rencana pembelajaran harus diterapkan secara berkelanjutan.

Penanaman nilai sikap terus diterapkan dalam bentuk pembiasaan yang direncanakan secara matang oleh satuan PAUD. Sikap yang diterapkan dimasukkan dalam RPPH atau dalam SOP. Misalnya di RPPH hari ini

dicantumkan “berdoa sebelum dan sesudah makan”. Dalam RPPH minggu

depan “berdoa sebelum dan sesudah makan” tidak dicantumkan kembali

(31)

Ada 5 langkah yang perlu diperhatikan dalam menanamkan sikap pada anak: 1) Anak dikenalkan dengan perilaku dan nilai yang baik dan seharusnya

(knowing the good),

2) Anak diajak membahas untuk memikirkan dan mengerti mengapa ini baik dan itu tidak baik (thinking the good),

3) Anak diajak merasakan manfaat bila perilaku baik itu diterapkan (feeling the good), dan

4) Anak diajak melakukan perilaku yang baik (acting the good.)

5) Anak dibiasakan untuk menerapkan sikap baik dalam setiap kesempatan (habituating the good).

Contoh sederhana: Guru menanamkan perilaku membuang sampah pada tempatnya.

1) Anak diajak mengamati halaman yang banyak sampah (kotor, banyak lalat, bau, dll)

mengeta hui

memikir kan

merasa kan melaku

kan membiasa

(32)

2) Anak diajak bicara tentang apa yang terjadi bila halaman kotor (lalat yang kotor bisa menempel pada makanan yang mengakibatkan sakit perut). 3) Anak diajak merasakan bagaimana rasanya bila akibat buang sampah

sembarangan tersebut menimpa dirinya atau keluarganya. Lalu anak diajak mengambil kesimpulan apa yang harus dilakukan agar akibat buang sampah sembarangan tersebut tidak terjadi.

4) Bersama-sama membersihkan sampah yang kotor di halaman untuk dibuang ke tempat sampah.

5) Menyediakan tempat sampah untuk membiasakan anak membuang sampah pada tempatnya.

Penanaman sikap disesuaikan dengan tahapan usia dan perkembangan anak. Semakin muda usia anak maka modeling guru/ orang tua menjadi sangat dominan. Pada anak yang sudah lebih besar maka dukungan guru/orang tua untuk membangun kesadaran anak lebih diperlukan.

Beberapa contoh menanamkan sikap kepada anak dalam kegiatan pembelajaran.

1. Mengenalkan sikap “ADANYA TUHAN MELALUI CIPTAAN-NYA”

Kegiatan: Bermain di halaman

a. Guru mengajak anak-anak ke halaman untuk memperhatikan benda-benda di sekitarnya.

b. Pendidik menanyakan ”apa saja benda yang ditemui anak-anak. Siapa yang menciptakant bunga, kupu-kupu, batu dst.”

(33)

d. Diskusi kegunaan benda-benda ciptaan Tuhan

e. Diskusi bagaimana jika benda-benda ciptaan Tuhan tidak ada f. Mendiskusikan apa yang harus dilakukan agar ciptaan Tuhan yang

ada di halaman itu tidak rusak. g. Guru mencontohkan

ucapan takjub saat melihat ciptaan Tuhan,

misalnya, ”...Masya

Allah ... bagus sekali

bunganya...”

atau ” ...Puji Tuhan

halus sekali bulu kelinci ini...”, dan sebagainya. h. Mengajak anak untuk

membereskan dan memelihara tanaman yang ada di halaman PAUD.

2. Mengenalkan sikap ” MENGHARGAI DIRI SENDIRI, ORANG LAIN DAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI RASA SYUKUR KEPADA TUHAN”

Kegiatan : berdiskusi tentang bersyukur

a. Guru memperlihatkan foto keluarga masing-masing anak. b. Guru menanyakan ”yang dirasakan” pada keluarga atau teman.

(34)

d. Mendiskusikan apa yang harus dilakukan pada keluarga dan teman. e. Mendiskusikan bagaimana caranya menyayangi keluarga dan teman? f. Guru mencontohkan cara berbicara santun pada orang tua dan teman. g. Anak diajak berdiskusi perilaku yang tidak boleh dilakukan pada

keluarga dan teman

h. Mempraktekkan cara mengucapkan syukur kepada Tuhan sesuai agamanya.

3. Menanamkan sikap “PERILAKU HIDUP SEHAT”

Kegiatan: Memeriksa gigi

a. Guru memperlihatkan gambar gigi dan mendiskusikan ”kegunaan gigi” b. Menanyakan apakah gigi bisa sakit dan bagaimana jika giginya sakit c. Mendiskusikan apa yang harus dilakukan agar giginya tidak sakit d. Mempraktekan cara

menggosok gigi yang benar.

e. Mengajak anak secara bergantian memeriksakan giginya ke dokter kunjung.

f. Selagi menunggu

temannya di periksa, anak-anak diajak main tebak-tebakan ”gunanya

melakukan sesuatu untuk merawat kesehatan diri” dengan

(35)

mengelap meja gunanya untuk ..., membuang sampah di tempat sampah gunanya untuk... dst.

4. Menanamkan “SIKAP INGIN TAHU” Kegiatan : Bermain dengan magnet

Pijakan/Dukungan Guru

a. Guru menyiapkan alat-alat yang akan dijadikan bahan praktek

misalnya” magnet, kaleng, paku, plastik, kertas, daun dll”

b. Anak-anak diminta untuk mengamati bahan-bahan yang disiapkan c. Anak dipersilakan untuk mencoba menggunakan magnet kepada

benda-benda yang disediakan d. Berdiskusi

tentang ”benda

yang menempel dan yang tidak bisa menempel

di magnet ?”

e. Berdiskusi mengapa ada benda yang menempel dan

ada benda yang tidak menempel pada magnet?

f. Guru memberi penghargaan saat anak dapat mengelompokan benda yang dapat menempel dan yang tidak dapat menempel

(36)

5. Menanamkan “SIKAP KREATIF” Kegiatan: Memasak kue

a. Guru menyiapkan bahan-bahan untuk memasak

b. Anak-anak untuk mengamati dan merasakan bahan-bahan yang tersedia

c. Guru menuliskan resep dengan gambar atau kata sederhana d. Anak secara bergilir

menuangkan bahan sesuai dengan resep yang ditulis atau yang dibacakan guru, lalu bersama-sama mengadoni bahan tersebut sehingga menjadi adonan yang siap dibentuk

e. Anak berdiskusi gagasan tentang bentuk adonan yang akan dibuat oleh anak

f. Guru menyampaikan aturan bahwa adonan tidak kotor

g. Anak diperkenankan untuk menggunakan bahan lainnya bila diperlukan

h. Guru mempertajam gagasan anak dengan bertanya,” mengapa ini..

untuk apa.. apa yang terjadi bila..dst”

i. Anak menuangkan gagasan menjadi karya kreatif.

j. Guru membiasakan anak untuk memecahkan masalahnya sendiri bila dia menemukan kesulitan melakukan sesuatu

k. Guru memberi dukungan seperlunya dengan sedikit bantuan, contoh

atau dengan kalimat, misalnya,” bagaimana kalau begini.. bisa tidak

jika ....”

(37)

6. Menanamkan “SIKAP ESTETIS”

Kegiatan: Membangun dengan balok unit a. Guru membacakan

buku cerita yang sesuai dengan tema b. Anak dipersilakan

memikirkan rencana bangunan yang akan dibuatnya.

c. Guru memperlihatkan cara menyusun balok yang rapi sesuai presisinya.

d. Mendiskusi dengan anak mengapa menyusun balok harus rapi.

e. Anak mengemukakan pendapat bagaimana agar hasil karya menjadi rapi dan bersih.

f. Anak membangun gagasannya dengan balok unit.

g. Guru menawarkan menggunakan asesoris untuk menambah keindahan dan keutuhan gagasan.

h. Guru memberikan penghargaan pada setiap hasil karya anak dengan menekankan pada keindahan dan kerapihan kerjanya.

7. Menanamkan “IKAP PERCAYA DIRI

Kegiatan: outbond

a. Guru mengenalkan kegiatan yang akan diikuti anak

(38)

c. Mendiskusikan siapa yang akan memulai d. Guru mendukung

semua anak berani mencoba permainan e. Anak mencoba

permainan dengan pengawasan Tim Teknis ahli

f. Setelah selesai semua, guru mengajak mendiskusikan apa yang dirasakan anak saat mengikuti permainan

g. Guru menghargai setiap usaha yang dilakukan anak sebagai proses pembentukan sikap percaya diri

8. Menanamkan “SIKAP TAAT PADA ATURAN”

Kegiatan : Main peran berkendaraan di jalan raya

Sebelum bermain:

a. Mendiskusikan keadaan di jalan raya

b. Mendiskusikan aturan di jalan raya c. Mendiskusikan mengapa harus

mengikuti aturan

d. Anak menyampaikan contoh perilaku mentaati aturan

(39)

Setelah bermain:

a. Mendiskusikan aturan di satuan PAUD

b. Mendiskusikan contoh perilaku yang taat aturan c. Akibat kalau tidak disiplin mengikuti aturan? d. Bagaimana menerapkan aturan?

e. bagaimana kalau ada teman tidak disiplin mengikuti aturan?

f. Guru menguatkan sikap taat yang ditunjukkan anak dengan kalimat,

misalnya ”Anisa taat pada aturan bermain, karena sudah mengembalikan mainan ke tempatnya semula.”

9. Menanamkan “SIKAP MANDIRI”

Kegiatan: Membuat patung dari tanah liat a. Mendiskusikan bahan

main dan kegunaannya b. Mendiskusikan gagasan

anak membuat sesuatu dengan tanah liat.

Setiap anak

dipersilakan membuat

sesuai dengan

keinginannya untuk membangun

kemandirian dalam berpikir

c. Guru mengenalkan kata mandiri dalam bekerja d. Mendiskusikan arti mandiri

(40)

f. Anak membuat karya dengan tanah liat

g. Guru memberi penghargaan pada usaha anak untuk bekerja secara mandiri.

h. Setelah kegiatan guru melakukan menguatkan dengan menekankan pada perilaku mandiri anak, misalnya, ”semua anak-anak ibu sudah

mampu mandiri, mengerjakan sendiri tanpa minta dibantu orang lain.”

10.Menanamkan “SIKAP SABAR”

Kegiatan : Membacakan buku ceritera

a. Guru membacakan buku yang menceritakan anak sabar b. Diskusi pemahaman tentang sabar

c. Mendiskusikan mengapa harus bersabar d. Contoh perilaku yang bersabar

e. Apa akibat nya kalau tidak bersabar

f. Bagaimana kalau ada teman yang tidak bersabar?

(41)

h. Guru menghargai sikap sabar yang ditunjukkan anak dengan cara

menguatkan melalui kalimat, misalnya, ”terima kasih kamu sudah sabar menunggu dijemput mama tanpa marah-marah.”

11. Menanamlan “SIKAP PEDULI”

Kegiatan: Makan Bersama

a. Guru mempersilakan semua anak duduk di kursi sekeliling meja. Kemudian meminta mereka untuk memperhatikan siapa temannya yang belum hadir.

b. Guru memastikan semua anak yang sudah duduk sudah mencuci tangannya dengan bersih.

c. Guru mengajak semua anak memperhatikan temannya apakah ada yang tidak membawa bekal?

d. Mengajak anak untuk saling berbagi makanan yang dibawanya

e. Guru mengucapkan terima kasih karena anak-anak sudah mau berbagi dan peduli dengan teman.

(42)

g. Setelah makan guru mengajak semua anak untuk membereskan dan membersihkan kembali meja dan ruangan dari sisa-sisa makanan.Setelah semua rapi, guru mengajak anak bercerita tentang sikap ”peduli”.

12. Menanamkan “SIKAP TOLERAN”

Kegiatan: bermain tebak-tebakan dalam kelompok kecil

a. Guru mengajak anak bermain di halaman. Kemudan anak dibagi dalam kelompok kecil.

b. Setiap kelompok membuat harus menebak ciri-ciri yang disampaikan kelompok lain.

c. Guru

memperhatikan bagaimana anak berbagi gagasan dalam kelompom. d. Guru

memperhatikan cara kelompok menentukan dan mengambil

kesimpulan

tentang ”benda” yang akan di tebak kelompok lainnya.

e. Anak bermain tebak-tebakan. Satu kelompok menyebutkan ciri-ciri, kelompok lain menebaknya.

(43)

g. Guru menghargai sikap toleran yang dimunculkan anak ketika

berdiskusi, misalnya. ”tadi ibu melihat saat diskusi kalian saling

menghargai pendapat teman. Itu namanya toleransi.”

h. Guru menyampaikan kosa kata toleran dan meminta anak untuk memberi contoh sikap toleran.

13. Menanamkan “SIKAP MENYESUAIKAN DIRI”

Strategi: berbelanja di pasar modern a. Mendiskusikan

c. Mencontohkan bersikap tenang selama di situasi dan lingkungan baru d. Mencontohkan sikap memilah yang harus dilakukan dan tidak boleh

dilakukan

e. Bersikap sabar dan tenang ketika harus mengantri dan menunggu f. Memperlihatkan kehati-hatian kepada orang yang belum dikenal g. Anak disilakan berbelanja sesuai dengan keperluannya dan uang yang

tersedia

h. Setelah kegiatan guru menanyakan perasaan anak.

(44)

14. Menanamkan “SIKAP SOPAN”

Kegiatan : Panggung boneka

Gambar : http://little1academymatarammedan.blogspot.com/

a. Guru menyiapkan beberapa boneka dan panggung boneka

b. Anak-anak diminta duduk tertib untuk mengikuti cerita panggung boneka tentang anak yang sopan.

c. Guru memainkan tokoh boneka sebagai anak yang berperilaku sopan dan boneka yang menjadi tokoh anak tidak sopan.

d. Guru menerapkan kata ”tolong, maaf, terima kasih, permisi.” sebagai contoh perilaku sopan dengan nada rendah dan riang.

e. Setelah selesai guru mengajak diskusi tentang tokoh mana yang disukai anak, mengapa..?

f. Guru menanyakan pada anak perilaku sopan santun dan apa akibatnya kalau tidak sopan santun

(45)

15. Menanamkan “ SIKAP TANGGUNG JAWAB”

Kegiatan : Membereskan kembali mainan

a. Guru mengajak anak merapikan kembali mainan yang sudah digunakan sesuai tempat semula

b. Setelah selesai anak diajak duduk untuk mengikuti recalling

c. Guru mengucapkan terima kasih karena anak-anak sudah bertanggung jawab mengembalikan mainan ke tempat semula sehingga ruangan rapi kembali.

d. Guru mendiskusikan pengertian tanggung jawab menurut pikiran anak e. Anak mendiskusikan

contoh perilaku tanggung jawab

f. Anak mendiskusikan cara mengajak temannya untuk bertanggung jawab. g. Apa kerugiannya bila ada

anak yang tidak bertanggung jawab.

h. Guru menegaskan kembali apa yang harus dilakukan anak setelah bermain, setelah makan, setelah bangun tidur, dsb.

i. Mengajak anak bernyanyi atau lainnya tentang tanggung jawab.

16. Menanamkan “SIKAP JUJUR”

Kegiatan: Panggung boneka

(46)

b. Tokoh si jujur mencerminkan perilaku yang tidak berbohong, menghargai miliki teman, mengembalikan benda yang bukan miliknya, mengakui kesalahannya, meminta izin bila menggunakan benda orang lain.

c. Setelah selesai bersama anak mendiskusikan o pengertian jujur menurut anak

o Mengapa harus jujur

(47)

BAB V PEMBUDAYAAN

Penanaman sikap bukan kegiatan yang cukup dilakukan sekali-kali atau hanya dilakukan selintas saja, tetapi harus dilakukan terus menerus sehingga menjadi pembiasaan. Pembiasaan yang sudah dilakukan anak pun harus terus dikuatkan hingga menjadi perilaku yang menetap atau karakter. Untuk itu perlu langkah serius untuk melakukan pembudayaan terhadap penanaman sikap pada anak.

Pembudayaan berarti tindaklanjut dari 5 langkah yang diterapkan pada penanaman sikap seperti yang diuraikan sebelumnya, yaitu:

1. Mengetahui yang baik (knowing the good), 2. Memikirkan yang baik (thinking the good), 3. Merasakan yang baik (feeling the good), dan 4. melakukan yang baik (acting the good.)

5. membiasakan yang baik (habituating the good).

(48)

SOP menjadi penting sebab penanaman sikap diberikan melalui keteladanan, pembiasaan, dan pengulangan dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya penanaman sikap memerlukan 5 K, yakni:

1. Konsensus, ada kesepakatan bersama antar guru dan orang tua tentang

karakter yang akan dibangun dan cara membangunnya.

2. Komitmen, ada ketaatan dan tanggung jawab bersama oleh guru dan orang

tua dalam melaksanakan kesepakatan penerapan karakter pada anak.

3. Konsisten, ada keajegan dalam proses penerapan karakter melalui kegiatan

bermain di lembaga PAUD maupun di keluarga.

4. Kontinu, dilakukan secara terus menerus sepanjang hari sepanjang tahun

hingga perilaku tersebut menjadi kebiasaan selanjutnya terpatri dalam jiwa dan

pikiran anak sehingga membantuk karakter.

5. Konsekuen, ada konsekuensi yang diterapkan dan harus dipatuhi baik oleh

guru, orang tua, maupun anak bila terjadi pelanggaran terhadap komitmen

pengembangan karakter anak. Konsekuensi yang diterapkan untuk anak tidak

bersifat hukuman fisik. Bentuk dan caranya dapat disepakati dengan anak,

misalnya anak boleh memilih tidak menonton kartun kesukaannya atau

membereskan tempat tidur.

Konsensus

Komitmen

Konsisten

Kontinu

(49)

Penanaman karakter pada anak harus dimulai dari guru, karena anak peniru ulung. Semua yang ditangkap indera anak akan menjadi perilaku anak jika dilakukan terus-menerus. Guru dan seluruh orang dewasa yang ada di satuan PAUD harus menyadari bahwa mereka adalah model bagi pengembangan perilaku anak. Oleh karena itu patut guru dan semua orang dewasa di satuan PAUD memiliki kesamaan pikir, kesamaan perilaku, dan kesamaan tanggung jawab dalam menanamkan perilaku pada anak. Untuk membangun perilaku yang konsisten pada guru dan orang dewasa lainnya, maka perlu disusun Standar Operasional Prosedur (SOP) pada setiap kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari bersama anak.

Standar Operasional Prosedur dalam tatanan Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini bukan hanya menjadi lampiran dari KTSP, tetapi dokumen penting yang memuat prosedur penanaman karakter anak-anak usia dini dibentuk. SOP disusun oleh satuan PAUD dengan mengacu pada visi, misi dan tujuan satuan. Contoh pembuatan SOP dipaparkan lebih jauh dalam Pedoman Penyusunan SOP.

(50)

BAB VI

PENILAIAN PENANAMAN SIKAP

A. Tujuan

Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui sejauh mana perubahan sikap dan perilaku anak-anak setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Kegiatan penilaian dilakukan oleh pendidik secara berkesinambungan dan terus menerus agar perubahan sikap dan perilaku anak dapat dilihat secara utuh.

B. Prinsip Penilaian

1. Menyeluruh, artinya penilaian hendaknya mencakup aspek proses dan hasil penanaman sikap yang secara bertahap menggambarkan perubahan sikap dan perilaku anak.

2. Berkesinambungan, artinya penilaian dilakukan secara berencana, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran menyeluruh terhadap hasil penanaman sikap kebangsaan.

3. Obyektif, penilaian dilakukan seobyektif mungkin sesuai dengan apa yang dialami atau terjadi pada diri anak dengan memperhatikan perbedaan keunikan masing-masing individu.

4. Mendidik, artinya hasil penilaian digunakan untuk membina dan mendorong anak-anak dalam meningkatkan kemampuan atau mengembangkan sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai karakter kebangsaan.

(51)

C. Cara Penilaian

Penilaian penanaman sikap dapat dilakukan melalui kegiatan :

1. Pengamatan, yaitu suatu cara untuk mengetahui perkembangan atau perubahan sikap dan perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melihat secara langsung.

2. Wawancara, yaitu menanyakan kepada anak secara langsung tentang kegiatan bermain yang dilakukannya. Pendidik atau pengasuh dapat menanyai anak-anak ketika mereka melakukan kegiatan dengan tujuan untuk mengetahui dan memperkuat gagasan mainnya.

D. Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian menggunakan format capaian hasil perkembangan seperti yang tercantum dalam Pedoman Penilaian, karena penilaian perkembangan sikap menjadi satu kesatuan dengan perkembangan lainnya.

E. Pengembangan Indikator

Indikator kemampuan sikap dikembangkan dengan merujuk kepada cakupan setiap Kompetensi Dasar Sikap dengan dasar teori yang relevan. Indikator perkembangan sikap juga menyatu dengan indikator pengetahuan dan sikap yang sudah dikelompokkan sesuai dengan aspek perkembangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Format Penilaian Pencapaian Perkembangan Anak yang terdapat dalam Pedoman Penilaian.

F. Pelaporan

(52)
(53)

BAB VI PENUTUP

Pedoman ini sesungguhnya mengukuhkan keyakinan kita semua bahwa menanamkan sikap sejak usia dini seperti mengukir di atas batu, walaupun sulit tetapi hasilnya akan terpatri lama. Karena itu penanaman sikap menjadi tanggungjawab bersama, antara orang tua, pendidik, pengasuh, masyarakat, dan pemerintah. Untuk itu kebersamaan, keselarasan, dan kemitraan harus selalu digalang untuk mencapa hasil yang diharapkan. Melalui tangan bapak ibu guru, pengelola dan pemerhati PAUD harapan melahirkan anak cerdas diperkokoh dengan sikap tangguh semoga segera terwujud. Semoga. Terima kasih.

Salam

(54)

Daftar Pustaka

A, Koesoema, Doni, 2007, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Grasindo, Jakarta.

Mulyana, Rohmat, 2004, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Alfabeta, Bandung.

Buwono X, Sultan Hamengku, 2007, Merajut Kembali Keindonesiaan Kita, Gramedia, Jakarta.

Tilaar, H.A.R., 2007, Mengindonesia Etnisitas & Identitas: Tinjauan dari Perspektif Ilmu Pendidikan Bangsa Indonesia, PT

Pineka Cipta, Jakarta.

Lincoln, Erik & Amalee, Irfan, 2008, 12 Nilai Dasar Perdamaian, Pelangi Mizan, Bandung.

Linda & Eyre, Ricard . Teaching Your Children Value, Missouri Department of Elementary and Secondary Education,

Jeferson City. Retrieved 18 March 2010 from www.dese.state.mo.us. Sulhan, Najib, 2006, Pembangunan Karakter pada Anak: Manajemen Pembelajaran Guru Menuju Sekolah Efektif, Surabaya Intelektual Club, Surabaya.

(55)

Dicetak oleh:

DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI TAHUN 2015

Gambar

gambar anggota tubuh
Gambar : http://little1academymatarammedan.blogspot.com/

Referensi

Dokumen terkait

Motivasi dari dalam diri (intrinsik) yang dapat diusahakan untuk dilakukan peserta didik dengan cara memiliki sikap selalu ingin belajar,.. tidak mudah puas dengan keberhasilan

Walaupun semua tahapan dalam proses pertanggungjawaban uang muka dinas telah dilakukan dengan baik, tetapi dalam pelaksanaannya Proses Pertanggungjawaban Pengeluaran

bolabasket, untuk mendapatkan gerakan yang efektif dan efisien perlu didasarkan pada penguasaan teknik dasar yang baik. Teknik dasar inilah yang wajib dikuasai oleh setiap

Kesimpulan : Efektifitas daya anthelmintik perasan dan infusa rimpang temu ireng ( Curcuma aeruginosa Roxb. ) masih di bawah piperazin citrat. Daya anthelmintik infusa rimpang

[r]

Tingkat partisipasi dan kehadiran masyarakat dalam mengikuti pengabdian masyarakat ini sangat tinggi, ini terlihat banyak peserta yang bertanya berkaitan dengan

Kedua hal di atas, struktur penafsiran serta detil yang diberikan menunjukkan bahwa tema dalam penafsiran Qut}b, selain kewajiban dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya,

Hasil pengolahan data band citra landsat 8, didapatkan peta struktur, peta temperatur permukaan tanah dan peta batuan permukaan yang digunakan sebagai