Analisis Kerusakan Mesin Pada Mobil Tangki Bahan Bakar Minyak dengan Metode FMEA (Studi Kasus: CV Amanda Jaya)
Ramadhan Nurfarizi1*, Fahriza Nurul Azizah2, Sukanta3
1,2,3Program Studi Teknik Industri, Universitas Singaperbangsa Karawang, Indonesia
*Koresponden email: ramadhannurfarizi529@gmai.com
Diterima: 26 Januari 2023 Disetujui: 25 Februari 2023
Abstract
CV Amanda Jaya is a business company in the field of fuel tank car maintenance services. This company is required to always maintain the condition of the fuel tank car owned by PT Pertamina Patra Niaga so that it is always in prime condition so that the process of distributing fuel to the public can run smoothly. This study discusses the failure to maintain the tanker unit owned by PT Pertamina Patra Niaga which causes a decrease in the company's performance and productivity to not be optimal. This study aims to evaluate the damage or failure of the tanker. The method used in this study is the Failure Mode Effect Analysis method, failures that occur can be identified and analyzed for priority control. The results of the research produce a Risk Priority Number from the recapitulation results between the rating values of severity, occurrence, and detection. Based on the analysis using the FMEA method, it can be concluded that the highest RPN in this study was the Chamber spare part with a score of 320. The causal factor for the failure of this spare part was the torn rubber chamber.
Keywords: FMEA, RPN, Maintenance, fuel oil, failure Abstrak
CV Amanda Jaya adalah perusahaan bisnis di bidang jasa perawatan mobil tangki bahan bakar. Perusahaan ini dituntut untuk selalu menjaga kondisi mobil tangki BBM milik PT Pertamina Patra Niaga agar selalu dalam kondisi prima sehingga proses pendistribusian BBM ke masyarakat dapat berjalan lancar. Penelitian ini membahas mengenai kegagalan pemeliharaan unit mobil tangki milik PT Pertamina Patra Niaga yang menyebabkan penurunan kinerja dan produktivitas perusahaan menjadi tidak optimum. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengevaluasi kerusakan atau kegagalan yang pada mobil tangki. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA). kegagalan yang terjadi dapat diidentifikasi dan dianalisis untuk diprioritaskan pengendaliannya. Hasil dari penelitian menghasilkan Risk Priority Number dari hasil rekapitulasi antara nilai peringkat tingkat keparahan, kejadian, dan deteksi. Berdasarkan analisa menggunakan metode FMEA bahwa RPN tertinggi pada penelitian ini adalah spare part Chamber dengan skor 320. Faktor penyebab kegagalan spare part ini adalah karet chamber yang sobek
Kata Kunci: FMEA, RPN, perawatan, bahan bakar minyak, kegagalan 1. Pendahuluan
PT Pertamina Patra Niaga merupakan anak perusahaan Pertamina di bidang bisnis minyak bumi.
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) secara resmi menugaskan PT Pertamina Patra Niaga untuk memasok dan mendistribusikan bahan bakar solar (BBM) diskon, premium, dan minyak tanah.
PT Pertamina (Persero) dibebaskan dari tugas tersebut, hal ini berdasarkan Pasal 8a mengenai Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 Tentang Penyediaan, Pendistribusian Dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak. Permasalahan umum terkait BBM di Indonesia yaitu wilayah geografis Indonesia yang luas dan konsumsi bahan bakar yang sangat tinggi, diperlukan upaya untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar untuk negara. Sistem penyaluran BBM harus efisien baik dari segi waktu dan biaya. Perusahaan ini ditugaskan untuk menjamin ketersediaan produk bahan bakar minyak. Oleh karena itu perusahaan akan melakukan upaya untuk meningkatkan loyalitas konsumen terhadap produk dan layanan ini dengan menawarkan barang dan layanan yang unggul jika perusahaan ingin mendapatkan hasil maksimal dari hasil produk dan layanannya [1].
Dalam proses pendistribusian BBM ke konsumen, PT Pertamina Patra Niaga menggunakan transportasi khusus untuk mengangkut bahan bakar tersebut. Transportasi merupakan aspek terpenting dalam aktivitas manusia, serta kunci pergerakan manusia dan barang yang digunakan sehari-hari.
awal ke lokasi tujuan [2]. Menurut [3] transportasi adalah aktivitas menggerakkan barang atau orang dari titik awal ke tujuan akhir. Dan secara umum transportasi adalah suatu pekerjaan dalam mengangkut sesuatu produk atau barang dari lokasi awal ke titik tujuan dengan menggunakan segala cara yang diperlukan.
Transportasi darat mempunyai peran penting dalam penentuan harga komoditas dalam rantai pasok [4].
Model transportasi darat yang digunakan dalam proses pendistribusian BBM adalah mobil truk.
Aktivitas mobil truk ini bekerja secara terus-menerus membuat semua bagiannya komponen mesin rentan terhadap kerusakan [5]. Untuk menjaga proses pendistribusian BBM dapat berjalan efektif sampai ke konsumen, maka setiap moda transportasi harus berfungsi dengan baik ketika digunakan.
Penanggulangan yang dilakukan untuk menjaga fungsionalitas transportasi adalah rutin melakukan perawatan (maintenance) secara periodik berdasarkan jadwal yang sudah ditetapkan.
Maintenance adalah suatu kegiatan pemeliharaan infrastruktur atau peralatan perusahaan dan melakukan pemulihan, penyesuaian, atau penggantian yang diperlukan untuk membuat kondisi proses produksi yang optimal berdasarkan konsep yang telah direncanakan, kemudian infrastruktur tersebut bisa digunakan dalam proses produksi atau sebelum berakhirnya periode waktu yang sudah dijadwalkan [6].
Perawatan alat transportasi yang digunakan penting dilakukan dengan tujuan untuk meminimalkan tingkat kerusakan mesin dan aktivitas ini mampu memperpanjang umur kendaraan tersebut. Sistem transportasi yang baik harus mampu memberikan pelayanan yang cukup kepada penumpangnya yaitu aman, nyaman, cepat, dan dapat diandalkan.
Preventive maintenance merupakan semua tindakan maintenance yang digunakan pada jadwal yang sudah dijadwalkan, berulang, dan ditentukan sebelumnya untuk menjaga perangkat dalam status fungsi tertentu melalui inspeksi dan operasi pembangunan kembali [7]. Tujuan digunakan preventive maintenance adalah untuk mengurangi jumlah kegagalan yang disebabkan oleh kerusakan sistem dan mendeteksi kegagalan atau kerusakan lebih awal [8]. FMEA adalah metode untuk mengevaluasi kemungkinan mode kegagalan, serta penyebab, konsekuensi, dan mekanismenya, dalam pendekatan yang terorganisir dan sistematis.
Bengkel Amanda Jaya merupakan perusahaan di bidang jasa perbaikan transportasi roda empat jenis truk. Adapun bentuk perbaikan oleh perusahaan ini, yaitu Preventive Maintenance dan Corrective Maintenance. Penelitian Bengkel Amanda Jaya ini akan dilakukan pada truk milik PT Pertamina Patra Niaga yang berjumlah tiga belas unit mobil truk, karena truk jenis ini merupakan truk dari PT Pertamina Patra Niaga yang sering mengalami kerusakan.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian meliputi seluruh aktivitas yang diambil oleh peneliti untuk memberikan suatu penanggulangan atas persoalan mengenai kerusakan mesin mobil truk milik PT Pertamina Patra Niaga di CV Amanda Jaya. Pendekatan kuantitatif dan deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi dan data yang berkaitan dengan kajian menggunakan metode FMEA. Data diperoleh dari data primer dan sekunder. Keabsahan data dalam penelitian ini akan didukung oleh data sekunder. Sedangkan data primer didapatkan dari observasi dan wawancara. Untuk mengatasi masalah kerusakan pada unit truk PT Pertamina Patra Niaga di CV Amanda Jaya melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Diagram Pareto
Diagram Pareto merupakan grafik batang yang menunjukkan suatu masalah yang kaitannya dengan frekuensi suatu peristiwa. Rangkaiannya berawal dari masalah dengan tingkat intensitas yang sering terjadi sampai ke masalah dengan intensitas yang jarang terjadi. Diagram Pareto sangat berguna untuk menetapkan dan mengidentifikasi masalah terpenting yang perlu diperbaiki [9].
2. Analisis menggunakan metode Failure Mode Effect Analysis
Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) adalah alat yang secara terstruktur digunakan untuk menentukan hasil atau akibat dari suatu kegagalan sistem dan menghindari atau menghilangkan potensi terbentuknya kegagalan [10]. FMEA digunakan sebagai langkah awal untuk melakukan analisis reliabilitas. Dengan melakukan beberapa penilaian terhadap komponen-komponen, rakitan, dan subsistem untuk menentukan jenis kegagalan, serta penyebab dan akibatnya [11]. Secara umum, FMEA mengidentifikasi [12]:
a. Faktor penyebab risiko kegagalan sistem, desain, atau proses.
b. Dampak kegagalan yang terdapat pada sistem c. Tingkat kekritisan dari kegagalan tersebut
Tahapan yang dilakukan selanjutnya dalam penelitian ini yaitu memberikan kuesioner FMEA
severity, occurance dan detection untuk memperoleh nilai skor Risk Priority Number. Langkah- langkah yang digunakan dalam metode FMEA sebagai berikut [13]:
a. Mengidentifikasi mengenai proses manufaktur
b. Mengidentifikasi potensi mode kegagalan pada proses manufaktur
c. Mengidentifikasi dampak potensial yang diakibatkan oleh mode kegagalan d. Mengidentifikasi pemicu dari mode kegagalan pada proses manufaktur e. Mengidentifikasi detection mode pada proses manufaktur
f. Menentukan nilai severity (S), occurance (O), dan detection (D).
g. Menentukan nilai RPN (Risk Priority Number) dengan cara mengalikan severity, occurance, dan detection
h. Memberikan saran perawatan tentang penyebab kegagalan, perangkat pengatur dan dampak yang ditimbulkan.
Tabel 1. Severity
Rangking Effect Criteria of Severity Effect
1 None Dampak Tidak
Terlihat atau Tidak terjadi dampak
2 Very Minor Tidak terdapat efek
dan pekerja tidak menyadari adanya
masalah
3 Minor Tidak terdapat efek
dan pekerja menyadari adanya
masalah
4 Very Low Perubahan fungsi dan
banyak pekerja menyadari adanya
masalah
5 Low Mengurangi
kenyamanan fungsi penggunaan
6 Moderate Kehilangan
kenyamanan fungsi penggunaan
7 High Pengurangan Fungsi
utama
8 Very High Kehilangan fungsi
utama dan menimbulkan
peringatan
9 Hazardous with
warning
Kehilangan fungsi utama dan menimbulkan
peringatan 10 Hazardous without
warning
Tidak berfungsi sama sekali Sumber: [14]
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui tentang kriteria dari nilai severity yang digunakan dalam penelitian FMEA ini. Severity merupakan tingkat intensitas efek yang disebabkan oleh failure mode yang diukur menggunakan tingkat keparahan. Untuk membuat tingkatan severity dengan mengidentifikasi konsekuensi terburuk dari kegagalan yang ditimbulkan. Rating pada severity berupa angka 1 hingga 10.
Tingkat keseriusan terendah ditunjukkan oleh angka 1, sedangkan tingkat tertinggi ditunjukkan oleh angka 10 (sangat berisiko tanpa adanya peringatan) [10].
Tabel 2. Occurance
Rangking Probability of Occurance 1 Lebih dari 3 Tahun Penggunaan 2 Setiap 2-3 tahun penggunaan 3 Setiap 1-2 tahun penggunaan 4 Setiap 11-12 bulan penggunaan 5 Setiap 9-10 bulan penggunaan 6 Setiap 7-8 bulan penggunaan 7 Setiap 5-6 bulan penggunaan 8 Setiap 3-4 bulan penggunaan 9 Setiap 1-2 bulan penggunaan 10 Setiap kurang dari 1 bulan
penggunaan Sumber: [14]
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui kriteria dari nilai occurance yang digunakan dalam penelitian FMEA ini. Occurence adalah frekuensi terjadinya kerusakan atau kegagalan. Occurrence adalah nilai peringkat yang telah dihitung untuk mencerminkan potensi frekuensi dari jumlah total kegagalan [10].
Occurence berkaitan dengan kejadian yang mengacu pada jumlah total kegagalan mesin yang disebabkan oleh faktor tertentu [15].
Tabel 3. Detection
Rangking Detectability of Aspect 1 Terdeteksi dengan Jelas 2 Kesempatan yang sangat tinggi
untuk terdeteksi 3 Kesempatan yang tinggi untuk
terdeteksi
4 Kesempatan yang cukup tinggi untuk terdeteksi 5 Kesempatan yang sedang untuk
terdeteksi
6 Kesempatan yang rendah untuk terdeteksi
7 Kesempatan yang sangat rendah untuk terdeteksi 8 Kesempatan yang sangat rendah
dan sulit terdeteksi 9 Kesempatan yang sangat rendah
dan sangat sulit terdeteksi 10 Tidak dapat terdeteksi
Sumber: [14]
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui tentang kriteria dari nilai detection yang dipakai peneliti pada penelitian ini. Detection merupakan penilaian terhadap kapabilitas untuk mencegah atau mengurangi potensi kegagalan. Peringkat yang digunakan sebagai kriteria evaluasi untuk detection dimulai dari 1 sampai dengan 10 [16].
3. Hasil dan Pembahasan Pengolahan data
a. Diagram Pareto
Untuk mengetahui mobil tangki milik PT Pertamina Patra Niaga dengan jumlah 13 unit di CV Amanda Jaya yang sering mengalami kerusakan terjadi antara bulan April 2021 sampai Mei 2021, dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Pareto penentuan mesin kritis mobil tangki bahan bakar minyak Sumber: Data penelitian (2023)
Dari pengolahan data menggunakan diagram Pareto diatas dapat disimpulkan bahwa mobil tangki bahan bakar minyak dengan plat nomor B 9309 SEH memiliki nilai downtime paling tinggi diantara mobil tangki bahan bakar minyak lainnya, kemudian hasil tersebut selanjutnya akan diidentifikasi menggunakan perhitungan FMEA.
Tabel 4. Durasi kerusakan komponen mesin mobil tangki B 9309 SHE B 9309 SEH
No. Jenis Kerusakan Total jumlah waktu perbaikan
1. Bushing Per 8,13
2. Camber 3,05
3. Filter Oli 3,01
4. Filter Solar 3,05
5. Baut Roda 3
Sumber: Data penelitian (2023)
Tabel 4 menunjukkan bahwa spare part mobil tangki B 9309 SEH yang mengalami kerusakan paling lama adalah Bushing per selama 8,13 jam. Hal ini karena spare part Bushing per tidak tersedia.
b. Analisis metode Failure Mode Effect Analysis
Tabel 5 adalah hasil dari analisis FMEA yang meliputi modul kegagalan, efek kegagalan dan penyebab terjadinya kegagalan. Nilai severity, occurance, dan detection didapatkan dari kuesioner yang diberikan kepada mekanik CV Amanda Jaya.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00
B 9309 SEH
B 9155
SEI B 9485 SEH
B 9620 SEH
B 9370 SEH
B 9306 SFV
B 9311
SFV E 9318
HB B 9308 SFV
B 9638 SFV
B 9681 SEH
B 9367 SEH
B 9361 SFV Downtime (jam) %Downtime Kumulatif
Tabel 5. Failure Mode Effect Analysis Kerusakan mobil tangki B 3909 SEH No. Komponen Modul
Kegagalan
Efek Kegagalan Penyebab Kegagalan
Kritikalisasi RPN Tindakan S O D
1. Baut Roda Baud Roda Patah
Pergerakan roda menjadi tidak
stabil
Baud roda sudah rusak
7 2 5 60 Ganti
Komponen 2. Filter Oli Filter oli
Bocor
Mesin Overheat Seal filter rusak
6 8 1 48 Ganti
Komponen 3. Filter Solar Bocor Laju tenaga
mobil berkurang
Tersumbat kotoran
5 9 2 90 Ganti
Komponen 4. Bushing Per Rumah
dudukan per patah
Gerakan ban jadi tidak stabil
Faktor usia sudah aus
10 3 6 180 Ganti Komponen 5. Chamber Karet
Chamber sobek
Pengereman tidak maksimal
Faktor usia sudah aus
10 4 8 320 Ganti Komponen Angin cepat
habis
ada komponen yang patah Sumber: Data Penelitian (2023) 4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dengan prinsip Pareto, Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), maka dapat diketahui bahwa ada tiga spare part yang mempunyai nilai risk priority number tinggi yaitu, nilai RPN untuk komponen filter solar yaitu sebesar 90, nilai RPN untuk komponen bushing per yaitu sebesar 180, dan nilai RPN untuk komponen Camber yaitu sebesar 320. Semakin tinggi nilai RPN maka dampak kerusakan komponen semakin tinggi dengan tingkat ancaman keselamatan. Nilai RPN yang paling tinggi akan menjadi prioritas utama untuk dilakukan perbaikan. Salah satu usulan perbaikan untuk kerusakan spare part ini adalah melakukan proses pergantian spare part dengan spare part yang baru.
5. Referensi
[1] A. S. Cahyadi and D. Andesta, “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Kanopi di Bengkel Las Purnama Karya,” J. Serambi Eng., vol. 7, no. 1, Feb. 2022, doi: 10.32672/JSE.V7I1.3830.
[2] Khisty, C. J., & Lall, B. K. Transportation engineering. Pearson Education India. 2016.
[3] Cascetta, E. Transportation systems engineering: theory and methods (Vol. 49). Springer Science
& Business Media. 2013.
[4] B. Khrisdamara and D. Andesta, “Analisis Penyebab Kerusakan Head Truck-B44 Menggunakan Metode FMEA dan FTA (Studi Kasus : PT. Bima, Site Pelabuhan Berlian),” J. Serambi Eng., vol.
7, no. 3, Jul. 2022, doi: 10.32672/JSE.V7I3.4255.
[5] Ramadhan, M. I., Sumarjo, J., Suci, F. C., & Santoso, D. T., “Analisis Kerusakan Mesin AHU Menggunakan Pendekatan Metode Failure Mode And Effect Analysis,” ROTOR, vol. 14, no. 2, pp.
49–53, Nov. 2021, doi: 10.19184/ROTOR.V14I2.26460.
[6] Julyanthry, J., Siagian, V., Asmeati, A., Hasibuan, A., Simanullang, R., Pandarangga, A. P., ... &
Rahmadana, M. F. Manajemen Produksi dan Operasi. Yayasan Kita Menulis. 2020.
[7] B. Dhillon, Engineering Maintenance “A Modern Approach,” 1st ed. New York: CRC Press, 2022.
[8] M. A. Putra and I. A. Marie, “Rancangan Perawatan Bus Transjakarta Menggunakan Pendekatan Reliability Centered Maintenance di Perum Damri SBU Busway Koridor I & VIII,” J. Ilm. Tek.
Ind., vol. 3, no. 3, May 2015, doi: 10.24912/JITIUNTAR.V3I3.472.
[9] M. C. Sugiono, S. Luthfianto, M. F. Wildan, Siswiyanti, Zulfa, and T. Hidayat, “Analisa Pengendalian Kualitas Mengurangi Jumlah Cacat Produk Jaket Jeans Di Home Industry Nr Collection Dengan Metode Seven Tools,” Eng. J. Bid. Tek., vol. 13, no. 2, pp. 75–80, Nov. 2022, doi: 10.24905/ENG.V13I2.2065.
[10] A. Pibisono, S. Suprapto, and R. Ahya, “Analisis Kegagalan Maintenance Unit Produksi Menggunakan Metode FMEA dan FTA di PT. Saptaindra Sejati,” J. Apl. Ilmu Tek. Ind., vol. 1, no.
2, pp. 1–10, Mar. 2021, doi: 10.32585/JAPTI.V1I2.1257.
[11] R. Tri Sulistiyono, A. Iviana Juniani, dan Iva Setyana, T. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, and P. Perkapalan Negeri Surabaya, “Implementation of RCM II (Reliability Centered Maintenance) and RPN (Risk Priority Number) in Risk Assessment and Scheduling Maintenance Task at HPB
[12] V. W. Vilardo and Firman, “Predictive maintenance on machine using failure mode effect analysis,”
Oper. Manag. Inf. Syst. Stud., vol. 1, no. 1, pp. 51–60, Jun. 2021, doi: 10.24036/OMISS.V1I1.8.
[13] A. T. Aryanto and T. A. Auliandri, “Analisis Kecacatan Produk Fillet Skin On Red Mullet Dengan The Basic Seven Tools of Quality Dan Usulan Perbaikannya Menggunakan Metode FMEA (Failure Modes And Effect Analysis) Pada PT. Holi Mina Jaya,” J. Theor. Appl. Manag. (Jurnal Manaj.
Teor. dan Ter., vol. 8, no. 1, Oct. 2015, doi: 10.20473/JMTT.V8I1.2714.
[14] H. Pranoto, Reability Centred Maintenance (RCM), 1st ed. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015.
[15] D. I. Situngkir, “Pengaplikasian FMEA untuk Mendukung Pemilihan Strategi Pemeliharaan pada Paper Machine,” FLYWHEEL J. Tek. Mesin Untirta, vol. 1, no. 1, pp. 39–43, Oct. 2019, doi:
10.36055/FWL.V1I1.5489.
[16] A. Khatammi and A. W. Rizqi, “Analisis Kecacatan Produk Pada Hasil Pengelasan dengan Metode Failure Mode Effect Analysis,” Serambi Eng., vol. VII, no. 2, pp. 2922–2928, 2022, doi:
https://doi.org/10.32672/jse.v7i2.3853.