• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan pada umumnya selalu ingin terus berkembang dan memperluas kegiatan usahanya. Dengan berkembangnya perusahaan maka modal atau dana yang dimiliki oleh setiap perusahaan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan perusahaan, dan perusahaan membutuhkan modal yang banyak untuk menjalankan kegiatan usahanya. Pendanaan biasanya berasal dari pemilik atau investor dari perusahaan itu sendiri. Dana yang biasanya diperoleh dari pemilik perusahaan atau dari dalam perusahaan tidak mencukupi untuk mengembangkan kegiatan usahanya karena diperlukan sumber pendanaan lain, yaitu penjualan sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal. Diharapkan dengan menjual saham ke publik, kinerja pengelolaan keuangan perusahaan dapat meningkat seiring dengan tersedianya tambahan dana.

Menurut Tandelilin (2017:25) mendefinisikan pasar modal sebagai pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual-belikan sekuritas. Pasar modal juga dapat diartikan sebagai pasar untuk memperjual-belikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari 1 tahun, seperti saham, obligasi dan reksa dana.

Menurut Hidayat (2019:50) Pasar modal adalah pasar untuk instrumen keuangan jangka panjang yang diterbitkan oleh pemerintah, perusahaan swasta, maupun public authorities, yang bisa diperjualbelikan dalam bentuk obligasi atau saham. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi.

Menurut Sudarmanto et al. (2021:4) Pasar modal (capital market) adalah pasar di mana instrumen keuangan jangka panjang ditransaksikan, termasuk saham dan obligasi. Hasil pendanaan dari obligasi dan saham dapat digunakan secara leluasa oleh perusahaan dalam jangka panjang, sebagai tambahan modal (capital) perusahaan. Para pelaku yang mempunyai peran dalam pasar modal adalah perusahaan sekuritas di pasar saham. Sedangkan di pasar obligasi, baik bank maupun perusahaan sekuritas sama-sama mempunyai peran.

(2)

Pasar modal yang memiliki fungsi intermediasi, dan pihak yang membutuhkan dana dapat terhubung dengan investor. Dan ada beberapa keuntungan yang sangat besar yang ada di pasar modal, baik sisi perusahaan maupun dari sisi investor, sebab perusahaan memperoleh tambahan modal untuk membayar seluruh kegiatan perusahaan. Pemodal atau investor dapat laba maupun keuntungan sebab mereka akan mendapatkan laba dari perbedaan harga saham yang dijual dengan harga di mana investor membelinya. Peranan pasar modal amat penting dalam peningkatan ekonomi sebuah negara dan merupakan sumber pendanaan bagi dunia usaha untuk memperolehnya melalui penanaman modal. Di indonesia pasar modalnya di kenal dengan Bursa Efek Indonesia (BEI), merupakan sebuah tempat yang ideal bagi sisi-sisi yang memerlukan modal untuk berdagang dengan sisi lain yang memiliki kelebihan modal dan dapat mendukung peningkatan ekonomi Indonesia. Sumber keuangan perusahaan salah satu hal yang perlu dikembangkan oleh perusahaan. Sebuah perusahaan memiliki berbagai opsi untuk memperoleh sumber permodalan perusahaan, termasuk meminjam dari bank, menerbitkan surat utang, dan dapat menerbitkan saham ke publik, yang dikenal sebagai go public.

Ketika sebuah perusahaan akan go public, sebelum melakukan perdagangkan di pasar sekunder, saham terlebih dahulu dijual di pasar perdana.

Kemudian saham di tawarkan ke publik melalui pasar perdana atau penawaran.

Initial public offering (IPO) merupakan kegiatan atau upaya dari emiten (perusahaan penerbit) menawarkan atau menjual saham perdana kepada calon investor. Emiten yang menawarkan saham pertama kali atau saham IPO harus sudah listing ke dalam pasar modal. Tujuan emiten melakukan IPO adalah untuk mendapatkan suntikan pendanaan murah, meningkatkan kinerja keuangan perusahaan agar lebih baik, meningkatkan prospek pertumbuhan perusahaan, dan meningkatkan nilai perusahaan. Investor sebagai pemilik modal juga sangat berharap agar investasi yang dilakukan dapat berdampak pada kemajuan perusahaan (Putra et al., 2021).

Harga saham di pasar perdana ditetapkan antara emiten (perusahaan penerbit) dan penjamin emisi (underwriter), sementara harga saham di pasar sekunder ditetapkan oleh aktivitas pasar, yaitu penawaran dan permintaan. Ketika perusahaa akan IPO menentukan harga saham perdana suatu perusahaan tidaklah mudah karena tidak adanya informasi mengenai harga saham. Karena pada saat

(3)

IPO, itu publik. Perusahaan tidak pernah memperdagangkan sahamnya, sehingga sulit bagi perusahaan untuk mengetahui seberapa tinggi atau rendah harga saham saat go public.

Selama periode penetapan harga saham, sering terjadi saham yang sama dihargai secara berbeda ketika diperdagangkan di pasar perdana dan pasar sekunder. Perbedaan harga ini umumnya disebabkan oleh asimetri informasi antara emiten, investor, dan penjamin emisi. Emiten sebagai pihak yang membutuhkan dana tidak memiliki informasi yang memadai mengenai kondisi pasar modal. Namun, emiten menginginkan harga saham perdana yang lebih tinggi agar bisa mendapatkan modal sebanyak-banyaknya. Penjamin emisi dengan informasi lebih lanjut tentang kondisi pasar menggunakan informasi ini untuk mencapai kesepakatan dengan emiten (Cornelia et al., 2021:1197).

Masalah utama yang dihadapi perusahaan pada saat melakukan IPO di pasar modal adalah harga penutupan IPO. Peristiwa Underpricing terjadi ketika nilai suatu saham pada saat penutupan IPO jauh lebih rendah daripada nilai pasar sekunder pada hari yang sama. Emiten mendambakan nilai jual yang tinggi, sebab dengan nilai jual yang tinggi maka pendapatan dari emisi juga akan tinggi, dan emiten ingin menumbuhkan kekayaan pemilik dari perusahaan, menambah modal, dan memperbaiki struktur modal maupun sumber keuangan yang dapat mengurangi beban modal bagi perusahaan. Ketika nilai saham tinggi hal tersebut dapat berdampak pada reaksi atau minat calon pemodal untuk membeli saham yang ada di pasar modal.

Para investor menginvestasikan modalnya di pasar perdana, agar mendapatkan initial return dari selisish lebih antara nilai di pasar sekunder dengan nilai perdana. Biasanya initial return ini menunjukan terjadi underpricing saham di pasar perdana pada saat ke pasar sekunder. Terjadinya underpricing tidak memberikan manfaat bagi emiten karena akses emiten terhadap permodalan kurang maksimum sebab emiten tidak bisa mendapat lebih banyak uang untuk membiayai aktivitasnya. Akibatnya, spekulasi emiten terhadap jumlah modal yang dibutuhkan ketika melakukan IPO menjadi kurang maksimal karena underpricing.

Namun di lain sisi dapat menguntungkan investor karena investor dapat mendapatkan keuntungan atau laba dari pembelian saham tersebut.

(4)

Menurut Triani (dalam Aini 2013:90). Underpricing terjadi karena harga saham IPO yang ditetapkan terlalu rendah, sebab harga yang terjadi di pasar sekunder telah mencerminkan harga dalam kondisi keseimbangan (full information).

Underpricing adalah harga saham perdana dibawah harga pasar, yang pada gilirannya investor akan tertarik untuk membeli. Peristiwa yang sering terjadi di penawaran perdana ke publik secara terbuka adalah peristiwa underpricing.

Fenomena underpricing terjadi karena penawaran perdana ke publik secara rata- rata dibawah harga pasar (Sunariyah, 2011:119). Underpricing terjadi ketika terdapat selisih lebih antara nilai saham yang ada pada pasar sekunder dengan nilai saham pada pasar perdana. Selisih nilai ini disebut investor initial return atau laba bagi investor. Di sisi lain, harga saham pasar perdana, yang lebih tinggi dari pada yang di pasar sekunder pada hari pertama disebut overpricing. Peristiwa underpricing disebabkan oleh perbedaan informasi. Perbedaan informasi terjadi saat salah satu sisi memiliki lebih banyak informasi daripada yang lainnya. Underpricing akan merugikan perusahaan, karena tidak dapat memanfaatkan momentum dalam keadaan yang terjadi di pasar perdana. Terjadinya konflik kepentingan ketika maksud emiten adalah menetapkan nilai IPO setinggi mungkin, dan untuk underwriter lebih cenderung untuk menurunkan nilai IPO untuk menciutkan risiko memegang saham yang tidak terjual pada pasar perdana.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:38), underwriter adalah penjamin emisi yang membuat perjanjian dengan perusahaan untuk melakukan IPO bagi kepentingan perusahaan tersebut. Menurut Fahmi (2012:57), underwriter adalah perusahaan sekuritas membantu setiap emiten yang menerbitkan saham pada pasar modal. Underwriter berperan penting saat emiten melakukan penawaran saham di pasar perdana. Harga saham yang ditetapkan dan akan ditawarkan kepada investor merupakan pekerjaan yang sulit bagi underwriter karena kesalahan kecil yang terjadi pada saat IPO dapat menyebabkan kegagalan (Hapsari dan Mahfud, 2012). Mereka memberi nasihat serta hal-hal yang harus diperhatikan perusahaan dan kapan waktu yang tepat serta bagaimana langkah tepat melakukan penawaran (Sunariyah, 2011:114).

Underwriter memiliki informasi lengkap mengenai pasar dibanding emiten, dan underwriter memiliki informasi lengkap mengenai emiten dibanding investor.

Berdasarkan pemaparan tersebut, underwriter memiliki informasi yang sangat

(5)

kompleks dibanding emiten dan investor sehingga terjadi asimetri informasi. Para pihak yang memiliki ketidaksamaan informasi mengakibatkan perbedaan harga sehingga berpeluang terjadinya underpricing (Kristiantari, 2012). Perusahaan yang go public akan memberikan informasi dalam bentuk prospektus untuk meminimalisir asimetri informasi. Reputasi underwriter sangat berpengaruh terhadap kesuksesan emiten. Underwriter yang mempunyai reputasi tinggi tidak akan menerbitkan saham pada perusahaan yang berkualitas rendah sehingga akan menimbulkan kepercayaan pada investor (Putra dan Sudjarni 2017:495).

Salah satu persyaratan bagi perusahaan yang akan go public adalah laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik. Selain itu dalam kelanjutannya auditor akan menjadi narasumber bagi investor mengenai laporan keuangan yang diterbitkan emiten. Laporan keuangan merupakan indikator dasar dalam melakukan pengambilan keputusan investasi. Dengan demikian, emiten sangat berkepentingan dengan penilaian dan pendapat yang dibuat oleh auditor agar memperoleh nilai laporan keuangan yang bagus (Pahlevi, 2014:222). Auditor sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal berfungsi melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan yang akan melakukan go public. Reputasi auditor akan berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan ketika perusahaan melakukan IPO, sehingga hasil pengujian auditor ini sangat dibutuhkan oleh para investor untuk pengambilan keputusan investasi (Sulistio dalam Aini, 2013:92). Laporan keuangan yang telah di audit oleh auditor sangat berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat luas sebab informasi yang ada dapat menyakinkan publik atas finansial yang ada pada perusahaan.

Salah satu faktor terjadinya tingkat underpricing adalah ukuran perusahaan yang terdapat pada neraca dalam laporan keuangan. Neraca adalah laporan keuangan yang terdapat kekayaan, kewajiban, dan modal emiten pada waktu tertentu. Jumlah kekayaan terdapat di sisi aktiva atau aset, sedangkan jumlah kewajiban dan modal terdapat di sisi pasiva (Husnan, 2014:36). Ukuran perusahaan merupakan cerminan potensi perusahaan dalam menghasilkan arus kas dan kemampuan untuk mengakses informasi yang lebih besar. Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menentukan besar atau kecilnya perusahaan yang ditunjukkan dengan total aset yang dimiliknya. Penggukuran dengan menggunakan total aktiva dianggap lebih baik dari total penjualan karena total aktiva lebih stabil dari total

(6)

penjualan serta lebih menunjukkan kekayaan perusahaan yang digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan yang berskala besar cenderung lebih dikenal masyarakat sehingga informasi mengenai prospek perusahaan berskala besar lebih mudah diperoleh investor daripada perusahaan berskala kecil (Suyatmin dalam Aini, 2013:91). Informasi mengenai ukuran perusahaan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi investor dalam melakukan investasi kepada perusahaan. Ukuran perusahaan menjadi sebuah gambaran seberapa mampu perusahaan dalam mengelola dana yang tersedia.

Umur perusahaan merupakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam bertahan. Perusahaan yang sudah lama berdiri dapat dijadikan sebagai indikasi bahwa perusahaan tersebut banyak pengalaman dan kemampuan yang besar untuk bertahan. Investor cenderung lebih percaya pada perusahaan yang sudah lama berdiri jika dengan perusahaan yang masih baru. Kepercayaan investor ini akan mengakibatkan investor yakin untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan emiten (Pahlevi, 2014:224). Sebuah perusahaan yang sudah lama berdiri memiliki banyak pengalaman yang luas di berbagai bidang bisnis, dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru.

Berdasarkan latar belakang dan masalah penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, Ukuran Perusahaan, dan Umur Perusahaan Terhadap Tingkat Underpricing Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di PT Bursa Efek Indonesia Tahun 2019- 2021”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu penulis ingin meniliti apakah pengaruh dari reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan, dan umur perusahaan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia selama periode 2019-2021 yang dijadikan objek dari penelitian ini.

Adityawarman (2017) menyatakan bahwa reputasi underwriter berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh mulyani (2017), Pahlevi (2014), dan Setiawan (2015), menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara reputasi underwriter dan tingkat underpricing.

(7)

Adityawarman (2017) menyatakan bahwa reputasi auditor berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Pahlevi (2014), Syofian dan Sebrina (2021), menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara reputasi auditor dan tingkat underpricing.

Ukuran perusahaan terbukti memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing menurut penelitian Mulyani (2017), Pahlevi (2014), dan Putra dan Sudjarni (2017). Sedangkan penelitian Syofian dan Sebrina (2021), menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Pahlevi (2014), menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing. Sementara Setiawan (2015), Wiyani (2016) menyatakan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.

Penelitian ini menggunakan reputasi underwriter reputasi auditor, ukuran perusahaan, umur perusahaan sebagai variabel independen (bebas) terhadap pengaruhnya pada tingkat underpricing sebagai variabel dependen (terikat). Reputasi underwiter dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan variabel dummy, nilai 1 untuk underwriter yang masuk ke dalam top ten dan nlai 0 untuk yang tidak. Reputasi auditor dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan variabel dummy, nilai 1 untuk auditor yang masuk ke dalam big Four dan nlai 0 untuk yang tidak. Variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menghitung logaritma natural total aset perusahaan, dan variabel umur perusahaan dalam penelitian ini diukur sejak perusahaan didirikan sampai dengan perusahaan melakukan IPO.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah reputasi underwriter berpengaruh terhadap underpricing ? 2. Apakah reputasi auditor berpengaruh terhadap underpricing ? 3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap underpricing ? 4. Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap underpricing ?

5. Apakah reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan, dan umur perusahaan berpengaruh terhadap underpricing ?

(8)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini mempunyai tujuan:

1. Untuk mengetahui apakah reputasi underwriter berpengaruh terhadap tingkat underpricing.

2. Untuk mengetahui apakah reputasi auditor berpengaruh terhadap tingkat underpricing.

3. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing.

4. Untuk mengetahui apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing.

5. Untuk mengetahui apakah reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan, dan umur perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing.

E. Kegunaan Penelitian

Setelah selesainya penelitian, maka diharapkan penelitian ini mempunyai kegunaan baik bagi penulis maupun instansi berikut :

1. Bagi Investor dan calon Investor

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan refrensi kepada investor dalam menentukan keputusan investasi di dalam pasar modal.

2. Bagi Emiten

Penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi dan bahan pertimbangan, khususnya apabila akan melakukan penawaran saham perdana di bursa efek Indonesia.

3. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan mahasiswa terkait tentang pasar modal

F. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini yaitu hanya mencangkup pembahasan mengenai “Pengaruh Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, Ukuran Perusahaan, Dan Umur Perusahaan Terhadap Tingkat Underpricing Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di PT Bursa Efek Indonesia Tahun 2019-2021”.

(9)

G. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran dalam pembahasan, maka sistematik penulisan disusun dengan tahapan sebagai berikut:

1. Bagian Awal

Bagian awal berisi halaman sampul, kata pengantar, daftar isi, dan daftar tabel.

2. Bagian Isi terdiri dari lima BAB, yaitu : BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN LITERATUR

Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang melandasi pengertian “Pengaruh Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, Ukuran Perusahaan, Dan Umur Perusahaan Terhadap Tingkat Underpricing Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di PT Bursa Efek Indonesia Tahun 2019-2021”. Tinjauan penelitian relevan, kerangka pemikiran.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan tentang desain atau rencana penelitian, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisikan tentang hasil penelitian dan pembahasan.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini berisikan kesimpulan dari seluruh penelitian yang dilakukan dan juga berisikan saran yang dapat digunaan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

DAFTAR LITERATUR

Daftar literatur berisi tentang daftar buku, literature yang berkaitan dengan penelitian. Lampiran ini berisi data yang mendukung penelitian skripsi secara lengkap.

3. Bagian Akhir LAMPIRAN

Lampiran berisi informasi tambahan yang mendukung kelengkapan laporan, yaitu data-data penelitian yang diperlukan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang perbandingan model pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Division

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang yang telah dituliskan diatas penulis tertarik untuk mengkaji cara menentukan solusi layak awal dari masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam rangka penulisan skripsi dengan judul OPTIMALISASI FUNGSI REGULEREND PAJAK

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana proses berpikir kreatif siswa kelas VIIII dalam memecahkan masalah pythagoras

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Penerapan Media E-learning Berbasis

Dari latar belakang yang penulis jelaskan, peneliti tertarik terhadap masalah yang terjadi dalam perilaku kesehatan yang ada disekolah berasrama, utamanya

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam mengenai permasalahan tersebut diatas untuk mengetahui secara

Berdasarkan Latar belakang yang disampaikan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “LINGKUNGAN KELUARGA DAN MOTIVASI BELAJAR