• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Memasuki abad ke-21 perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi semakin berkembang pesat. Sampai saat ini pun dampak perkembangan teknologi informasi masih dirasakan di berbagai aspek.

Salah satu aspek yang mendapat pengaruh penting dari perkembangan teknologi informasi adalah dunia bisnis. Bisnis merupakan aktivitas yang cakupannya amat luas meliputi aktifitas produksi, distribusi, perdagangan, jasa ataupun aktivitas yang berkaitan dengan suatu pekerjaan untuk memperoleh penghasilan (Adil Samadani, 2013:3). Bisnis secara umum diketahui sebagai kegiatan usaha yang mempunyai model konvensional, dimana para pelaku bisnis secara langsung face to face hadir untuk melakukan kesepakatan. Kini dengan adanya teknologi informasi dalam dunia bisnis, para pelaku usaha tidak harus hadir secara langsung face to face untuk melakukan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha tersebut dapat dilakukan cukup dengan beberapa sentuhan, tanpa harus kemana-mana melalui media yang bernama internet guna mencapai kesepakatan.

Internet merupakan suatu jaringan komputer diseluruh dunia yang terhubung kedalam satu tempat sehingga dapat diakses oleh semua orang dimanapun dan kapanpun. Dengan menggunakan jaringan internet, tidak hanya sekadar data atau informasi tertulis saja yang dapat diperoleh dan dipertukarkan, tetapi juga suara dan gambar. Berkaitan dengan ini, internet sudah merupakan Integrated Services Digital Network (ISDN). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila dunia internet disebut sebagai virtual network, yang sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan istilah “dunia maya”, yang dilawankan dengan real world atau “dunia nyata, yaitu dunia fisik dimana kita hidup (Niniek Suparni, 2009:34).

Semakin populernya internet seakan telah membuat dunia semakin menciut (shrinking the world) dan semakin memudarkan batas-batas antar

(2)

negara berikut kedaulatan dan tatananan masyarakatnya. Didalam internet tidak mengenal batas wilayah kedaulatan hukumnya karena bersifat universal dan tak terdefinisikan tempat dan waktunya. Jika dikaitkan dengan kegiatan usaha atau bisnis yang menggunakan internet maka kegiatan usaha tersebut akan menjadi tidak terbatasi (borderless state) lagi oleh yurisdiksi suatu negara. Dengan adanya kegiatan usaha melalui internet atau bisnis online yang melewati batas negara ini tentu banyak permasalahan- permasalahan yang muncul.

The e-commerce index combines measures of industry-specific protection laws in eight categories, taxes on internet access, digital signature capability, and scope of e-Government transactions (Kathleen Hale danRamona McNeal,2011:266).

Seperti disebut diatas, salah satu permasalahannya adalah aspek perpajakan mengenai bisnis online baik yang ada di indonesia maupun diluar yurisdiksi indonesia.

Pajak merupakan iuran yang dibayarkan oleh wajib pajak kepada kas negara guna keperluan pemerataan kesejahteraan rakyat. Amanademen UUD RI 1945 mengatur pajak dalam Pasal 23A yang berbunyi: ”Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”. Bagi masyarakat sendiri, pajak dianggap sebagai beban karena sudah menjadi kewajiban untuk membayarnya sehingga mengurangi nilai laba yang diperoleh. Di sisi lain bagi pemerintah dan fiskus (aparat penegak pajak), pajak harus dipungut dikarenakan terbukti pajak memberikan kontribusi yang begitu besar terhadap penerimaan negara (Marihot P Siahaan, 2010:1).

Menurut llyas dan Burton, ada empat fungsi pajak yaitu fungsi Budgetair, Regulerend, Demokrasi, dan Distribusi pendapatan.

Pengambilan kebijakan perpajakan tersebut untuk menentukan arah kebijakan berbagai bidang kehidupan bangsa, khususnya kegiatan ekonomi, yang dikaitkan dengan undang-undang perpajakan, merupakan fungsi regulerend atau fungsi mengatur disebut juga fungsi tambahan dari Pajak.

(3)

Yakni suatu fungsi dimana pajak dipergunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu (Dalam Acep Rohendi, 2014:6).

Kemudahan untuk mengakses infomasi data dan kegiatan bisnis, perlu pula diiringi dengan peraturan-peraturan terkait perpajakan untuk lebih menciptakan kepastian hukum pada masyarakat. Seperti dikutip dari kominfo.go.id bahwa Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara sedang mendiskusikan permasalah ini bersama Kementerian Keuangan untuk mematangkan pengenaan pajak transaksi online di Indonesia. Pemerintah mewacanakan kebijakan pajak segala transaksi di dalam bisnis online atau e-Commerce. Para pebisnis e-commerce dan Over The Top (OTT) seperti Facebook, Google, dan sejenisnya akan dikenakan pajak ketika melakukan transaksi dan mendapatkan penghasilan (Anonim, 2015,https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4402/Pemerintah+Wa canakan+Pajak+Online+atau+e-Commerce+10+Persen/0/berita_satker diakses 17 November 2017) .

Dengan kata lain setiap kegiatan usaha atau bisnis dengan model online atau melalui internet akan dikenai pajak baik PPH maupun PPN.

Aturan mengenai perpajakan terhadap bisnis online tentu menjadi sebuah kemajuan bagi negara berkembang seperti Indonesia. Dengan adanya peraturan terkait bisnis online pada aspek perpajakan membuat Indonesia tidak akan tertinggal dengan negara-negara maju yang telah menerapkan peraturan terkait jauh-jauh hari. Hadirnya peraturan perpajakan terhadap bisnis online tidak sertamerta berjalan lancar dalam penerapannya.

Mengingat ranah bisnis online yang sangat luas bukan hanya masalah kejelasan subjek dan objek nya tetapi juga bentuk-bentuk usaha online serta bagaimana cara pemungutan pajaknya. Melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE/62/PJ/2013 tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi e-Commerce pemerintah telah menetapkan macam-macam bentuk bisnis online yang dikenai pajak. Namun bukan berarti kegiatan usaha online yang tidak tercantum dalam Surat Edaran tersebut lepas dari tanggungjawab membayar pajak. Mengingat terdapat

(4)

pajak penghasilan yang dapat dikenakan pada siapa saja yang telah mempunyai penghasilan dan termasuk penghasilan kena pajak

Disamping itu permasalahan bagaimana pemungutan pajak juga belum ada kejelasan dikarenakan pelaku bisnis online melakukan kegiatannya di dunia maya. Namun pada akhir tahun 2017 Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan akan segera merilis skema pemungutan pajak bisnis online atau e-commerce. Perbedaannya pengenaan pajak pada bisnis online ini terletak pada tata cara pemungutan saja, bukan pada penyesuaian tarif pajak maupun pengenaan pajak baru (Fiki Ariyanti,2017, http://bisnis.liputan6.com/read/3083909/skema-pajak- bisnis-online-berlaku-tahun-ini/diakses pada 20 November 2017). Skema tersebut akan hadir dalam bentuk Peraturan Menteri dan berbeda dari pemungutan pajak pada pelaku usaha konvensional.

Selain masalah diatas masih banyak masalah yang akan dihadapi mengingat aspek perpajakan terhadap bisnis online begitu rumit. Jika dilihat lagi internet adalah jaringan yang menghubungkan antar komputer atau device dari seluruh dunia kedalam satu tempat. Dengan ciri khas internet yaitu meniadakan batas wilayah yurisdiksi suatu negara atau borderless state. maka bisnis online atau kegiatan usaha yang menggunakan internet juga tidak terbatas di dalam wilayah suatu negara saja. Kegiatan usaha bisa terjadi antara pelaku usaha dalam negeri dengan pelaku usaha asing. Adanya kegiatan usaha yang melewati batas negara ini tentu menjadi tantangan pemerintah dalam menerapkan pajaknya, terutama pajak penghasilan.

The taxation policies of countries based on territory and jurisdiction has begun to fail after improving ecommerce. Concepts like permanent establishment, sale points, product and income classification that using in taxation process have been remained inadequate (Burcu Kuzucu Yapar,Seda Bayrakdar,Mustafa Yapar, 2015:646).

Setiap orang maupun badan hukum yang memperoleh penghasilan atas pekerjaan atau usahanya akan dikenakan pajak penghasilan oleh pemerintah. Dengan kata lain pelaku usaha baik konvensional maupun

(5)

online yang mendapat penghasilan dapat dikenakan pajak penghasilan.

Tidak terkecuali pada pelaku usaha asing yang memperoleh penghasilan dari indonesia baik melakukan usaha secara konvensional maupun lewat online. Pengenaan pajak penghasilan pada pelaku usaha atau seseorang yang berpenghasilan sudah lama diterapkan sejak pemerintahan kolonial belanda dan sekarang diatur di Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Indonesia menganut asas kewarganegaraan, domisili, dan sumber dalam pengenaan pajak terhadap wajib pajak. Asas sumber adalah pengenaan pajak terhadap subjek pajak di negara dimana sumber penghasilan berasal. Penentuan sumber penghasilan tergantung dari dua hal pokok yaitu jenis penghasilan itu sendiri dan penentuan sumber penghasilan berdasarkan Undang-Undang pajak dari suatu negara (Rachmanto Surahmat,2001:9).

Sebagaimana juga telah dijelaskan pada pasal 4 ayat (4) hurub b Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan di kalimat terakhir yang berbunyi

"Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia”.

Jadi pemerintah berhak memungut pajak dari Warga Negara Asing maupun Badan Usaha Asing yang memperoleh penghasilan dari indonesia.

Kedaulatan pemerintah untuk menerapkan peraturan perpajakannya terhadap pelaku bisnis online asing akan menciptakan benturan internasional. Terutama dengan negara-negara yang menganut asas domisili dimana pelaku bisnis online asing tersebut berkedudukan. Asas domisili berarti negara tempat seseorang bertempat tinggal, tanpa memandang

(6)

kewarganegaraanya, mempunyai hak yang tak terbatas untuk mengenakan pajak terhadap orang-orang di wilayah yurisdiksinya atas semua pendapatan yang mereka peroleh tanpa menghiraukan di mana pendapatan itu diperoleh (Y Sri Pudyatmoko, 2010:43). Jika negara tempat tinggal pelaku bisnis online dan negara Indonesia sama-sama menerapkan pajak atasnya, maka yang terjadi adalah Pajak Berganda Internasional.

International double taxation a tax report implies the existence of a strange elements. That is, because the topic subject to taxation (natural or legal) is a non-resident, would mean that he should be taxed on the territory of another State in accordance with the rules for the taxation of his State of residence (Marius Eugen Radu,2012:403).

Pajak berganda internasional adalah pengenaan pajak duakali atau lebih terhadap subjek atau objek yang sama oleh dua negara atau lebih yang masing-masing mempunyai kepentingan sendiri (Safri Nurmantau, 2005:

165). Pelaku Bisnis online yang melakukan kegiatannya di internet bukan hanya dapat diakses oleh satu negara saja , melainkan banyak negara.

Begitupun dengan penghasilan yang masuk dari pelaku bisnis online bisa berasal lebih dari satu negara. Akibatnya negara-negara yang menganut asas sumber berhak untuk menarik pajak dari pelaku bisnis online tersebut.

Kondisi demikian yang membuat pelaku bisnis online asing enggan untuk membayar pajak ataupun menghindari membayar pajak. Kekosongan dan ketidakjelasan hukum mengenai pengenaan pajak dapat dimanfaatkan oleh pelaku bisnis online asing sebagai celah. "Kita ingin membuat aturan yang punya fairness sangat tinggi, kredibel, tidak salah sasaran, tapi juga ada kesetaraan antara yang konvensional dengan e-commerce, serta untuk e- commerce dalam negeri dan luar negeri," kata Hestu Yoga (Fiki Ariyanti, 2017, http://bisnis.liputan6.com/read/3083909/skema-pajak-bisnis-online- berlaku-tahun-ini/ diakses pada 20 November 2017). Oleh karena itu diperlukannya peraturan perpajakan yang dapat menjangkau pelaku bisnis online asing bukan hanya pelaku bisnis online dalam negeri saja. Hal

(7)

tersebut akan membuat bisnis online asing menjadi target pemasukan bagi kas negara.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam rangka penulisan skripsi dengan judul OPTIMALISASI FUNGSI REGULEREND PAJAK TERHADAP BISNIS ONLINE ASING BERKAITAN DENGAN PENGHASILAN YANG BERSUMBER DARI INDONESIA.

B. Rumusan Masalah

Dalam Penulisan Hukum diperlukan suatu rumusan permasalahan sebagai objek pembahasan sehingga dapat dipecahkan secara sistematis.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Status Hukum pelaku bisnis online Asing ditinjau dari Undang-Undang Pajak Penghasilan ?

2. Bagaimana optimalisasi fungsi regelerend bagi pelaku bisnis online Asing berkaitan dengan penghasilan yang bersumber dari Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina, serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan penggunaan kekuatan pemikiran, pengetahuan mana senantiasa dapat diperiksa dan ditelaah secara kritis, akan berkembang terus atas dasar penelitian-penelitian yang dilakukan oleh pengasuh-pengasuhnya. Dalam suatu penelitian dikenal dua macam tujuan, yaitu tujuan objektif dan tujuan subjektif. Adapun tujuan yang hendak dicapai Penulis sebagai berikut : 1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui dan menjelaskan kedudukan atau status hukum dari pelaku bisnis online asing ditinjau dari peraturan perundang-

(8)

undangan pajak penghasilan dan peraturan terkait lainnya di Indonesia.

b. Untuk mengetahui dan menjelaskan optimalisasi fungsi regelerend bagi pelaku bisnis online Asing berkaitan dengan penghasilan yang bersumber dari Indonesia.

2. Tujuan Subjektif

a. Untuk memperdalam pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman mengenai permasalahan hukum yang terus berkembang, aspek hukum pada perkembangan modern, khususnya dalam bidang hukum pajak, bisnis dan teknologi.

b. Untuk menjawab masalah-masalah yang Penulis kemukakan diatas dari perspektif Penulis melalui dasar hukum Undang-undang yang berlaku dan bersangkutan.

c. Untuk menerapkan ilmu dan teori-teori yang Penulis peroleh agar dapat memberi manfaat bagi Penulis dan masyarakat pada umumnya serta memberi kontribusi positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dibidang hukum.

d. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar strata 1 (sarjana) dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitiah dapat menciptakan manfaat bagi pengetahuan terutama ilmu hukum baik secara teoritis maupun praktek. Penulis berharap Penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan masyarakat yang membutuhkan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan Penulisan ini, sekaligus penulisan ini bisa dijadikan dasar acuan untuk penulisan- penulisan lainnya yang lebih mutakhir nanti. Adapun manfaat dari penulisan ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

(9)

a. Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberi manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum dan terutama hukum pajak dan bisnis serta dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian sejenis yang lebih baru dan permasalahan yang lebih kompleks lagi.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu tambahan referensi, masukan data, ataupun literatur bagi Penulisan hukum selanjutnya yang berguna bagi para pihak yang berkepentingan.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemecahan atas permasalahan yang diteliti.

3. Manfaat Praktis

a. Memberikan suatu gambaran dan informasi tentang penelitian yang sejenis dan pengetahuan bagi masyarakat luas tentang bagaimana solusi regulasi bagi pelaku bisnis online Asing berkaitan dengan penghasilan yang bersumber dari Indonesia serta permasalahan- permasalahannya.

b. Memberikan pendalaman, pengetahuan, dan pengalaman yang baru kepada Penulis mengenai permasalahan hukum yang dikaji sehingga dapat berguna bagi Penulis maupun orang lain dikemudian hari.

E. Metode Penelitian

Menurut Peter Mahmud, “Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi” (Peter Mahmud M, 2011:35). Metode penelitian hukum adalah sebagai cara kerja ilmuan yang salah satunya ditandai dengan penggunaan metode. Metode penelitian hukum merupakan suatu cara yang sistematis dalam melakukan sebuah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(10)

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian hukum ini adalah penelitian hukum normatif atau doktrinal. Menurut Terry Hutchinson sebagaimana dikutip Peter Mahmud Marzuki mendefinisikan bahwa penelitian hukum doktrinal adalah sebagai berikut :

“doctrinal research: research wich provides a systematic exposition of the rules goverming a particular legal kategory, analyses the relationship between rules, explain areas of difficullty and, perhaps, predicts future development.”

Penelitian hukum normatif yang nama lainnya adalah penelitian hukum doktrinal yang disebut juga sebagai penelitian perpustakaan atau studi dokumen karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain. Pada intinya penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.

2. Sifat Penelitian

Ilmu hukum mempunyai karakter yang khas, yaitu sifatnya yang normatif, praktis dan preskriptif. “Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum.Sebagai ilmu terapan, ilmu hukum menentapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aktivitas hukum”. Penelitian yang dikaji penulis dalam penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat preskriptif, yang dimaksudkan untuk memberikan argumentasi atas hasil penelitian yang telah dilakukan.

3. Pendekatan Penelitian

Keterkaitannya dengan penelitian Doktrinal, pendekatan yang penulis gunakan dalam penulisan hukum menurut Peter mahmud Marzuki adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan perundang-undangan (Statute Approach)

(11)

b. Pendekatan historis (Historical Approach)

c. Pendekatan perbandingan (Comparative Approach) d. Pendekatan konseptual (Conceptual Approach) 4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Jenis bahan hukum dapat dibedakan menjadi 3, yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tertier. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber bahan hukum yaitu :

a. Bahan Hukum Primer

Dalam penelitian ini bahan hukum primer yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

3) Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

4) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-62/PJ/2013 Tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi E Commerce.

5) Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2017 tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (Road Map E- Commerce) Tahun 2017-2019.

6) Surat Edaran Nomor SE-06/PJ/2015 Tentang Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan Atas Transaksi E-Commerce 7) Surat Edaran Kominfo Nomor 3 Tahun 2016 terkait Penyediaan

Layanan Aplikasi dan/atau Konten Melalui Internet (Over The Top) 8) Perjanjian Internasional.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang utama adalah buku teks karena buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandanganpandangan klasik para sarjana yang mempunyai kualifikasi tinggi. Dalam penelitian ini bahan hukum sekunder yang digunakan

(12)

meliputi Buku-buku ilmiah dibidang hukum, Makalah-makalah, Jurnal ilmiah dan Artikel ilmiah.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum dimaksudkan untuk memperoleh bahan hukum dalam penelitian. Teknik pengumpulan bahan hukum yang mendukung dan berkaitan dengan pemaparan penelitian ini adalah studi dokumen (studi kepustakaan). Studi dokumen adalah suatu alat pengumpulan bahan hukum yang dilakukan melalui bahan hukum tertulis dengan mempergunakan content analisys (Peter Mahmud M, 2011:21).

Teknik ini berguna untuk mendapatkan landasan teori dengan mengkaji dan mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen, laporan, arsip dan hasil penelitian lainnya baik cetak maupun elektronik yang berhubungan dengan Kegiatan Bisnis Online terutama Pelaku Asing yang memperoleh penghasilan dari Indonesia.

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Menurut Peter Mahmud Marzuki yang mengutip pendapat Philipus M. Hadjon memaparkan metode deduksi sebagaimana silogisme yang diajarkan oleh Aristoteles. Penggunaan metode deduksi berpangkal dari pengajuan premis mayor (pernyataan yang bersifat umum). Kemudian diajukan premis minor (bersifat khusus), dari kedua premis itu kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusion. Akan tetapi di dalam argumentasi hukum, silogisme hukum tidak sesederhana silogisme tradisional (Peter Mahmud M, 2011:47). Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan logika deduktif, logika deduktif atau pengolahan bahan hukum dengan cara deduktif yaitu menjelaskan suatu hal yang bersifat umum kemudian menariknya menjadi kesimpulan yang lebih khusus.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika Penulisan Hukum terbagi menjadi 4 (empat) bab, dimana masing-masing bab terdapat beberapa subbab untuk menjelaskan keseluruhan isi. Sitematika Penulisan Hukum ini adalah sebagai berikut :

(13)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam Bab ini memaparkan latar belakang masalah tentang Bisnis Online Asing yang memperoleh penghasilan dari Indonesia serta permasalahan-permasalahan lainnya.

Permasalahan tersebut yang membuat penulis tertarik untuk mengambil rumusan masalaha tentang status hukum pelaku bisnis online asing serta upaya penegakan fungsi regulerend pajaknya. Dalam bab ini juga dijelaskan mengenai tujuan penelitian dan manfaatnya baik secara subjektif maupun objektif bagi penulis khususnya maupun masyarakat pada umumnya

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini terdapat landasan teori atau penjelasan secara teoritik yang bersumber pada bahan hukum yang digunakan dan doktrin ilmu hukum yang dianut secara universal berkaitan dengan persolan yang sedang diteliti dan kerangka berpikir penulisan.

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Fungsi Pajak dan Kebijakan Pajak

2. Tinjauan Umum Tentang Bisnis Online 3. Tinjauan Umum Tentang Pajak

4. Tinjauan Umum Tentang Pajak Penghasilan

5. Tinjauan Umum Tentang Hukum Pajak Internasional B. Kerangka Pemikiran

BAB III : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

Pada pembahasan akan dibahas mengenai Status Hukum Pelaku Bisnis Online Asing Ditinjau dari Undang-Undang Pajak Penghasilan yang berlaku di Indonesia. Dijelaskan lagi melalui subbab tentang Status Warga Negara Asing sebagai Subjek dan Wajib Pajak, status Pelaku Bisnis

(14)

Online Asing yang mempunyai Bentuk Usaha Tetap di Indonesia dan status Pelaku Bisnis Online yang tidak mempunyai Bentuk Usaha Tetap di Indonesia. Pada pembahasan dua akan menjelaskan mengenai Optimalisasi Fungsi Regulerend terhadap Pelaku Bisnis Online Asing berkaitan dengan Penghasilan yang bersumber dari Indonesia.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini diuraikan tentang kesimpulan dari penelitian yang penulis jelaskan serta saran dari penulis

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Referensi

Dokumen terkait

Lingkungan kerja sangat penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang baik yang tercipta dalam sebuah rumah sakit akan menciptakan lingkungan kerja kondusif sehingga

Menerapkan pembiasaan salat pada siswa-siswi nya, dan orang tua siswa pun di tugas kan untuk membiasakan salat anak nya di rumah, ada pun yang mendorong saya

Adapun unsur-unsur nutrisi makro dan mikro yang diperlukan secara langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan sel seperti halnya pada tanaman tingkat tinggi,

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul perbedaan antara latihan eksentrik menggunakan elastic resistance

Dalam Budidaya laut di Jepang, jenis Ekor Kuning (Ekor Kuning, Kanpachi, Hiramasa) adalah yang paling banyak diproduksi, diikuti Madai (Bream Laut Merah), Ginzake (Coho

Berdasarkan analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan dalam pengujian terhadap 135 sampel perusahaan manufaktur hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kesesuaian dokumen ekspor kayu olahan, Auditee dapat menunjukan 39 (tiga puluh sembilan) dokumen Invoice yang menyertai pengiriman ekspor produk selama periode

[r]