• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pesantren AlFityan Dalam Moderasi Beragama Pada Generasi Millenial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Peran Pesantren AlFityan Dalam Moderasi Beragama Pada Generasi Millenial"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Pesantren Alfityan Dalam Moderasi Beragama Pada Generasi Millenial

Gusti Hamzah

gustihamzah26@gmail.com

Abstrak

Lembaga pendidikan agama Islam resmi, Pesantren tersebut menanamkan pentingnya moderasi beragama pada generasi millennial di Kabupaten Kubu raya lebih tepatnya di school Al-fityan Kubu raya . Jika dilihat dari program pondok pesantren, nilai-nilai moderasi beragama diterapkan baik dalam program pendidikan formal maupun informal.

Tujuan artikel ini adalah untuk mengkaji bagaimana pesantren mempengaruhi moderasi beragama di kalangan generasi millenial.

endekatan kualitatif digunakan untuk mengumpulkan data secara mendalam dengan mengikuti salah satu kegiatan santri dan bermukim dalam budaya tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa santri di pesantren menunjukkan sejumlah perilaku yang sejalan dengan moderasi beragama: Tasamuh (ketahanan) (ketahanan). Ta'awun, Tahaddur, dan (kalau tidak terlalu repot) (untuk diperbaiki). Ibtikar Tatawwur (dinamis dan inventif). Temuan menunjukkan bahwa moderasi beragama dinilai di pesantren sebagai hal yang benar dan baik. Terbukti bahwa program pesantren efektif. Bahkan pesantren mempraktekkannya dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti seni tari, seni hadroh, dan pencak silat. Semua itu termasuk nilai moderasi beragama, yaitu menjaga tradisi budaya tetap hidup. Selain itu, siswa mendapatkan pelatihan teknologi informatika, yang membantu mereka mengembangkan prinsip moderasi beragama yang dikenal dengan tatawwur wa ibtikar.

Kata Kunci: generasi millenial, moderasi beragama, pesantren

Pendahuluan

Generasi milenial peduli dengan masa depan keberagaman dan mencapai kerukunan etnis dan agama di Indonesia. Salah satu kebenaran paling penting di tahun 2018 adalah informasi yang dihimpun oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak dan dibandingkan dengan Badan Pusat Statistik. Berdasarkan hal tersebut, struktur perekonomian Indonesia saat ini sangat berbeda karena jumlah lapangan

(2)

kerja yang diciptakan pada tahun 2015 dua kali lipat dibandingkan tahun 1970. Pada tahun 2015, struktur industri didominasi oleh industri produktif. dominasi, dengan berdirinya industri penggunaan lumpur yang relatif stabil yang didominasi antara muda dan tua.1Namun, diperkirakan tren ini akan bertahan hingga generasi berikutnya. Hal ini dilakukan untuk memberikan pengaruh yang kuat kepada generasi milenial terhadap perdamaian etnis dan agama yang telah terbangun dengan baik di Indonesia. Apakah Anda mengatakan itu? Konteks budaya yang relevan secara sosial yang berkaitan dengan masalah sosial adalah apa yang mendefinisikan evolusi generasi. Keberadaan mereka yang terkesan remeh di dunia nyata, terkesan lucu sekaligus menggugah kesadaran akan isu-isu sensitif agama (hate speech/wacana kebencian) yang sedang viral di dunia media sosial. Pilar-pilar budaya pesantren, agama, dan kemajuan sosial semuanya hadir. Pesantren dipandang sebagai lembaga "budaya asli" atau sebagai saluran kekayaan agama dan budaya asli. Ketika berbicara tentang revolusi industri di masa depan, hal yang paling penting untuk diperhatikan orang adalah metamorfosis, yang mengacu pada berbagai transformasi budaya mulai dari dunia nyata hingga mitos.

Sangat menarik untuk memetakan dan mengamati tren keagamaan dari generasi ke generasi dengan melihat bagaimana mereka berperilaku, yaitu dengan melakukan perjalanan bolak-balik dalam lipatan waktu yang tidak dapat dipahami secara linguistik. Posisi pemimpin politik generasi harus ditentukan dengan memperhatikan dua hal. Generasi milenial juga menjadi perhatian karena menekankan penciptaan pengetahuan di arena sosial, publik, dan digital. Sayangnya, perilaku keagamaan tampak tidak sesuai dalam pengaturan teknologi, publik, dan sosial yang maju. Kedua, generasi milenial cenderung beragam secara dinamis yang berayun dalam pendulum yang tidak dapat diprediksi, membutuhkan kerangka sosial yang dapat menguraikan peran dan tanggung jawab mereka, terutama mengingat ancaman radikalisasi, fundamentalisme agama, dan disintegrasi masyarakat. Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini mengkaji hubungan antara moderasi beragama di era milenial dengan pesantren di Provinsi Bengkulu.

Pesantren di salah satu provinsi terkenal dengan kemampuannya menjaga kerukunan tradisi agama dan budaya .

Tujuan Sekolah Alfityan, sebuah lembaga pendidikan Islam, adalah untuk membekali siswa dengan pengetahuan, apresiasi, dan aplikasi praktis dari cita-cita agama Islam yang moderat serta melatih mereka untuk menjadi otoritas yang saleh dalam subbidang agama pilihan mereka. wawasan yang luas, kemampuan berpikir kritis, daya cipta, kreativitas, dan energi untuk memimpin generasi penerus

(3)

Indonesia menuju Khoiru Ummah. Pemerintah mendukung hal tersebut dengan memberikan landasan hukum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pondok Pesantren yang mendukung proses pendidikan agama dan pendidikan agama di Indonesia. Dua subjek penelitian ini adalah pengaruh pesantren terhadap moderasi beragama pada generasi milenial serta fungsi pesantren dalam mempengaruhi perilaku moderasi beragama milenial.

Metode

Memanfaatkan metode penelitian kualitatif Penggunaan paradigma naturalistik untuk menunjukkan signifikansi pesantren Al- Fityan Kubu raya dalam pembentukan karakter, khususnya moderasi keragaman generasi milenial di Kubu Raya.

Salah satu santri di Pondok Pesantren Al-Fityan Kubu Raya mengikuti penelitian ini, yang memanfaatkan living culture dan live-in technique untuk mendapatkan gambaran holistik tentang gaya hidup, pola keagamaan, dan perilaku generasi milenial. Pesantren Al-Fityan menjadi lokasi penelitian. Pesantren Al-Fityan sistem pendidikan yang dinilai bermanfaat dan efektif untuk pengembangan karakter dan moderasi beragama bagi generasi milenial.

Kajian ini berfokus pada dua segi dari Pesantren Alfityan School Kubu Raya. Pertama, pemanfaatan moderasi beragama oleh pesantren pada generasi milenial untuk membentuk karakter santri. Ini adalah pertimbangan penting saat memilih sistem desain terbaik untuk mengajarkan usia milenial dalam berbagai mata pelajaran. Kedua, pesantren harus berdampak pada pengembangan persona yang moderat beragama sehingga dapat memiliki identitas lokal yang kuat dan dominan yang dapat melindungi generasi milenial dari radikalisme.

Metode pemilahan informasi dilengkapi dengan strategi:

wawancara, observasi, dan partisipasi dalam Focus Group Discussion Informan terpilih (Purpose sampling) di wawancarai di setiap lokasi untuk mengetahui keluasan informasi mengenai pesantren dan moderasi beragama pada generasi milenial. Kepala desa, tokoh agama dan budayawan, serta tokoh adat dan agama menjadi informan kunci di Bengkulu. Untuk mendapatkan gambaran umum dan konteks penelitian yang lebih mendalam, anggota masyarakat setempat berperan sebagai informan umum. Connection peneliti melakukan interaksi interaktif dengan informan, terus membina keakraban. Sedangkan metode flow yang digunakan untuk analisis data dilakukan dalam tiga tahap, yang meliputi: display data, verifikasi data, dan reduksi data.

(4)

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian harus berdasarkan pada data yang valid dan menjawab rumusan masalah. Adapun bentuk penulisannya dapat disusun dengan beberapa sub judul, bisa dua sub judul atau tiga, empat, lima, dan seterusnya. Sudut pandang tertentu dari penelitian atau teori sebelumnya yang berkaitan dengan topik yang sedang dibahas juga dapat digunakan untuk menafsirkan lebih lanjut temuan yang diberikan.

Unsur-unsur yang harus diperhatikan adalah: bagaimana temuan harus mampu menjawab masalah yang telah dirumuskan; bagaimana interpretasi (penafsiran hadiah, kesan, pendapat, dan pandangan teoretis mengenai suatu objek) terhadap data mempengaruhi data; dan bagaimana hasil dari studi yang dilakukan berbeda dari atau mirip dengan hasil dari studi lain.

1. Konsep dan Dimensi Moderasi Beragama

Kata “moderasi” berasal dari bahasa Latin moderâtio, yang berarti “makhluk” (tidak memiliki terlalu banyak atau terlalu sedikit). Kata tambahan menyiratkan kebijaksanaan (dari mentalitas sangat manfaat dan hambatan). Referensi Kata Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan dua perasaan dari kata kontrol, khususnya: menghindari ekstrim dan mengurangi kekerasan. Ketika frasa "orang itu sedang" muncul dalam sebuah kalimat, itu menandakan bahwa individu tersebut sedang-sedang saja, masuk akal, dan tidak ekstrim.

Sebaliknya, kata bahasa Arab "moderasi" disebut sebagai

"wasath", yang artinya " Wasith mengacu pada individu yang berpegang pada prinsip wasathiyah. Wasathiyah juga dapat diterjemahkan sebagai "pilihan terbaik" dalam bahasa Arab.

Kelebihan, atau tatharruf dalam bahasa Arab, yang memiliki arti ekstrim, radikal, dan berlebihan dalam bahasa Inggris, adalah kebalikan dari moderasi. Ungkapan "menjadi ekstrim, pergi dari ujung ke ujung, berbalik arah, mengambil tindakan/jalan yang berlawanan" adalah kemungkinan arti lain dari kata "ekstrim".

"paling ekstrim, tertinggi, dan terberat" begitulah KBBI juga dapat mendefinisikan kata "ekstrim".

Keseimbangan antara praktik keagamaan (eksklusif) seseorang dan penghormatan terhadap praktik keagamaan mereka yang berbeda pandangan harus dimaknai sebagai moderasi beragama.

Kita pasti akan terhalang untuk mengadopsi sikap keagamaan yang terlalu idealis, fanatik, atau revolusioner dengan keseimbangan atau rute yang ditemukan di tengah berbagai tindakan keagamaan.

Seperti yang telah terjadi baru-baru ini ditunjukkan, kontrol ketat

(5)

adalah jawaban atas kehadiran dua poros keterlaluan dalam agama, pos tradisionalis atau hak keterlaluan dalam satu sisi, dan kiri liberal atau keterlaluan di sisi lain Akibatnya ide keseimbangan agama tidak bermaksud merendahkan jiwa agama atau bahkan meminimalkan agama, seperti yang dikatakan beberapa orang, tapi bahkan memasukkan substansi dan standar esensial agama posisi asli.

Hanya pada tingkat lokal, nasional, dan internasional moderasi agama dapat mengarah pada toleransi dan keharmonisan. Menolak liberalisme dan fanatisme agama demi menegakkan budaya dan mempromosikan perdamaian adalah salah satu tindakan moderat.

Alhasil, penganut semua agama bisa saling menghargai.

mengakomodir perbedaan, dan hidup berdampingan secara damai.

Moderasi beragama mungkin bukan pilihan tapi keharusan dalam masyarakat multikultural Indonesia.

Dalam rumusan lain, ada tiga syarat sikap beragama yang moderat: pengetahuan yang luas, kemampuan mengendalikan emosi tanpa batas, dan kehati-hatian yang terus-menerus. Semuanya terhubung satu sama lain. Moderasi beragama menjadi kenyataan dengan pengetahuan agama yang luas, pengendalian emosi, sikap hati-hati, dan perilaku hati-hati. Dalam konteks bernegara, prinsip moderasi ini juga ada di masa-masa awalnya. Dapat mempersatukan tokoh-tokoh kemerdekaan yang memiliki berbagai sikap dan pemikiran, berbagai kepentingan politik, serta berbagai agama dan kepercayaan. Jika disederhanakan, Prinsip moderasi ini juga hadir di masa-masa awal bernegara. Itu dapat menyatukan tokoh-tokoh independen dari berbagai ideologi politik, perspektif agama dan filosofis, dan sikap. Tiga persyaratan moderasi beragama dapat diringkas dalam tiga kata: harus berpengetahuan, didorong oleh kebajikan, dan berhati-hati.umusan tiga syarat moderasi beragama dapat diungkapkan dalam tiga kata: harus berilmu, berbudi luhur, dan berhati-hati.

Setiap orang menuju ke pusat dalam upaya mencapai kesepakatan tentang Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, serta sebagai struktur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sikap moderasi dan toleransi terhadap gagasan negara bangsa dapat dikategorikan sebagai kesediaan untuk menerima Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai dasar dan bentuk akhir negara. Nilai dan tindakan yang paling sesuai untuk mencapai kemaslahatan bumi Indonesia adalah yang bersifat moderat religius.

Mentalitas keseimbangan, keadilan, dan moderasi diperlukan untuk mengelola keragaman kita. Setiap warga negara Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk mewujudkan masyarakat yang

(6)

damai, harmonis dalam mendukung negara dan negara. Dapat dikatakan bahwa tingkat dedikasi seseorang terhadap moderasi juga berfungsi sebagai indikator yang baik tentang seberapa besar dia menghargai keadilan. Jika kita berhasil melakukan ini, setiap warga negara tidak hanya menjadi manusia tetapi juga menjadi manusia Indonesia yang seutuhnya. Peluang seseorang untuk bertindak secara etis dan moderat meningkat dengan tingkat keseimbangan dan moderasi.

Di sisi lain, lebih cenderung berperilaku tidak adil jika dia tidak terlalu moderat dan ekstrim. Modal sosial di Indonesia menjadi landasan bagi gagasan dan praktik moderasi beragama. Sifatnya plural, memiliki akar budaya beragam yang sangat kuat.

Kementerian Agama mengusulkan empat dimensi moderasi beragama, yaitu sebagai berikut: 1) pengabdian kebangsaan, 2) kesabaran, 3) pemeliharaan perdamaian, dan 4) adaptif dengan budaya setempat.

Pertama, salah satu indikator terpenting dari pandangan dunia, sikap, dan praktik keagamaan seseorang adalah tingkat komitmen nasional mereka. Berkenaan dengan penerimaan Pancasila sebagai ideologi negara dan sikap mereka terhadap ideologi yang bersaing, termasuk nasionalisme, keempat indikator ini dapat digunakan untuk menentukan seberapa kuat moderasi beragama yang dipraktikkan oleh individu di Indonesia dan seberapa rentan itu berdampak pada kesetiaan pada konsensus nasional yang mendasar.

Penerimaan terhadap prinsip-prinsip dasar negara yang dituangkan dalam UUD 1945 dan peraturan-peraturannya merupakan komitmen nasional.

Kedua, toleransi adalah sikap menghargai hak orang lain untuk memberikan suatu keyakinan serta menyatakan keyakinannya, dan menyuarakan pendapatnya walaupun keyakinan tersebut berbeda dengan keyakinan kita. Akibatnya, toleransi berarti bersedia menerima perbedaan dan berpikiran terbuka.Kehormatan. Toleransi selalu berjalan seiring dengan pola pikir positif, menerima keragaman sebagai bagian dari diri kita.

Ketiga, menolak kekerasan mengacu pada pola pikir dan cara hidup yang menentang semua kekerasan yang diilhami oleh agama.

Ungkapan “radikalisme” atau “kekerasan” dapat dimaknai dalam konteks moderasi beragama sebagai sebuah ideologi (gagasan atau gagasan) yang berupaya mengubah struktur sosial dan politik melalui kekerasan verbal, fisik, dan mental atas nama agama. Pola pikir dan perilaku individu atau kelompok yang menggunakan kekerasan untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan adalah inti dari radikalisme.

(7)

Keempat, kesiapan seseorang untuk melaksanakan kegiatan amaliah keagamaan yang sesuai dengan norma dan budaya daerah dapat diukur dari perilaku dan praktik keagamaan yang mencerminkan adat dan budaya setempat. Selama tidak bertentangan dengan ajaran agama, orang-orang moderat cenderung lebih terbuka dan menerima adat dan budaya setempat dalam praktik keagamaannya.

2. Pesantren sebagai tempat moderasi beragama

Pesantren harus memasukkan komponen yang dikenal dengan arkanul ma'had, juga dikenal sebagai ruang lingkup pesantren. Misi pesantren meliputi menjalankan tradisi Islam dan keilmuan termasuk pengajian, ibadah ritual, dan lain-lain, serta menjadi lingkungan belajar bagi santri dan kyai. Pesantren juga memiliki asrama dan tempat ibadah di mana siswa dapat melakukan kegiatan sehari-hari sepanjang waktu. Monkokan atau disebut juga gubuk adalah nama lain rumah santri dalam bahasa Jawa. Biasanya, lokasi ideal berada di suatu kawasan yang dikenal sebagai pertapaan.

Pertapaan dan pondok pesantren, misalnya, memiliki sejumlah kesamaan, termasuk keberadaan santri. (cantrik dan santri), kehadiran seorang guru atau kyai, keberadaan bangunan yang sebenarnya, dan kegiatan yang mengajar.

Pesantren adalah lembaga berbasis masyarakat yang didirikan oleh perseorangan, yayasan, organisasi kemasyarakatan Islam, dan/atau orang-orang yang menanamkan cita-cita keimanan dan ketakwaan, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pondok Pesantren. Mengajarkan akhlak yang baik dan menegakkan prinsip-prinsip Islam rahmatan lil'alamin yang diekspresikan dalam perilaku sederhana, toleransi, keseimbangan, moderasi, dan kebajikan luhur bangsa Indonesia lainnya melalui pendidikan dan dakwah Islam adalah yang memacu tegaknya Islam.

Tujuan Peraturan Nomor 18 Tahun 2019 adalah untuk menghasilkan peneliti pekerja keras yang percaya diri, patuh, cakap, bebas, suportif, adaptif, dan menumbuhkan pemahaman agama yang baik. Mereka juga harus memahami dan melatih sisi positif dari pelajaran agama. pembinaan sikap yang mengedepankan perdamaian beragama, toleransi, kebinekaan, dan peningkatan kualitas hidup warga negara dengan memberdayakan mereka untuk menghidupi diri sendiri melalui program pendidikan kewarganegaraan dan kesejahteraan sosial. Mujamil Qomar juga menyatakan bahwa tujuan pendidikan pesantren adalah mencetak santri yang intelektual sekaligus ulama.

Karena pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang berwawasan keagamaan, maka pesantren tunduk pada ketentuan

(8)

Pasal 30 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang antara lain, sebagai berikut: 1) Pendidikan agama diselenggarakan sesuai dengan peraturan pemerintah atau kelompok masyarakat penganut agama;

2) Tujuan pendidikan agama adalah menyiapkan peserta didik menjadi ahli ilmu agama atau menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. 3) Pendidikan agama dapat diajarkan dalam situasi apapun, formal, informal, atau tidak; 4) Pendidikan diniyah, pesantren, dan bentuk- bentuk pendidikan agama lainnya.

Pesantren sejatinya didirikan dengan mengikuti ajaran Ahlussunah waljamaah, termasuk Ahlussunah Muhammadiyah dan Ahlussunah waljamaah an-Nahdliyyah, selain ormas-ormas tradisional lainnya yang juga semakin aktif mendirikan pesantren.

Dengan tetap berpegang pada keyakinan dan praktik Ahlussunah waljamaah, pesantren adalah tempat pertama dan utama di mana Islam Nusantara atau Islam Indonesia diwariskan dan dikuatkan.

Islam Indonesia memiliki karakter Islam wasathiyyah yang khas, yang menjadikannya sebagai penegak moderasi beragama.

Mazhab-mazhab yang dikenal dengan Ahlussunah waljamaah banyak ditemukan dalam kitab-kitab yang dipelajari di pesantren.

Menurut Zamakhsyari Dhofier, aswaja adalah orang, kelompok, atau organisasi yang menganut adat Nabi dan memiliki akses pada ijma ulama (Dhofier, 1983). Istilah ini juga digunakan untuk menyebut pesantren, khususnya pesantren tradisional, oleh pimpinan atau pengasuhnya. Buku pelajaran (kitab) yang diajarkan di pesantren menunjukkan hakikat pemahaman aswaja tersebut.

Ulama mazhab Syafi'I menulis kitab ilmu fikih yang diajarkan di pesantren, dan al-Ghazali dan Qusyairi, seorang ulama Syafi'iyyah, menulis kajian tasawuf.

3. Penerapan Nilai Moderasi Keagamaan di Al-fityan School Kubu raya

Moderasi beragama sangat dapat diterima dalam masyarakat yang multikultural, multietnis, multiras, dan multireligius (Sya’bani, 2020). Keseimbangan ketat ini seharusnya menjadi pengaturan teratas masalah yang ketat dan kemajuan manusia di seluruh dunia untuk membuat langkah serupa konkret dan agresif. Sifat-sifat terhormat yang ada dalam keseimbangan yang ketat seharusnya membuat Indonesia menjadi negara yang tenteram antar individu ketat.

Sekolah Al-fityan Kubu Raya dituntut oleh bangsa Indonesia untuk selalu mengajar dan mampu menjunjung tinggi prinsip

(9)

moderat/tawasuth dengan tetap memperhatikan akidah yang hakiki.

Hal ini memastikan bahwa Pesantren Makrifatul Ilmi senantiasa menjunjung tinggi akhlakul karimah dan bermuara pada Khairu Ummah yang menjadi moto pesantren serta menjauhi intoleransi, kekerasan, dan ketidakadilan. Umat Islam yang berpegang teguh pada aqidahnya dengan semangat dan keteguhan menunjukkan cara pandang yang moderat.Untuk tujuan penerapan Islam rahmatan lil alamin, penting untuk mengedepankan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathoniyah, dan ukhuwah basyariyah serta toleran terhadap umat Islam dan non-Muslim..

Peneliti akan melakukan pendekatan metodis untuk mengamati bagaimana Pesantren Al-fityan school kubu raya mencontohkan prinsip moderasi beragama:

a. Tasammuh (Toleransi)

Menghormati dan membiarkan pendapat, cara pandang, kebiasaan, dan perilaku individu atau kelompok yang berbeda atau berlawanan adalah yang dimaksud dengan toleransi.

Sementara itu, definisikan toleransi, terutama jenis atau sikapnya; menghitung jumlah tambahan atau dihapus yang masih mungkin (Misrawi, 2007). Hak untuk menentukan nasib sendiri, yang juga dapat diartikan sebagai kebebasan untuk menjalankan hak tanpa melanggar hak orang lain, termasuk dalam pengertian toleransi.

Pondok Pesantren adalah tempat atau lembaga pendidikan multikultural; santri yang tinggal di asrama atau mukim berasal dari berbagai wilayah geografis yang berbeda.

Perbedaan bahasa, budaya, dan budaya setiap siswa juga dipengaruhi oleh lokasi geografis mereka. Di pesantren, mereka berbaur satu sama lain. Santri di pesantren memperlakukan sesamanya dengan kebaikan dan kemurahan hati daripada menimbulkan masalah. Di pesantren, santri sudah mengenal budaya masing-masing. Karena perbedaan yang begitu banyak, santri di pondok pesantren dapat hidup berdampingan dengan mereka, dan saling menghormati dengan tidak mudah menyalahkan. Toleransi harus dijaga dengan baik pada saat ini bagi setiap santri.

b. Ta'awun (Mohon bantuannya)

Islam berbicara tentang bagaimana orang berinteraksi satu sama lain serta bagaimana Allah SWT dan para pengikutnya berhubungan satu sama lain. Studi Islam menempatkan penekanan kuat pada mengajar orang lain untuk membantu.

Manusia tidak dapat bertahan hidup sendirian karena ia adalah

(10)

entitas sosial. Untuk dapat menjalani kehidupan, seseorang harus memiliki rasa saling membutuhkan, dan dari sinilah muncul kesadaran untuk saling membantu. Seseorang yang tidak bisa dimengerti dapat bertahan sendiri tanpa bantuan orang lain.

Sebagaimana firman Allah yang diwahyukan, SWT:

ِِباَقِعْلا ِ دْيِدَش َِٰاللّ ِ نِاَِِٰۗاللّ او ق تا َوِِِۖنا َوْد عْلا َو ِِمْثِ ْلْا ىَلَع ا ْو ن َواَعَت َِلْ َو Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. (Al-Maidah : 2).

Di lingkungan Pondok Pesantren Al-fityan, santri harus memiliki sikap tolong-menolong karena saling tolong-menolong dapat menebarkan kebaikan kepada sesama maupun orang yang membantu. Hal ini ditunjukkan oleh para santri Pondok Pesantren pada setiap hari dengan membersihkan kamar pondok pesantren dan sekitarnya. Sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, pembersihan ini dilakukan secara kolektif dan gotong royong antar kamar. Selain itu, siswa juga mendiskusikan masalah pribadi satu sama lain. Ketika seseorang sakit, mereka saling membantu, dan ketika mereka dalam kesulitan, mereka juga saling membantu. Mereka yang bersekolah di pondok pesantren melihat keindahan itu.

c. Tahaddur (Beradab)

Tahaddur adalah cara berpikir yang menjunjung tinggi kejujuran, integritas, dan jati diri sebagai puncak peradaban dan kemanusiaan. Jika akhlakul karimah dilakukan dengan cara yang bermanfaat bagi umat Islam, tidak menutup kemungkinan generasi milenial akan memberikan pengaruh pada peradaban baru yang dibanggakan bahkan lebih baik lagi. Oleh karena itu, pembinaan karakter dan akhlakul karimah menjadi sangat penting, khususnya di pesantren yang pendidikan awal muridnya sangat menekankan pada pertumbuhan akhlak.

Manfaat dan keutamaan sekolah pengalaman hidup islami dalam program tersebut Pelatihan publik harus terlihat dalam penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003:

“Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

(11)

negara yang baik, demokratis, dan bertanggung jawab”,

“Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.”

Di sinilah peran penting sebuah sekolah all inclusive yang mendarah daging dalam pelatihan karakter bagi siswa. harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah karena tindakan pesantren sangat sejalan dengan UU Sisdiknas. Pesantren memainkan peran penting dalam pengembangan spiritual, emosional, dan intelektual individu dewasa.

Santri disekolah Al-fityan benar-benar mengamalkan karimah, salah satu prinsip moderasi beragama, yaitu saling menghormati. Selain itu, karena santri diajarkan tentang pendidikan karakter, mereka sangat menghormati kyai, guru, dan pengurus. Rasa hormat dan kepatuhan ini tertanam dalam jiwa mereka. bukan hanya teoretis, tetapi benar-benar dipraktikkan.

Akhlakul karimah tidak hanya mencakup rasa hormat kepada yang lebih tua tetapi juga cinta kepada yang lebih muda.

Bahkan di sekolah akhlakul karimah berlaku tidak hanya untuk individu tetapi juga untuk ilmu dan setting pesantren. Misalnya, mereka diperlihatkan cara menyampaikan buku dengan benar, cara meletakkan buku atau buku ini tidak konsisten namun ada cara dan kebiasaan.

d. Tatawwur wa ibtikar (dinamis dan inovatif)

Tatawwur wa ibtikar adalah sikap terbuka dan menerima yang berubah mengikuti perkembangan zaman dan memperkenalkan hal-hal baru untuk kepentingan kemajuan umat manusia. Al-fityan School Kubu raya terus mengalami transformasi. Hal ini terbukti dengan di lingkungan pesantren terus memperluas bidang keilmuan dan fasilitas yang sudah ada.

Seperti yang didemonstrasikan BLK Komunitas Teknologi Informasi di sekolah Al-fityan, kita harus menguasai teknologi digital di era 4.0. Ilmu komputer, desain grafis, dan bahkan percetakan diajarkan kepada siswa, membekali mereka dengan keahlian. Dalam rangka menjalankan semboyan Sekolah Al-fityan. Oleh karena itu, Sekolah Alfityan menanamkan kepada santrinya pentingnya tidak hanya mampu mengaji, tetapi juga mampu mengamalkan segala sesuatu yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa, negara, dan agama.

(12)

Kesimpulan

Lembaga pendidikan agama Islam resmi, Al-Fityan School Kubu raya menanamkan pentingnya moderasi beragama secara tepat. Jika dilihat dari program pondok pesantren, nilai-nilai moderasi beragama diterapkan baik dalam program pendidikan formal maupun informal.

Kurikulum pondok atau kurikulum pesantren sama-sama memuat mata pelajaran di pendidikan formal yang mengajarkan nilai-nilai moderasi beragama. Mengenai kegiatan ekstrakurikuler, pesantren resmi mempromosikan moderasi beragama melalui inisiatif seperti saling menghormati dan kerjasama (roan). Itu diajarkan dalam kegiatan ekstrakurikuler termasuk seni tari, seni hadroh, dan seni bela diri di pesantren juga. Semua itu termasuk nilai moderasi beragama, yaitu menjaga tradisi budaya tetap hidup. Selain itu, siswa mendapatkan pelatihan teknologi informatika, yang membantu mereka mengembangkan prinsip moderasi beragama yang disebut tatawwur wa ibtikar (dinamis dan inovatif). Melalui sebuah proyek yang dialami sekolah Islam Alfityan, pengakuan kekurangan yang bereputasi baik,menyesuaikan diri, saling membantu, pemujaan, solidaritas dan persatuan dan memiliki tempat kewajiban untuk mengakui Islam rahmatan lilalamin.

Daftar Pustaka

Wahid Abdurrahman. 1987). Pokok-Pokok Pendidikan Pesantren, dalam O. Manfred dan W. Karcher (Eds. ), Dampak Pesantren di Indonesia terhadap Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat Jakarta: P3M.

Ali Anwar, Pembaharuan Pendidikan Pesantren Lirboyo, Kediri (Yogyakarta: 52, Pustaka Pembelajaran, 2011.

Dwi Siswoyo dkk Cet-1, Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: 20), UNY Press.

Z.Dhofier (1980). Tradisi di Pesantren: [Disertasi] Kajian Peran Kyai dalam Pemeliharaan Ideologi Islam Tradisional di Jawa (hal. vi).

Australia: Universitas Nasional Australia,

Firman Mansir (2018). Wacana tentang pendidikan karakter dalam agama Islam di perguruan tinggi selama milenium. Vol. Tadrib IV, No.2, 280–295.

Hasan Thalhah. (1995). Islam dari sudut pandang sosiokultural. Jakarta:

(13)

Gradien Nusantara

Hanafi, Muchlis M., (2013). Moderasi dalam Islam (Mengalahkan Agama Berbasis Radikalisasi). Jakarta: Pusat Studi Al-Quran dan Ikatan Alumni Al-Azhar

Mujamil Qomar merupakan pesantren yang telah mengalami transformasi metodologis menjadi lembaga demokrasi. 2006, Penerbit Erlangga), hal.

A.Mochtar (2019). Eduprof: “Model dan Pola Perubahan Pesantren”

Jurnal Pendidikan Islam, vol. 1, tidak. 1, hal. 81-93

Yulianto, R. (2020), Bina Ilmu, 1978, hlm. 22 Dampak Budaya Madrasah terhadap Pembentukan Moderasi dalam Keagamaan Pendidikan: Jurnal Pembelajaran dan Pendidikan .1(1),111-123.

Zamakhsyari Dhofier, Investigasi Pribumi terhadap Sekolah Inklusif Islam dalam Perspektif Kehidupan Kyai Jakarta: 148

Zuhairi Misrawi Al Quran Toleransi: Inklusifisme, Pluralisme, dan Multikulturalisme (Jakarta: Fitrah, 2007), hal. 159,

https://www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/17/01/12/ojmdho31 9-halaqah pesantren-4.

Wahid Hasyim dan Modernisasi Pendidikan Adat | NU Online https://www.ppmakrifatuilmi.or.id/history/

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menujukan bahwa konsep diri secara sangat signifikan dapat mempengaruhi profesionalisme Anggota Polisian Negara Republik Indonesia, sedangkan 48,4 % secara

Sebelum mulai mendaftar, siapkan data-data anda untuk membuat account PayPal Sebelum mulai mendaftar, siapkan data-data anda untuk membuat account PayPal seperti Email, Nama,

Kelompok pertama terdiri dari 9 kecamatan dengan sembilan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah kasus TB yaitu persentase penduduk yang berusia ≥ 65

Hasil identifikasi faktor strategis lingkungan internal dan eksternal yang telah dibedakan menjadi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dimasukkan kedalam

Pengumuman & Pengiriman Soal (PPS) melalui ULS dan/atau WAG paling lambat 3 (tiga) hari sebelum hari & tanggal (jadwal) UTS tiap MK.. Soal diakses dan dikumpulkan

PERANAN WARMAN DALAM GERAKAN KOMANDO JIHAD (1976-1981).. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dalam penggambaran activity diagram, merujuk dari masing-masing use case yang ada dalam use case diagram staff bagian keuangan. Activity Diagram Pengolahan

Kendala yang dihadapi guru SMK Negeri 1 Lhokseumawe dalam implementasi KTSP dari aspek: (a) pengelola pendidikan adalah kurangnya sarana dan prasarana pendidikan yang