• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peningkatan kualitas pendidikan adalah salah satu agenda besar dalam pendidikan di Indonesia yang mana tujuannya adalah untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan hal tersebut akan bisa tercapai karena peranan yang sangat penting dari berbagai pihak, salah satunya yaitu tenaga pendidik atau guru. Karena hal itu bisa terwujud jika kinerja guru dilakukan dengan baik atau maksimal dalam menjalankan tugasnya. Apabila seorang guru dapat mengembangkan bahan pelajaran menjadi lebih baik serta mampu menguasai materi tersebut dengan baik, dan kreatif dalam menyampaikan pembelajaran kepada peserta didik, hal tersebut menandakan seorang guru telah menjalankan kinerjanya dengan baik dan yang terpenting seorang guru harus mampu menjalankan tugas pokok serta tidak lupa fungsinya sebagai seorang tenaga pendidik.

Seperti yang termuat dalam Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018 yaitu : Merencanakan pembelajaran atau pembimbingan, membuat perangkat sekolah dan melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan, menjalakan kegiatan intrakulikuler, kokulikuler dan ekstrakulikuler, menilai hasil pembelajaran atau pembimbingan, assessment of learning, mendidik, membimbing serta melatih siswa-siswi menjadi lebih baik, serta tetap melaksanakan berbagai pekerjaan tambahan yang sesuai dengan pelaksanaan pekerjaan pokok. Apabila seorang guru mampu melaksanakan hal tersebut secara maksimal maka kualitas pendidikan Indonesia akan sangat baik dan bermutu.

(2)

Dan hal itu juga menandakan guru tersebut telah memiliki komitmen yang tinggi dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru.

Namun masih terdapat guru yang masih belum maksimal dalam melaksanakan tugasnya, ada banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan komitmen seorang guru dalam lingkungan kerja tidak baik yaitu stres kerja dan kinerja yang tidak baik dalam menjalankan tugasnya. Setiap orang akan selalu dihadapkan dalam berbagai masalah dan itu harus bisa diatasi oleh seseorang. Stres merupakan salah satu faktor tersebut.

Stres adalah tekanan yang biasanya dialami pada saat seseorang menghadapi situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya pada diri mereka atau dengan kata lain situasi baru atau suatu hal yang menjadi ancaman bagi diri seseorang sehingga perlu adanya penyesuaian diri atas kondisi tersebut. Dan juga definisi stres ada suatu keadaan yang dialami seseorang dalam ketidakmampuan untuk mengatasi masalah yang terjadi seperti adanya ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dalam pekerjaannya. apabila seseorang memiliki masalah yang secara terus-menerus, maka tingkat stres orang tersebut akan meningkat.

WHO mendefinisikan stres dalam sebuah pekerjaan adalah saat seseorang memiliki tuntutan yang sangat besar dan bahkan tekanan kerja, namun kemampuan seseorang tersebut masih belum memadai sehingga sulit untuk mengatasinya. Secara umum atau secara integratif teori stres terdapat pada proses subjektif pekerja dan sumber lingkungan objektif atau eksternal, bahwa setiap orang akan selalu berusaha agar dapat menghadapi juga memperbarui serta meningkatkan sumber daya mereka.

Apabila seseorang tidak mampu melakukannya maka disaat itulah mereka akan merasakan stres (Ekawarna, 2018). Stres umumnya dirasakan oleh setiap orang

(3)

terutama bagi para pekerja, itulah mengapa disebut dengan stres kerja. Stres kerja ini tidak hanya menyerang mental namun juga fisik, sehingga akan mempengaruhi optimal dan profesional dalam bekerja. Stres kerja biasanya bisa terjadi akibat banyaknya tugas yang dibebankan kepada seseorang. Tidak hanya itu biasanya juga disebabkan karena pada saat menjalankan tugasnya terdapat konflik, seperti hasil dari kerja tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dan pada saat diberikan beban kerja yang berlebih tidak mampu menolaknya karena tidak adanya alasan yang tepat dalam menolak, kelebihan waktu atau beban kerja sehingga hal tersebut dapat memunculkan stres.

Sementara itu, setiap pekerjaan yang berhubungan dalam pelayanan publik seperti guru, biasanya akan sangat mudah mengalami situasi stres. Hal itu bisa terjadi dikarenakan seorang guru memiliki rasa tanggung jawab yang sangat tinggi terutama pada kehidupan orang lain. Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Cicih Sutarsih menyatakan guru biasanya dijadikan sasaran sebagai seseorang yang bertanggung jawab apabila terdapat suatu pekerjaan tidak terlaksana dengan sempurna baik itu kinerja sekolah, siswa, dan bahkan pendidikan nasional. Sudut pandang sistem pendidikan nasional terkhususnya sistem persekolahan biasanya menetapkan guru sebagai poros dari segala upaya pembaharuan pada pendidikan bahkan ke tataran sekolah. Lingkungan sekolah yang sangat kurang aman, seperti jalan raya yang ramai, biasanya akan menimbulkan rasa stres. Dan juga menurut (Zainul, 2016) pada institusi terutama pendidikan formal, guru dalam mengajar pasti akan selalu melakukan yang namanya berinteraksi karena itu memang bagian dari tugas kerjanya, interaksi tersebut dilakukan pada setiap unsur warga dalam lingkungan pendidikan. Semakin besar tugas

(4)

yang dihadapi oleh guru dalam kegiatan ini maka akan mengharuskan guru untuk dapat menyesuaikan diri pada tugasnya. Pada proses penyesuaian diri, seorang guru harus mengetahui kondisi dari tugasnya dan itu merupakan hal terpenting dalam proses penyesuaian diri, karena seorang guru mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal salah satunya adalah rentan mengalami stres dan kelelahan apalagi ditengah situasi tugas terkadang yang tidak dapat berjalan dengan baik, dan hal itu juga akan mempengaruhi kinerja seorang guru menjadi tidak baik, menurut (Sufriady, dkk 2021) Kinerja guru merupakan elemen penting dalam pendidikan, selain itu juga merupakan penentu tinggi rendahnya kualitas pendidikan.

Kualitas kinerja guru sangat menentukan pada kualitas hasil pendidikan dikarenakan guru merupakan sosok yang paling sering berinteraksi secara langsung dengan siswa pada saat proses pembelajaran, kinerja seorang guru menjadi salah satu penentu dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Oleh sebab itu apabila kinerja seorang guru tidak dilaksanakan dengan baik, maka kualitas pendidikan di Indonesia tidak akan membaik dan akan terus menurun, sehingga dalam mencapai tujuan pendidikan akan sangat sulit dan bahkan SDM (sumber daya manusia) yang dihasilkan tidak akan berkualitas, sejalan dengan hal tersebut (Puwningsih, 2018) mengemukakan Kinerja adalah istilah yang populer di dalam manajemen, yang mana istilah kinerja didefinisikan dengan istilah hasil kerja, prestasi kerja dan performance.

Dan juga menurut (Hermawati, 2012) menyebutkan bahwa kinerja adalah hasil kerja seseorang selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target yang akan dicapai. Kinerja seorang guru berkaitan dalam hasil dalam menjalankan tugasnya. Hal tersebut menjadi bukti sebagai bentuk ketercapaian

(5)

seorang guru menjadi seorang tenaga pendidik yang menginginkan kualitas pendidikan Indonesia menjadi lebih baik. Namun pada saat ini masih terdapat guru yang mampu menjalankan tugasnya dengan baik akibat dari berbagai permasalahan salah satunya adalah stress kerja.

Apabila kedua pemasalahan tersebut dialami oleh seorang guru maka akan sangat memungkinkan komitmen dalam bekerja sangat tidak baik atau kecil, menurut (Sufriady, 2021) komitmen kerja adalah seseorang yang berkomitmen untuk organisasi atau tempat bekerja, adalah seorang yang memiliki keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota (guru) ditempat bekerja tersebut, serta akan berusaha semaksimal mungkin dalam menjalanakan pekerjaannya. Sejalan dengan hal tersebut komitmen menurut

Dalam buku (Idrus, 2022) adalah komitmen seorang karyawan (guru) adalah loyalitas seorang karyawan (guru) terhadap tempat mereka bekerja melalui pencapaian sasaran pendidikan dan juga kesediaan serta kemauan untuk selalu menjadi seorang guru ditempat mereka bekerja tersebut. Apabila komitmen seorang guru tidak baik, maka yang akan terjadi adalah keinginan untuk bertahan ditempat mereka bekerja akan sangat sedikit dan bahkan seorang guru tersebut tidak akan maksimal dalam menjalankan tugasnya, sehingga hal tersebut akan memperhambat dalam tercapainya tujuan pendidikan.

Komitmen yang buruk juga akan menyebabkan munculnya efek kelembagaan yaitu sering tidak datang kerja dengan memberikan berbagai macam alasan supaya dapat menghindari atau tidak menjalakan tanggung jawab, produktivitas kerja/mengajar yang sangat rendah atau menurun. Hal itu berimbas pada proses

(6)

pendidikan yang mana akan terjadi hambatan dalam terlaksananya proses pembelajaran. Apabila guru yang menjadi kunci utama dalam menjadikan pendidikan bermutu sedang bermasalah, maka hal itu dapat mempengaruhi kinerjanya sehingga dalam menjalankan kewajibannya tidak akan berhasil secara utuh atau optimal sebagaimana tujuan pendidikan yang sebenarnya.

Dalam menentukan berhasil atau tidaknya mencapai tujuan bagi bidang pendidikan terutama sekolah, komitmen guru menjadi penentu akan hal tersebut, hal itu sangat relevan dengan pendapat dari (Desvi, dkk 2018) Komitmen organisasi sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi pendidikan karena seorang guru yang memiliki komitmen kerja yang tinggi lebih cenderung memiliki perilaku yang profesional dan juga menjujung tinggi aturan-aturan maupun nilai-nilai yang telah disepakati dalam organisasi yang digelutinya. Dan juga menurut menurut (Mustaghfiroh, dkk 2020) Komitmen seseorang terhadap organisasi tempat dia bekerja menunjukkan suatu upaya dari seseorang tersebut untuk ikut terlibat dalam mewujudkan visi misi organisasi tersebut. Serta menurut (Buchanan, 2015; Collie et al., 2011; Thien et al., 2014) seorang guru mempunyai kinerja yang tinggi serta menunjukkan komitmen kerja yang tinggi dalam rangka membangun sekolah yang yang berkualitas dan juga berintegritas tinggi. Oleh sebab itu pentingnya komitmen guru dalam mencapai tujuan Pendidikan.

Dalam dunia kerja terutama dunia pendidikan, banyak faktor yang mempengaruhi komitmen seorang guru disekolah, di antaranya stres kerja dan kinerja yang tidak baik dalam menjalankan tugasnya. Di Sekolah Menengah Negeri Kota Jambi terutama SMP Negeri 11 Kota Jambi juga mengalami hal tersebut. SMP Negeri

(7)

11 Kota Jambi dalam hal latar belakang dengan sekolah lain sangat lah berbeda, terutama dalam hal beban kerja yang diberikan kepada seorang guru pasti juga berbeda. SMP Negeri 11 Kota Jambi merupakan salah satu sekolah favorit di Kota Jambi sehingga untuk gurunya dan bahkan siswanya memiliki kemampuan yang luar biasa dalam melaksanakan proses pembelajaran. Memungkinkan terjadinya beban bagi seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Dan juga sekolahnya yang berada dipinggir jalan raya sehingga guru masih merasa takut untuk membawa kendaraan karena ramainya kendaraan lain dilingkungan sekitar sekolah. Hal ini tentu akan memberikan beban kerja yang lebih besar bagi seorang guru yang memiliki tugas utama tidak lain adalah sebagai seorang pengajar, dengan besarnya beban yang diberikan akan membuat seorang guru juga tidak maksimal dalam melaksanakan kinerja sebagai seorang guru. Dengan demikian hal tersebut akan dapat membuat komitmen seorang guru terhadap tempat bekerja sangat rendah.

Dengan kondisi yang dijelaskan diatas, guru SMP Negeri 11 Kota Jambi sangat rawan mengalami stres kerja yang memungkinkan dapat menurunkan kinerjanya.

Menurunnya kinerja tersebut juga akan mempengaruhi komitmen seorang guru terhadap tempat bekerja menjadi tidak baik. Atas dasar dan latar belakang tersebut maka peneliti ingin melakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk melihat

“Pengaruh Stres Kerja dan Kinerja Guru Terhadap Komitmen Guru di SMP N 11 Kota Jambi”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, terdapat beberapa masalah yang dapat di identifikasi pada penelitian ini :

(8)

1. Apakah stres kerja memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja guru di SMP Negeri 11 Kota Jambi.

2. Menurunnya kinerja guru juga dapat mempengaruhi komitmen guru di SMP Negeri 11 Kota Jambi.

3. Apakah kinerja guru memiliki pengaruh terhadap komitmen guru di SMP Negeri 11 Kota Jambi.

1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka perlu adanya pembatasan masalah sehingga adanya ruang lingkup dalam melaksanakan penelitian. Pada penelitian ini akan difokuskan pada Pengaruh Stres Kerja dan Kinerja Guru Terhadap Komitmen Guru di SMP N 11 Kota Jambi.

1.4. Rumusan Masalah

Berikut rumusan masalah pada penelitian ini yang didasarkan pada identifikasi dan batasan masalah diatas yaitu :

1. Apakah terdapat pengaruh stres kerja terhadap komitmen guru?

2. Apakah terdapat pengaruh kinerja guru terhadap komitmen guru?

3. Apakah terdapat pengaruh stres kerja terhadap komitmen guru melalui kinerja guru sebagai variabel mediasi?

1.5. Tujuan Penelitian

Berikut tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini yang didasarkan atas rumusan masalah diatas yaitu :

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh stres kerja terhadap komitmen guru

(9)

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kinerja guru terhadap komitmen guru

3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh stres kerja terhadap komitmen guru melalui kinerja guru sebagai variabel mediasi

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik dari segi teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan dan wawasan tentang Pengaruh Stres Kerja dan Kinerja Guru Terhadap Komitmen Guru di SMP N 11 Kota Jambi dan juga diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti lainya pada saat melakukan penelitian sejenis dan

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai penambah wawasan dan pengetahuan dari permasalahan yang diteliti, sehingga dapat menjadi suatu pedoman dalam hal kesiapan dalam kesiapan menjadi seorang tenaga pendidik yang baik.

b. Bagi Universitas, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi Universitas untuk menghasilkan output mahasiswa yang lebih baik.

(10)

c. Bagi Mahasiswa, penelitian ini diharapkan mampu membuka wawasan dan pengetahuan kepada mahasiswa yang memiliki minat untuk menjadi seorang tenaga pendidik di kemudian hari.

Referensi

Dokumen terkait

Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya disingkat KLHS adalah proses mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam

‰ Jika diberi bahan dielektrik diantara kedua pelat maka untuk beda potensial yang sama, muatan kapasitor menjadi bertambah, sehingga kapasitasnya pun bertambah.. Efek

Sebagai tahap awal dari perancangan sistem kendali autoclave ini, maka akan dilakukan identifikasi sistem guna mendapatkan model sistem alat autoclave secara eksperimen

1. Sambutan sekaligus pembukaan kegiatan “Pemetaan Potensi Sengketa Pada Tahapan Pemungutan Dan Penghitungan Suara Dan Inventarisasi Masalah Untuk Evaluasi Penyelesaian

Tema sains dan interaksinya dengan teknologi dan masyarakat muncul paling sedikit dan tidak ditekankan pada buku biologi kelas X materi kingdom animalia yang

amboinensis yang berasal dari Sulawesi tidak berhasil diidentifikasi menggunakan buku kunci identifikasi Yamaguci karena morfologi cacing tersebut yang sangat

Modul ini memiliki kemampuan yang mirip dengan EMS 2A Dual H-Bridge dan adanya tambahan kemampuan pada arus yang dapat dialirkan lebih besar.. Perbedaan modul ini dengan EMS 2A Dual

Integritas antara ormas Islam di Indonesia mengupayakan perbedaan dapat surut dan permasalahan yang timbul dari ḥisab rukyat, karena dalam masalah ini tidak hanya berkutat pada