viii ABSTRAK
Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Pendistribusian Logistik adalah sebuah sistem informasi berbasis komputer yang dapat digunakan untuk membantu pendistribusi untuk mendistribusikan logistik sesuai dengan apa yang dikehendaki. Pendistribusi dalam konteks ini adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Divisi Logistik. Pada sistem ini, pendistribusi akan mendapatkan hasil berupa rekomendasi keputusan yang dibuat berdasarkan penilaian pendistribusi untuk masing-masing calon daerah penerima bantuan. Penilaian pendistribusi ditentukan oleh jumlah kriteria yang dipakai yaitu jumlah kerusakan kerugian (JKK), kategori kerusakan (KK), biaya usulan dana (BuD). Dalam sistem ini metode Analytical Hierarchy Process digunakan untuk menentukan perbandingan penilaian untuk masing-masing calon daerah. Metode ini dipilih karena memiliki struktur yang hirarkis, yang sesuai dengan inti permasalahan dalam memilih masing-masing calon daerah. Pendistribusian logistik dengan metode Analytic Hieararchy Process mampu mendapatkan hasil daerah yang menjadi prioritas pendistribusian logistik dengan error rate sebesar 17,24 % sampai dengan 23,78 %. Hasil yang didapat diperoleh selisih skor sistem dan excel dibagi dengan skor pada excel. Hasil yang diperoleh, dapat digunakan untuk membantu pendistribusi melakukan distribusi logistik ke calon daerah bencana alam ,serta hanya akan membantu (mencarikan solusi terbaik) dan tidak menjadi patokan utama dalam pendistribusian logistiknya.
ix
ABSTRACT
Decision Support System for Logistics Distribution is a
computer-based information system that can be used to help the
distributor to distribute logistics according to what is desired.
Distributor in this context is the Regional Disaster Management Agency
(BPBD) Magelang regency Logistics Division. In this system, the
distributor will get the results in the form of recommendations made
decisions based distributor of votes for each candidate for local
beneficiaries. Rate distributor is determined by the number of criteria
were used, namely the amount of damage losses (JKK), categories of
damage (KK), the cost of the funding proposal (BUD). In this system
the Analytical Hierarchy Process method is used to determine the ratio
of votes for each candidate region. This method was chosen because it
has a hierarchical structure, corresponding to the core of the problem in
selecting candidates for each region. Distribution logistics with
Hieararchy Process Analytic able to get the priority areas of logistics
distribution with an error rate of 17.24% to 23.78%. The results obtained
by the difference score system and excel divided by the score on excel.
The results obtained, can be used to help the distributor perform logistics
distribution to potential natural disaster areas, and will only help (look
for the best solution) and not be the main criterion in the distribution
logistics.
Keywords: logistics distribution areas of natural disasters, Analytical
i
SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENDISTRIBUSIAN LOGISTIK MENGGUNAKAN METODE
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Program Studi Teknik Informatika
Disusun Oleh :
Romualdus Vanadio Yoga S. 125314048
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
DECISION SUPPORT SYSTEM FOR DISTRIBUTION LOGISTIC USING ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS METHOD
THESIS
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements to Obtain Sarjana Komputer Degree
in Informatics Engineering Study Program
Created By :
Romualdus Vanadio Yoga S. 125314048
INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM INFORMATICS ENGINEERING DEPARTMENT
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY
viii
HALAMAN MOTTO
“Yang di depan, jalani lah”
“Santai, tetapi tetap bertanggung jawab”
“Apapun yang terjadi, terjadilah. Berusaha sebaik mungkin dan
ix ABSTRAK
Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Pendistribusian Logistik adalah sebuah sistem informasi berbasis komputer yang dapat digunakan untuk membantu pendistribusi untuk mendistribusikan logistik sesuai dengan apa yang dikehendaki. Pendistribusi dalam konteks ini adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Divisi Logistik. Pada sistem ini, pendistribusi akan mendapatkan hasil berupa rekomendasi keputusan yang dibuat berdasarkan penilaian pendistribusi untuk masing-masing calon daerah penerima bantuan. Penilaian pendistribusi ditentukan oleh jumlah kriteria yang dipakai yaitu jumlah kerusakan kerugian (JKK), kategori kerusakan (KK), biaya usulan dana (BuD). Dalam sistem ini metode Analytical Hierarchy Process digunakan untuk menentukan perbandingan penilaian untuk masing-masing calon daerah. Metode ini dipilih karena memiliki struktur yang hirarkis, yang sesuai dengan inti permasalahan dalam memilih masing-masing calon daerah. Pendistribusian logistik dengan metode Analytic Hieararchy Process mampu mendapatkan hasil daerah yang menjadi prioritas pendistribusian logistik dengan error rate sebesar 17,24 % sampai dengan 23,78 %. Hasil yang didapat diperoleh selisih skor sistem dan excel dibagi dengan skor pada excel. Hasil yang diperoleh, dapat digunakan untuk membantu pendistribusi melakukan distribusi logistik ke calon daerah bencana alam ,serta hanya akan membantu (mencarikan solusi terbaik) dan tidak menjadi patokan utama dalam pendistribusian logistiknya.
x ABSTRACT
Decision Support System for Logistics Distribution is a computer-based
information system that can be used to help the distributor to distribute logistics
according to what is desired. Distributor in this context is the Regional Disaster
Management Agency (BPBD) Magelang regency Logistics Division. In this
system, the distributor will get the results in the form of recommendations made
decisions based distributor of votes for each candidate for local beneficiaries. Rate
distributor is determined by the number of criteria were used, namely the amount
of damage losses (JKK), categories of damage (KK), the cost of the funding
proposal (BUD). In this system the Analytical Hierarchy Process method is used
to determine the ratio of votes for each candidate region. This method was chosen
because it has a hierarchical structure, corresponding to the core of the problem in
selecting candidates for each region. Distribution logistics with Hieararchy
Process Analytic able to get the priority areas of logistics distribution with an
error rate of 17.24% to 23.78%. The results obtained by the difference score
system and excel divided by the score on excel. The results obtained, can be used
to help the distributor perform logistics distribution to potential natural disaster
areas, and will only help (look for the best solution) and not be the main criterion
in the distribution logistics.
Keywords: logistics distribution areas of natural disasters, Analytical Hierarchy
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Pendistribusian Logistik Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process”. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam menulis skripsi ini. Ucapan terima kasih ditujukan kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan memberkati dan memberikan kekuatan selama proses penyelesaian tugas akhir.
2. Sudi Mungkasi,S.Si.,M.Math.Sc.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Dr. Anastasia Rita selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Eko Hari Parmadi, S.Si., M.Kom selaku dosen pembimbing yang telah memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis, serta memberikan solusi pemecahan masalah melalui kritik dan saran yang membangun.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN JUDUL (INGGRIS)...ii
HALAMAN PERSETUJUAN...iii
HALAMAN PENGESAHAN...iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN...vi
HALAMAN MOTTO ...vii
ABSTRAK...viii
ABSTRACT...ix
KATA PENGANTAR ...x
DAFTAR ISI...xii
DAFTAR GAMBAR...xvi
DAFTAR TABEL...xviii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Batasan Masalah... 5
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Metodologi Penelitian ... 6
xiii
BAB II LANDASAN TEORI... 8
2.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan……….…….………..8
2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan………..………..8
2.1.2 Tujuan SPKK….……….………..9
2.1.3 Komponen Sistem Pendukung Keputusan………9
2.1.4 Karakteristik dan Kemampuan SPKK………...11
2.1.5 Manfaat SPKK...………..12
2.1.6 Keterbatasan SPKK………...……….…..13
2.1.7 Proses Pengambilan Keputusan... 14
2.2 Analytical Hierarchy Process... 15
2.2.1 Prinsip Dasar AHP………...15
2.2.2 Keuntungan AHP……….17
2.2.3 Algoritma AHP...17
2.3 Database...21
2.3.1 Bentuk Bahasa Basis Data...21
2.3.2 Entitas dan Hubungan Antar Entitas………22
2.3.3 Atribut Tabel...23
BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN SISTEM.…...25
3.1 Gambaran Umum ... ...25
3.2 Desain Penelitian... 25
3.2.1 Studi Literatur... 25
3.2.2 Data... 25
3.2.3 Perancangan Alat Uji ...26
3.3 Spesifikasi Software dan Hardware ...27
3.4 Perancangan Antar Muka(User Interface)... 28
3.4.1 Desain Form Utama... 28
xiv
3.4.2.1 Form Input Penilaian...………..28
3.4.2.2 Form Input Calon Daerah Distribusi ...29
3.4.3 Desain Form Input Penilaian...29
3.4.3.1 Form Input Pilihan Kriteria Penilaian... 29
3.4.3.2 Form Input Pilihan Daerah Distribusi...……….30
3.4.3.3 Form Input Nilai Perbandingan Kriteria Penilaian..…………..……….30
3.4.3.4 Form Input Nilai Perbandingan Daerah Distribusi...31
3.4.4 Desain Form Hasil………...31
3.4.4.1 Desain Form Hasil Perhitungan………..31
3.5 Perancangan Proses ...32
3.6 Perancangan Basisdata ...35
3.6.1 ER-Diagram...35
3.6.2 Relasi Antar Tabel...35
3.6.3 DFD Level 0...36
3.6.4 DFD Level 1...36
3.6.5 DFD Level 2...37
3.7 Perancangan Struktur Data...38
3.7.1 Tabel Kriteria...38
3.7.2 Tabel Alternatif...39
3.7.3 Tabel Alternatif Kriteria...39
3.7.4 Tabel Login...40
3.8 Penerapan AHP ... 40
BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA HASIL... 49
4.1 Implementasi...49
4.1.1 Implementasi PerhitunganAnalytical Hierarchy Proces ...49
4.1.2 Implementasi Matrik 2D ...52
xv
4.2 Hasil Implementasi ...54
4.2.1 Interface Halaman Utama ...54
4.2.2 Form Pilih Kriteria ...54
4.2.3 Form Pilih Alternatif ...55
4.2.4 Form Matrik Perbandingan Nilai Kriteria ...56
4.2.5 Form Matrik Perbandingan Sub Kriteria ...56
4.2.6 Hasil Akhir Perankingan ...59
4.3 Pengujian ...59
4.4 Analisa Hasil ...69
4.4.1 Perhitungan AHP Excel... ...69
4.4.2 Perhitungan AHP Sistem ...71
4.4.3 Uji Validitas ...71
BAB V PENUTUP...73
5.1 Kesimpulan ...73
5.2 Saran ...73
DAFTAR PUSTAKA ...74
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komponen Sistem Pendukung Keputusan...10
Gambar 2.2 Model Konseptual SPPK...11
Gambar 2.3 Karakteristik SPPK... 13
Gambar 2.4 Keuntungan AHP...18
Gambar 3.2 Desain Form Utama ...30
Gambar 3.3 Desain Form Input Penilian/Kriteria ...30
Gambar 3.4 Desain Form Input Calon Daerah Distribusi ... 31
Gambar 3.5 Desain Form Input Pilihan Kriteria ...31
Gambar 3.6 Desain Form Input Pilihan Daerah ...32
Gambar 3.7 Desain Form Nilai Perbandingan Kriteria ...32
Gambar 3.8 Desain Form Nilai Perbandingan Kriteria dengan Calon Daerah ...33
Gambar 3.9 Desain Form Hasil Perhitungan ...33
Gambar 3.10 Flowchart Perancangan Proses ...36
Gambar 3.11 ER – Diagram ...37
Gambar 3.12 Relasi Antar Tabel ...37
Gambar 3.13 DFD level 0 ...38
Gambar 3.14 DFD level 1 ...38
Gambar 3.15 DFD level 2 ...40
Gambar 4.1 Form Halaman Utama …...55
Gambar 4.2 Form Pilih Kriteria ...56
xvii
Gambar 4.4 Form Matriks Perbandingan Nilai antar Kriteria ...57
Gambar 4.5 Form Matriks Perbandingan Sub-Kriteria ...59
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Contoh Matrik Perbandingan Berpasangan ... 20
Tabel 2.2 Tabel Skala Nilai Perbandingan Berpasangan ... 20
Tabel 2.3 Tabel Nilai Indeks Random ... 22
Tabel 3.1 Tabel Kriteria ...40
Tabel 3.2 Tabel Alternatif ...41
Tabel 3.3 Tabel Alternatif Kriteria ...41
Tabel 3.4 Tabel Login ...42
Tabel 4.1 Tabel data Biaya Usulan Dana bulan Januari 2015...60
Tabel 4.2 Tabel data Jumlah Kerusakan Kerugian bulan Januari 2015...60
Tabel 4.3 Tabel data Kategori Kerusakan bulan Januari 2015...61
Tabel 4.4 Tabel Matrik Perbandingan Kriteria yang disederhanakan ... 61
Tabel 4.5 Matriks perbandingan untuk kriteria yang dinormalisasikan ...62
Tabel 4.6 Matriks perbandingan kriteria JKK ...63
Tabel 4.7 Tabel matriks perbandingan yang dinormalisasi ...64
Tabel 4.8 Tabel jumlah nilai per baris dan vektor prioritas dari JKK ...64
Tabel 4.9 Tabel Matriks perbandingan kriteria KK ...65
Tabel 4.10 Tabel matriks perbandingan yang dinormalisasi ...65
Tabel 4.11 Tabel jumlah nilai per baris dan vektor prioritas dari KK ...66
Tabel 4.12 Tabel Matrik perbandingan kriteria BUD ...66
Tabel 4.13 Tabel matriks perbandingan yang dinormalisasi ...67
Tabel 4.14 Tabel jumlah nilai per baris dan vektor prioritas dari BUD ...67
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Telah diketahui bersama bahwa bencana alam yang terjadi mengakibatkan dampak yang signifikan. Mulai dari materiil, hingga korban jiwa. Terutama yang telah meluluhlantahkan sebagian daerah Kabupaten Magelang dan sekitarnya sehingga menimbulkan berbagai polemik pasca bencana alam. Terutama bagi pemerintahan dan masyarkat Kabupaten Magelang, yang sedang dalam posisi tidak siap untuk menghadapi suatu bencana. Dan dari ketidaksiapan itu membuat segala sesuatu yang berkaitan dengan pengolahan rehabilitasi pasca bencana alam menjadi terbengkelai ,yang cenderung bersifat pasif dan serba tergesa-gesa. Dan hal ini terjadi selama berhari-hari sampai berminggu-minggu sehingga masyarakat menjadi terlantar dan tidak terurus walaupun Pemerintah Daerah setempat bahkan Gubernur sudah memberikan instruksi.
Menurut indeks rawan bencana Indonesia, Kabupaten Magelang merupakan daerah yang rawan bencana dengan tingkat kerawanan tinggi dan menempati urutan 34 dari 494 kabupaten di Indonesia. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Magelang rawan terjadi bencana erupsi gunung api, angin kencang, banjir, tanah longsor dan sebagainya. Pada kurun waktu tahun 2014 dan tahun 2015 telah terjadi 255 kejadian bencana.
Pola penanggulangan bencana mendapatkan dimensi baru dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, Peraturan Kepala Badan Nasional
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 48 tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja BPBD yang diikuti beberapa aturan pelaksana terkait, yaitu Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana, dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana.
Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana merupakan panduan/acuan bagi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Instansi/Lembaga dan pemangku kepentingan penanggulangan bencana lainnya agar pengelolaan logistik dan peralatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat, terpadu dan akuntabel.
Sistem manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana merupakan suatu sistem yang memenuhi persyaratan antara lain sebagai berikut :
1. Dukungan logistik dan peralatan yang dibutuhkan harus tepat waktu, tepat tempat, tepat jumlah, tepat kualitas, tepat kebutuhan dan tepat sasaran, berdasarkan skala prioritas dan standar pelayanan.
2. Sistem transportasi memerlukan improvisasi dan kreatifitas di lapangan, baik melalui darat, laut, sungai, danau maupun udara.
3. Distribusi logistik dan peralatan memerlukan cara-cara penyampaian yang khusus (a.l. karena keterbatasan transportasi,penyebaran kejadian, keterisolasian ketika terjadi bencana).
4. Inventarisasi kebutuhan, pengadaan, penyimpanan dan penyampaian sampai dengan pertanggungan jawab logistik dan peralatan kepada yang terkena bencana memerlukan sistem manajemen khusus.
7.Kemungkinan bantuan dari pihak militer, kepolisian, badan usaha, lembaga swadaya masyarakat maupun instansi terkait lainnya baik dari dalam maupun luar negeri, atas komando yang berwenang.
8. Memperhatikan rantai pasokan yang efektif dan efisien.
Faktor utama yang dapat mendukung berjalannya sistem logistik dan peralatan untuk penanggulangan bencana adalah : Kemampuan infrastruktur, ketersediaan dan jumlah alat transportasi penanggulangan bencana baik secara nasional, regional, lokalmaupun setempat. Perlu dipertimbangkan faktor politis dankonflik di masyarakat. Efektifitas sistem logistik dan peralatan inisangat dipengaruhi oleh sistem informasi dan pengendaliannya.
Rantai pasokan dalam sistem manajemen logistik dan peralatan berdasar kepada:
1. Tempat atau titik masuknya logistik 2. Gudang utama
3. Gudang penyalur
4. Gudang penyimpanan terakhir di pos komando
Semuanya harus didukung oleh fasilitas pendukung dan peralatan yang memadai untuk mengangkut atau memindahkan secara fisik logistik yang akan disampaikan ke lokasi bencana.
Bagi setiap usaha yang telah menggunakan sistem informasi berbasis computer dalam kegiatan usahanya maka memerlukan adanya sistem pendukung pengambilan keputusan untuk pendistribusian logistik bencana alam berdasarkan dengan luas wilayah dan infrastruktur didalamnya serta dapat menentukkan logistik apa saja yang diperlukan masyarakat tersebut. Sistem pendukung pengambilan keputusan ini juga dapat berguna untuk memonitor pendistribusian dari waktu ke waktu. Sistem ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan langkah selanjutnya bagi daerah yang menjadi prioritas utama ataupun tidak.
dengan input utamanya persepsi manusia. Keberadaan hierarki ini memungkinkan untuk dipecahnya masalah kompleks atau tidak terstruktur dalam sub-sub masalah, lalu menyusunnya sebagai bentuk hierarki. Yang kemudian di rekomondasikannya pendistribusian menggunakan cara manual sehingga membutuhkan banyak waktu untuk menentukan dengan banyak bobot yang di butuhkan dalam penentuan daerah-daerah yang berhak mendapatkan logistik.
Sistem ini juga tidak ditujukan untuk menggantikan peran dari Dinas terkatit dalam hal mengambil keputusan tetapi hanya untuk membantu Bidang Logistik dari Dinas terkait dalam mengambil sebuah keputusan secara cepat dan tepat, sesuai dengan kriteria yang diinginkan atau setidaknya mendekati kriteria yang diinginkan. Alternatif-alternatif pilihan yang diharapkan dapat memberikan daftar referensi kepada pembuat keputusan sebelum benar-benar mengambil keputusan akhir. Sistem pendukung keputusan ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang merupakan suatu metode penentuan urutan (prioritas) dalam analisis multikriteria.
Dengan latar belakang masalah tersebut membuat penulis ingin
membuat sebuah sistem pendukung pengambilan keputusan
pendistribusian logistic bencana alam di Kabupaten Magelang tersebut. Dan semoga sistem ini diharapkan juga bisa diterapkan dalam wilayah lain yang mengalami peristiwa bencana alam tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas ,maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut yaitu :
1. Bagaimana membangun sistem pendukung pengambilan keputusan pendistribusian logistik pada Kabupaten Magelang dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process).
1.3 Batasan Masalah
Dalam pelaksanaan penelitian ini ,berbagai permasalahan yang muncul dalam konteks objek yang lebih luas akan dibatasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sehingga pembahasan penelitian lebih bisa mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Dalam hal ini ada beberapa masalah yang dibatasi :
1. Studi Kasus dalam Tugas Akhir ini ditekankan pada wilayah Kabupaten Magelang, diprioritaskan hanya sampai daerah kecamatan.
2. Menggunakan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dalam menyelesaikan masalah pendistribusian logistik bencana alam pada Kabupaten Magelang.
3. Sistem ini akan dibangun dan dikembangkan dengan bahasa pemrograman Netbeans 7.4 dan MySQL sebagai database-nya.
4. Atribut yang digunakan untuk perhitungan nilai perbandingan adalah Biaya Usulan Dana (BUD), JKK (Jumlah Kerusakan Kerugian), dan KK (Kategori Kerusakan).
5. Output dari penelitian ini berupa presentase penerimaan bantuan logistik.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dan manfaat dari penelitian tugas akhir yang berjudul “Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Pendistribusian Logistik Bencana Alam dengan Studi Kasus Wilayah Kabupaten Magelang ini adalah :
2. Bagi Pemerintah Kabupaten Magelang dalam hal ini BPBD membantu untuk memantau dan memberikan prioritas pendistribusian.
3. Menguji validitas sistem pendukung pengambilan keputusan yang telah dibangun.
1.5 Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam pembuatan penelitian ini adalah metode System Development Life Cycle ( paradigma Waterfall ).
Didalam metode ini terdiri dari tahap-tahap : analisis kebutuhan, perancangan sistem, pengkodean dan pengujian.
1. Analisa Masalah
Mengidentifikasi dan menganalisis terhadap kebutuhan dari semua elemen sistem dengan pengumpulan data.
2. Perancangan sistem
Tahap perancangan/desain merupakan tahap
menterjemahkan syarat/kebutuhan ke dalam sebuah representasi perangkat lunak yang dapat diperkirakan. Proses perancangan ini meliputi perancangan sistem, perancangan basis data, perancangan user interface dan perancangan program.
3. Pengkodean
Tahap pengkodean merupakan tahap menterjemahkan hasil desain menggunakan bahasa pemrograman tertentu.
4. Pengujian
1.6Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan
Pada bagian Pendahuluan ini memuat tentang latar belakang ,rumusan masalah ,batasan masalah ,tujuan ,metodologi ,dan sistematika penelitian.
Bab II Landasan Teori
Pada bagian ini berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan penulisan. Dan juga membahas mengenai metode yang digunakan.
Bab III Metodologi dan Perancangan Sistem
Pada bagian ini akan berisi tentang gambaran umum sistem yang akan dibangun, data yang digunakan, desain penelitian, spesifikasi software dan hardware yang digunakan serta perancangan sistem yang dibuat meliputi perancangan metode Analytical Hierarchy Process, perancangan sistem (use case, flowchart, diagram konteks, perancangan basis data), dan perancangan antarmuka.
Bab IV : Implementasi dan Analisa Hasil
Pada bagian ini akan berisi tentang implementasi perancangan antarmuka dan implementasi metode Analytical Hierarchy Process ke dalam program. Hasil sistem yang telah dibangun diuji dengan menggunakan data usulan dana bulan Januari-Maret 2015.
Bab V Kesimpulan dan Saran
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan
2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atauDecision Support System
(DSS) adalah sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan
pemecahan masalah maupun kemampuan pengkomunikasian untuk
masalah dengan kondisi semi terstruktur dan tak terstruktur. Sistem ini
digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi semi
terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorangpun tahu
secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat (Turban, 2001).
SPK merupakan implementasi teori-teori pengambilan keputusan
yang telah diperkenalkan oleh ilmu-ilmu seperti operation research dan
management science, hanya bedanya adalah bahwa jika dahulu untuk
mencari penyelesaian masalah yang dihadapi harus dilakukan perhitungan
iterasi secara manual (biasanya untuk mencari nilai minimum, maksimum,
atau optimum), saat ini computer PC telah menawarkan kemampuannya
untuk menyelesaikan persoalan yang sama dalam waktu relatif singkat
(Kusrini, 2011).
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) memiliki lima karakteristik
utama yaitu :
1. Sistem yang berbasis komputer.
2. Dipergunakan untuk membantu para pengambil keputusan
3. Untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang mustahil
dilakukan dengan kalkulasi manual
4. Melalui cara simulasi yang interaktif
Pengambilan keputusan merupakan proses memilih sejumlah
alternative tindakan dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu
(Turban, 2005).
2.1.2 Tujuan SPPK
Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan memiliki tujuan
sebagai berikut (Keen, 1980) :
Membantu pengambilan keputusan untuk memecahkan
masalah semi terstruktur.
Mendukung penilaian pengambilan keputusan bukan untuk menggantikan peran pengambil keputusan.
Meningkatkan efektifitas pengambil keputusan.
2.1.3 Komponen Sistem Pendukung Keputusan
Secara umum Sistem Pendukung Keputusan dibangun oleh tiga
komponen besar yaitu database Management, Model Base dan Software
System/User Interface. Komponen SPK tersebut dapat digambarkan
seperti gambar di bawah ini.
a. Database Management
Merupakan subsistem data yang terorganisasi dalam suatu basis
data. Data yang merupakan suatu sistem pendukung keputusan dapat
berasal dari luar maupun dalam lingkungan. Untuk keperluan SPK,
diperlukan data yang relevan dengan permasalahan yang hendak
dipecahkan melalui simulasi.
b. Model Base
Merupakan suatu model yang merepresentasikan permasalahan
kedalam format kuantitatif (model matematika sebagai contohnya) sebagai
dasar simulasi atau pengambilan keputusan, termasuk didalamnya tujuan
dari permaslahan (objektif), komponen-komponen terkait, batasan-batasan
yang ada (constraints), dan hal-hal terkait lainnya. Model Base
memungkinkan pengambil keputusan menganalisa secara utuh dengan
mengembangkan dan membandingkan solusi alternatif.
c. User Interfase / Pengelolaan Dialog
Terkadang disebut sebagai subsistem dialog, merupakan
penggabungan antara dua komponen sebelumnya yaitu Database
Management dan Model Base yang disatukan dalam komponen ketiga
(user interface), setelah sebelumnya dipresentasikan dalam bentuk model
yang dimengerti komputer. User Interface menampilkan keluaran sistem
bagi pemakai dan menerima masukan dari pemakai kedalam Sistem
Pendukung Keputusan.
d. Manajemen pengetahuan
Subsitem optional ii lebih bersifta fleksibel, dimana subsistem ini
dapat mendukung subsistem lainnya atau berdiri sendiri. Subsistem ini
dibutuhkan ketika ketiga subsistem SPPK lainnya tidak mampu lagi
menyelesaikan masalah yang semi terstuktur maupun tidak terstuktur.
Subsistem ini terbentuk dari satu atau lebih sistem pakar. Selain itu juga
Gambar 2.2Model Konseptual SPPK
2.1.4 Karakteristik dan Kemampuan SPPK
SPPK memiliki beberapa karakteristik yang khas dibandingkan
dengan sistem informasi yang lainnya (Turban, 1995) yaitu :
a. SPPK membuat dukungan bagi pembuat keputusan,
terutama untuk keputusan semi dan tidak terstruktur.
b. SPPK dapat dimanfaatkan oleh individu maupun kelompok.
c. SPPK menyediakan dukungan kepada beberapa
ketergantungan dan atau rangkaian keputusan.
d. SPPK dapat mendukung beberapa kondisi keputusan yang
saling bergantung atau berurutan.
e. SPPK bersifat fleksibel.
f. SPPK harus mudah digunakan.
g. SPPK mempunyai tujuan khusus untuk mendukung
keputusan yang diambil, tetapi tidak menggantikan peran
Karakter-karakter tersebut dapat digambarkan dalam diagram
seperti dibawah ini :
Gambar 2.3Karakteristik SPPK
2.1.5 Manfaat SPPK
SPPK sebagai sebuah sistem memberikan manfaat bagi
penggunanya, antara lain :
a. SPPK memperluas kemampuan pengambil keputusan
dalam memproses data dan informasi bagi penggunanya.
b. SPPK membantu pengambilan keputusan dalam hal
penghematan waktu pemecahan masalah.
c. SPPK dapat menghasilkan solusi dengan cepat serta dapat
diandalkan.
d. Walaupun SPPK mungkin saja tidak mampu menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun
ia mampu menjadi stimulan, karena SPPK menyediakan
berbagai alternative penyelesaian.
e. SPPK dapat menyediakan buku tambahan untuk
memberikan pembenaran sehingga dapat memperkuat
posisi pengambil keputusan.
g. SPPK memperbaiki efektifitas manajerial dan produktifitas
analisis.
2.1.6 Keterbatasan SPPK
Sebuah sistem tentunya memiliki kelemahan dan keterbatasan
kemampuan dalam hal tertentu. Demikian juga dengan SPPK, memiliki
keterbataasan dalam beberapa hal antara lain :
a. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia
yang tidak dapat dimodelkan, sehingga model yang ada
dalam sistem tidak mencerminkan persoalan yang ada
secara keseluruhan.
b. Kemampuan SPPK terbatas pada perbendaharaan
kemampuan yang dimilikinya (pengetahuan dasar serta
model dasar).
c. Proses-proses yang dapat dilakukan SPPK tergantung juga
pada kemampuan perangkat lunak yang digunakan.
d. SPPK tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang
dimiliki manusia, karena walaupun bagaimana canggihnya
suatu SPPK hanyalah kumpulan perangkat lunak, perangkat
keras dan sistem opersai yang tidak dilengkapi dengan
kemampuan berpikir.
SPPK hanya mempunyai kemampuan untuk mengolah data dan
informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan, jadi sistem
hanya berguna sebagai alat bantu manajemen. Secara luas, dapat dikatakan
bahwa SPPK dirancang untuk menghasilkan berbagai alternative
penyelesaian yang akan ditawarkan kepada para pengambil keputusan,
2.1.7 Proses Pengambilan Keputusan
Tiga fase dalam proses pengambilan keputusan (Turban, 1995) yaitu :
1. Fase penalaran (intelligence phase)
Tujuan dalam fase ini adalah mengenali permasalahan,
situasi dan peluangya. Output yang dihasilkan berupa
rumusan masalah. (problem statement).
2. Fase perancangan (design phase)
Tujuan dalam fase ini adalah menghasilkan dan
menganalisa alternative solusi. Dalam fase ini dilakukan
pemodelan terhadap permasalahan yang ada. Pemodelan
sendiri berarti konseptualiasi masalah dan abstraksinya
dalam bentuk kuantitatif dan atau kualitatif.
3. Fase pemilihan (choice phase)
Batas antara fase perancangan dan fase pemilihan tidak
tegas karena adanya aktifitas-aktifitas sama yang dilakukan
dalam kedua fase tersebut. Orang sering secara iterative
kembali ke fase perancangan pada saaat berada dalam fase
pemilihan. Misalkan menemukan alternative solusi baru
pada saat mengevaluasi alternative solusi yang sudah
ditemukan sebelumnya. Dalam fase ini dilakukan pencarian
alternative solusi yang sesuai (dari antara alternative yang
dihasilkan dalam fase perancangan) yang dapat dipakai
untuk memecahkan permasalahan yang ada.
Dalam pemecahan masalah (problem solving), tiga fase
pengambilan keputusan yang ada akan diikuti implementasi terhadap
2.2 Analytcial Hierarki Process (AHP)
AHP atau Analytical Hierarchy Process merupakan salah satu metode
dalam sistem pendukung pengambilan keputusan. AHP merupakan model yang
luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk
membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara
membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang
diinginkan darinya.
Dalam metode AHP ini perlu memasukkan pertimbangan dan nilai public
pribadi secara logis. Pertimbangan yang ada merupakan satu keadaan yang saling
berhubungan. Hal ini karena disebabkan manusia pada umumnya mempunyai
perasaan yang berlainan terhadap situasi yang sama, tetapi dapat berubah karena
adanya interaksi dengan orang lain yang lebih berpengalaman. Pada kenyataannya
bila kita mengambil keputusan maka preferensi pribadi dan bujukan lebih
berperan daripada logika yang lugas dan jelas.
Untuk mendefinisikan masalah yang kompleks dan mengembangkan
pertimbangan sehat, AHP harus dicoba dan dicoba lagi, atau diulang sepanjang
waktu. Para pengambil keputusan dapat memperbanyak elemen-elemen suatu
persoalan hierarki dan mengubah beberapa pertimbangan para pengambil
keputusan.
Para pengambil keputusan dapat pula memeriksa kepekaan hasil terhadap
aneka macam perubahan yang dapat di antisipasi.
2.2.1 Prinsip-Prinsip dasar dalam AHP terbagi 3 yaitu :
1. Prinsip menyusun hierarki
Permasalahan dan realitas yang kompleks dapat disederhanakan
menjadi sebuah masalah yang sederhana.
Peyederhanaan masalah kompleks ini dilakukan dengan cara
dalam bagian dengan diawali Tujuan Umum yang merupakan sasaran
umum, kemudian dilanjutkan dengan meletakkan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan. Pada hierarki terakhir merupakan
alternative pilihan yang sesuai.
2. Prinsip menetapkan prioritas
Pada prinsip ini, elemen-elemen dalam suatu persoalan keputusan
ditentukan prioritasnya yaitu dengan membuat perbandingan berpasangan
dimana elemen-elemen dibandingkan berpasangan terhadap suatu kriteria
yang telah ditentukan. Bentuk yang digunakan dalam perbandingan
berpasangan adalah matrik, karena matrik merupakan bentuk yang lebih
disukai.
3. Prinsip konsistensi logis
Sebuah relasi antara obyek yang koheren, dengan obyek-obyek atau
pemikiran yang saling terkait menunjukkan sebuah konsistensi. Hal ini
berarti obyek yang dinilai adalah benar.
Dalam mengambil keputusan dipengaruhi oleh 2 aspek yaitu :
a. Aspek kualitatif (mendefinisikan persoalan dan hierarkinya) dan
b. Aspek kuantitatif (mengekspresikan penilaian dan preferensinya
secara ringkas dan padat).
Pada proses ini aspek kuantitatif merupakan aspek dasar dalam mengambil
2.2.2 Keuntungan-keuntungan AHP
Gambar 2.4Keuntungan-keuntungan AHP
2.2.3 Algoritma AHP
Dengan menggunakan metode AHP serta berdasarkan tiga prinsip dari
AHP, maka pada studi kasus kali ini akan disusun suatu hierarki, dan hierarki ini
akan diproses melalui beberapa langkah yaitu :
a. Langkah Pertama
Menyusun hierarki permasalahan yang ada. Pada hierarki posisi
paling atas berfungsi sebagai menentukkan tujuan (sasaran permasalahan).
pada posisi paling bawah merupakan alternative yang digunakan oleh
pengambil keputusan.
b. Langkah Kedua
Pada langkah kedua terbagi dalam dua bagian yaitu :
1. Menetapkan prioritas elemen
Membuat perbandingan berpasangan antar elemen. Dari
masing-masing elemen ini kemudian dibandingkan
berpasangan terhadap satu kriteria yang telah ditentukan.
Bentuk yang digunakan dalam metode ini adalah matrik, berikut contoh bentuk matrik dengan permisalan proses
pemilihan X dengan kriteria A, B, C dan C sehingga susunan
elemen menjadi seperti gambar dibawah ini.
Tabel 2.1Contoh matrik perbandingan berpasangan
Nilai diagonal matrik, merupakan perbandingan suatu elemen
dengan elemen itu sendiri.
Membandingkan elemen pertama dari suatu pasangan (elemen dikiri matrik) dengan elemen kedua (elemen pada barispuncak). Sedangkan untuk mengisi matrik banding
berpasangan dengan menggunakan skala banding. Kemudian
dengan skala banding saatnya untuk dapat menghitung nilai
Tabel 2.2Skala Nilai Perbandingan Berpasangan
2. Sintesis
Proses menyatukan pertimbangan yang telah dibuat dalam
melakukan perbandingan berpasang. Dan dilakukan pembobotan
dan penjumlahan untuk memperoleh satu bilangan tunggal sebagai
prioritas setiap elemen. Langkahnya adalah :
Menjumlahkan nilai dari setiap kolom pada matrik
Membagi tiap masukan pada tiap kolom dengan jumlah
pada kolom tersebut yang bersesuaian. Setiap item pada
kolom pertama dibagi dengan jumlah pada kolom
pertama.
Menjumlahkan semua nilai dalam setiap barisnya.
Membagi jumlah nilai setiap barisnya tersebut dengan
banyak elemen pada tingkat kedua.
3. Tahap Ketiga (Konsistensi Logis)
AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari beberapa
pertimbangan melalui suatu ratio konsistensi. Nilai ratio harus 10%
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara
konsisten dengan suatu kriteria yang logis.
Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara
berpasangan tersebut, harus mempunyai hubungan kardinal dan
ordinal, sebagai berikut.
Hubungan Kardinal : aij. ajk =aik
Hubungan Ordinal : AiAj AlAkmaka Ai> Ak
Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
Mengalihkan matriks dengan prioritas bersesuaian
Menjumlahkan hasil kali per baris.
Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan
dan hasilnya dijumlahkan.
Hasil dari poin 3 dibagi jumlah elemen, akan didapatkan?
maks
Indeks Konsistensi CI =
Rasio Konsistensi CR = , dimana RI adalah indeks
random konsistensi. Jika rasio konsistensi = 0,1 ,hasil
perhitungan data dapat dibenarkan. Nilai indeks random
Tabel 2.3Nilai Indeks Random
2.3 Database
Basis data adalah koleksi data yang berisi informasi yang berhubungan
dengan suatu perusahaan. Pengelolaan basis data dilakukan oleh sebuah perangkat
lunak (sistem) yang khusus. Perangkat lunak ini disebut Database Management
System (DBMS). DBMS adalah suatu koleksi dari data yang saling berhubungan
dan serangkaian program untuk mengakses data tersebut.
Prinsip utama dari Basis data adalah pengaturan data/arsip, sedangkan
tujuan utamanya adalah kemudahan dan kecepatan dalam pengambilan kembali
data/arsip.
2.3.1 Bentuk Bahasa Basis Data
Sebuah bahasa basis data biasanya berbagai dalam dua bentuk yaitu :
1. Data Definition Language(DDL)
DDL adalah bahasa khusus yang menspesifikasikan struktur basis
data yang menggambarkan desain basis data secara keseluruhan.
Bahasa ini mendukung pembuatan table baru, pembuatan indeks,
perubahan table, dan penentuan struktur penyimpanan table. Hasil dari
kompilasi perintah DDL adalah kumpulan table yang disimpan dalam
Kamus Data merupakan suatu metadata (superdata) yaitu data yang
mendeskripsikan data sesungguhnya.
Kamus Data akan selalu diakses dalam suatu operasi basis data
sebelum suatu file data yang sesungguhnya diakses.
2. Data Manipulation Language(DML)
DML merupakan bentuk bahasa basis data yang berguna untuk
melakukan manipulasi dan pengambilan data pada suatu basis data dan
dapat berupa :
a. Penyisipan atau penambahan data baru ke suatu basis data.
b. Penghapusan data dari suatu basis data.
c. Perubahan data di suatu basis data.
DML merupakan bahasa yang bertujuan memudahkan pemakai untuk
mengakses data sebagaimana dipresentasikan oleh model data.
2.3.2 Entitas dan Hubungan Antar Entitas
Entitas adalah objek pada dunia nyata yang terbedakan dari objek yang
lain. Setiap entitas memiliki serangkaian property dan beberapa property ini
secara unik menggambarkan suatu entitas. Rangkaian entitas (entity sets) adalah
serangkaian entitas yang memiliki tipe yang sama dan berbagai property atau
atribut yang sama.
Suatu entitas direpresentasikan dengan serangkaian atribut. Atribut ini
sendiri adalah property deskriptif yang dipunyai oleh setiap anggota dari entity
sets.Setiap entitas mempunyai nilai untuk setiap atribut.
Entitas dapat saling berhubungan dengan entitas yang lain. Hubungan ini
disebut sebagai relasi. Adapun relasi antar entitas (misal, entitas A dan entitas B)
1. Relasi satu ke satu (one-to-one)
Merupakan bentuk relasi dengan satu entitas A dapat terhubung
dengan hanya sebuah entitas dalam B, demikian juga sebaliknya yaitu
setiap entitas dalam B dapat terhubung hanya dengan sebuah entitas dalam
A.
2. Relasi satu ke banyak (one-to-many)
Merupakan relasi dengan sebuah entitas dalam A dapat terhubung
dengan sedikitnya nol entitas dalam B, sedangkan setiap entitas B hanya
terhubung dengan satu entitas dalam A.
3. Relasi banyak ke satu (many-to-one)
Merupakan relasi dengan setiap entitas dalam A terhubung dengan
satu entitas dalam B, akan tetapi setiap entitas dalam B dapat terhubung
dengan sedikitnya nol entitas dalam A.
4. Relasi banyak ke banyak (many-to-many)
Merupakan relasi dengan sebuah entitas dalam A dapat terhubung
dengan sedikitnya nol entitas dalam B, begitu juga dengan setiap entitas
dalam B dapat terhubung dengan sedikitnya nol entitas dalam A.
2.3.3 Atribut Tabel (Table Atrribute)
Istilah atribut identik dengan pemakaian istilah kolom data. Dan umumnya
digunakan dalam perancangan basis data karena lebih impresif dalam
menunjukkan fungsinya sebagai pembentuk karakteristik pada sebuah tabel.
Atribut-atribut ini dapat dibedakan berdasarkan sejumlah
pengelompokkan, yaitu :
1. Key
Merupakan satu/gabungan dari beberapa atribut yang dapat membedakan
Ada empat macam key pada pada basis data, yaitu :
a. Kunci kandidat (candidate key)
Kunci kandidat adalah kunci yang secara unik (tidak mungkin
kembar) dapat dipakai untuk mengidentifikasi suatu baris di dalam
tabel.
b. Kunci primer (primary key)
Kunci primer adalah kunci kandidat yang dipilih sebagai kunci
utama untuk mengidentifikasi baris dalam tabel.
c. Kunci alternatif (alternate key)
Kunci alternatif adalah semua kunci kandidat yang tidak bertindak
sebagai kunci primer.
d. Kunci tamu (foreign key)
Kunci tamu adalah sembarang atribut yang menunjuk ke kunci
primer pada tabel lain.
2. Atribut Deskripsi
Merupakan atribut-atribut yang tidak menjadi atau merupakan anggota
BAB III
METODOLOGI DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Gambaran Umum
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menentukan prioritas pendistribusian logistik dalam hal usulan dana. Input yang digunakan berupa data kriteria dan alternatif (wilayah di Kab. Magelang). Data tersebut akan diolah untuk selanjutnya menghasilkan output hasil akhir perhitungan. Nantinya sistem diharapkan mampu membantu divisi logistik untuk menentukan daerah mana yang harus menjadi prioritas pendistribusian logistik saat terjadi bencana alam. 3.2 Desain Penelitian
3.2.1 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan membaca buku, jurnal, serta sumber lain yang berkaitan dengan metode Analytical Hierarchy Process.
3.2.2 Data
- Data yang Digunakan
Data yang digunakan adalah data usulan dana bantuan bulan Januari sampai Maret 2015. Usulan dana bantuan yang dimaksud adalah usulan dana yang harus dikeluarkan pihak terkait yang digunakan untuk mengganti kerusakan yang dialami oleh warga/desa/kecamatan yang terkena dampak bencana alam. Data tersebut juga digunakan untuk dasar pengujian sistem program ini.
- Teknik Pengumpulan Data
Kabupaten Magelang. Melalui wawancara, peneliti dapat mengetahui gambaran proses usulan dana pendistribusian logistik ke daerah yang terkena dampak bencana alam. Data usulan dana yang telah diperoleh kemudian diseleksi untuk dijadikan data pengujian sistem.
3.2.3 Perancangan Alat Uji
Metodologi yang digunakan dalam penelitian adalah model pengembangan alat uji waterfall. Model pengembangan ini dilakukan secara sistematis. Berikut adalah beberapa tahapannya : - Analisa
Dalam tahap ini dilakukan analisa terhadap kebutuhan sistem. Seorang sistem analis bertugas dalam mencari informasi sebanyak mungkin dari user sehingga sistem yang dibuat sesuai dengan keinginan user. Tahapan ini biasanya akan menghasilkan dokumen user requirement yang dapat digunakan sistem analis untuk menerjemahkan ke dalam bahasa pemrograman.
- Desain
Dalam tahap ini dilakukan proses membuat rancangan alat uji berdasarkan informasi dari tahap-tahap sebelumnya. Proses ini berfokus pada struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi interface, dan detail algoritma. Tahapan ini akan menghasilkan dokumen yang disebut software requirement. Dokumen ini yang digunakan seorang programmer untuk membangun sistemnya. - Pengkodean (Coding)
- Pengujian
Pada tahap pengujian, alat uji berupa perangkat lunak diuji coba untuk mengetahui apakah perangkat lunak tersebut sudah sesuai dengan rancangan dan kebutuhan pengguna. Selain itu, pengujian dilakukan untuk menemukan kesalahan-kesalahan sistem yang kemudian akan diperbaiki.
3.3 Spesifikasi Software dan Hardware
Spesifikasi software dan hardware yang digunakan dalam implementasi sistem pendukung keputusan ini adalah sebagai berikut :
a. Software
- Sistem Operasi yang digunakan adalah Microsoft Windows 8.1 64-bit - Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Java dengan aplikasi Netbeans.
b. Hardware
- Processor yang digunakan yaitu AMD FX- 7600P Radeon R7 @2.70 Ghz
3.4 Perancangan Antar Muka (User Interface) 3.4.1 Desain Form Utama
Gambar 3.2 Desain Form Utama 3.4.2 Desain Form Input
3.4.2.1 Form Input Penilaian
3.4.2.2 Form Input Calon Daerah Distribusi
Gambar 3.4 Desain Form Input Calon Daerah Distribusi 3.4.3 Desain Form Input Penilaian
3.4.3.1 Form Input Pilihan Kriteria Penilaian
3.4.3.2 Form Input Pilihan Daerah Distribusi
Gambar 3.6 Desain Form Input Pilihan Daerah 3.4.3.3 Form Input Nilai Perbandingan Kriteria Penilaian
3.4.3.4 Form Input Nilai Perbandingan Daerah Distribusi
Gambar 3.8 Desain Form Nilai Perbandingan Kriteria dengan Calon Daerah
3.4.4 Desain Form Hasil
3.4.4.1 Desain Form Hasil Perhitungan
3.5 Perancangan Proses
Berdasarkan jumlah kriteria penilaian dan jumlah calon daerah yang dimasukkan oleh user, maka sistem akan membentuk matriks-matriks yang akan digunakan sebagai media perhitungan. Jumlah kriteria penilaian dan jumlah calon daerah akan menentukan jumlah matriks yang terbentuk dan besarnya matriks-matriks tersebut.
Matriks yang terbentuk akan diolah sesuai dengan metode AHP. Urutan algoritma yang dilakukan sistem adalah sebagai berikut :
1. Tentukan perbandingan kepentingan tiap kriteria penilaian sehingga akan dibentuk matriks perbandingan.
2. Selanjutnya akan dilakukan operasi pada matriks tersebut : Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks
Membagi setiap masukan pada setiap kolom dengan jumlah pada kolom tersebut yang bersesuaian.
Jumlahkan semua nilai dalam setiap barisnya.
Bagi jumlah nilai setiap barisnya dengan banyaknya elemen sehingga akan didapatkan vector prioritas untuk masing-masing kriteria.
3. Menyusun konsistensi untuk mengetahui apakah penilaian/perbandingan yang dilakukan pada langkah 2 menunjukkan bahwa koherensi antar obyek yang dinilai adalah benar.
Kalikan setiap masukan kolom pertama matriks dengan vector prioritas elemen pertama, kolom kedua dengan vector prioritas elemen kedua dan seterusnya.
Jumlahkan setiap barisnya.
Bagi setiap jumlah-jumlah perbaris dengan vector prioritas yang bersesuaian.
Jumlahkan hasil bagi di atas dan kemudian dibagi lagi dengan banyaknya masukan data. Hasil proses ini disebut dengan λ maks. Hitung Consistency Index (CI) = (λ – n) / (n – 1)
Nilai CR di sini harus 0.1 atau kurang. Jika lebih dari 0.1 berarti pertimbangan itu mungkin agak acak dan perlu diperbaiki (kembali ke langkah 1 )
4. Tentukan perbandingan kepentingan tiap calon terhadap sebuah kriteria, jadi jumlah matriks yang terbentuk adalah sejumlah kriteria yang digunakan user.
5. Untuk masing-masing matriks dilakukan operasi seperti langkah 2 untuk menghasilkan vektor prioritas masing-masing calon berdasarkan kriteria tertentu dan langkah 3 untuk menyusun konsistensi.
6. Berdasarkan hasil langkah 2 dan 5 akan dihitung vektor prioritas menyeluruh, yaitu dengan cara mengalikannya (perkalian antara vector prioritas tiap kriteria dengan vektor prioritas tiap calon daerah).
3.6 Perancangan Basisdata 3.6.1 ER-Diagram
Gambar 3.11 ER – Diagram 3.6.2 Relasi Antar Tabel
3.6.3 DFD level 0
DFD dari sistem yang dibuat adalah :
Gambar 3.13 DFD level 0
DFD level 0 merepresentasikan seluruh elemen SPPK Pendistribusian Logistik dengan metode AHP sebagai sebuah proses dengan data input adalah data pengguna dan output adalah data keputusan dalam bentuk laporan yang dinyatakan oleh anak panah yang masuk dan keluar.
3.6.4 DFD level 1
Pada gambar diatas pada DFD level 1 memiliki 4 proses ,yaitu proses input data kriteria, input data daerah, input data alternatif kriteria ,proses distribusi yang menggambarkan langkah-langkah pendistribusian.
3.6.5 DFD level 2
Gambar 3.15 DFD level 2 3.7 Perancangan Struktur Data
3.7.1 Tabel Kriteria
Tabel Kriteria ini digunakan untuk menyimpan data tentang kriteria penilaian yang dapat digunakan untuk melakukan proses perhitungan,
Tabel 3.1 Tabel Kriteria
Nama Field Tipe Data Ukuran Field Keterangan
ID_Kriteria Text 10 ID Kriteria
Nama_Kriteria Text 20 Nama Kriteria
3.7.2 Tabel Alternatif
Tabel Calon Daerah Distribusi ini digunakan untuk menyimpan data yang berisi data calon-calon daerah yang sudah diseleksi.
Tabel 3.2 Tabel Alternatif
Nama Field Tipe Data Ukuran Field Keterangan
ID Text 10 ID Alternatif
Nama_Alternatif Text 15 Nama Alternatif
Deskripsi Text 20 Deskripsi
3.7.3 Tabel Alternatif Kriteria
Tabel Alternatif Kriteria ini digunakan untuk menyimpan data yang berisi data alternatif kriteria yang diberikan kepada kriteria dan alternatif yang sudah disimpan.
Tabel 3.3 Tabel Alternatif Kriteria
Nama Field Tipe Data Ukuran Field Keterangan
ID Text 10 ID Alternatif Kriteria
Alternatif Text 10 Nama Alternatif
Kriteria Text 10 Nama Kriteria
Nilai Text 10 Penilaian antara Alternatif
3.7.4 Tabel Login
Tabel Login ini digunakan untuk menyimpan data yang berisi username dan password dari admin/pengguna yang akan mengakses ke dalam sistem nantinya.
Tabel 3.4 Tabel Login
Nama Field Tipe Data Ukuran Field Keterangan
Username Text 15 Username
Password Text 10 Password
3.8 Penerapan AHP
Pada contoh penerapan AHP berikut akan dijelaskan secara detail (langkah demi langkah) pada proses pemilihan calon daerah distribusi.
Langkah ke-1 : (Menyusun Hierarki)
Memilih calon daerah dengan kriteria penilaian biaya usulan dana, kategori kerusakan, dan jumlah kerusakan kerugian. Dengan tiga calon daerah yaitu Bandongan, Candimulyo, dan Srumbung.
Tujuan
Kriteria
Alternatif
Pendistribusian Logistik B.A.
Biaya Usulan Dana (BUD)
Kategori Kerusakan (KK)
Srumbung Candimulyo
Bandongan
Langkah ke-2 : (Menetapkan Prioritas)
Tetapkan preferensi kepentingan dengan membentuk matriks yang akan membandingkan kriteria penilaian secara berpasangan. Kemudian jumlahkan tiap kolomnya. Biaya Usulan Dana
(BUD)
Bagi nilai masukan dengan nilai jumlah kolom yang bersesuaian. Kemudian jumlahkan per barisnya. Setelah itu bagi jumlah baris dengan banyaknya kriteria.
Langkah ke-3 : (Konsistensi Logis)
Kemudian ambil matriks pertama (masukan pertama) dan kalikan dengan vector prioritas yang bersesuaian dengan masukan. Jumlah perbarisnya.
Biaya Usulan
Dana (BUD)
(0.6650)
Kategori
Kerusakan (KK)
(0.2310)
Jumlah
Kerusakan
Kerugian (JKK)
(0.1038)
∑ baris - 2
Biaya Usulan
Dana (BUD)
(1)(0.6650) (4)(0.2310) (5)(0.1038) 2.108
Kategori
Kerusakan (KK)
(1/4)(0.6650) (1)(0.2310) (3)(0.1038) 0.7086
Jumlah
Kerusakan
Kerugian (JKK)
(1/5)(0.6650) (1/3)(0.2310) (1)(0.1038) 0.3138
Bagi jumlah baris-2 dengan vektor prioritas yang bersesuian.
Hitung lamda maksimal ( λ maks) : λ maks =
Hitung nilai CR : CR =
Karena nilai CR (Consistency Ratio < 0,100) konsisten, kemudian lakukan pertimbangan/ perbandingan untuk semua calon daerah terhadap masing-masing kriteria penilaian.
Kategori Kerusakan (KK) Kategori Kerusakan
(KK)
Bandongan Candimulyo Srumbung
Bandongan 1 2 1
Candimulyo 1/2 1 1/2
Srumbung 1 2 1
∑ kolom 2.5 5 2.5
Kategori Kerusakan (KK)
Bandongan Candimulyo Srumbung ∑ baris Vektor
prioritas
Bandongan (1)/2.5 (2)/5 (1)/2.5 1.2 0.4
Candimulyo (1/2)/2.5 (1)/5 (1/2)/2.5 0.6 0.2
Kategori
Kerusakan (KK)
Bandongan (0.4)
Candimulyo (0.2)
Srumbung (0.4)
∑ baris – 2
Bandongan (1)(0.4) (2)(0.2) (1)(0.4) 1.2
Candimulyo (1/2)(0.4) (1)(0.2) (1/2)(0.4) 0.6
Srumbung (1)(0.4) (2)(0.2) (1)(0.4) 1.2
λ maks =
CI =
CR =
Jumlah Kerusakan Kerugian (JKK)
Jumlah Kerusakan
Kerugian (JKK)
Bandongan Candimulyo Srumbung
Bandongan 1 2 1
Candimulyo ½ 1 ½
Srumbung 1 2 1
Jumlah Kerusakan
Kerugian
Bandongan Candimulyo Srumbung ∑ baris Vektor
prioritas
Bandongan (1)/2.5 (2)/5 (1)/2.5 1.2 0.4
Candimulyo (1/2)/2.5 (1)/5 (1/2)/2.5 0.6 0.2
Srumbung (1)/2.5 (2)/5 (1)/2.5 1.2 0.4
Jumlah Kerusakan
Kerugian
Bandongan (0.4)
Candimulyo (0.2)
Srumbung (0.4)
∑ baris – 2
Bandongan (1)(0.4) (2)(0.2) (1)(0.4) 1.2
Candimulyo (1/2)(0.4) (1)(0.2) (1/2)(0.4) 0.6
Srumbung (1)(0.4) (2)(0.2) (1)(0.4) 1.2
λ maks =
CI =
Biaya Usulan Dana (BUD) Biaya Usulan Dana
(BUD)
Bandongan Candimulyo Srumbung
Bandongan 1 ½ 1/3
Candimulyo 2 1 1/2
Srumbung 3 2 1
∑ kolom 6 3.5 1.8333
Biaya Usulan
Dana (BUD)
Bandongan Candimulyo Srumbung ∑ baris Vektor
Prioritas
Bandongan (1)/6 (1/2)/3.5 (1/3)/1.8333 0.4913 0.1637
Candimulyo (2)/6 (1)/3.5 (1/2)/1.8333 0.8917 0.2972
Srumbung (3)/6 (2)/3.5 (1)/1.8333 1.6168 0.5389
Biaya Usulan Dana (BUD)
Bandongan (0.1637)
Candimulyo (0.2972)
Srumbung (0.5389)
∑ baris – 2
Bandongan (1)(0.1637) (1.2)(0.2972) (1)(0.5389) 0.4919
Candimulyo (2)(0.1637) (1)(0.2972) (1/2)(0.5389) 0.8940
λ maks =
CI =
CR =
Kelompokkan prioritas calon daerah yang berkenaan dengan setiap kriteria dalam kolom-kolom dan masukan vektor prioritas kriteria di atas kolom-kolom, lalu kalikan setiap kolom dengan prioritas dari kriteria yang bersesuaian untuk memperoleh vektor prioritas menyeleruh bagi intensitas kriteria yang dipentingkan untuk setiap calon kemudian jumlahkan masing-masing dari ketiga calon untuk memperoleh prioritas menyeluruh dari ketiga calon.
Kategori
Kerusakan
(KK) (0.6650)
Jumlah
Kerusakan
Kerugian (JKK)
(0.2310)
Biaya Usulan
Dana (BUD)
(0.1038)
Prioritas
Menyeluruh
Bandongan (0.6650) (0.2310) (0.1038) 0.3291
Candimulyo (0.6650) (0.2310) (0.1038) 0.2562
Srumbung (0.6650) (0.2310) (0.1038) 0.4143
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN ANALISA HASIL
4.1 Implementasi
Perancangan pada sistem pendukung pengambilan keputusan
pendistribusian logistik dengan metode Analytical Hierarchy Process yang sudah
dilakukan selanjutnya diimplementasikan ke dalam program. Program dibuat
dengan menggunakan bahasa pemrograman Java dan basisdata MySQL..
4.1.1 Implementasi Perhitungan Analytical Hierarchy Process
Implementasi Perhitungan Analytical Hierarchy Process
digunakan sebagai tahapan ataupun prosedur yang harus dilakukan dalam
proses perhitungan dengan metode Analytical Hierarchy Process. Berikut
adalah potongan program untuk implementasi metode Analytical
Listing Program diatas digunakan untuk mencari nilai matriks konsisten dari suatu masukan matrix. Dimana nantinya nilai matrix tadi akan ditampung dalam variabel tempMatrix, sehingga akan mendapatkan
variabel priorites nantinya. Variabel consistency Ratio didapat dari
perhitungan CI / randomIndex (n), sehingga perhitungan akan
4.1.2 Implementasi Matrik2D
4.1.3 Implementasi Random Index (n)
4.2 Hasil Implementasi
4.2.1 Interface Halaman Utama
Gambar 4.1 Form Halaman Utama.
Pertama kali user masuk program, akan ditampilkan form halaman utama ini. Pada form halaman utama terdapat berbagai menu dan sub-menu. Jika akan melakukan perhitungan dapat dengan menekan menu Analisa kemudian sub-menu dari menu Analisa.
4.2.2 Form Pilih Kriteria
Gambar 4.2 Form Pilih Kriteria
4.2.3 Form Pilih Alternatif
Form Pilih Alternatif merupakan tampilan yang berfungsi untuk memilih wilayah bencana (alternatif) yang sudah dimasukan sebelumnya ,dan akan digunakan sebagai ukuran matrik pada perhitungan sub-Kriteria. Pada form ini terdapat 2 tombol yaitu (>) dan Lanjut, tombol (<) digunakan untuk memilih kriteria yang
dimasukan, sedangkan tombol Lanjut digunakan untuk
Gambar 4.3 Form Pilih Alternatif
4.2.4 Form Matriks Perbandingan Nilai Kriteria
Form Matriks Perbandingan Nilai Kriteria berfungsi untuk menghitung nilai perbandingan matriks kriteria. Kriteria yang sudah dipilih dari form pilih kriteria akan menjadi ukuran matriks. Terdapat juga keterangan pemberian nilai untuk setiap perbandingan antar kriteria, untuk memasukan nilainya dapat dengan mengisi textfield yang sudah ada. Pada form ini terdapat tombol Hitung untuk memproses masukan nilai secara matriks sehingga dapat memperoleh nilai konsisten dari perhitungan matriks tersebut.
Gambar 4.4 Form Matriks Perbandingan Nilai antar Kriteria
4.2.5 Form Matriks Perbandingan Nilai Sub Kriteria
Form Matriks Perbandingan Nilai Sub Kriteria berfungsi untuk memasukkan nilai perbandingan berpasangan antara sub kriteria. Wilayah yang sudah dipilih menjadi ukuran matriks.
Terdapat JList yang digunakan untuk memilih dan menentukan
4.2.6 Hasil Akhir Perankingan AHP
Form Hasil Akhir Perankingan AHP berfungsi untuk menampilkan hasil perhitungan dari program. Form ini menampilkan data wilayah bencana yang dipilih, data kriteria yang dipilih, dan hasil (vektor prioritas).
Gambar 4.10 Form Hasil Akhir
4.3 Pengujian
Pendistribusian Logistik dengan cepat, tepat dan benar dapat menghasilkan hasil yang baik, sebaiknya pula dapat menyesuaikan diri dengan kriteria dan wilayah yang sedang dan atau terkena bencana alam. Dari banyaknya kriteria dan
wilayah yang dapat digunakan sebagai asumsi perhitungan ,metode Analytical
Hal ini terdapat pada contoh perhitungan berikut. Terdapat data Biaya Usulan Dana (BUD), data Jumlah Kerusakan Kerugian (JKK) dan data Kategori Kerusakan (KK) periode kejadian bulan Januari 2015 (data dapat dilihat dalam lampiran).
Tabel 4.1 Tabel data Biaya Usulan Dana bulan Januari 2015
Nama Daerah Usulan Dana Hit ungan dalam persen
Hit ungan dalam desimal
Bandongan Rp
1.000.000 3,571428571 0,035714286
Candi M ulyo Rp
5.000.000 17,85714286 0,178571429
Pakis Rp
3.000.000 10,71428571 0,107142857
Salaman Rp
1.000.000 3,571428571 0,035714286
Sawangan Rp
4.500.000 16,07142857 0,160714286
Srumbung Rp
2.000.000 7,142857143 0,071428571
Windusari Rp
11.500.000 41,07142857 0,410714286
Tabel 4.2 Tabel data Jumlah Kerusakan Kerugian bulan Januari 2015
Nama Daerah
Jumlah Kerusakan Kerugian
Hit ungan dalam persen
Hit ungan dalam desimal
Bandongan Rp
2.000.000 3,883495146 0,038834951
Candi M ulyo Rp
10.000.000 19,41747573 0,194174757
Pakis Rp
5.000.000 9,708737864 0,097087379
Salaman Rp
2.000.000 3,883495146 0,038834951
Sawangan Rp
16.500.000 32,03883495 0,32038835
Srumbung Rp
7.000.000 13,59223301 0,13592233
Windusari Rp
Tabel 4.3 Tabel data Kategori Kerusakan bulan Januari 2015
Nama Daerah Kat egori Kerusakan
Bandongan ringan
Candi M ulyo berat
Pakis berat
Salaman ringan
Sawangan ringan
Srumbung sedang
Windusari ringan
- Kriteria yang digunakan : JKK (Jumlah Kerusakan
Kerugian), KK (Kategori Kerusakan) , BUD (Biaya Usulan Dana).
- Alternatif / Daerah yang digunakan : Bandongan, Candimulyo, Pakis,
Salaman, Sawangan, Srumbung, Windusari.
Tabe l 4.4 Tabe
l Matr
ik Perb andi
ngan Kriteria yang disederhanakan
JKK KK BUD
JKK 1 3 5
KK 0,333333333 1 1
BUD 0,2 1 1