• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem pendukung pengambilan keputusan pendistribusian logistik menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (studi kasus : BPBD Kabupaten Magelang).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem pendukung pengambilan keputusan pendistribusian logistik menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (studi kasus : BPBD Kabupaten Magelang)."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Pendistribusian Logistik adalah sebuah sistem informasi berbasis komputer yang dapat digunakan untuk membantu pendistribusi untuk mendistribusikan logistik sesuai dengan apa yang dikehendaki. Pendistribusi dalam konteks ini adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Divisi Logistik. Pada sistem ini, pendistribusi akan mendapatkan hasil berupa rekomendasi keputusan yang dibuat berdasarkan penilaian pendistribusi untuk masing-masing calon daerah penerima bantuan. Penilaian pendistribusi ditentukan oleh jumlah kriteria yang dipakai yaitu jumlah kerusakan kerugian (JKK), kategori kerusakan (KK), biaya usulan dana (BuD). Dalam sistem ini metode Analytical Hierarchy Process digunakan untuk menentukan perbandingan penilaian untuk masing-masing calon daerah. Metode ini dipilih karena memiliki struktur yang hirarkis, yang sesuai dengan inti permasalahan dalam memilih masing-masing calon daerah. Pendistribusian logistik dengan metode Analytic Hieararchy Process mampu mendapatkan hasil daerah yang menjadi prioritas pendistribusian logistik dengan error rate sebesar 17,24 % sampai dengan 23,78 %. Hasil yang didapat diperoleh selisih skor sistem dan excel dibagi dengan skor pada excel. Hasil yang diperoleh, dapat digunakan untuk membantu pendistribusi melakukan distribusi logistik ke calon daerah bencana alam ,serta hanya akan membantu (mencarikan solusi terbaik) dan tidak menjadi patokan utama dalam pendistribusian logistiknya.

(2)

ix

ABSTRACT

Decision Support System for Logistics Distribution is a

computer-based information system that can be used to help the

distributor to distribute logistics according to what is desired.

Distributor in this context is the Regional Disaster Management Agency

(BPBD) Magelang regency Logistics Division. In this system, the

distributor will get the results in the form of recommendations made

decisions based distributor of votes for each candidate for local

beneficiaries. Rate distributor is determined by the number of criteria

were used, namely the amount of damage losses (JKK), categories of

damage (KK), the cost of the funding proposal (BUD). In this system

the Analytical Hierarchy Process method is used to determine the ratio

of votes for each candidate region. This method was chosen because it

has a hierarchical structure, corresponding to the core of the problem in

selecting candidates for each region. Distribution logistics with

Hieararchy Process Analytic able to get the priority areas of logistics

distribution with an error rate of 17.24% to 23.78%. The results obtained

by the difference score system and excel divided by the score on excel.

The results obtained, can be used to help the distributor perform logistics

distribution to potential natural disaster areas, and will only help (look

for the best solution) and not be the main criterion in the distribution

logistics.

Keywords: logistics distribution areas of natural disasters, Analytical

(3)

i

SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENDISTRIBUSIAN LOGISTIK MENGGUNAKAN METODE

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Disusun Oleh :

Romualdus Vanadio Yoga S. 125314048

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

ii

DECISION SUPPORT SYSTEM FOR DISTRIBUTION LOGISTIC USING ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS METHOD

THESIS

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements to Obtain Sarjana Komputer Degree

in Informatics Engineering Study Program

Created By :

Romualdus Vanadio Yoga S. 125314048

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM INFORMATICS ENGINEERING DEPARTMENT

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

viii

HALAMAN MOTTO

“Yang di depan, jalani lah”

“Santai, tetapi tetap bertanggung jawab”

“Apapun yang terjadi, terjadilah. Berusaha sebaik mungkin dan

(10)

ix ABSTRAK

Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Pendistribusian Logistik adalah sebuah sistem informasi berbasis komputer yang dapat digunakan untuk membantu pendistribusi untuk mendistribusikan logistik sesuai dengan apa yang dikehendaki. Pendistribusi dalam konteks ini adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Divisi Logistik. Pada sistem ini, pendistribusi akan mendapatkan hasil berupa rekomendasi keputusan yang dibuat berdasarkan penilaian pendistribusi untuk masing-masing calon daerah penerima bantuan. Penilaian pendistribusi ditentukan oleh jumlah kriteria yang dipakai yaitu jumlah kerusakan kerugian (JKK), kategori kerusakan (KK), biaya usulan dana (BuD). Dalam sistem ini metode Analytical Hierarchy Process digunakan untuk menentukan perbandingan penilaian untuk masing-masing calon daerah. Metode ini dipilih karena memiliki struktur yang hirarkis, yang sesuai dengan inti permasalahan dalam memilih masing-masing calon daerah. Pendistribusian logistik dengan metode Analytic Hieararchy Process mampu mendapatkan hasil daerah yang menjadi prioritas pendistribusian logistik dengan error rate sebesar 17,24 % sampai dengan 23,78 %. Hasil yang didapat diperoleh selisih skor sistem dan excel dibagi dengan skor pada excel. Hasil yang diperoleh, dapat digunakan untuk membantu pendistribusi melakukan distribusi logistik ke calon daerah bencana alam ,serta hanya akan membantu (mencarikan solusi terbaik) dan tidak menjadi patokan utama dalam pendistribusian logistiknya.

(11)

x ABSTRACT

Decision Support System for Logistics Distribution is a computer-based

information system that can be used to help the distributor to distribute logistics

according to what is desired. Distributor in this context is the Regional Disaster

Management Agency (BPBD) Magelang regency Logistics Division. In this

system, the distributor will get the results in the form of recommendations made

decisions based distributor of votes for each candidate for local beneficiaries. Rate

distributor is determined by the number of criteria were used, namely the amount

of damage losses (JKK), categories of damage (KK), the cost of the funding

proposal (BUD). In this system the Analytical Hierarchy Process method is used

to determine the ratio of votes for each candidate region. This method was chosen

because it has a hierarchical structure, corresponding to the core of the problem in

selecting candidates for each region. Distribution logistics with Hieararchy

Process Analytic able to get the priority areas of logistics distribution with an

error rate of 17.24% to 23.78%. The results obtained by the difference score

system and excel divided by the score on excel. The results obtained, can be used

to help the distributor perform logistics distribution to potential natural disaster

areas, and will only help (look for the best solution) and not be the main criterion

in the distribution logistics.

Keywords: logistics distribution areas of natural disasters, Analytical Hierarchy

(12)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Pendistribusian Logistik Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process”. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam menulis skripsi ini. Ucapan terima kasih ditujukan kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan memberkati dan memberikan kekuatan selama proses penyelesaian tugas akhir.

2. Sudi Mungkasi,S.Si.,M.Math.Sc.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Dr. Anastasia Rita selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Eko Hari Parmadi, S.Si., M.Kom selaku dosen pembimbing yang telah memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis, serta memberikan solusi pemecahan masalah melalui kritik dan saran yang membangun.

(13)
(14)
(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN JUDUL (INGGRIS)...ii

HALAMAN PERSETUJUAN...iii

HALAMAN PENGESAHAN...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN...vi

HALAMAN MOTTO ...vii

ABSTRAK...viii

ABSTRACT...ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR GAMBAR...xvi

DAFTAR TABEL...xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah... 5

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Metodologi Penelitian ... 6

(16)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI... 8

2.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan……….…….………..8

2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan………..………..8

2.1.2 Tujuan SPKK….……….………..9

2.1.3 Komponen Sistem Pendukung Keputusan………9

2.1.4 Karakteristik dan Kemampuan SPKK………...11

2.1.5 Manfaat SPKK...………..12

2.1.6 Keterbatasan SPKK………...……….…..13

2.1.7 Proses Pengambilan Keputusan... 14

2.2 Analytical Hierarchy Process... 15

2.2.1 Prinsip Dasar AHP………...15

2.2.2 Keuntungan AHP……….17

2.2.3 Algoritma AHP...17

2.3 Database...21

2.3.1 Bentuk Bahasa Basis Data...21

2.3.2 Entitas dan Hubungan Antar Entitas………22

2.3.3 Atribut Tabel...23

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN SISTEM.…...25

3.1 Gambaran Umum ... ...25

3.2 Desain Penelitian... 25

3.2.1 Studi Literatur... 25

3.2.2 Data... 25

3.2.3 Perancangan Alat Uji ...26

3.3 Spesifikasi Software dan Hardware ...27

3.4 Perancangan Antar Muka(User Interface)... 28

3.4.1 Desain Form Utama... 28

(17)

xiv

3.4.2.1 Form Input Penilaian...………..28

3.4.2.2 Form Input Calon Daerah Distribusi ...29

3.4.3 Desain Form Input Penilaian...29

3.4.3.1 Form Input Pilihan Kriteria Penilaian... 29

3.4.3.2 Form Input Pilihan Daerah Distribusi...……….30

3.4.3.3 Form Input Nilai Perbandingan Kriteria Penilaian..…………..……….30

3.4.3.4 Form Input Nilai Perbandingan Daerah Distribusi...31

3.4.4 Desain Form Hasil………...31

3.4.4.1 Desain Form Hasil Perhitungan………..31

3.5 Perancangan Proses ...32

3.6 Perancangan Basisdata ...35

3.6.1 ER-Diagram...35

3.6.2 Relasi Antar Tabel...35

3.6.3 DFD Level 0...36

3.6.4 DFD Level 1...36

3.6.5 DFD Level 2...37

3.7 Perancangan Struktur Data...38

3.7.1 Tabel Kriteria...38

3.7.2 Tabel Alternatif...39

3.7.3 Tabel Alternatif Kriteria...39

3.7.4 Tabel Login...40

3.8 Penerapan AHP ... 40

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA HASIL... 49

4.1 Implementasi...49

4.1.1 Implementasi PerhitunganAnalytical Hierarchy Proces ...49

4.1.2 Implementasi Matrik 2D ...52

(18)

xv

4.2 Hasil Implementasi ...54

4.2.1 Interface Halaman Utama ...54

4.2.2 Form Pilih Kriteria ...54

4.2.3 Form Pilih Alternatif ...55

4.2.4 Form Matrik Perbandingan Nilai Kriteria ...56

4.2.5 Form Matrik Perbandingan Sub Kriteria ...56

4.2.6 Hasil Akhir Perankingan ...59

4.3 Pengujian ...59

4.4 Analisa Hasil ...69

4.4.1 Perhitungan AHP Excel... ...69

4.4.2 Perhitungan AHP Sistem ...71

4.4.3 Uji Validitas ...71

BAB V PENUTUP...73

5.1 Kesimpulan ...73

5.2 Saran ...73

DAFTAR PUSTAKA ...74

(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komponen Sistem Pendukung Keputusan...10

Gambar 2.2 Model Konseptual SPPK...11

Gambar 2.3 Karakteristik SPPK... 13

Gambar 2.4 Keuntungan AHP...18

Gambar 3.2 Desain Form Utama ...30

Gambar 3.3 Desain Form Input Penilian/Kriteria ...30

Gambar 3.4 Desain Form Input Calon Daerah Distribusi ... 31

Gambar 3.5 Desain Form Input Pilihan Kriteria ...31

Gambar 3.6 Desain Form Input Pilihan Daerah ...32

Gambar 3.7 Desain Form Nilai Perbandingan Kriteria ...32

Gambar 3.8 Desain Form Nilai Perbandingan Kriteria dengan Calon Daerah ...33

Gambar 3.9 Desain Form Hasil Perhitungan ...33

Gambar 3.10 Flowchart Perancangan Proses ...36

Gambar 3.11 ER – Diagram ...37

Gambar 3.12 Relasi Antar Tabel ...37

Gambar 3.13 DFD level 0 ...38

Gambar 3.14 DFD level 1 ...38

Gambar 3.15 DFD level 2 ...40

Gambar 4.1 Form Halaman Utama …...55

Gambar 4.2 Form Pilih Kriteria ...56

(20)

xvii

Gambar 4.4 Form Matriks Perbandingan Nilai antar Kriteria ...57

Gambar 4.5 Form Matriks Perbandingan Sub-Kriteria ...59

(21)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Contoh Matrik Perbandingan Berpasangan ... 20

Tabel 2.2 Tabel Skala Nilai Perbandingan Berpasangan ... 20

Tabel 2.3 Tabel Nilai Indeks Random ... 22

Tabel 3.1 Tabel Kriteria ...40

Tabel 3.2 Tabel Alternatif ...41

Tabel 3.3 Tabel Alternatif Kriteria ...41

Tabel 3.4 Tabel Login ...42

Tabel 4.1 Tabel data Biaya Usulan Dana bulan Januari 2015...60

Tabel 4.2 Tabel data Jumlah Kerusakan Kerugian bulan Januari 2015...60

Tabel 4.3 Tabel data Kategori Kerusakan bulan Januari 2015...61

Tabel 4.4 Tabel Matrik Perbandingan Kriteria yang disederhanakan ... 61

Tabel 4.5 Matriks perbandingan untuk kriteria yang dinormalisasikan ...62

Tabel 4.6 Matriks perbandingan kriteria JKK ...63

Tabel 4.7 Tabel matriks perbandingan yang dinormalisasi ...64

Tabel 4.8 Tabel jumlah nilai per baris dan vektor prioritas dari JKK ...64

Tabel 4.9 Tabel Matriks perbandingan kriteria KK ...65

Tabel 4.10 Tabel matriks perbandingan yang dinormalisasi ...65

Tabel 4.11 Tabel jumlah nilai per baris dan vektor prioritas dari KK ...66

Tabel 4.12 Tabel Matrik perbandingan kriteria BUD ...66

Tabel 4.13 Tabel matriks perbandingan yang dinormalisasi ...67

Tabel 4.14 Tabel jumlah nilai per baris dan vektor prioritas dari BUD ...67

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Telah diketahui bersama bahwa bencana alam yang terjadi mengakibatkan dampak yang signifikan. Mulai dari materiil, hingga korban jiwa. Terutama yang telah meluluhlantahkan sebagian daerah Kabupaten Magelang dan sekitarnya sehingga menimbulkan berbagai polemik pasca bencana alam. Terutama bagi pemerintahan dan masyarkat Kabupaten Magelang, yang sedang dalam posisi tidak siap untuk menghadapi suatu bencana. Dan dari ketidaksiapan itu membuat segala sesuatu yang berkaitan dengan pengolahan rehabilitasi pasca bencana alam menjadi terbengkelai ,yang cenderung bersifat pasif dan serba tergesa-gesa. Dan hal ini terjadi selama berhari-hari sampai berminggu-minggu sehingga masyarakat menjadi terlantar dan tidak terurus walaupun Pemerintah Daerah setempat bahkan Gubernur sudah memberikan instruksi.

Menurut indeks rawan bencana Indonesia, Kabupaten Magelang merupakan daerah yang rawan bencana dengan tingkat kerawanan tinggi dan menempati urutan 34 dari 494 kabupaten di Indonesia. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Magelang rawan terjadi bencana erupsi gunung api, angin kencang, banjir, tanah longsor dan sebagainya. Pada kurun waktu tahun 2014 dan tahun 2015 telah terjadi 255 kejadian bencana.

Pola penanggulangan bencana mendapatkan dimensi baru dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana, Peraturan Kepala Badan Nasional

(23)

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 48 tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja BPBD yang diikuti beberapa aturan pelaksana terkait, yaitu Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana, dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana.

Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana merupakan panduan/acuan bagi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Instansi/Lembaga dan pemangku kepentingan penanggulangan bencana lainnya agar pengelolaan logistik dan peralatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat, terpadu dan akuntabel.

Sistem manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana merupakan suatu sistem yang memenuhi persyaratan antara lain sebagai berikut :

1. Dukungan logistik dan peralatan yang dibutuhkan harus tepat waktu, tepat tempat, tepat jumlah, tepat kualitas, tepat kebutuhan dan tepat sasaran, berdasarkan skala prioritas dan standar pelayanan.

2. Sistem transportasi memerlukan improvisasi dan kreatifitas di lapangan, baik melalui darat, laut, sungai, danau maupun udara.

3. Distribusi logistik dan peralatan memerlukan cara-cara penyampaian yang khusus (a.l. karena keterbatasan transportasi,penyebaran kejadian, keterisolasian ketika terjadi bencana).

4. Inventarisasi kebutuhan, pengadaan, penyimpanan dan penyampaian sampai dengan pertanggungan jawab logistik dan peralatan kepada yang terkena bencana memerlukan sistem manajemen khusus.

(24)

7.Kemungkinan bantuan dari pihak militer, kepolisian, badan usaha, lembaga swadaya masyarakat maupun instansi terkait lainnya baik dari dalam maupun luar negeri, atas komando yang berwenang.

8. Memperhatikan rantai pasokan yang efektif dan efisien.

Faktor utama yang dapat mendukung berjalannya sistem logistik dan peralatan untuk penanggulangan bencana adalah : Kemampuan infrastruktur, ketersediaan dan jumlah alat transportasi penanggulangan bencana baik secara nasional, regional, lokalmaupun setempat. Perlu dipertimbangkan faktor politis dankonflik di masyarakat. Efektifitas sistem logistik dan peralatan inisangat dipengaruhi oleh sistem informasi dan pengendaliannya.

Rantai pasokan dalam sistem manajemen logistik dan peralatan berdasar kepada:

1. Tempat atau titik masuknya logistik 2. Gudang utama

3. Gudang penyalur

4. Gudang penyimpanan terakhir di pos komando

Semuanya harus didukung oleh fasilitas pendukung dan peralatan yang memadai untuk mengangkut atau memindahkan secara fisik logistik yang akan disampaikan ke lokasi bencana.

Bagi setiap usaha yang telah menggunakan sistem informasi berbasis computer dalam kegiatan usahanya maka memerlukan adanya sistem pendukung pengambilan keputusan untuk pendistribusian logistik bencana alam berdasarkan dengan luas wilayah dan infrastruktur didalamnya serta dapat menentukkan logistik apa saja yang diperlukan masyarakat tersebut. Sistem pendukung pengambilan keputusan ini juga dapat berguna untuk memonitor pendistribusian dari waktu ke waktu. Sistem ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan langkah selanjutnya bagi daerah yang menjadi prioritas utama ataupun tidak.

(25)

dengan input utamanya persepsi manusia. Keberadaan hierarki ini memungkinkan untuk dipecahnya masalah kompleks atau tidak terstruktur dalam sub-sub masalah, lalu menyusunnya sebagai bentuk hierarki. Yang kemudian di rekomondasikannya pendistribusian menggunakan cara manual sehingga membutuhkan banyak waktu untuk menentukan dengan banyak bobot yang di butuhkan dalam penentuan daerah-daerah yang berhak mendapatkan logistik.

Sistem ini juga tidak ditujukan untuk menggantikan peran dari Dinas terkatit dalam hal mengambil keputusan tetapi hanya untuk membantu Bidang Logistik dari Dinas terkait dalam mengambil sebuah keputusan secara cepat dan tepat, sesuai dengan kriteria yang diinginkan atau setidaknya mendekati kriteria yang diinginkan. Alternatif-alternatif pilihan yang diharapkan dapat memberikan daftar referensi kepada pembuat keputusan sebelum benar-benar mengambil keputusan akhir. Sistem pendukung keputusan ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang merupakan suatu metode penentuan urutan (prioritas) dalam analisis multikriteria.

Dengan latar belakang masalah tersebut membuat penulis ingin

membuat sebuah sistem pendukung pengambilan keputusan

pendistribusian logistic bencana alam di Kabupaten Magelang tersebut. Dan semoga sistem ini diharapkan juga bisa diterapkan dalam wilayah lain yang mengalami peristiwa bencana alam tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas ,maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut yaitu :

1. Bagaimana membangun sistem pendukung pengambilan keputusan pendistribusian logistik pada Kabupaten Magelang dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process).

(26)

1.3 Batasan Masalah

Dalam pelaksanaan penelitian ini ,berbagai permasalahan yang muncul dalam konteks objek yang lebih luas akan dibatasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sehingga pembahasan penelitian lebih bisa mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Dalam hal ini ada beberapa masalah yang dibatasi :

1. Studi Kasus dalam Tugas Akhir ini ditekankan pada wilayah Kabupaten Magelang, diprioritaskan hanya sampai daerah kecamatan.

2. Menggunakan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dalam menyelesaikan masalah pendistribusian logistik bencana alam pada Kabupaten Magelang.

3. Sistem ini akan dibangun dan dikembangkan dengan bahasa pemrograman Netbeans 7.4 dan MySQL sebagai database-nya.

4. Atribut yang digunakan untuk perhitungan nilai perbandingan adalah Biaya Usulan Dana (BUD), JKK (Jumlah Kerusakan Kerugian), dan KK (Kategori Kerusakan).

5. Output dari penelitian ini berupa presentase penerimaan bantuan logistik.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dan manfaat dari penelitian tugas akhir yang berjudul “Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Pendistribusian Logistik Bencana Alam dengan Studi Kasus Wilayah Kabupaten Magelang ini adalah :

(27)

2. Bagi Pemerintah Kabupaten Magelang dalam hal ini BPBD membantu untuk memantau dan memberikan prioritas pendistribusian.

3. Menguji validitas sistem pendukung pengambilan keputusan yang telah dibangun.

1.5 Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam pembuatan penelitian ini adalah metode System Development Life Cycle ( paradigma Waterfall ).

Didalam metode ini terdiri dari tahap-tahap : analisis kebutuhan, perancangan sistem, pengkodean dan pengujian.

1. Analisa Masalah

Mengidentifikasi dan menganalisis terhadap kebutuhan dari semua elemen sistem dengan pengumpulan data.

2. Perancangan sistem

Tahap perancangan/desain merupakan tahap

menterjemahkan syarat/kebutuhan ke dalam sebuah representasi perangkat lunak yang dapat diperkirakan. Proses perancangan ini meliputi perancangan sistem, perancangan basis data, perancangan user interface dan perancangan program.

3. Pengkodean

Tahap pengkodean merupakan tahap menterjemahkan hasil desain menggunakan bahasa pemrograman tertentu.

4. Pengujian

(28)

1.6Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Pada bagian Pendahuluan ini memuat tentang latar belakang ,rumusan masalah ,batasan masalah ,tujuan ,metodologi ,dan sistematika penelitian.

Bab II Landasan Teori

Pada bagian ini berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan penulisan. Dan juga membahas mengenai metode yang digunakan.

Bab III Metodologi dan Perancangan Sistem

Pada bagian ini akan berisi tentang gambaran umum sistem yang akan dibangun, data yang digunakan, desain penelitian, spesifikasi software dan hardware yang digunakan serta perancangan sistem yang dibuat meliputi perancangan metode Analytical Hierarchy Process, perancangan sistem (use case, flowchart, diagram konteks, perancangan basis data), dan perancangan antarmuka.

Bab IV : Implementasi dan Analisa Hasil

Pada bagian ini akan berisi tentang implementasi perancangan antarmuka dan implementasi metode Analytical Hierarchy Process ke dalam program. Hasil sistem yang telah dibangun diuji dengan menggunakan data usulan dana bulan Januari-Maret 2015.

Bab V Kesimpulan dan Saran

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atauDecision Support System

(DSS) adalah sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan

pemecahan masalah maupun kemampuan pengkomunikasian untuk

masalah dengan kondisi semi terstruktur dan tak terstruktur. Sistem ini

digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi semi

terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorangpun tahu

secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat (Turban, 2001).

SPK merupakan implementasi teori-teori pengambilan keputusan

yang telah diperkenalkan oleh ilmu-ilmu seperti operation research dan

management science, hanya bedanya adalah bahwa jika dahulu untuk

mencari penyelesaian masalah yang dihadapi harus dilakukan perhitungan

iterasi secara manual (biasanya untuk mencari nilai minimum, maksimum,

atau optimum), saat ini computer PC telah menawarkan kemampuannya

untuk menyelesaikan persoalan yang sama dalam waktu relatif singkat

(Kusrini, 2011).

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) memiliki lima karakteristik

utama yaitu :

1. Sistem yang berbasis komputer.

2. Dipergunakan untuk membantu para pengambil keputusan

3. Untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang mustahil

dilakukan dengan kalkulasi manual

4. Melalui cara simulasi yang interaktif

(30)

Pengambilan keputusan merupakan proses memilih sejumlah

alternative tindakan dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu

(Turban, 2005).

2.1.2 Tujuan SPPK

Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan memiliki tujuan

sebagai berikut (Keen, 1980) :

 Membantu pengambilan keputusan untuk memecahkan

masalah semi terstruktur.

 Mendukung penilaian pengambilan keputusan bukan untuk menggantikan peran pengambil keputusan.

 Meningkatkan efektifitas pengambil keputusan.

2.1.3 Komponen Sistem Pendukung Keputusan

Secara umum Sistem Pendukung Keputusan dibangun oleh tiga

komponen besar yaitu database Management, Model Base dan Software

System/User Interface. Komponen SPK tersebut dapat digambarkan

seperti gambar di bawah ini.

(31)

a. Database Management

Merupakan subsistem data yang terorganisasi dalam suatu basis

data. Data yang merupakan suatu sistem pendukung keputusan dapat

berasal dari luar maupun dalam lingkungan. Untuk keperluan SPK,

diperlukan data yang relevan dengan permasalahan yang hendak

dipecahkan melalui simulasi.

b. Model Base

Merupakan suatu model yang merepresentasikan permasalahan

kedalam format kuantitatif (model matematika sebagai contohnya) sebagai

dasar simulasi atau pengambilan keputusan, termasuk didalamnya tujuan

dari permaslahan (objektif), komponen-komponen terkait, batasan-batasan

yang ada (constraints), dan hal-hal terkait lainnya. Model Base

memungkinkan pengambil keputusan menganalisa secara utuh dengan

mengembangkan dan membandingkan solusi alternatif.

c. User Interfase / Pengelolaan Dialog

Terkadang disebut sebagai subsistem dialog, merupakan

penggabungan antara dua komponen sebelumnya yaitu Database

Management dan Model Base yang disatukan dalam komponen ketiga

(user interface), setelah sebelumnya dipresentasikan dalam bentuk model

yang dimengerti komputer. User Interface menampilkan keluaran sistem

bagi pemakai dan menerima masukan dari pemakai kedalam Sistem

Pendukung Keputusan.

d. Manajemen pengetahuan

Subsitem optional ii lebih bersifta fleksibel, dimana subsistem ini

dapat mendukung subsistem lainnya atau berdiri sendiri. Subsistem ini

dibutuhkan ketika ketiga subsistem SPPK lainnya tidak mampu lagi

menyelesaikan masalah yang semi terstuktur maupun tidak terstuktur.

Subsistem ini terbentuk dari satu atau lebih sistem pakar. Selain itu juga

(32)

Gambar 2.2Model Konseptual SPPK

2.1.4 Karakteristik dan Kemampuan SPPK

SPPK memiliki beberapa karakteristik yang khas dibandingkan

dengan sistem informasi yang lainnya (Turban, 1995) yaitu :

a. SPPK membuat dukungan bagi pembuat keputusan,

terutama untuk keputusan semi dan tidak terstruktur.

b. SPPK dapat dimanfaatkan oleh individu maupun kelompok.

c. SPPK menyediakan dukungan kepada beberapa

ketergantungan dan atau rangkaian keputusan.

d. SPPK dapat mendukung beberapa kondisi keputusan yang

saling bergantung atau berurutan.

e. SPPK bersifat fleksibel.

f. SPPK harus mudah digunakan.

g. SPPK mempunyai tujuan khusus untuk mendukung

keputusan yang diambil, tetapi tidak menggantikan peran

(33)

Karakter-karakter tersebut dapat digambarkan dalam diagram

seperti dibawah ini :

Gambar 2.3Karakteristik SPPK

2.1.5 Manfaat SPPK

SPPK sebagai sebuah sistem memberikan manfaat bagi

penggunanya, antara lain :

a. SPPK memperluas kemampuan pengambil keputusan

dalam memproses data dan informasi bagi penggunanya.

b. SPPK membantu pengambilan keputusan dalam hal

penghematan waktu pemecahan masalah.

c. SPPK dapat menghasilkan solusi dengan cepat serta dapat

diandalkan.

d. Walaupun SPPK mungkin saja tidak mampu menyelesaikan

masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun

ia mampu menjadi stimulan, karena SPPK menyediakan

berbagai alternative penyelesaian.

e. SPPK dapat menyediakan buku tambahan untuk

memberikan pembenaran sehingga dapat memperkuat

posisi pengambil keputusan.

(34)

g. SPPK memperbaiki efektifitas manajerial dan produktifitas

analisis.

2.1.6 Keterbatasan SPPK

Sebuah sistem tentunya memiliki kelemahan dan keterbatasan

kemampuan dalam hal tertentu. Demikian juga dengan SPPK, memiliki

keterbataasan dalam beberapa hal antara lain :

a. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia

yang tidak dapat dimodelkan, sehingga model yang ada

dalam sistem tidak mencerminkan persoalan yang ada

secara keseluruhan.

b. Kemampuan SPPK terbatas pada perbendaharaan

kemampuan yang dimilikinya (pengetahuan dasar serta

model dasar).

c. Proses-proses yang dapat dilakukan SPPK tergantung juga

pada kemampuan perangkat lunak yang digunakan.

d. SPPK tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang

dimiliki manusia, karena walaupun bagaimana canggihnya

suatu SPPK hanyalah kumpulan perangkat lunak, perangkat

keras dan sistem opersai yang tidak dilengkapi dengan

kemampuan berpikir.

SPPK hanya mempunyai kemampuan untuk mengolah data dan

informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan, jadi sistem

hanya berguna sebagai alat bantu manajemen. Secara luas, dapat dikatakan

bahwa SPPK dirancang untuk menghasilkan berbagai alternative

penyelesaian yang akan ditawarkan kepada para pengambil keputusan,

(35)

2.1.7 Proses Pengambilan Keputusan

Tiga fase dalam proses pengambilan keputusan (Turban, 1995) yaitu :

1. Fase penalaran (intelligence phase)

Tujuan dalam fase ini adalah mengenali permasalahan,

situasi dan peluangya. Output yang dihasilkan berupa

rumusan masalah. (problem statement).

2. Fase perancangan (design phase)

Tujuan dalam fase ini adalah menghasilkan dan

menganalisa alternative solusi. Dalam fase ini dilakukan

pemodelan terhadap permasalahan yang ada. Pemodelan

sendiri berarti konseptualiasi masalah dan abstraksinya

dalam bentuk kuantitatif dan atau kualitatif.

3. Fase pemilihan (choice phase)

Batas antara fase perancangan dan fase pemilihan tidak

tegas karena adanya aktifitas-aktifitas sama yang dilakukan

dalam kedua fase tersebut. Orang sering secara iterative

kembali ke fase perancangan pada saaat berada dalam fase

pemilihan. Misalkan menemukan alternative solusi baru

pada saat mengevaluasi alternative solusi yang sudah

ditemukan sebelumnya. Dalam fase ini dilakukan pencarian

alternative solusi yang sesuai (dari antara alternative yang

dihasilkan dalam fase perancangan) yang dapat dipakai

untuk memecahkan permasalahan yang ada.

Dalam pemecahan masalah (problem solving), tiga fase

pengambilan keputusan yang ada akan diikuti implementasi terhadap

(36)

2.2 Analytcial Hierarki Process (AHP)

AHP atau Analytical Hierarchy Process merupakan salah satu metode

dalam sistem pendukung pengambilan keputusan. AHP merupakan model yang

luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk

membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara

membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang

diinginkan darinya.

Dalam metode AHP ini perlu memasukkan pertimbangan dan nilai public

pribadi secara logis. Pertimbangan yang ada merupakan satu keadaan yang saling

berhubungan. Hal ini karena disebabkan manusia pada umumnya mempunyai

perasaan yang berlainan terhadap situasi yang sama, tetapi dapat berubah karena

adanya interaksi dengan orang lain yang lebih berpengalaman. Pada kenyataannya

bila kita mengambil keputusan maka preferensi pribadi dan bujukan lebih

berperan daripada logika yang lugas dan jelas.

Untuk mendefinisikan masalah yang kompleks dan mengembangkan

pertimbangan sehat, AHP harus dicoba dan dicoba lagi, atau diulang sepanjang

waktu. Para pengambil keputusan dapat memperbanyak elemen-elemen suatu

persoalan hierarki dan mengubah beberapa pertimbangan para pengambil

keputusan.

Para pengambil keputusan dapat pula memeriksa kepekaan hasil terhadap

aneka macam perubahan yang dapat di antisipasi.

2.2.1 Prinsip-Prinsip dasar dalam AHP terbagi 3 yaitu :

1. Prinsip menyusun hierarki

Permasalahan dan realitas yang kompleks dapat disederhanakan

menjadi sebuah masalah yang sederhana.

Peyederhanaan masalah kompleks ini dilakukan dengan cara

(37)

dalam bagian dengan diawali Tujuan Umum yang merupakan sasaran

umum, kemudian dilanjutkan dengan meletakkan faktor-faktor yang

mempengaruhi pengambilan keputusan. Pada hierarki terakhir merupakan

alternative pilihan yang sesuai.

2. Prinsip menetapkan prioritas

Pada prinsip ini, elemen-elemen dalam suatu persoalan keputusan

ditentukan prioritasnya yaitu dengan membuat perbandingan berpasangan

dimana elemen-elemen dibandingkan berpasangan terhadap suatu kriteria

yang telah ditentukan. Bentuk yang digunakan dalam perbandingan

berpasangan adalah matrik, karena matrik merupakan bentuk yang lebih

disukai.

3. Prinsip konsistensi logis

Sebuah relasi antara obyek yang koheren, dengan obyek-obyek atau

pemikiran yang saling terkait menunjukkan sebuah konsistensi. Hal ini

berarti obyek yang dinilai adalah benar.

Dalam mengambil keputusan dipengaruhi oleh 2 aspek yaitu :

a. Aspek kualitatif (mendefinisikan persoalan dan hierarkinya) dan

b. Aspek kuantitatif (mengekspresikan penilaian dan preferensinya

secara ringkas dan padat).

Pada proses ini aspek kuantitatif merupakan aspek dasar dalam mengambil

(38)

2.2.2 Keuntungan-keuntungan AHP

Gambar 2.4Keuntungan-keuntungan AHP

2.2.3 Algoritma AHP

Dengan menggunakan metode AHP serta berdasarkan tiga prinsip dari

AHP, maka pada studi kasus kali ini akan disusun suatu hierarki, dan hierarki ini

akan diproses melalui beberapa langkah yaitu :

a. Langkah Pertama

Menyusun hierarki permasalahan yang ada. Pada hierarki posisi

paling atas berfungsi sebagai menentukkan tujuan (sasaran permasalahan).

(39)

pada posisi paling bawah merupakan alternative yang digunakan oleh

pengambil keputusan.

b. Langkah Kedua

Pada langkah kedua terbagi dalam dua bagian yaitu :

1. Menetapkan prioritas elemen

 Membuat perbandingan berpasangan antar elemen. Dari

masing-masing elemen ini kemudian dibandingkan

berpasangan terhadap satu kriteria yang telah ditentukan.

 Bentuk yang digunakan dalam metode ini adalah matrik, berikut contoh bentuk matrik dengan permisalan proses

pemilihan X dengan kriteria A, B, C dan C sehingga susunan

elemen menjadi seperti gambar dibawah ini.

Tabel 2.1Contoh matrik perbandingan berpasangan

Nilai diagonal matrik, merupakan perbandingan suatu elemen

dengan elemen itu sendiri.

Membandingkan elemen pertama dari suatu pasangan (elemen dikiri matrik) dengan elemen kedua (elemen pada baris

puncak). Sedangkan untuk mengisi matrik banding

berpasangan dengan menggunakan skala banding. Kemudian

dengan skala banding saatnya untuk dapat menghitung nilai

(40)

Tabel 2.2Skala Nilai Perbandingan Berpasangan

2. Sintesis

Proses menyatukan pertimbangan yang telah dibuat dalam

melakukan perbandingan berpasang. Dan dilakukan pembobotan

dan penjumlahan untuk memperoleh satu bilangan tunggal sebagai

prioritas setiap elemen. Langkahnya adalah :

 Menjumlahkan nilai dari setiap kolom pada matrik

 Membagi tiap masukan pada tiap kolom dengan jumlah

pada kolom tersebut yang bersesuaian. Setiap item pada

kolom pertama dibagi dengan jumlah pada kolom

pertama.

 Menjumlahkan semua nilai dalam setiap barisnya.

 Membagi jumlah nilai setiap barisnya tersebut dengan

banyak elemen pada tingkat kedua.

3. Tahap Ketiga (Konsistensi Logis)

AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari beberapa

pertimbangan melalui suatu ratio konsistensi. Nilai ratio harus 10%

(41)

Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara

konsisten dengan suatu kriteria yang logis.

Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara

berpasangan tersebut, harus mempunyai hubungan kardinal dan

ordinal, sebagai berikut.

Hubungan Kardinal : aij. ajk =aik

Hubungan Ordinal : AiAj AlAkmaka Ai> Ak

Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut :

 Mengalihkan matriks dengan prioritas bersesuaian

 Menjumlahkan hasil kali per baris.

 Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan

dan hasilnya dijumlahkan.

 Hasil dari poin 3 dibagi jumlah elemen, akan didapatkan?

maks

 Indeks Konsistensi CI =

 Rasio Konsistensi CR = , dimana RI adalah indeks

random konsistensi. Jika rasio konsistensi = 0,1 ,hasil

perhitungan data dapat dibenarkan. Nilai indeks random

(42)

Tabel 2.3Nilai Indeks Random

2.3 Database

Basis data adalah koleksi data yang berisi informasi yang berhubungan

dengan suatu perusahaan. Pengelolaan basis data dilakukan oleh sebuah perangkat

lunak (sistem) yang khusus. Perangkat lunak ini disebut Database Management

System (DBMS). DBMS adalah suatu koleksi dari data yang saling berhubungan

dan serangkaian program untuk mengakses data tersebut.

Prinsip utama dari Basis data adalah pengaturan data/arsip, sedangkan

tujuan utamanya adalah kemudahan dan kecepatan dalam pengambilan kembali

data/arsip.

2.3.1 Bentuk Bahasa Basis Data

Sebuah bahasa basis data biasanya berbagai dalam dua bentuk yaitu :

1. Data Definition Language(DDL)

DDL adalah bahasa khusus yang menspesifikasikan struktur basis

data yang menggambarkan desain basis data secara keseluruhan.

Bahasa ini mendukung pembuatan table baru, pembuatan indeks,

perubahan table, dan penentuan struktur penyimpanan table. Hasil dari

kompilasi perintah DDL adalah kumpulan table yang disimpan dalam

(43)

Kamus Data merupakan suatu metadata (superdata) yaitu data yang

mendeskripsikan data sesungguhnya.

Kamus Data akan selalu diakses dalam suatu operasi basis data

sebelum suatu file data yang sesungguhnya diakses.

2. Data Manipulation Language(DML)

DML merupakan bentuk bahasa basis data yang berguna untuk

melakukan manipulasi dan pengambilan data pada suatu basis data dan

dapat berupa :

a. Penyisipan atau penambahan data baru ke suatu basis data.

b. Penghapusan data dari suatu basis data.

c. Perubahan data di suatu basis data.

DML merupakan bahasa yang bertujuan memudahkan pemakai untuk

mengakses data sebagaimana dipresentasikan oleh model data.

2.3.2 Entitas dan Hubungan Antar Entitas

Entitas adalah objek pada dunia nyata yang terbedakan dari objek yang

lain. Setiap entitas memiliki serangkaian property dan beberapa property ini

secara unik menggambarkan suatu entitas. Rangkaian entitas (entity sets) adalah

serangkaian entitas yang memiliki tipe yang sama dan berbagai property atau

atribut yang sama.

Suatu entitas direpresentasikan dengan serangkaian atribut. Atribut ini

sendiri adalah property deskriptif yang dipunyai oleh setiap anggota dari entity

sets.Setiap entitas mempunyai nilai untuk setiap atribut.

Entitas dapat saling berhubungan dengan entitas yang lain. Hubungan ini

disebut sebagai relasi. Adapun relasi antar entitas (misal, entitas A dan entitas B)

(44)

1. Relasi satu ke satu (one-to-one)

Merupakan bentuk relasi dengan satu entitas A dapat terhubung

dengan hanya sebuah entitas dalam B, demikian juga sebaliknya yaitu

setiap entitas dalam B dapat terhubung hanya dengan sebuah entitas dalam

A.

2. Relasi satu ke banyak (one-to-many)

Merupakan relasi dengan sebuah entitas dalam A dapat terhubung

dengan sedikitnya nol entitas dalam B, sedangkan setiap entitas B hanya

terhubung dengan satu entitas dalam A.

3. Relasi banyak ke satu (many-to-one)

Merupakan relasi dengan setiap entitas dalam A terhubung dengan

satu entitas dalam B, akan tetapi setiap entitas dalam B dapat terhubung

dengan sedikitnya nol entitas dalam A.

4. Relasi banyak ke banyak (many-to-many)

Merupakan relasi dengan sebuah entitas dalam A dapat terhubung

dengan sedikitnya nol entitas dalam B, begitu juga dengan setiap entitas

dalam B dapat terhubung dengan sedikitnya nol entitas dalam A.

2.3.3 Atribut Tabel (Table Atrribute)

Istilah atribut identik dengan pemakaian istilah kolom data. Dan umumnya

digunakan dalam perancangan basis data karena lebih impresif dalam

menunjukkan fungsinya sebagai pembentuk karakteristik pada sebuah tabel.

Atribut-atribut ini dapat dibedakan berdasarkan sejumlah

pengelompokkan, yaitu :

1. Key

Merupakan satu/gabungan dari beberapa atribut yang dapat membedakan

(45)

Ada empat macam key pada pada basis data, yaitu :

a. Kunci kandidat (candidate key)

Kunci kandidat adalah kunci yang secara unik (tidak mungkin

kembar) dapat dipakai untuk mengidentifikasi suatu baris di dalam

tabel.

b. Kunci primer (primary key)

Kunci primer adalah kunci kandidat yang dipilih sebagai kunci

utama untuk mengidentifikasi baris dalam tabel.

c. Kunci alternatif (alternate key)

Kunci alternatif adalah semua kunci kandidat yang tidak bertindak

sebagai kunci primer.

d. Kunci tamu (foreign key)

Kunci tamu adalah sembarang atribut yang menunjuk ke kunci

primer pada tabel lain.

2. Atribut Deskripsi

Merupakan atribut-atribut yang tidak menjadi atau merupakan anggota

(46)

BAB III

METODOLOGI DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Gambaran Umum

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menentukan prioritas pendistribusian logistik dalam hal usulan dana. Input yang digunakan berupa data kriteria dan alternatif (wilayah di Kab. Magelang). Data tersebut akan diolah untuk selanjutnya menghasilkan output hasil akhir perhitungan. Nantinya sistem diharapkan mampu membantu divisi logistik untuk menentukan daerah mana yang harus menjadi prioritas pendistribusian logistik saat terjadi bencana alam. 3.2 Desain Penelitian

3.2.1 Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan membaca buku, jurnal, serta sumber lain yang berkaitan dengan metode Analytical Hierarchy Process.

3.2.2 Data

- Data yang Digunakan

Data yang digunakan adalah data usulan dana bantuan bulan Januari sampai Maret 2015. Usulan dana bantuan yang dimaksud adalah usulan dana yang harus dikeluarkan pihak terkait yang digunakan untuk mengganti kerusakan yang dialami oleh warga/desa/kecamatan yang terkena dampak bencana alam. Data tersebut juga digunakan untuk dasar pengujian sistem program ini.

- Teknik Pengumpulan Data

(47)

Kabupaten Magelang. Melalui wawancara, peneliti dapat mengetahui gambaran proses usulan dana pendistribusian logistik ke daerah yang terkena dampak bencana alam. Data usulan dana yang telah diperoleh kemudian diseleksi untuk dijadikan data pengujian sistem.

3.2.3 Perancangan Alat Uji

Metodologi yang digunakan dalam penelitian adalah model pengembangan alat uji waterfall. Model pengembangan ini dilakukan secara sistematis. Berikut adalah beberapa tahapannya : - Analisa

Dalam tahap ini dilakukan analisa terhadap kebutuhan sistem. Seorang sistem analis bertugas dalam mencari informasi sebanyak mungkin dari user sehingga sistem yang dibuat sesuai dengan keinginan user. Tahapan ini biasanya akan menghasilkan dokumen user requirement yang dapat digunakan sistem analis untuk menerjemahkan ke dalam bahasa pemrograman.

- Desain

Dalam tahap ini dilakukan proses membuat rancangan alat uji berdasarkan informasi dari tahap-tahap sebelumnya. Proses ini berfokus pada struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi interface, dan detail algoritma. Tahapan ini akan menghasilkan dokumen yang disebut software requirement. Dokumen ini yang digunakan seorang programmer untuk membangun sistemnya. - Pengkodean (Coding)

(48)

- Pengujian

Pada tahap pengujian, alat uji berupa perangkat lunak diuji coba untuk mengetahui apakah perangkat lunak tersebut sudah sesuai dengan rancangan dan kebutuhan pengguna. Selain itu, pengujian dilakukan untuk menemukan kesalahan-kesalahan sistem yang kemudian akan diperbaiki.

3.3 Spesifikasi Software dan Hardware

Spesifikasi software dan hardware yang digunakan dalam implementasi sistem pendukung keputusan ini adalah sebagai berikut :

a. Software

- Sistem Operasi yang digunakan adalah Microsoft Windows 8.1 64-bit - Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Java dengan aplikasi Netbeans.

b. Hardware

- Processor yang digunakan yaitu AMD FX- 7600P Radeon R7 @2.70 Ghz

(49)

3.4 Perancangan Antar Muka (User Interface) 3.4.1 Desain Form Utama

Gambar 3.2 Desain Form Utama 3.4.2 Desain Form Input

3.4.2.1 Form Input Penilaian

(50)

3.4.2.2 Form Input Calon Daerah Distribusi

Gambar 3.4 Desain Form Input Calon Daerah Distribusi 3.4.3 Desain Form Input Penilaian

3.4.3.1 Form Input Pilihan Kriteria Penilaian

(51)

3.4.3.2 Form Input Pilihan Daerah Distribusi

Gambar 3.6 Desain Form Input Pilihan Daerah 3.4.3.3 Form Input Nilai Perbandingan Kriteria Penilaian

(52)

3.4.3.4 Form Input Nilai Perbandingan Daerah Distribusi

Gambar 3.8 Desain Form Nilai Perbandingan Kriteria dengan Calon Daerah

3.4.4 Desain Form Hasil

3.4.4.1 Desain Form Hasil Perhitungan

(53)

3.5 Perancangan Proses

Berdasarkan jumlah kriteria penilaian dan jumlah calon daerah yang dimasukkan oleh user, maka sistem akan membentuk matriks-matriks yang akan digunakan sebagai media perhitungan. Jumlah kriteria penilaian dan jumlah calon daerah akan menentukan jumlah matriks yang terbentuk dan besarnya matriks-matriks tersebut.

Matriks yang terbentuk akan diolah sesuai dengan metode AHP. Urutan algoritma yang dilakukan sistem adalah sebagai berikut :

1. Tentukan perbandingan kepentingan tiap kriteria penilaian sehingga akan dibentuk matriks perbandingan.

2. Selanjutnya akan dilakukan operasi pada matriks tersebut :  Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks

 Membagi setiap masukan pada setiap kolom dengan jumlah pada kolom tersebut yang bersesuaian.

 Jumlahkan semua nilai dalam setiap barisnya.

 Bagi jumlah nilai setiap barisnya dengan banyaknya elemen sehingga akan didapatkan vector prioritas untuk masing-masing kriteria.

3. Menyusun konsistensi untuk mengetahui apakah penilaian/perbandingan yang dilakukan pada langkah 2 menunjukkan bahwa koherensi antar obyek yang dinilai adalah benar.

 Kalikan setiap masukan kolom pertama matriks dengan vector prioritas elemen pertama, kolom kedua dengan vector prioritas elemen kedua dan seterusnya.

 Jumlahkan setiap barisnya.

 Bagi setiap jumlah-jumlah perbaris dengan vector prioritas yang bersesuaian.

 Jumlahkan hasil bagi di atas dan kemudian dibagi lagi dengan banyaknya masukan data. Hasil proses ini disebut dengan λ maks.  Hitung Consistency Index (CI) = (λ – n) / (n – 1)

(54)

Nilai CR di sini harus 0.1 atau kurang. Jika lebih dari 0.1 berarti pertimbangan itu mungkin agak acak dan perlu diperbaiki (kembali ke langkah 1 )

4. Tentukan perbandingan kepentingan tiap calon terhadap sebuah kriteria, jadi jumlah matriks yang terbentuk adalah sejumlah kriteria yang digunakan user.

5. Untuk masing-masing matriks dilakukan operasi seperti langkah 2 untuk menghasilkan vektor prioritas masing-masing calon berdasarkan kriteria tertentu dan langkah 3 untuk menyusun konsistensi.

6. Berdasarkan hasil langkah 2 dan 5 akan dihitung vektor prioritas menyeluruh, yaitu dengan cara mengalikannya (perkalian antara vector prioritas tiap kriteria dengan vektor prioritas tiap calon daerah).

(55)
(56)

3.6 Perancangan Basisdata 3.6.1 ER-Diagram

Gambar 3.11 ER – Diagram 3.6.2 Relasi Antar Tabel

(57)

3.6.3 DFD level 0

DFD dari sistem yang dibuat adalah :

Gambar 3.13 DFD level 0

DFD level 0 merepresentasikan seluruh elemen SPPK Pendistribusian Logistik dengan metode AHP sebagai sebuah proses dengan data input adalah data pengguna dan output adalah data keputusan dalam bentuk laporan yang dinyatakan oleh anak panah yang masuk dan keluar.

3.6.4 DFD level 1

Pada gambar diatas pada DFD level 1 memiliki 4 proses ,yaitu proses input data kriteria, input data daerah, input data alternatif kriteria ,proses distribusi yang menggambarkan langkah-langkah pendistribusian.

(58)

3.6.5 DFD level 2

(59)

Gambar 3.15 DFD level 2 3.7 Perancangan Struktur Data

3.7.1 Tabel Kriteria

Tabel Kriteria ini digunakan untuk menyimpan data tentang kriteria penilaian yang dapat digunakan untuk melakukan proses perhitungan,

Tabel 3.1 Tabel Kriteria

Nama Field Tipe Data Ukuran Field Keterangan

ID_Kriteria Text 10 ID Kriteria

Nama_Kriteria Text 20 Nama Kriteria

(60)

3.7.2 Tabel Alternatif

Tabel Calon Daerah Distribusi ini digunakan untuk menyimpan data yang berisi data calon-calon daerah yang sudah diseleksi.

Tabel 3.2 Tabel Alternatif

Nama Field Tipe Data Ukuran Field Keterangan

ID Text 10 ID Alternatif

Nama_Alternatif Text 15 Nama Alternatif

Deskripsi Text 20 Deskripsi

3.7.3 Tabel Alternatif Kriteria

Tabel Alternatif Kriteria ini digunakan untuk menyimpan data yang berisi data alternatif kriteria yang diberikan kepada kriteria dan alternatif yang sudah disimpan.

Tabel 3.3 Tabel Alternatif Kriteria

Nama Field Tipe Data Ukuran Field Keterangan

ID Text 10 ID Alternatif Kriteria

Alternatif Text 10 Nama Alternatif

Kriteria Text 10 Nama Kriteria

Nilai Text 10 Penilaian antara Alternatif

(61)

3.7.4 Tabel Login

Tabel Login ini digunakan untuk menyimpan data yang berisi username dan password dari admin/pengguna yang akan mengakses ke dalam sistem nantinya.

Tabel 3.4 Tabel Login

Nama Field Tipe Data Ukuran Field Keterangan

Username Text 15 Username

Password Text 10 Password

3.8 Penerapan AHP

Pada contoh penerapan AHP berikut akan dijelaskan secara detail (langkah demi langkah) pada proses pemilihan calon daerah distribusi.

Langkah ke-1 : (Menyusun Hierarki)

Memilih calon daerah dengan kriteria penilaian biaya usulan dana, kategori kerusakan, dan jumlah kerusakan kerugian. Dengan tiga calon daerah yaitu Bandongan, Candimulyo, dan Srumbung.

Tujuan

Kriteria

Alternatif

Pendistribusian Logistik B.A.

Biaya Usulan Dana (BUD)

Kategori Kerusakan (KK)

Srumbung Candimulyo

Bandongan

(62)

Langkah ke-2 : (Menetapkan Prioritas)

Tetapkan preferensi kepentingan dengan membentuk matriks yang akan membandingkan kriteria penilaian secara berpasangan. Kemudian jumlahkan tiap kolomnya. Biaya Usulan Dana

(BUD)

Bagi nilai masukan dengan nilai jumlah kolom yang bersesuaian. Kemudian jumlahkan per barisnya. Setelah itu bagi jumlah baris dengan banyaknya kriteria.

(63)

Langkah ke-3 : (Konsistensi Logis)

Kemudian ambil matriks pertama (masukan pertama) dan kalikan dengan vector prioritas yang bersesuaian dengan masukan. Jumlah perbarisnya.

Biaya Usulan

Dana (BUD)

(0.6650)

Kategori

Kerusakan (KK)

(0.2310)

Jumlah

Kerusakan

Kerugian (JKK)

(0.1038)

∑ baris - 2

Biaya Usulan

Dana (BUD)

(1)(0.6650) (4)(0.2310) (5)(0.1038) 2.108

Kategori

Kerusakan (KK)

(1/4)(0.6650) (1)(0.2310) (3)(0.1038) 0.7086

Jumlah

Kerusakan

Kerugian (JKK)

(1/5)(0.6650) (1/3)(0.2310) (1)(0.1038) 0.3138

Bagi jumlah baris-2 dengan vektor prioritas yang bersesuian.

Hitung lamda maksimal ( λ maks) : λ maks =

(64)

Hitung nilai CR : CR =

Karena nilai CR (Consistency Ratio < 0,100) konsisten, kemudian lakukan pertimbangan/ perbandingan untuk semua calon daerah terhadap masing-masing kriteria penilaian.

Kategori Kerusakan (KK) Kategori Kerusakan

(KK)

Bandongan Candimulyo Srumbung

Bandongan 1 2 1

Candimulyo 1/2 1 1/2

Srumbung 1 2 1

∑ kolom 2.5 5 2.5

Kategori Kerusakan (KK)

Bandongan Candimulyo Srumbung ∑ baris Vektor

prioritas

Bandongan (1)/2.5 (2)/5 (1)/2.5 1.2 0.4

Candimulyo (1/2)/2.5 (1)/5 (1/2)/2.5 0.6 0.2

(65)

Kategori

Kerusakan (KK)

Bandongan (0.4)

Candimulyo (0.2)

Srumbung (0.4)

∑ baris – 2

Bandongan (1)(0.4) (2)(0.2) (1)(0.4) 1.2

Candimulyo (1/2)(0.4) (1)(0.2) (1/2)(0.4) 0.6

Srumbung (1)(0.4) (2)(0.2) (1)(0.4) 1.2

λ maks =

CI =

CR =

Jumlah Kerusakan Kerugian (JKK)

Jumlah Kerusakan

Kerugian (JKK)

Bandongan Candimulyo Srumbung

Bandongan 1 2 1

Candimulyo ½ 1 ½

Srumbung 1 2 1

(66)

Jumlah Kerusakan

Kerugian

Bandongan Candimulyo Srumbung ∑ baris Vektor

prioritas

Bandongan (1)/2.5 (2)/5 (1)/2.5 1.2 0.4

Candimulyo (1/2)/2.5 (1)/5 (1/2)/2.5 0.6 0.2

Srumbung (1)/2.5 (2)/5 (1)/2.5 1.2 0.4

Jumlah Kerusakan

Kerugian

Bandongan (0.4)

Candimulyo (0.2)

Srumbung (0.4)

∑ baris – 2

Bandongan (1)(0.4) (2)(0.2) (1)(0.4) 1.2

Candimulyo (1/2)(0.4) (1)(0.2) (1/2)(0.4) 0.6

Srumbung (1)(0.4) (2)(0.2) (1)(0.4) 1.2

λ maks =

CI =

(67)

Biaya Usulan Dana (BUD) Biaya Usulan Dana

(BUD)

Bandongan Candimulyo Srumbung

Bandongan 1 ½ 1/3

Candimulyo 2 1 1/2

Srumbung 3 2 1

kolom 6 3.5 1.8333

Biaya Usulan

Dana (BUD)

Bandongan Candimulyo Srumbung ∑ baris Vektor

Prioritas

Bandongan (1)/6 (1/2)/3.5 (1/3)/1.8333 0.4913 0.1637

Candimulyo (2)/6 (1)/3.5 (1/2)/1.8333 0.8917 0.2972

Srumbung (3)/6 (2)/3.5 (1)/1.8333 1.6168 0.5389

Biaya Usulan Dana (BUD)

Bandongan (0.1637)

Candimulyo (0.2972)

Srumbung (0.5389)

∑ baris – 2

Bandongan (1)(0.1637) (1.2)(0.2972) (1)(0.5389) 0.4919

Candimulyo (2)(0.1637) (1)(0.2972) (1/2)(0.5389) 0.8940

(68)

λ maks =

CI =

CR =

Kelompokkan prioritas calon daerah yang berkenaan dengan setiap kriteria dalam kolom-kolom dan masukan vektor prioritas kriteria di atas kolom-kolom, lalu kalikan setiap kolom dengan prioritas dari kriteria yang bersesuaian untuk memperoleh vektor prioritas menyeleruh bagi intensitas kriteria yang dipentingkan untuk setiap calon kemudian jumlahkan masing-masing dari ketiga calon untuk memperoleh prioritas menyeluruh dari ketiga calon.

Kategori

Kerusakan

(KK) (0.6650)

Jumlah

Kerusakan

Kerugian (JKK)

(0.2310)

Biaya Usulan

Dana (BUD)

(0.1038)

Prioritas

Menyeluruh

Bandongan (0.6650) (0.2310) (0.1038) 0.3291

Candimulyo (0.6650) (0.2310) (0.1038) 0.2562

Srumbung (0.6650) (0.2310) (0.1038) 0.4143

(69)
(70)

BAB IV

IMPLEMENTASI DAN ANALISA HASIL

4.1 Implementasi

Perancangan pada sistem pendukung pengambilan keputusan

pendistribusian logistik dengan metode Analytical Hierarchy Process yang sudah

dilakukan selanjutnya diimplementasikan ke dalam program. Program dibuat

dengan menggunakan bahasa pemrograman Java dan basisdata MySQL..

4.1.1 Implementasi Perhitungan Analytical Hierarchy Process

Implementasi Perhitungan Analytical Hierarchy Process

digunakan sebagai tahapan ataupun prosedur yang harus dilakukan dalam

proses perhitungan dengan metode Analytical Hierarchy Process. Berikut

adalah potongan program untuk implementasi metode Analytical

(71)
(72)

Listing Program diatas digunakan untuk mencari nilai matriks konsisten dari suatu masukan matrix. Dimana nantinya nilai matrix tadi akan ditampung dalam variabel tempMatrix, sehingga akan mendapatkan

variabel priorites nantinya. Variabel consistency Ratio didapat dari

perhitungan CI / randomIndex (n), sehingga perhitungan akan

(73)

4.1.2 Implementasi Matrik2D

(74)

4.1.3 Implementasi Random Index (n)

(75)

4.2 Hasil Implementasi

4.2.1 Interface Halaman Utama

Gambar 4.1 Form Halaman Utama.

Pertama kali user masuk program, akan ditampilkan form halaman utama ini. Pada form halaman utama terdapat berbagai menu dan sub-menu. Jika akan melakukan perhitungan dapat dengan menekan menu Analisa kemudian sub-menu dari menu Analisa.

4.2.2 Form Pilih Kriteria

(76)

Gambar 4.2 Form Pilih Kriteria

4.2.3 Form Pilih Alternatif

Form Pilih Alternatif merupakan tampilan yang berfungsi untuk memilih wilayah bencana (alternatif) yang sudah dimasukan sebelumnya ,dan akan digunakan sebagai ukuran matrik pada perhitungan sub-Kriteria. Pada form ini terdapat 2 tombol yaitu (>) dan Lanjut, tombol (<) digunakan untuk memilih kriteria yang

dimasukan, sedangkan tombol Lanjut digunakan untuk

(77)

Gambar 4.3 Form Pilih Alternatif

4.2.4 Form Matriks Perbandingan Nilai Kriteria

Form Matriks Perbandingan Nilai Kriteria berfungsi untuk menghitung nilai perbandingan matriks kriteria. Kriteria yang sudah dipilih dari form pilih kriteria akan menjadi ukuran matriks. Terdapat juga keterangan pemberian nilai untuk setiap perbandingan antar kriteria, untuk memasukan nilainya dapat dengan mengisi textfield yang sudah ada. Pada form ini terdapat tombol Hitung untuk memproses masukan nilai secara matriks sehingga dapat memperoleh nilai konsisten dari perhitungan matriks tersebut.

Gambar 4.4 Form Matriks Perbandingan Nilai antar Kriteria

4.2.5 Form Matriks Perbandingan Nilai Sub Kriteria

Form Matriks Perbandingan Nilai Sub Kriteria berfungsi untuk memasukkan nilai perbandingan berpasangan antara sub kriteria. Wilayah yang sudah dipilih menjadi ukuran matriks.

Terdapat JList yang digunakan untuk memilih dan menentukan

(78)
(79)
(80)

4.2.6 Hasil Akhir Perankingan AHP

Form Hasil Akhir Perankingan AHP berfungsi untuk menampilkan hasil perhitungan dari program. Form ini menampilkan data wilayah bencana yang dipilih, data kriteria yang dipilih, dan hasil (vektor prioritas).

Gambar 4.10 Form Hasil Akhir

4.3 Pengujian

Pendistribusian Logistik dengan cepat, tepat dan benar dapat menghasilkan hasil yang baik, sebaiknya pula dapat menyesuaikan diri dengan kriteria dan wilayah yang sedang dan atau terkena bencana alam. Dari banyaknya kriteria dan

wilayah yang dapat digunakan sebagai asumsi perhitungan ,metode Analytical

(81)

Hal ini terdapat pada contoh perhitungan berikut. Terdapat data Biaya Usulan Dana (BUD), data Jumlah Kerusakan Kerugian (JKK) dan data Kategori Kerusakan (KK) periode kejadian bulan Januari 2015 (data dapat dilihat dalam lampiran).

Tabel 4.1 Tabel data Biaya Usulan Dana bulan Januari 2015

Nama Daerah Usulan Dana Hit ungan dalam persen

Hit ungan dalam desimal

Bandongan Rp

1.000.000 3,571428571 0,035714286

Candi M ulyo Rp

5.000.000 17,85714286 0,178571429

Pakis Rp

3.000.000 10,71428571 0,107142857

Salaman Rp

1.000.000 3,571428571 0,035714286

Sawangan Rp

4.500.000 16,07142857 0,160714286

Srumbung Rp

2.000.000 7,142857143 0,071428571

Windusari Rp

11.500.000 41,07142857 0,410714286

Tabel 4.2 Tabel data Jumlah Kerusakan Kerugian bulan Januari 2015

Nama Daerah

Jumlah Kerusakan Kerugian

Hit ungan dalam persen

Hit ungan dalam desimal

Bandongan Rp

2.000.000 3,883495146 0,038834951

Candi M ulyo Rp

10.000.000 19,41747573 0,194174757

Pakis Rp

5.000.000 9,708737864 0,097087379

Salaman Rp

2.000.000 3,883495146 0,038834951

Sawangan Rp

16.500.000 32,03883495 0,32038835

Srumbung Rp

7.000.000 13,59223301 0,13592233

Windusari Rp

(82)

Tabel 4.3 Tabel data Kategori Kerusakan bulan Januari 2015

Nama Daerah Kat egori Kerusakan

Bandongan ringan

Candi M ulyo berat

Pakis berat

Salaman ringan

Sawangan ringan

Srumbung sedang

Windusari ringan

- Kriteria yang digunakan : JKK (Jumlah Kerusakan

Kerugian), KK (Kategori Kerusakan) , BUD (Biaya Usulan Dana).

- Alternatif / Daerah yang digunakan : Bandongan, Candimulyo, Pakis,

Salaman, Sawangan, Srumbung, Windusari.

Tabe l 4.4 Tabe

l Matr

ik Perb andi

ngan Kriteria yang disederhanakan

JKK KK BUD

JKK 1 3 5

KK 0,333333333 1 1

BUD 0,2 1 1

Gambar

Gambar 2.1 Komponen Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Gambar 2.2 Model Konseptual SPPK
Gambar 2.3 Karakteristik SPPK
Gambar 2.4 Keuntungan-keuntungan AHP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa Semakin lama benda yang diplating di celup pada larutan plating maka semakin tinggi tingkat ketahanan lapisan tersebut jika di uji

yang kuat dalam masyarakat, juga merupakan faktor yang dapat. membentuk negara-bangsa.

Beberapa penelitian mengenai hubungan paparan prenatal valproat terhadap perkembangan neuron anak menunjukkan hasil bahwa valproat dapat meningkatkan risiko munculnya

On tär- keää kiinnittää huomiota siihen, mihin myös tutkimukseni paikantuu, että lasten asioihin osataan kiinnittää huomiota aikuisille suunnatuissa palveluissa ja lisätä

Lembaga Amil Zakat manapun memerlukan orang yang terampil dan energik dalam menjalankan tugasnya untuk menghimpun dana, karena bagian inilah yang menjadi penggerak sebuah LAZ /

Setiap perubahan yang terjadi akan memengaruhi komponen lain yang ada dalam jaring-jaring makanan di dalam sebuah ekosistem1. Apa saja akibat

No Peneliti Judul penelitian Metode Hasil Persamaan dan Perbedaan beberapa Hotel di Medan 4 Wijaya Mukti Sri Utari Universita s Muhamm adiyah Surakarta 2012 Pengaruh

Gap analysis program gizi dan kesehatan di posyandu menunjukkan bahwa bersadarkan dimensi tangibles atau fisik yang dimiliki oleh posyandu adalah sebagai berikut