i
SKRIPSI
UPAYA PENERTIBAN PENYELENGGARAAN REKLAME DI
KOTA DENPASAR
I GUSTI AYU AGUNG JENNIE ASMIKA NIM. 1116051172
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM EKSTENSI
UNIVERSITAS UDAYANA
ii
UPAYA PENERTIBAN PENYELENGGARAAN REKLAME DI
KOTA DENPASAR
Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana
I GUSTI AYU AGUNG JENNIE ASMIKA NIM. 1116051172
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
iii
Lembar Persetujuan Pembimbing
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL, 1 FEBRUARI 2016
Pembimbing I
Dr. I Nyoman Suyatna, SH., MH. NIP. 19590923 198601 1 001
Pembimbing II
iv
SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL : 17 MARET 2016
Panitia Penguji Skripsi
Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana Nomor : 0212/UN14.4E/IV/PP/2016
Ketua : Dr. I Nyoman Suyatna, SH.,MH ( )
Sekretaris : I Ketut Suardita, SH.,MH. ( )
Anggota : 1. Prof. Dr. Ibrahim R., SH.,MH. ( )
2. Cokorde Dalem Dahana, SH.,M.Kn. ( )
v
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Shang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat serta anugrah Beliau-lah skripsi yang berjudul “UPAYA PENERTIBAN PENYELENGGARAAN REKLAME DI KOTA DENPASAR” dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban terakhir sebagai mahasiswa guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi program dan memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Udayana.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, arahan, dorongan, serta motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH.,MH, Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana.
2. Bapak I Ketut Sudiartha, SH.,MH, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana.
3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH., MH, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana.
4. Bapak I Wayan Suardana, SH., MH, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana.
vi
Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang berarti selama penulisan skripsi ini.
6. Bapak Dr. I Nyoman Suyatna, SH., MH, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang berarti selama penulisan skripsi ini. 7. Bapak Edward Thomas Lamury Hadjon, SH., LLM Dosen pembimbing
akademik yang telah banyak memberikan dorongan, arahan, dan semangat selama penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Udayana.
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai administrasi Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan serta petunjuk selama penulis mengikuti perkuliahan maupun penyusunan skripsi ini.
9. Bapak I Gede Cipta Sudewa Atmaja, ST.,MT selaku Kabid Tata Ruang Kota dan Bapak Ir.I Gusti Made Budi Utama selaku Kasi Pengawasan Pembangunan Kota di Dinas Tata RuangdanPerumahan Kota Denpasar yang telah memberikan ijin penelitian dan informasi untuk melengkapi skripsi ini. 10. Kedua orang tua tercinta, I Gusti Bagus Soedabda dan I Gusti Ayu Arini,
S.Pd.SD, terima kasih banyak untuk kasih sayang, doa, serta semangat yang tiada tara, dan dukungan baik moral maupun materiil. Selain itu terima kasih kepada seluruh keluarga penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
vii
12. Teman-teman angkatan 2011 di Fakultas Hukum Universitas Udayana yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan nuansa dan warna selama menjalani masa perkuliahan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena masih terdapat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Maka kritik, saran, dan bimbingan yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan guna kelengkapan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan pemikiran di masa mendatang.
Om Shanti, Shanti, Shanti Om
Denpasar, 1 Februari 2016
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN SAMPUL DALAM ... i
HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING/PENGESAHAN ………. iii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... HALAMAN KATA PENGANTAR... iv
HALAMAN DAFTAR ISI... vii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... x
ABSTRAK... xi
ABSTRACT... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 6
1.3Ruang Lingkup Masalah ... 6
1.4Orisinalitas Penelitian ... 7
1.5Tujuan Penelitian... 10
1.5.1. Tujuan umum ... 10
1.5.2. Tujuan khusus ... 10
1.6Manfaat penelitian ... 10
1.6.1. Manfaat teoritis ... 10
1.6.2. Manfaat praktis ... 11
ix
1.8Metode Penelitian... 17
1.8.1. Jenis penelitian ... 17
1.8.2. Jenis pendekatan ... 17
1.8.3. Sifat penelitian ... 18
1.8.4. Sumber data... 18
1.8.5. Teknik pengumpulan data ... 20
1.8.6. Teknik pengolahan dan analisis data ... 20
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DI WILAYAH KOTA DENPASAR 2.1 Pengertian Reklame... 21
2.2 Penggolongan Reklame ... 24
2.3 Prosedur Pemasangan Reklame ... 28
2.4 Wilayah yang dapat di dirikan reklame ... 31
BAB III PELAKSANAAN PENERTIBAN TERHADAP REKLAME DI KOTA DENPASAR 3.1 Pengendalian, Pengawasan, dan Penertiban Reklame... 36
x
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DALAM
PELAKSANAAN PENERTIBAN REKLAME DI KOTA
DENPASAR
4.1 Tugas, Aturan, dan Kesadaran Masyarakat dalam Penertiban Reklame di Kota Denpasar ... 55 4.2 Faktor Penghambat Penertiban Reklame... 58 BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ... 64 5.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN
xii
ABSTRAK
Guna memperkenalkan jenis produk dan jasa yang akan ditawarkan kepada para konsumen, salah satu bentuk usaha yang dilakukan para pengusaha yaitu melalui reklame. Dewasa ini reklame sudah berkembang menjadi suatu sistem komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen produk dan jasa tetapi juga bagi konsumen. Fungsi reklame sebagai metode promosi lainnya dalam menyampaikan pesan kepada konsumen menjadikan salah satu sistem komunikasi tersebut memegang peran sangat penting bagi keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produk dan jasanya. Papan-papan reklame dan LED yang didirikan di tempat strategis, pemasangan spanduk, penempelan kertas-kertas reklame yang kian hari semakin memenuhi tembok-tembok dan pohon-pohon di pinggir jalan sangat merusak pemandangan dan keindahan kota serta terkadang menggangu kenyamanan pengguna jalan dalam berkendara. Banyak terjadi penyimpangan dalam bidang perizinan, salah satunya izin pemasangan reklame di Kota Denpasar sehingga mengakibatkan dibongkarnya secara paksa reklame yang berbentuk billboard maupun LED oleh pihak Pemerintah Kota. Pengaturan penyelenggaraan reklame disamping menyangkut kegiatan perekonomian juga erat kaitannya dengan tata ruang kota khususnya dari segi ketertiban dan keindahan. Oleh sebab itu, izin pemasangan reklame di Kota Denpasar diatur di dalam Keputusan Walikota Denpasar No. 3 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar.
Metode penelitian yang dipergunakan adalah penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris merupakan penelitian ilmiah yang dilakukan dengan melihat kesenjangan teori dan praktek yang sesuai dengan hasil di lapangan karena data-data yang dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Data hukum yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan, dan data hukum sekunder berupa dokumen-dokumen seperti peraturan perundang-undangan dan literatur hukum.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwaupaya Penertiban Penyelenggaraan Reklame Di Kota Denpasar sudah berjalan dengan baik, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan diantaranya kurangnya kesadaran penyelenggara reklame untuk mengurus perizinan pemasangan reklame. Dalam pelaksanaan Penertiban Penyelenggaraan Reklame terdapat faktor pendukung dan penghambat. Beberapa faktor pendukung yang timbul berupa adanyadata dan informasi mengenai pelanggaran reklame yang terjadi di Kota Denpasar. Sedangkan faktor penghambat yang timbul yaitu kurangnyajumlah petugas dan peralatan penunjang bagi Dinas yang terkait untuk melaksanakan Penertiban Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar.
xiii
ABSTRACT
In order to introduce the types of products and services that will be offered to consumers, one form of business conducted by entrepreneurs is through advertisement. Today billboard has developed into a communication system that is very important not only for manufacturers but also products and services for consumers. The function of the billboard as other promotional methods in conveying the message to the consumer to make one of these communication systems holds a very important role for the company’s success in marketing products and services. Billboards and LED incorporated in strategic places, installation of banners, pasting paper billboard becoming increasingly meets the walls and trees on the roadside so spoil the view and beauty of the city and sometimes interfere with the comfort of road users in driving. Many irregularities in the field of licensing, one of which permits the installation of billboards in the city of Denpasar resulting forcibly tearing down billboards and LED billboard shaped by the city administration. Arrangements regarding the implementation of billboards in addition to the economic activity is also closely related to the urban planning, especially in terms of order and beauty. Therefore, permit the installation of billboards in the city of Denpasar is set in Denpasar Mayor Decree No. 3 of 2014 on the Implementation of Billboards in the city of Denpasar.
The research method used is empirical legal research. Empirical legal research is a scientific research done by looking at the gap theory and practice in accordance with results on the pitch because the data collected through interviews and observations. Legal data used are primary data obtained from fieldwork, and data in the form of secondary legal documents such as legislation and legal literature.
Based on the results of research conducted on the matter can be concluded that the efforts of Controlling Operation of Billboards in Denpasar has been running well, but in practice there are still shortcomings including lack of awareness billboard providers to manage licensing installation of billboards. In the implementation of Operation Control Billboards are enabling and inhibiting factors. Some of the contributing factors that arise in the form of their data and information on the billboard violations that occurred in the city of Denpasar. While the factors that arise are insufficient numbers of personnel and supporting equipment for the Department concerned to carry out the Operation Control Billboards in the city of Denpasar.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bali sebagai pusat pariwisata baik lokal maupun internasional merupakan
lahan subur bagi para pengusaha untuk mendapatkan keuntungan dari produk
yang ditawarkannya. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha lain
yang terkait dengan bidang tersebut.Pariwisata memberikan peluang kepada
masyarakat untuk berusaha atau berwirausaha, jenis-jenis usaha yang ada
kaitannya dengan pariwisata tergantung dari kreativitas para pengusaha baik yang
bermodal kecil maupun besar untuk memberikan jasa atau menawarkan produk
yang sekiranya diperlukan oleh wisatawan.
Guna memperkenalkan jenis produk dan jasa yang akan ditawarkan
kepada para konsumen, salah satu bentuk usaha yang dilakukan para pengusaha
yaitu melalui reklame.Berdasarkan rumusan Pasal 1 ayat (39) Peraturan Walikota
Denpasar No. 3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Reklame Di Kota
Denpasar, pengertian reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang
menurut bentuk susunan dan corak ragamnya untuk tujuan komersil,
dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu
barang, jasa atau orang, yang ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca, dan atau
didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah
2
Dewasa ini reklame sudah berkembang menjadi suatu sistem komunikasi
yang sangat penting tidak saja bagi produsen produk dan jasa tetapi juga bagi
konsumen. Agar penyelenggaraan reklame tersebut tertib maka perlu diatur
melaluiperizinan. Izin merupakan hal yang penting guna menciptakan kondisi
yang nyaman, tentram dan bersih dari reklame-reklame yang akan
dipasang.Reklame merupakan salah satu cara promosi yang tidak terpisahkan dari
sistem dan sosial masyarakat modern. Fungsi reklame sebagai metode promosi
lainnya dalam menyampaikan pesan kepada konsumen menjadikan salah satu
sistem komunikasi tersebut memegang peran sangat penting bagi keberhasilan
perusahaan dalam memasarkan produk dan jasanya.1
Berbicara mengenai reklame apabila dilihat dari istilahnya, reklame
berasal dari bahasa Belanda yaitu reclame yang di ambil atau dikutip dari bahasa
Perancis, yaitu reclamire yang berarti berteriak berulang-ulang. Mungkin pada
masa lalu seorang pejabat atau pengusaha ingin memperkenalkan suatu
pengumuman atau peluncuran produk baru maka dipergunakan alat mirip corong
untuk meneriakkan secara berulang-ulang agar menarik perhatian pendengarnya.
Tetapi yang membedakannya adalah peralatan atau sarana media reklame pada
zaman sekarang lebih canggih dan lebih luas jangkauannya, baik menggunakan
media massa elektronik maupun media cetak.2
Dalam upaya menyampaikan informasi atau pesan kepada konsumen, serta
untuk menjamin informasi mengenai produk yang akan disampaikan melalui
1
Lukman Wirianto, 2010, Peran Reklame/Iklan Dalam Mempromosikan Produk dan Jasa, Graha Ilmu, Jakarta, hal. 7.
2
3
pemasangan reklame agar tidak dipergunakan untuk tujuan yang tidak benar,
maka pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemasangan reklame diwajibkan
memenuhi peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan. Sejak diberlakukannya
Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, prosedur dan mekanisme perizinan disetiap daerah kabupaten dan kota
berbeda dengan daerah yang lain karena setiap daerah sudah mempunyai
kewenangan sendiri untuk mengaturnya melalui otonomi daerah masing-masing.3
Pembangunan reklame yang berbentuk billboard,LEDdan juga
pemasangan spanduk-spanduk di sekitar jalan raya merupakan pemandangan yang
tidak asing lagi. Papan-papan reklame dan LED yang didirikan di tempat strategis,
pemasangan spanduk, penempelan kertas-kertas reklame yang kian hari semakin
memenuhi tembok-tembok dan pohon-pohon di pinggir jalan sangat merusak
pemandangan dan keindahan kota serta terkadang menggangu kenyamanan
pengguna jalan dalam berkendara. Hal ini sudah menjadi keprihatinan dunia
secara global, masing-masing negara diharuskan untuk mentaati prinsip-prinsip
hukum dalam hukum lingkungan.4
Banyak terjadi penyimpangandalam bidang perizinan, salah satunya izin
pemasangan reklame di Kota Denpasar sehingga mengakibatkan dibongkarnya
secara paksa reklame yang berbentuk billboard maupun LED oleh pihak
Pemerintah Kota yang selanjutnya disebut Pemkot. Penyimpangan-penyimpangan
3
Henry S. Siswosoediro, 2009, Mengurus Surat-Surat Perijinan, Visimedia, Bandung, hal. 2.
4
4
itu terjadi karena beberapa hal, misalnya reklame tersebut melanggar izin lokasi,
terpasang di jalur hijau, dan reklame tidak memiliki izin.
Pelayanan publik sebagai bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang
publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan
dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat ataupun daerah dalam rangka upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Seiring dengan penerapan sistem desentralisasi,
pelayanan publik akhir-akhir ini menjadi diskusi yang hangat dan menjadi
perhatian dikalangan masyarakat. Sebelumnya pelayanan publik kurang menjadi
perhatian karena berkembang asumsi bahwa pelayanan publik itu hanyalah urusan
pemerintah saja, mulai dari proses perumusan, kebijakan, implementasi sampai
dengan evaluasi masyarakat seringkali tidak bisa mengakses segala informasi
yang berkaitan dengan pelayanan publik ini.
Membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang
dilakukan pemerintah merupakan kegiatan yang harus terus-menerus dilakukan
oleh pemerintah dalam fungsinya sebagai pelayanan masyarakat. Dalam rangka
meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan
prinsip-prinsip tata kelola pemerintah yang baik serta untuk memberi
perlindungan bagi setiap penduduk dari penyalahgunaan wewenang dalam
penyelenggaraan pelayanan publik oleh pemerintah maka diperlukan pengaturan
hukum yang mendukungnya.Pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah juga berwenang mengatur tentang reklame. Pengaturan
5
erat kaitannya dengan tata ruang kota khususnya dari segi ketertiban dan
keindahan.Maka dari itu penyelenggaraan reklame di Kota Denpasar harus sesuai
dengan tata kehidupan masyarakat Kota Denpasar.
Izin pemasangan reklame di Kota Denpasar diatur di dalam Keputusan
Walikota Denpasar No.3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota
Denpasar. Peraturan demi peraturan telah ditetapkan sedemikian rupa, namun
masih juga timbul masalah. Maka sebagai syarat untuk menjamin berfungsinya
rencana atau tujuan Keputusan Walikota Denpasar No.3 Tahun 2014dalam
pelaksanaannya perlu dukungan dari instansi-instansi yang terkait maupun
partisipasi masyarakat di dalam penanganannya.
Perizinan yang merupakan jasa publik harus sesuai dengan aturan hukum
yang telah ditetapkan oleh pemerintah selaku pihak dalam penyelenggara
pemerintahan. Sehingga apa yang akan dilaksanakan menjadi legal atau resmi dan
tidak bertentangan dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini bertujuan agar
masyarakat dalam aktivitasnya sehari-hari, untuk memenuhi kebutuhannya tidak
mengganggu ketertiban dan kenyamanan. Akan tetapi sering kali ketentuan izin
pemasangan untuk reklame seperti billboard, LED, spanduk, umbul-umbul, baliho
dan sebagainya tersebut diacuhkan sehingga dalam pemasangannya dilakukan
sembarangan.Dengan adanya kebijakan pemerintah yang diatur dalam peraturan
daerah maka diharapkan pemasanganreklame dapat terlaksana secara rapidan
tertata sebagaimana mestinya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik dan ingin
6
dengan judul :“Upaya Penertiban Penyelenggaraan Reklamedi Kota
Denpasar.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka dapat
dikemukakan permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan di dalam penulisan
ini. Permasalahan tersebut apabila dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakahpelaksanaan penertiban terhadap reklamedi Kota Denpasar?
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi dalam pelaksanaan penertiban
reklame di Kota Denpasar?
1.3. Ruang Lingkup Masalah
Dalam penulisan karya ilmiah diperlukan suatu ketegasan mengenai materi
yang diuraikan, hal ini bertujuan untuk mecegah agar materi yang dibahas tidak
menyimpang dari pokok permasalahan, maka untuk menghindari agar tidak terlalu
meluas dan nantinya pembahasan diuraikan terarah dan tertuju pada pokok
permasalahan.5 Adapun pembatasannya adalah sebagai berikut :
Pembahasan pertama membahas mengenai pelaksanaan penertiban
terhadap reklame di Kota Denpasar. Sedangkan pembahasan kedua akan
membahasmengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan
penertiban reklame di Kota Denpasar.
5
7
1.4. Orisinalitas Penelitian
Sejauh ini penelitian tentang “Upaya Penertiban Penyelenggaraan
Reklame di Kota Denpasar” ini belum pernah dilakukan.
Adapun indikator pembeda antara penelitian yang telah ada dengan
penelitian penulis, dapat penulis sajikan sebagai berikut :
a. Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Pelayanan Perizinan dan Pajak Reklame,
ditulis oleh Agus Suciptoroso, Fakultas Hukum Universitas SebelasMaret,
Surakarta, Tahun 2008, dengan Rumusan masalah :
1) Bagaimana pelaksanaan pelayanan (prosedur) perizinan dan pajak reklame
di Badan Pelayanan Terpadu Kabupaten Sragen?
2) Hambatan-hambatan apa saja yang dialami dalam pelaksanaan pelayanan
(prosedur) perizinan dan pajak reklame di Badan Pelayanan Terpadu
Kabupaten Sragen?
Hasilpenelitian dari skripsi tersebut, yaitu :
1) Prosedur Perizinan Penyelenggaraan Reklame Berdasarkan Keputusan
Bupati Sragen Nomor 44 Tahun 2002 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sragen Nomor 4 Tahun
1998 Tentang Pajak Reklame, permohonan izin reklame harus
memenuhipersyaratan sebagai berikut:
- Permohonan izin reklame diajukan secaratertulis kepada Bupati Sragen
melalui Kepala Unit Pelayanan Terpadudengan persyaratan Mengisi
8
identitas pemohon/KTP, Melampirkan contohreklame yang akan
dipasang.
2) Pelaksanan pelayanan (prosedur) perizinanpajak reklame berjalan dengan
sangat baik, namun meski berjalan dengan baik terdapat beberapa hal yang
menjadi hambatan. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pelayanan
perizinan reklame di Badan Pelayanan Terpadu adalah adanya tempat yang
dilarang oleh Pemerintah Daerah untuk didirikan papan reklame, tetapi oleh
pihak pemohon tetap saja memaksaatau nekat untuk mendirikan reklame
ditempat tersebut.
b. Skripsi dengan judul Penerbitan Izin Reklame Permanen Berdasarkan
Peraturan Walikota Kediri Nomor 7 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Reklame di Badan Penanaman Modal Kota Kediri, ditulis oleh Yongki Putut,
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, 2012, Rumusan masalah dari
skripsi tersebut adalah :
1) Bagaimana penertiban izin reklame permanen berdasarkan Peraturan
Walikota Kediri Nomor 7 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan reklame di
Badan Penanaman Modal Kota Kediri?
2) Apa hambatan atau kendala yang dihadapi oleh Badan Penanaman Modal
Kota Kediri terkait dengan penertiban izin reklame permanen?
3) Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala atau hambatan terkait penerbitan
izin reklame permanen di Badan Penanaman Modal Kota Kediri?
c. Skripsi dengan judul Pemungutan Pajak Reklame dalam Kaitan Dengan
9
Negara, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, Tahun 2011,
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam skripsi tersebut adalah :
1) Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan pajak reklame di kabupaten
jembrana?
2) Faktor-faktor apakah yang menghambat dan mendukung pelaksanaan
pemungutan pajak reklame di Kabupaten Jembrana?
Hasil penelitian dari skripsi tersebut, yaitu :
1) Di Kabupaten Jembrana pemungutan Pajak Reklametelah memiliki dasar
hukum yang jelas. Adapun pengaturan mengenai tata cara pungutan Pajak
Reklame di Kabupaten Jembrana tertuang dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana No. 4 Tahun 1998 tentang Pajak
Reklame.
2) Faktor pendukung dalam hal pemungutan pajak reklame berupa : Adanya
mekanisme pembayaran pajak yang transparan, mudah, dan cepat. Sehingga
pemungutan pajak reklame setiap bulannya dapat dilakukan sesuai dengan
jadwal. Sedangkan faktor penghambat dalam hal pemungutan pajak reklame
berupa : Peraturan Daerah yang mengatur tentang Pajak Reklame dibuat
pada Tahun 1998, sehingga sudah tidak sesuai dengan perkembangan
terutama dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Hal ini menjadi kendala dalam
10
1.5 Tujuan Penelitian
Pada penulisan suatu karya tulis ilmiah, haruslah mempunyai tujuan yang
dapat dipertanggungjawabkan. Adapun tujuan penulisan skripsi ini dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus :
1.5.1. Tujuan umum
1. Untuk mengetahuipelaksanaan penertiban terhadap reklamedalam pelaksanaan
penertiban reklame.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan
penertiban reklame.
1.5.2. Tujuan khusus
1. Untuk mendalami dan memahami bagaimana pelaksanaan penertiban terhadap
reklamedi Kota Denpasar.
2. Untuk mendalami dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhidalam
pelaksanaan penertiban reklame di Kota Denpasar.
1.6 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai
pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1.6.1. Manfaat teoritis
Hasil dari pembahasan-pembahasan terhadap permasalahan yang telah
dirumuskan ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan, meningkatkan wawasan, dan pedoman tentang perizinan reklame.
11
dalam perkembangan Hukum Administrasi Negara dan bermanfaat menjadi
referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan penelitian yang
serupa.
1.6.2. Manfaat praktis
Sebagai bentuk nyata kegiatan penelitian yang dilakukan untuk
mendapatkan bahan informasi tentang penertiban penyelenggaraan reklame di
Kota Denpasar. Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah
diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang ilmu pengetahuan khususnya
di bidang Hukum Administrasi Negara dalam kaitan penertiban penyelenggaraan
reklame di kota Denpasar.
1.7 Landasan Teoritis
Untuk membahas permasalahan dalam skripsi ini maka akan dikaji
beberapa teori, konsep, maupun peraturan perundang-undangan yang terkait.
Dengan demikian landasan teoritis yang dikembangkan dapat dijadikan pisau
analisa secara teoritis terhadap kedua permasalahan dalam penelitian ini. Adapun
landasan teoritis yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :
a. Teori Negara Hukum
Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara
12
staatatau the rule of law.Paham rechts staat pada dasarnya bertumpu pada sistem
hukum Eropa Kontinental.
Immanuel Kant mengemukakan paham negara hukum dalam arti sempit,
yang menempatkan rechts pada staat, hanya sebagai alat perlindungan hak-hak
individual dan kekuasaan Negara diartikan secara pasif, yang bertugas sebagai
pemelihara ketertiban dan keamanan masyarakat.6Sementara itu di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa segala
tindakan penguasaatau pemerintah memerlukan suatu bentuk hukum tertentu dan
harus sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
Pernyataan tersebut mengandung arti adanya supremasi hukum dan
konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut
sistem konstitusional yang diatur dalam Undang-Undang Dasar, adanya prinsip
peradilan yang bebas dan tidak memihak yang menjadi persamaan setiap warga
negara dalam hukum, serta jaminan keadilan bagi setiap orangtermasuk
penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang berkuasa.7Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merumuskan bahwa “Negara
Indonesia adalah Negara hukum”. Konsep ini berasal dari Freidrich Julius Stahl
yang diilhami oleh Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur negara hukum
(rechtsstaat) adalah :
1. perlindungan hak-hak asasi manusia
2. pemisahan kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu
6
M. Tahir Azhary, 1992, Negara Hukum, Bulan Bintang, Jakarta, hal. 73-74. 7
13
3. pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan
4. peradilan administrasi dalam perselisihan.8
Sedangkan prinsip suatu negara hukum menurut J.B.J.M ten Berge adalah
adanya asas legalitas yaitu pembatasan kebebasan warga negara (oleh
pemerintah), harus ditemukan dasarnya dalam undang-undang yang merupakan
peraturan umum, perlindungan hak-hak asasi, pemerintah terikat pada hukum,
monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukum dan
pengawasan oleh hakim yang merdeka.9Dalam suatu negara hukum seperti halnya negara Indonesia, hak asasi merupakan suatu hal yang penting. Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara implisit
menjamin keberadaan hak asasi. Kemudian dalam pasal-pasal Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 hak asasi juga sudah dijamin secara
tegas.Hak-hak asasi yang diatur dalam konstitusi negara inilah yang kemudian
disebut sebagai hak konstitusi.
b. Teori Kewenangan
Secara konseptual, dalam istilah Belanda disebut “bevoegdheid” (yang
berarti wewenang atau berkuasa) dan dalam bahasa Inggris disebut authority,
Wewenang merupakan bagian yang sangat penting dalam Hukum Tata
Pemerintahan, karena pemerintahan baru dapat menjalankan fungsinya atas dasar
wewenang yang diperolehnya. Pengertian kewenangan dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia diartikan sama dengan wewenang, yaitu hak dan kekuasaan
8
Ridwan HR, 2011, Hukum Administrasi Negara, PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta, hal. 3.
9
14
untuk melakukan sesuatu. Dikatakan sebagai kekuasaan yang sah karena
undang-undang yang memberikan kewenangan terhadap pejabat tersebut.
Menurut S.F.Marbun,wewenang mengandung arti kemampuan untuk
melakukan suatu tindakan hukum publik, atau secara yuridis adalah kemampuan
bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan
hubungan-hubungan hukum. Setelah dinyatakan dengan tegas wewenang tersebut
sah, baru kemudian tindak pemerintahan mendapat kekuasaan hukum
(rechtskracht).Pengertian dari wewenang itu sendiri akan berkaitan dengan
kekuasaan.10
c. Teori Otonomi Daerah
Otonomi berasal dari kata Yunani yaitu auotos dan nomos. Kata pertama
berarti sendiri dan kata kedua berarti pemerintah. Daerah otonom praktis berbeda
dengan daerah saja yang merupakan penerapan dari kebijakan dalam wacana
administrasi publik yang disebut local state government.Otonomi daerah
merupakanhak, wewenang dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan
mengurus sendiriurusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.Tujuan otonomi daerah adalah
meningkatkan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam rangka mewujudkan
otonomi daerah.Otonomi daerah membawa dua implikasi khusus bagi pemerintah
daerah, yaitu pertama adalah semakin meningkatnya biaya ekonomi (high cost
10
15
economy) danyang kedua adalah efisiensi efektivitas.Oleh karena itu desentralisasi
membutuhkan dana yang memadai bagi pelaksanaan pembangunan di daerah.11 Apabila suatudaerah tidak memiliki sumber-sumber pembiayaanyang
memadai, akan mengakibatkan daerah bergantungterus terhadappembiayaan
pemerintah pusat.Ketergantungan terhadap pembiayaan pemerintahpusat
merupakan kondisi yang tidak sesuai dengan asas otonomi daerah. Olehkarena itu
perlu suatu upaya oleh pemerintah daerah dalam memutusketergantungan tersebut
dalam rangka meningkatkan kemampuan daerah. Pengertian Pemerintah Daerah
menurut Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan, yaitu adanya pelimpahan wewenang dari organisasi tingkat atas
kepada tingkat bawahnya secara hirarkis.12 Melalui pelimpahan wewenang itulah pemerintah pada tingkat bawah diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif dan
mengembangkan kreativitas, mencari solusi terbaik atas setiap masalah yang
dihadapi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, Kepala Daerah dibantu oleh
perangkat daerah yang terdiri dari unsur staf yang membantu penyusunan
kebijakan dan koordinasi, diwadahi dalam lembaga sekretariat unsur pendukung
11
D Riant Nugroho, 2002, Otonomi Daerah Desentralisasi Tanpa Revolusi Kajian dan Kritik Atas Kebijakan Desentralisasi di Indonesia, PT. Alex Media Komputindo, Jakarta, hal. 61.
12
16
tugas Kepala Daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang
bersifat spesifik, diwadahi dalam lembaga teknis daerah serta unsur pelaksana
urusan daerah yang diwadahi dalam lembaga dinas daerah.13 Prinsip penyelenggaraan pemerintah daerah adalah sebagai berikut :
1. Digunakan Asas Desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu
ada juga Asas Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada gubernur sebagai wakil dan atau kepada instansi vertikal di
wilayah tertentu hal ini tercantum di dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang
Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Sedangkan tugas pembantuan adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Penyelenggaraan asas desentralisasi secara utuh dan bulat.
3. Asas tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan di daerah Provinsi,
Kabupaten, dan Kota.
Menurut penjelasan umum Undang-Undang Republik Indonesia No. 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pemberian otonomi seluas-luasnya
kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta
masyarakat. Disamping itu melalui otonomi seluas-luasnya, setiap daerah
13
17
diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan serta potensi dan
keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1.8. Metode Penelitian
Metodologi penelitian merupakan ilmu mengenai jenjang-jenjang yang
harus dilalui dalam proses penelitian, ilmu yang membahas metode ilmiah dan
mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.14 Sebagai karya ilmiah maka penelitian ini juga menggunakan metode penelitian :
1.8.1. Jenis penelitian
Sebagai suatu karya ilmiah dan untuk mendapatkan hasil yang ilmiah
sehingga dapat dipertahankan secara ilmiah pula, maka dalam penelitian ini
menggunakan jenis penelitian empiris. Penelitian empiris artinya penelitian
dengan melihat kesenjangan pelaksanaan norma antara teori dan praktek yang
sesuai dengan hasil dilapangan tempat diadakan penelitian.15 1.8.2. Jenis pendekatan
Jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan
(the statue approach) yaitu dengan menelaah semua Undang-Undang dan regulasi
yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan fakta
(the fact approach) dengan melihat kenyataan yang terjadi di masyarakat atau
dilapangan dalam hal perizinan reklame dengan wawancara langsung dan
14
Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Edisi 1, Granit, Jakarta, hal. 1.
15
18
membandingkannya dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
1.8.3. Sifat penelitian
Penelitian hukum empiris yang digunakan untuk memecahkan masalah
dalam skripsi ini bersifat deskriptif, yakni penelitian yang bertujuan mengkaji
hukum tertulis lalu mengkaitkannya dengan fakta-fakta yang ada dilapangan
tempat diadakannya penelitian.
1.8.4. Sumber data
Sumber data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
bersumber pada :
1. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung oleh penulis di lapangan
(Field Research) melalui responden dengan cara observasi dan wawancara.
Penulis langsung mengadakan penelitian kelapangan tempat dimana penertiban
reklame ini akan diteliti, yaitu dengan mengadakan penelitian ke salah satu dinas
pemerintahan yang ada di wilayah Kota Denpasar yaitu Dinas Tata Ruang dan
Perumahan Kota Denpasar. Dengan metode penelitian wawancara, mengajukan
sejumlah pertanyaan dan memperoleh data-data yang langsung berhubungan
dengan permasalahan yang dikaji.
2. Sumber data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research)yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada kaitannya
19
peraturan perundang-undangan, literatur hukum, dokumen-dokumen resmi
pemerintah, dan hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan yang menunjang
serta berkaitan dengan penelitian untuk menyempurnakan data yang di dapat dari
lapangan.16 Adapun jenis-jenis data sekunder antara lain :
a. Bahan hukum primer merupakan bahan yang mempunyai kekuatan hukum
yang mengikat (Perundang-undangan). Bahan hukum primer adalah semua
aturan yang dibentuk dan dibuat secara resmi oleh suatu lembaga negara,
dan lembaga atau badan pemerintahan yang untuk penegakannya
diupayakan berdasarkan daya paksa yang dilakukan secara resmi oleh aparat
negara. Dalam penelitian ini bahan-bahan hukum primer yang berkaitan
dengan penelitian ini meliputi Undang-Undang yaitu :
- Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
- Peraturan Walikota Denpasar Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Reklame.
b. Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang tidak mengikat tetapi
menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang merupakan hasil olahan
pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang mempelajari suatu bidang
tertentu secara khusus yang akan memberikan petunjuk kemana peneliti
akan mengarah. Yang dimaksud dengan bahan sekunder disini oleh penulis
adalah seperti pendapat para sarjana, tulisan para ahli, pejabat,pakar hukum,
dan bahan hukum lainnya.
16
20
1.8.5. Teknik pengumpulan data
Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian lazimnya dikenal 2 jenis alat
pengumpulan data, yaitu bahan pustaka dan wawancara atau interview.17
1. Teknik wawancara yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan cara
melakukan wawancara langsung bertatap muka terhadap beberapa responden
dengan mengajukan pertanyaan sehingga memperoleh jawaban yang relevan
dengan permasalahan penelitian.18
2. Teknik studi dokumen yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan menelaah
dan mengklarifikasi bahan-bahan hukum dan buku-buku yang relevan dengan
pokok permasalahan dalam penelitian.
1.8.6. Teknik pengolahan dan analisis data
Setelah data tersebut terkumpul, kemudian diidentifikasi dan dikumpulkan
untuk dijadikan sumber utama di dalam membahas pokok permasalahan. Analisis
data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu data
yang diperoleh di lapangan ditulis/diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang
terperinci dan sistematis, selanjutnya data tersebut dianalisa dan dihubungkan
antara satu dengan yang lainnya.Kemudian nantinya ditarikkesimpulan untuk
menjawab masalah yang ada dan disajikan secara deskriptif analisis.19
17
Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 67.
18
Lexy J. Moleong, 1995, Metodelogi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hal. 35.
19
21 BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI PENYELENGGARAAN REKLAME
2.1 Pengertian Reklame
Reklame berasal dari bahasa Spanyol yaitu Re dan Clamos sedangkan dari
bahasa latin Re dan Clame, Re artinya berulang-ulang sedangkan Clame atau
Clamos artinya berteriak, sehingga secara bahasa Reklame adalah suatu teriakan/
seruan yang berulang-ulang.20 Menurut kamus umum bahasa indonesia reklame adalah pemberitahuan kepada umum tentang barang dagangan, dengan pujian atau
gambar dan sebagainya, dengan tujuan agar barang dagangan tersebut lebih laku.
Sedangkan pengertian reklame menurut Peraturan Walikota Denpasar No.
3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar merumuskan
bahwa, reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk
susunan dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk
memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang,
ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang
yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu
tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
Penyelenggaraan reklame dilakukan oleh orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan usaha atau perusahaan periklanan, baik untuk dan diatas nama
sendiri atau nama orang lain. Seperti penyelenggaraan kampanye yang dilakukan
oleh partai politik yang dilakukan serentak, artinya dengan menggunakan setiap
20
22
media reklame dengan tujuan mempromosikan penjualan barang-barang yang
sifatnya menyeluruh. Berdasarkan rumusan Pasal 10 yang dapat dikategorikan
sebagai penyelenggara reklame yaitu :
1. Penyelenggara reklame adalah :
a. Pemilik reklame/produk;
b. Perusahaan jasa periklanan atau biro reklame.
2. Pemilik reklame/produk adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan reklame untuk dan atas namanya sendiri.
3. Perusahaan Jasa Periklanan atau Biro Reklame adalah badan yang bergerak
dibidang jasa periklanan yang memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pemasangan reklame juga harus memperhatikan estetika kota agar
keserasian antara luas bentuk, jenis dan cara pemasangan reklame sesuai dengan
kawasannya yang ada, juga memperhatikan tempat dimana reklame tersebut
ditempatkan ditempat yang seharusnya. Dalam pelaksanaannya, pemasangan
reklame yang mendapatkan izin dan diperbolehkan oleh pemerintah yaitu reklame
dalam bentuk reklame kain (spanduk), materi reklame billboard (yang telah
mendapatkan izin peletakan titik reklame), vertikal banner, reklame
udara,reklamekendaraan, umbul-umbul, materi reklame megatron/videotron/large
electronic display (yang telah mendapatkan izin peletakan titik reklame).
Berdasarkan rumusan Pasal 1 Peraturan Walikota Denpasar No. 3 Tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar, reklame yang
23
1. Pemasangan reklame billboardsatu muka harus memperhatikan aspek estetika
pada bagian belakang kontruksi reklame dengan cara menutup dengan kain
atau vynil dan sejenisnya yang berisi himbauan atau pesan sosial pemerintah.
2. Pada kawasan selektif pemasangan reklame diwajibkan dengan ketentuan :
a. Pemasangan reklame yang berupa identitas lembaga kantor pemerintah dan
swasta berada diluar ruang milik jalan dan ditempatkan pada pagar bagian
dalam halaman.
b. Pemasangan reklame berupa identitas nama merk toko dilakukan
menempelkan pada bangunan.
3. Pemasangan reklame berupa identitas nama merk toko pada semua kelas jalan
harus dilakukan dengan cara menempel pada bangunan.
4. Untuk reklame yang diselenggarakan oleh partai politik dan ormas harus
mendapat rekomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik dan atau
pejabat yang berwenang.
5. Pemasangan reklame yang berdekatan dengan jaringan PLN harus
mempertimbangkan jarak aman.
6. Bagi tiang konstruksi reklame yang terbuat dari bahan konduktif/pengantar
arus maka tiang tersebut harus dilengkapi dengan arde atau isolasi.
Pihak penyelenggara reklame harus memperhatikan prosedur-prosedur
tersebut dalam melakukan pemasangan reklame, agar Kota Denpasar tetap terjaga
24
2.2 Penggolongan Reklame
Pada umumnya reklame digolongkan berdasarkan atas 3 (tiga) kelompok
yaitu jenis, lokasi penempatan, dan masa izin. Adapun penggolongan reklame
berdasarkan rumusan Pasal 1 angka 40 Peraturan Walikota Denpasar No. 3 Tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar, yaitu :
1. Reklame berdasarkan jenis yang terdiri dari :
a. Reklame selebaran/brosur/leafleat merupakan reklame yang berbentuk
lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau
dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, dilekatkan,
dipasang, digantung pada suatu benda lain, termasuk didalamnya adalah
brosur, leafleatdan reklame dalam undangan.
b. Reklame stiker/melekat merupakan reklame yang berbentuk lembaran lepas
diselenggarakan dengan cara ditempelkan, dilekatkan, dipasang atau
digantung pada suatu benda.
c. Reklame kain merupakan reklame yang bertujuan materinya jangka pendek
atau mempromosikan suatu eventatau kegiatan yang bersifat insidentil
dengan menggunakan bahan lain, termasuk plastik atau bahan lain yang
sejenisnya. Termasuk didalamnya adalah spanduk, umbul-umbul, bendera,
flag chain(rangkaian bendera), tenda, krey,banner, giant banner dan
standing banner.
d. Reklame film atau slide merupakan reklame yang diselenggarakan dengan
menggunakan klise (celluloide) berupa kaca atau film, ataupun benda-benda
25
e. Reklame udara merupakan reklame yang diselenggarakan diudara dengan
menggunakan balon, gas, laser, pesawat atau alat lain yang sejenis.
f. Reklame suara merupakan reklame yang diselenggarakan dengan
menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang
ditimbulkan dari atau perantaraan alat.
g. Reklame peragaan merupakan reklame yang diselenggarakan dengan cara
memperagakan dengan atau tanpa disertai suara.
h. Reklame megatron merupakan reklame yang bersifat tetap (tidak bisa
dipindahkan) menggunakan layar monitor maupun tidak dengan gambar
dan/atau tulisan yang dapat diubah-ubah, terprogram dan menggunakan
tenaga listrik. Termasuk didalamnya videotron dan large electronic display
(LED).
i. Reklame papan/billboard merupakan reklame yang bersifat tetap (tidak
dapat dipindahkan) terbuat dari papan, kayu, seng, tenplate, collbrite, vynil,
aluminium, fiberglas, kaca, batu, tembok atau beton, logam atau bahan lain
yang sejenis, dipasang pada tempat yang disediakan (berdiri sendiri) atau
digantung atau ditempel atau dibuat pada bangunan tembok, dinding, pagar,
tiang, dan sebagainya baik bersinar, disinari maupun yang tidak disinari.
j. Reklame berjalan merupakan reklame yang ditempatkan pada kendaraan
atau benda yang dapat bergerak, yang diselenggarakan dengan
menggunakan kendaraan atau dengan cara dibawa/didorong/ditarik oleh
orang. Termasuk didalamnya reklame dalam gerobak atau rombong,
26
k. Reklame baliho merupakan reklame yang terbuat dari papan kayu atau
bahan lain dan dipasang pada konstruksi yang tidak permanen dan tujuan
materinya mempromosikan suatu eventatau kegiatan yang bersifat insidentil.
2. Reklame berdasarkan titik penempatan yang terdiri dari :
a. Reklame dalam ruang/indooradalah reklame yang berada didalam bangunan
dengan sasaran penyelenggaraannya eye catcher didalam bangunan itu
sendiri.
b. Reklame luar ruang/outdoor adalah reklame yang ditempatkan pada lokasi
diluar bangunan, atau reklame yang terletak didalam bangunan akan tetapi
sasaran penyelenggaraannya berisfat eye catchierberada diluar bangunan.
3. Reklame berdasarkan izin yang terdiri dari :
a. Reklame insidentil adalah reklame yang masa izinnya kurang dari satu
tahun. Reklame yang masuk dalam kategori reklame insidentil adalah
reklame yang diselenggarakan untuk masa-masa tertentu/insidentil.
Jenis-jenis reklame ini yaitu berupa baliho, spanduk/umbul-umbul/poster,
selembaran/brosur/leaflet, stiker/melekat, slide/film, baik dengan suara
maupun tanpa suara, reklame udara, reklame suara, reklame peragaan luar
ruang maupun bersifat permanen dan tidak permanen.
b. Reklame tetap adalah reklame yang masa izinnya hanya berlaku satu tahun.
Jenis-jenis reklame tetap adalah reklame megatron/videotron/led, billboard
tiang dengan peragaan, billboard tiang menempel pada penerangan,
billboard menempel pada peragaan, billboard menempel pada penerangan
27
Walaupun reklame tujuan utamanya dirancang untuk tujuan komersial,
namun ada juga reklame non komersial. Berdasarkan tujuan pembuatannya, sifat
reklame dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Reklame komersial (ekonomis) adalah reklame yang dibuat untuk menawarkan
barang dan jasa. Dengan reklame diharapkan pembeli lebih tertarik untuk
menggunakan produk yang ditawarkan dan keuntungan yang diperoleh lebih
banyak. Jenis reklame ini banyak digunakan oleh para pedagang atau
pengusaha dalam meningkatkan keuntungan.
2. Reklame non-komersial (sosial) adalah reklame yang dibuat untuk mengajak
atau menghimbau orang lain untuk mau melakukan sesuatu. Keuntungan yang
diperoleh biasanya bukan materi secara langsung. Misalnya poster PIN (Pekan
Immunisasi Nasional), poster anjuran untuk hidup bersih, poster peringatan
bahaya demam berdarah dan sebagainya.21
Pembagian reklame menurut cara atau media penyampaiannya :
1. Reklame Audio adalah reklame yang disampaikan lewat suara yang diterima
dengan indra pendengaran.
2. Reklame Visual adalah reklame yang disampaiakan lewat tulisan, gambar, atau
tulisan dan gambar, yang dapat diterima dengan indra penglihatan.
3. Reklame Audio Visual adalah reklame yang disampaikan lewat tulisan, gambar
dan suara.22
21
Muhammad Jaiz, Op.Cit, hal. 15.
22
28
2.3Prosedur Pemasangan Reklame
Pemasangan reklame harus memperhatikan aspek estetika kota,
pemasangan reklame juga tidak sembarang memasang atau mendirikan reklame.
Perusahaan iklan ataupun reklame atas nama pribadi harus melalui
prosedur-prosedur yang sudah ditetapkan pemerintah Kota Denpasar, seperti yang sudah
tercantum pada Peraturan Walikota No. 3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Reklame di Kota Denpasar. Pemasangan semua jenis reklame yang berada dalam
wilayah Kota Denpasar harus mendapat izin dari Walikota, yaitu dengan luas
panggung reklame lebih dari 24m2 dan terlebih dahulu harus dilakukan pengkajian oleh Tim Teknis Perizinan Reklame.
Tim Teknis Perizinan Reklame adalah tim yang bertugas untuk melakukan
pengkajian secara teknis konstruksi dan estetika bangunan reklame bertiang luar
ruang yang dibentuk oleh Walikota dengan susunan personalia terdiri dari unsur
Satuan Kerja Pangkat Daerah Kota Denpasar terkait. Pemasangan reklame juga
harus memperhatikan lokasi penempatan reklame yang sudah ditetapkan
Pemerintah Daerah. Dalam perencanaan dan penempatan titik lokasi reklame
dilaksanakan oleh Tim Teknis Perizinan Reklame.
Apabila pemasangan reklame pada sarana atau prasarana Kota diatur lebih
lanjut dalam pengaturan Walikota dan tetap memperhatikan nilai-nilai estetika
maka keindahan dan kerapihan kota tetap terjaga.Pemasangan reklame selain
memperhatikan prosedur, juga harus memperhatikan lokasi pemasangan agar
reklame tersebut tidak mengganggu dan membahayakan pejalan kaki maupun
29
Badan Jalan adalah daerah yang meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur
pemisah dan bahu jalan termasuk jalur pejalan kaki.
Berdasarkan rumusan Pasal 16 Bab IV Peraturan Walikota Denpasar
tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar, sebelum dapat memasang
reklame, terlebih dahulu pelaku usaha reklame harus memenuhi persyaratan
administrasi berupa perizinan antara lain :
1. Persyaratan izin peletakan titik reklame.
a. Fotokopi KTP yang masih berlaku.
b. Pemohon mengisi formulir izin peletakan titik reklame.
c. Melampirkan rencana peletakan titik reklame dan persetujuan. Pemilik
lahan dan bangunan untuk reklame yang dipasang diluar sarana dan
prasarana kota.
d. Melampirkan bukti pembayaran sewa lahan (untuk reklame di sarana dan
prasarana kota).
e. Melampirkan tanda bukti kepemilikan tanah/bangunan yang dipasang diluar
sarana/prasarana kota.
f. Melampirkan surat pernyataan bersedia menanggung segala resiko sebagai
akibat penempatan dan pemasangan reklame yang menimbulkan kerugian
pada pihak lain.
g. Melampirkan surat pernyataan untuk menyerahkan biaya jaminan
pembongkaran kepada Pemerintah Daerah apabila tidak melaksanakan
perpanjangan izin dan atau permohonan perpanjangan izin ditolak oleh
30
konstruksi reklame dalam jangka waktu paling lama 1 bulan sejak
berakhirnya masa berlaku izin.
h. Melampirkan polis asuransi jiwa dan konstruksi reklame (setelah mendapat
persetujuan Tim Teknis Perizinan Reklame).
i. Menyerahkan biaya jaminan pembongkaran reklame.
j. Melampirkan fotocopy IMB konstruksi reklame.
k. Melampirkan gambar teknis/konstruksi reklame yang dibuat oleh tenaga
ahli atau konsultan dan diketahui oleh Dinas Pekerja Umum.
2. Standar biaya tidak dipungut biaya.
3. Standar waktu penertiban 15 (lima belas) hari kerja.
4. Masa berlaku izin 3 (tiga) tahun.
Dalam Pasal 9 ayat (1) dan (2) Peraturan Walikota No. 3 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar, yang dimaksud dengan
penyelenggaraan reklame adalah :
1. Penyelenggaraan reklame jenis besar, sedang dan kecil di prasarana kota
maupun diluar prasarana kota harus diselenggarakan oleh jasa periklanan yang
terdapat pada Dinas Pendapatan Daerah.
2. Tanda daftar penyelenggaraan reklame dibuktikan dengan Nomor Pokok Wajib
Pajak Daerah (NPWPD).
Apabila semua prosedur diatas tidak dipenuhi bahkan perusahaan iklan
tidak sama sekali memiliki izin dalam pemasangan reklame, maka Tim Teknis
Perizinan Reklame dan Tim Penertiban Reklame atau penyidik di lingkungan
31
penyidikan tindak pidana dibidang Tata Cara Perizinan Reklame. Pemberlakuan
pula sanksi administrasi yaitu Walikota akan mencabut izin pemasangan,
pembongkaran dan penurunan terhadap reklame yang telah dipasang. Selain
sanksi administrasi diatas, penyelenggara reklame juga akan dikenakan sanksi
administrasi berupa tidak diperkenankan mengajukan izin penyelenggaraan
reklame baru dan/atau mengikuti pelelangan titik reklame masing-masing untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal pencabutan.
2.4 Wilayah Yang Dapat Dijadikan Tempat Pemasangan Reklame Di Kota
Denpasar
Jumlah reklame yang berlimpah ruah memang berdampak positif dalam
pergerakan roda perekonomian, baik bagi perusahaan advertising (Pengelola
reklame) maupun Pemerintah Kota Denpasar. Seharusnya reklame tidak boleh
dipasang dekat tempat ibadah, dekat sekolah, di dekat kantor-kantor
pemerintahan, tidak menutupi pohon yang indah, dan tidak menutupi bangunan
tua. Berdasarkan rumusan Pasal 6 Peraturan Walikota No. 3 Tahun 2014 hal
tersebut telah diatur, ada beberapa tempat yang dilarang melakukan peletakan
reklame yang bersifat komersial pada :
a. Kantor Pemerintah Pusat/Daerah;
b. Halaman pendidikan milik pemerintah dan tempat ibadah;
c. Di lokasi bukan persil;
d. Tempat-tempat lain yang ditetapkan dengan keputusan Walikota.
Namun, Reklame dapat berdiri dengan kokohnya kapan saja dan dimana
32
Umar terutama di sekitar Matahari Duta Plaza,yang dulunyapuluhan reklame dan
umbul-umbul maupun spanduk terpajang padat di mana-mana. Selain merusak
estetika kota, keberadaan papan reklame sewaktu-waktu juga dapat
membahayakan keselamatan masyarakat.
Sebelum diterbitkannya Surat Keputusan WalikotaNo. 188.45 / 568 / 2014,
terdapat 700billboardyang tersebar diseluruh Kota Denpasar dan akhirnya
dikurangi menjadi 204billboard untuk menjaga estetika kota. Dalam mendirikan
papan reklame salah satu standar yang harus dilihat ialah bangunan reklame itu
sendiri. Bangunan reklame harus dilihat dari konstruksi dan ukuran atau protipe
sesuai dengan Peraturan Walikota No. 3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Reklame di Kota Denpasar. Konstruksi bangunan harus kuat sehingga
tidakmembahayakan pengguna jalan. Bangunan reklame tidak dibenarkan berada
dibahu jalan, trotoar dan kawasan pertamanan kecuali mendapatkan izin
rekomendasi dari dinas terkait. Bangunan reklame yang berada diatas bangunan,
tidak dibenarkan melebihi fasade ataudinding terluar bangunan.
Peran reklamememang cukup berpengaruh dalam pendapatan asli daerah
karena pemasang iklan yang berminat sebenarnya membludak, terutama di jalan
protokol karena dianggap memiliki daya tarik yang paling besar.Reklame
khususnya reklame ruang luar (out door) bila di atur dengan baik merupakan salah
satu unsur penunjang estetika Kota. Reklame ruang luar yang banyak terpasang di
Kota Denpasar adalah reklame tetap (billboard dan LED) dan reklame insidentil
33
Masih cukup banyak terjadi pelanggaran reklame di Kota Denpasar.
Pelanggaran yang paling banyak di lakukan adalah pemasangan reklame yang
tidak pada tempatnya dan melebihi waktu yang ditetapkan.Proses penerbitan
rekomendasi reklame dilakukan oleh tim reklame yang secara rutin melakukan
pengecekan ke lapangan, termasuk menjaring reklame yang tanpa izin. Dalam
Surat Keputusan Walikota No. 188.45 / 568 / 2014 yang memuat tentang
Penetapan Pola Penyebaran Peletakan Reklame dan Titik Reklame di Kota
Denpasar terdapat 204 titik yang tersebar di seluruh wilayah Kota Denpasar. Salah
satunya terdapat di 24 ruas jalan protokol di Kota Denpasar yang terdiri dari
reklame yang berbentuk LED maupunBillboard. Misalnya di ruas Jalan Dewi
Sartika-Teuku Umar, Matahari Duta Plaza terdapat 1 LEDsedangkan di Simpang
Enam-Teuku Umar terdapat 2 LED (Akasaka dan Dunkin Donut’s) dan sisanya
berupabillboard.
Ada lima hal yang menjadi dasar dalam menata reklame, pertama adalah
zoning reklame. Zoning diperlukan untuk mengatur kawasan-kawasan yang boleh
dipakai untuk beriklan, terutama untuk kawasan pendidikan, kesehatan,
peribadatan, dan cagar budaya. Tidak seperti saat ini dimana di beberapa titik di
Kota Denpasar ada panggung spanduk (tempat pemasangan spanduk) yang berada
didepan sekolah ternyata penuh terisi dengan spanduk-spanduk produk rokok.
Selain itu, misalnya dikawasan car free day dimana tujuan program itu adalah
untuk membuat kawasan tersebut bebas polusi, masih banyak ditemui reklame
rokok. Tentunya hal ini sangat tidak pas, ini sangat kontradiktif dengan tujuan
34
Hal kedua terkait dengan penataan reklame pengendalian terhadap
pertumbuhan titik reklame baru. Hal ini perlu dilakukan mengingat saat ini titik
reklame, terutama miniboard, neonbox, dan signbox tumbuh sangat pesat. Sebagai
bukti bisa dilihat di sepanjang jalan di Kota Denpasar dan hampir disetiap
perempatan maupun pertigaan terdapat reklame. Hal ini bisa terjadi karena
Pemerintah Kota belum mempunyai blueprint yang jelas tentang pembatasan
reklame disuatu titik atau kawasan tertentu. Sehingga yang terjadi justru banyak
penumpukan titik reklame disuatu wilayah, yang mengganggu keindahan.
Hal ketiga yang perlu diperhatikan adalah banyaknya titik reklame yang
berdiri di atas tanah sendiri. Bahkan ada titik reklame yang menutupi bangunan itu
sendiri. Sebaiknya, perlu ada Izin Mendirikan Bangunan (IMB) khusus untuk
pembangunan reklame diatas tanah sendiri serta aturan tersendiri tentang
pemasangan reklame yang sesuai estetika kota yang dapat memperindah kota.
Keempat, pemasangan reklame di pohon dan berbagai fasilitas umum
lainnya tidak diperbolehkan dan dapat diberikan sanksi. Sedangkan yang kelima
adalah suatu titik reklame yang akan dilelang oleh Pemerintah Kota, maka
sebaiknya pemenang lelang diberi perlindungan. Yang ada saat ini, suatu titik
rekalme yang sudah laku dilelang seiring berjalannya waktu dapat tumbuh titik
reklame baru tanpa prosedur lelang. Idealnya perlu diberi jarak radius tertentu
antara reklame satu dengan lainnya sehingga tidak mengganggu dari pada titik
reklame tersebut.
Berikut adalah tata cara mendapatkan rekomendasi titik reklame dan
35
- Pemohon mengisi formulir yang telah disediakan oleh Dinas Tata Ruang dan
Perumahan Kota Denpasar.
- Fotocopy KTP yang masih berlaku.
- Surat kuasa bermaterai (asli).
- Sketsa titik lokasi pelanggaran reklame.
- Gambar desain.
- Foto terbaru rencana lokasi (ukuran 4R).
- Gambar layout lokasi pemasangan.
- Perhitungan dan gambar konstruksi (dilengkapi fotocopy sertifikat keahlian).
- Surat jaminnan kekuatan stuktur / konstruksi bangun reklame di tandatangani
ahli struktur yang bersertifikat.
- Rekomendasi konten reklame.
- Surat pernyataan tidak keberatan dari pemilik tempat pemasangan reklame
(asli).
- Fotocopy kepemilikan tanah (SHM,SPPT) atau kontrak / surat kuasa yang
disahkan oleh notaris atau Camat.
- Surat pernyataan siap memindahkan reklame, apabila dikemudian hari terjadi
penataan terhadap lokasi pemasangan reklame tanpa menuntut ganti rugi.