• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PENDAMPINGAN ANGGOTA KOPERASI MISYKAT (MICROFINANCE SYARIAH BERBASIS MASYARAKAT) DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN PERKOTAAN : Studi Deskriptif Pada Program Pendampingan di Majelis Khoerunnisa Rw 01 Kelurahan Cikutra Kecamatan Cibeunying Kidul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM PENDAMPINGAN ANGGOTA KOPERASI MISYKAT (MICROFINANCE SYARIAH BERBASIS MASYARAKAT) DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN PERKOTAAN : Studi Deskriptif Pada Program Pendampingan di Majelis Khoerunnisa Rw 01 Kelurahan Cikutra Kecamatan Cibeunying Kidul "

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Rini Novianti Yusuf, 2015

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 10

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Konsep Pendampingan ... 14

1. Pengertian Pendampingan ... 15

2. Tujuan Pendampingan ... 16

3. Tugas Pendampingan ... 17

4. Bentuk Pendampingan ... 19

5. Pendekatan Pendampingan ... 20

6. Proses Pendampingan ... 23

(2)

Rini Novianti Yusuf, 2015

8. Strategi Pendampingan Sosial ... 25

B. Lembaga Keuangan Mikro... 27

1. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro (LKM) ... 27

2. Karakteristik Lembaga Keuangan Mikro ... 29

C. Koperasi ... 30

1. Pengertian Koperasi ... 30

2. Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi ... 32

3. Prinsip dan Nilai Koperasi ... 33

4. Koperasi Syariah Simpan Pinjam ... 35

5. Penerapan Prinsip Syariah pada Kegiatan Lembaga Keuangan ... 36

D. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ... 37

1. Pengertian Pemberdayaan ... 37

2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ... 40

3. Indikator Keberdayaan ... 41

4. Karakteristik Dasar Pemberdayaan Masyarakat ... 41

5. Strategi Pemberdayaan Masyaraat ... 42

6. Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat ... 44

7. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat ... 46

E. Pemberdayaan Masyarakat dalam Ekonomi Rakyat ... 47

F. Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life skills) ... 49

G. Konsep Hasil Belajar ... 52

1. Hasil Belajar ... 52

H. Komponen Manajemen Program Pendidikan Luar Sekolah ... 55

1. Pengertian Manajemen Program ... 55

2. Pengertian dan Unsur-unsur Program ... 56

3. Komponen Program ... 57

(3)

Rini Novianti Yusuf, 2015

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 60

B. Desain Penelitian... 61

C. Metode dan Pendekatan Penelitian ... 63

D. Definisi Oprasional ... 65

E. Instruman Penelitian ... 67

F. Teknik Pengumpulan Data ... 67

G. Analisis Data ... 70

H. Triangulasi Data ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73

A. Gambaran Umum Penelitian ... 73

1. Sejarah Singkat Koperasi Misykat ... 73

2. Profil Lembaga Koperasi Misykat ... 74

3. Struktur Organisasi ... 75

4. Identitas Informan ... 77

B. Hasi Penelitian ... 77

1. Gambaran Mengenai output dari Anggota Koperasi Setelah Mengikuti Pelatihan Kecakapan Hidup (pra pendampingan) yang Diselenggarakan oleh Misykat ... 78

2. Gambran Pendampingan Program Yang Dikelola Oleh misykat ... 83

3. Gambaran Mengenai Capaian Perubahan Masyarakat (Anggota Koperasi) Setelah Mengkikuti Pendampingan ... 92

4. Gambaran Mengenai Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung pada Program Pendampingan ... 99

C. Pembahasan dan Hasil Analisa Data ... 105

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 126

A. Simpulan ... 126

(4)

Rini Novianti Yusuf, 2015

DAFTAR PUSTAKA ... 131

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-undang no 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2000-2004 dinyatakan bahwa :

Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan keberhasilan masyarakat melalui penguatan lembaga dan organisasi masyarakat setempat dan peningkatan kewaspadaan masyarakat luas guna membantu masyarakat dalam memperoleh dan memanfaatkan hak masyrakat untuk meningkatkan kehidupan ekonomi sosial dan politik.

Lembaga atau organisasi masyarakat yang melaksanakan program pemberdayaan masyarakat pada umumnya yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). LSM umumnya memiliki tujuan mensejahterakan masyarakat dalam arti memberdayakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan bersama. Arti dari kebutuhan tersebut bisa kebutuhan pendidikan, tempat tinggal yang layak, lingkungan yang alami, dan lain-lain. Kebutuhan-kebutuhan tersebut tentu didasari oleh perekonomian yang memadai, sehingga hal-hal yang menjadi kebutuhan dapat terpenuhi. Tetapi pada kenyataannya masih banyak perekonomian masyarakat yang belum memadai/memenuhi, oleh karena itu masyarakat Indonesia masih jauh dengan kata sejahtera.

(6)

kelompok lemah atau kurang beruntung, serta dilakukan melalui program peningkatan kapaitas.

Istilah pemberdayaan semakin populer dalam konteks pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Konsep pemberdayaan ini berkembang dari realitas individu atau masyarakat yang tidak berdaya atau pihak yang lemah (powerless). Menurut Anwas ( 2013, hlm 48 ) Ketidakberdayaan atau kelemahan dalam aspek : pengetahuan, pengalaman, sikap, keterampilan, modal usaha, networking, semangat, kerja keras, ketekunan, dll. Kelemahan dalam berbagai aspek tadi mengakibatkan ketergantungan, ketidakberdayaan, dan kemiskinan.

Djohani (dalam Anwas, 2013, hlm 49) mengemukakan bahwa

“pemberdayaan adalah suatu proses untuk memberikan daya/kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah (powerless), dan mengurangi kekuasaan kepada pihak

yang terlalu berkuasa sehingga terjadi keseimbangan”. Rappaport (dalam Anwas, 2013, hlm 49) Pemberdayaan merupakan suatu cara dengan rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya. Pemberdayaan juga dapat dipandang sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat individu dan masyarakat, menghidupkan kembali tatanan nilai,budaya, dan kearifan lokal dalam membangun jati dirinya sebagai individu dan masyarakat.

(7)

Kemiskinan merupakan masalah yang mengglobal. Menurut Martin dan Schuman (dalam Anwas, 2013, hlm 83), kemiskinan ditingkat global terjadi fenomena perbandingan antara 20:80, yaitu penduduk dunia menguasai 80% kekayaan dunia, sementara 20% sisanya hanya menguasai kekayaan dunia. Akibatnya, 20% penduduk tadi akan mengendalikan penduduk lainnya yang besarnya 80%. Ini artinya dunia ini hanya dinikmati oleh 20% penduduk dunia dan sebagian besar penduduk dunia (80%) dapat digolongkan pada kelompok masyarakat relatif miskin. Di Indonesia penduduk miskin masih menghantui masalah pembangunan, karena penduduk miskin di Indonesia kini tidak hanya terjadi di wilayah pedesaan, tetapi wilayah perkotaan pun terjadi dan masih banyak penduduk miskin.

Kemiskinan menjadi masalah utama dalam hal pembangunan masyarakat, masalah kemiskinan di Indonesia saat ini dirasakan sudah sangat mendesak untuk ditangani, khususnya di wilayah perkotaan. Kemiskinan perkotaan kini menjadi isu yang relevan dan mendesak untuk ditangani seiring dengan adanya pembangunan perkotaan. Salah satu ciri umum dari kondisi masyarakat yang miskin, tidak memiliki sarana dan prasarana dasar perumahaan dan pemukiman yang memadai, kualitas lingkungan yang kumuh, tidak layak huni. Kemiskinan merupakan persolaan struktural dan multidimensional, mencakup politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain. Sehingga secara umum masyarakat miskin sebagai suatu kondisi masyarakat yang berbeda dalam situasi kerentanan, ketidak berdayaan, keterisolasian, dan ketidak mampuan untuk menyampaikan aspirasinya.

(8)

Pada bulan Maret 2014 jumlah penduduk miskin di Jabar tercatat sebanyak 4,297 juta jiwa. Jumlah tersebut bertambah 85.610 orang menjadi 4,382 juta jiwa pada bulan September 2013. Berdasarkan catatan BPS tahun 2014, jumlah total penduduk Jabar mencapai 44,5 juta jiwa. Jumlah penduduk miskin pada bulan September 2014 lalu mencapai 9,61% dari total jumlah penduduk. Garis kemiskinan Jawa Barat untuk daerah perkotaan bulan Maret 2014 sebesar Rp.288.742,- per bulan atau naik 2,69% dari kondisi September 2013 Rp.281.189,-.

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa pembangunan dan perkembangan suatu kota yang tidak sesuai dengan jumlah penduduknya, budaya, struktur dan dinamika, serta tingkat sosial ekonomi juga luas wilayahnya. Jumlah penduduk yang banyak memerlukan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai, sehingga semakin banyak jumlah penduduk, maka semakin besar pula kebutuhan sarana dan prasarana di kota tersebut. Tingkat sosial ekonomi dapat membentuk karakter dan kualitas kehidupan penduduk. Kota dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah cenderung dapat menimbulkan kekumuhan, sebaliknya jika kota dengan tingkat ekonomi yang baik cenderung akan lebih teratur. Pada luas wilayah, akan berkaitan dengan tingkat mobilitas dan interaksi antar penduduk. Ketiga hal tersebut di atas merupakan faktor penting dalam penentuan strategi pembangunan suatu kota.

(9)

Banyaknya penduduk miskin perkotaan tidak hanya disebabkan oleh hal yang sudah dipaparkan di atas, melainkan ada faktor lain yang menyebabkan kemiskinan di wilayah perkotaan, faktor tersebut salah satunya adalah pendidikan. Rendahnya pendidikan yang diperoleh masyarakat Indonesia, pendidikan yang tidak merata sampai ke pelosok daerah. Rendahnya pendidikan tidak hanya pada konteks pendidikan formal, adapula lemahnya pendidikan pada konteks nonformal yaitu pendidikan keterampilan, sikap, modal usaha, networking, dll. Dalam upaya pemberdayaan tidak sekedar memberikan kewenangan atau kekuasaan kepada pihak yang lemah saja, dalam pemberdayaan terkandung makna proses pendidikan dalam meningkatkan kualitas individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mampu berdaya, memiliki daya saing, serta mampu hidup sendiri.

Proses pendidikan yang dimaksud pada upaya pemberdayaan dapat berupa pendidikan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya yang dirancang secara khusus untuk meningkatkan kompetensi seseorang. Hasil penelitian Anwas (2013, hlm 56) menunjukan bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu faktor penting dalam meningktakan kompetensi. Yang menarik pada temuan Anwas bahwa dalam kegiatan pelatihan yang terpenting bukan lamanya waktu pelatihan, akan tetapi frekuensi kegiatan pelatihan. Dengan banyaknya frekuensi pelatihan, berarti individu tidak hanya lebih sering mendapatkan ilmu pengetahuan baru akan tetapi mendapatkan aspek lain yang berguna untuk meningkatkan kemampuannya.

Senada dengan pendapat di atas, Kamil (2010, hlm 151) mengemukakan bahwa: Pelatihan sebagai proses pemberdayaan dan pembelajaran, artinya individu (anggota masyarakat) harus mempelajari sesuatu (materi) guna meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan tingkah laku dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari dalam menopang ekonominya (pendapatan). Pelatihan yang dimaksud salah satunya dapat berupa pelatihan kecakapan hidup. Menurut Kamil (2010, hlm 130) “kecakapan hidup adalah kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk

(10)

hidup adalah peningkatan kemampuan dan keterampilan yang memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada masyarakat tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil menjalankan kehidupannya yaitu dapat menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya.

Saat ini, ada upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan oleh salah satu lembaga koperasi, lembaga koperasi tersebut adalah Misykat (Microfinance Syariah berbasis Masyarakat). Misykat membantu masyarakat miskin pada segi ekonomi dengan berbasis keagamaan. Koperasi Misykat memberi bantuan dengan pinjaman uang tanpa ada bunga. Salah satu sasaran lembaga ini yaitu di daerah Cicadas tepatnya di Rw 01 kelurahan Cikutra kecamatan Cibeunying Kidul kota Bandung. Pada proses Misykat di Rw 01 yang sudah berjalan dari tahun 2006, tidak hanya kegiatan peminjaman uang tetapi ada pula kegiatan program pendampingan dengan memberikan pelatihan kecakapan hidup.

Alasan yang mendasari salah satu sasaran lembaga Misykat di wilayah Rw 01 kelurahan Cikutra kecamatan Cibeunying Kidul kota Bandung yaitu Kecamatan Cibeunying Kidul merupakan daerah yang sebagian besar didominasi oleh penduduk pendatang dengan pemukiman padat dan sebagian lagi merupakan kawasan perdagangan dan pendidikan. Lokasinya yang dekat dengan pusat bisnis dan pemerintahan kota membuat kecamatan ini menjadi tempat ideal bagi penduduk untuk bermukim. Cibeunying Kidul sebagai salah satu Kecamatan yang ada di Kota Bandung memiliki luas wilayah sekitar 4,62 KM2.

(11)

Cikutra termasuk masyarakat miskin perkotaan. Pendidikan yang dicapai masyarakat pun sebagian tidak mampu mencapai target minimal standar pendidikan, karena orientasi masyarakat yang hanya mementingkan kebutuhan ekonomi dan hal tersebut berpengaruh terhadap kesadaran yang rendah untuk menyekolahkan anak. sehingga banyak anak usia sekolah yang dipekerjakan untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.

Kelurahan Cikutra tahun 2008 sebanyak 24.167 jiwa yang terdiri 12.368 laki- laki dan 11.799 jiwa perempuan dan usia produktif wanita dari usia 15 sampai 50 tahun sebanyak 6.819 jiwa. Wilayah kelurahan Cikutra sering disebut dengan sebutan Pa-ku-Mis ( Padat, Kumuh, dan Miskin ), hal ini terbukti dengan jumlah penduduk satu Rw di Rw 01 mencapai 904 orang. Penduduk sebanyak 904 orang tersebar pada 5 Rt dalam satu Rw. Rw 01 Kelurahan Cikutra terletak di daerah perkotaan, hal tersebut tidak terlepas dari berbagai persoalan sosial yang terjadi. Mata Pencaharian warga Rw 01 Kelurahan Cikutra yaitu sebagaian besar adalah pedagang kaki lima (PKL) dan tingkat pendidikan sebagian besar SMP/SMA. Latar belakang warga Rw 01 sebagai pedagang kaki lima (PKL) tidak lain salah satu faktor penyebabnya yaitu rendahnya tingkat pendidikan, sehingga sulit untuk mencari/mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.

Hal ini mendorong sebagian masyarakat untuk melakukan perubahan terutama dalam hal peningkatan ekonomi, bekerjasama dengan pemerintahan setempat baik tingkat Rw, Kelurahan dan Kecamatan serta berbagai lembaga yang ada di wilayah Rw 01. Program penanggulangan kemiskinan yang dievaluasi meliputi, Program Pengembangan Kecamatan (PPK), dan Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), yang dikategorikan sebagai Program Kerja Mandiri (Self Employment Program), dan Proyek Pembangunan Fisik dalam program PPK yang dikategorikan sebagai Program Padat Karya (Public Work Progam).

(12)

dengan kemiskinan itu maka akan sulit untuk mengusahakan pengentasan kemiskinan secara baik. Melihat kondisi tersebut menggugah kepedulian dari sekelompok masyarakat untuk membantu permasalahan tersebut.

Sekelompok masyarakat tersebut tergabung dalam organisasi lembaga masyarakat, lembaga masyarakat yang berorientasi pada bidang ekonomi. Salah satunya adalah Lembaga koperasi Misykat (Microfinance Syariah berbasis Masyarakat) dengan memberi bantuan pinjaman uang khususnya untuk modal usaha. Karena masyarakat Rw 01 dominan mata pencahariannya adalah Pedagang Kaki Lima ( PKL ) yang dekat dengan perkotaan, maka salah satu alasan sasaran dari Misykat yaitu karena ada permasalahan di wilayah ini.

Dalam upaya membuka usaha sendiri, tidak sedikit masyarakat yang terbentur dengan masalah permodalan. Usaha yang dijalankan berpendapatan tidak menentu, pendapatan tersebut terkadang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, dan membuat modal awal usaha ikut terpakai. Hal tersebut, menjadikan masyarakat harus mencari modal usaha baru. Koperasi keliling atau rentenir sering dijadikan solusi dalam permasalahan ekonomi masyarakat,tanpa berpikir panjang kembali akibat dari meminjam uang kepada rentenir atau koperasi keliling membuat masyarakat jadi terjerat hutang dengan bunga yang besar. Dengan adanya Misykat sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM ) untuk membantu mengatasi permasalahan ekonomi masyarakat.

(13)

pengembangan dan pemberdayaan masyarakat ekonomi lemah, karena secara konsisten lembaga ini memberikan bantuan dana bergulir kepada mereka yang mau berusaha untuk memperbaiki nasibnya. Lembaga ini lahir atas keprihatinan

terhadap masyarakat mustadh’afin (yang dilemahkan) oleh struktural maupun

yang disebabkan oleh beberapa faktor baik itu eksternal maupun internal. Tujuan dari lembaga ini yaitu (1) Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya,(2) Menjadi gerakan ekonomi rakyat serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional.

Fokus pelayanan lembaga Misykat lebih menitikberatkan pada program pemberdayaan masyarakat yang kemudian direalisasikan dalam berbagai bentuk kegiatan peningkatan usaha menuju kesejahteraan dan kemandirian ekonomi. Pemberdayaan pada lembaga ini menjadi program utama melalui pendayagunaan dana-dana keagamaan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dengan orientasi produktivitas, pengembangan usaha kecil, yang melibatkan kelompok-kelompok miskin. Karena seperti yang sudah dijelaskan di atas, lembaga ini menggunakan pola syariah atau berjalannya program mengacu pada asas-asas keislaman.

Adanya lembaga koperasi Misykat ini sedikitnya telah membantu masyarakat Rw 01 kelurahan Cikutra kecamatan Cibeunying Kidul dalam permasalahan ekonomi. Selain membantu masyarakat, upaya peningkatan kesejahteraan yang dilakukan oleh Misykat secara tidak langsung juga membantu program pemerintah. Arti dari membantu masyarakat miskin disini adalah lembaga Misykat tidak hanya sekedar memberi dana pinjaman, tetapi memberikan pendidikan dan keterampilan kepada masyarakat, sehingga capaiannya adalah masyarakat tidak hanya diuntungkan melalui dana pinjaman, tetapi masyarakat juga diuntungkan melalui pendidikan dan pelatihan yang diberikan. Pendidikan berupa pelatihan yang diberikan yaitu pelatihan kecakapan hidup berorientasi pada pengembangan pengetahuan, penanaman nilai & moral, dan pengembangan keterampilan.

(14)

diperlukan sebagai agen pemberdayaan yang tugasnya bukan menggurui, tetapi lebih tepatnya sebagai fasilitator, komunikator, dinamisator dan pembimbing masyarakat di lapangan. Pengertian pendampingan menurut Kamil ( 2010, hlm 169 ) adalah :

Suatu kegiatan yang dilakukan seseorang yang bersifat konsultatif yaitu menciptakan suatu kondisi sehingga pendamping maupun yang didampingi bisa berkonsultasi memecahkan masalah bersama-sama, interaktif yaitu antara pendamping dan yang didampingi harus sama-sama aktif,komunikatif yaitu apa yang disampaikan pendamping atau yang didampingi dapat dipahami bersama (persamaan pemahaman).

Pendampingan bertujuan membantu individu masyarakat dan atau kelompok dalam pengembangan usahanya (mengoptimalkan potensinya) agar mampu mandiri antara lain memiliki sumber usaha yang tetap dan layak, sehingga dapat menjadi pengusaha yang berhasil dalam lingkungannya. Merujuk pada pengertian di atas, pendampingan yang dilakukan oleh lembaga Misykat yaitu Pendampingan diisi dengan pelatihan kecakapan hidup dilaksanakan setiap seminggu sekali atau

sering disebut dengan sebutan “pertemuan pekanan”. Orientasi sasaran dalam pelaksanaan lembaga Misykat adalah perempuan, kelompok kaum perempuan tersebut dinamakan majelis. Majelis Khoerunnisa adalah nama sebutan untuk masyarakat yang menjadi anggota Misykat di Rw 01 kelurahan Cikutra dengan jumlah anggota kurang lebih 15 orang. Pendampingan merupakan salah satu strategi yang sangat menentukan keberhasilan lembaga Misykat dalam program pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan Hasil identifikasi di lapangan dan latar belakang masalah

tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai “ Program

pendampingan anggota koperasi Lembaga Misykat (Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat) dalam pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

(15)

1. Wilayah Rw 01 Kelurahan Cikutra Kecamatan Cibeunying Kidul berada di daerah perkotaan, yang karakteristik lokasinya dekat dengan pusat bisnis dan pemerintahan kota membuat wilayah ini menjadi tempat ideal bagi penduduk untuk bermukim.

2. Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah Rw 01 kelurahan Cikutra rata-rata SMP dan SMA, sehingga membuat masyarakat sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.

3. Mayoritas mata pencaharian masyarakat yaitu sebagai Pedagang Kaki Lima (PKL ), hal tersebut disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah serta banyak pendatang dari daerah ke kota dengan tujuan merubah perekonomian keluarga, tetapi karena faktor pendidikan mereka menjadi sulit mendapatkan pekerjaan dan akhirnya menjadi PKL.

4. Banyak warga masyarakat yang meminjam uang ke lembaga keuangan atau koperasi pinjaman dengan bunga yang cukup besar, sehingga warga masyarakat terjerat rentenir/lintah darat.

5. Adanya keinginan warga masyarakat untuk melakukan perubahan taraf hidup menjadi lebih baik, dengan menjadi anggota lembaga keuangan koperasi Misykat.

6. Dana Pinjaman yang digulirkan oleh lembaga Misykat kepada masyarakat miskin berasal dari Dompet Peduli Umat Daarut Tauhid (DPU-DT)

7. Adanya pola pendampingan yang dilakukan oleh Misykat, sehingga menjadi pembeda dengan koperasi pinjaman lainnya.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di salah satu lembaga koperasi Syariah Misykat Berdasarkan pemaparan kondisi diatas, penulis merumuskan masalah yaitu bagaimanakah pendampingan program koperasi Misykat dalam upaya pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan ? Berdasarkan permasalahan

(16)

1. Bagaimana hasil (output) yang didapat oleh anggota koperasi setelah mengikuti pelatihan kecapakan hidup (pra pendampingan) yang diselenggarakan oleh Misykat ?

2. Bagaimana pendampingan program yang dikelola oleh lembaga koperasi Misykat ?

3. Bagaimana capaian perubahan masyarakat (anggota koperasi) setelah mengikuti pendampingan program ?

4. Apa faktor penghambat dan faktor pendukung dari program pendampingan? D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran mengenai output/ hasil yang didapat oleh anggota setelah mengikuti pelatihan kecakapan hidup (pra pendampingan) yang diselenggarakan oleh Misykat.

2. Untuk mengetahui gambaran mengenai program pendampingan yang dikelola oleh lembaga koperasi Misykat

3. Untuk mengetahui gambaran mengenai capaian perubahan masyarakat (anggota Misykat) setelah mengikuti pendampingan program

4. Untuk mengetahui gambaran mengenai faktor penghambat dan faktor pendukung dari program pendampingan.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini baik secara teoritis dan praktis khususnya untuk peneliti adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Manfaat bagi peneliti yaitu memperkaya pengetahuan tentang pemberdayaan masyarakat melalui program pendampingan/pembinaan dalam konteks ekonomi masyarakat.

2. Secara Praktis

(17)

F. Struktur Organisasi Skripsi

Penyusunan skripsi ini sesuai dengan sistematika penulisan yang ditetapkan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis menguraikan teori-teori yang mendukung terhadap penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk komponen-komponen, dan menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang pengolahan atau analisis data untuk memperoleh temuan berkaitan dengan masalah penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses pelaksanaan Misykat pada pendampingan program anggota koperasi dalam memberdayakan masyarakat miskin perkotaan, maka penelitian ini dilakukan di Lembaga Koperasi Syariah Misykat, yang menjadi fokus utamanya yaitu di Majelis Khoerunnisa Rw 01 Kelurahan Cikutra kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung.

Subjek Penelitian ini ditentukan secara purposive,‟‟artinya subjek penelitian sebagai sumber data dipilih dengan pertimbangan tertentu.” (Sugiyono, 2013, hlm 52). Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh komponen dari kegiatan pendampingan program yang ada di lembaga Misykat. Subjek penelitian merupakan komponen utama yang memiliki kedudukan dalam suatu penelitian, karena didalam subjek penelitian ini terdapat variabel-variabel yang menjadi kajian untuk diteliti karena penulis bermaksud meneliti lebih jauh mengenai program pendampingan anggota koperasi Misykat dalam pemberdayaan miskin perkotaan.

Dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai human intument harus berinteraksi dengan sumber data dengan demikian peneliti kualitatif harus mengenal betul orang yang memberikan informasi data. Maka dari itu pemilah narasumber maupun orang yang akan dijadikan sumber data dalam penelitian ini sudah dipertimbangkan dengan alasan sumber data memiliki data yang diperlukan dalam penelitian ini.

(19)

adalah seseorang yang mengisi materi-materi pada kegiatan „pertemuan pekanan‟ seperti materi keagamaan atau pelatihan kecakapan hidup, selain melakukan pembayaran cicilan pinjaman pada pendamping. Kemudian subjek selanjutnya yaitu masyarakat yang menjadi anggota koperasi Misykat adalah sasaran pada kegiatan Misykat serta orang yang mengikuti kegiatan pendampingan pada „pertemuan pekanan‟.

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya West (dalam Moleong 2008, hlm 119). Dengan metode deskriptif, peneliti memungkinkan untuk melakukan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal.

Dalam metode deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi variabel dan tidak menetapkan peristiwa yang akan terjadi, dan biasanya menyangkut peristiwa-peristiwa yang saat terjadi sekarang. Desaian Penelitian merupakan rancangan dalam melakukan penelitian mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pelaporan penelitian. Adapun tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian, yaitu ada empat tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti, sesuai yang dikemukakan oleh Moleong (2008, hlm 127):

1. Tahap Pra Lapangan

(20)

dan tujuan dilakukan penelitian ini. Setelah tahap perizinan selesai, barulah peneliti melakukan diskusi dengan dosen pembimbing dan pengurus lembaga koperasi Misykat untuk mengkaji dan menganalisis apakah fokus permasalahan yang akan diambil dan apakah berkaitan dengan disiplin ilmu yang peneliti kaji atau tidak.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada aktivitas ini peneliti mulai memfokuskan informasi yang didapat dari hasil observasi pertama dengan melakukan wawancara secara langsung dengan pengelola lembaga serta pendamping pada kegiatan Misykat, hal dilakukan untuk memfokuskan suatu permasalahan, kemudian disusul dengan pemilihan narasumber dan metode yang akan digunakan dalam penelitian ini. Apa saja yang akan dilakukan oleh peneliti dan siapa yang akan menjadi subjek dari penelitian yang dilaksanakan, selain hal itu pada tahapan ini peneliti melakukan penyususna instrumen penelitian, dan dilakukanlah pengumpulan daya dilapangan, dan terakhir membuat kesimpulan hasil data yang diperoleh dari hasil perolehan data dilapangan.

3. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan. Maka dari hal itu karakteristik analisis data dalam penelitian ini berlangsung secara induktif dan dilakukan secara terus menerus. Dalam kegiatan analisis data ini dilakukan dengan memulai mengumpulkan data dan informasi yang dari hasil wawancara, observasi, pengamatan,dokumen resmi. Kemudian data yang terkumpul diolah sesuai dengan kaidah relevansi pengolaha data dalam penelitian kualitatif.

4. Tahap Penulisan Laporan

(21)

C. Metode dan Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan sebuah proses ilmah tidak dapat terlepas dari cara-cara ataupun teknik yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti. Metode sebagaimana dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud. Untuk itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana peneliti berusaha memahami bahasa dan tafsiran sumber data serta berinteraksi dengan mereka. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2013, hlm 15) bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi(gabungan). Analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Pada hakekatnya ialah mencakup penggunaan subjek yang dikaji dan kumpulan data empiris-studi kasus, pengalaman pribadi,introspeksi, perjalanan hidup, wawancara, teks-teks hasil pengamatan, historis, interaksional, dan visual yang menggambarkan saat-saat dan makna keseharian dan problematis dalam kehidupan seseorang.

Penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang hendaknya menjadi pedoman oleh peneliti, sebagaimana yang dikonstantir oleh Nasution (dalam Sugiyono 2008, hlm, 307-308) bahwa karakteristik penelitian kualitatif diantaranya:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian 2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan

dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tiada satu instrumen berupa tes atau angket yang dapat mengungkap keseluruhan situasi, kecuali manusia

(22)

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan untuk mentes hipotesis yang timbul seketika 6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan

berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.

Metodologi berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti jalan sampai. Sedangkan logos berarti ilmu. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa metodologi adalah cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan sebaik-baiknya untuk mengadakan sebuah proses baik itu penelitian ataupun yang lainnya. Metodologi yang dimaksud disini adalah cara atau teknis pelaksanaan penelitian di Lembaga Koperasi Syariah Misykat mengenai pendampingan program anggota koperasi dalam pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan di majelis Khoerunnisa Rw 01 Kelurahan Cikutra. Metodologi ini perlu dirumuskan dengan jelas, mengingat bahwa suatu penelitian tanpa menempuh cara atau prosedur yang tepat dan benar maka hasilnya tidak akan akurat seperti apa yang diharapkan.

Penelitian menurut Sugiyono (2013, hlm 3) yaitu diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendaptakan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara, ilmiah, data, tujuan, kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.

(23)

dalam bab ini akan dibahas mengenai lokasi penelitian, rancangan penelitian, teknik pengumpulan data, tahap pelaksanaan pengumpulan data, langkah-langkah penelitian, pengolahan dan analisis data.

D. Definisi Operasional

1. Pendampingan

Menurut Kamil ( 2010, hlm 169 ) mengemukakan bahwa pendampingan adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang yang bersifat konsultatif yaitu menciptakan suatu kondisi sehingga pendamping maupun yang didampingi bisa berkonsultasi memecahkan masalah bersama-sama, interaktif yaitu antara pendamping dan yang didampingi harus sama-sama aktif,komunikatif yaitu apa yang disampaikan pendamping atau yang didampingi dapat dipahami bersama (persamaan pemahaman).

Ife ( dalam Anwas, 2013, hlm 98 ) pendampingan yaitu ”memiliki peran sebagai fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat, dan peran-peran teknis bagi masyarakat miskin yang didampinginya. Dari pengertian pendampingan di atas maka dapat peneliti simpulkan bahwa pendampingan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang melalui dampingan dengan tujuan mampu membantu orang lain memberikan saran atau masukan dalam mengatasi permasalahan kehidupan orang lain atau sekelompok masyarakat.

2. Koperasi

(24)

menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi.

Dari pengertian di atas mengenai koperasi, maka dapat peneliti simpulkan bahwa koperasi yaitu suatu perkumpulan dibidang usaha bersama dengan tujuan membantu atau memfasilitasi masyarakat yang membutuhkan bantuan baik berupa barang maupun jasa dengan bentuk skala kecil (mikro).

3. MISYKAT

Misykat (Microfinance Syariah berbasis Masyarakat) merupakan lembaga yang concern terhadap pengembangan dan pemberdayaan masyarakat ekonomi lemah, karena secara konsisten lembaga ini memberikan bantuan dana bergulir kepada mereka yang mau berusaha untuk memperbaiki nasibnya. Lembaga ini lahir atas keprihatinan terhadap masyarakat mustadh‟afin (yang dilemahkan) oleh struktural maupun yang disebabkan oleh beberapa faktor baik itu eksternal maupun internal. Dari pengertian mengenai lembaga Misykat di atas maka dapat peneliti simpulkan bahwa lembaga Misykat merupakan lembaga yang memfokuskan pemberdayaan masyarakat melalui koperasi pinjaman.

4. Pemberdayaan Masyarakat

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata „power‟ (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Menurut Parsons ( dalam Anwas, 2013, hlm 49 ), “Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, penegtahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi

perhatiannya”. Pemberdayaan juga dapat dipandang sebagai upaya meningkatkan

harkat dan martabat individu dan masyarakat.

(25)

kesejahteraan hidup melalui keterampilan-keterampilan serta pengetahuan yang berkenaan dengan kebutuhan kehidupannya.

E. Instrumen Penelitian

Penyusunan instrumen ini dilaksanakan untuk tahapan dari proses pengambilan data di tempat penelitian yang terdiri dari beberapa tahapan antara lain :

1. Penyusunan Kisi-Kisi

Penyusunan kisi-kisi Penelitian merupakan pedoman dalam pembuatan alat pengumpul data berupa: pedoman observasi, pedoman wawancara, dan studi dokumentasi. Kisi-kisi penelitian program pendampingan anggota koperasi Misykat dalam pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan terdiri dari beberapa kolom yaitu: pertanyaan penelitian,aspek penelitian, indikator, sub. Indikator, item pertanyaan, sumber data, teknik penelitian

2. Penyusunan Pedoman Wawancara

Pertanyaan-pertanyaan mengenai indikator-indikator dan sub indikator tersebut dirumuskan kedalam pedoman wawancara yang diujicobakan kepada pendamping serta masyarakat yang menjadi anggota koperasi Misykat.

3. Penyusunan Pedoman Observasi

Pedoman observasi ini dipergunakan untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan pendampingan yang dilakukan oleh lembaga Misykat di majelis Khoerunnisa Rw 01 Kelurahan Cikutra kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung.

F. Teknik Pengumpulan Data

(26)

masing-masing. Maka dari itu, untuk memperkecil kemungkinan ketidakakuratan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik sekaligus dengan harapan antara satu dengan yang lainnya dapat saling melengkapi. Teknik yang digunakan oleh peneliti antara lain adalah :

1. Observasi

Teknik observasi sebagai alat pengumpul data adalah kegiatan pengamatan (secara inderawi) yang direncanakan, sistematis, dan hasilnya dicatat serta dimaknai (diinterpretasikan) dalam rangka memperoleh pemahaman tentang subjek yang diamati. Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data yang utama dalam penelitian ini. Dengan obervasi diharapkan dapat diperoleh data yang benar-benar alami mengenai bagaimana program pendampingan anggota koperasi Misykat dalam pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipatif. Di mana dalam penelitian ini, peneliti terlibat dengan kegiatan yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti sendiri, memilih menjadi partisipasi pasif, jadi dalam hal ini peneliti datang ke tempat kegiatan yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan wawancara dalam penelitian naturalistic merupakan teknik pengumpulan data yang tidak dapat ditinggalkan, dan harus selalu digunakan secara terpadu dengan observasi. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur, tidak berstruktur, maupun kombinasi dan dapat dilakukan melalui tahap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon. Wawancara yang dilakukan peneliti bersifat kombinasi, yang menggabungkan diantara jenis wawancara terstruktur dan tidak terstruktur tujuannya ialah untuk memperoleh keterangan yang terinci, maksimal dan mendalam mengenai pandangan orang lain.

(27)

diceritakan oleh informan. Berdasarkan analisa terhadap setiap jawaban dari informan tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan dengan wawancara terstruktur, peneliti menggunakan pedoman wawancara untuk memperkuat gambaran yang didapatkan dari wawancara tidak terstruktur.

Dalam hal ini, wawancara dilakukan kepada beberapa responden, yaitu: (1) Pengelola Misykat yang bernama Iwan Budi Setiawan,(2) Kang Ridwan selaku pendamping di Majelis Khaerunnisa, (3) Anggota Misykat yang terdiri dari Ibu Nani, Ibu mulyani,dll. Penelitian dilakukan selama dua minggu, dengan wawancara satu minggu 3 kali. Dalam melakukan wawancara, peneliti mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Wawancara dilakukan dengan face to face atau tatap muka langsung dengan informan. Sehingga terjadi kontak pribadi dan melihat langsung kondisi informan. 3. Studi Dokumentasi

Walaupun dalam penelitian kualitatif pada umumnya data diperoleh dari sumber manusia melalui observasi dan wawancara, tetapi ada pula sumber bukan manusia, diantaranya dokumen. Dalam penelitian ini dokumen dapat dijadikan bahan trianggulasi untuk mencek kesesuaian data. Dalam pengumpulan data ini, instrument utama adalah peneliti sendiri karena peneliti memiliki fleksibelitas yang tinggi dibanding alat pengumpul data yang lain, seperti mampu menghadapi berbagai perubahan yang terjadi di lapangan, cepat memahami gejala yang ada, dan mampu menyesuaikan diri dengan latar alami lapangan dimana penelitian itu dilaksanakan.

Studi dokumentasi atau biasa disebut kajian dokumen merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian dalam rangka memperoleh informasi terkait objek penelitian. Dalam studi dokumentasi, peneliti biasanya melakukan penelusuran data historis objek penelitian serta melihat sejauhmana proses yang berjalan telah terdokumentasikan dengan baik. Terdapat dua jenis dokumen yang digunakan dalam studi dokumentasi yaitu:

(28)

b) Dokumen sekunder yaitu, dokumen yang ditulis kembali oleh orang yang tidak langsung mengalami peristiwa berdasarkan informasi yang diperoleh dari orang yang langsung mengalami peristiwa.

G. Analisis Data

Analisis data penelitian kualitatif menyangkut analisis di lapangan terkait fokus penelitian, setelah data terkumpul dan dari fenomena yang diamati. Pengolahan dan analisis dilakukan sesuai dengan ketentuan penelitian kualitatif, yaitu diinterpertasikan dan dianalisis secara terus menerus sejak awal hingga akhir penelitian. Bogdan (dalam Sugiyono, 2013, hlm 88) menyatakan bahwa analisis data kualitatif adalah “proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain”.

Analisis data merupakan proses mengurutkan dan mengamati secara sistematis hasil wawancara, catatan lapangan, dan hasil dokumentasi. Selain itu, bahan-bahan yang ditemukan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diamati dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Selanjutnya, mendeskripsikannya dalam catatan narasi, mengambil kesimpulan dan verifikasi data, yaitu peneliti berusaha mencari makna dari data yang di kumpulkan dengan cara mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal yang sering timbul dan sebagainya.

Prosedur analisis data dalam penelitian ini adalah mengikuti apa yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2013, hlm 91) yaitu: “(1) reduksi, (2) display, dan (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi data.” Secara rinci prosedur kegiatan analisis data adalah sebagai berikut:

1. Tahap Reduksi

(29)

memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan. Reduksi data dapat pula membantu dalam memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

2. Tahap Display

Display data mempermudah melihat gambar secara keseluruhan dari sekian banyak yang bertumpuk-tumpuk dan laporan lapangan yang tebal, untuk mempermudah melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dalam penelitian supaya dapat mengambil kesimpulan yang tepat. Display data dapat disajikan dalam berbagai matriks, grafik, network, dan charts. 3. Tahap Kesimpulan dan Verifikasi Data

Tahap ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2013, hlm 99) adalah “penarikan kesimpulan dan verifikasi.” Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan beruba bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

H. Triangulasi Data

(30)
(31)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab sebelumnya telah dibahas dan dipaparkan mengenai pembahasan dan analisis sebagai hasil dari penelitian ini yaitu program pendampingan anggota koperasi Misykat dalam pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan, maka pada bab ini peneliti mencoba membuat kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Simpulan

Pada bagian ini dibahas mengenai kesimpulan dari hasil (output) yang didapat oleh anggota koperasi setelah mengikuti pelatihan kecakapan hidup, pendampingan program Misykat, Capaian perubahan masyarakat (anggota Misykat) setelah mengikuti pendampingan, dan mengenai faktor penghambat dan faktor pendukung dari program pendampingan, sebagai berikut :

1. Hasil (output) Yang Didapat Oleh Anggota Koperasi Setelah Mengikuti

Pelatihan Kecakapan Hidup

Hasil (output) yang didapat oleh anggota koperasi setelah mengikuti pelatihan kecakapan hidup yaitu anggota memiliki ilmu pengetahuan yang bertambah baik dari segi ekonomi, sosial, maupun agama. Pengetahuan yang diperoleh anggota pada tahap pelatihan kecakapan hidup (pra pendampingan) masih dalam bentuk pengetahuan konsep-konsep belum sampai pada pengaplikasian. Hasil yang diperoleh anggota dari aspek pengetahuan agama yaitu anggota menjadi bisa membaca Al-quran, kemudian aspek pengetahuan ekonomi, anggota juga memiliki ilmu pengetahuan mengenai pengelolaan keuangan rumah tangga, dan aspek pengetahuan sosial yaitu anggota mampu bersosialisasi di masyarakat. Selanjutnya, alasan dari pengetahuan yang bertambah sehingga secara bertahap dapat merubah pula sikap anggota koperasi, yang tadinya kurang baik menjadi lebih baik, merubah tingkah laku anggota sehingga anggota dapat merespon dan memberikan penilaian terhadap apa yang mereka lakukan.

(32)

tutur kata yang lebih sopan, penampilan yang lebih sopan. Dari kegiatan pra pendampingan yang dilakukan oleh Misykat memberikan banyak manfaat serta perubahan yang ditujukan oleh anggota koperasi walaupun pada tahap ini perubahan tersebut masih belum maksimal. Sehingga masih dalam proses berdaya, anggota dapat dikatakan berdaya bukan hanya dilihat dari hasilnya, melainkan dilihat dari prosesnya karena proses pada tahap pra pendampingan belum maksimal, jadi tujuan dari Misykat untuk memberdayakan anggota juga belum sepenuhnya tercapai.

2. Pendampingan Program Misykat

Kegiatan pendampingan, pendamping dan Misykat melakukan langkah-langkah pendampingan yang sesuai dengan konsep pendampingan. Langkah-langkah pendampingan seperti identifikasi, survey, sosialisasi, rekuitmen, dan proses pendampingan. kemudian proses pendampingan yang dilakukan oleh pendamping disertai dengan strategi pendampingan dan pendekatan pendampingan yang sesuai dengan konsep pendampingan.

Pendekatan pendampingan yang digunakan oleh pendamping yaitu pendekatan ekshortatif, pendekatan ilmiah, dan pendekatan kelompok. Selain pendekatan pendampingan, pada kegiatan pendampingan terdapat juga strategi yang digunakan oleh pendamping, seperti strategi dengan cara memberikan motivasi-motivasi kepada anggota, kemudian memberikan pelatihan kemampuan seperti melatih anggota mampu berbicara didepan umum, strategi manajemen diri agar anggota memiliki kemampuan dalam memilih dan menentukan pemimpin.

(33)

3. Capaian Perubahan Masyarakat (anggota koperasi) Setelah Mengikuti

Pendampingan

Capaian perubahan yang diperoleh anggota koperasi setelah mengikuti pendampingan yaitu pada tahap pengaplikasian pembelajaran yang didapat, seperti pengetahuan-pengetahuan ekonomi, agama, sosial yang diperoleh pada tahap pra pendampingan kemudian di pendampingan pengetahuan tersebut diaplikasikan, contohnya yaitu belajar mengenal huruf arab kemudian di pendampingan diaplikasikan dengan mengaji pada setiap pertemuan pekanan dan tidak ada keinginan untuk anggota kembali meminjam ke rentenir atau bank keliling. Kemudian setelah mengikuti pendampingan dengan frekuensi waktu lama membuat sikap anggota pun berubah seperti anggota jadi memiliki sikap percaya diri, tanggung jawab, kerjasama,dan lain-lain. Hal itu merupakan capaian perubahan anggota setelah mengikuti pendampingan Misykat.

Perubahan selanjutnya yang diperoleh anggota setelah mengikuti pendampingan yaitu pada segi keterampilan. Pada tahap pendampingan, keterampilan yang diperoleh anggota pun meningkat, yang tadinya tahap pra pendampingan anggota masih berada pada keterampilan dasar, setelah mengikuti pendampingan keterampilan yang dimiliki anggota menjadi keterampilan berfikir tingkat tinggi dan keterampilan afektif. Artinya, selama anggota mengikuti kegiatan pendampingan, anggota juga mendapatkan pembelajaran-pembelajaran yang bermanfaat bagi hidupnya, sehingga anggota juga jadi memiliki keterampilan-keterampilan yang tidak hanya hard skill tetapi juga memiliki soft skill, seperti keterampilan memecahkan masalah, mengambil keputusan, penuh

antusias dan motivasi, mampu bekerja mandiri tanpa pengawasan orang lain dan memiliki keterampilan berfikir kreatif dan inovatif untuk kepentingan pekerjaannya.

(34)

bertahun-tahun. Serta anggota koperasi sudah dikatakan berdaya, dan Misykat berhasil memberdayakan anggota koperasi melalui kegiatan pendampingan.

4. Faktor Penghambat Dan Faktor Pendukung Pendampingan Program

Pada faktor penghambat kegiatan pendampingan program yaitu terdapat pada tenaga pendamping. Kualitas pendamping dari awal kegiatan pendampingan ada sampai sekarang, tenaga pendampingnya menurun. Tenaga pendamping yang sering berganti-ganti mempengaruhi kenyamanan anggota ketika mengikuti kegiatan pendampingan, sehingga ada beberapa yang mengundurkan diri/keluar dari koperasi Misykat. Namun pelaksanaan pendampingan tetap sesuai dengan petunjuk teknis atau Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dirancang oleh Misykat. Maka kegiatan pendampingan mampu membantu anggota koperasi dalam hal pemberdayaan. Selain tenaga pendamping, yang menjadi faktor penghambat berikutnya adalah lingkungan sosial-budaya daerah Cicadas-Cikutra. Wilayah Cicadas-Cikutra dengan kondisi masyarakat ekonomi rendah membuat kesadaran akan pendidikan juga rendah, sehingga masyarakat Cicadas-Cikutra memiliki pola pikir yang berbeda dan tradisi/kebiasaan yang berbeda juga, sehingga membuat pendamping merasa kesulitan untuk masuk ke dalam kebiasaan mereka.

Selain faktor penghambat ada pula faktor pendukung pendampingan program, yang menjadi pendukung pada kegiatan pendampingan ini yaitu banyaknya dukungan berupa dukungan biaya (financial) dari DPU-DT maupun dari instansi pemerintah maupun swasta baik untuk operasinal kantor maupun operasional lapangan. Selain dukungan biaya ada juga dukungan-dukungan yang diberikan oleh pengelola, tokoh masyarakat berupa motivasi, dukungan dan tenaga demi suksesnya kegiatan pendampingan

B. Saran

(35)

1. Pengelola Koperasi Misykat

Untuk rekuitmen tenaga pendamping, pengelola harus lebih bisa menetapkan kualifikasi latar belakang pendidikan untuk pendamping, dan lebih bisa selektif dalam menerima tenaga pendamping, supaya terjaga kualitas pendamping pada program pendampingan lebih profesional dalam menunjang segala permintaan dari anggota koperasi mengenai materi yang mereka inginkan. Selain itu saran untuk pengelola agar lebih tegas dalam menetapkan tenaga pendamping pada setiap majelis.

2. Pendamping

Untuk pendamping lebih tingkatkan lagi pengetahuan agama dan pengetahuan umum serta keterampilan yang sudah dimiliki maupun yang belum dimiliki, agar pendamping bisa memenuhi permintaan dari anggota mengenai pembelajaran yang anggota inginkan. Serta lebih terampil berbaur dengan anggota agar anggota merasa nyaman dan dekat dengan pendamping.

3. Anggota Koperasi

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi Web E-commerce pada Inkubator Bisnis Politeknik Negeri Sriwijaya adalah sebuah perangkat lunak e-commerce yang terdiri dari kumpulan perintah-perintah yang

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Perbandingan

Berpijak dari perbedaan hasil penelitian terdahulu, dalam penelitian ini akan dilakukanna pembukian melalui kegiatan penelitian yang berjudul “ Perbedaan Penggunaan

Sedangkan menurut Mathiassen (2000, p9) mengatakan bahwa sistem adalah kumpulan komponen yang mengimplementasikan kebutuhan fungsi dan antar muka permodelan.Pendapat lain

Hasil yang dilakukan oleh penulis adalah menerapkan aplikasi berbasis website untuk mempermudah pembeli atau user untuk melakukan pembelian barang kerajinan tembaga atau

Toisaalta vain harvoissa puheis- sa ja diskursseissa puhuttiin vahvasti esimerkiksi sellaisista lähestymistavan perusperi- aatteista kuin kaikkien maailman ihmisten

59 Tabel 4.3 Ringkasan Analisis Penerapan Pengendalian Internal Terhadap Pengelolaan Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Pengendalian Internal COSO pada Komponen Aktivitas

Dari indikator kemampuan kognitif proses yang ditentukan diperoleh hasil sebagai berikut: siswa mencapai tahapan proses ilmiah sampai tahap publikasi prasiklus 0%,siklus