Triyanah, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN
KONSTRIBUSINYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Departemen Pendidikan Teknik Elektro
Oleh :
TRIYANAH NIM. 0900693
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Triyanah, 2015
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Konstribusinya terhadap Prestasi Belajar” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juni 2015
Yang membuat pernyataan,
Triyanah
Triyanah, 2015
ABSTRAK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN
KONSTRIBUSINYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR
Oleh Triyanah NIM. 0900693
Penelitian yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Konstribusinya
terhadap Prestasi Belajar” dilakukan pada siswa kelas X jurusan Teknik
Elektronika Industri SMK Negeri 1 Cirebon. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dampak dari implementasi kurikulum 2013 khususnya pada penerapan model
pembelajaran dengan pendekatan discovery dan inquiry. Kendala dari
pelaksanaannya adalah siswa yang tidak mengerjakan setiap instruksi dari guru untuk mencari informasi/materi dalam pembahasan setiap Kompetensi Dasar, maka siswa tersebut tidak mampu untuk mengikuti setiap tes/ujian dengan baik. Tingkat pemahaman dan daya ingat siswa kurang karena tidak semua siswa berpikir kritis dalam menyalin catatan teman-temannya yang sudah dibaca dan dirangkum sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah konstribusi peningkatan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran berbasis masalah terhadap prestasi belajar. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini
menggunakan pendekatan campuran (mixed methode) khususnya strategi
transformatif sekuensial dengan menggunakan pre-experimental (one group pretest-posttest design). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan test, angket dan lembar observasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa berkonstribusi terhadap prestasi belajar siswa. Angket respon siswa menunjukkan mayoritas siswa merespon positif terhadap keefektifan model pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada Kompetensi Dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan. Hal ini dibuktikan dengan siswa dapat lebih fokus, adanya keingintahuan, berani mengemukakan pendapat dan mau banyak belajar melalui sumber-sumber belajar yang relevan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan berkonstribusi terhadap prestasi belajar.
ABSTRACT
INCREASE STUDENTS’ CRITICAL THINKING SKILLS THROUGH THE PROBLEM BASED LEARNING MODEL AND CONTRIBUTION ON
LEARNING ACHIEVEMENT
By Triyanah NIM. 0900693
Research entitled increase students’ critical thinking skills through the problem based learning model and contribution towards learning outcomes carried out at x-class engineering industrial electronics SMK 1 Cirebon country. This research is motivated by the impact of the implementation of the curriculum in 2013., especially on the implementation model of learning by discovery approach and inquiry. Constraints on implementation are students who do not do any instruction from the teacher to find the information in any discussion of basic competence, then the students is not able to follow every test exam well. The level of undertanding and memory of students is less because not all students think critically in copying his notes friends’ notes have been read and summarized previously. This study aims to determine is there a contribution to increase the
students’ critical thinking through a problem based learning on learning achievement. Based on this, this study used a mixed methode, especially sequential transformative strategy by using pre-experimental design. Data collection techniques done with the test, questionnaire, and observasion sheet. The result obtined show that increaing student achievement. Student questionnaire responses showed the majority of students responded positively to the effectiveness of the problem based learning model applied to the basic competence to analyze the laws of electricy and electrical theory. This is evidenced by the students can be more focused, the curiosity, daring expression and want a lot of learning through relevant sources of learning resources. Thus, it can be concluded that through problem based learning models can enhance
students’ critical thinking skills and contribute on learning achievement.
Triyanah, 2015
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 3
1.3Batasan Masalah ... 3
1.4Tujuan Penelitian ... 4
1.5Manfaat Hasil Penelitian ... 4
1.6Struktur Organisasi Skripsi ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1Keterampilan Berpikir ... 6
2.2Berpikir Kritis ... 7
2.3Model Pembelajaran ... 12
2.4Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 13
2.4.1 Masalah ... 14
2.4.2 Merencanakan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 14
2.4.3 Menerapkan Pelajaran untuk Pembelajaran Berbasis Masalah ... 16
2.5Prestasi Belajar ... 21
2.6Kurikulum 2013 ... 23
2.7Kompetensi Dasar Menganalisis Hukum-hukum Kelistrikan dan Teori Kelistrikan ... 25
2.8Penelitian Terdahulu ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1Lokasi, Populasi, Sampel dan Penelitian ... 29
3.1.1 Lokasi Penelitian ... 29
3.1.2 Populasi dan Sampel ... 29
3.1.3 Waktu Penelitian ... 29
3.2Metode Peneltian ... 29
3.3Desain Penelitian ... 30
3.4Definisi Operasional ... 31
3.5Variabel Penelitian ... 31
3.6Paradigma Penelitian ... 31
3.7Prosedur dan Alur Penelitian ... 32
3.8Instrumen Penelitian ... 36
3.1.1 Validitas Instrumen ... 36
3.1.2 Reliabilitas Instrumen ... 37
3.1.3 Daya Pembeda ... 38
3.1.4 Derajat Kesukaran ... 39
3.9Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.10 Teknik Analisis Data ... 41
3.1.1 Deskripsi Data ... 41
3.1.2 Uji Normalitas Data ... 43
3.1.3 Uji Hipotesis ... 44
3.1.4 Uji Gain Ternormalisasi ... 45
3.1.5 Uji Pihak Kiri ... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Temuan Hasil Penelitian ... 48
4.1.1 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis ... 48
4.1.2 Efektifitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 49
4.1.2.1Hasil Hipotesis I ... 50
4.1.3 Konstribusi Kemampuan Berpikir Kritis terhadap Prestasi Belajar 50 4.1.3.1Hasil Hipotesis II ... 54
4.2Pembahasan Hasil Penelitian ... 54
4.2.1 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 54
4.2.2 Efektifitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 55
4.2.3 Konstribusi Berpikir Kritis terhadap Prestasi Belajar ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 57
5.2Saran ... 57
Triyanah, 2015
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Fase dalam Menerapkan Pelajaran untuk Pembelajaran Berbasis
Masalah ... 16
Tabel 2.2 Jenis dan Indikator Prestasi Belajar ... 22
Tabel 3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest Design ... 30
Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 38
Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda ... 39
Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 40
Tabel 3.5 Penskoran Skala Likert ... 42
Tabel 3.6 Tabel Penolong untuk Pengujian Normalitas Data dengan Chi Kuadrat (X2) ... 44
Tabel 3.7 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ... 45
Tabel 4.1 Deskripsi Data Lembar Observasi ... 48
Tabel 4.2 Deskripsi Data Angket ... 49
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 51
Tabel 4.4 Deskripsi Data Pretest ... 52
Tabel 4.5 Deskripsi Data Posttest ... 52
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Merencanakan Pelajaran untuk Pembelajaran Berbasis
Masalah ... 14
Gambar 2.2 Kerangka Kompetensi ... 24
Gambar 3.1 Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen ... 32
Gambar 3.2 Alur Penelitian ... 35
Gambar 3.3 (a) Kurva Normal Baku (b) Kurva Distribusi yang Akan Diuji Normalitasnya ... 43
Gambar 4.1 Data Hasil Pengukuran Lembar Observasi ... 49
Gambar 4.2 Histrogram Data Angket ... 50
Gambar 4.3 Histrogram Data Pretest ... 51
Gambar 4.4 Histrogram Data Posttest ... 52
Gambar 4.5 Diagram Rata-rata Hasil Belajar Siswa ... 53
Triyanah, 2015
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A-1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Uji Coba ... 59
Lampiran A-2 Instrumen Tes Uji Coba ... 61
Lampiran A-3 Kunci Jawaban Instrumen Tes Uji Coba ... 70
Lampiran A-4 Hasil Uji Validitas Tes ... 72
Lampiran A-5 Hasil Uji Reliabilitas Tes ... 84
Lampiran A-6 Hasil Uji Derajat Kesukaran dan Daya Pembeda ... 87
Lampiran A-7 Kisi-Kisi Instrumen Angket Uji Coba ... 89
Lampiran A-8 Instrumen Angket Uji Coba ... 91
Lampiran A-9 Hasil Uji Validitas Angket ... 94
Lampiran A-10 Hasil Uji Reliabilitas Angket ... 103
Lampiran B-1 Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi ... 106
Lampiran B-2 Instrumen Lembar Observasi ... 109
Lampiran B-3 Kisi-Kisi Instrumen Tes ... 113
Lampiran B-4 Instrumen Pretest- Posttest Pertemuan 1 ... 115
Lampiran B-5 Instrumen Pretest- Posttest Pertemuan 2 ... 120
Lampiran B-6 Kunci Jawaban Instrumen Tes Penelitian ... 123
Lampiran B-7 RPP Pertemuan 1 ... 125
Lampiran B-8 RPP Pertemuan 2 ... 139
Lampiran B-9 Kisi-Kisi Instrumen Angket ... 150
Lampiran B-10 Angket Respon Siswa ... 152
Lampiran C-1 Hasil Belajar Keseluruhan ... 155
Lampiran C-2 Gain Hasil Belajar ... 156
Lampiran C-3 Hasil Uji Normalitas Tes ... 157
Lampiran C-4 Tabulasi Skor Angket Respon Siswa ... 159
Lampiran C-5 Hasil Uji Normalitas Angket Respon Siswa ... 160
Lampiran C-6 Tabulasi Skor Lembar Observasi ... 161
Lampiran C-7 Hasil Uji Hipotesis (Uji Pihak Kiri) ... 163
Lampiran C-8 Hasil Perhitungan Manual ... 164
Lampiran D-1 Tabel Statistik ... 165
Triyanah, 2015
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dalam meningkatan mutu pendidikan, pemerintah telah banyak melakukan
berbagai upaya dalam mensupervisi pendidikan. Diantaranya adalah melalui
pengembangan kurikulum. Kurikulum yang dikembangkan adalah kurikulum
2013, di mana dampak implementasi dari kurikulum 2013 ini adalah salah satunya
pada standar proses. Pada standar proses, kegiatan belajar mengajar dipusatkan
pada siswa, guru hanya sebagai fasilisator. Untuk itu guru harus mampu
membangun stimulus siswa agar lebih aktif dalam mengeksploritasi ilmu
pengetahuan yang ada di kehidupan sekitar dan dapat berpikir kritis dalam
menyelesaikan masalah.
Dalam implementasinya, masih terdapat banyak kendala. Diantaranya di SMK
Negeri 1 Cirebon khususnya pada mata pelajaran teknik listrik, siswa yang tidak
mengerjakan setiap instruksi dari guru untuk mencari informasi/materi dalam
pembahasan setiap Kompetensi Dasar, maka siswa tersebut tidak mampu untuk
mengikuti setiap tes/ujian dengan baik. Tingkat pemahaman dan daya ingat siswa
kurang karena tidak semua siswa dapat berpikir kritis dalam menyalin catatan
teman-temannya yang sudah dibaca dan dirangkum sebelumnya sebagai informasi
yang perlu untuk membentuk pengetahuannya.
Permasalahan tersebut diperoleh dari data yang diambil berdasarkan
wawancara dengan guru mata pelajaran, angket siswa dan uji coba siswa
mengerjakan soal tentang hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan pada
tanggal 31 Mei 2014 yang diberikan pada kelas X-TEI-2, yaitu :
2
Triyanah, 2015
penyelesaiannya. Hasilnya adalah nilai rata-rata siswa 4,4 dari 5 siswa golongan atas yang diambil sebagai sampel.
Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan belum
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestai belajar siswa. Karena
belajar secara mandiri hanya mengandalkan kemampuan, kebutuhan, dan cara
siswa sendiri dalam menyelesaikan masalah sehingga dapat memungkinkan
terjadi ketidaksiaapan dan ketidakmatangan mental dalam prosesnya.
Untuk itu, model pembelajaran berbasis masalah merupakan alternatif lain
yang dapat diterapkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan menggunakan metode diskusi, selain
dapat memecahkan masalah juga dapat mempertinggi partisipasi dan kemampuan
berpikir kritis. Hal ini dikarenakan siswa dapat mengolah nalar dan pikirannya
untuk dapat menemukan atau mempertahankan pendapat yang diyakininya.
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran
yang dapat membawa siswa untuk dapat berpikir kritis. Berpikir kritis menurut
Paul & Elder (2005) merupakan “cara bagi seseorang untuk meningkatkan
kualitas dari hasil pemikiran menggunakan teknik sistemasi cara berpikir dan
menghasilkan daya pikir intelektual dalam ide-ide yang digagas”. Dengan berpikir
kritis diharapkan siswa mampu menganalisa setiap permasalahan yang ditemui
selama proses belajar mengajar pada mata pelajaran teknik listrik.
“Model pembelajaran berbasis masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan
disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa” (Nata,
2009, hlm. 243). Model pembelajaran berbasis masalah sering disebut juga
sebagai scientific method. Model pembelajaran ini cukup relevan digunakan
berdasarkan perubahan struktur elemen kurikulum 2013 yaitu “... semua mata
pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama (scientific) melalui mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta” (Salirawati, 2013).
Hal ini mengindikasikan bahwa model pembelajaran berbasis masalah
bertujuan agar siswa dapat mengkonstruksi konsep pengetahuannya dengan
3
Triyanah, 2015
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Konstribusinya Terhadap Prestasi Belajar.”
1.2Batasan Masalah
Untuk tidak meluasnya bahasan penelitian dan agar lebih terarah, maka perlu
adanya batasan masalah. Adapun batasan masalah yang dikemukakan oleh
peneliti adalah sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan pada siswa jurusan Teknik Elektronika Industri kelas X
SMK Negeri 1 Cirebon pada mata pelajaran teknik listrik dengan Kompetensi
Dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan.
2. Penelitian hanya difokuskan pada tingkat kemampuan berpikir kritis siswa
dalam mengkonseptualisasi, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan
menerapkan terkait dengan hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan.
3. Pengukuran prestasi belajar hanya mencakup kemampuan kognitif yaitu
pengetahuan (C1), Pemahaman (C2), Penerapan (C3), Analisis (C4), Sintesis
(C5), Evaluasi (C6).
4. Penilaian diukur dengan menggunakan test, observasi, dan angket.
5. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran berbasis
masalah dengan metode diskusi.
1.3Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti merumuskan
permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Seberapa meningkat kemampuan berpikir kritis siswa melalui model
pembelajaran berbasis masalah?
2. Seberapa efektif model pembelajaran berbasis masalah diterapkan pada
Kompetensi Dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori
kelistrikan?
4
Triyanah, 2015
1.4Tujuan Penelitian
Adapun secara umum tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah :
1. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui model
pembelajaran berbasis masalah.
2. Mengetahui efektifitas dari model pembelajaran berbasis masalah apabila
diterapkan pada Kompetensi Dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan
dan teori kelistrikan.
3. Mengetahui konstribusi kemampuan berpikir kritis siswa terhadap prestasi
belajar.
1.5Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dan kegunaan dari penelitian yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Bagi siswa, model pembelajaran berbasis masalah ini diharapkan dapat
membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis sebagai
kecakapan hidup (life skill) yang harus dimiliki siswa sebagai bekal untuk
memasuki ranah industri.
2. Bagi guru/peneliti, model pembelajaran berbasis masalah ini diharapkan dapat
menambah wawasan ilmu pengetahuan melalui diskusi permasalahan yang
ditemukan oleh siswa serta sebagai langkah awal untuk lebih mengetahui
keunikan dari karakteristik siswa agar proses belajar mengajar dapat berjalan
lebih efektif dan efisien.
1.6Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika penulisan diperlukan sebagai pedoman agar proses penelitian
yang akan dilakukan lebih terarah dan sistemtis. Adapun sistematika penulisan
dalam penelitian ini adalah :
BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
5
Triyanah, 2015
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah
BAB II Kajian pustaka, berisi mengenai landasan teori yang meliputi
teori-teori yang mendukung penelitian dan penelitian terdahulu yang terkait
dan hipotesis penelitian.
BAB III Metodelogi penelitian, berisi lokasi dan waktu penelitian, populasi dan
sampel penelitian, metode penelitian, definisi operasional, variabel
penelitian, prosedur dan alur penelitian, instrumen penelitian, uji
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis
data.
BAB IV Temuan penelitian dan pembahasan, berisi mengenai penjelasan
temuan dan pembahasan hasil penelitian berdasarkan rumusan
masalah yang diajukan.
BAB V Kesimpulan dan saran, berisi mengenai kesimpulan hasil penelitian
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1Lokasi, Populasi, Sampel dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi
Lokasi merupakan tempat di mana peneliti akan melakukan penelitian.
Adapun lokasi penelitiannya adalah di SMK Negeri 1 Cirebon pada siswa
Program Keahlian Teknik Elektronika Industri yang beralamat di Jalan
Perjuangan By Pass Sunyaragi No. 92 Cirebon, Jawa Barat.
3.1.2 Populasi dan Sampel
Adapun populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas
X Program Keahlian Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 1 Cirebon Tahun
Ajaran 2014-2015 yang berjumlah 105 siswa dari 3 kelas. Sedangkan teknik
pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
sampling purposive. Teknik pengambilan sampel ini akan dilakukan pada siswa
kelas X Teknik Elektronika Industri I (X TEI I) yang telah memenuhi
pertimbangan tertentu dari peneliti.
3.1.3 Waktu Penelitian
Penilitian ini dilaksanakan selama empat minggu pada bulan September
sampai dengan Oktober 2014.
3.2Metode Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan metode campuran
(mixed methods), di mana penelitian metode campuran merupakan kombinasi
antara pendekatan kualitatif dan kuantitaif.
Secara khusus strategi yang digunakan adalah strategi transformatif
sekuensial, di mana pada strategi ini peneliti dapat memilih studi kualitatif atau
kuantitatif yang pertama dilakukan.
Metode campuran cocok untuk digunakan dalam penelitian ini, karena untuk
mengetahui siswa yang berpikir kritis dapat dilakukan dengan analisis data
30
Triyanah, 2015
dengan analisis data kuantitatif dan menggunakan analisis statistik untuk
mengetahui hasil peningkatan berpikir kritis dan hasil prestasi belajar siswa
melalui model pembelajaran berbasis masalah. Yang kemudian dapat ditarik
kesimpulannya mengenai hasil penelitian yang merupakan jawaban dari rumusan
masalah yang telah ditetapkan.
3.3Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan adalah pre-experimental designs
dengan secara khusus menggunakan metode one-group pretest-posttest design.
One-group pretest-posttest design mengandung pengertian bahwa terdapat
sekelompok siswa yang diberikan perlakuan/treatment yang sebelumnya telah
diberikan pretest yang kemudian diobeservasi dan diberikan posttest setelah
perlakuan/treatment. Selanjutnya dibandingkan hasil antar keduanya yaitu hasil
sebelum dan sesudah diberi perlakuan, dengan demikian hasil yang dapat
diketahui akan lebih akurat.
Alur penelitian menggunakan One-Group Pretest-Posttest Design adalah
dengan memberikan pretest (O1) pada kelas eksperimen (kelas penelitian),
kemudian diberi perlakuan/treatment (X) yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah (PBL) yang selanjutnya diberi posttest (O2) dan
dianalisis hasilnya. Ketika kelas eksperimen sedang diberi perlakuan (treatment),
maka peneliti berperan sebagai observer partisipan di mana peneliti mengamati
sikap aktif dan kemampuan berpikir kritis siswa.
Secara sederhana dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini :
Tabel 3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest Design
Pretest Treatment Posttest
O1 X O2
(Sumber : Sugiyono, 2011, hlm. 111)
Keterangan :
O1 : Tes awal (pretest) yang dilakukan sebelum memulai menggunakan model
31
X : Perlakuan/treatment yaitu menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah (PBL).
O2 : Tes akhir (posttest) yang dilakukan setelah menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah (PBL).
3.4Definisi Operasional
Adanya definisi operasional dalam penelitian dimaksudkan agar terhindar dari
kesalahan dalam penfasiran atau pemahaman dalam istilah-istilah tertentu”.
Berikut ini merupakan penjelasan dari definisi yang digunakan dalam
penelitian ini :
1. Berpikir Kritis
Berpikir kritis menurut Paul & Elder (2005) merupakan “cara bagi seseorang
untuk meningkatkan kualitas dari hasil pemikiran menggunakan teknik sistemasi
cara berpikir dan menghasilkan daya pikir intelektual dalam ide-ide yang digagas”.
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
“Model pembelajaran berbasis masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan
disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa” (Nata,
2009, hlm. 243).
3. Prestasi Belajar
Prestasi di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti “hasil yang
telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya), sedangkan
belajar berarti perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman”. Dari arti kedua kata tersebut, maka ditafsirkan bahwa prestasi
belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu proses pembelajaran yang
ditandai dengan perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman belajar.
3.5Variabel Penelitian
32
Triyanah, 2015
1. Variabel Bebas/Independen (X)
Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah berpikir kritis (X1) dan
pembelajaran berbasis masalah (X2).
2. Variabel Terikat/Dependen (Y)
Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah prestasi belajar (Y).
3.6Paradigma Penelitian
Adapun bentuk paradigma yang digunakan pada penelitian ini adalah
paradigma ganda dengan dua variabel independen dan secara sederhana dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen
(Sumber : Sugiyono, 2011, hlm. 68)
Keterangan :
X1 : Berpikir kritis
X2 : Pembelajaran berbasis masalah
Y : Presatasi belajar
3.7Prosedur dan Alur Penelitian
Untuk lebih terarahnya penelitian maka, penelitian ini dilaksanakan dalam tiga
tahap, yaitu :
1. Tahap Persiapan Penelitian
Yang dilakukan pada tahap persiapan diantaranya adalah :
a. Studi pendahuluan melalui survey nilai harian siswa pada mata pelajaran
teknik listrik, wawancara dengan guru mata pelajaran mengenai pola belajar
33
dampak positif kurikulum 2013, angket siswa dan uji coba siswa mengerjakan
soal tentang hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan.
b. Studi literatur yaitu untuk memperoleh teori dan data yang akurat mengenai
pokok permasalahan yang akan diteliti.
c. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
d. Menyusun kisi-kisi instrumen penelitian dan RPP.
e. Menyusun instrumen penelitian yaitu berupa soal tes, lembar observasi dan
angket.
f. Melakukan uji coba instrumen penelitian yaitu berupa soal tes dan angket.
g. Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian untuk mengetahui layak atau
tidaknya soal tes digunakan sebagai instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Yang dilakukan pada tahap pelaksanaan diantaranya adalah :
a. Memberikan pretest untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat mengetahui
dan memahami materi yang hendak diajarkan sebelum diberi
perlakuan/treatment..
b. Memberikan perlakuan/treatment yaitu menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah sebagai strategi pembelajaran pada kompetensi dasar
menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan. Selama proses
pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan observasi terhadap seluruh
kegiatan siswa meliputi aspek afektif, kognitif dan psikomotoriknya. Selain itu,
dilakukan juga pengamatan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam
menanggapi dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan.
c. Memberikan posttest untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir
kritis siswa dan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya strategi belajar
model pembelajaran berbasis masalah.
d. Memberikan angket untuk mengetahui respon siswa terhadap efektivitas
model pembelajaran yang diterapkan.
3. Tahap Pelaporan Penelitian
34
Triyanah, 2015
a. Mengolah data hasil pretest dan posttest, angket dan lembar observasi.
b. Menganalisis data yang dihasilkan dan dibandingkan antara sebelum dan
sesudah perlakuan/treatment.
c. Membuat kesimpulan dari hasil analisis data yang diperoleh dari pengolahan
data.
d. Menyusun laporan penelitian.
Dan secara sederhana, alur penelitian dapat digambarkan melalui gambar 3.2
di bawah ini :
Studi Pendahuluan
Studi Literatur
Uji Coba dan Analisis Instrumen Penelitian
Menyusun Instrumen Penelitian
Menyusun Kisi-kisi Instrumen dan RPP Penelitian Menentukan Populasi dan Sampel Penelitian
Mulai
Tahap Persiapan Penelitian
Survey, angket dan uji
coba tes ke siswa
Wawancara guru
Angket dan Tes Lembar Observasi
Validasi isi
35
Gambar 3.2 Alur Penelitian Posttest
Perlakuan/treatment
Pretest
Mengolah Data
Menganalisis Data
Menyusun Laporan Membuat Kesimpulan
Selesai
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap Pelaporan Penelitian
36
Triyanah, 2015
3.8Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah :
1. Instrumen nontest berupa lembar observasi dan angket. Lembar observasi
digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa dengan
menggunakan rating scale. Sedangkan angket digunakan untuk mengukur
respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran berbasis masalah
dengan menggunakan skala Likert yang berbentuk checklist.
2. Instrumen tes berupa lembar soal tes. Lembar soal tes digunakan untuk
mengukur prestasi belajar siswa dengan berbentuk multiple choice (pilihan
ganda).
Sebelum instrumen dapat digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan
pengujian baik melalui para ahli, membandingkan antara isi instrumen dengan
materi pelajaran yang diajarkan maupun membandingkan antara kriteria yang ada
pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan yang disebut
sebagai uji validitas instrumen. Sedangkan uji reliabilitas instrumen dapat melalui
test-retest, equivalent, ataupun split half ke responden baik ke responden yang sama ataupun berbeda. Karena pada dasarnya “... instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting tersebut yaitu valid dan reliabel” (Arikunto, 2010, hlm. 211).
3.8.1 Validitas Instrumen
Untuk mengetahui validitas dari tiap butir soal atau pernyataan, maka dapat
digunakan rumus korelasi Product Moment dengan angka kasar yang
dikemukakan oleh Pearson yaitu :
(Arikunto, 2011, hlm. 72)
Keterangan :
37
N : Banyaknya siswa
Dari hasil perhitungan rhitung, maka untuk mengetahui signifikansi koefisien
korelasi harus dibandingkan dengan rtabel Product Moment dengan taraf
signifikansi yang telah ditentukan. Uji signifikansi selain dapat menggunakan rtabel
Product Moment juga dapat menggunakan uji t pada taraf nyata tertentu dengan
derajat kebebasan (dk) = n – 2. Ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai koefisien
korelasi valid atau tidak. Uji t dapat dihitung dengan rumus :
(Sugiyono, 2007, hlm. 230)
Keterangan :
t = thitung
r = Koefisien korelasi
n = Banyaknya siswa
Selanjutnya hasil dari perhitungan thitung dibandingkan dengan ttabel pada taraf
signifikansi (α) = 5% dan derajat kebebasan (dk) = n – 2. Apabila thitung > ttabel,
maka item soal atau pernyataan dikatakan valid, akan tetapi apabila thitung < ttabel,
maka item soal atau pernyataan dikatakan tidak valid.
3.8.2 Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas intrumen dalam penelitian ini menggunakan teknik belah dua dari
Spearman Brown (Split half). Adapun rumusnya dapat dituliskan sebagai berikut :
(Sugiyono, 2007, hlm. 359)
Keterangan :
ri = Reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = Korelasi Product Moment antara belahan pertama dan kedua
Harga rb dapat diperoleh dari belahan pertama yang diambil dari kelompok
instrumen ganjil dan belahan kedua diambil dari kelompok instrumen genap.
38
Triyanah, 2015
(Sugiyono, 2011, hlm. 255)
Keterangan :
x = X – X dan y = Y - Y
Selanjutnya harga ri dibandingkan dengan rtabel. Instrumen dikatakan reliabel
apabila ri>rtabel. Dan apabila ri<rtabel, maka instrumen dinyatakan tidak reliabel.
Adapun interpretasi derajat reliabilitas instrumen dapat ditunjukkan pada tabel 3.2
berikut ini :
Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Instrumen
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,81 – 1,00
0,61 – 0,80
0,41– 0,60
0,21 – 0,40
0,00 – 0,20
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat Rendah
(Arikunto, 2011, hlm. 75)
3.8.3 Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah “pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu
membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta
didik yang belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria yang ditentukan” (Arifin, 2009, hlm. 273). Rumusan untuk menghitung daya pembeda sebagai berikut :
(Arifin, 2009, hlm. 273)
Keterangan :
DP = Daya pembeda
wL = Jumlah individu kelompok bawah (27% dari bawah) yang tidak menjawab
39
wH = Jumlah individu kelompok atas (27% dari atas) yang tidak menjawab atau
menjawab salah pada item tertentu
n = Jumlah kelompok atas atau kelompok bawah (N x 27%)
Adapun kriteria indeks daya pembeda (DB) dapat ditunjukkan pada tabel 3.3
di bawah ini :
Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda
Nilai DB Klasifikasi
0,40 and up Veri good items
0,30 – 0,39 Reasonably good, but possibly subject to improvement
0,20 – 0,29 Marginal item, usually needing and being subject to
improvement
Below – 0,19 Poor items, to be rejected or improved by revision
(Arifin, 2009, hlm. 274)
“Daya beda ideal yaitu daya beda 0,40 ke atas. Namun untuk ulangan-ulangan harian masih dapat ditolelir daya beda sebesar 0,20 ke atas” (Nurkancana, 1986,
hlm. 140).
3.8.4 Derajat Kesukaran
“Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah ataupun tidak terlalu sukar” (Arikunto, 2011, hlm. 207). Taraf kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui mudah atau tidaknya soal dikerjakan oleh peserta tes. Untuk
menghitung derajat kesukaran soal digunakan rumus :
(Arifin, 2009, hlm. 266)
Keterangan :
DK = Derajat kesukaran
nL = Jumlah kelompok bawah (N x 27%)
nH = Jumlah kelompok atas (N x 27%)
40
Triyanah, 2015
Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran
Nilai DB Klasifikasi
DK > 75% Terlalu Sukar
25% ≤ DK < 75% Sedang
DK < 25% Terlalu Mudah
Derajat kesukaran baik yaitu derajat kesukaran bergerak antara 25% sampai 75%. Item mempunyai derajat kesukaran di bawah 25% berarti bahwa item tersebut terlalu mudah. Sebaliknya item yang mempunyai derajat kesukaran di atas 75% berarti bahwa item tersebut terlalu sukar (Nurkancana, 1986, hlm. 140).
3.9Teknik Pengumpulan Data
Untuk menghasilkan penelitian yang valid dan reliabel, maka tentu diperlukan
pengumpulan data yang tepat dengan cara-cara yang tepat. Pengumpulan data
dimaksudkan untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian.
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Studi pendahuluan. Dilakukan sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, yaitu
dimaksudkan untuk mengetahui strategi pembelajaran yang sedang diterapkan,
sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi ajar pada kompetensi
dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan serta hasil
belajar siswa melalui tugas harian siswa.
2. Studi literatur. Dilakukan untuk mendapatkan segala sumber informasi yang
relevan yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini, dengan membaca, menela’ah, maupun mengutip dari berbagai sumber yang dapat dipercaya melalui buku, jurnal, skripsi, internet dan sumber lainnya.
3. Observasi. Teknik observasi yang digunakan adalah observasi berperan serta
dengan menggunakan lembar obeservasi. Lembar observasi dimaksudkan
untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa yang meliputi
konseptualisasi, analisis, sintesis, evaluasi, dan penerapan terkait dengan
41
4. Angket. Format angket disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup, digunakan
untuk mengukur respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran
berbasis masalah pada kompotensi dasar menganalisis hukum-hukum
kelistrikan dan teori kelistrikan.
5. Tes. Pada penelitian ini digunakan pretest dan posttest dengan isi dan format
soal yang sama yaitu pilihan ganda. Pretest diberikan sebelum diberikan
perlakuan, yaitu untuk mengetahui kemampuan awal subjek penelitian.
Sedangkan posttest diberikan setelah diberi perlakuan, tujuannnya adalah
untuk mengetahui tingkat perubahan dari sebelum dan sesudah diberi
perlakuan dalam hal ini adalah tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dan
prestasi belajarnya.
3.10 Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif, sehingga untuk analisis
datanya menggunakan statistik. Statistik yang digunakan adalah statistik parametris, yaitu “statistik yang digunakan untuk menguji parameter statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel” (Sugiyono, 2011, hlm. 210).
3.10.1 Deskripsi Data
Sudjana dan Ibrahim (2010, hlm. 128) mengemukakan bahwa :
Sebelum dilakukan analisis data, baik untuk keperluan pendeskripsian variabel maupun untuk pengujian hipotesis, terlebih dahulu harus dilakukan pengolahan data. Pengolahan data bertujuan untuk mengubah data mentah dari hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut.
Untuk itu, maka sebelum melakukan analisis data peneliti mengolah data
terlebih dahulu dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan hasil tes siswa dan skoring
Pada jenis soal tes objektif pilihan ganda setiap item soal yang dijawab benar
diberi nilai 1 (satu) dan setiap item soal yang dijawab salah diberi nilai 0 (nol).
Skor keseluruhan siswa dapat dihitung dengan menjumlahkan seluruh item
42
Triyanah, 2015
Selanjutnya, skor yang diperoleh siswa diubah menjadi nilai standar dengan
ketentuan sebagai berikut :
Dari hasil pemeriksaan pretest dan posttest akan diperoleh masing-masing :
a. Skor siswa (N)
b. Skor terbesar siswa (Nmaks)
c. Nilai siswa (X)
d. Nilai rata-rata (X)
2. Skoring hasil observasi
Penskoran hasil observasi dilakukan untuk mengukur kemampuan berpikir
kritis siswa dengan menggunakan rating scale. Interval jawaban diberi skor 1 - 4
yang selanjutnya akan diperoleh nilai kriteria, yaitu :
Dimana :
3. Skoring hasil angket
Penskoran hasil angket dilakukan untuk mengukur respon atau sikap siswa
terhadap pembelajaran berbasis masalah (PBL) dengan menggunakan skala Likert
yang berbentuk checklist. Adapun ketentuan skor untuk skala Likert dapat dilihat
[image:30.595.199.467.587.709.2]pada tabel 3.5 berikut ini :
Tabel 3.5 Penskoran Skala Likert
Skala Sikap Skor
Sangat Setuju (SS) 4
Setuju (ST) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
(Sugiyono, 2011, hlm. 135)
43
Analisis data yang bertujuan untuk menguji asumsi-asumsi statistik yaitu uji
normalitas data dan uji hipotesis.
3.10.2 Uji Normalitas Data
“Pada penggunaan statistik parametris mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal” (Sugiyono, 2011, hlm.
241). Untuk itu, maka sebelum uji hipotesis harus dipastikan bahwa data
berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas data pada penelitian ini digunakan
teknik Chi Kuadrat (X2). Sugiyono (2007, hlm. 79) mengemukakan bahwa
Pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat (X2) dilakukan dengan cara membandingkan kurve normal yang terbentuk dari data yang terkumpul (B) dengan kurve normal baku/standard (A). Apabila tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara A dan B, maka data berdistribusi normal”.
Gambar 3.3 (a) Kurva Normal Baku (b) Kurva Distribusi yang Akan Diuji
Normalitasnya
(Sugiyono, 2007, hlm. 80)
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menguji normalitas
data adalah :
1. Menentukan jumlah kelas interval dengan menggunakan rumus Sturgess,
yaitu : k = 1 + (3,3) log n (Sudjana, 2002, hlm. 47)
Keterangan :
k = banyaknya kelas interval yang akan ditentukan
n = banyaknya data
2. Menentukan panjang kelas interval
(Sugiyono, 2007, hlm. 80)
3. Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, sekaligus tabel penolong untuk
[image:31.595.203.422.355.412.2]44
[image:32.595.136.507.159.256.2]Triyanah, 2015
Tabel 3.6 Tabel Penolong untuk Pengujian Normalitas Data dengan Chi
Kuadrat (X2)
Interval fo fh fo-fh (fo-fh)2
Jumlah
(Sugiyono, 2007, hlm. 81)
Keterangan :
fo = Frekuensi/jumlah data hasil observasi
fh = Frekuensi/jumlah yang diharapkan (persentase luas tiap bidang dikalikan
dengan jumlah responden)
fo-fh = Selisih antara data fo dengan fh
4. Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh)
5. Memasukkan harga-harga fh ke dalam kolom untuk menghitung (fo-fh)2 dan
. Harga merupakan harga Chi Kuadrat (X2).
6. Membandingkan Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel dengan taraf
signifikansi = 5% dan derajat kebebasan (dk) = k – 1. Apabila (X2)hitung<
(X2)tabel, maka distribusi data dinyatakan normal, dan begitu sebaliknya
apabila (X2)hitung > (X2)tabel maka distribusi data dinyatakan tidak normal.
3.10.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan
ditolak atau diterima. Hipotesis yang diajukan merupakan hipotesis deskriptif dan
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Hipotesis Nol
a. H0 : Model pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada kompetensi
dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan dianggap
45
b. H0 : Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dianggap berkonstribusi
terhadap prestasi belajar apabila 40% dari siswa mengalami peningkatan gain
minimal berkategosi sedang.
2. Hipotesis Alternatif
a. Ha : Model pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada kompetensi
dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan dianggap
tidak efektif apabila kurang dari 75 % dari siswa yang merespon positif.
b. Ha : Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dianggap tidak
berkonstribusi terhadap prestasi belajar apabila kurang dari 40% dari siswa
mengalami peningkatan gain minimal berkategosi sedang.
3. Hipotesis Statistik
a. H0 : μ≥ 75%
Ha : μ < 75%
b. H0 : π≥ 40%
Ha : π< 40%
3.10.4 Uji Gain Ternormalisasi
Gain dijadikan sebagai data peningkatan hasil belajar siswa setelah
diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah (PBL).
Kriteria skor gain ternormalisasi dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut ini :
Tabel 3.7 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi
Batasan Kategori
g > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
3.10.5 Uji Pihak Kiri
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis deskriptif. Dari
hipotesis yang diajukan, maka peneliti menggunakan uji hipotesis pihak kiri untuk
46
Triyanah, 2015
3.10.5.1Hipotesis Ke-1
Pernyataan pada hipotesis ke-1 dapat menggunakan rumus z. Rumus z
digunakan pada pengujian rata-rata (μ) apabila simpangan baku dari populasi
tidak diketahui dan data berdistribusi normal baku. Namun simpangan baku
sampel dapat dihitung berdasarkan data yang telah terkumpul. Adapun rumus z
dapat dituliskan sebagai berikut :
(Sugiyono, 2011, hlm. 250)
Dimana :
z = nilai z yang dihitung
X = nilai rata-rata
μ0 = nilai yang dihipotesiskan
s = simpangan baku sampel
n = jumlah anggota sampel
Selanjutnya hasil dari perhitungan zhitung dibandingkan dengan ztabel. Kriteria
pengujian adalah zhitung≥ - z(0,5- α), di mana - z(0,5- α), didapat dari daftar normal
baku pada taraf signifikansi (α) = 5% untuk uji rata-rata satu pihak, maka H0
diterima dan Ha ditolak. Akan tetapi apabila zhitung < - z(0,5- α), maka H0 ditolak dan
Ha diterima.
3.10.5.2Hipotesis Ke-2
Rumus z digunakan pada pengujian proporsi (π ) apabila simpangan baku dari
populasi diketahui. Adapun rumus z dapat dituliskan sebagai berikut :
(Sudjana, 2002, hlm. 233)
Dimana :
Z = nilai z hitung
π0 = nilai yang dihipotesiskan
47
n = jumlah seluruh anggota sampel
Selanjutnya hasil dari perhitungan zhitung dibandingkan dengan ztabel. Kriteria
pengujian adalah zhitung ≥ - z(0,5- α), di mana - z(0,5- α), didapat dari daftar normal
baku pada taraf signifikansi (α) = 5% untuk uji rata-rata satu pihak, maka H0
diterima dan Ha ditolak. Akan tetapi apabila zhitung < - z(0,5- α), maka H0 ditolak dan
Triyanah, 2015
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan analisis data hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa :
1. Model pembelajaran berbasis masalah dengan metode diskusi yang
diterapkan memberikan konstribusi yang cukup baik dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Setiap kategori yang dirumuskan untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis siswa melalui observasi menunjukkan
adanya peningkatan yang cukup.
2. Mayoritas siswa merespon positif terhadap keefektifan model pembelajaran
berbasis masalah yang diterapkan pada Kompetensi Dasar menganalisis
hukum-hukum kelistrikan dan teori kelistrikan. Hal ini dibuktikan dengan
siswa dapat mengetahui langkah-langkah dalam proses pemecahan masalah,
lebih fokus, adanya keingintahuan, berani mengemukakan pendapat dan mau
banyak belajar melalui sumber-sumber belajar yang relevan.
3. Hasil uji gain yang diperoleh menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa memberikan konstribusi terhadap prestasi belajar siswa.
5.2Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas, maka terdapat beberapa
saran baik untuk siswa, guru maupun pihak-pihak yang terkait. Berikut ini adalah
saran dari hasil penelitian ini :
1. Kurikulum 2013 memberikan banyak dampak positif terhadap pendidikan
khususnya dalam hal pembelajaran di kelas. Banyaknya model pembelajaran
yang relevan dan dianjurkan untuk diterapkan agar siswa tidak pasif dan
58
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta pengetahuannya sendiri.
Guru sebagai fasilisator harus mampu memberikan stimulus serta mampu
mengamati dan menilai setiap perilaku siswa agar siswa dapat mengetahui
perannya sebagai pembelajar sebagai bekal untuk memasuki ranah masyarakat
dan dunia usaha atau dunia industri.
2. Model pembelajaran berbasis masalah cukup efektif diterapkan pada
Kompetensi Dasar menganalisis hukum-hukum kelistrikan dan teori
kelistrikan dan mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa,
untuk itu peneliti sangat merekomendasikan kepada guru untuk menerapkan
model pembelajaran ini di kompetensi dasar yang lainnya pada suatu mata
pelajaran tertentu.
3. Pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti menemukan
beberapa kekurangan dan keterbatasan. Beberapa kekurangan dalam
penelitian ini diantaranya instrumen yang digunakan belum cukup mewakili
kemampuan siswa. Metode yang digunakan hanya menggunakan kelas
eksperimen sehingga tidak ada kelas kontrol sebagai pembanding yang
mungkin dapat lebih mengendalikan variabel luar yang mempengaruhi hasil
penelitian. Selain itu, keterbatasan peneliti dalam memberikan stimulus berupa
permasalahan yang harus dipecahkan dalam pembelajaran sehingga tidak
semua siswa dapat merespon dengan baik proses pembelajaran. Oleh karena
itu, peneliti merekomendasikan untuk dilakukan penelitian selanjutnya terkait
penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
Triyanah, 2015
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah DAFTAR PUSTAKA
BUKU
---. (2012). Pedoman Karya Tulis Ilmiah UPI. UPI Bandung : Tidak
diterbitkan
Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. (2001). A Taxomony for Learning,
Teaching, and Assesing. A Revision of Bloom's Taxtonomy of Educational
Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Amir, M.T. (2013). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning :
Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Rosdakarya
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Eggen, P. dan Kauchak, D. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran :
Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta : Indeks.
Endang, R dan Made, N. (2011). Pengembangan Soft Skill di SMK. Jakarta :
Sekar Mita
Feldman, Daniel A. (2010). Berpikir Kritis. Indeks : Jakarta
Fios, F. (2013). Pengantar Filsafat Ilmu dan Logika. Jakarta : Salemba Humanika.
Himawan, K.K. (2013). Pemikiran Magis : Ketika Batas antara Magis dan Logis
Menjadi Bias. Jakarta : Indeks.
Nata, A. (2011). Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Nurkancana, Wayan. (1986). Evaluasi Pendidikan. Usaha Nasional : Surabaya
Paul, R and Linda, E. (2005). The Miniature Guide to Critical
Thinking ”CONCEPTS & TOOLS”. California : The Foundation of Critical Thinking.
Putra, Nusa dan Hendarman. (2013). Metode Riset Campur Sari : Konsep Strategi
Triyanah, 2015
Rakhmat, J. (2004). Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosdakarya
Ramdhani, M. (2008). Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga.
Sudjana, N. dan Ibrahim, M.A. (2010). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Triwahyuni, Terra Ch. dan Kadir, A. (2012). Mahir Mengolah Data dengan Excel
2010 : From Zero to a Pro. Yogyakarta : Andi
ONLINE
---. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online . [Online].
Tersedia : http://kbbi.web.id/index.php?w=prestasibelajar. Diakses pada
tanggal 03 Maret 2014
Afrizon, R. et al. (2012). Peningkatan Perilaku Berkarakter dan Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTSN Model Padang pada Mata
Pelajaran IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction.
[Online]. Tersedia :
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jppf/article/download/598/517.
Diakses pada tanggal 21 Februari 2014.
Kemendikbud. (2013). Paparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI :
Pengembangan Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia :
http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/1060. Diakses pada
tanggal 15 Februari 2014
Patmawati, H. (2011). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada
Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dengan Metode
Praktikum. [Online]. Tersedia :
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3912/1/HERTI
Triyanah, 2015
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Rubi, A.P. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata
Diklat Praktik Dasar Intalasi Listrik (PDIL) di SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta. [Online]. Tersedia :
http://eprints.uny.ac.id/6682/1/Jurnal%20PBL.pdf. Diakses pada tanggal
15 Februari 2014.
Said Hudri. (2014). Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar Menurut Para Ahli.
[Online]. Tersedia : http://expresisastra.blogspot.com. Diakses pada
tanggal 20 Februari 2014
Salirawati, D. (2013). Elemen Perubahan Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia:
http://www.usd.ac.id/fakultas/pendidikan/f1l3/PLPG/Elemen%20Perubah
an%20Kurikulum%202013.ppt. Diakses pada tanggal 18 Februari 2014.
Wahyuni, S. (2011). Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
melalui Pembelajaran IPA Berbasis Problem-Based Learning. [Online].
Tersedia:
http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fmipa201146.pdf.