ANALISIS ASPEK TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGEMUKAN SAPI POTONG RAKYAT DI KECAMATAN MANDIANGIN KOTO SELAYAN
BUKITTINGGI
SKRIPSI
Oleh :
WAHYU MEGY RIZKY 07 164 048
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS
ANALISIS ASPEK TEKNIS DAN EKONOMIS PETERNAKAN SAPI POTONG RAKYAT DI KECAMATAN MANDIANGIN KOTO SELAYAN
BUKITTINGGI
Wahyu Megy Risky, dibawah bimbingan Ir. Ismet Iskandar, MS danDr. Ir. Arfa’i, M.S Program Studi Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan
Universitas Andalas Padang, 2014
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Kecamataan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi pada tanggal 1 September sampai dengan tanggal 30 September 2013, dengan tujuan untuk menganalisis aspek teknis peternakan sapi potong rakyat di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Bukittinggi dan untuk menganalisis aspek ekonomis peternakan sapi potong rakyat di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Bukittinggi. Penelitian ini menggunakan metoda survei dan wawancara langsung dengan responden menggunakan kuisioner. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh peternak sapi potong yang ada di Kecamatan Koto Selayan Bukittinggi. Variabel yang diamati adalah karakteristik peternak, aspek teknis (Bibit, Pakan, Perkandangan, Tatalaksana pemeliharaan, Pengendalian penyakit dan pengobatan ternak dan Pemasaran ternak), aspek ekonomi (penerimaan peternak, biaya produksi dan pendapatan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeliharaan Sapi Potong di Kecamatan Koto Selayan memelihara ternak rata-rata1 – 2 ekor per peternak dengan jenis ternak adalah Peranakan Simmental. Sistem pemeliharaan sapi potong dilakukan secara semi intensif, pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Sistem perkandangan sudah baik dengan rata-rata ukuran kandang 1 x 1,5 m/ekor ternak sapi dan untuk pencegahan penyakit peternak sudah melakukan sanitasi berupa membersihkan kandang dan memandikan sapi walaupun hanya 2x dalam 1 minggu. Kondisi aspek ekonomis pada peternakan sapi potong rakyat dikecamatan Mandiangin Koto selayan di dapatkan pendapatan per peternak perharinya sebesar Rp 5.047 dengan R/C ratio sebesar 1,05. Hal ini dapat dikatakan cukup baik jika dilihat dari sistem pemeliharaan sapi. Hasil yang di peroleh ini menunjukkan bahwa pemeliharaan sapi potong yang dijalankan peternak di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Bukittinggi ini adalah menguntungkan karena R/C ratio besar dari 1. Hal ini sesuai dengan pendapat Rihardi (2003) yang menyatakan bahwa jika nilai R/C ratio besar dari 1 maka usaha yang dijalankan tersebut memperoleh keuntungan. Tingkat keuntungan adalah persentase perbandingan antara pendapatan bersih terhadap total biaya yang dikeluarkan.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan daging sapi sebagai salah satu sumber protein hewani semakin
meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
gizi yang seimbang, pertambahan penduduk dan meningkatnya daya beli masyarakat.
Pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia dapat berasal dari berbagai jenis ternak
penghasil daging seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan berbagai jenis unggas.
Sampai saat ini masih terdapat kesenjangan yang cukup signifikan antara konsumsi
masyarakat dengan ketersediaan daging. Oleh karena itu pemerintah masih
melakukan impor baik berupa daging beku maupun bakalan sapi untuk digemukkan,
yang pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan daging di Indonesia.
Sebagai salah satu sumber daging, peternakan sapi memegang peranan
penting, sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan program swasembada daging
sapi. Sumatera Barat merupakan salah satu propinsi yang di tetapkan oleh pemerintah
sebagai sentra produksi daging sapi. Sumatera Barat mempunyai Plasma nutfah Sapi
Pesisir yang dinyatakan sebagai ternak asli Indonesia. Peternakan sapi di Sumatera
Barat telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di desa. Hampir di setiap
Nagari dan Kelurahan di Sumatera Barat masyarakatnya memelihara sapi, namun
hanya sebagai tabungan atau usaha sampingan, termasuk kota Bukittinggi.
Kota Bukittinggi terdiri dari 3 Kecamatan, Guguak Panjang, Mandiangin
Koto Selayan, Aur Birogo Tigo Baleh. Dengan populasi ternak sapi dalam periode
mengalami peningkatan sebanyak 732 ekor sapi kemudian di tahun 2009
populasinya sebanyak 897 ekor sapi, sedangkan periode 2010 dan 2011 mengalami
penurunan populasi sapi yang hanya 758 ekor (Dinas Pertanian Kota Bukittinggi,
2012).
Kecamatan Mandiangin Koto Selayan merupakan salah satu kecamatan yang
memiliki populasi ternak sapi terbesar di Kota Bukittingi yaitu sebanyak 211 dari
total populasi yang ada di Kota Bukittinggi. Sapi Peranakan Simmental merupakan
populasi yang paling banyak di pelihara oleh peternak yang ada Kecamatan
Mandiangin Koto Selayan (Dinas Pertanian Kota Bukittinggi, 2012). Dari 211 ekor
Sapi Simmental ada 117 ekor sapi jantan yang dipelihara peternak di Kecamatan
Mandiangin Koto Selayan. Sehingga dapat dilihat di Kecamatan Mandiangin Koto
Selayan lebih cocok untuk sapi penggemukan. Masyarakat menjadikan beternak
sebagai suatu usaha sampingan disebabkan karena keterbatasan ilmu pengetahuan
peternak tentang tata cara pemeliharaan ternak yang baik. Peternak mendapatkan ilmu
beternak hanya dari orang tua atau masih ilmu alam. Selain keterbatasan ilmu tentang
tatacara memelihara ternak sapi peternak juga mempunyai keterbatasan modal untuk
membeli ternak sapi. Beternak sapi hanya dijadikan usaha sampingan yang tidak
begitu diperhatikan konsentrat dan hijauannya. Rata–rata petani di daerah penelitian
memberikan rumput hanya sekedar memenuhi hijauan yang diperlukan dengan
jumlah yang belum cukup begitupun konsentrat. Dalam tatalaksana pemeliharaan,
sapi dimandikan 2x seminggu padahal seharusnya 1x sehari.
Beternak sapi yang merupakan usaha sampingan menjadikan peternak
pada waktu malam (Semi Intensif). Peternak melakukan pemeliharaan semi intensif
kerena melihat kondisi kawasan atau pun daerah yang peternak miliki cukup besar
untuk melakukan cara pemeliharaan yang demikian. Pemeliharaan dengan semi
intensif mengakibatkan peternak tidak memperhatikan perkembangan kondisi dan
kebutuhan ternaknya. Menurut Arfa’i (2009), menyatakan bahwa kelebihan sistem
intensif adalah kondisi ternak lebih terjaga serta lebih mudah dalam hal pemberian
pakan walaupun konsekuensinya harus menyabit rumput. Karena hal tersebut aspek
teknis sapi potong merupakan faktor yang penting untuk di ketahui oleh peternak,
sehingga peternak akan dapat mengetahui kondisi aspek ekonomis dari usaha
peternakan sapi potong tersebut. Dengan demikian peternak perlu bekal tentang
penguasaan aspek teknis dan ekonomis pemeliharaan sapi potong agar peternak dapat
mengembangkan ternak sapi potong dapat terlaksana dengan baik.
Permasalahan yang ada di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Aspek Teknis
dan Ekonomis Penggemukan Sapi Potong Rakyat di Kecamatan Mandiangin Koto
Selayan Bukittinggi”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana aspek teknis peternakan sapi potong rakyat di Kecamatan
Mandiangin Koto Selayan Bukittinggi.
2. Bagaimana aspek ekonomis peternakan sapi potong rakyat di Kecamatan
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis aspek teknis peternakan sapi potong rakyat di Kecamatan
Mandiangin Koto Selayan Bukittinggi.
2. Untuk menganalisis aspek ekonomis peternakan sapi potong rakyat di
Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Bukittinggi.
1.4 Manfaat Penelitian.
1. Diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat kepada peternak dan dapat
memberikan informasi bagi peternak dalam mengembangkan usaha
peternakan dimasa yang akan datang.
2. Sebagai sumbangan ilmiah bagi penelitian-penelitian yang berhubungan