DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ………. i
KATA PENGANTAR ………. ii
UCAPAN TERIMA KASIH……….. iii
DAFTAR ISI ………. vi
DAFTAR GRAFIK ………. ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Rumusan Masalah ………. 7
C. Tujuan Penelitian ………. 9
D. Manfaat Penelitian ………. 10
E. Metodologi Penelitian ………. 10
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Keterampilan Sosial……… 12
B. Karakteristik Keterampilan Sosial……… 15
E. Masalah Sosial Siswa ADHD ……… 30
F. Kemampuan Bersosialisasi ADHD ………. 31
G. Interaksi Lingkungan ADHD ……… 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian ………... 36
B. Informan Penelitian ……… 37
C. Prosedur Penelitian ……… 37
D. Subjek Penelitian ……… 39
E. Teknik Pengumpulan Data ……… 42
F. Analisis Data Penelitian ……… 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian………. 45
1. Keterampilan Sosial dalam Perilaku Interpersonal ……… 45 2. Keterampilan Sosial dalam Perilaku yang Berhubungan
dengan Diri ………... 62 3. Keterampilan Sosial dalam Perilaku yang Berhubungan
dengan Tugas di Kelompok ………... 77
B. Pembahasan……….. 98
1. Keterampilan Sosial dalam Perilaku Interpersonal ……….. 98 2. Keterampilan Sosial dalam Perilaku yang Berhubungan
dengan Diri.….……… 102 3. Keterampilan Sosial dalam Perilaku yang Berhubungan
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ……...……… 109
B. Implikasi …….……….. 110
C. Rekomendasi ……….. 111
DAFTAR PUSTAKA…..……….. 112
DAFTAR GRAFIK
Nomor Judul Halaman
4.1.1.1 Grafik Perilaku Interpersonal Responden F Ketika
Pelajaran Matematika ……… 46
4.1.1.2 Grafik Perilaku Interpersonal Responden G Ketika
Pelajaran Matematika ……… 47
4.1.1.3 Grafik Perilaku Interpersonal Responden N Ketika
Pelajaran Matematika ……… 48
4.1.1.4 Grafik Perilaku Interpersonal Responden R Ketika
Pelajaran Matematika ……… 49
1.1.2.1 Grafik Perilaku Interpersonal Responden F Ketika
Pelajaran Bahasa Inggris ……… 50
1.1.2.2 Grafik Perilaku Interpersonal Responden G Ketika
Pelajaran Bahasa Inggris ……… 51
1.1.2.3 Grafik Perilaku Interpersonal Responden N Ketika
Pelajaran Bahasa Inggris ………... 52
1.1.2.4 Grafik Perilaku Interpersonal Responden R Ketika
Pelajaran Bahasa Inggris ……… 53
1.1.3.1 Grafik Perilaku Interpersonal Responden F Ketika
Pelajaran SKJ/Penjas ……… 54
1.1.3.2 Grafik Perilaku Interpersonal Responden G Ketika
1.1.3.3 Grafik Perilaku Interpersonal Responden N Ketika
Pelajaran SKJ/Penjas ……… 56
4.1.3.4 Grafik Perilaku Interpersonal Responden R Ketika
Pelajaran SKJ/Penjas ……… 57
4.1.4.1 Grafik Perilaku Interpersonal Responden F Ketika
Jam Istirahat ………... 58
4.1.4.2 Grafik Perilaku Interpersonal Responden G Ketika
Jam Istirahat ………... 59
4.1.4.3 Grafik Perilaku Interpersonal Responden N Ketika
Jam Istirahat ………... 60
4.1.4.4 Grafik Perilaku Interpersonal Responden R Ketika
Jam Istirahat ………... 61
4.2.1.1 Grafik Perilaku yang Berhubungan dengan Diri
Responden F Ketika Pelajaran Matematika……….. 62
4.2.1.2 Grafik Perilaku yang Berhubungan dengan Diri
Responden G Ketika Pelajaran Matematika……….. 63
4.2.1.3 Grafik Perilaku yang Berhubungan dengan Diri
Responden N Ketika Pelajaran Matematika……….. 64
4.2.1.4 Grafik Perilaku yang Berhubungan dengan Diri
Responden R Ketika Pelajaran Matematika ……… 65
4.2.2.1 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Diri
Responden F Ketika Pelajaran Bahasa Inggris ……….... 66
4.2.2.2 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Diri
2.2.2.3 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Diri
Responden N Ketika Pelajaran Bahasa Inggris …………. 68
2.2.2.4 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Diri
Responden R Ketika Pelajaran Bahasa Inggris ………….. 69
4.2.3.1 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Diri
Responden F Ketika Pelajaran SKJ …….……… 70
4.2.3.2 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Diri
Responden G Ketika Pelajaran SKJ…..………... 71
4.2.3.3 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Diri
Responden N Ketika Pelajaran SKJ………. 72
4.2.3.4 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Diri
Responden R Ketika Pelajaran SKJ………. 73
4.2.4.1 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Diri
Responden F Ketika Jam Istirahat………....……… 74 .
4.2.4.2 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Diri
Responden G Ketika Jam Istirahat ……….. 75
4.2.4.3 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Diri
Responden N Ketika Jam Istirahat…..………. 76
4.2.4.4 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Diri
Responden R Ketika Jam Istirahat……… 77
4.3.1.1 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Tugas yang Ada di Kelompok Responden F Ketika Pelajaran
Matematika…….……… 78
4.3.1.2 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Tugas yang Ada di Kelompok Responden G Ketika Pelajaran
4.3.1.3 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Tugas yang Ada di Kelompok Responden N Ketika Pelajaran
Matematika……… 80
4.3.1.4 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Tugas yang Ada di Kelompok Responden R Ketika Pelajaran
Matematika……… 81
4.3.2.1 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Tugas Yang Ada di Kelompok Responden F Ketika Pelajaran
Bahasa Inggris……..………. 82
4.3.2.2 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Tugas yang Ada di Kelompok Responden G Ketika Pelajaran
Bahasa Inggris…….……….. 83
4.3.2.3 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Tugas yang Ada di Kelompok Responden N Ketika Pelajaran
Bahasa Inggris……….……….. 84
4.3.2.4 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Tugas yang Ada di Kelompok Responden R Ketika Pelajaran
Bahasa Inggris……..………. 85
4.3.3.1 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Tugas Yang yang Ada di Kelompok Responden F Ketika Pelajaran
SKJ ………….………. 86
4.3.3.2 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Tugas Yang yang Ada di Kelompok Responden G Ketika Pelajaran
SKJ ………….……… 87
4.3.3.3 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Tugas Yang yang Ada di Kelompok Responden N Ketika Pelajaran
SKJ ………….……… 88
4.3.3.4 Grafik Perilaku Yang Berhubungan Dengan Tugas Yang yang Ada di Kelompok Responden R Ketika Pelajaran
4.4.1 Grafik Perilaku Interpersonal Responden F, G, N, dan R
Ketika Pelajaran Matematika……… 90
4.4.2 Grafik Perilaku Interpersonal Responden F, G, N, dan R
Ketika Pelajaran Bahasa Inggris ………. 91
4.4.3 Grafik Perilaku Interpersonal Responden F, G, N, dan R
Ketika Pelajaran SKJ/PenJas ……….. 92
4.4.4 Grafik Perilaku Interpersonal Responden F, G, N, dan R
Ketika Jam Istirahat ……… 93
4.5.1 Grafik Perilaku Yang Berhubungan dengan Diri Responden F, G, N, dan R Ketika Pelajaran Matematika ……….. 94
4.5.2 Grafik Perilaku Yang Berhubungan dengan Diri Responden F, G, N, dan R Ketika Pelajaran Bahasa Inggris …………. 94
4.5.3 Grafik Perilaku Yang Berhubungan dengan Diri Responden
F, G, N, dan R Ketika Pelajaran SKJ/PenJas …..…………. 95
4.5.4 Grafik Perilaku Yang Berhubungan dengan Diri Responden
F, G, N, dan R Ketika Jam Istirahat ….………….………… 95
4.6.1 Grafik Perilaku Yang Berhubungan dengan Tugas yang Ada di Kelompok Responden F, G, N, dan R Ketika
Pelajaran Matematika ……….. 96
4.6.1 Grafik Perilaku Yang Berhubungan dengan Tugas yang Ada di Kelompok Responden F, G, N, dan R Ketika
Pelajaran Bahasa Inggris ……….. 96
4.6.1 Grafik Perilaku Yang Berhubungan dengan Tugas yang Ada di Kelompok Responden F, G, N, dan R Ketika
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial (social skills) merupakan bagian penting dari kemampuan
hidup manusia. Tanpa memiliki keterampilan sosial manusia tidak dapat berinteraksi
dengan orang lain yang ada dilingkungannya karena keterampilan sosial dibutuhkan
dalam hidup bermasyarakat. Keterampilan sosial menurut wikipedia (2007) sebagai
berikut: “Keterampilan sosial adalah keterampilan yang digunakan untuk berinteraksi
dan berkomunikasi dengan orang lain sesuai peran dalam struktur sosial yang
ada”.Cara berkomunikasi tersebut diciptakan, dikomunikasikan, serta dilakaukan
secara verbal dan nonverbal dalam kompleksitas sosial untuk mengetahui tingkat
kecerdasan emosi seseorang. Adapun proses pembelajaran keterampilan ini
dinamakan sosialisasi. Definisi keterampilan sosial menurut Comb dan Slaby (1977 :
162) sebagai berikut:
“The social skill is the ability to interact with others in a given social context in specific ways that are socially acceptable or valued at the same time persobality benefecial, manually benefecial, or benefecial primary to others”.
Keterampikan sosial merupakan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain
dalam satu konteks sosial dengan suatu cara yang spesifik yang secara sosial dapat
Menurut Sjamsuddin dan Maryani (2008 : 6):
Keterampilan sosial adalah suatu kemampuan secara cakap yang tampak dalam tindakan, mampu mencari, memilah dan mengelola informasi, mampu mempelajari hal-hal baru yang dapat memecahkan masalah sehari-hari, mampu memiliki keterampilan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, memahami, menghargai, dan mampu bekerjasama dengan orang lain yang majemuk, mampu mentranformasikan kemampuan akademik dan beradaptasi dengan perkembangan masyarakat
Definisi keterampilan sosial menurut Bellack and Hersen (1977 : 145) :
“Social skills as individual’s ability to express both positive and negative feelings in the interpersonal context without suffering consequent loss of social reinforcement in a large variety of interpersonal contexts (inolving) the coordinated delivery of appropriate verbal and non verbal response.”
Keterampilan sosial mempunyai makna sebagai kemampuan individu dalam
mengungkapkan perasaan baik perasaan positif maupun perasaan negatif dalam
hubungannya dengan orang lain tanpa kehilangan penguatan sosial dan dalam
berbagai ragam hubungan dengan orang lain yang mencakup respon verbal dan non
verbal. Keterampilan sosial menurut Morgan (1980 : 104) mengatakan:
Social skill as the ability to achieve the objecttives that a person has for interacting with others the more frequent, or the greater the extent to wich a person achieves his objectives in interacting with other, the more skilled we would judge his to be.
Keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk mencapai tujuan yang dimiliki
seseorang melalui hubungan dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain tersebut
berhubungan dengan orang lain, maka ia akan lebih berhasil dalam mencapai
tujuannya.
Keterampilan sosial menurut Mu’tadin, Zainun (2006) adalah:
Kemampuan atau kecakapan yang dimiliki seseorang untuk menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan lingkungannya yang meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, memberi dan menerima kritik yang diberikan orang lain.
Menurut Junice.J. Beaty (dalam Moerdani,1992) mengatakan bahwa:
Keterampilan sosial disebut juga pro social behaviour yang mencakup perilaku
seperti:
a) Empati yang di dalamnya anak-anak mengekspresikan rasa haru dengan memberikan perhatian kepada seseorang yang sedang tertekan karena suatu masalah dan mengungkapkan perasaan orang lain yang sedang mengalami konflik sebagai bentuk bahwa anak menyadari perasaan orang lain.
b) Kemurahan hati atau dermawan di dalamnya anak-anak berbagi dan memberikan suatu barang miliknya pada seseorang.
c) Kesadaran yang di dalamnya anak-anak mengambil giliran atau bergantian dan dapat memenuhi perintah secara sukarela tanpa menimbulkan pertengkaran
d) Memberi bantuan yang di dalamnya anak-anak membantu orang lain untuk melengkapi suatu tugas dan membantu orang lain yang membutuhkannya.
Keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk mengadakan komunikasi satu
individu dengan individu yang lain seperti; perilaku yang berorientasi pada tugas
yaitu: kemampuan untuk mengambil tanggung jawab, untuk bekerja dan bekerjasama
dalam kelompok, menjadi kreatif dalam bekerja, dan berusaha untuk mendapat
kualitas dalam bekerja. Pada hakekatnya keterampilan sosial dapat dikembangkan
Hal ini tercermin dalam pernyataan yang dikemukakan oleh Andersone (2004 : 451)
bahwa: “ Social skills are developed and manifest in social interaction”.Interaksi
sosial merupakan wahana untuk berkembangnya keterampilan sosial setiap individu.
B. Karakteristik Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial seseorang adalah bersifat pribadi, situasional, dan relatif.
Hal ini seperti diungkapkan oleh Frazier (1980:41) bahwa:” Social skills as the same
as values are personal situasional and relative” dengan uraiannya sebagai berikut:
1. Pertama: keterampilan sosial mencerminkan karakteristik perilakuyang khas seseorang dalam berhubungan dengan orang lain
2. Kedua: keterampilan sosial ditampilkan sesuai dengan situasi yang sedang dihadapinya, karena setiap situasi memerlukan keterampilan yang berbeda tergantung dengan masalah yang sedang dihadapinya.
3. Ketiga: keterampilan sosial menunjukkan subtansi yang berbeda antara seseorang individu dengan individu yang lain. Keterampilan sosial ini bersifat tidak seragam, berbeda tolak ukurnya tergantung dengan nilai-niali yang dianut oleh masyarakat.
Setiap orang menampilkan keterampilan sosial masing-masing karena
dipengaruhi oleh pengalaman, latihan yang diperolehnya serta situasi yang
dihadapinya. Semakin banyak pengalaman, latihan dan situasi yang dihadapi, maka
keterampilan sosial seseorang akan semakin menjadi matang.
Keterampilan sosial juga merupakan bagian dari domain psikomotor. Hal ini
dikemukakan oleh Carledge dan Milburn (1992:19) bahwa:“ Social skills are part of
psychomotor domain, which are related to conitive and affective domain”. Pendapat
yang mempunyai hubungan dengan domain kognitif dan afektif. Dalam hal ini
keterampilan sosial ditampilkan sebagai sarana untuk berinteraksi dengan orang lain
yang dalam bentuknya berupa keterampilan berbicara dengan sopan, mendengarkan,
bekerjasama, dan sebagainya. Perilaku itu ditampilkan berdasarkan pengetahuan dan
efektivitasnya terhadap orang lain.
Aspek-aspek keterampilan sosial yang lebih lengkap dan dijadikan rujukan
dalam penelitian ini dikemukakan oleh Carledge dan Milburn (1992:15) sebagai
berikut:
Social skills list:
1) Environmental behaviors: (a) care for movement, (b) dealing with emergencies, (c) movement around environment
2) Interpersonal behaviors: (a) accepting authority, (b) copying with conflict, (c) Gaining attentions, (d) greeting others, (e) helping others, (f) making conversation,(g) organized play, (h) position attitude toward others, (i) playing informally, and (j) property own and others.
3) Self-related behaviors: (a) accepting consequences, (b) ethical behavior, (c) expressing feelings, (d) positive attitude toward self, (e) responsible behavior, and (e) self care
4) Task-related behaviors: (a) asking and answering questions, (b) attending behaviours, (c) participation, (d) following directions, (e) group activities, (f) enterpreneurship, (g)quality of work
Keterampilan sosial yang diungkapkan oleh Carledge dan Milburn merupakan
kemampuan individu dalam mengadakan hubungan dan pemecahan masalah yang
berkaitan dengan orang lain, sehingga memperoleh adaptasi kehidupan di masyarakat
(b) perilaku interpersonal; (c) perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri, dan (d)
perilaku yang berhubungan dengan tugas kelompok.
“Social skills are seen as socially acceptable learned behaviors that enable individuals to interact in ways that elicit positive responses and assist in avoiding negative responses from them. They are specific strtegies used by an individual to perform social tasks affectively and thus be judged socially competent. Social skills are composed of competencies necessary for students to initiate and maintain positive social relationships with their peers, teachers, family, and other community members.
(Carsledge and Milburn, 1995; walker et al, 1995 dalam Educational Research and Reviews vol.1,143-149; http:/wikipedia)
Keterampilan sosial adalah perilaku sosial yang perlu dipelajari karena
memungkinkan individu dapat berinteraksi untuk memperoleh respon positif dan
menghindari respon negatif. Ada strategi khusus yang digunakan oleh seorang
individu untuk menampilkan tugas sosial dengan efektif sebagai kompetensi sosial.
Keterampilan sosial adalah rangkaian kompetensi peting bagi peserta didik untuk
memulai dan memelihara hubungan positif dengan teman sebaya, para guru, keluarga
serta lingkungan masyarakat lain.
Keterampilan sosial menurut Schneider dkk. (Rubin, Bukowski, and Parker,
1998: http:/ educare. Efkipunla. Net) agar seseorang berhasil dalam interaksi sosial,
maka secara umum dibutuhkan beberapa keterampilan sosial yang terdiri dari
pikiran, pengaturan emosi, dan perilaku yang tampak, yaitu:
b. Menangkap dan mengolah informasi tentang partner sosial serta lingkungan
pergaulan yang potensial menimbulkan terjadinya interaksi,
c. Menggunakan berbagai cara yang dapat dipergunakan untuk memulai
pembicaraan atau berinteraksi dengan orang lain, memeliharanya, dan
mengakhirinya dengan cara yang positif,
d. Memahami konsekuensi dari sebuah tindakan sosial, baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi orang lain atau target dari tindakan interaksi sosial tersebut,
e. Membuat penilaian moral yang matang yang dapat mengarahkan tindakan sosial,
f. Bersikap sungguh-sungguh dan memperhatikan kepentingan orang lain,
g. Mengekspresikan emosi positif dan menghambat emosi negatif secara tepat,
h. Menekan perilaku negatif yang disebabkan karena adanya pemikiran dan
perasaan yang negatif tentang partner sosial,
i. Berkomunikasi secara verbal dan non verbal agar partner sosial memahaminya,
j. Memperhatikan usaha komunikasi orang lain dan memiliki kemauan untuk
memenuhi permintaan partner sosial.
C. Konsep ADHD
Siswa ADHD: Siswa yang mengalami gangguan perhatian sedemikian rupa
sehingga tidak dapat memfungsikan konsentrasi dalam belajar. ADHD (Attention
Deficit Hyperactivity Disorder) merupakan suatu kondisi medis yang disahkan
dalam mengendalikan impuls, menghambat perilaku, dan tidak mendukung tentang
perhatian mereka. Jika hal ini terjadi pada seorang anak dapat menyebabkan
berbagai kesulitan belajar, berprilaku dan kesulitan yang berkaitan dengan
hubungan sosial.
Menurut Barkley (1991) Mendefinisikan ADHD adalah:
Sebuah gangguan dimana respon menjadi terhalang dan mengalami disfungsi pelaksanaan yang mengarahkan pada kurangnya pengaturan diri, lemahnya kemampuan untuk mengatur perilaku untuk tujuan sekarang dan masa depan serta sulit beradaptasi secara sosial dan perilaku dengan tuntutan lingkungan.
Menurut Gardon (1991), prilaku anak ADHD akan berbeda. Siswa ADHD
memiliki ciri yang khas yaitu kurang konsentrasi, hiperaktif dan impulsif yang
menyebabkan ketidak seimbangan sebagian besar aktivitas hidup mereka. Hal ini
menyebabkan siswa ADHD dianggap tidak kooperatif atau sulit diatur dan tidak
memberi respon , pemarah dan tidak terkendali. Untuk itu siswa ADHD dalam
perkembangan dan pertumbuhannya memerlukan pengajaran yang spesifik.
Pengertian lain ADHD adalah suatu kelainan neorobiologis yang cirinya
adalah ketidak mampuan dalam memusatkan perhatian (inattention), mudah beralih
perhatian, distraksi, terburu-buru atau tidak sadar (impulsivity) dan hiperaktivitas
(CH,ADD,1994). Secara umum gangguan pemusatan perhatian berkaitan dengan
gangguan tingkah laku dan aktivitas kognitif seperti berpikir, mengingat,
menggambarkan, merangkum, mengorganisasikan dan lain-lainnya. (Laurer, 1992)
suatu kelainan perkembangan yang terjadi pada masa anak-anak dan dapat
berlangsung sampai masa remaja. Gangguan perkembangan tersebut adalah suatu
spektrum dan tingkat kesulitannya akan berbeda antara satu anak dengan anak yang
lain. Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang penyebab terjadinya ADHD,
tetapi belum ada satupun penyebab pastinya yang berlaku untuk semua gangguan
yang terjadi. Terdapat berbagai virus,zat-zat kimia yang berbahaya yang banyak
dijumpai dilingkungan genetik salah satunya dari orang tua atau genetik dari kedua
orang tua, masalah-masalah yang terjadi pada masa kehamilan ibu dan pada saat
melahirkan, suatu penyakit yang menyebabkan kerusakan otak berperan penting
sebagai faktor penyebab terjadinya ADHD. Secara umum ketidak seimbangan zat
kimiawi tertentu adalah pencetus terjadinya gangguan pemusatan pwrhatian dari
anak sehingga otak tidak berfungsi secara normal untuk mengatur perhatian dan
aktifitas anak. Dalam beberapa penelitian juga menunjukkan adanya
prediposisiherediter, tetapi faktor lingkungan dan sosial lebih berperan. Anak yang
mengalami gangguan pemusatan perhatian tidak adanya ditemukan kelaianan
neorologis tetapi yang berpengaruh ditemukan pada faktor emosi dan pola
pengasuhan. Hal yang lebih kompleks permasalahan yang dihadapi oleh anak
ADHD adalah masalah-masalah emosinya.
Didalam penelitian beberapa para ahli(Kuntsi dan Stevenson,2000;Smalley,
utama pada ADHD. Satu pertiga dari anggota keluarga ADHD memiliki gangguan.
Jika orang tua mengidap ADHD, anak-anaknya memiliki resiko ADHD 60%.
Beberapa penemuan yang menunjukkan peran gen-gen tertentu dalam sistem
dopamine pada ADHD adalah menarik dan sejalan dengan model yang menyatakan
bahwa aktivitas dopaminerik yang menurun sangat berpengaruh dalam
memunculkan simtom perilaku ADHD. ADHD sangat sedikit dipahami, namun
diduga ada faktor langsung maupun tidak langsung dari neorobiologis.
(Barkley,2003) Faktor tidak langsung adalah bukti yang tidak mengikut sertakan
faktor langsung dan struktur otak atau fungsinya dan berasal dari keterkaitan
peristiwa yang berhubungan dengan neorologis dan simtom ADHD antara lain :
Peristiwa pasca kelahiran (komplikasi saat kelahiran dan penyakit)
Keracunan lingkungan, adanya zat-zat yang berbahaya seperti kandungan timah
Gangguan bahasa dan pembelajaran
Tanda-tanda ketidak matangan neorologis seperti berperilaku aneh, lemah
keseimbangan dan koordinasi, serta adanya reflek yang tidak normal.
Penelitian dari beberapa ahli mengenai ADHD yang disebabkan dari
neurologis diantaranya penelitian (Barkley,2003; Monastra, Lubar, dan
Linden,2001; Pliszka, Liotti, dan Woldorff, 2000; Ross dan Ross, 1982) yang
menunjukkan adanya perbedaan anak ADHD dan non ADHD dalam fungsi otaknya
rata-rata jumlah detak jantung menunjukkan kemampuan arousal yang menghilang.
Perbedaan dalam hal aktivitas otak selama tes kewaspadaan memperlihatkan respon
dibawah standar terhadap stimuli dan kurangnya respon terhadap rintangan.ADHD
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan beberapa pola perilaku yang
sulit dibedakan diantara anak-anak. Perasaan frustasi dan tidak berdaya dapat
menyerang anak ADHD.Children and Adult With Attention Deficit Disorder (1994)
menyebutkan sekitar 3 samapai 4 anak usia sekolah mengalami gangguan
pemusatan perhatian
American Psychiatric Association, menerapkan kriteria untuk
menentukan gangguan pemusatan perhatian dengan mengacu kepada DSM IV
(Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder,4th edition tahun 2005) sebagai
berikut: Sekurang-kurangnya enam dari gejala gangguan pemusatan perhatian ini
muncul minimal dalam enam bulan sampai suatu tingkatan yang maladaptif dan tidak
konsisten dengan tingkat perkembangan.
Kurang perhatian:(1) seringkali gagal memerhatikan baik-baik terhadap sesuatu
yang detail atau membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah dan
kegiatan--kegiatan lainnya, (2) seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian
terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain, (3) seringkali tidak mendengarkan jika
diajak bicara secara langsung, (4) seringkali tidak mengikuti baik-baik instruksi dan gagal
disebabkan karena perilaku melawan atau kegagalan untuk mengerti instruksi), (5)
seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan, (6) seringkali
kehilangan barang, benda penting untuk tugas-tugas dan kegiatan, misalnya kehilangan
permainan; kehilangan tugas sekolah;kehilangan pensil, buku, dan alat tulis lain, (7)
seringkali menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk melaksanakan tugas-tugas
yang membutuhkan usaha mental yang didukung, seperti menyelesaikan pekerjaan
sekolah atau pekerjaan rumah, (8) seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari
luar, dan (9) Seringkali cepat lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.
Sekurang-kurangnya enam atau lebih dari gejala-gejala hiperaktivitas impulsifitas
berikutnya bertahan selama paling sedikit 6 bulan terakhir : Hiperaktivitas:
(1)seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering menggeliat di
kursi, (2) sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi lainnya
di mana diharapkan agar anak tetap duduk, (3) sering berlarian atau naik-naik secara
berlebihan dalam situasi di mana hal ini tidak tepat (pada masa remaja atau dewasa
terbatas pada perasaan gelisah yang subjektif), (4) sering mengalami kesulitan dalam
bermain atau terlibat dalam kegiatan senggang secara tenang, (5) sering 'bergerak'
atau bertindak seolah-olah 'dikendalikan oleh motor', dan (6)sering berbicara
berlebihan.
Impulsivitas: (1)Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai. (2)
menginterupsi atau mengganggu orang lain, misalnya rnemotong pembicaraan
atau permainan.
Beberapa gejala hiperaktivitas impulsifitas atau kurang perhatian yang
menyebabkan gangguan muncul sebelum anak berusia 7 tahun dalam dua situasi atau
lebih situasi (di sekolah dan di rumah) dan harus ada gangguan yang secara klinis,
signifikan di dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan.Gejala-gejala tidak terjadi
selama berlakunya PDD, skizofrenia, atau gangguan psikotik lainnya, dan tidak
dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lainnya.
D. Kebutuhan Khusus Siswa ADHD
Menurut Gordon (1991) Kekurangan utama yang dialami anak ADHD adalah
hambatan antar diri mereka sendiri dan akibat-akibat yang menyertai dalam
kehidupan ADHD . Anak ADHD tidak memberi respon ketika diberikan
pengaruhan dengan cara yang sama dengan anak lain. Pada awalnya anak kelihatan
bergairah tidak lama kemudian marah dan tidak dapat dikendalikan.Anak selalu
mendapat kesulitan di sekolah dan selalu gagal dalam mengadakan hubungan sosial.
Anak juga mengalami kesulitan dalam memahami konsep, dan selalu gagal dalam
segala kegiatan yang dilakukannya. Ciri yang paling mudah dikenal pada anak
hiperaktif diunggapkan oleh Rapport dan Ismond (Betshaw dan Perret, 1986:263)
anak selalu bergerak dari satu tempat ketempat lain, jarang berdiam diri kurang dari
sekolah anak hiperaktif mendapat kesulitan berkonsentrasi dalam mengerjakan
tugas, mudah bingung, tidak suka memperhatikan penjelasan dari guru, tidak
berhasil melaksanakan tugas pekerjaan sekolah, sangat dikit kemampuan mengeja
huruf dan tidak mampu untuk menirukan huruf. Menurut Stewart (1970) secara
umum ADHD berkaitan dengan gangguan tingkah laku dan aktivitas kognitif seperti
berpikir, mengingat, menggambar, merangkum, mengoorganisasikan dan fungsi
mental lainnya (Lawluer,1988) akibat dari gangguan tersebut sangat beragam, jika
tidak teridentifikasi dan ditangani secara cepat akan mengalami hambatan
kemampuan belajar, menurunkan tingkat kepercayaan diri, mengalami masalah
sosial, kesulitan dalam beradaptasi di keluarga dan masalah-masalah lain yang
mempunyai efek-efek lainnya.
Menurut Lerner (1988) secara umum ADHD berkaitan dengan gangguan
tingkah laku dan aktivitas kognitif, seperti: berpikir, mengingat, menggambar,
merangkum, mengorganisasikan, dan berfungsinya mental lainnya.Jika gangguan
tersebut tidak terindentifikasi dan tidak ditangani secara dini akan menimbulkan
gangguan yang beragam seperti : mengalami gangguan atau hambatan dalam
belajar, menurunnya tingkat kepercayaan diri, mengalami gangguan sosial, kesulitan
dalam bersosialisasi dan beradaptasi, dan masalah lain yang akan menimbulkan efek
Ciri impulsif merupakan salah satu sifat yang dapat menghambat proses
belajar anak, keadaan ini menunjukkan anak tidak dapat mengendalikan dirinya
untuk merespon secara tepat. Mereka sangat dikuasai perasaannya sehingga cepat
bereaksi, sulit mempertimbangkan terlebih dahulu perilaku yang akan
ditampilkannya. Perilaku ini menyulitkan dirinya dan lingkungannya.Masalah ini
muncul karena anak merasa cepat bosan sekalipun dengan tugas-tugas menarik yang
diberikan pada mereka. Kesulitan tugas belajar yang dialami anak karena anak
mengalami hambatan dalam menyesuaikan diri terhadap kegiatan belajar yang
sedang diikutinya, hal ini menyebabkan timbulnya rasa frustasi yang
mengakibatkan kehilangan motivasi untuk belajar.
Pada umumnya, anak ADHD mengalami impulsif, disorganisasi, ceroboh,
dan suka terburu-buru dalam melakukan tugas yang diberikan yang mengakibatkan
pekerjaannya jadi acak-acakan, bingung, dan lupa untuk mengerjakannya. Anak
ADHD kerapkali memiliki tulisan yang jelek dan sulit untuk dibaca yang sering
dijumpai pada tingkat yang berat sampai dengan yang ringan, hal ini disebabkan
dengan masalah aktivitas motorik dan sikap impulsif yang terburu-buru. Dalam
berhubungan dengan teman sebaya meskipun ada masalah tidak ditemukan pada
semua anak ADHD.Kecenderungan impulsif, kesulitan dalam menguasai diri
sendiri, serta rasa toleransi yang rendah sering terjadi pada anak-anak ini
pengontrolan diri, kesulitan bermain dengan aturan dan aktivitas yang tidak saja
dialami di sekolah, juga di lingkungan sosial lainnya.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka anak ADHD memerlukan kebutuhan
: pertama yang berkaitan dengan pengendalian diri, kedua kebutuhan belajar.
1) Pertama, kebutuhan pengendalian diri
Kebutuhan pengendalian diri bagi anak ADHD lebih berkaitan untuk
mengurangi atau menghilangkan hiperaktivitas, meningkatkan rentang
perhatian, dan pengendalian impulsivitadan. Dalam hal ini yang perlu diberikan
anak ADHD adalah:
a. Rutinitas, struktur dan konsisten
Untuk terpenuhinya rutinitas, struktur, dan konsisten, perlu dibuat jadwal
harian untuk mempermudahkan anak dalam bentuk visual dan ditempel di
tempat yang mudah untuk dilihat.Tetapkan peraturan yang jelas beserta
konsekuensi kepada anak jika melanggar peraturan tersebut.Konsisten dalam
penerapan disiplin, pemberian reward bagi tindakan yang positif dan
hukuman untuk tindakan negatif yang harus dilakukan secara konsisten agar
anak tidak bingung.
b. Fokus pada hal-hal yang positif
Dalam meningkatkan rasa percaya diri anak, beri perhatian yang lebih pada
reward dan penghargaan atas usaha-usaha yang dilakukannya walaupun
hasilnya belum memuaskan. Temukan dan berikan aktivitas-aktivitas yang
disukai anak dan kembangkan kemampuan yang dimilikinya secara optimal.
c. Penjelasan yang sederhana dan singkat
Agar dapat memahami apa yang disampaikan orang lain, anak harus
diberikan penjelasan dengan kata-kata sederhana, singkat, dan dalam kondisi
yang tenang. Hal yang terpenting menarik perhatian anak dulu sebelum
memberi penjelasan yang akan disampaikan. Pastikan anak mendengar dan
memperhatikan perkataan orang lain dan tidak sedang melakukan aktivitas
lain. Disarankan untuk menggunakan nada suara yang datar, monoton, dan
tegas bila sedang berbicara kepada anak.
d. Hindari argumentasi dan eskalasi
Hindari argumentasi untuk menghindari konflik yang akan terjadi. Beri
perintah atau larangan secara jelas dan singkat. Abaikan komentar-komentar
protes dari anak. Jelaskan konsekuensi dari pilihan anak: bila anak
mengikuti perintah ia akan mendapat reward, sementara kalau anak menolak
ia akan mendapat konsekuensi negatif.
e. Abaikan hal-hal yang tidak penting
Perlu disadari bahwa anak ADHD tidak mungkin dituntut untuk mentaati
tentang tingkah laku yang diprioritaskan dalam kehidupan anak seperti:
mampu menghindarkan diri dari bahaya, tidak bertindak agresif, dan
mengerjakan tugas sebaik mungkin.
2) Kedua, kebutuhan belajar
Anak ADHD sama seperti anak pada umumnya yang membutuhkan pengembangan
diri, dalam hal ini didapati melalui belajar. Karena adanya hambatan yang mereka
miliki kebutuhan belajar anak harus dirancang secara khusus agar mereka tidak
mengalami kesulitan dan dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki secara
optimal. Secara umum potensi kecerdasan anak ADHD relatif baik, bahkan sama
seperti anak pada umumnya. Hal yang terpenting bagi orangtua dan guru adalah
memiliki pengetahuan, keterampilan, dan strategi yang lebih dalam memenuhi
kebutuhan belajar bagi mereka. Dan tidak kalah pentingnya orangtua dan guru harus
memiliki kesungguhan, kesabaran, keuletan,dan ketangguhan dalam membantu
anak belajar.
Dalam belajar anak ADHD membutuhkan lingkungan yang kondusif, tenang,
dan terkendali agar dorongan emosionalnya dapat diminimalisasikan. Pengelolaan
kelas yang baik dengan memperhatikan keragaman peserta didik jika diterapkan
secara konsisten akan lebih mudah menciptakan suasana belajar yang
E. Masalah Sosial ADHD
Kemampuan bersosialisasi penting sekali guna mencapai keberhasilan hidup.
Tetapi bagi anak ADHD banyak mengalami masalah dengan lingkungan
sekitarnya. Menurut Delham dan Milich (1984) Anak ADHD paling jarang dipilih
oleh rekan sebayanya sebagai sahabat karib, rekan dalam beraktivitas atau teman
sebangku. Pelham dan Bender (1982) laporan para guru mengatakan bahwa
anak-anak ini sering terlibat Perkelahian, senang menyela, serta tidak disukai atau ditolak
oleh teman-temannya.Sementara itu, Barkley (1981) melaporkan bahwa orang tua
dalam 80% kasus merasa anak mereka punya masalah sosial yang serius.
Waddell (1984) meyakini adanya suatu siklus yang tidak baik dimana
masalah sosial ini semakin tumbuh ketika anak tumbuh besar. Pertumbuhan itu
disertai dengan kebiasaan-kebiasaan yang mengakibatkan penolakan serta lemahnya
dalam hal bersosialisasi sehingga mereka merasa rendah diri.Dalam Glow dan Glow
(1980) hubungan pertemanan yang baik pada masa kanak-kanak dapat
memprediksikan kebiasan dan tingkah laku positif mereka pada waktu dewasa
nanti. Begitu juga jika rasa percaya diri mereka rendah pada saat berteman, maka
akan juga turut terbawa hingga masa dewasa.
Anak ADHD memperlihatkan bahwa mereka juga memberikan pengaruh pada
keseluruhan dilaporkan dikelas yangb terdapat siswa penderita ADHD (Campbell,
Endman, dan Bernfield, 1977)
F. Kemampuan Bersosialisasi ADHD
Kemampuan bersosialisasi didefinisikan sebagai kemampuan kognitif dan
terarah yang dimanfaatkan seseorang untuk membina hubungan dengan sesama
manusia. Menurut Schamacher dan Deshler (1995):
kemampuan bersosialisasi bervariasi mulai dari tindakan non-verbal seperti: kontak mata dan anggukan kepala, sehingga kemampuan verbal kompleks, seperti untuk memenuhi keinginan tiap orang.
Bila seperti ini definisinya adalah anak-anak ADHD akan jauh tertinggal dibanding
dengan rekan-rekan mereka yang normal. Ini bukan berarti mereka tidak terlibat
dalam interaksi sosial sama sekali tetapi kita lebih fokuskan pada kualitas hubungan
atau interaksi itu sendiri. Pada kenyataannya mereka memprakarsai 5% lebih
banyak hubungan dengan orang lain. Mereka lebih senang mengikuti
aktivitas-aktivitas organisasi, ekstrakulikuler, dan olahraga yang membutuhkan kemampuan
bersosialisasi yang kompleks. Mereka juga cenderung untuk langsung melompat
pada pemecahan suatu situasi sosial tertentu, ketimbang menggunakan
tahapan-tahapan pemecahan masalah, serta lebih sedikit memanfaatkan kemampuan
bersosialisasi verbal maupun nonverbal dibandingkan dengan anak-anak sebayanya.
Menurut Guevremont dan Dumas (1994) ada empat masalah yang
1. Kebiasaan untuk selalu menyela sesuatu
Berbicara berlebihan, senang menyela pembicaraan, senang menimbulkan kegaduhan, mendominasi dan gemar menguasai diskusi, serta melakukan kebiasaan yang menjengkelkan.
2. Kemampuan berkomunikasi yang rendah
Kemampuan berdialog yang terbatas, kurang menanggapi prakarsa orang lain, cenderung mengabaikan pertanyaan rekan-rekan sebayanya, bermasalah dalam perannya sebagai pemberi dan penerima informasi, kurang atau tidak menyukai komunikasi verbal, sukar untuk tetap bertahan dalam tema pembicaraan, kemampuan yang rendah dalam bertatapan mata serta gerakan motoriknya.
3. Kemampuan bersosialisasi yang rendah
Kurang kesadaran diri, kurangnya pengetahuan mengenai bertingkah laku yang baik, rendahnya kemampuan untuk memecahkan masalah sosial, pandangan yang bias terhadap tujuan tindakan orang lain dan acuh mengabaikan isyarat sosial.
4. Pengendalian emosi yang buruk
Tindakan agresif yang tinggi, kemarahan yang meluap-luap, bereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal kecil, dan cara peralihan yang buruk antara kegiatan yang satu dengan kegiatan lainnya.
Kemampuan sosial penderita ADHD secara umum memperlihatkan
penurunan mulai dari yang sederhana hingga yang komplek. Akibatnya ada
kecenderungan untuk melakukan tindakan yang berlawanan dengan
kewajaran.Lebih spesifik lagi Hubbard dan Newcomb (1999) menyatakan bahwa
takkala anak ADHD bermain bersama anak-anak normal, maka kecenderungan
anak-anak untuk bermain sendiri semakin meningkat dan sebaliknya kecenderungan
verbalisasi semakin menurun. Meskipun demikian dalam penelitian Schumacher
dan Deshler (1995) memperlihatkan bahwa kemampuan untuk bersosialisasi
semacam ini dapat diajarkan serta memberi peluang yang besar untuk dilakukan
Gresham (1988) menyatakan bahwa keberhasilan dalam berinteraksi sosial
merupakan salah satu aspek terpenting bagi perkembangan seorang anak. Bernedt
(dalam Geuvremont dan Dumas, 1994) memperjelas hal ini dengan menyatakan
bahwa hubungan yang positif dengan rekan sebayanya memainkan peran penting
dalam :
a. Pengendalian diri terhadap keinginan untuk melakukan tindakan agresif
b. Rasa menerima dan memiliki
c. Moralitas
d. Daya tahan terhadap stres
e. Menimbulkan rasa percaya diri
f. Meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya
Meskipun demikian, secara sosial penderita ADHD dipengaruhi oleh
rendahnya kemampuan interaksi mereka, dan mereka bersikap anti
sosial.Guevremont dan Dumas (1994) menyatakan bahwa 50% dari anak-anak
penderita ADHD memiliki kesulitan nyata dalam membina hubungan dengan rekan
sebayanya. Pada kelas yang terdapat siswa ADHD terjadi interaksi yang negatif
antara guru dan siswa yang normal, serta kurangnya waktu untuk mengurusi atau
mengawasi siswa-siswa yang normal karena banyaknya waktu dan tenaga yang
dicurahkan untuk menangani siswa ADHD (Wheeler dan Carlson,1994). Ketidak
yang terjadi di sekolah, sehingga rasio hukuman bagi siswa ADHD adalah 14%
berbanding 2% dalam keseluruhan (Goldstein, 1997), bahkan bila dibandingkan
dengan kenakalan dan psikopatologi anak-anak (Gresham,1988)
G. Interaksi Lingkungan ADHD
Menurut Scay (1999) mengenai interaksi ADHD dengan dunia sekitarnya
menyatakan bahwa ADHD cenderung gelisah.Mereka mengguling-gulingkan
kursinya, menghentak-hentakkan kakinya atau mengetuk-ngetuk jari yang bertujuan
untuk memuaskan kehiperaktifannya. Selain itu anak ADHD tidak menyadari
bahwa orang-orang disekitar mereka tidak berpikir seperti mereka. Sering kali,
anak-anak ADHD itu hanya merasa bahwa mereka berbeda dengan orang lain.
Scay (1999) mengatakan bahwa banyak gejala kognitif yang hadir dikalangan anak
(juga orang dewasa) yang memiliki terhadap permasalah yang lebih luas. Masalah
itu terdiri dari blinking, scanning, multitracking, flooding, radial thinking, dan
hyper-focus.
Blinking berarti seseoarang mudah kehilangan fokus atau konsentrasi dan kemudian mengalihkan kembali perhatiannya pada tema atau topik yang sedang didiskusikan. Dalam hal ini biasanya mereka akan lupa dan harus diulangi apa yang harus mereka lakukan.
Scanning adalah bila pikiran tidak dapat menyaring rangsangan atau serapan yang berasal dari dunia luar.Anak penderita ADHD mudah sekali terpengaruh suara-suara yang berisik mereka kurang dapat membedakan objek yang seharusnya menjadi pusat perhatian.
luar sehingga tidak menyabung dengan orang lain serta kehilangan kesinambungan dalam bekerja.
Flooding didefinisikan sebagai sistem berlubang dari penderita ADHD yang dengan sekejap menyerap segala sesuatu di lingkungannya sebegitu rupa sehingga hal ini bila dibandingkan dengan orang lain (Seay, 1999) Radial Thinking yaitu ketidak mampuan seseorang penderita ADHD untuk berpikir secara sistematis dan logis. Mereka bisa segera memulai membicarakan topik lain hanya karena dipicu oleh satu kata saja dari pembicaraan sebelumnya. Akibatnya seseorang susah memahami apa yang disampaikan oleh penderita ADHD.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Metode penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif,
yaitu untuk menjelaskan, mengungkapkan peristiwa dilapangan tentang interaksi
sosial siswa ADHD saat mengikuti pembelajaran. Menurut Moleong (2004) bahwa
dengan menggunakan pendekatan kualitatif adalah pilihan yang cukup memadai,
sebab pendekatan ini merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari yang diamati.
Pendekatan kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1982:3) (Moleong,2004:3)
disebut juga dengan metode: naturalistik, sesuai dengan karakteristik yang dikaji.
Lebih lanjut lagi Bogdan dan Biklen, secara operasional mengemukakan lima
karakteristik utama dari penelitian kualitatif, sebagai berikut
1. Penelitian sendiri sebagai instrumen utama untuk mendatangani secara langsung sumber data.
2. Mengimplikasikan data yang dikumpul dalam penelitian ini lebih cenderung dalam bentuk kata-kata dari pada angka
3. Menjelaskan bahwa hasil penelitian lebih menekankan kepada proses, tidak semata-mata pada hasil
4. Melalui analisis induktif peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati
B. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah siswa ADHD yang duduk di kelas satu
Sekolah Dasar karena berkaitan lansung dengan subjek dan tempat penelitian.
Sedangkan informan tambahan adalah beberapa orang teman sekelas siswa ADHD,
guru dan kepala sekolah,alasan memilih informan tambahan karena peneliti ingin
mendapat informasi tambahan tentang keterampilan sosial siswa ADHD tersebut
karena mereka tahu dan memiliki informasi mengenai fenomena-fenomena yang
sedang diteliti.
C. Prosedur Penelitian
Dalam penelitianini proses pengumpulan data dan analisis data
menggunakan penelitian kualitatif bersifat interaktif. Karena pada penelitian ini
sebelum terjun kelapangan untuk melakukan observasi dan pengambilan data
peneliti mengadakan observasi terlebih dahulu dan peneliti sudah ada pemikiran
Alur Penelitian
Identifikasi masalah Studi
Lapangan
Studi Literatur
Penentuan Subyek Penelitian
Mengumpulkan Data
Obsevasi
Wawancara
Pengolahan Data dan Analisis Data
D. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah empat orang siswa ADHD kelas satu yang
ada disalah satu Sekolah Dasar Y Pangkalpinang. Adapun profil masing-masing
responden sebagai berikut:
Responden 1
Nama : F
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Pangkalpinang, 25 Desember 2003
Kelas : I SD
Nama Ayah/Ibu : S/ M
Pendidikan : STM/SMA
Pekerjaan : Wiraswasta/IRT
Alamat : Jl. Kampung Melintang Pangkalpinang
Rekomendasi tentang ADHD : dari sekolah yang diperkuat dengan hasil tes
Psikolog. Kemampuan akademik F dapat: menjumlahkan bilangan puluhan,
pengurangan bilangan puluhan, perkalian angka satu sampai lima, membedakan
benda ( berat-ringan, besar-kecil, tinggi-pendek, banyak-sedikit), membaca kalimat
Responden 2
Nama : G
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Pangkalpinang, 19 Maret 2004
Kelas : I SD
Nama Ayah/Ibu : F A/ E M
Pendidikan : S1/ S1
Pekerjaan : Wiraswasta/ BUMN
Alamat : Komp. Timah Bukit Baru Pangkalpinang
Rekomendasi tentang ADHD : Dari sekolah yang diperkuat dengan hasil tes
Psikolog. Kemampuan yang dimiliki G dalam bidang akademik : dapat melakukan
penjumlahan ratusan kebawah, pengurangan angka ratusan, membedakan benda (
berat-ringan, besar-kecil, tinggi-pendek, banyak-sedikit) perkalian sampai angka
sepuluh, menulis dan membaca kalimat atau cerita sederhana, menyebutkan nama
binatang, angka, benda di sekelilingnya dengan bahasa Inggris, dan bisa
menggunakan komputer.
Responden 3
Nama : N
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelas : I SD
Nama Ayah/Ibu : N C/ Y
Pendidikan : SMA/ SD
Pekerjaan : Swasta/ IRT
Alamat : Jl. Kampung Keramat Pangkalpinang
Rekomendasi tentang ADHD : Dari sekolah yang diperkuat dengan hasil Tes
Psikolog Kemampuan yang dimiliki N dalam bidang akademik : dapat melakukan
penjumlahan ratusan kebawah, pengurangan angka ratusan, membedakan benda (
berat-ringan, besar-kecil, tinggi-pendek, banyak-sedikit) perkalian sampai angka
lima, membaca dan menulis kalimat sederhana
Responden 4
Nama : R
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL : Pangkalpinang, 04 Mei 2003
Kelas : I SD
Nama Ayah/Ibu : A K/S
Pendidikan : SMA/SMA
Pekerjaan : Wiraswasta/IRT
Rekomendasi tentang ADHD : Dari sekolah yang diperkuat dengan hasil Tes
Psikolog. Kemampuan yang dimiliki R dalam bidang akademik : dapat melakukan
penjumlahan puluhan kebawah, pengurangan angkapuluhan, membedakan benda
( berat-ringan, besar-kecil, tinggi-pendek, banyak-sedikit), perkalian angka lima,
membaca dan menulis kalimat sederhana.
E. Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi: Teknik ini digunakan untuk mengamati dan mencatat data secara
langsung terhadap subjek penelitian pada saat proses belajar matematika, bahasa
Inggris, SKJ/PenJas, dan jam istirahat sesuai indikator yang telah ditetapkan
untuk mengetahui keterampilan sosial . Sudjana dan Ibrahim (1989: 109)
mengemukakan keuntungan penggunaan teknik observasi sebagai berikut:
“Melalui observasi atau pengamatan dapat diketahui sikap dan perilaku
individu, kegiatan-kegiatan yang dilakukannya, tingkat partisipasi dalam satu
kegiatan, proses kegiatan yang dilakukannya, kemampuan, bahkan hasil yang
diperoleh dari kegiatannya”.
2. Wawancara : Wawancara digunakan untuk mendapat informasi tambahan
tentang kemampuan interaksi sosial anak terhadap guru dan teman yang ada di
sekolah. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas. Menurut
responden mendapat kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan buah
pikiran, pandangan, dan perasaannya tanpa diatur ketat oleh peneliti.
3. Dokumentasi : dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data sekunder tentang
keterampilan sosial anak. Menurut Moleong (1989 : 77) mengungkapkan bahwa
data yang diperoleh dari dokumentasi dapat dimanfaatkan untuk menguji,
menafsirkan, bahkan meramalkan, dengan demikian, melalui analisis
dokumentasi peneliti akan dihadapkan pada dua kemungkinan yaitu perbedaan
dan persamaan antara hasil observasi dan wawancara dengan hasil yang
diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada.
F. Analisis Data Penelitian
Menganalisis data adalah proses menyusun dan mengkategorikan data
yang berhubungan dengan pernyataan yang telah ada. Dalam melakukan
analisis penelitian, dalam hal ini peneliti mengacu pada penjelasan Nasution,
(2003) yang mengajurkan pada tahap menganalisis data mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Reduksi data yaitu, data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam
tentang hasil pengamatan, juga untuk mempermudah peneliti mencari
kembali data yang diperoleh bila diperlukan atau mengkode pada aspek
2. Penyajian data yaitu, data penelitian, baik gambaran secara keseluruhan
maupun pada bagian-bagian tertentu disusun dalam bentuk matrik, grafik
atau charts.
3. Kesimpulan dan verivikasi data, dimana data yang diperoleh dicoba untuk
disimpulkan meski masih tentatif atau samar, namun dengan
bertambahnya data maka kesimpulan semakin lengkap. Jadi kesimpulan
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada deskripsi dan analisis data yang dilakukan pada bab IV
maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah:
Pertama, temuan dari keterampilan sosial dalam perilaku interpersonal ketika
pelajaran matematika, bahasa Inggris, dan SKJ/PenJas, hal yang menonjol adalah
salam dengan orang lain seperti : selalu memberi salam ketika bertemu dengan guru
dan temannya, dan memberi salam ketika masuk ke dalam kelas atau ruangan guru,
dan pada jam istirahat melakukan percakapan yaitu komunikasi dengan
teman-temannya, siswa ADHD melakukannya dengan wajar sesuai dengan kemampuan
mereka tanpa ada intervensi dari orang lain disekitarnya, dan hal yang kurang
menonjol pada perilaku interpersonal ketika pelajaran matematika, bahasa Inggris,
SKJ/Penjas , dan jam istirahat adalah berhadapan dan mengatasi masalah.
Kedua, temuan dari keterampilan sosial dalam perilaku yang berhubungan dengan
diri ketika pelajaran matematika, bahasa Inggris, dan SKJ/PenJas, hal yang menonjol
adalah tanggung jawab yaitu: dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dan
mengembalikan barang yang dipinjamkannya, dan pada jam istirahat adalah
diganggu dan mengucapkan rasa terimakasih kepada teman yang telah membantunya,
siswa ADHD dapat melakukannya dengan motivasi dari mereka sendiri, dan hal
yang kurang menonjol pada perilaku yang berhubungan dengan diri ketika pelajaran
matematika, bahasa Inggris, SKJ/Penjas , dan jam istirahat adalah dalam hal
menerima konsekuensi.
Ketiga, temuan dari keterampilan sosial dalam perilaku yang berhubungan dengan
tugas yang ada dikelompok ketika pelajaran matematika, bahasa inggris, dan
SKJ/PenJas, hal yang menonjol adalah bertanya dan menjawab pertanyaan yaitu
bertanya kepada guru atau teman tentang hal yang akan dilakukannya dan menjawab
pertanyaan yang diajukan kepada dirinya, siswa ADHD dapat melakukannya secara
wajar dengan mengaktualisasikan diri mereka sebagai anggota kelompok, dan hal
yang kurang menonjol pada keterampilan sosial dari perilaku yang berhubungan
dengan tugas pada dikelompok ketika dalam pelajaran matematika, bahasa inggris,
dan SKJ/PenJas adalah aktivitas dalam kelompok.
B. Implikasi
Berdasarkan pada analisis yang dilakukan pada Bab IV, maka implikasi dari
penelitian ini adalah:
Untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa ADHD di sekolahnya, maka secara
praktis berimplikasi pada perlunya peningkatan upaya sekolah untuk lebih
siswa ADHD melalui kegiatan yang melibatkan mereka agar lebih dapat
meningkatkan interaksi dengan teman-temannya di sekolah seperti; kegiatan
kesenian, keagamaan, olah raga, keterampilan, dan kegiatan ekstrakurikuler dengan
menyediakan sarana dan prasarana lainnya sehingga siswa ADHD dapat lebih
meningkatkan aktualisasi diri, menyalurkan potensi dan kemampuannya secara
optimal sehingga dapat mengembangkan keterampilan sosialnya secara wajar dan
alamiah sesuai dengan kemampuan mereka.
C. Rekomendasi
Berdasar implikasi praktis bahwa perlunya upaya sekolah menciptakan
peluang atau kesempatan melalui kegiatan yang melibatkan siswa-siswinya agar
dapat berinteraksi dengan sesamanya melalui kegiatan seperti; kegiatan kesenian,
keagamaan, olah raga, keterampilan, dan kegiatan ekstrakurikuler dengan
menyediakan sarana dan prasarana lainnya sehingga siswa ADHD dapat
mengaktualisasikan dan menyalurkan potensinya secara optimal sehingga dapat
mengembangkan keterampilan sosialnya secara alamiah, untuk itu
direkomendasikan kepada kepala Sekolah dan para guru Sekolah Dasar Y kota
Pangkalpinang agar membimbing semua siswanya untuk dapat mengembangkan
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, M. (2003).Pendidikan bagi anak berkesulitan Belajar.Jakarta : Rineka Cipta
Ahmadi, A. (2002) Psikologi Sosial. Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Asri, P. (2005). Pengembangan Program Bimbingan Sosial Untuk Siswa SD yang Melaksanakan Pendidikan Inklusif. Tesis pada PPS UPI Bandung : tidak diterbitkan
Andersone, R. (2004). The Acquatition of Social Skills for The Development of Citizenship Experience”. In Ross, A (ed). The Experience of Citizenship. London
Baihaqi,MIF dan Sugiarmin,M (2006) Memahami dan Membantu Anak ADHD,PT Refika Aditama: Bandung
Bellack, A.S. and Hersen, M (1997).Research and Practice and Social Skills. New York: Plenum
Cartledge, G. and Milburn, J.F. (1992).Teaching Social Skill to Children: Innovative Approach. New York: Pergamon Press
Delphie, Bandi (2009) Layanan Perilaku Anak Hiperaktif. KTSP
Derek Wood (2007) Kiat Mengatasi Gangguan Belajar,KATAHATI,Jogjakarta
Fintan J. O’regan (2005) ADHD.the SEN series.continuum: London.New York
Gerungan.(2004). Psikologi Sosial. PT Rafina Aditama
George J. Dupaul, PH.D & Gary Stoner, PH.D (1994).ADHD In The Schools, Assessment and Intervention Strategies. The Guilford Press. London. New York
Goodship, J.M.(1990). Life Skill Mastery For Student With Special Needs. Available online at http//www.ed.goo/databases/ERICDgest/html. Akses: 02 Maret 2011
Hermawan. (2004). Membandingkan Hyperaktif dan Aktif. Jakarta; Gramedia
Hindoh (2001).Sosiologi Komunikasi (Proses Sosial dan Interaksi Sosial)
Hurlock, Elizabeth B (1991) Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga
http//d-tarsidi,blogspot.com/2008/2005/sifat-respon-antarpribadi-interpersonal.html diakses tanggal 12 maret 2011
Jarolimek, Jhon (1993) tersedia http://www.duniaguru.com diakses 10-02-2011
Kartini, K. (1995). Patologi Sosial 2. Jakarta: Erlangga
Margono, S. (2004).Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. PT Reneka Cipta
Meier, C.R; Diperna, J.C; dan Oster, M.M. (2006). “Importance of Social Skills in The Elementary Grades”. Education & Treatment of Children.Vol.29, No.3.Aug 2006.Prequest Educational Journals. Pg.409
Muhaimim Akhmad; 2010, Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak, Jogyakarta: Katahati
Mulyani Sumantri dan Johar Permana(2001) Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV. Maulana
Mustaqim, H (2001). Psikologi Pendidikan. Yokyakarta: Pustaka Pelajar
Moedjiono dan Dimyati, Moh.(1991/1992).Strategi Belajar. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dikjen Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
Moleong, L.J (2004) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosda Karya
Morgan, RGT (1980). “Analysis of Social Skills” dalam Cartledge,G and Milburd, J.F (1992), Teaching Social Skills to Children Innovative Approaches. New York: Pergamen Press
(Online)//hindohjourney. Wordpress.com (22 November 2010)
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar, Bandung
Philips, E.L. (1985). Social Skill: History and Prospect. Dalam L’abate, L. and Milan, M.A. (eds). Handbook if Social Skill Training and Research. New York: John Willy & Sons
Soni.N.(2008). Model Pengembangan Keterampilan Sosial Melalui Olah Raga Futsal.Tesis.Pendidikan Olah Raga. Sekolah Pascasarjana. UPI.Bandung . Tidak diterbitkan
Sjamsuddin dan Maryani (2008).Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Sosial. Makalah Seminar. UPI
Suharmini, T. (2005). Penanganan Anak Hiperaktif. Departemen Pendidikan Nasional; Dikti
Suhermanto.(2006). Pengembangan Kemampuan Interaksi Sosial ABK pada Kelas Berbasis Inklusif. Tesis pada PPS UPI Bandung : tidak diterbitkan
Sumanto.(1995). Metodelogi Penelitian dan Pendidikan. Yokyakarta. Andi Office
Tarsidi, Didi, DR.,M.Pd.(2010) BK Untuk Perkembangan Kompetensi Sosial Anak Tunanetra. Riqki Press.Bandung
Taylor, E. (1985). “The Hyperaktive Child”. Terjemahan Kuntojon, 1988. Anak Hiperaktif Tantangan bagi Orangtua. Jakarta; Gramedia