• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODIFIKASI PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS V SDN PANGAUBAN I KABUPATEN BANDUNG (PTK).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MODIFIKASI PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS V SDN PANGAUBAN I KABUPATEN BANDUNG (PTK)."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mendapat Gelar Sarjana

Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Angga Putra Pratama

0807706

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAH RAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PERMAINAN BOLAVOLI PADA

SISWA KELAS V SDN PANGAUBAN I

KABUPATEN BANDUNG

Oleh

Angga Putra Pratama

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Angga Putra Pratama 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

NAMA : ANGGA PUTRA PRATAMA NIM : 08087706

JUDUL : IMPLEMENTASI MODIFIKASI PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS V SDN PANGAUBAN I KABUPATEN BANDUNG (Penelitian Tindakan Kelas)

Disetujui dan Disahkan Oleh :

Pembimbing 1

Dr. YUNYUN YUDIANA, M.Pd NIP. 19650614199001 1 001

Pembimbing II

CARSIWAN M.Pd NIP. 19710105200212 1 001

Mengetahui Ketua

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

(4)

i

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRAK

IMPLEMENTASI MODIFIKASI PERMAINAN BOLAVOLI

PADA SISWA KELAS V SDN PANGAUBAN I KABUPATEN BANDUNG

(PTK)

Angga Putra Pratama

(5)

ii ABSTRAK

IMPLEMENTASI MODIFIKASI PERMAINAN BOLAVOLI

PADA SISWA KELAS V SDN PANGAUBAN I KABUPATEN BANDUNG

(PTK)

Angga Putra Pratama

(6)

vi

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Cara Pemecahan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Penjelasan Istilah ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 9

A. KAJIAN TEORETIS ... 9

1. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 9

2. Pendidikan Jasmani ... 11

a. Pendidikan Jasmani ... 11

b. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani ... 18

3. Permainan Bolavoli ... 22

a.Tehnik dasar Permainan Bolavoli ... 22

b. Prasarana Permainan Bolavoli ... 33

B. HIPOTESIS TINDAKAN ... 36

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 37

A. Prosedur Penelitian ... 37

1. Metode Penelitian ... 37

a. Latar Belakang PTK ... 37

b. Karakteristik PTK ... 42

2. Desain penelitian ... 46

3. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 48

4. Prosedur Penelitian ... 48

(7)

vii

Agung Putra Pratama, 2013

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 63

A. Deskripsi ... 63

B. Hasil Observasi Awal ... 64

C. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ... 66

1. Hasil Pembelajaran Siklus I ... 73

2. Hasil Pembelajartan Siklus II ... 75

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 89

E. Diskusi Penemuan ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun dia berada. Pendidikan

sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul

diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di

samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Adapun beberapa

pengertian Pendidikan dari beberapa sumber yang penulis dapat diantaranya

dalam UU Sisdiknas no.20 tahun 2003, mengatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara

Sedangkan menurut Thomson dalam buku Konsep Dasar Pendidikan

Moral (1977:2) mengatakan: Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas

individu untuk menghasilkan perubahan yang tepat didalam kebiasaan tingkah

lakunya, pikiranya dan perasaannya”.

Dalam perjalananya pendidikan memiliki beberapa cabang keilmuan salah

satunya adalah Pendidikan Jasmani. Pendidikan jasmani merupakan suatu bidang

kajian yang luas.Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia pendidikan

jasmani berkaitan dengan hubungan manusia dan wilayah pendidikan lainnya.

Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang

berkepentingan dengan perkembangan total manusia. Dalam hal ini ada beberapa

pendapat para ahli tentang arti dari pendidikan jasmani, Menurut Nash (1948:52)

dalam Harsuki dan Elias (2003:22) mengatakan bahwa: “pendidikan jasmani

(9)

Sedangkan Suherman dan Mahendra (2001:9) mengemukakan bahwa: “pendidikan jasmani pada dasarnya merupakanpendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individusecara menyeluruh”. Pada

dasarnya pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran disekolah yang berisikan

aktivitas olahraga . Namun pada saat pelaksanaanya pendidikan jasmani tidak

memiliki karakteristik untuk memberikan pengalaman gerak yang banyak bagi

siswa. Pendidikan jasmani lebih cenderung menjadi aktivitas jasmani yang di

lakukan di lingkungan lembaga pendidikan. Saat ini pada kenyataanya banyak

siswa yang kurang berminat terhadap mata pelajaran pendidikan jasmani, mereka

memiliki anggapan bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani itu sangat

melelahkan dan tidak menarik. Tugas kita sebagai calon guru pendidikan jasmani

harus lebih peka melihat kondisi siswa pada saat ini agar dapat mengemas

pelajaran pendidikan jasmani ini lebih menarik dan siswa pun lebih berminat

untuk melakukan tugas gerak yang kita perintahkan. Banyak metode atau cara

yang dapat digunakan untuk membuat suasana belajar menjadi lebih aktif, kreatif,

dan inovatif salah satunya adalah dengan cara memodifikasi salah satu aspek yang

ada dalam aktivitas gerak yang akan diberikan kepada peserta didik.

Melihat permasalahan tersebut peneliti memiliki satu cara untuk

meningkatkan keterlibatan siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani

yaitu dengan cara memperkenalkan permainan yang menyerupai permainan yang

sesunggguhnya atau biasa disebut like game. Permainan bolavoli merupakan salah

satu permainan yang berkaitan dengan pendidikan jasmani itu sendiri, yang

dimana bolavoli popular di kalangan masyarakat dunia khususnya Indonesia.

Masyarakat tentunya sangat mengenal sekali olahraga ini dikarenakan bolavoli

bisa dimainkan oleh siapa saja dan tentu dapat dengan mudah dipelajari oleh siapa

saja. Tempat bermain bola voli pun sebenarnya bisa dilakukan dimana saja yang

memiliki tanah lapang dan menggunakan peralatan seadanya, karena prinsip

bermain voli itu sendiri memantulkan bola menggunakan tangan melewati net. Di

dalam ruang lingkup pendidikan bolavoli ini merupakan salah satu olahraga yang

(10)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK).

Akan tetapi materi yang di berikan terlihat sangat monton, masih banyak

siswa yang menunggu giliran untuk melakukan tugas gerak yang diintruksikan

oleh guru dan tidak memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada. Mengenai

peraturan itu bisa di sesuaikan dengan kondisi di lapangan. Pada kesempatan kali

ini penulis akan mencoba meneliti tentang permaian bolavoli di sekolah dan

kendala-kendala apa saja yang terjadi saat pembelajaran itu berlangsung serta cara

pemecahan masalahnya.

Pada saat pembelajaran bolavoli di sekolah terutama siswa Sekolah Dasar

pasti akan menemui beberapa kendala diantaranya adalah keterampilan gerak

motorik anak yang masih kurang, kecenderungan siswa yang takut menggunakan

bolavoli yang sebenarnya dikarenakan keras, dan lapangan yang digunakan

menyulitkan siswa apabila menggunakan lapang dan peraturan yang

sesungguhnya. Sekolah menjadi salah satu tempat dimana olahraga bolavoli bisa

dilakukan, biasanya setiap sekolah memiliki 1 lapangan voli yang bisa digunakan

untuk berbagai macam olahraga lainya seperti sepak bola, basket, ataupun bulu

tangkis. Tetapi pada kenyataanya tidak semua sekolah memiliki fasilitas lapangan

yang cukup memadai, seperti di SDN Pangauban I yang akan diteliti oleh peneliti,

sekolah ini tidak memiliki sarana olahraga yang cukup memadai hanya memiliki

satu lapang kecil yang biasa dipakai untuk melakukan upacara bendera sehingga

tidak bisa digunakan untuk melakukan aktivitas pendidikan jasmani. Setiap mata

pelajaran pendidikan jasmani seluruh siswa diarahkan ke gedung olahraga di

dekat sekolah untuk melakukan aktivitas jasmani dan siswa diharuskan membayar

untuk menyewa gedung olahraga tersebut.

Situasi pembelajaran di kelas V SDN Pangauban I ini kurang merangsang

minat belajar atau tidak meningkatkan kemampuan siswa bermain ini disebabkan

oleh sarana dan prasarananya yang dirasakan kurang untuk tingkat sekolah dasar

pada umumnya dan yang paling sering kita jumpai yaitu pendekatan tradisional

(11)

latihan-latihan dan pengulangan gerakan yang lebih menekankan pada tehnik

bermain suatu cabang olahraga bukan pada aktivitas gerak motorik siswa.

Pada kelas V di SDN Pangauban 1 ini memasuki usia yang harus banyak

bergerak agar kemampuan gerak motorik anak bisa semakin diasah, melalui

berbagai macam permainan yang tidak mengarah ke drill atau gerakan

berulang-ulang sehingga terjadi kejenuhan dalam proses pembelajaran yang biasa dilihat

pada proses-proses pembelajaran pendidikan jasmani disekolah-sekolah. Biasanya

dalam proses pembelajaran di kelas V SDN Pangauban 1 ini siswa hanya latihan

servis atau pasing saja dalam materi olahraga permainan bolavoli, dengan

pemberian materi seperti itu akan membuat siswa merasa bosan dan jenuh karena

siswa melakukan gerakan yang itu-itu saja dan tidak didukung oleh prasarana

yang memadai seperti bola sehingga siswa harus menunggu giliran yang lama

setelah melakukan gerakan, apalagi yang dihadapi siswa adalah sekolah dasar

yang memiliki karakteristik masih senang bermain dengan tanpa peraturan yang

baku. Dengan adanya rasa bosan atau jenuh akan memberikan imbasnya pada

siswa tidak bersemangat bahkan merasa malas dalam mengikuti pelajaran bola

voli. Oleh sebab itu bila permasalahan ini tidak segera diatasi maka hasil belajar

siswa pun tidak kompetitif.

Untuk memecahkan permasalahan ini maka pendekatan melalui cara

modifikasi permainan adalah hal yang tepat diberikan karena bisa mengakomodir

kebutuhan dan minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran bola voli.

Disini penulis mencoba memecahkan bagaimana memperbaiki keterampilan gerak

motorik di Kelas V SDN Pangauban 1 terhadap materi permainan bolavoli yang di

modifikasi menggunakan bola karet soft, lapang voli yang di modifikasi serta

peraturan yang dimodifikasi.

Karena dengan menggunakan bola yang lebih ringan dan lembut siswa

kelas V SDN Pangauban 1 tidak akan takut untuk mengikuti pembelajaran

bolavoli dan akan menambah minat dalam materi pembelajaran permainan bola

voli sehingga keterampilan permainan bolavoli bisa diasah menggunakan bola

karet soft tersebut. Lapanganpun menjadi salah satu aspek yang sangat penting

(12)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

akan sangat menyulitkan bagi siswa karena lapangan yang sesungguhnya sangat

luas dan jika siswa sekolah dasar bermain enam lawan enam akan sangat kesulitan

untuk memanage tempat, berbeda halnya dengan siswa SMA yang gerak

motoriknya sudah lebih tinggi dibandingkan siswa sekolah dasar. Bila bermain

dengan peraturan yang sesungguhnya siswa kelas V SDN Pangauban I juga akan

sangat kesulitan karena akan sulit untuk melakukan tiga kali sentuhan lalu

melewatkan bola ke daerah lapangan lawan jika gerak motorik siswa sekolah

dasar itu masih dirasa sangat kurang sehingga akan lebih baik menggunakan

peraturan yang dibuat oleh guru itu sendiri agar siswa merasa permainan bolavoli

lebih mudah jika menggunakan peraturan yang dibuat oleh guru, peraturan yang

dibuatpun harus dilihat dari kondisi gerak motorik siswa sehingga kita bisa

menyesuaikan peraturan bolavoli yang di modifikasi dengan gerak motorik siswa.

Diharapkan dengan menggunakan permainan bolavoli yang di modifikasi siswa

dapat melakukan tugas gerak yang diberikan. Maka dari itu penulis mencoba

untuk meneliti masalah yang ada di siswa kelas V Sekolah Dasar Pangauban I,

dengan membuat satu penelitian tindakan kelas dengan judul Implementasi

Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I

B. Identifikasi Masalah

Melihat dari latar belakang yang terjadi, maka penulis mengidentifikasi

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan dasar siswa dalam melakukan permainan bolavoli di

kelas V SDN Pangauban I ?

2. Apakah hambatan yang dialami oleh siswa kelas V SDN Pangauban I dalam

melakukan pembelajaran permainan bolavoli?

3. Upaya apa saja yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani dalam

mengembangkan materi pembelajaran bolavoli bagi siswa kelas V SDN

Pangauban I ?

4. Bagaimana tingkat keterampilan bermain bolavoli siswa kelas V SDN

(13)

5. Bagaimana menerapkan modifikasi permainan bolavoli pada siswa kelas V

SDN Pangauban I ?

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang dihadapi, maka rumusan masalahnya

adalah sebagai berikut: “Bagaimana menerapkan modifikasi permainan

bolavoli pada siswa kelas V SDN Pangauban I” ?

D. Cara Pemecahan Masalah

Merujuk pada rumusan masalah yang dihadapi di sekolah tersebut

penulis memiliki gagasan untuk memodifikasi alat atau media. Media yang di

gunakan pada pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pembelajaran

olahraga permainan bolavoli. Pada siswa kelas V di SDN Pangauban 1 jika

guru menggunakan alat pembelajaran yang sesungguhnya maka siswa akan

sedikit takut untuk melakukan tugas gerak yang di intruksikan menggunakan

bolavoli yang sesungguhnya, dikarenakan bolavoli yang sesungguhnya sangat

keras dan berat yang tentunya siswa Sekolah Dasar akan merasa sakit jika

harus memakai bola yang sesungguhnya.

Dalam hal ini siswa diharapkan mampu mengikuti semua bentuk

intruksi yang diberikan oleh guru, dengan adanya berbagai bentuk modifikasi

seperti modifikasi alat, lapangan, serta peraturan permainan sehingga siswa

tidak akan kesulitan untuk melakukan tugas gerak yang diintruksikan oleh

guru. Penulis memiliki ide untuk memodifikasi bolavoli tersebut diganti

dengan bola karet soft yang lebih ringan dari bola yang sesungguhnya agar

siswa dapat melakukan tugas gerak tanpa merasakan rasa sakit di tangan di

karenakan bola plastik atau bola karet bebanya sangat ringan. Peraturan

permainan pun dimodifikasi sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk

siswa dalam melakukan aktivitas permainan bolavoli. Berbagai permainan

yang mengarah ke aktivitas bolavolipun sebaiknya diterapkan agar siswa tidak

merasa bosan dan jenuh terhadap materi yang diberikan oleh guru yang

(14)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

gerakan yang berulang-ulang sehingga siswa cepat merasa bosan, sebaiknya

materi tehnik dasar diselingi dengan permainan-permainan yang mengarah ke

permainan bolavoli itu sendiri.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian kelas ini adalah :

Siswa dapat melakukan aktivitas permainan bola voli dengan menggunakan

alat yang di modifikasi.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat member manfaat yang bermakna antara

lain:

1. Untuk Siswa

Siswa bisa mengetahui bahwa alat modifikasi bisa juga digunakan dalam

kegiatan belajar mengajar.

2. Untuk Guru

Merangsang guru untuk lebih kreatif jika pada suatu saat sarana dan prasarana

tidak mendukung untuk dilakukanya proses belajar mengajar.

G. Penjelasan Istilah

1. Pendidikan Jasmani ialah sebagian daripada program pendidikan yang

menyeluruh, yang memberi sumbangan pada asasnya melalui

pengalaman-pengalaman pergerakan kepada perkembangan dan pembangunan keseluruhan

kanak-kanak menurut Dauer (1995:1) dalam Heri (2009)

2. Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi

bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan

rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat

melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi,

sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri menurut

(15)

3. Modifikasi

Modifikasi adalah cara merubah bentuk sebuah barang dari yang kurang

menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya,serta

menampilkan bentuk yang lebih bagus dari aslinya.

4. Peserta Didik

Peserta didik adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang

selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia

yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu

komponen pendidikan, peserta didik dapat ditinjau dari berbagai pendekatan,

antara lain: pendekatan social, pendekatan psikologis, dan pendekatan

edukatif/pedagogis.

5. Bermain menurut Mulyadi (2004), secara umum sering dikaitkan dengan

kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian

bermain :

a. Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak.

b. Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik.

c. Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas

dipilih oleh anak.

d. Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak.

e. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan

bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa,

perkembangan sosial dan sebagainya.

6. Bolavoli

Permainan bola voli merupakan suatu permainan yang kompleks yang

tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Sebab, dalam permainan bola voli

dibutuhkan koordinasi gerak yang benar-benar diandalkan untuk melakukan

semua gerakan yang ada dalam permainan bolavoli.

Dalam permainan bolavoli ada beberapa teknik dasar yang harus dikuasai.

Teknik-teknik dalam permainan bolavoli terdiri atas servis, passing bawah,

(16)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. PROSEDUR PENELITIAN 1. Metode Penelitian

Suatu Penelitian akan berhasil dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan, jika dalam proses penelitian menggunakan metodologi

yang tepat dengan sistematika tertentu, Soelaeman Joeseof dan Slamet Santoso

(1981:38) mengemukakan bahwa, “Metode adalah suatu kerangka kerja dan dasar-dasar digunakanya cara-cara yang khusus”. Metode merupakan satu jalan

untuk mencapai satu tujuan. Dengan demikian dalam suatu penelitian dibutuhkan

satu metode yang tepat sebagai acuan penelitian untuk mencapai satu tujuan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif dengan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

Action Research). Permasalahan dalam penelitian ini bertujuan bagaimana

mengatasi kesulitan-kesulitan yang terjadi di lapangan, khususnya dalam

pembelajaran bola voli di sekolah dasar. Penelitian ini berangkat dari

permasalahan yang timbul dalam pendidikan jasmani. Penulis berkeinginan untuk

memperbaiki pembelajaran penjas pada pemahaman bermain bola voli. Agar tidak

salah dalam melakukan tindakan penelitian penulis mempersiapkan diri tentang

apa itu penelitian tindakan kelas, latar belakang, karakter dan prosedur yang harus

ditempuh.

a. Latar Belakang PTK

Akhir-akhir ini pendapat kalangan pendidikan mengenai pemanfaatan

penelitian untuk perbaikan kualitas pendidikan mulai berubah. Dengan makin

mantapnya psikologi kognitif yang mengedapankan asas konstruktivisme dan

dihayatinya hak dan kewajiban setiap pihak untuk berperan serta dalam

upaya-upaya perbaikan pendidikan, maka dirasa perlu untuk menemukan pendekatan

(17)

Para guru tidak lagi cukup dianggap sebagai sekedar penerima

pembaharuan yang telah tuntas dikembangkan “diatas”, melainkan ikut

bertanggung jawab dan oleh karena itu berperan serta aktif dalam

mengembangkan pengetahuan dan keterampilanya sendiri melalui penelitian

tindakan yang dilakukan terhadap proses pembelajaran yang dikelolanya.

Sebagaimana telah diisyaratkan, yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa

pengetahuan yang paling berpengaruh langsung yang memicu dalam perubahan

perilaku termasuk tindakan guru dalam mengelola pembelajaran adalah

pengetahuan yang dibangun sendiri oleh pelaku tindakan. Pendekatan penelitian

tindakan yang berbasis kelas atau sekolah seperti itu bida disebut juga dengan

Penelitian Tindakan Kelas atau disingkat menjadi PTK telah biasa dilakukan

terhadap proses pembelajaran di luar negeri.

Bagi pendidikan di sekolah diperoleh kemanfaatan berupa perbaikan

praksis yang meliputi penanggulangan berbagai permasalahan belajar yang

dialami siswa baik yang diajar oleh guru sebagai pelaku PTK maupun siswa lain

pada umumnya, seperti kesalahan konsep dalam mata pelajaran,

kesulitan-kesulitan mengajar yang dialami oleh guru baru.

Sebenarnya PTK itu bersifat relatif. Artinya, dalam proses penelitian itu

kita sebagai guru sekaligus peneliti selalu memikirkan apa dan mengapa suatu

dampak tindakan terjadi di kelas. Berdasarkan pemikiran itu, kita dapat mencari

pemecahannya melalui tindakan-tindakan pembelajaran suatu materi

pembelajaran.Untuk lebih memahami PTK, di sini saja kemukakan beberapa

pendapat yang mendefinisikan :

PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional

Berdasarkan pendapat di atas, secara garis besar dapat kita definisikan

bahwa PTK merupakan beberapa bentuk diantaranya :

1) bentuk kajian yang sistematis-reflektif

2) dilakukan oleh pelaku tindakan (guru)

(18)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebagaimana telah diisyaratkan PTK dapat dilakukan untuk

menyelesaikan bermacam-macam permasalahan yang muncul di dalam

kelas/sekolah, sebagai contoh seorang guru mungkin menghadapi berbagai

permasalahan dalam pelaksanaan tugasnya-tugasnya dari hari ke hari seperti

meningkatkan motivasi belajar murid, menerapkan berbagai macam metoda dalam

suatu proses belajar mengajar, mengembangkan pendekatan-pendekatan baru

dalam memenuhi kebutuhan individual siswa yang berbeda-beda Pengupayaan

pencapaian tujuan-tujuan perbaikan itu perlu di eksplorasi fisibilitasnya,

posibilitasnya, dan kepraktisanya. Dengan PTK guru dapat menganalisis

permasalahan apa yang terjadi dalam proses pembelajaran dan menemukan jalan

keluar untuk permasalahan tersebut.

Dalam literature bahasa inggris PTK disebut dengan classroom action

research . Saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di Negara-negara

maju, para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini menaruh perhatian yang

cukup besar terhadap PTK. Apabila dicermati penelitian ini mampu menawarkan

pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam

bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses

belajar mengajar di kelas atau implementasi berbagai program di sekolahnya

dengan mengkaji berbagai indicator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran

yang terjadi pada siswa dan hasil implementasi berbagai program sekolah .

Setelah memiliki pemahaman yang sama tentang PTK para dosen bersama guru

seharusnya menitikberatkan perhatian mereka pada masalah penelitian dan

prosedur PTK .

Pengertian PTK atau action research telah mulai berkembang sejak perang

dunia kedua. Akibatnya banyak terdapat sekali definisi – definisi satu dengan

yang lainya sangat mirip sehingga akan menyulitkan untuk kita mempelajari satu

dengan yang lainya. Salah satu definisi tersebut adalah yang dikemukakan oleh

Stephen Kemmis yang di kutip dalam D.Hopkins dalam bukunya yang berjudul A

Teacher’s Guide To Classroom Research, Bristol, PA Open University Press,

(19)

… a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (Including Educational) situation in order to improve the rationality and justice of

(a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these

practice , and (c) the situations in which practice are carried out.

Dari pengertian diatas dapat di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

yang berarti :

… Suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang

dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) yang memperbaiki rtasionalitas dan kebenaran dari (a) praktek-praktek social atau praktek pendidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka tentang praktek-praktek tersebut (c) situasi di tempat praktek itu dilaksanakan .

Dari uraian diatas dapat kita dapat mencermati pengertian PTK secara

lebih rinci dan lengkap. Secara singkat PTK dapat didefinisikan sebagai suatu

kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan,yang dilakukan untuk

meningkatkan rasionalitas dari tindakan-tindakan mereka saat mengerjakan tugas .

PTK itu dilaksanakan berupa tugas proses pengkajian berdaur (cyclical) yang

terdiri dari 4 tahap (gambar 3.1)

Gambar 3.1

Kajian Berdaur 4 Tahap PTK

Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang mencangkup analisis,

sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan terhadap proses serta hasil

tindakan tadi, biasanya muncul permasalahan atau pemikiran baru yang perlu

mendapat perhatian, sehingga pada giliranya perlu dilakukan perencanaan ulang,

tindakan ulang, dan pengamatan ulang, serta diikuti pula dengan refleksi ulang.

MERENCANAKAN MELAKUKAN

TINDAKAN MENGAMATI

(20)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Demikianlah tahap-tahap kegiatan ini terus berulang sampai suatu

permasalahan dianggap teratasi untuk kemudian biasanya diikuti oleh kemunculan

permasalahan lain yang juga harus diperlakukan serupa. Keempat fase dari suatu

siklus dalam sebuah spiral PTK seperti di gambar 2.2 berikut :

Gambar 3.2

(sumber: http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/model-ptk-3-model-spiral-dari-kemmis.html)

Secara mendetail Kemmis dan Taggart menjelaskan tahap-tahap penelitian

tindakan kelas yang dilakukannya. Pada bagian awal yaitu identifikasi masalah,

permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi bertanya kepada siswa dalam

pembelajaran sains. Keputusan ini timbul dari pengamatan tahap awal yang

menunjukkan bahwa siswa belajar sains dengan cara menghafal dan bukan dalam

proses inkuiri.

Lanjut pada tahap perencanaan, fokus permasalahan diputuskan untuk

menyusun strategi bertanya untuk mendorong siswa untuk menjawab pertanyaan

sendiri. Pada kotak tindakan (action), mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan

kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami, dan

(21)

Pada kotak pengamatan (observe), pertanyaan-pertanyaan dan

jawaban-jawaban siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Pengamat juga membuat catatan dalam lembar-lembar observasi yang telah

mereka sediakan. Dalam kotak refleksi (reflect), ternyata kontrol kelas yang

terlalu ketak menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak

mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki.Pada siklus berikutnya,

perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam bentuk mengurangi

pernyataan-pernyataan guru yang bersifat mengontrol siswa, agar strategi bertanya dapat

berlangsung dengan baik. Pada tahap tindakan siklus kedua hal itu dilakukan.

Pelaksanaannya dicatat dan direkam untuk melihat pengaruhnya terhadap perilaku

siswa.

b. Karakteristik PTK

PTK bercirikan perbaikan praksis pembelajaran dari dalam, kolaboratif,

dan reflektif. Permasalahannya sekarang, ada banyak guru yang telah melakukan

PTK itu secara alami, akan tetapi belum sistematis dan menemui jalan buntu saat

ingin membuat sebuat laporan catatan penelitian yang ia lakukan serta

menuliskannya dalam bentuk karya tulis ilmiah yang tentunya dapat dijadikan

bahan sebagai pengembangan profesi guru itu sendiri. PTK berbeda dari

penelitian formal, PTK menerapkan metodologi yang bersifat lebih longgar dalam

artian tidak terlalu memperhatikan pembakuan instrumentasi. Pengumpulan data

tetap dilakukan dengan menekankan obyektifitas sedangkan imparsialitas

dipegang teguh sebagai acuan dalam analisis serta interpreasi data.

Disini akan di paparkan beberapa karakteristik dari PTK yang

membedakan dengan penelitian formal , diantaranya adalah sebagai berikut :

1) An Inquiry on Practice from Within

Karakteristik yang pertama dari PTK adalah bahwa kegiatan tersebut

dipicu oleh permasalahan praktis yang dihayati dalam pelaksanaan tugas

sehari-hari oleh guru sebagai pengelola program pembelajaran di kelas atau sebagai

jajaran staf pengajar di suatu sekolah. Dengan kata lain PTK itu bersifat practice

driven dan action, dalam arti bahwa PTK itu bertujuan memperbaiki praksis

(22)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(practical Inquiry). Ini berarti bahwa PTK itu memusatkan perhatian pada

permasalahan yang spesifik-kontekstual sehingga tidak terlalu menghiraukan

kerespresentivan sampel, karena berbeda dari penelitian formal. Secara Visual

perbedaan tujuan tujuan diantara kedua jenis penelitian digambarkan pada gambar

3.3 berikut :

Discover Improve

And Verify Practice here

Knowledge and Now

FORMAL

RESEARCH CLASSROOM

ACTION RESEARCH

Gambar 3.3

Perbedaan hakiki antara penelitian formal dan PTK (Raka Joni, 1998)

Selanjutnya juga berbeda dari penelitian formal, PTK menerapkan

metodologi yang bersifat “longgar” dalam arti tidak terlalu memperhatikan

pembakuan instrumentasi. Namun di pihak lain sebagai kajian yang taat kaidah

pengumpulan data tetap dilakukan dengan menekankan obyektivitas, sedangkan

imparsialitas dipegang teguh sebagai acuan dalam analisis serta interpretasi data.

Dengan kata lain, sebagaimana penelitian formal PTK pun dilancarkan bukan

untuk mengemukakan pembenaran diri, melainkan untuk mengungkapkan

pembenaran meskipun jangkauan keterterapanya lebih terbatas.

Oleh karena itu, McManiff (1992:9) menekankan bahwa dengan dan

dalam PTK guru terbiasakan menyambut tantangan peningkatan kinerjanya

(23)

yang baru. Dengan demikian tindakan-tindakan dalam PTK juga memicu dan

memacu pertumbuhan dalam jabatan bagi guru sehingga dapat dikatakan bahwa

PTK berpijak pada dua landasan yaitu Involment dan Improvment.

2) A Collaborative Effort Between School Teacher and Teacher Educators

Karena dosen PTK tidak memiliki akses langsung, maka PTK

dilaksanakan dengan cara kolaboratif dengan guru yang kelasnya dijadikan

kancah PTK. Sebagaimana telah diisyratkan dalam butir terdahulu hal ini

dilakukan karena yang “memiliki” kancah itu adalah guru yang bersangkutan

sehingga para dosen PTK yang akan melakukan PTK di kelas tersebut seharusnya

marasakan kebutuhan untuk melakukan PTK, tidak memiliki akses kepada kancah

dalam peran sebagai praktisi.

Oleh karena itu ciri kolaboratif ini harus secara konsisten tertampilkan

sebagai kerjasama kesejawatan dalam keseluruhan tahapan penyelanggaraan PTK,

mulai dari identifikasi permasalahan sampai diagnosis keadaan, perancangan

tindakan perbaikan, sampai dengan pengumpulan serta analisis data dan refleksi

mengenai temuan disamping dalam penyusunan laporan.

Bonus yang dapat dipetik dari penyelengaraan PTK secara efektif adalah

dibangunya mekanisme serta tradisi interaksi kesejawatan yang lebih luas antara

dosen PTK dengan guru, dan dibangunya jembatan anytara LPTK dengan

Sekolah, antara kampus dengan lapangan, demi keuntungan kedua belah pihak

yang bermuara kepada keuntungan kedua belah pihak yang berakhir pada

keuntungan pendidikan putra – putri bangsa.

3) A Reflective Practice, Made Public

Apabila dicermati lebih jauh, keterlibatan dosen dalam PTK bukanlah

sebagai ahli pendidikan yang tengah mengemban fungsi sebagai pembina guru

SM, atau sebagai pengembang pendidikan, melainkan sebagai sejawat disamping

sebagai pendidik calon guru yang seyogyanya memiliki kebutuhan untuk belajar

(24)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam rangka hubungan ini guru yang berkolaborasi dalam PTK harus

mengemban tugas ganda, yang sebagaimana telah diisyratakan sebelumnya

apabila terlaksana dengan baik, maka Exercise ini akan memberi urunan nyata

bagi terbentuknya kultur meneliti di kalangan guru. Ini juga berarti bahwa

pelecehan profesi dalam bentuk jasa borongan untuk “membuat daftar angka kredit” dalam rangka proses kenaikan pangkat fungsional guru yang menggejala belakangan ini dapat diakhiri untuk selama-lamanya.

Berdasarkan pendapat Kemis, Stephen dalam D. Hopkins (1992)

mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah:

action research is a form of self reflective inquiry undertaken by participants in a social (including educational) situation inorder to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational pratices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situations in which practices are carried out”

Bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti :

“penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktek-praktek sosial atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka terhadap praktek-praktek tersebut, (c) situasi di tempat praktek itu dilaksanakan”

Adapun pendapat ahli yang lain jika peneletian tindakan kelas diterapkan

dikelas yaitu menurut Hardjodipuro (1997:7) adalah :

Action Research adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktek belajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktek belajarnya tersebut, dan agar mau merubahnya. Action Research bersifat partsipatif karena melibatkan guru dalam peneltianya sendiri, dan kolaboratif karena melibatkan orang lain sebagai bagian dari suatu penelitian yang hasilnya akan dinikmati bersama

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas Penelitian Tindakan Kelas

merupakan suatu upaya guru atau praktisi dalam kegiatan dengan melakukan

tindakan-tindakan alternatif untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu

pembelajaran di kelas. Guru akan menemukan permasalah dalam proses

(25)

Penelitian Tindakan Kelas sebagai penelitian praktis yang langsung

berhubungan dengan tugas guru di lapangan dengan tujuan memperbaiki dan

meningkatkan mutu pembelajaran dikelas.

Penelitian Tindakan kelas yang dikemukakan Sa’ud (2006:45) bahwa, “Setiap satu siklus tindakan memuat langkah-langkah membuat rencana tindakan,

pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi”. Kesemua tahapan itu dilakukan setelah melakukan observasi awal untuk memperoleh gambaran mengenai

keterlibatan siswa dalam pembelajaran penjas.

Apabila melihat kebelakang penelitian tindakan kelas ini bermula dari

penelitian yang dilakukan oleh Kurt Lewin sekitar tahun 1940-an pada waktu itu

diterapkan dalam penelitian di bidang sosial dan ekonomi. Dalam

perkembangannya pada tahun 1952 munculah nama Stephen Corey, memakai

model penelitian tindakan kelas untuk meneliti dalam dunia pendidikan.

Menurutnya, dengan penelitian tindakan kelas perubahan dapat dilaksanakan dan

dirasakan oleh semua praktisi. Selanjutnya disusul tahun 1967 ada nama

Lawrence Steen House melakukan suatu proyek di Inggris yang menekankan

pentingnya percobaan kurikulum dan pentingnya pengembangan kurikulum.

Kemudian munculah istilah “the teacher as researcher” atau guru sebagai peneliti.

Tak lama kemudian muncul proyek yang diberi nama Ford Teaching Project yang

dipimpin oleh Elliot dan Clem Adelman (Hopkins, 1993:32).

2. Desain Penelitian

Pandangan penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan model Kemis dan Mc Taggart. Konsep penelitian ini terdiri dari 4

komponen yaitu plan (perencanaan), act (tindakan), observe (pengamatan), dan

reflect (refleksi).

Dalam penelitian kali ini penulis akan menggonakan model yang

dirancang oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan siklus dasar Model

yang dikemukakan Kemmis & Taggart merupakan pengembangan lebih lanjut

dari model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak ada perbedaan yang prinsip antara

(26)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Model ini banyak dipakai karena sederhana dan mudah dipahami.

Rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup sejumlah siklus, masing-masing

terdiri dari tahap-tahap: perencanaan (plan), pelaksanaan dan pengamatan (act &

observe), dan refleksi (reflect). Tahapan-tahapan ini berlangsung secara

berulang-ulang, sampai tujuan penelitian tercapai. Dituangkan dalam bentuk gambar,

rancangan Kemmis & McTaggart akan tampak sebagai berikut:

G

Gambar 3.4

Rancangan Penelitian Tindakan Model Kemmis & Taggart

(sumber: http://jeperis.wordpress.com/2009/02/17/pengantar-penelitian-tindakan-kelas/)

Langkah pertama pada setiap siklus adalah penyusunan rencana tindakan.

Tahapan berikutnya pelaksanaan dan sekaligus pengamatan terhadap pelaksanaan

tindakan. Hasil pengamatan kemudian dievaluasi dalam bentuk refleksi. Apabila

hasil refleksi siklus pertama menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan belum

memberikan hasil sebagaimana diharapkan, maka berikutnya disusun lagi rencana

untuk dilaksanakan pada siklus kedua. Demikian seterusnya sampai hasil yang

(27)

3. Lokasi dan Subyek Penelitian a. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Pangauban I Kabupaten Bandung. Penentuan lokasi ini diharapkan memberikan kemudahan

terhadap peneliti dimana lokasi Penelitian dekat dengan tempat tinggal peneliti

dan khususnya mengenai pengenalan lingkungan sekolah yang berhubungan

dengan peserta didik sebagai subyek penelitian atau menyangkut anggota yang

akan membantu dalam kegiatan penelitian. Mengingat dalam penelitian tindakan

kelas ini kepala sekolah, guru-guru yang akan memberikan pemecahan terhadap

masalah dalam kegiatan dari mulai perencanaan, observasi, refleksi dan revisi.

b. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah upaya meningkatkan keterampilan teknik

dasar bermain bolavoli melalui Modifikasi Permainan bolavoli. Penelitian ini

hampir berkenaan dengan semua aspek yang terkait dengan proses pembelajaran

permainan bolavoli, walaupun didominasi oleh perubahan yang dialami siswa

tetapi perilaku guru dalam mengajar tidak lupa penulis jadikan bahan perhatian

sebagai bagian dari data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian. Pada penelitian ini saya memilih kelas V di SDN Pangauban I yang

berjumlah 32 orang siswa. Sedangkan waktu penelitian kurang lebih selama 1

bulan antara bulan Desember 2012 hingga bulan Januari 2013 dengan jumlah

pertemuan empat kali yang terdiri dari beberapa tindakan dalam dua siklus.

Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai guru, yang terjun langsung

untuk memberikan pembelajaran yang di bantu oleh guru yang lainnya sebagai

mitra dan observer penelitian berlangsung.

4. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas terdiri dari beberapa siklus. Setiap

siklus dilakukan sesuai dengan perubahan yang ingin diperoleh, seperti yang

sudah didesain diawal. Untuk melihat kemampuan awal dalam bermain bolavoli,

siswa diberikan beberapa permainan yang mengarah ke tehnik dasar bolavoli

(28)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memahami tugas gerak yang diberikan oleh guru dan untuk dijadikan bahan

evaluasi. Observasi awal dilaksanakan untuk mengetahui tindakan apa yang cocok

kita berikan terhadap mereka dalam rangka peningkatan pemahaman bermain

bolavoli.

Dari evaluasi dan observasi awal, maka dalam refleksi ditetapkan bahwa

tindakan yang dipakai untuk meningkatkan kemampuan maksimal adalah dengan

melakukan modifikasi permainan bolavoli baik modifikasi peraturan, peralatan,

dan lain sebagainya. Dari refleksi awal yang digunakan sebagai tolak ukur, maka

dilaksanakanlah Penelitian Tindakan Kelas, prosedurnya sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan (Planning)

Rencana tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini

berdasarkan atas keterlibatan siswa dalam aktivitas belajar pendidikan jasmani

melalui proses pembelajaran bolavoli di SDN Pangauban 1 Kabupaten Bandung.

Pelaksanaanya dilakukan dengan cara kolaborasi dengan guru di sekolah, serta

mempersiapkan segala sesuatu yang mendukung terhadap peneletian ini termasuk

didalamnya sarana dan prasarana. Dalam perencanaan tahapan yang dilakukan

adalah :

1) Membuat RPP (Rencana pelaksanaan pembelajaran)

2) Menentukan bahan materi pokok yang akan disampaikan pada saat

pelaksanaan kegiatan dari hasil konfrensi dengan guru pendidikan jasmani di

sekolah.

3) Mempersiapkan sarana dan fasilitas pendukung yang kita perlukan

dilapangan.

4) Membuat lembaran observasi pengamatan untuk siswa dan pendamping

mulai dari tahap pendahuluan sampai penutup. Setiap bagian demi bagian

kita observasi, agar mengetahui kelemahan-kelemahan dan

kelebihan-kelebihan siswa dan guru.

5) Mempersiapkan instrumen, instrumen ini digunakan untuk merekam

dan menganalisis data selama proses penelitian berlangsung dan untuk

(29)

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

Dalam tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas adalah

implementasi dari apa yang telah direncanakan sebelumnya pada tahap planning.

Langkah – langkah yang telah dilakukan oleh peneliti mengacu pada rumusan

masalah yang telah ditentukan bersamaan dengan dilakukanya tindakan, peneleti

juga melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang akan dilakukan.

Pelaksanaan tiindakan dalam peneletian tindakan kelas yang dilakukan secara

sistematis dirancang untuk keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan permainan bolavoli yang dimodifikasi dalam upaya peningkatan

atau perbaikan dalam proses pembelajaran sehingga tercipta suatu suasana yang

kondusif dan tidak membosankan dalam proses belajar mengajar pendidikan

jasmani.

Skenario tindakan yang telah dipersiapkan, dilaksanakan dalam situasi

faktual. Pada saat pelaksanaannya nanti disertai dengan kegiatan observasi,

interpretasi, revisi dan refleksi. Langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang

dilakukan dalam tahap ini dibagi menjadi 2 siklus, dan dalam 1 siklus terdiri dari

2 pertemuan, rincianya adalah sebagai berikut :

Siklus I (2 kali pertemuan)

1). Kegiatan Pendahuluan (15menit)

(a). Berdoa.

(b). Berbaris dilanjutkan dengan absensi.

(c). Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

2) Kegiatan inti (40 menit)

Eksplorasi

(a). Guru memberikan pertanyaan tentang macam-macam teknik dasar bermain

bola voli.

(b). Guru memberikan pertanyaan tentang aktivitas bermain.

(c). Dengan bimbingan guru siswa disuruh melakukan permainan bola lewat

(30)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Elaborasi.

Pertemuan 1 :

(1). Permainan memainkan bola balon atau bola plastik

Jumlah pemain : 6 sampai 10 orang atau disesuaikan dengan ukuran

lapangan

Peralatan : Balon diisi pemberat kain, busa atau bola plastik.

Tempat : Halaman sekolah atau lapangan

Susunan main : 3 vs 3 , 4 vs 4 , 5 vs 5

Peraturan permainan :

1) Anak-anak dibariskan menjadi 2 kelompok (A dan B).

2) Kedua regu (A dan B) dijadikan satu, tempat bebas. Regu A dan B dibedakan

oleh seragam

3) Balon dimainkan dengan cara dipukul, tidak boleh dipegang.

4) Regu yang pertama kali mencapai angka 10 dalam memukul bola dinyatakan

sebagai pemenang.

5) Guru memberikan tanda bahwa permainan dimulai dengan melambungkan

balon diantara anak-anak.

6) Permainan dapat diulang-ulang sesuai dengan alokasi waktu dan kemampuan

gerak motorik siswa sudah terasah untuk menuju ke permainan selanjutnya.

(2) Permainan memainkan bola (balon) melewati garis

Jumlah pemain : 10 orang atau disesuaikan dengan ukuran lapangan

yang tersedia.

Peralatan : Balon diisi pemberat kain, busa.

Tempat : Halaman sekolah, lapangan atau aula.

Peraturan permainan :

1) Anak-anak dibariskan menjadi dua kelompok (A dan B).

2) Kedua regu (A dan B) menempati tempat yang disediakan.

3) Permainan berlangsung dengan memukul balon, tidak boleh dipegang.

(31)

5) Guru memberikan tanda bahwa permainan dimulai dengan melambungkan

balon diantara anak.

6) Permainan berakhir jika 1 tim mendapat skor 10 terlebih dahulu.

7) Suatu kesalahan apabila balon jatuh di lapangan sendiri dan keluar dari lapang

itu mendapatkan skor bagi regu lawan

Pertemuan 2 :

(1) Permainan lempar tangkap dengan duduk

Pengembangan permainan dari no 2, bola tidak dipukul, tetapi ditangkap,

kemudian dilempar dalam posisi duduk. Keterampilan ini memerlukan

kecermatan lemparan, sebab anak bermain dalam posisi duduk. Permainan ini

bertujuan untuk meningkatkan koordinasi mata dan tangan. Berikut adalah

peraturan permainan agar mudah dipahami sebagai berikut :

Jumlah pemain : 6 orang disesuaikan dengan luas lapangan

Peralatan : Bola tiup atau plastik, tali karet

Tempat : Lapangan bola voli atau badminton

Tinggi net : 1,5 meter

Peraturan permainan :

1) Anak-anak dibariskan 2 sap, sap yang depan regu A dan yang belakang regu

B.

2) Masing-masing regu menempati tempat yang disediakan.

3) Tugas setiap regu adalah menangkap bola, kemudian memberikan kepada

temannya, dan melemparkannya ke daerah lawan dalam posisi duduk.

4) Memainkan bola di daerah sendiri hanya diperbolehkan paling banyak 3 kali.

5) Net (tali karet) diikatkan di antara tiang setinggi 1 meter.

6) Bola dipukul harus melewati atas tali.

7) Kesalahan dihitung apabila bola jatuh di lantai sendiri dan lemparan ke luar

(32)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

8) Tugas guru adalah memberi aba-aba permainan dimulai dan mengamati

setiap kesalahan.

9) Permainan dimulai dengan salah satu regu menyerang (melempar bola) dari

daerahnya sendiri ke daerah lawan.

10) Permainan berakhir ketika salah satu regu mencapai nilai 10

terlebih dahulu.

3) Tindak Lanjut (5 menit)

Anak-anak disuruh berlatih diluar jam pelajaran supaya meningkat pemahaman

bermain bola voli.

SIKLUS 2 (2 kali Pertemuan)

Dalam siklus kedua ini adalah pengembangan dari siklus 1, disini sudah

mulai masuk ke tehnik dasar passing atas dan passing bawah permainan bolavoli .

tetapi tetap masih melalui modifikasi permainan. Berikut pemaparan 3 pertemuan

dalam siklus 2. Berikut Program 2 pertemuan dalam siklus yang ke 2 :

1). Kegiatan Pendahuluan (15menit)

(a). Berdoa.

(b). Berbaris dilanjutkan dengan absensi.

(c). Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

2) Kegiatan inti (40 menit)

Elaborasi.

Pertemuan 1

(1) Lempar tangkap dan memantulkan bola dengan tangan di atas

Tatkala koordinasi antara mata dan tangan semakin berkembang, gerakan

dasar sudah dapat diarahkan untuk menguasai gerakan memainkan bola dua

tangan di atas atau “passing atas” sambil bergerak. Dasarnya adalah kemampuan

menguasai bola. Berikut adalah peraturan permainan agar mudah dipahami

(33)

Jumlah pemain : 10 orang atau disesuaikan dengan luas lapangan

Peralatan : Bola karet soft

Tempat : Lapangan bola voli, lapangan bulu tangkis

Susunan kelas : 3 vs 3, 4 vs 4, 5vs 5

Tinggi net : 150 cm

Peraturan permainan :

1) Anak-anak dibagi menjadi 2 regu (A dan B)

2) Masing-masing regu menempati tempat yang telah disediakan.

3) Tugas setiap regu menangkap bola, melempar dan memantulkan bola di atas

kepala.

4) Memainkan bola di daerah sendiri hanya diperbolehkan paling banyak 5 kali.

5) Untuk menyerang lawan, bola harus melewati net (tali karet) yang telah

diikatkan diantara tiang setinggi 1,5 m.

6) Kesalahan dihitung apabila bola jatuh di lapangan sendiri atau di luar lapangan

lawan.

7) Permainan berakhir setelah salah satu regu mendapatkan Poin 10

(2) Lempar tangkap dan memantulkan bola dengan tangan dibawah

Seperti permainan nomor 1, permainan ini merupakan dasar untuk menguasai

gerakan memainkan bola dengan tangan dibawah atau disebut passing bawah.

Jumlah pemain : 10 orang atau disesuaikan dengan luas lapangan

Peralatan : Bola plastik, tali karet, net bulu tangkis.

Tempat : Lapangan bola voli, lapangan bulu tangkis.

Tinggi net : 150 cm.

Peraturan permainan :

Peraturannya sama dengan permainan lempar tangkap dan memainkan

bola dengan memantulkan bola dengan tangan diatas. Perbedaannya, bola

dimainkan dengan tangan dibawah atau menyerupai posisi tangan pada saat akan

(34)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Pertemuan ke 2

(3) Lempar tangkap dan memantulkan bola dengan tangan di atas dan di bawah

Gerak dasar permainan bola voli beraneka ragam. Sekali waktu bola dipukul dari

bawah dan sekali waktu dari atas. Hal ini memerlukan keterampilan untuk

mengendarai rangsang, dimana posisi bola dan posisi pemain sendiri. Tindakan

harus cepat dan tepat. Dasar keterampilan ini dilatih dengan permainan berikut.

Jumlah pemain : 12 – 14 orang atau disesuaikan dengan luas lapangan.

Peralatan : Bola plastic atau karet , tali karet, net bulu tangkis.

Tempat : lapangan bola voli, lapangan bulu tangkis.

Tinggi net : 150 cm

Peraturan permainan :

Peraturannya sama dengan permainan lempar tangkap dan memainkan

bola dengan memantulkan bola dengan tangan diatas. Perbedaannya, bola

dimainkan dengan tangan dibawah dan tangan atas. Ini merupakan permainan

lanjutan dengan tingkat kesulitan lebih tinggi dari sebelumnya agar kemampuan

siswa dapat meningkat.

(4) Lempar tangkap dan memukul bola

Jumlah pemain : 10 – 14 orang atau disesuaikan dengan luas lapangan.

Peralatan : Bola plastik, tali karet, net bulu tangkis.

Tempat : lapangan bola voli, lapangan bulu tangkis.

Tinggi net : 150 cm

siswa mengendalikan arah. Oleh karena itu, kegiatan belajar hendaknya

dikaitkan keberadaan lawan, teman, strategi dan variasi memainkan bola.

Beberapa bentuk permainan di atas bisa dikembangkan dengan pemberian

(35)

c. Observasi

Kegiatan pengamatan tindakan dilakukan untuk mengumpulkan data

tentang proses yang berupa perubahan kinerja dan hasil kegiatan pembelajaran.

Dalam tahap ini peneliti bersama guru mengumpulkan data dan temuan-temuan

selama proses pembelajaran dalam upaya merencanakan kembali

tindakan-tindakan yang akan dilakukan agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Sedangkan menurut Wiriaatmadja (2005:112) menyebutkan ada 3 jenis observasi :

1) Observasi Terfokus

Apabila penelitian ingin memfokuskan permasalahan kepada upaya-upaya guru

dalam membangkitkan semangat belajar siswa dengan memberikan respons

kepada pertanyaan guru, maka sebaiknya dilakukan Penelitian Tindakan Kelas

yang memfokuskan kepada meningkatkan kualitas bertanya.

2) Observasi Sistematik

Tentu para peneliti dapat saja merancang bentuk pengamatan beserta

kualifikasinya dengan kreatif, kemudian mendiskusikannya untuk mencapai

persetujuan bersama. Kemungkinan dalam membicarakan pengamatan sistematik

ada yang mengusulkan berbagai macam skala yang dapat dimanfaatkan dapat

situasi-situasi tertentu oleh guru, dilengkapi dengan ilustrasi detail dalam skala

interaksi. Pengamatan dengan menggunakan skala biasa disebut pengamatan kelas

secara sistematik (Hopkins, 1993:106).

3) Observasi Terstruktur

Dilakaukan peneliti dengan cara bertanya kepada siswa. Peneliti sebagi guru

mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa kemudian siswa menjawab.

Kemudian guru menjumlahkan jawaban sukarela, jawaban tidak sukarela,

jawaban yang benar, jawaban yang salah, dan jawaban yang tidak mengenai

pertanyaan atau sasaran.

d. Tahap Analisis dan Refleksi (Reflection)

Kegiatan refleksi ini merupakan penjelasan terhadap informasi yang

didapat dalam pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Dari hasil refleksi

(36)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pada pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran yang selanjutnya dikaji

oleh peneliti dan guru untuk mencari dan menguraikan informasi yang telah

terkumpul lalu mencari suatu hubungan anatar satu dengan yang lainya.

Kemudian peneliti menarik kesimpulan yang mantap sebagai sebagai bahan dasar

untuk merumuskan perencanaan tindakan yang baru untuk melaksanakan tindakan

berikutnya dalam proses pembelajaran agar sesuai dengan tujuan dan focus

pelajaran yang diharapkan.

Peneliti melakukan analisis dan refleksi hasil pembelajaran. Untuk

itu diperlukan memeriksa lembaran-lembaran pengamatan tentang hal apa saja

yang ditemukan di lapangan, mengkaji satuan pembelajaran dan mengkaji hasil

kegiatan guru dan siswa. Dari hasil tersebut maka dijadikan rekomendasi untuk

melakukan perbaikan atau untuk perencanaan siklus selanjutnya bila hasil dari

kegiatan siklus yang telah dilakukan kurang memuaskan.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur variabel yang

diteliti. Instrumen atau alat pengumpul data harus sesuai dengan tujuan

pengumpulan data. Sumber data dan jenis data yangakan dikumpulkan harus jelas.

Instrumen penelitian yang digunakan harus memenuhi persyaratan validitas

(kesahihan) dan reliabilitas (keterandalan), paling tidak ditinjau dari segi isinya

sesuai dengan variabel yang diukur. Prosedur pengembangan instrumen

pengumpul data perlu dijelaskan tentang proses uji coba, analisis butir tes, uji

kesahihan dan uji keterandalan. Dalam penelitian deskriptif instrumen yang sering

digunakan adalah angket (kuesioner), pedoman wawancara dan pedoman

pengamatan.

Instrumen yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini adalah :

1. Pengamatan (observasi)

Teknik pengamatan atau observasi dilakukan dengan cara mengamati

tingkah laku siswa atau obyek sedemikian rupa, diharapkan siswa atau obyek

(37)

Dalam melakukan pengumpulan data mengguna-kan teknik pengamatan

ada beberapa yang perlu diperhatikan. Pertama, tujuan yang yang ingin dicapai

harus ditetapkan lebih dahulu. Kedua, kegiatan pengamatan direncanakan secara

sistematis; mulai dari instrumen, pelaksanaan pengamatan, pencatatan sampai

dengan pengolahan hasil. Ketiga, perlu diperhati-kan reliabilitas, validitas dan

obyeltifitas instrumen. Keempat, meskipun teknik pengamatan bersifat kualitatif

dan subyektif, diusahakan diperoleh hasil yang kuantitatif dan obyektif.

Observasi yang dilakukan oleh penulis untuk mengetahui segala sesuatu

hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran pada siswa kelas V di

SDN Pangauban I dan alat yang digunakan merupakan lembar observasi aktivitas

guru dan siswa.

Berdasarkan tujuan dan cara pengamatan, dibedakan menjadi beberapa

teknik pengamatan: Pertama, pengamatan partisipatif. Dalam pengamatan

partisipatif ini, pengamat ikut terlibat dan mengambil bagia dalam kegiatan yang

dilakukan siswa atau obyek yang diamati. Misalnya, seorang guru ingin

mengetahui kesungguhan dan keaktifan siswa dalam suatu kegiatan belajar

mengajar permainan sepakbola; maka guru harus ikut terlibat langsung dalam

permainan sepakbola tersebut.

Selain itu ada cara pengamatan kuasi-partisipatif, yaitu pengamat harus

ikut terlibat langsung dalam kegiatan atau kadang-kadang hanya mengamati dari

luar kegiatan saja. Kedua, pengamatan sistematis. Sebelum melakukan

pengamatan, aspek-aspek yang akan diamati telah disusun dan diatur dalam suatu

struktur pengamatan berdasarkan katagori masalah yang akan diamati.

Aspek-aspek yang akan diamati dijabarkan dalam suatu instrumen pengamatan.

Misalnya, pengamatan tentang kemampuan kerjasama dalam bermain bola voli.

Maka dalam instrumen pengamat-an harus dijabarkan aspek-aspek tingkah laku

pemain bola voli yang merupakan indikator kemampuan kerjasama dalam

bermain, sehingga observer tidak akan kesulitan dalam memberikan nilai kepada

(38)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penilaian teknik dasar dan keterampilan bermain siswa pada dasarnya

membutuhkan kecermatan observasi pada saat permainan berlangsung. Untuk

mengumpulkan data, kali ini peneliti menggunakan instrumen penilaian

keterampilan bermain bola voli dengan menggunakan GPAI (Game Performance

Assessment Instrument) (Grifin dalam Hoedaya (2001:112):

Tabel 3.1

 Tepat mengambil keputusan terhadap posisi bola yang datang.

 Menempatkan diri di bawah jatuhnya bola.

 Mengarahkan bola pada daerah lawan yang tepat.

e. Mudah

 Hasil bola arah atau sasaran bola yang baik.

2. Sedang

 Mengarahkan bola pada posisi yang tepat.

 Menempatkan diri pada posisi yang tepat untuk memudahkan teman dalam memberikan bola yang baik.

(39)

6. Tehnik Pengumpulan Data, Faktor yang Diteliti, dan Analisis Data a. Tehnik pengumpulan Data

1) Sumber dan JenisData

a) Sumber Data : yang menjadi data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru.

b) Jenis Data : Jenis data yang didapat adalah data kualitatif yang terdiri dari :

(1). Hasil belajar.

(2). Rencana belajar.

(3). Data hasil observasi terhadap pelaksanaan.

(4). Jurnal.

(5). Photo kegiatan.

2) Cara Pengambilan Data

(a) Data hasil belajar diambil dengan memberikan tes kepada siswa.

(b) Mengumpulkan format hasil observasi dari setiap kegiatan pembelajaran pada

setiap siklus penelitian yang sudah dilaksanakan.

(c) Data tentang situasi pembelajaran pada saat dilaksanakan tindakan diambil dengan

menggunakan lembaran observasi.

(d) Data tentang refleksi diri danperubahan-perubahan yang terjadi dilapangan

diambil dari jurnal yang dibuat guru.

(e) Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan didapat

dari rencana pembelajaran dan lembar observasi.

b. Faktor yang diteliti:

1) Faktor Siswa: dengan melihat kemampuan siswa dalam menggunakan

pembelajaran melalui aktivitas bermain, maka siswa kelas V SDN Pangauban I

mempunyai suatu perubahan yang terencana, terarah sesuai dengan pemahaman

siswa soal permainan bola voli.

2) Faktor Guru: melihat cara mengajar guru dalam merencanakan

pembelajaran dan bagaimana pelaksanaan di lapangan, apakah sudah

mencakup pemberian latihan yang berjenjang sesuai dengan kemampuan siswa

(40)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu c. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui tahapan-tahapan

kategori data, validasi data, dan interpretasi data:

1) Kategori Data

Data mentah yang terkumpul dari hasil observasi dan wawancara menjadi

unit-unit dengan memperhatikan karakteristik data mentah. Dalam pengolahan data ini

pembelajaran modifikasi permainan bolavoli dapat dikategorikan sebagai aktivitas

siswa dalam pembelajaran Penjas.

2) Validasi Data

Suatu penelitian tindakan kelas yang baik dan terpercaya adalah penelitian yang

mengikuti kaidah-kaidah ilmiah dan metodologi yang sesuai dengan standar

ilmiah. Salah satu cara untuk melihat derajat kepercayaan suatu penelitian ialah

dengan melakukan validitas dan kredibilatas. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik validasi seperti triangulasi, member check, audit trail, dan

expert opinion. Triangulasi dilakukan dengan membandingkan hasil dari mitra

peneliti. Dalam hal ini seperti kepala sekolah, guru dan siswa. Tujuan

diadakannya triangulasi yaitu untuk memperoleh derajat kepercayaan yang

maksimal.

a) Member check dilakukakan dengan memeriksa kembali keterangan-keterangan

yang kita peroleh ketika melakukan observasi atau wawancara. Hal ini bertujuan

untuk mengecek apakah informasi yang selama ini kita peroleh tidak berubah atau

boleh dibilang dipastikan keajegannya.

b) Audit trail yaitu dimana peneliti memeriksa kembali metode atau prosedur yang

sudah ditembuh barangkali ada kesalahan-kesalahan. Selain itu peneliti juga

mengecek kembali catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti atau mitra peneliti.

Proses ini sendiri bisa dilakukan oleh kawan sejawat peneliti yang mempunyai

pengetahuan dalam hal penelitian tindakan kelas.

c) Expert Opinion ialah dimana peneliti meminta bantuan kepada orang-orang yang

dianggap ahli atau pakar dalam penelitian tindakan kelas untuk memeriksa semua

tahapan-tahapan yang sudah peneliti lalui. Dalam hal ini mereka akan

Gambar

Gambar 3.1  Kajian Berdaur 4 Tahap PTK
Gambar 3.2  (sumber: http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/model-ptk-3-model-spiral-
Gambar 3.4 Rancangan Penelitian Tindakan Model Kemmis & Taggart
Tabel 3.1 Format Observasi Keterampilan Permainan

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan kendala tersebut di atas Inspektorat Provinsi Riau sebagai salah satu Aparat Pengawasan Fungsional di Dae- rah Provinsi Riau berfungsi melaksanakan tugas

Berdasarkan keseluruhan variabel-variabel independen yang diuji secara individual dapat diketahui bahwa untuk model umum dari hasil uji F menunjukkan bahwa variabel

Nilai maksimal Juma:‖ miah Nasional Terakreditasi peringkat (l dan 2) Nasional Bahasa lnggris peringkat (3 dan 4) Nasional Bahasa lndonesia peringkat (5 dan 6) Nasiona:

PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA PADA BAGIAN UMUM DAN PENGADAAN SETDA KABUPATEN MUSI BANYUASIN TA. ZULPAN PADLI

Nilai SKT semua sapi Brahman dalam penelitian ini adalah >2,5 dan tampilan reproduksi sapi Brahman induk tidak dipengaruhi oleh perbedaan SKT pada saat

Kesimpulan kedua, semakin besar modal yang di konsumsi maka semakin besar pendapatan yang diterima oleh UMKM, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin

Trend hujan jangkamasa panjang diteliti dari segi trend hujan bulanan, musiman (monsun) dan tahunan bagi mengenalpasti variasi yang wujud dan punca yang mempengaruhinya.. Daerah

Perbezaan purata hujan bulanan yang cukup besar dalam tempoh bulan terawal dan terakhir bagi kedua-dua tahun sama sekali tidak memberi kesan kelewatan yang ketara dengan