(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mendapat Gelar Sarjana
Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Angga Putra Pratama
0807706
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAH RAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PERMAINAN BOLAVOLI PADA
SISWA KELAS V SDN PANGAUBAN I
KABUPATEN BANDUNG
Oleh
Angga Putra Pratama
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Angga Putra Pratama 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
NAMA : ANGGA PUTRA PRATAMA NIM : 08087706
JUDUL : IMPLEMENTASI MODIFIKASI PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS V SDN PANGAUBAN I KABUPATEN BANDUNG (Penelitian Tindakan Kelas)
Disetujui dan Disahkan Oleh :
Pembimbing 1
Dr. YUNYUN YUDIANA, M.Pd NIP. 19650614199001 1 001
Pembimbing II
CARSIWAN M.Pd NIP. 19710105200212 1 001
Mengetahui Ketua
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
i
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRAK
IMPLEMENTASI MODIFIKASI PERMAINAN BOLAVOLI
PADA SISWA KELAS V SDN PANGAUBAN I KABUPATEN BANDUNG
(PTK)
Angga Putra Pratama
ii ABSTRAK
IMPLEMENTASI MODIFIKASI PERMAINAN BOLAVOLI
PADA SISWA KELAS V SDN PANGAUBAN I KABUPATEN BANDUNG
(PTK)
Angga Putra Pratama
vi
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Cara Pemecahan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
G. Penjelasan Istilah ... 7
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 9
A. KAJIAN TEORETIS ... 9
1. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 9
2. Pendidikan Jasmani ... 11
a. Pendidikan Jasmani ... 11
b. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani ... 18
3. Permainan Bolavoli ... 22
a.Tehnik dasar Permainan Bolavoli ... 22
b. Prasarana Permainan Bolavoli ... 33
B. HIPOTESIS TINDAKAN ... 36
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 37
A. Prosedur Penelitian ... 37
1. Metode Penelitian ... 37
a. Latar Belakang PTK ... 37
b. Karakteristik PTK ... 42
2. Desain penelitian ... 46
3. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 48
4. Prosedur Penelitian ... 48
vii
Agung Putra Pratama, 2013
BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 63
A. Deskripsi ... 63
B. Hasil Observasi Awal ... 64
C. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ... 66
1. Hasil Pembelajaran Siklus I ... 73
2. Hasil Pembelajartan Siklus II ... 75
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 89
E. Diskusi Penemuan ... 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 93
A. Kesimpulan ... 93
B. Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA ... 95 LAMPIRAN-LAMPIRAN
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun dia berada. Pendidikan
sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang
dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul
diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di
samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Adapun beberapa
pengertian Pendidikan dari beberapa sumber yang penulis dapat diantaranya
dalam UU Sisdiknas no.20 tahun 2003, mengatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara
Sedangkan menurut Thomson dalam buku Konsep Dasar Pendidikan
Moral (1977:2) mengatakan: “Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas
individu untuk menghasilkan perubahan yang tepat didalam kebiasaan tingkah
lakunya, pikiranya dan perasaannya”.
Dalam perjalananya pendidikan memiliki beberapa cabang keilmuan salah
satunya adalah Pendidikan Jasmani. Pendidikan jasmani merupakan suatu bidang
kajian yang luas.Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia pendidikan
jasmani berkaitan dengan hubungan manusia dan wilayah pendidikan lainnya.
Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang
berkepentingan dengan perkembangan total manusia. Dalam hal ini ada beberapa
pendapat para ahli tentang arti dari pendidikan jasmani, Menurut Nash (1948:52)
dalam Harsuki dan Elias (2003:22) mengatakan bahwa: “pendidikan jasmani
Sedangkan Suherman dan Mahendra (2001:9) mengemukakan bahwa: “pendidikan jasmani pada dasarnya merupakanpendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individusecara menyeluruh”. Pada
dasarnya pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran disekolah yang berisikan
aktivitas olahraga . Namun pada saat pelaksanaanya pendidikan jasmani tidak
memiliki karakteristik untuk memberikan pengalaman gerak yang banyak bagi
siswa. Pendidikan jasmani lebih cenderung menjadi aktivitas jasmani yang di
lakukan di lingkungan lembaga pendidikan. Saat ini pada kenyataanya banyak
siswa yang kurang berminat terhadap mata pelajaran pendidikan jasmani, mereka
memiliki anggapan bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani itu sangat
melelahkan dan tidak menarik. Tugas kita sebagai calon guru pendidikan jasmani
harus lebih peka melihat kondisi siswa pada saat ini agar dapat mengemas
pelajaran pendidikan jasmani ini lebih menarik dan siswa pun lebih berminat
untuk melakukan tugas gerak yang kita perintahkan. Banyak metode atau cara
yang dapat digunakan untuk membuat suasana belajar menjadi lebih aktif, kreatif,
dan inovatif salah satunya adalah dengan cara memodifikasi salah satu aspek yang
ada dalam aktivitas gerak yang akan diberikan kepada peserta didik.
Melihat permasalahan tersebut peneliti memiliki satu cara untuk
meningkatkan keterlibatan siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
yaitu dengan cara memperkenalkan permainan yang menyerupai permainan yang
sesunggguhnya atau biasa disebut like game. Permainan bolavoli merupakan salah
satu permainan yang berkaitan dengan pendidikan jasmani itu sendiri, yang
dimana bolavoli popular di kalangan masyarakat dunia khususnya Indonesia.
Masyarakat tentunya sangat mengenal sekali olahraga ini dikarenakan bolavoli
bisa dimainkan oleh siapa saja dan tentu dapat dengan mudah dipelajari oleh siapa
saja. Tempat bermain bola voli pun sebenarnya bisa dilakukan dimana saja yang
memiliki tanah lapang dan menggunakan peralatan seadanya, karena prinsip
bermain voli itu sendiri memantulkan bola menggunakan tangan melewati net. Di
dalam ruang lingkup pendidikan bolavoli ini merupakan salah satu olahraga yang
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK).
Akan tetapi materi yang di berikan terlihat sangat monton, masih banyak
siswa yang menunggu giliran untuk melakukan tugas gerak yang diintruksikan
oleh guru dan tidak memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada. Mengenai
peraturan itu bisa di sesuaikan dengan kondisi di lapangan. Pada kesempatan kali
ini penulis akan mencoba meneliti tentang permaian bolavoli di sekolah dan
kendala-kendala apa saja yang terjadi saat pembelajaran itu berlangsung serta cara
pemecahan masalahnya.
Pada saat pembelajaran bolavoli di sekolah terutama siswa Sekolah Dasar
pasti akan menemui beberapa kendala diantaranya adalah keterampilan gerak
motorik anak yang masih kurang, kecenderungan siswa yang takut menggunakan
bolavoli yang sebenarnya dikarenakan keras, dan lapangan yang digunakan
menyulitkan siswa apabila menggunakan lapang dan peraturan yang
sesungguhnya. Sekolah menjadi salah satu tempat dimana olahraga bolavoli bisa
dilakukan, biasanya setiap sekolah memiliki 1 lapangan voli yang bisa digunakan
untuk berbagai macam olahraga lainya seperti sepak bola, basket, ataupun bulu
tangkis. Tetapi pada kenyataanya tidak semua sekolah memiliki fasilitas lapangan
yang cukup memadai, seperti di SDN Pangauban I yang akan diteliti oleh peneliti,
sekolah ini tidak memiliki sarana olahraga yang cukup memadai hanya memiliki
satu lapang kecil yang biasa dipakai untuk melakukan upacara bendera sehingga
tidak bisa digunakan untuk melakukan aktivitas pendidikan jasmani. Setiap mata
pelajaran pendidikan jasmani seluruh siswa diarahkan ke gedung olahraga di
dekat sekolah untuk melakukan aktivitas jasmani dan siswa diharuskan membayar
untuk menyewa gedung olahraga tersebut.
Situasi pembelajaran di kelas V SDN Pangauban I ini kurang merangsang
minat belajar atau tidak meningkatkan kemampuan siswa bermain ini disebabkan
oleh sarana dan prasarananya yang dirasakan kurang untuk tingkat sekolah dasar
pada umumnya dan yang paling sering kita jumpai yaitu pendekatan tradisional
latihan-latihan dan pengulangan gerakan yang lebih menekankan pada tehnik
bermain suatu cabang olahraga bukan pada aktivitas gerak motorik siswa.
Pada kelas V di SDN Pangauban 1 ini memasuki usia yang harus banyak
bergerak agar kemampuan gerak motorik anak bisa semakin diasah, melalui
berbagai macam permainan yang tidak mengarah ke drill atau gerakan
berulang-ulang sehingga terjadi kejenuhan dalam proses pembelajaran yang biasa dilihat
pada proses-proses pembelajaran pendidikan jasmani disekolah-sekolah. Biasanya
dalam proses pembelajaran di kelas V SDN Pangauban 1 ini siswa hanya latihan
servis atau pasing saja dalam materi olahraga permainan bolavoli, dengan
pemberian materi seperti itu akan membuat siswa merasa bosan dan jenuh karena
siswa melakukan gerakan yang itu-itu saja dan tidak didukung oleh prasarana
yang memadai seperti bola sehingga siswa harus menunggu giliran yang lama
setelah melakukan gerakan, apalagi yang dihadapi siswa adalah sekolah dasar
yang memiliki karakteristik masih senang bermain dengan tanpa peraturan yang
baku. Dengan adanya rasa bosan atau jenuh akan memberikan imbasnya pada
siswa tidak bersemangat bahkan merasa malas dalam mengikuti pelajaran bola
voli. Oleh sebab itu bila permasalahan ini tidak segera diatasi maka hasil belajar
siswa pun tidak kompetitif.
Untuk memecahkan permasalahan ini maka pendekatan melalui cara
modifikasi permainan adalah hal yang tepat diberikan karena bisa mengakomodir
kebutuhan dan minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran bola voli.
Disini penulis mencoba memecahkan bagaimana memperbaiki keterampilan gerak
motorik di Kelas V SDN Pangauban 1 terhadap materi permainan bolavoli yang di
modifikasi menggunakan bola karet soft, lapang voli yang di modifikasi serta
peraturan yang dimodifikasi.
Karena dengan menggunakan bola yang lebih ringan dan lembut siswa
kelas V SDN Pangauban 1 tidak akan takut untuk mengikuti pembelajaran
bolavoli dan akan menambah minat dalam materi pembelajaran permainan bola
voli sehingga keterampilan permainan bolavoli bisa diasah menggunakan bola
karet soft tersebut. Lapanganpun menjadi salah satu aspek yang sangat penting
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
akan sangat menyulitkan bagi siswa karena lapangan yang sesungguhnya sangat
luas dan jika siswa sekolah dasar bermain enam lawan enam akan sangat kesulitan
untuk memanage tempat, berbeda halnya dengan siswa SMA yang gerak
motoriknya sudah lebih tinggi dibandingkan siswa sekolah dasar. Bila bermain
dengan peraturan yang sesungguhnya siswa kelas V SDN Pangauban I juga akan
sangat kesulitan karena akan sulit untuk melakukan tiga kali sentuhan lalu
melewatkan bola ke daerah lapangan lawan jika gerak motorik siswa sekolah
dasar itu masih dirasa sangat kurang sehingga akan lebih baik menggunakan
peraturan yang dibuat oleh guru itu sendiri agar siswa merasa permainan bolavoli
lebih mudah jika menggunakan peraturan yang dibuat oleh guru, peraturan yang
dibuatpun harus dilihat dari kondisi gerak motorik siswa sehingga kita bisa
menyesuaikan peraturan bolavoli yang di modifikasi dengan gerak motorik siswa.
Diharapkan dengan menggunakan permainan bolavoli yang di modifikasi siswa
dapat melakukan tugas gerak yang diberikan. Maka dari itu penulis mencoba
untuk meneliti masalah yang ada di siswa kelas V Sekolah Dasar Pangauban I,
dengan membuat satu penelitian tindakan kelas dengan judul Implementasi
Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I
B. Identifikasi Masalah
Melihat dari latar belakang yang terjadi, maka penulis mengidentifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kemampuan dasar siswa dalam melakukan permainan bolavoli di
kelas V SDN Pangauban I ?
2. Apakah hambatan yang dialami oleh siswa kelas V SDN Pangauban I dalam
melakukan pembelajaran permainan bolavoli?
3. Upaya apa saja yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani dalam
mengembangkan materi pembelajaran bolavoli bagi siswa kelas V SDN
Pangauban I ?
4. Bagaimana tingkat keterampilan bermain bolavoli siswa kelas V SDN
5. Bagaimana menerapkan modifikasi permainan bolavoli pada siswa kelas V
SDN Pangauban I ?
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang dihadapi, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut: “Bagaimana menerapkan modifikasi permainan
bolavoli pada siswa kelas V SDN Pangauban I” ?
D. Cara Pemecahan Masalah
Merujuk pada rumusan masalah yang dihadapi di sekolah tersebut
penulis memiliki gagasan untuk memodifikasi alat atau media. Media yang di
gunakan pada pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pembelajaran
olahraga permainan bolavoli. Pada siswa kelas V di SDN Pangauban 1 jika
guru menggunakan alat pembelajaran yang sesungguhnya maka siswa akan
sedikit takut untuk melakukan tugas gerak yang di intruksikan menggunakan
bolavoli yang sesungguhnya, dikarenakan bolavoli yang sesungguhnya sangat
keras dan berat yang tentunya siswa Sekolah Dasar akan merasa sakit jika
harus memakai bola yang sesungguhnya.
Dalam hal ini siswa diharapkan mampu mengikuti semua bentuk
intruksi yang diberikan oleh guru, dengan adanya berbagai bentuk modifikasi
seperti modifikasi alat, lapangan, serta peraturan permainan sehingga siswa
tidak akan kesulitan untuk melakukan tugas gerak yang diintruksikan oleh
guru. Penulis memiliki ide untuk memodifikasi bolavoli tersebut diganti
dengan bola karet soft yang lebih ringan dari bola yang sesungguhnya agar
siswa dapat melakukan tugas gerak tanpa merasakan rasa sakit di tangan di
karenakan bola plastik atau bola karet bebanya sangat ringan. Peraturan
permainan pun dimodifikasi sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk
siswa dalam melakukan aktivitas permainan bolavoli. Berbagai permainan
yang mengarah ke aktivitas bolavolipun sebaiknya diterapkan agar siswa tidak
merasa bosan dan jenuh terhadap materi yang diberikan oleh guru yang
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
gerakan yang berulang-ulang sehingga siswa cepat merasa bosan, sebaiknya
materi tehnik dasar diselingi dengan permainan-permainan yang mengarah ke
permainan bolavoli itu sendiri.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian kelas ini adalah :
Siswa dapat melakukan aktivitas permainan bola voli dengan menggunakan
alat yang di modifikasi.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat member manfaat yang bermakna antara
lain:
1. Untuk Siswa
Siswa bisa mengetahui bahwa alat modifikasi bisa juga digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar.
2. Untuk Guru
Merangsang guru untuk lebih kreatif jika pada suatu saat sarana dan prasarana
tidak mendukung untuk dilakukanya proses belajar mengajar.
G. Penjelasan Istilah
1. Pendidikan Jasmani ialah sebagian daripada program pendidikan yang
menyeluruh, yang memberi sumbangan pada asasnya melalui
pengalaman-pengalaman pergerakan kepada perkembangan dan pembangunan keseluruhan
kanak-kanak menurut Dauer (1995:1) dalam Heri (2009)
2. Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan
rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi,
sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri menurut
3. Modifikasi
Modifikasi adalah cara merubah bentuk sebuah barang dari yang kurang
menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya,serta
menampilkan bentuk yang lebih bagus dari aslinya.
4. Peserta Didik
Peserta didik adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang
selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia
yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu
komponen pendidikan, peserta didik dapat ditinjau dari berbagai pendekatan,
antara lain: pendekatan social, pendekatan psikologis, dan pendekatan
edukatif/pedagogis.
5. Bermain menurut Mulyadi (2004), secara umum sering dikaitkan dengan
kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian
bermain :
a. Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak.
b. Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik.
c. Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas
dipilih oleh anak.
d. Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak.
e. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan
bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa,
perkembangan sosial dan sebagainya.
6. Bolavoli
Permainan bola voli merupakan suatu permainan yang kompleks yang
tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Sebab, dalam permainan bola voli
dibutuhkan koordinasi gerak yang benar-benar diandalkan untuk melakukan
semua gerakan yang ada dalam permainan bolavoli.
Dalam permainan bolavoli ada beberapa teknik dasar yang harus dikuasai.
Teknik-teknik dalam permainan bolavoli terdiri atas servis, passing bawah,
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. PROSEDUR PENELITIAN 1. Metode Penelitian
Suatu Penelitian akan berhasil dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan, jika dalam proses penelitian menggunakan metodologi
yang tepat dengan sistematika tertentu, Soelaeman Joeseof dan Slamet Santoso
(1981:38) mengemukakan bahwa, “Metode adalah suatu kerangka kerja dan dasar-dasar digunakanya cara-cara yang khusus”. Metode merupakan satu jalan
untuk mencapai satu tujuan. Dengan demikian dalam suatu penelitian dibutuhkan
satu metode yang tepat sebagai acuan penelitian untuk mencapai satu tujuan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Permasalahan dalam penelitian ini bertujuan bagaimana
mengatasi kesulitan-kesulitan yang terjadi di lapangan, khususnya dalam
pembelajaran bola voli di sekolah dasar. Penelitian ini berangkat dari
permasalahan yang timbul dalam pendidikan jasmani. Penulis berkeinginan untuk
memperbaiki pembelajaran penjas pada pemahaman bermain bola voli. Agar tidak
salah dalam melakukan tindakan penelitian penulis mempersiapkan diri tentang
apa itu penelitian tindakan kelas, latar belakang, karakter dan prosedur yang harus
ditempuh.
a. Latar Belakang PTK
Akhir-akhir ini pendapat kalangan pendidikan mengenai pemanfaatan
penelitian untuk perbaikan kualitas pendidikan mulai berubah. Dengan makin
mantapnya psikologi kognitif yang mengedapankan asas konstruktivisme dan
dihayatinya hak dan kewajiban setiap pihak untuk berperan serta dalam
upaya-upaya perbaikan pendidikan, maka dirasa perlu untuk menemukan pendekatan
Para guru tidak lagi cukup dianggap sebagai sekedar penerima
pembaharuan yang telah tuntas dikembangkan “diatas”, melainkan ikut
bertanggung jawab dan oleh karena itu berperan serta aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dan keterampilanya sendiri melalui penelitian
tindakan yang dilakukan terhadap proses pembelajaran yang dikelolanya.
Sebagaimana telah diisyaratkan, yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa
pengetahuan yang paling berpengaruh langsung yang memicu dalam perubahan
perilaku termasuk tindakan guru dalam mengelola pembelajaran adalah
pengetahuan yang dibangun sendiri oleh pelaku tindakan. Pendekatan penelitian
tindakan yang berbasis kelas atau sekolah seperti itu bida disebut juga dengan
Penelitian Tindakan Kelas atau disingkat menjadi PTK telah biasa dilakukan
terhadap proses pembelajaran di luar negeri.
Bagi pendidikan di sekolah diperoleh kemanfaatan berupa perbaikan
praksis yang meliputi penanggulangan berbagai permasalahan belajar yang
dialami siswa baik yang diajar oleh guru sebagai pelaku PTK maupun siswa lain
pada umumnya, seperti kesalahan konsep dalam mata pelajaran,
kesulitan-kesulitan mengajar yang dialami oleh guru baru.
Sebenarnya PTK itu bersifat relatif. Artinya, dalam proses penelitian itu
kita sebagai guru sekaligus peneliti selalu memikirkan apa dan mengapa suatu
dampak tindakan terjadi di kelas. Berdasarkan pemikiran itu, kita dapat mencari
pemecahannya melalui tindakan-tindakan pembelajaran suatu materi
pembelajaran.Untuk lebih memahami PTK, di sini saja kemukakan beberapa
pendapat yang mendefinisikan :
PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional
Berdasarkan pendapat di atas, secara garis besar dapat kita definisikan
bahwa PTK merupakan beberapa bentuk diantaranya :
1) bentuk kajian yang sistematis-reflektif
2) dilakukan oleh pelaku tindakan (guru)
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sebagaimana telah diisyaratkan PTK dapat dilakukan untuk
menyelesaikan bermacam-macam permasalahan yang muncul di dalam
kelas/sekolah, sebagai contoh seorang guru mungkin menghadapi berbagai
permasalahan dalam pelaksanaan tugasnya-tugasnya dari hari ke hari seperti
meningkatkan motivasi belajar murid, menerapkan berbagai macam metoda dalam
suatu proses belajar mengajar, mengembangkan pendekatan-pendekatan baru
dalam memenuhi kebutuhan individual siswa yang berbeda-beda Pengupayaan
pencapaian tujuan-tujuan perbaikan itu perlu di eksplorasi fisibilitasnya,
posibilitasnya, dan kepraktisanya. Dengan PTK guru dapat menganalisis
permasalahan apa yang terjadi dalam proses pembelajaran dan menemukan jalan
keluar untuk permasalahan tersebut.
Dalam literature bahasa inggris PTK disebut dengan classroom action
research . Saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di Negara-negara
maju, para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini menaruh perhatian yang
cukup besar terhadap PTK. Apabila dicermati penelitian ini mampu menawarkan
pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam
bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses
belajar mengajar di kelas atau implementasi berbagai program di sekolahnya
dengan mengkaji berbagai indicator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran
yang terjadi pada siswa dan hasil implementasi berbagai program sekolah .
Setelah memiliki pemahaman yang sama tentang PTK para dosen bersama guru
seharusnya menitikberatkan perhatian mereka pada masalah penelitian dan
prosedur PTK .
Pengertian PTK atau action research telah mulai berkembang sejak perang
dunia kedua. Akibatnya banyak terdapat sekali definisi – definisi satu dengan
yang lainya sangat mirip sehingga akan menyulitkan untuk kita mempelajari satu
dengan yang lainya. Salah satu definisi tersebut adalah yang dikemukakan oleh
Stephen Kemmis yang di kutip dalam D.Hopkins dalam bukunya yang berjudul A
Teacher’s Guide To Classroom Research, Bristol, PA Open University Press,
… a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (Including Educational) situation in order to improve the rationality and justice of
(a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these
practice , and (c) the situations in which practice are carried out.
Dari pengertian diatas dapat di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
yang berarti :
… Suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang
dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) yang memperbaiki rtasionalitas dan kebenaran dari (a) praktek-praktek social atau praktek pendidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka tentang praktek-praktek tersebut (c) situasi di tempat praktek itu dilaksanakan .
Dari uraian diatas dapat kita dapat mencermati pengertian PTK secara
lebih rinci dan lengkap. Secara singkat PTK dapat didefinisikan sebagai suatu
kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan,yang dilakukan untuk
meningkatkan rasionalitas dari tindakan-tindakan mereka saat mengerjakan tugas .
PTK itu dilaksanakan berupa tugas proses pengkajian berdaur (cyclical) yang
terdiri dari 4 tahap (gambar 3.1)
Gambar 3.1
Kajian Berdaur 4 Tahap PTK
Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang mencangkup analisis,
sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan terhadap proses serta hasil
tindakan tadi, biasanya muncul permasalahan atau pemikiran baru yang perlu
mendapat perhatian, sehingga pada giliranya perlu dilakukan perencanaan ulang,
tindakan ulang, dan pengamatan ulang, serta diikuti pula dengan refleksi ulang.
MERENCANAKAN MELAKUKAN
TINDAKAN MENGAMATI
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Demikianlah tahap-tahap kegiatan ini terus berulang sampai suatu
permasalahan dianggap teratasi untuk kemudian biasanya diikuti oleh kemunculan
permasalahan lain yang juga harus diperlakukan serupa. Keempat fase dari suatu
siklus dalam sebuah spiral PTK seperti di gambar 2.2 berikut :
Gambar 3.2
(sumber: http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/model-ptk-3-model-spiral-dari-kemmis.html)
Secara mendetail Kemmis dan Taggart menjelaskan tahap-tahap penelitian
tindakan kelas yang dilakukannya. Pada bagian awal yaitu identifikasi masalah,
permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi bertanya kepada siswa dalam
pembelajaran sains. Keputusan ini timbul dari pengamatan tahap awal yang
menunjukkan bahwa siswa belajar sains dengan cara menghafal dan bukan dalam
proses inkuiri.
Lanjut pada tahap perencanaan, fokus permasalahan diputuskan untuk
menyusun strategi bertanya untuk mendorong siswa untuk menjawab pertanyaan
sendiri. Pada kotak tindakan (action), mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami, dan
Pada kotak pengamatan (observe), pertanyaan-pertanyaan dan
jawaban-jawaban siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Pengamat juga membuat catatan dalam lembar-lembar observasi yang telah
mereka sediakan. Dalam kotak refleksi (reflect), ternyata kontrol kelas yang
terlalu ketak menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak
mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki.Pada siklus berikutnya,
perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam bentuk mengurangi
pernyataan-pernyataan guru yang bersifat mengontrol siswa, agar strategi bertanya dapat
berlangsung dengan baik. Pada tahap tindakan siklus kedua hal itu dilakukan.
Pelaksanaannya dicatat dan direkam untuk melihat pengaruhnya terhadap perilaku
siswa.
b. Karakteristik PTK
PTK bercirikan perbaikan praksis pembelajaran dari dalam, kolaboratif,
dan reflektif. Permasalahannya sekarang, ada banyak guru yang telah melakukan
PTK itu secara alami, akan tetapi belum sistematis dan menemui jalan buntu saat
ingin membuat sebuat laporan catatan penelitian yang ia lakukan serta
menuliskannya dalam bentuk karya tulis ilmiah yang tentunya dapat dijadikan
bahan sebagai pengembangan profesi guru itu sendiri. PTK berbeda dari
penelitian formal, PTK menerapkan metodologi yang bersifat lebih longgar dalam
artian tidak terlalu memperhatikan pembakuan instrumentasi. Pengumpulan data
tetap dilakukan dengan menekankan obyektifitas sedangkan imparsialitas
dipegang teguh sebagai acuan dalam analisis serta interpreasi data.
Disini akan di paparkan beberapa karakteristik dari PTK yang
membedakan dengan penelitian formal , diantaranya adalah sebagai berikut :
1) An Inquiry on Practice from Within
Karakteristik yang pertama dari PTK adalah bahwa kegiatan tersebut
dipicu oleh permasalahan praktis yang dihayati dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari oleh guru sebagai pengelola program pembelajaran di kelas atau sebagai
jajaran staf pengajar di suatu sekolah. Dengan kata lain PTK itu bersifat practice
driven dan action, dalam arti bahwa PTK itu bertujuan memperbaiki praksis
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(practical Inquiry). Ini berarti bahwa PTK itu memusatkan perhatian pada
permasalahan yang spesifik-kontekstual sehingga tidak terlalu menghiraukan
kerespresentivan sampel, karena berbeda dari penelitian formal. Secara Visual
perbedaan tujuan tujuan diantara kedua jenis penelitian digambarkan pada gambar
3.3 berikut :
Discover Improve
And Verify Practice here
Knowledge and Now
FORMAL
RESEARCH CLASSROOM
ACTION RESEARCH
Gambar 3.3
Perbedaan hakiki antara penelitian formal dan PTK (Raka Joni, 1998)
Selanjutnya juga berbeda dari penelitian formal, PTK menerapkan
metodologi yang bersifat “longgar” dalam arti tidak terlalu memperhatikan
pembakuan instrumentasi. Namun di pihak lain sebagai kajian yang taat kaidah
pengumpulan data tetap dilakukan dengan menekankan obyektivitas, sedangkan
imparsialitas dipegang teguh sebagai acuan dalam analisis serta interpretasi data.
Dengan kata lain, sebagaimana penelitian formal PTK pun dilancarkan bukan
untuk mengemukakan pembenaran diri, melainkan untuk mengungkapkan
pembenaran meskipun jangkauan keterterapanya lebih terbatas.
Oleh karena itu, McManiff (1992:9) menekankan bahwa dengan dan
dalam PTK guru terbiasakan menyambut tantangan peningkatan kinerjanya
yang baru. Dengan demikian tindakan-tindakan dalam PTK juga memicu dan
memacu pertumbuhan dalam jabatan bagi guru sehingga dapat dikatakan bahwa
PTK berpijak pada dua landasan yaitu Involment dan Improvment.
2) A Collaborative Effort Between School Teacher and Teacher Educators
Karena dosen PTK tidak memiliki akses langsung, maka PTK
dilaksanakan dengan cara kolaboratif dengan guru yang kelasnya dijadikan
kancah PTK. Sebagaimana telah diisyratkan dalam butir terdahulu hal ini
dilakukan karena yang “memiliki” kancah itu adalah guru yang bersangkutan
sehingga para dosen PTK yang akan melakukan PTK di kelas tersebut seharusnya
marasakan kebutuhan untuk melakukan PTK, tidak memiliki akses kepada kancah
dalam peran sebagai praktisi.
Oleh karena itu ciri kolaboratif ini harus secara konsisten tertampilkan
sebagai kerjasama kesejawatan dalam keseluruhan tahapan penyelanggaraan PTK,
mulai dari identifikasi permasalahan sampai diagnosis keadaan, perancangan
tindakan perbaikan, sampai dengan pengumpulan serta analisis data dan refleksi
mengenai temuan disamping dalam penyusunan laporan.
Bonus yang dapat dipetik dari penyelengaraan PTK secara efektif adalah
dibangunya mekanisme serta tradisi interaksi kesejawatan yang lebih luas antara
dosen PTK dengan guru, dan dibangunya jembatan anytara LPTK dengan
Sekolah, antara kampus dengan lapangan, demi keuntungan kedua belah pihak
yang bermuara kepada keuntungan kedua belah pihak yang berakhir pada
keuntungan pendidikan putra – putri bangsa.
3) A Reflective Practice, Made Public
Apabila dicermati lebih jauh, keterlibatan dosen dalam PTK bukanlah
sebagai ahli pendidikan yang tengah mengemban fungsi sebagai pembina guru
SM, atau sebagai pengembang pendidikan, melainkan sebagai sejawat disamping
sebagai pendidik calon guru yang seyogyanya memiliki kebutuhan untuk belajar
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dalam rangka hubungan ini guru yang berkolaborasi dalam PTK harus
mengemban tugas ganda, yang sebagaimana telah diisyratakan sebelumnya
apabila terlaksana dengan baik, maka Exercise ini akan memberi urunan nyata
bagi terbentuknya kultur meneliti di kalangan guru. Ini juga berarti bahwa
pelecehan profesi dalam bentuk jasa borongan untuk “membuat daftar angka kredit” dalam rangka proses kenaikan pangkat fungsional guru yang menggejala belakangan ini dapat diakhiri untuk selama-lamanya.
Berdasarkan pendapat Kemis, Stephen dalam D. Hopkins (1992)
mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah:
“action research is a form of self reflective inquiry undertaken by participants in a social (including educational) situation inorder to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational pratices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situations in which practices are carried out”
Bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti :
“penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktek-praktek sosial atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka terhadap praktek-praktek tersebut, (c) situasi di tempat praktek itu dilaksanakan”
Adapun pendapat ahli yang lain jika peneletian tindakan kelas diterapkan
dikelas yaitu menurut Hardjodipuro (1997:7) adalah :
Action Research adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktek belajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktek belajarnya tersebut, dan agar mau merubahnya. Action Research bersifat partsipatif karena melibatkan guru dalam peneltianya sendiri, dan kolaboratif karena melibatkan orang lain sebagai bagian dari suatu penelitian yang hasilnya akan dinikmati bersama
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas Penelitian Tindakan Kelas
merupakan suatu upaya guru atau praktisi dalam kegiatan dengan melakukan
tindakan-tindakan alternatif untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu
pembelajaran di kelas. Guru akan menemukan permasalah dalam proses
Penelitian Tindakan Kelas sebagai penelitian praktis yang langsung
berhubungan dengan tugas guru di lapangan dengan tujuan memperbaiki dan
meningkatkan mutu pembelajaran dikelas.
Penelitian Tindakan kelas yang dikemukakan Sa’ud (2006:45) bahwa, “Setiap satu siklus tindakan memuat langkah-langkah membuat rencana tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi”. Kesemua tahapan itu dilakukan setelah melakukan observasi awal untuk memperoleh gambaran mengenai
keterlibatan siswa dalam pembelajaran penjas.
Apabila melihat kebelakang penelitian tindakan kelas ini bermula dari
penelitian yang dilakukan oleh Kurt Lewin sekitar tahun 1940-an pada waktu itu
diterapkan dalam penelitian di bidang sosial dan ekonomi. Dalam
perkembangannya pada tahun 1952 munculah nama Stephen Corey, memakai
model penelitian tindakan kelas untuk meneliti dalam dunia pendidikan.
Menurutnya, dengan penelitian tindakan kelas perubahan dapat dilaksanakan dan
dirasakan oleh semua praktisi. Selanjutnya disusul tahun 1967 ada nama
Lawrence Steen House melakukan suatu proyek di Inggris yang menekankan
pentingnya percobaan kurikulum dan pentingnya pengembangan kurikulum.
Kemudian munculah istilah “the teacher as researcher” atau guru sebagai peneliti.
Tak lama kemudian muncul proyek yang diberi nama Ford Teaching Project yang
dipimpin oleh Elliot dan Clem Adelman (Hopkins, 1993:32).
2. Desain Penelitian
Pandangan penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan model Kemis dan Mc Taggart. Konsep penelitian ini terdiri dari 4
komponen yaitu plan (perencanaan), act (tindakan), observe (pengamatan), dan
reflect (refleksi).
Dalam penelitian kali ini penulis akan menggonakan model yang
dirancang oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan siklus dasar Model
yang dikemukakan Kemmis & Taggart merupakan pengembangan lebih lanjut
dari model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak ada perbedaan yang prinsip antara
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Model ini banyak dipakai karena sederhana dan mudah dipahami.
Rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup sejumlah siklus, masing-masing
terdiri dari tahap-tahap: perencanaan (plan), pelaksanaan dan pengamatan (act &
observe), dan refleksi (reflect). Tahapan-tahapan ini berlangsung secara
berulang-ulang, sampai tujuan penelitian tercapai. Dituangkan dalam bentuk gambar,
rancangan Kemmis & McTaggart akan tampak sebagai berikut:
G
Gambar 3.4
Rancangan Penelitian Tindakan Model Kemmis & Taggart
(sumber: http://jeperis.wordpress.com/2009/02/17/pengantar-penelitian-tindakan-kelas/)
Langkah pertama pada setiap siklus adalah penyusunan rencana tindakan.
Tahapan berikutnya pelaksanaan dan sekaligus pengamatan terhadap pelaksanaan
tindakan. Hasil pengamatan kemudian dievaluasi dalam bentuk refleksi. Apabila
hasil refleksi siklus pertama menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan belum
memberikan hasil sebagaimana diharapkan, maka berikutnya disusun lagi rencana
untuk dilaksanakan pada siklus kedua. Demikian seterusnya sampai hasil yang
3. Lokasi dan Subyek Penelitian a. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Pangauban I Kabupaten Bandung. Penentuan lokasi ini diharapkan memberikan kemudahan
terhadap peneliti dimana lokasi Penelitian dekat dengan tempat tinggal peneliti
dan khususnya mengenai pengenalan lingkungan sekolah yang berhubungan
dengan peserta didik sebagai subyek penelitian atau menyangkut anggota yang
akan membantu dalam kegiatan penelitian. Mengingat dalam penelitian tindakan
kelas ini kepala sekolah, guru-guru yang akan memberikan pemecahan terhadap
masalah dalam kegiatan dari mulai perencanaan, observasi, refleksi dan revisi.
b. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah upaya meningkatkan keterampilan teknik
dasar bermain bolavoli melalui Modifikasi Permainan bolavoli. Penelitian ini
hampir berkenaan dengan semua aspek yang terkait dengan proses pembelajaran
permainan bolavoli, walaupun didominasi oleh perubahan yang dialami siswa
tetapi perilaku guru dalam mengajar tidak lupa penulis jadikan bahan perhatian
sebagai bagian dari data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian. Pada penelitian ini saya memilih kelas V di SDN Pangauban I yang
berjumlah 32 orang siswa. Sedangkan waktu penelitian kurang lebih selama 1
bulan antara bulan Desember 2012 hingga bulan Januari 2013 dengan jumlah
pertemuan empat kali yang terdiri dari beberapa tindakan dalam dua siklus.
Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai guru, yang terjun langsung
untuk memberikan pembelajaran yang di bantu oleh guru yang lainnya sebagai
mitra dan observer penelitian berlangsung.
4. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas terdiri dari beberapa siklus. Setiap
siklus dilakukan sesuai dengan perubahan yang ingin diperoleh, seperti yang
sudah didesain diawal. Untuk melihat kemampuan awal dalam bermain bolavoli,
siswa diberikan beberapa permainan yang mengarah ke tehnik dasar bolavoli
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
memahami tugas gerak yang diberikan oleh guru dan untuk dijadikan bahan
evaluasi. Observasi awal dilaksanakan untuk mengetahui tindakan apa yang cocok
kita berikan terhadap mereka dalam rangka peningkatan pemahaman bermain
bolavoli.
Dari evaluasi dan observasi awal, maka dalam refleksi ditetapkan bahwa
tindakan yang dipakai untuk meningkatkan kemampuan maksimal adalah dengan
melakukan modifikasi permainan bolavoli baik modifikasi peraturan, peralatan,
dan lain sebagainya. Dari refleksi awal yang digunakan sebagai tolak ukur, maka
dilaksanakanlah Penelitian Tindakan Kelas, prosedurnya sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan (Planning)
Rencana tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini
berdasarkan atas keterlibatan siswa dalam aktivitas belajar pendidikan jasmani
melalui proses pembelajaran bolavoli di SDN Pangauban 1 Kabupaten Bandung.
Pelaksanaanya dilakukan dengan cara kolaborasi dengan guru di sekolah, serta
mempersiapkan segala sesuatu yang mendukung terhadap peneletian ini termasuk
didalamnya sarana dan prasarana. Dalam perencanaan tahapan yang dilakukan
adalah :
1) Membuat RPP (Rencana pelaksanaan pembelajaran)
2) Menentukan bahan materi pokok yang akan disampaikan pada saat
pelaksanaan kegiatan dari hasil konfrensi dengan guru pendidikan jasmani di
sekolah.
3) Mempersiapkan sarana dan fasilitas pendukung yang kita perlukan
dilapangan.
4) Membuat lembaran observasi pengamatan untuk siswa dan pendamping
mulai dari tahap pendahuluan sampai penutup. Setiap bagian demi bagian
kita observasi, agar mengetahui kelemahan-kelemahan dan
kelebihan-kelebihan siswa dan guru.
5) Mempersiapkan instrumen, instrumen ini digunakan untuk merekam
dan menganalisis data selama proses penelitian berlangsung dan untuk
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
Dalam tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas adalah
implementasi dari apa yang telah direncanakan sebelumnya pada tahap planning.
Langkah – langkah yang telah dilakukan oleh peneliti mengacu pada rumusan
masalah yang telah ditentukan bersamaan dengan dilakukanya tindakan, peneleti
juga melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang akan dilakukan.
Pelaksanaan tiindakan dalam peneletian tindakan kelas yang dilakukan secara
sistematis dirancang untuk keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan permainan bolavoli yang dimodifikasi dalam upaya peningkatan
atau perbaikan dalam proses pembelajaran sehingga tercipta suatu suasana yang
kondusif dan tidak membosankan dalam proses belajar mengajar pendidikan
jasmani.
Skenario tindakan yang telah dipersiapkan, dilaksanakan dalam situasi
faktual. Pada saat pelaksanaannya nanti disertai dengan kegiatan observasi,
interpretasi, revisi dan refleksi. Langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang
dilakukan dalam tahap ini dibagi menjadi 2 siklus, dan dalam 1 siklus terdiri dari
2 pertemuan, rincianya adalah sebagai berikut :
Siklus I (2 kali pertemuan)
1). Kegiatan Pendahuluan (15menit)
(a). Berdoa.
(b). Berbaris dilanjutkan dengan absensi.
(c). Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan inti (40 menit)
Eksplorasi
(a). Guru memberikan pertanyaan tentang macam-macam teknik dasar bermain
bola voli.
(b). Guru memberikan pertanyaan tentang aktivitas bermain.
(c). Dengan bimbingan guru siswa disuruh melakukan permainan bola lewat
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Elaborasi.
Pertemuan 1 :
(1). Permainan memainkan bola balon atau bola plastik
Jumlah pemain : 6 sampai 10 orang atau disesuaikan dengan ukuran
lapangan
Peralatan : Balon diisi pemberat kain, busa atau bola plastik.
Tempat : Halaman sekolah atau lapangan
Susunan main : 3 vs 3 , 4 vs 4 , 5 vs 5
Peraturan permainan :
1) Anak-anak dibariskan menjadi 2 kelompok (A dan B).
2) Kedua regu (A dan B) dijadikan satu, tempat bebas. Regu A dan B dibedakan
oleh seragam
3) Balon dimainkan dengan cara dipukul, tidak boleh dipegang.
4) Regu yang pertama kali mencapai angka 10 dalam memukul bola dinyatakan
sebagai pemenang.
5) Guru memberikan tanda bahwa permainan dimulai dengan melambungkan
balon diantara anak-anak.
6) Permainan dapat diulang-ulang sesuai dengan alokasi waktu dan kemampuan
gerak motorik siswa sudah terasah untuk menuju ke permainan selanjutnya.
(2) Permainan memainkan bola (balon) melewati garis
Jumlah pemain : 10 orang atau disesuaikan dengan ukuran lapangan
yang tersedia.
Peralatan : Balon diisi pemberat kain, busa.
Tempat : Halaman sekolah, lapangan atau aula.
Peraturan permainan :
1) Anak-anak dibariskan menjadi dua kelompok (A dan B).
2) Kedua regu (A dan B) menempati tempat yang disediakan.
3) Permainan berlangsung dengan memukul balon, tidak boleh dipegang.
5) Guru memberikan tanda bahwa permainan dimulai dengan melambungkan
balon diantara anak.
6) Permainan berakhir jika 1 tim mendapat skor 10 terlebih dahulu.
7) Suatu kesalahan apabila balon jatuh di lapangan sendiri dan keluar dari lapang
itu mendapatkan skor bagi regu lawan
Pertemuan 2 :
(1) Permainan lempar tangkap dengan duduk
Pengembangan permainan dari no 2, bola tidak dipukul, tetapi ditangkap,
kemudian dilempar dalam posisi duduk. Keterampilan ini memerlukan
kecermatan lemparan, sebab anak bermain dalam posisi duduk. Permainan ini
bertujuan untuk meningkatkan koordinasi mata dan tangan. Berikut adalah
peraturan permainan agar mudah dipahami sebagai berikut :
Jumlah pemain : 6 orang disesuaikan dengan luas lapangan
Peralatan : Bola tiup atau plastik, tali karet
Tempat : Lapangan bola voli atau badminton
Tinggi net : 1,5 meter
Peraturan permainan :
1) Anak-anak dibariskan 2 sap, sap yang depan regu A dan yang belakang regu
B.
2) Masing-masing regu menempati tempat yang disediakan.
3) Tugas setiap regu adalah menangkap bola, kemudian memberikan kepada
temannya, dan melemparkannya ke daerah lawan dalam posisi duduk.
4) Memainkan bola di daerah sendiri hanya diperbolehkan paling banyak 3 kali.
5) Net (tali karet) diikatkan di antara tiang setinggi 1 meter.
6) Bola dipukul harus melewati atas tali.
7) Kesalahan dihitung apabila bola jatuh di lantai sendiri dan lemparan ke luar
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8) Tugas guru adalah memberi aba-aba permainan dimulai dan mengamati
setiap kesalahan.
9) Permainan dimulai dengan salah satu regu menyerang (melempar bola) dari
daerahnya sendiri ke daerah lawan.
10) Permainan berakhir ketika salah satu regu mencapai nilai 10
terlebih dahulu.
3) Tindak Lanjut (5 menit)
Anak-anak disuruh berlatih diluar jam pelajaran supaya meningkat pemahaman
bermain bola voli.
SIKLUS 2 (2 kali Pertemuan)
Dalam siklus kedua ini adalah pengembangan dari siklus 1, disini sudah
mulai masuk ke tehnik dasar passing atas dan passing bawah permainan bolavoli .
tetapi tetap masih melalui modifikasi permainan. Berikut pemaparan 3 pertemuan
dalam siklus 2. Berikut Program 2 pertemuan dalam siklus yang ke 2 :
1). Kegiatan Pendahuluan (15menit)
(a). Berdoa.
(b). Berbaris dilanjutkan dengan absensi.
(c). Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan inti (40 menit)
Elaborasi.
Pertemuan 1
(1) Lempar tangkap dan memantulkan bola dengan tangan di atas
Tatkala koordinasi antara mata dan tangan semakin berkembang, gerakan
dasar sudah dapat diarahkan untuk menguasai gerakan memainkan bola dua
tangan di atas atau “passing atas” sambil bergerak. Dasarnya adalah kemampuan
menguasai bola. Berikut adalah peraturan permainan agar mudah dipahami
Jumlah pemain : 10 orang atau disesuaikan dengan luas lapangan
Peralatan : Bola karet soft
Tempat : Lapangan bola voli, lapangan bulu tangkis
Susunan kelas : 3 vs 3, 4 vs 4, 5vs 5
Tinggi net : 150 cm
Peraturan permainan :
1) Anak-anak dibagi menjadi 2 regu (A dan B)
2) Masing-masing regu menempati tempat yang telah disediakan.
3) Tugas setiap regu menangkap bola, melempar dan memantulkan bola di atas
kepala.
4) Memainkan bola di daerah sendiri hanya diperbolehkan paling banyak 5 kali.
5) Untuk menyerang lawan, bola harus melewati net (tali karet) yang telah
diikatkan diantara tiang setinggi 1,5 m.
6) Kesalahan dihitung apabila bola jatuh di lapangan sendiri atau di luar lapangan
lawan.
7) Permainan berakhir setelah salah satu regu mendapatkan Poin 10
(2) Lempar tangkap dan memantulkan bola dengan tangan dibawah
Seperti permainan nomor 1, permainan ini merupakan dasar untuk menguasai
gerakan memainkan bola dengan tangan dibawah atau disebut passing bawah.
Jumlah pemain : 10 orang atau disesuaikan dengan luas lapangan
Peralatan : Bola plastik, tali karet, net bulu tangkis.
Tempat : Lapangan bola voli, lapangan bulu tangkis.
Tinggi net : 150 cm.
Peraturan permainan :
Peraturannya sama dengan permainan lempar tangkap dan memainkan
bola dengan memantulkan bola dengan tangan diatas. Perbedaannya, bola
dimainkan dengan tangan dibawah atau menyerupai posisi tangan pada saat akan
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Pertemuan ke 2
(3) Lempar tangkap dan memantulkan bola dengan tangan di atas dan di bawah
Gerak dasar permainan bola voli beraneka ragam. Sekali waktu bola dipukul dari
bawah dan sekali waktu dari atas. Hal ini memerlukan keterampilan untuk
mengendarai rangsang, dimana posisi bola dan posisi pemain sendiri. Tindakan
harus cepat dan tepat. Dasar keterampilan ini dilatih dengan permainan berikut.
Jumlah pemain : 12 – 14 orang atau disesuaikan dengan luas lapangan.
Peralatan : Bola plastic atau karet , tali karet, net bulu tangkis.
Tempat : lapangan bola voli, lapangan bulu tangkis.
Tinggi net : 150 cm
Peraturan permainan :
Peraturannya sama dengan permainan lempar tangkap dan memainkan
bola dengan memantulkan bola dengan tangan diatas. Perbedaannya, bola
dimainkan dengan tangan dibawah dan tangan atas. Ini merupakan permainan
lanjutan dengan tingkat kesulitan lebih tinggi dari sebelumnya agar kemampuan
siswa dapat meningkat.
(4) Lempar tangkap dan memukul bola
Jumlah pemain : 10 – 14 orang atau disesuaikan dengan luas lapangan.
Peralatan : Bola plastik, tali karet, net bulu tangkis.
Tempat : lapangan bola voli, lapangan bulu tangkis.
Tinggi net : 150 cm
siswa mengendalikan arah. Oleh karena itu, kegiatan belajar hendaknya
dikaitkan keberadaan lawan, teman, strategi dan variasi memainkan bola.
Beberapa bentuk permainan di atas bisa dikembangkan dengan pemberian
c. Observasi
Kegiatan pengamatan tindakan dilakukan untuk mengumpulkan data
tentang proses yang berupa perubahan kinerja dan hasil kegiatan pembelajaran.
Dalam tahap ini peneliti bersama guru mengumpulkan data dan temuan-temuan
selama proses pembelajaran dalam upaya merencanakan kembali
tindakan-tindakan yang akan dilakukan agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Sedangkan menurut Wiriaatmadja (2005:112) menyebutkan ada 3 jenis observasi :
1) Observasi Terfokus
Apabila penelitian ingin memfokuskan permasalahan kepada upaya-upaya guru
dalam membangkitkan semangat belajar siswa dengan memberikan respons
kepada pertanyaan guru, maka sebaiknya dilakukan Penelitian Tindakan Kelas
yang memfokuskan kepada meningkatkan kualitas bertanya.
2) Observasi Sistematik
Tentu para peneliti dapat saja merancang bentuk pengamatan beserta
kualifikasinya dengan kreatif, kemudian mendiskusikannya untuk mencapai
persetujuan bersama. Kemungkinan dalam membicarakan pengamatan sistematik
ada yang mengusulkan berbagai macam skala yang dapat dimanfaatkan dapat
situasi-situasi tertentu oleh guru, dilengkapi dengan ilustrasi detail dalam skala
interaksi. Pengamatan dengan menggunakan skala biasa disebut pengamatan kelas
secara sistematik (Hopkins, 1993:106).
3) Observasi Terstruktur
Dilakaukan peneliti dengan cara bertanya kepada siswa. Peneliti sebagi guru
mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa kemudian siswa menjawab.
Kemudian guru menjumlahkan jawaban sukarela, jawaban tidak sukarela,
jawaban yang benar, jawaban yang salah, dan jawaban yang tidak mengenai
pertanyaan atau sasaran.
d. Tahap Analisis dan Refleksi (Reflection)
Kegiatan refleksi ini merupakan penjelasan terhadap informasi yang
didapat dalam pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Dari hasil refleksi
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pada pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran yang selanjutnya dikaji
oleh peneliti dan guru untuk mencari dan menguraikan informasi yang telah
terkumpul lalu mencari suatu hubungan anatar satu dengan yang lainya.
Kemudian peneliti menarik kesimpulan yang mantap sebagai sebagai bahan dasar
untuk merumuskan perencanaan tindakan yang baru untuk melaksanakan tindakan
berikutnya dalam proses pembelajaran agar sesuai dengan tujuan dan focus
pelajaran yang diharapkan.
Peneliti melakukan analisis dan refleksi hasil pembelajaran. Untuk
itu diperlukan memeriksa lembaran-lembaran pengamatan tentang hal apa saja
yang ditemukan di lapangan, mengkaji satuan pembelajaran dan mengkaji hasil
kegiatan guru dan siswa. Dari hasil tersebut maka dijadikan rekomendasi untuk
melakukan perbaikan atau untuk perencanaan siklus selanjutnya bila hasil dari
kegiatan siklus yang telah dilakukan kurang memuaskan.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur variabel yang
diteliti. Instrumen atau alat pengumpul data harus sesuai dengan tujuan
pengumpulan data. Sumber data dan jenis data yangakan dikumpulkan harus jelas.
Instrumen penelitian yang digunakan harus memenuhi persyaratan validitas
(kesahihan) dan reliabilitas (keterandalan), paling tidak ditinjau dari segi isinya
sesuai dengan variabel yang diukur. Prosedur pengembangan instrumen
pengumpul data perlu dijelaskan tentang proses uji coba, analisis butir tes, uji
kesahihan dan uji keterandalan. Dalam penelitian deskriptif instrumen yang sering
digunakan adalah angket (kuesioner), pedoman wawancara dan pedoman
pengamatan.
Instrumen yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah :
1. Pengamatan (observasi)
Teknik pengamatan atau observasi dilakukan dengan cara mengamati
tingkah laku siswa atau obyek sedemikian rupa, diharapkan siswa atau obyek
Dalam melakukan pengumpulan data mengguna-kan teknik pengamatan
ada beberapa yang perlu diperhatikan. Pertama, tujuan yang yang ingin dicapai
harus ditetapkan lebih dahulu. Kedua, kegiatan pengamatan direncanakan secara
sistematis; mulai dari instrumen, pelaksanaan pengamatan, pencatatan sampai
dengan pengolahan hasil. Ketiga, perlu diperhati-kan reliabilitas, validitas dan
obyeltifitas instrumen. Keempat, meskipun teknik pengamatan bersifat kualitatif
dan subyektif, diusahakan diperoleh hasil yang kuantitatif dan obyektif.
Observasi yang dilakukan oleh penulis untuk mengetahui segala sesuatu
hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran pada siswa kelas V di
SDN Pangauban I dan alat yang digunakan merupakan lembar observasi aktivitas
guru dan siswa.
Berdasarkan tujuan dan cara pengamatan, dibedakan menjadi beberapa
teknik pengamatan: Pertama, pengamatan partisipatif. Dalam pengamatan
partisipatif ini, pengamat ikut terlibat dan mengambil bagia dalam kegiatan yang
dilakukan siswa atau obyek yang diamati. Misalnya, seorang guru ingin
mengetahui kesungguhan dan keaktifan siswa dalam suatu kegiatan belajar
mengajar permainan sepakbola; maka guru harus ikut terlibat langsung dalam
permainan sepakbola tersebut.
Selain itu ada cara pengamatan kuasi-partisipatif, yaitu pengamat harus
ikut terlibat langsung dalam kegiatan atau kadang-kadang hanya mengamati dari
luar kegiatan saja. Kedua, pengamatan sistematis. Sebelum melakukan
pengamatan, aspek-aspek yang akan diamati telah disusun dan diatur dalam suatu
struktur pengamatan berdasarkan katagori masalah yang akan diamati.
Aspek-aspek yang akan diamati dijabarkan dalam suatu instrumen pengamatan.
Misalnya, pengamatan tentang kemampuan kerjasama dalam bermain bola voli.
Maka dalam instrumen pengamat-an harus dijabarkan aspek-aspek tingkah laku
pemain bola voli yang merupakan indikator kemampuan kerjasama dalam
bermain, sehingga observer tidak akan kesulitan dalam memberikan nilai kepada
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Penilaian teknik dasar dan keterampilan bermain siswa pada dasarnya
membutuhkan kecermatan observasi pada saat permainan berlangsung. Untuk
mengumpulkan data, kali ini peneliti menggunakan instrumen penilaian
keterampilan bermain bola voli dengan menggunakan GPAI (Game Performance
Assessment Instrument) (Grifin dalam Hoedaya (2001:112):
Tabel 3.1
Tepat mengambil keputusan terhadap posisi bola yang datang.
Menempatkan diri di bawah jatuhnya bola.
Mengarahkan bola pada daerah lawan yang tepat.
e. Mudah
Hasil bola arah atau sasaran bola yang baik.
2. Sedang
Mengarahkan bola pada posisi yang tepat.
Menempatkan diri pada posisi yang tepat untuk memudahkan teman dalam memberikan bola yang baik.
6. Tehnik Pengumpulan Data, Faktor yang Diteliti, dan Analisis Data a. Tehnik pengumpulan Data
1) Sumber dan JenisData
a) Sumber Data : yang menjadi data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru.
b) Jenis Data : Jenis data yang didapat adalah data kualitatif yang terdiri dari :
(1). Hasil belajar.
(2). Rencana belajar.
(3). Data hasil observasi terhadap pelaksanaan.
(4). Jurnal.
(5). Photo kegiatan.
2) Cara Pengambilan Data
(a) Data hasil belajar diambil dengan memberikan tes kepada siswa.
(b) Mengumpulkan format hasil observasi dari setiap kegiatan pembelajaran pada
setiap siklus penelitian yang sudah dilaksanakan.
(c) Data tentang situasi pembelajaran pada saat dilaksanakan tindakan diambil dengan
menggunakan lembaran observasi.
(d) Data tentang refleksi diri danperubahan-perubahan yang terjadi dilapangan
diambil dari jurnal yang dibuat guru.
(e) Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan didapat
dari rencana pembelajaran dan lembar observasi.
b. Faktor yang diteliti:
1) Faktor Siswa: dengan melihat kemampuan siswa dalam menggunakan
pembelajaran melalui aktivitas bermain, maka siswa kelas V SDN Pangauban I
mempunyai suatu perubahan yang terencana, terarah sesuai dengan pemahaman
siswa soal permainan bola voli.
2) Faktor Guru: melihat cara mengajar guru dalam merencanakan
pembelajaran dan bagaimana pelaksanaan di lapangan, apakah sudah
mencakup pemberian latihan yang berjenjang sesuai dengan kemampuan siswa
Agung Putra Pratama, 2013
Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu c. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui tahapan-tahapan
kategori data, validasi data, dan interpretasi data:
1) Kategori Data
Data mentah yang terkumpul dari hasil observasi dan wawancara menjadi
unit-unit dengan memperhatikan karakteristik data mentah. Dalam pengolahan data ini
pembelajaran modifikasi permainan bolavoli dapat dikategorikan sebagai aktivitas
siswa dalam pembelajaran Penjas.
2) Validasi Data
Suatu penelitian tindakan kelas yang baik dan terpercaya adalah penelitian yang
mengikuti kaidah-kaidah ilmiah dan metodologi yang sesuai dengan standar
ilmiah. Salah satu cara untuk melihat derajat kepercayaan suatu penelitian ialah
dengan melakukan validitas dan kredibilatas. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik validasi seperti triangulasi, member check, audit trail, dan
expert opinion. Triangulasi dilakukan dengan membandingkan hasil dari mitra
peneliti. Dalam hal ini seperti kepala sekolah, guru dan siswa. Tujuan
diadakannya triangulasi yaitu untuk memperoleh derajat kepercayaan yang
maksimal.
a) Member check dilakukakan dengan memeriksa kembali keterangan-keterangan
yang kita peroleh ketika melakukan observasi atau wawancara. Hal ini bertujuan
untuk mengecek apakah informasi yang selama ini kita peroleh tidak berubah atau
boleh dibilang dipastikan keajegannya.
b) Audit trail yaitu dimana peneliti memeriksa kembali metode atau prosedur yang
sudah ditembuh barangkali ada kesalahan-kesalahan. Selain itu peneliti juga
mengecek kembali catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti atau mitra peneliti.
Proses ini sendiri bisa dilakukan oleh kawan sejawat peneliti yang mempunyai
pengetahuan dalam hal penelitian tindakan kelas.
c) Expert Opinion ialah dimana peneliti meminta bantuan kepada orang-orang yang
dianggap ahli atau pakar dalam penelitian tindakan kelas untuk memeriksa semua
tahapan-tahapan yang sudah peneliti lalui. Dalam hal ini mereka akan