• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN TANGGUNG JAWAB WARGA NEGARA DALAM MEMECAHKAN MASALAH-MASALAH SOSIAL MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANKEMASYARAKATAN (COMMUNITY CIVICS).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINAAN TANGGUNG JAWAB WARGA NEGARA DALAM MEMECAHKAN MASALAH-MASALAH SOSIAL MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANKEMASYARAKATAN (COMMUNITY CIVICS)."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN TANGGUNG JAWAB WARGA NEGARA DALAM MEMECAHKAN MASALAH-MASALAH SOSIAL MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANKEMASYARAKATAN

(COMMUNITY CIVICS)

(Studi Kasus dalam Memecahkan Masalah Pencemaran Sungai Kapuas Kota Pontianak, Kalimantan Barat melalui LSM WALHI)

T E S I S

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

R O H A N I 1103883

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PEMBINAAN TANGGUNG JAWAB WARGA NEGARA DALAM MEMECAHKAN MASALAH-MASALAH SOSIAL MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KEMASYARAKATAN

(COMMUNITY CIVICS)

(Studi Kasus dalam Memecahkan Masalah Pencemaran Sungai Kapuas Kota Pontianak, Kalimantan Barat melalui LSM WALHI)

Oleh Rohani

S.Pd STKIP-PGRI Pontianak, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

© Rohani 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING DAN PENGUJI

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M. Ed NIP.196308201988031001 NIP.19410715 1967031001

Penguji I, Penguji II,

Prof. Dr. Suwarma A. M., SH, M.Pd Dr. Dadang Sundawa, M.Pd NIP. 195302111978031002 NIP. 196005151988031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

(4)

ABSTRAK

Rohani (1103883).PembinaanTanggungJawabWarga Negara dalamMemecahkanMasalah-MasalahSosial

MelaluiPendidikanKewarganegaraanKemasyarakatan (Community Civics):StudiKasusdalamMemecahkanMasalahPencemaran Sungai Kapuas Kota Pontianak, Kalimantan Barat melalui LSM WALHI.

Penelitianinidilatarbelakangiolehrendahnyatanggungjawabwarganegaradalammelestarik anlingkungan,

selainitudiperlukanpembinaantanggungjawabmelaluiPendidikanKewarganegaranyaitum elalui domain kurikuler, domain akademik, dan domain sosialkultural. DalampenelitianinipenulismengkajiPendidikanKewarganegaraansebagai domain sosialkulturalyaituPendidikanKewarganegaraanyang berkembang di masyarakatoleh LSM, media massa, maupungerakancivil societylainnya.

Penelitianinibertujuanmemperolehgambaranfaktualmengenai proses pembinaantanggungjawabwarganegaradalammemecahkanpencemaransungai Kapuas melaluicommunity civics.

Penelitianinimenggunakanpendekatankualitatifdenganmetodestudikasus.Teknikpengum pulandatadaninformasidilakukanmelaluiteknikobservasi, wawancara, studiliteraturdanstudidokumentasi.

Hasiltemuandalampenelitianiniyaitu:

fenomenanyatatentangtanggungjawabwarganegaradalamcommunity

civicsbagipemecahanmasalahsosialmelalui LSM yang adadi Kota

Pontianakuntukmasyarakatumumnyasebelumdiberikanpembinaanmasihbersifatrendah, tetapisetelahmendapatkanpembinaanmakatimbul rasa tanggungjawabpadadirimereka,

sedangkanuntukmasyakarat yang ikutdalam LSM

pedulilingkungantanggungjawabnyasudahtergolongtinggi. Adanyasikapkemandirianmasyarakatmelaluiperancommunity

civicsdalammembinatanggungjawabwarganegara.Langkah-langkah yang

dilakukanolehcommunity

civicsdalammembinatanggungjawabwarganegarayaitudiadakansosialisasisecaraterusme nerus, diberipelatihan, melalukandiskusibersama, melakukantransect walk, melakukanprakteklangsungpengolahansampah. Ada beberapaorganisasisosiallain yang ikutberperandalammembinatanggungjawabwarganegaradalammemecahkanpencemara n air sungai Kapuas sepertiWahanaVisi Indonesia ADP Urban Pontianak, KelompokSwadayaMasyarakatCahayaMajudanRiakBumi.

Hasilpembinaantanggungjawabwarganegaradalammemecahkanmasalah-masalahsosialmelaluibeberapa LSM yang ada di Pontianak dikatakandapatmenumbuhkan rasa tanggungjawab, cintadenganlingkungan, pedulilingkungan, danberubahpolaperilakumenjadiprilakuhidupbersihdansehat.

(5)

Kata Kunci: Tanggungjawab, warganegara, PendidikanKewarganegaraan, Community civics.

ABSTRACT

Rohani (1103883). Citizen Responsibility Guidance in Solving Social Problems trough Community Civics: A Case Study of Pollution Problem Solving at Kapuas River in Pontianak, West Kalimantan trough the social voluntary organization WALHI.

The study was initiated by the fact that the citizens’ responsibility in keeping environment was still low. Thus, the responsibility guidance trough Civics in general and trough domain of curricular, academic, and socio-cultural in specific was required. In this study, Civics was examined from socio-cultural domain (Civics developed by social voluntary organization, mass media, and other civil society movements).

The study intended to obtain factual description of the citizen responsibility guiding process in solving Kapuas river pollution trough community civics.

The study used qualitative approach. It was designed as a case study. The data was obtained by employing four techniques: observation, interview, literature study, and documentation.

The findings showed that citizen responsibility in community civics to solve social problems trough social voluntary organization in Pontianak was low without guidance. But after conducting guidance program, the citizen responsibility was appeared. Individuals joining to the environment-concerned voluntary organization showed high responsibility. In addition, ccommunity civics played important role in guiding citizens’ responsibility. The procedures taken were: (1) continuous training, (2) discussion, (3) transect walk, and (4) direct practice of recycling. The study also recorded other organizations which took the role of citizens responsibility guidance in solving Kapuas river pollution; they are WahanaVisi Indonesia ADP Urban Pontianak, CahayaMaju, andRiakBumi. The guidance resulted on developing responsibility and care to environment, and altering society habits to be clean and healthy.

The study gave recommendations to local government of Pontianak and related departments to socialize environment regulations regularly and to provide rubbish bins in the flood plain of Kapuas River. And it also recommended the environment-concerned voluntary organizations in Pontianak to increase their roles continuously in solving Kapuas River pollution.

(6)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakangPenelitian ... 1

B. IdentifikasidanPerumusanMasalah ... 13

C. TujuanPenelitian ... 13

D. ManfaatPenelitian ... 14

E. StukturOrganisasiPenulisan ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17

A. Manusia,Lingkungan.danCommunity Civics ... 17

B. Masalah-MasalahSosial yang DiakibatkanolehAliran Sungai Kapuas ... 23

1. Pengertian Sungai Kapuas... 23

2. Masalah-masalahSosial yang Dihadapioleh Sungai Kapuas... 25

C. Hakikat, PengertiandanTujuanPendidikanKewarganegaraan ... 32

1. HakikatPendidikanKewarganegaraan ... 32

2. PengertianPendidikanKewarganegaraan ... 37

3. TujuanPendidikanKewarganegaraan... 38

D. PembinaanTanggungJawabWarga Negara... 40

1. PengertianPembinaan ... 40

2. DefinisiTanggungJawab ... 41

3. Warga Negara... 44

a. PengertianWarga Negara ... 44

b. Warga Negara Yang Baik ... 46

c. UpayaPembinaanTanggungJawabWarga Negara ... 62

E. UpayaMembangunTanggungJawabWarga Negara ... 66

F. TanggungJawabMerupakanCivic Dispositions ... 68

G. TanggungJawabSebagai Salah SatuPendidikanKarakter ... 71

H. PendidikanKewarganegaraan (PKn) sebagai Domain SosialKultural ... 78

I. PeranCommunity CivicsdalamPenguatanKarakter ... 79

J. LembagaSwadayaMasyarakat (LSM) ... 82

(7)

xii

2. Ciri-ciri LSM ... 84

3. Asas, Tujuan, TugasdanFungsi LSM ... 85

4. PolaRelasiAntara LSM, Civil SocietydanPemerintah ... 85

K. WahanaLingkunganHidup (WALHI) ... 91

L. HasilPenelitianTerdahulu yang Relevan ... 93

M. ParadigmaPenelitian ... 95

BAB III METODE PENELITIAN... 96

A. LokasidanSubjekPenelitian ... 96

B. PendekatandanMetodePenelitian ... 98

C. DefinisiOperasional... 101

D. InstrumenPenelitian... 103

E. TeknikPengumpulan Data ... 104

F. TeknikAnalisis Data ... 109

G. KeabsahanTemuanPenelitian ... 111

H. Tahap-tahapPelaksanaanPenelitianDi Lapangan ... 114

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 117

A. GambaranUmumLokasiPenelitian (LSM WALHI dan Sungai Kapuas, Kota Pontianak) ... 117

B. DeskripsiHasilPenelitian ... 131

1. Fenomenanyatatanggungjawabwarganegaradalamcommunity civicsbagipemecahanmasalahsosial... 132

2. Sikapkemandirianmasyarakatmelaluiperancommunity civicsdalammembinatanggungjawabwarganegaradalammemecah kanmasalahsosial ... 142

3. Langkah-langkah yang dapatdilakukanolehcommunity civicsuntukmelakukanpembinaantanggungjawabwarganegaradal ammemecahkanmasalahsosial... 145

4. Peranorganisasisosiallainnyadalammembinatanggungjawabwarg anegarasecarabersama-samadalammemecahkanmasalahsosial ... 147

5. Efektifitashasilpembinaantanggungjawabwarganegaradalamme mecahkanmasalah-masalahsosialmelaluicommunity civics ... 148

C. PembahasanHasilPenelitian ... 150

1. Fenomenanyatatanggungjawabwarganegaradalamcommunity civicsbagipemecahanmasalahsosial... 150

2. Sikapkemandirianmasyarakatmelaluiperancommunity civicsdalammembinatanggungjawabwarganegaradalammemecah kanmasalahsosial ... 160

3. Langkah-langkah yang dapatdilakukanolehcommunity civicsuntukmelakukanpembinaantanggungjawabwarganegaradal ammemecahkanmasalahsosial... 163

4. Peranorganisasisosiallainnyadalammembinatanggungjawabwarg anegarasecarabersama-samadalammemecahkanmasalahsosial ... 166

(8)

xiii

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 171

A. Kesimpulan ... 171

B. Rekomendasi ... 173

DAFTAR PUSTAKA ... 176

(9)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 MatrikPermasalahanPencemaran Air di Kota Pontianak ... 3

Tabel 4.1 Batas Wilayah Administrasi Kota Pontianak ... 123 Tabel 4.2 Luas Wilayah KecamatanBerdasarkanKecamatanTahun

2012 ... 125 Tabel 4.3 Pendapat

WALHI/OrganisasisosiallainnyatentangTanggungJawabWar

ga Negara dalamMemecahkanMasalahSosial ... 133

Tabel 4.4 Pendapat BLH Kota/BLHD

tentangFenomenaNyataTanggungJawabWarga Negara ... 134 Tabel 4.5 PendapatMasyarakattentangManfaat Air Sungai Kapuas

bagiKehidupanSehari-hari... 136 Tabel 4.6 Pendapat WALHI terhadapPencemaran yang terjadi di

Sungai Kapuas ... 137 Tabel 4.7 Pendapat BLHD/BLH Kota Pontianak tentangPencemaran

(10)

xv

DAFTAR GA\MBAR

Gambar 2.1 Keterpaduan Karakter Baik Lickona ... 74

Gambar 3.1 Proses Pengambilan Informasi Model Snowballing ... 97

(11)

xvi

DAFTAR BAGAN

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti akan menyajikan terkait dengan latar belakang masalah yang ada dilapangan yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi penulisan tesis.

A. Latar Belakang Penelitian

Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Manusia bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Manusia makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan. Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Manusia secara ekologis adalah bagian dari lingkungan hidup. Kelangsungan hidup manusia bergantung pada keutuhan lingkungan hidupnya. Hal ini memberi arti bahwa keberadaan manusia di atas bumi sangat dipengaruhi oleh komponen lingkungan. Lingkungan sebagai tempat hidup mensyaratkan harus ada keserasian antara manusia dan lingkungannya.

Berita tentang terjadinya pencemaran lingkungan, baik pencemaran udara, air maupun tanah dengan segala aspek dapat dikatakan bahwa kerusakan lingkungan sudah merupakan bagian yang tidak dapat dihindarkan dari kegiatan pembangunan. Lingkungan yang tercemar akibat kegiatan manusia maupun proses alam akan berdampak negatif pada kesehatan, kenikmatan hidup, kemudahan, efisiensi, keindahan, serta keseimbangan ekosistem dan sumber daya alam. Pencemaran yang ingin dibahas dalam penelitian ini tentang pencemaran air khususnya sungai yaitu Sungai Kapuas yang berada di Pontianak, Kalimantan Barat. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011

(13)

2 atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan”.

Sungai Kapuas sebagai sungai terpanjang dan terbesar di Kalimantan Barat memiliki nilai dan fungsi strategis bagi masyarakatnya, serta mempunyai peran yang sangat besar dalam era pembangunan di Daerah Kalimantan Barat. Hal ini dikarenakan Sungai Kapuas melalui 8 Kabupaten/kota dari 14 daerah kabupaten/kota, yaitu Kota Pontianak, Kab. Pontianak, Kab. Kubu Raya, Kab. Landak, Kab. Sanggau, Kab. Sekadau, Kab. Sintang dan Kab. Kapuas Hulu, yang merupakan sungai besar utama merupakan sungai terpanjang di Indonesia yaitu 1.086 km (DAS Kapuas ini memiliki luas catchment 98.249,10 Km2; yang memiliki 33 sungai induk dan 11 cabang).

(14)

3 Tabel 1.1

Matriks Permasalahan Pencemaran Air di Kota Pontianak

No. Lokasi Pemantauan Parameter Pencemar Hasil Pengukuran

1. Air Parit Kecamatan Pontianak Utara

(Air Parit Batas Kota, Air Sungai Kunyit, Air Parit Gg. Flora, Air Parit Sungai Sahang 1, Air Parit Sungai Sahang 2, Air Parit Sungai Sahang 3, Air Parit Sungai Sahang 4, Air Parit Pangeran, Air Parit Pekong, Air Parit Gg. Makmur, Air Parit Darma Putra di 2 (dua) titik, Air Parit Samping SMK 2)

Total Suspended Solid (TSS), Chemical Oxigen Demand (COD), Nitrit (NO2), Biological Oxigen Demand (BOD5) dan Seng (Zn)

Semua Parameter pencemar yang diuji seperti tertulis pada kolom 3 semuanya telah melebihi baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

2 Air Parit Kecamatan Pontianak Timur (Parit Mayor Batas Kota, Parit Kongsi Kampung Kapur, Parit Saigon Jl. Yusuf Karim, Park Yarsi Samarakai, Parit Jl. Perintis (samping Tol) Bagian Tanjung Raya II, Parit Jl. Perintis (samping Toll Bagian Tanjung Raya

I, Parit Panglima A‟im,

Parit Tanjung Hulu, Parit Tanjung Hilir, Parit Bugis, Parit Jl. Keraton, Parit Tanjung Raya I, Tambelan Sampit).

Total Disolve Solid (TDS), Chemical Oxigen Demand (COD), Nitrit (NO2), dan Biological Oxigen Demand (BOD5).

Semua Parameter pencemar yang diuji seperti tertulis pada kolom 3 semuanya telah melebihi baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

3 Air Parit Kecamatan Pontianak Tenggara (pada Parit Jl. Soedarso Hilir (Batas Kota), Parit Jl. Soedarso Hulu (Batas Kota), Parit Jl. H. Husein 1, Parit Jl. H. Husein II, Parit Jl. Imam Bonjol (Kp.

Chemical Oxigen

Demand (COD), Nitrit (NO2), dan Biological Oxigen Demand (BOD5).

(15)

4 Bangka), Parit Jl.

Sepakat).

4 Air Parit Kecamatan Pontianak Selatan (Parit Tokaya disamping Ramayana Mall, Parit Tokaya Jl. Gajah Mada, Parit Tokaya Jl. A. Yani, Parit Tokaya Jl. Purnama, Parit Jl. Media).

Chemical Oxigen

Demand (COD), Nitrit (NO2), Biological Oxigen Demand (BOD5) dan Seng (Zn)

Semua Parameter pencemar yang diuji seperti tertulis pada kolom 3 semuanya telah melebihi baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 5 Air Parit Kecamatan

Pontianak Kota

(Lokasi sampling berada pada Air Parit Sungai Jawi (Gertak I), Air Parit Jl. Rajawali, Air Parit Jl. Nusa Indah di samping Kantor Garuda, Air Parit Jl. Zainuddin di samping kantor bea cukai, Air Parit Jl. Merdeka Gg. Kasuari, Air Parit Jl. Diponegoro, Air Parit Jl. Ampera, Air Parit Jl. Alianyang, Air Parit Jl. Gusti Hamzah (Hilir).

Chemical Oxigen

Demand (COD), dan Biological Oxigen Demand (BOD5)

Semua Parameter pencemar yang diuji seperti tertulis pada kolom 3 semuanya telah melebihi baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

6 Air Parit Kecamatan Pontianak Barat

(Air Parit Nipah Kuning (Batas Kota), Air Parit Jl. Karet, Air Parit Sungai Landak, Air Parit Sungai Beliung, Air Parit Gang Timun, Air Parit Gang Pisang, Air Parit Gang Jambu, Air Parit Gang Jagung, Air Parit Gang Srikaya, Air Parit Gang Tamang, Air Parit Gang Blitar, Air Parit Jl. Tebu).

Chemical Oxigen

Demand (COD), Nitrit (NO2), dan Biological Oxigen Demand (BOD5)

Semua Parameter pencemar yang diuji seperti tertulis pada kolom 3 semuanya telah melebihi baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

7 Air Sungai Kapuas Total Suspended Solid (TSS), Chemical Oxigen Demand (COD), Nitrit (NO2), Biological Oxigen Demand (BOD5) dan

(16)

5

Tembaga (Cu) mutu Peraturan

Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 8 Air Sungai Landak Total Suspended Solid

(TSS), Chemical Oxigen Demand (COD), Seng (Zn), Biological Oxigen Demand (BOD5) dan Tembaga (Cu)

Semua Parameter pencemar yang diuji seperti tertulis pada kolom 3 semuanya telah melebihi baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Sumber: BLH Kota Pontianak, 2012

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa sungai/parit yang ada di Kota Pontianak, pada umumnya sudah tercemar. Hasil pemantauan pada 12 titik sampling di Sungai Kapuas Kota Pontianak, menunjukkan untuk parameter TSS, COD, Nitrit, BOD telah melebihi baku mutu air kelas II. Sedangkan untuk Sungai Landak pada 6 titik pemantauan menunjukkan TSS, COD, Nitrit dan BOD melebihi baku mutu air kelas II bahkan kadang-kadang berada di kelas III, IV.

Mengingat Sungai Kapuas sangat berpotensi baik untuk wisata maupun untuk memenuhi hajat hidup orang banyak, sangat disayangkan jika kenyataannya sungai ini telah tercemar. Selain itu, merkuri yang ada tertimbun dalam sungai jika masuk ke tubuh manusia bisa mengganggu sistem saraf dan sistem enzym yang berguna bagi metabolisme tubuh. Dampak pada manusia: menderita tumor, hilang ingatan, mengganggu pertumbuhan janin.

Masalah pencemaran Sungai Kapuas termasuk masalah sosial. Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial, atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan politik warga kelompok sosial tersebut

sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial”. Soekanto (2007: 312). Adapun yang termasuk masalah sosial menurut Soekanto (2007: 346) menyatakan ada beberapa masalah sosial yang penting yaitu:

(17)

6 b. kejahatan;

c. disorganisasi keluarga, yaitu suatu perpecahan dalam keluarga sebagai unit, oleh karena anggota-anggota keluarga tersebut gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya;

d. masalah generasi muda; e. peperangan;

f. pelangaran terhadap norma-norma masyarakat; g. masalah kependudukan;

h. masalah lingkungan; i. birokrasi.

Pencemaran lingkungan terjadi karena kurangnya tanggung jawab dari masyarakat yang dalam hal ini sebagai warga negara dari suatu negara. Oleh sebab itu setiap warga negara bertanggung jawab atas kelestarian lingkungan disekitarnya. Tanggung jawab ini bukan hanya dibebankan pada pemerintah daerah numun juga dipikul oleh setiap warga negara atau masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai

Bab I, Pasal I angka 10 menyatakan bahwa: “masyarakat adalah seluruh rakyat

Indonesia, baik sebagai orang perseorangan, kelompok orang, masyarakat adat, badan usaha, maupun yang berhimpun dalam suatu lembaga atau organisasi

kemasyarakatan”. Melalui lembaga atau organisasi kemasyarakatan diharapkan

dapat memberikan pembinaan tanggung jawab warga negara terhadap masyarakat disekitarnya.

Pembinaan tanggung jawab warga negara dapat dilakukan melalui pendidikan.Pendidikan merupakan sarana yang sangat strategis untuk membentuk kepribadian warga negara. Melalui pendidikan diharapkan terjadi proses pendewasaan, baik dewasa dalam pola pikir maupun dewasa dalam perilaku. Selain itu, pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses bimbingan dan pembelajaran bagi individu, agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat, dan berkahlak mulia baik dilihat dari aspek jasmani maupun rohani. Hal ini senada dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pada Bab II, Pasal 3 dinyatakan bahwa:

(18)

7 mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dari kutipan diatas dapat dimaknai bahwa melalui pendidikanlah kemampuan dan watak suatu bangsa dapat dibentuk sehingga menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pendidikan tidak hanya melalui pendidikan formal seperti sekolah atau perguruan tinggi, tetapi, juga melalui pendidikan informal dan non formal yang memiliki peran yang sama penting untuk membentuk kepribadian warga negara. Sejalan dengan itu dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pasal 13 ayat 1 menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang saling melengkapi dan memperkaya. Dikatakan bahwa pendidikan formal adalah jalur pendidikan pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sementara pendidikan nonformal adalah pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang seperti lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Kegiatannnya dapat dilakukan oleh keluarga dan lingkungan dalam bentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Kalau diperhatikan ketiga jenis pendidikan diatas, ada kencenderungan bahwa pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal selama ini berjalan terpisah satu dengan lainnya. Mereka tidak saling mendukung untuk peningkatan pembentukan kepribadian peserta didik. Setiap lembaga pendidikan tersebut berjalan masing-masing sehingga terjadi sekarang adalah pembentukan pribadi peserta didik menjadi parsial, misalnya anak bersikap baik di rumah, namun ketika keluar rumah atau berada di sekolah ia melakukan perkelahian

(19)

8 perampokan. Sikap-sikap ini merupakan bagian dari penyimpangan moralitas dan prilaku sosial pelajar (Suyanto dan Hisyam, 2000: 194)

Pembinaan tanggung jawab sangat penting dilakukan, karena tanggung jawab merupakan salah satu nilai dari karakter. Selain itu tanggung jawab juga merupakan tujuan dari diberikannya Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia yaitu membentuk warga negara yang cerdas dan baik. Tujuan dari negara mengembangkan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik (to be good citizens),yakni warga negara yang memiliki kecerdasan (civic intellegence) baik intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual; memiliki rasa bangga dan tanggung jawab (civic responsibility) dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan bernegara (civic partisipation) agar tumbuh rasa kebangsaan dan cinta tanah air. (Wahab dan Sapriya , 2011: 99).

Upaya untuk menjadikan warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab sebenarnya sudah lama dan banyak dilakukan, terutama di dunia persekolahan dengan ujung tombaknya melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bidang kajian dalam konteks pendidikan nasional yang memiliki peran strategis bagai pembentukan karakter bangsa (nation and character building).Winataputra dan Budimansyah (2012:211) memandang tiga domain yang ada dalam PKn yaitu domain kurikuler, domain sosiokultural, dan domain kajian ilmiah, sebagaimana dikemukakannya bahwa :

Dalam spektrum yang lebih luas PKn sebagai Citizenship Education memiliki tiga domain, yakni domain kurikuler (PKn sebagai mata pelajaran di sekolah), domain sosiokultural (PKn yang berkembang di masyarakat oleh LSM, media massa, maupun gerakan civil society lainnya), dan domain kajian ilmiah (kegiatan penelitian dan pengembangan program-program pendidikan kewarganegaraan).

(20)

9 sosial kultural pada hakikatnya tidak banyak perbedaan dengan program kurikuler dilihat dari aspek tujuan, pengorganisasian kurikulum dan materi pembelajaran.Perbedaan terutama pada aspek sasaran, kondisi, dan karakteristik peserta didik. Program PKn ini dikembangkan dalam konteks kehidupan masyarakat dengan sasaran semua anggota masyarakat. Tujuannya lebih pada upaya pembinaan warga masyarkat agar menjadi warga negara yang baik dalam berbagai situasi dan perkembangan zaman yang senantiasa berubah (Rahmat dkk, 2009: 9).

Ada dua istilah yang digunakan dalam pengertian Pendidikan Kewarganegaraan menurut kepustakaan asing yaitu Pendidikan Kewarganegaraan (dalam arti civic education) dan Pendidikan Kewarganegaraan (dalam arti citizenship education). Kedua istilah ini memiliki pengertian yang berbeda namun tujuannya sama yaitu untuk menjadikan warga negara yang cerdas dan baik.

Gagasan ini sesuai dengan pendapat Cogan (1999: 4) yang menyatakan bahwa:

“Civic education,…the foundation course work in school designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adult live. “Citizenship Education or Education for Citizenship”,… both these in school experiencess as well as out of school or non formal an formal learning which takes place in the family, the religious organization. Community organizations, the media. Etc which help to shape the totally of the citizens”.

(21)

10 totalitas atau keutuhan sebagai warga negara. Citizenship education atau education for citizenship merupakan suatu konsep yang lebih luas dibandingkan civic education, namun civic education merupakan bagian penting di dalamnya. Dengan kata laincivic education sebagai Pendidikan Kewarganegaraan dalam pendidikan formal yang menerima dampak pengiring dari berbagai kegiatan yang ada dalam masyarakat. Citizenship education atau education for citizenship berlangsung dalam pendidikan nonformal atau informal yang terjadi dalam lingkungan keluarga atau masyarakat, kalau di masyarakat dilakukan oleh LSM, media massa, maupun gerakan civil society lainnya.

Dari beberapa gagasan diatas maka melalui Pendidikan Kewarganegaraan, diharapkan terbentuklah warga negara yang baik, yang memiliki karakter serta menjadi manusia yang beriman dan berilmu atau dengan kata lain menjadi manusia seutuhnya yang dapat bertanggung jawab terhadap masyarakat, bangsa dan negara.

Realitanya pembangunan karakter yang dilakukan selama ini melalui pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraanbelum berhasil mencapai harapan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sapriya (2007:5) yang menyatakan bahwa: ”upaya pembangunan karakter bangsa melalui PKn sebagai mata pelajaran di sekolah yang telah lama berlangsung sejak lama itu belumlah optimal dan belum berhasil mencapai harapan, bahkan hingga saat ini program pendidikan ini malah dipertanyakan keberadaan dan perannya”. Pada kenyataannya banyak hal yang sudah dilakukan di sekolah, baik dari segi memperbaiki metode mengajar guru, media, maupun sumber belajar, namun belum berhasil secara maksimal.Hal ini menegaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan belum dilakukannya secara sinerginitas antara Pendidikan Kewarganegaraan dalam pendidikan formal, Pendidikan Kewarganegaraandalam pendidikan nonformal dan Pendidikan Kewarganegaraan dalam pendidikan informal. Seperti yang dikatakan oleh Budimansyah (2010:145-146) yang menyatakan bahwa:

(22)

11 organisasi sosial dan organisasi politik. Ketiga peran tersebut harus dilihat sebagai satu kesatuan.

Dengan demikian untuk membentuk karakater atau warga negara yang baik bukan hanya menjadi tanggung jawab pendidikan fomal saja tetapi perlu dilakukan secara berkesinambungan antara pendidikan formal, nonformal dan informal.

Hal tersebut senada dengan pendapat Kerr (1999: 17) yang menyatakan bahwa:

Citizenship or civic education is construed broadly to encompass the preparation of young people for their roles and responsibilities as citizens and, in particular, the role of education (through schooling, teaching and learning) in that preparatory process atau. “citizenship or civic education” atau PKn dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawab sebagai warga negara, dan secara khusus, peran pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran, dan belajar, dalam proses penyiapan warga negara tersebut.

Dari gagasan tersebut dapat dimaknai bahwa Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran dalam membina warga negara Indonesia agar menjadi masyarakat yang memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara baik PKn dalam pendidikan formal maupun pendidikan informal maupun nonformal.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Cogan (1998: 13) yang menyatakan bahwa:

“…formal, meaning primary schooling; non-formal, meaning educational programmes wich are outside the context of formal schooling, e.g, adult and continuing education programmes, special education for children and youth, etc,and informal, which consist of those learing acquired almost unconsciously in a variety of settings both in school and in the wider community.”Pendidikan Kewarganegaraan bisa dilakukan melalui pendidikan formal, nonformal dan informal.

(23)

12 keluarga dan masyarakat.Di Indonesia pendidikan karakter di lingkungan masyarakat tidak menjadi prioritas negara.Dimana Pendidikan Kewarganegaraanmerupakan ujung tombaknya, namun masih ditekankan pada lingkungan persekolahan saja.Padahal sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa untuk menciptakan negara yang baik (berkarakter) harus dilakukan melalui pendidikan yang terencana, terarah dan berkesinambungan dari sejak dini oleh berbagai pihak, sekolah maupun pihak masyarakat termasuk keluarga.Banyak ditemukan bahwa banyak kenyataan di lapangan adanya kesenjangan antara nilai-nilai yang diajarkan melalui pendidikan di persekolahan dengan dunia nyata yang ada di masyarakat.Pembangun karakater tidak akan berhasil jika tidak dilakukan secara berkesinambungan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kardiman (2008: 268) yang menyatakan bahwa:

Pembangunan karakter bangsa tidak saja menjadi tanggung jawab dunia persekolahan tetapi juga menjadi tanggung jawab situ-situs kewarganegaraan di luar persekolahan.Hal ini menegaskan bahwa PKn yang di mana di dalamnya terdapat pendidikan karakter, tidak hanya menjadi mata pelajaran persekolahan, tetapi menjadi PKn di lingkungan masyakat (community civic education).

Untuk itulah selain upaya yang terus menerus pengembangan karakter dilingkungan persekolahan dengan pengembangan konsep dan metodologi juga tidak kalah pentingnya pengembangan karakter bangsa dilingkungan masyarakat (community civics) sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi dalam rangka menciptakan warga negara yang cerdas dan baik (smart and good citizenship).

Menurut peneliti masalah pembinaan tanggung jawab warga negara dan menumbuhkan rasa peduli pada lingkungan merupakan salah satu tugas PKn khususnya PKnsebagai domain sosial kultural atau Pendidikan Kewarganegaraandi masyarakat (community civics).Atas pemikiran tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pembinaan Tanggung Jawab Warga Negara dalam Memecahkan Masalah-Masalah

Sosial Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan (Community

(24)

13 Lembaga Swadaya Masyarakat khusunya Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (LSM WALHI).

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka secara umumrumusan

masalah penelitian ini yaitu: “Bagaimanakah Pembinaan Tanggung Jawab Warga Negara dalam Memecahkan Masalah-Masalah Sosial Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan (community civics)”. Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan maka masalah pokok tersebut dijabarkan dalam sub-sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah fenomena nyata tentang tanggung jawab warga negara dalamPendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan (community civics)bagi pemecahan masalah sosial?

2. Bagaimanasikap kemandirian masyarakat melalui peran Pendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan (community civics)dalam membina tanggung jawab warga negara dalam memecahkan masalah sosial?

3. Langkah-langkah apa sajakah yang dapat dilakukan oleh Pendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan (community civics)untuk melakukan pembinaan tanggung jawab warga negara dalam memecahkan masalah sosial? 4. Bagaimanakah peran organisasi sosial lainnya dalam membina tanggung jawab

warga negara secara bersama-sama dalam memecahkan masalah sosial?

5. Bagaimanakah efektifitas hasil pembinaan tanggung jawab warga negara dalam memecahkan masalah-masalah sosial melalui Pendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan (community civics)?

C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

(25)

14 warga negara dalam memecahkan masalah-masalah sosial melalui Pendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan (community civics).

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang:

a. Fenomena nyata tentang tanggung jawab warga negara dalamPendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan (community civics)bagi pemecahan masalah sosial.

b. Sikap kemandirian masyarakat melalui peran Pendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan (community civics) dalam membina tanggung jawab warga negara dalam memecahkan masalah sosial.

c. Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh Pendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan (community civics)untuk melakukan pembinaan tanggung jawab warga negara dalam memecahkan masalah sosial.

d. Peran organisasi sosial lainnya dalam membina tanggung jawab warga negara secara bersama-sama dalam memecahkan masalah sosial.

e. Efektifitas hasil pembinaan tanggung jawab warga negara dalam memecahkan masalah-masalah sosial melalui Pendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan (community civics).

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan manfaat baik secara keilmuan (teoritis) maupun secara empirik (praktis) bagi pembinaan tanggung jawab warga negara dalam memecahkan masalah-masalah sosial melalui Pendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan (community civics).

1. Manfaat Teoritis

(26)

15 melalui Pendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan (community civics)dalam menangani pencemaran Sungai Kapuas Kota Pontianak Kalimantan Barat.

2. Manfaat Praktis

Dari temuan penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi beberapa pihak sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

a. Bagi Sekolah, diharapkan setiap sekolah dapat memasukkan materi tentang lingkungan hidup ke dalam kurikulum khususnya mata pelajaran muatan lokal. b. Bagi Masyarakat, diharapkan dengan adanya penelitian ini kesadaran

masyarakat akan pelestarian lingkungan khususnya sungai semakin meningkat sehingga dapat menjadi warga negara yang baik.

c. Bagi para akademis atau komunitas akademik, khususnya dalam bidang pendidikan kewarganegaraan, hendaknya dalam melaksanakan tugas tidak hanya fokus pada pendidikan di sekolah tetapi pendidikan di masyarakat juga perlu ditingkatkan.

d. Bagi Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kota Pontianak dan Dinas yang berkaitan dengan lingkungan, diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat membuat peraturan dan sanksi yang tegas agar masyarakat sadar akan kelestarian lingkungan khususnya sungai Kapuas.

e. Bagi peneliti, diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat menambah inspirasi bagi peneliti pendidikan kewarganegaraan lainnya yang berkaitan dengan pembinaan tanggung jawab sosial pada lingkungan atau komunitas lainnya.

E.Struktur Organisasi Penulisan

(27)

16 Bab I tentang pendahuluan.Bab ini secara rinci mendeskripsikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan tesis.

Bab II tentang tinjauan pustaka.Pada bab initerbagi dalam beberapa sub bab yaitu:(1) manusia dan lingkungan, (2) masalah-masalah sosial yang diakibatkan oleh aliran Sungai Kapuas, (3) hakikat, pengertian dan tujuan PKn, (4) pembinaan tanggung jawab warga negara, (5) Pendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan (Community Civics), (6) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), (7) Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), dan (8) hasil penelitian terdahulu yang relevan.

Bab III membahas tentang metode penelitian. Adapun sub bab yang dibahas dalam bab ini mencakup lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analsis data, keabsahan temuan penelitian serta tahap-tahap pelakasanaan penelitian di lapangan.

Bab IV membahas tentang hasil dan pembahasan. Pada bab ini dibahas tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian.

(28)

96 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai metodologi penelitian yang mencakup lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi oprasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analsis data, keabsahan temuan penelitian serta tahap-tahap pelakasanaan penelitian di lapangan.

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah LSM WALHI Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat yang terletak di Jalan M. Husin Thamin No. P. 25, Kelurahan Bansir Laut, RT 01/RW 05 Pontianak Tenggara. LSM WALHI Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat dijadikan tempat penelitian karena saat ini LSM WALHI bergerak dalam penanggulangan pencemaran Sungai Kapuas.

2. Subjek Penelitian

Dalam kaitannya penetapan subjek penelitian, maka ada beberapa kriteria yang digunakan yaitu latar(setting),parapelaku(actors ),peristiwa-peristiwa(events), danproses(process)(MilesdanHuberman,2007:57).

Kriteriapertama:adalahlatar,yang dimaksud adalah situasi dan tempat berlangsungnyaprosespengumpulandata,yakniLSM WALHI dan masyarat setempat. Kriteria kedua:pelakuyang dimaksudadalahDirektur, Ketua Divisi Advokasi dan Kolaborasi, Ketua Divisi Riset dan Kampanye LSM WALHI Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat dan masyarakat di sekitar fokus penelitian. Kriteriaketiga:adalahperistiwayangdimaksud hal-hal yang berkaitan dengan proses pembinaan tanggung jawab warga negara dan penanggulangan pencemaran sungai Kapuas. keempat:adalah proses, yang dimaksudwawancara peneliti dengan subjek

(29)

97 Berdasarkan hakikat dalam penelitian kualitatif, maka subjek dalam penelitian ini ditentukan secara snow ball sampling, artinya, subjek penelitian relatif sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian; namun subjek penelitian dapat terus bertambah sesuai keperluannya. Dalam penelitian ini, teknik snow ball sampling dilakukan apabila dalam pengumpulan datanya tidak cukup hanya dari satu sumber, maka dikumpulkan juga data dari sumber-sumber lain yang berkompeten. Misalnya, jika pengumpulan data tidak cukup, hanya dari pegawai WALHI, maka dikumpulkan juga dari pihak Badan Lingkungan Hidup Daerah dan Kota Pontianak, Wahana Visi Indonesia ADP Urban Pontianak, KSM Cahaya Maju, Riak Bumi dan masyarakat. Teknik-teknik penentuan jumlah subjek penelitian seperti ini di kenal dengan snowball sampling (Bogdan & Biklen, 1982; Miles & Huberman, 1994; dan Nasution, 1992: 11-33).

Adapun yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu: Direktur, Ketua Divisi Advokasi dan Kolaborasi, dan Ketua Divisi Riset dan Kampanyedari LSM WALHI, organisasi sosial (WVI, KSM Cahaya Maju, Riak Bumi), masyarakat Kota Pontianak, dan Badan Lingkungan Hidup Daerah/Kota Pontianak. Adapun subjek dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.1

Proses PengambilanInformasi Model Snowballing Informan

Tingkat III

Informan Tingkat II

Informan Tingkat I

Informan Kunci

BLHD/BLH KOTA PONTIANAK Masyarakat

Kota Pontianak

Masyarakat Kota Pontianak

Masyarakat Kota Pontianak WVI KSM CM RIAK BUMI

(30)

98 B. Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatanyangdigunakandalampenelitianini tentangpembinaan tanggung jawab warga negara dalam memecahkan masalah-masalah sosial melalui Pendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan (community civics)

adalahpendekatanpenelitiankualitatif. Pendekatan

kualitatifyaitusuatupendekatanyangtidak

menggunakanupayakuantifikasiatauperhitungan-perhitunganstatistik, melainkanlebihmenekankankepadakajianinterpretatif.

Creswell (1998:15) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut: Qualitativeresearchisaninquiryprocessofunderstandingbasedon distinctmethodologicaltraditionsofinquirythatexploreasocialor humanproblem.Theresearcherbuildsacomplex,holisticpicture,

analyzeswords,reportsdetailedviewsofinformants,andconductsthe study in a natural setting.

Pendapatdiatasdapatdijelaskanbahwapenelitiankualitatifadalahproses penelitianuntukmemahamiberdasarkantradisimetodologipenelitiantertentu dengancaramenyelidikimasalahsosialataumanusia.Penelitimembuat

gambarankompleksbersifatholistik,menganalisiskata-kata,melaporkan pandangan-pandanganparainformansecararinci,danmelakukanpenelitian dalam situasi yang alamiah. Pendekatanpenelitiankualitatifdisebutjugapendekatannaturalistik karenasituasilapanganpenelitianbersifatnaturalataualamiah,apaadanya,dan

tidakdimanipulasi.(Cresswell,1998;Nasution,1992:18).

(31)

99

(2003:3) mengatakan bahwa “penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari perilaku orang-orang yang diamati”.

Karakteristikpokokyangmenjadiperhatiandalampenelitiankualitatif adalah k epedulianterhadap”makna”.Dalamhalinipenelitiannaturalistiktidak

peduliterhadappersamaandariobyekpenelitianmelainkansebaliknya

mengungkaptentangpandangantentangkehidupandariorang-orangyang berbeda-beda.Pemikiraninididasaripulaolehkenyataanbahwamaknayangada dalamsetiap orang (manusia)berbeda-beda.Oleh karenaitu, tidakmungkinuntuk mengungkapkenyataanyangadadalamdiriorangyangunikitumenggunakan

alatlainkecualimanusiasebagaiinstrumen.

Beberapaliteraturmenyebutkanciri-ciripenelitiankualitatif/naturalistik,antaralain,sumberdataadalahsituasiwajar(natur alsetting),penelitisebagai

instrumenutamapengumpuldatapenelitian(key,instrument),sangatdeskriptif, mementingkanproses,mengutamakandatalangsung(firsthand),triangulasi(data darisatusumberharusdicekkebenarannyadengancaramemperolehdata yang sama dari sumber lain),mementingkan perspektifemik(pandangan informan),audit-trail(apakahlaporanpenelitiansesuaidatayangterkumpul),

partisipasitanpamengganggu(passiveparticipation),analisisdilakukansejak awal dan selama melakukan penelitian dan desain penelitian muncul selama proses penelitian (emergent, evolving dan developing).

2. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus atau penelitian kasus (case study) yang merupakan bagian dari penelitian kualitatif.

Creswell (2010:20)

mengemukakanbahwa“metodepenelitiankualitatifjugameliputisejumlah

metodepenelitian,antaralainpenelitian etnografi, grounded theory, studi kasus, fenomenologi dan naratif”.

(32)

100

Studikasusmerupakanstrategipenelitiandimana di

dalamnyapenelitimenyelidikisecaracermatsuatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atausekelompokindividu.Kasus-kasusdibatasiolehwaktudanaktivitas,

danpenelitimengumpulkaninfromasisecaralengkapdenganmenggunakanberb agaiprosedurpengumpulan data berdasarkanwaktu yang telahditentukan.

Melalui penelitian studi kasus diharapkan peneliti dapat menyelidiki secara cermat suatu program berdasarkan prosedur pengumpulan data yang telah ditentukan.

Sebagaisuatumetodekualitatif,studikasusmempunyaibeberapa

keuntungan.Lincon dan Guba (DeddyMulyana,2002:201) mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut :

a. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti.

b. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan informan.

d. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan (trustworthiness)

e. Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas.

f. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

Uraian di atas menyatakan bahwametode studikasus lebih menitikberatkanpadasuatukasus,adapunkasusyangdimaksuddalampenelitian ini adalah bagaimana pembinaan tanggung jawab warga negara dalam memecahkan masalah-masalah sosial melalui Pendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan (community civics).Kasus tersebut dibatasi dalam suatu ruang lingkup LSM WALHI Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat.

Penggunaanpendekatanpenelitiankualitatifdenganstudikasusdalam

penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahuikondisiyangobyektif dan mendalamtentangfokuspenelitian.Pendekatanstudikasusdipilihkarena

(33)

101

LSM WALHI Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan

Barat.Dalampelaksanaannya,peneliti menggunakan pendekatan antar personal di lingkungan fokus penelitian.

C.Definisi Operasional

Defenisi operasional merupakan pembatasan tentang hal-hal yang diamati sebagai konsep pokok dalam penelitian ini adalah : pembinaan, tanggung jawab warga negara, dan community civics (Pendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan).

1. Pembinaan

Pembinaanmerupakan suatu proses pembelajaran, karenapada dasarnya,pembinaanmelatihdanmengarahkanberbagaipotensiyang

dimilikisetiaporanguntukberkembangkearahyanglebihbaik. MenurutBSimandjuntak ( 1980:84)menyatakan bahwa:

Pembinaanpadadasarnyaadalahupayapendidikanbaik formal maupun non formal yang dilaksanakansecarasadar ,berencanadanterarah ,teraturdanbertanggungjawabdalamrangkamemperkenalkanmenumbuhkanda nmembimbingdanmengembangkansuatudasar- dasarkepribadian yang seimbang, utuhdanselaras, pengetahuandanketerampilansesuaidenganbakat ,kecenderungandankeinginansertakemampuansebagaibekaluntukselanjutnya atasprakarsasendiri, menambahdanmeningkatkandirirnya, sesamanyamaupunlingkungannyakearahtercapainyamartabatmutudankemam puanmanusiawi yang optimal danpribadi yang mandiri.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembinaan dilakukan dalam proses belajar dengan tujuan membantu orang untuk mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada dalam dirinya.

2. TanggungJawab

Tanggung jawab merupakan suatu kewajiban seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Sapriya (dalam Sapriya dkk, 2010:17), menyatakan bahwa sedikitnya ada dua pengertian tanggung jawab:

1. Tanggung jawab adalah kewajiban atau keharusan seseorang untuk melakukan sesuatu atau berperilaku menurut cara tertentu.

(34)

102 Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa tanggung jawab merupakan kewajiban seseorang untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu menurut cara tertentu.

3. Warga Negara

Warga negara adalah seseorang yang menjadi anggota dari suatu negara. Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 pasal 1 ayat (1) menyatakan:

“warga negara adalah warga suatu negara yang di tetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan”. Sedangkan yang dimaksud dengan warga negara Indonesia

menurut UUD 1945 pasal 26 ayat (1) menyatakan bahwa: “warga negara

Indonesia adalah orang-orang Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga negara”.

4. Community Civics (PendidikanKewarganegaraanKemasyarakatan)

Sumantri menyatakan bahwa :”Community Civics merupakan salah satu bahan Pendidikan Kewarganegaraan melalui metoda ceramah yang sering

disampaikan kepada masyarakat termasuk masyarakat awam melalui “institusi”

agama seperti metoda dakwah, tauladan, dan metode latihan melalui program civic mission.

5. LembagaSwadayaMasyarakat (LSM)

LSMatauyangumumdikenaldenganOrganisasinon-Pemerintahan(Non GovernmentOrganization)merupakanorganisasiyangdibentukolehkalangan

yangbersifatmandiri. Menurut Intruksi Mendagri No. 8 Tahun 1990, pengertian LSM, adalah:

Organisasi/lembaga yang di bentukmasyarakatwarga Negara Republik Indonesia secarasukarelaataukehendaksendiridanberminatsertabergerak di

bidangkegiatan-kegiatan yang di

tetapkanolehorganisasi/lembagasebagaiwujudpartisipasimasyarakatdalamup ayameningkatkantarafhidupdankesejahteraanmasyarakat yang menitikberatkankepadapengabdianmasyarakat.

Jadi LSM merupakan organisasi non pemerintah yang dibentuk dalam kehidupan masyarakat untuk mewujudkan partisipasi masyarakat.

(35)

103 Menurut Wikipedia Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) adalah organisasi lingkungan hidup independen, non-profit dan terbesar di Indonesia. WALHI didirikan pada 15 Oktober1980 sebagai reaksi dan keprihatinan atas ketidakadilan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan sumber-sumber kehidupan, sebagai akibat dari paradigma dan proses pembangunan yang tidak memihak keberlanjutan dan keadilan. WALHI merupakan forum kelompok masyarakat sipil yang terdiri dari organisasi non-pemerintah (LSM/Ornop/NGO), Kelompok Pecinta Alam (KPA) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Wahana_Lingkungan_Hidup_Indonesia 16

Oktober 2012)

D. Instrumen Penelitian

Sebagai mana telah dijelaskan diatas bahwa dalam penelitian kualitatif instrumen penelitiannya dilakukan oleh manusia. Hal ini senada dengan pendapat

Sugiono (2011:222) bahwa “terdapat dua hal yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu, kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data”.

Senada dengan pemaparan di atas menurut

Creswell(1998:261)bahwa“penelitiberperansebagai

instrumentkunci(researcheraskeyinstrument)atauyangutama”parapeneliti kualitatifmengumpulkansendiridatamellauidokumentasi,observasiperilaku atauwawancara.HumanInstrumentinidibangunatasdasarpengetahuandan menggunakanmetodeyangsesuaidengantuntutanpenelitian.

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus

“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang akan

terjun ke lapangan. Jadi peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.

HaltersebutdiperkuatolehpendapatCreswell(2010 :264)bahwapeneliti

terlibatdalam

pengalamanyangberkelanjutandanterus-menerusdenganparapartisipan. Instrumenutamadalampenelitianadalahpeneliti

(36)

104 mencariinformasimelaluiobservasidanwawancara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan antar manusia, artinya selama proses penelitian peneliti akan lebih banyak mengadakan kontak dengan orang-orang dilokasi penelitian yaitu LSM WALHI. Dengan demikian peneliti lebih leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan diadakannya penelitian adalah untuk mendapatkan data. Menurut Sugiono (2011:225) menyatakan bahwa:

Sumber data adaduamacamyaitusumber primer,

dansumbersekunder.Sumber primer adalahsumber data yang langsungmemberikan data kepadapengumpul data, dansumbersekundermerupakansumber yang tidaklangsungmemberikan data kepadapengumpul data, misalnyalewat orang lain ataudokumen. Dalampenelitiankualitatif, pengumpulan data dilakukanpada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, danteknikpengumpulan data lebihbanyakpadaobervasiberperanserta (participant observation), wawancaramendalam (in depth interiview) dandokumentasi.

Selanjutnya menurut Catherine Marshall, Gretchen B. Rossman (Sugiono,

2011: 225) menyatakan bahwa “the fundamental methods relied on by qualitative researchers for gathering information are, participation in the setting, direct

observation, in-depth interviewing, document review”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian kualitatif alat pengumpul data yang digunakan yaitu observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi. Namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara mendalam, dokumentasi, triangulasi dan studi literatur.

1. Observasi

(37)

105 kelapangan untukmengamatiperilakudanaktivitasindividu-individudilokasi penelitian”.Observasi dalampenelitian inidenganterjunlangsungdi lapangandanmengamati bagaimana keadaan tanggung jawab sosial masyarakat, bagaimana bentuk koordinasi antara community civics dan masyarakat dalam membina tanggung jawab sosial dan upaya apa yang dilakukan community civics dalam membina tanggung jawab sosial. Hal tersebut dilakukanuntukmemperolehinformasiyang

seutuhmungkindenganmemperhatikantingkatpeluangkapandandimana sertakepadasiapapenelitisebagaiinstrumendapatmenggali,mengkaji,

memilih,mengorganisasikan, dan mendeskripsikaninformasiselengkap mungkin. Senada dengan pendapat diatas menurut Sugiono (2011:227) menyatakan

“dalam observasi partisipatif peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang

yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian”.

Artinya sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Dengan obervasi ini diharapkan data yang diperoleh akan lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Susan Stainback 1988 (dalam Sugiono, 2011: 227) menyatakan “in participant observation, the researcher what people do, listen to what they say,

and participates in their activities’. Dalam observasi partisipatif, peneliti

mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartipasi dalam aktivitas mereka.

Ada beberapa manfaat dilakukannya suatu observasi. Menurut Patton (Sugiono, 2011:228), menyatakan bahwa manfaat observasi adalah:

a. Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

b. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery. c. Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak

(38)

106 dalam wawancara.

d. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh respon dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

e. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

f. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.

Diharapkan dengan melakukan observasi peneliti dapat memperoleh data yang valid, sehingga hasil yang diperoleh memang benar-benar sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh dua orang yang dilakukan secara langsung. Esterberg 2002 (Sugiono, 2011:231) mendefinisikan

interview sebagai:”a meeting of two person to exchange information and idea throung question and responses, resulting in communication and joint

construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik.

Menurut Cresswel (2010: 267) menyatakan:

Dalamwawancarakualitatifpenelitidapatmelakukanface to face interview

(wawancaraberhadaphadapan) denganpartisipan,

mewawancaraimerekadengantelepon, atauterlibatdalamfacus group interview

(interviewdalamkelompoktertentu)yangterdiridarienamsampaidelapanpartisi

panperkelompok.

Wawancara-wawancarasepertiinitentusajamemerlukanpertanyaan-pertanyaan yang secaraumumtidakterstruktur (unstructed) danbersifatterbuka (open-ended) yang dirancanguntukmemunculkanpadangandanopinidaripartisipan.

(39)

wawancaramendalaminidiharapkandapatdiperolehbentuk-107 bentukinformasitertentudarisemuarespondendengansusunankatadan

urutanyangdisesuaikandenganciri-cirisetiapresponden. Metode ini memungkinkan pihakyangdiwawancaraiuntukmendefinisikandirinya

sendiridanlingkungannya,untukmenggunakanistilah-istilahmereka

sendirimengenaifenomenayangditeliti,tidaksekedarmenjawab pertanyaan. Teknikpengumpulandatainiberdasarkanpadalaporantentangdiri sendiriatauself-report,atausetidak-tidaknyapadapengetahuanatau

keyakinanpribadi. Menurut Lincoln and Guba (Sugiono, 2011: 235) menyatakan langkah-langkahdalampenggunaanwawancarauntuk

mengumpulkandatadalampenelitiankualitatif,yaitu:

a . Menetapkan kepadasiapawawancaraituakandilakukan,

b .Menyiapkanpokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan

c . Mengawali dan membuka alur wawancara d .Melangsungkanalurwawancara

e . Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya f . Menuliskanhasil wawancarakedalamcatatanlapangan,

g .Mengidentifikasitindaklanjut hasil wawancarayang telah diperoleh. Menurut Sugiono (2011: 239) supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan bantuan alat-alat sebagai berikut:

a. Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan denga sumber data.

b. Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan. Penggunaan tap recorder dalam wawancara perlu memberi tahu kepada informan apakah dibolehkan atau tidak.

c. Kamera: untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan/sumber data.

Untuk memperoleh data yang valid maka responden yang akan diwawancarai yaitu: Direktur, Ketua Divisi Advokasi dan Kolaborasi, dan Ketua Divisi Riset dan Kampanye dari LSM WALHI, organisasi sosial (WVI, KSM Cahaya Maju, Riak Bumi), masyarakat Kota Pontianak, dan Badan Lingkungan Hidup Daerah/Kota Pontianak.

(40)

108 Studidokumentasimerupakansalahsatusumberdatapenelitian

kualitatifyangsudahlamadigunakan,karenasangatbermanfaat.Cresswell (2010;269-270)menyatakan bahwa:

Pengumpulandatadalamkualitatifmelaluidokumendapatdilakukanmelaluido kumenpublic(sepertiKoran,majalah,laporankantor)

ataupundokumenprivat(bukuharian,diary,surat,email)danmateriaudio visualberupafoto,objek-objek,seni,videotapeatausegalajenissuaraataubunyi.

Menurut Sugiono (2011: 240) menyatakan bahwa “dokumen merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbetnuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”. Pendapat Bogdan (Sugiono, 2011:

240) tentang dokumen yaitu: “ puslish autobiographies provide a readiley available source of data for the discerning qualitative research”. Artinya hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Studi dokumentasimerupakanpelengkapdaripenggunaanmetodeobservasidan wawancara dalam penelitian kualitatif.

4. Triangulasi

Menurut Sugiono (2011:241) menyatakan bahwa “triangulasi sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi teknik, bearti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.

Menurut Susan Stainback 1988 (Sugiono, 2011: 241) menyatakan bahwa:

the aim is not to determine the truth about some social phenomenon, rather the

purpose of triangulation is to increase one’s understanding of what ever is being

investigated”. Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang

(41)

109 Jadi melalui triangulasi dapat menjadikan penelitian benar-benar kridibel yaitu dengan menggunakan berbagi teknik pengumpulan data dan berbagai sumber.

5. StudiLiteratur

Studi literatur, yaitualatpengumpuldatauntukmengungkapkan berbagaiteoriyangrelevandenganpermasalahanyangsedangdihadapiatau diteliti sebagai bahanpembahasan hasil penelitian. Faisal (992:30) mengemukakan bahwa

“hasil studi literaturbisa dijadikan masukan danlandasandalammenjelaskan danmerincimasalah-masalahyangakanditeliti,

termasukjugalatarbelakangmengapamasalahtadipentingditeliti”.Teknik studi literatur yang digunakan dalam penelitian ini adalah mempelajari sejumlahliteraturyangberupabuku,jurnal,suratkabardansumber-sumber

kepustakaanlainnyagunamendapatkaninformasi-informasiyangmenunjang

danberhubungandenganpembinaan tanggung jawab warga negara, communtiy civics, sungai, peraturan-peraturan tentang lingkungan dan LSM.

F. Teknik Analisis Data

Analisisdatadalam penelitian kualitatifdilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai dilapangan (Sugiono, 2011: 245). Adapun teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu model Miles dan Huberman. Menurut Miles and Huberman (2007) mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Aktivitas

dalam analisis data yaitu

reduksidata,sajiandata,danpenarikankesimpulan/verifikasi.

Reduksidatamerupakanprosespemilihan,pemfokusan,penyederhanaan, abstraksidantransformasiterhadapdata“kasar”yangdiperolehdaricatatan lapangan.Reduksidatamerupakansuatubentukanalisisdatayangbertujuan untukmenajamkan,mengelompokkan,memfokuskan,pembuanganyangtidak

(42)

110 suatukesatuanbentukyangdisederhanakan,selektifdalamkonfigurasiyang

mudahdipakaisehinggamemberikemungkinanadanyapengambilankeputusan. Setelahdatatersajisecarabaikdanterorganisasimakadilakukanpenarikan kesimpulan atau verifikasi.

Bagan 3.1

Komponen-komponenAnalisis Data (Miles &Huberman, 2007: 21-22)

1. Reduksi Data

Reduksi data digunakan untuk mendeskripsikan, mengkonstuksi, catatan lapangan. Mereduksi data bearti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Selama proses reduksi data peneliti dapat melanjutkan meringkas, mengkode, menemukan tema, reduksi data berlangsung selama penelitian di lapangan sampai pada pelaporan penelitian selesai. Reduksi data merupakan yang menajamkan untuk

Pengumpulan

data

Penyajian

data

Reduksi

data

KesimpulandanVer

(43)

111 mengorganisasikan data, dengan demikian kesimpulannya dapat diverifikasi untuk dijadikan temuan penelitian terhadap masalah yang diteliti. Reduksi data ini dilakukan dengan cara mengelompokkan data sesuai dengan aspek-aspek permasalahan penelitian. Dengan cara melakukan pengelompokkan tersebut maka peneliti untuk menampilkan konstruksi data yang diperoleh.

2. Display Data

Data yang telah direduksi kemudian disajikan atau ditampilkan (display) dalam bentuk deskripsi sesuai dengan aspek-aspek penelitian. Penyajian data ini dimaksudkan untuk menyimpulkan informasi secara konsisten. Penyajian data yang paling sering dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif tetapi ada juga yang disajikan dalam bentuk grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan akan dilakukan berdasarkan pemahaman terhadap data yang telah dikumpulkan. Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, penarikan kesimpulan ini dilakukan dengan cara bertahap. Pertama, manarik kesimpulan sementara atau tentatif, namun seiring dengan bertambahnya data maka harus dilakukan verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang telah ada. Kedua, verifikasi data juga dilakukan dengan cara meminta pertimbangan dari pihak-pihak lain yang ada keterkaitannya dengan penelitian, atau dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari sumber-sumber tertentu dengan sumber-sumber lain. Akhirnya peneliti menarik kesimpulan akhir untuk mengungkap temuan-temuan penelitian ini.

G. Keabsahan Temuan Data

Dasar keabsahan adalah jawaban atas pertanyaan, bagaimana peneliti dapat meyakinkan audiens bahwa temuan peneliti memiliki nilai dan kegunaan: argument apa yang dikemukakan oleh peneliti, kriteria apa yang digunakan dalam penelitian, pertanyaan apa yang akan dijawab melalui penelitian tersebut. Menurut Sugiono (2011:269) dalam penelitian kualitatif pengujian keabsahan data

(44)

112 dependability (reabilitas), dan confirmability (obyektivitas)”. Keempat kriteria ini merupakan atribut-atribut yang membedakan penelitian kualitatif berturut-turut dengan validitas internal, validitas eksternal, reliabilitas, dan objektivitas dalam tradisi atau paradigma penelitian positivistik (Moleong,1996:176; Sudjana& Ibrahim, 1989; dan Nasution, 19). Selain itu, peneliti juga melakukan triangulasi

dengan melakukan cross-check yang bertujuan untuk pemeriksaan keabsahaan data dalam penelitian ini, yaitu membandingkan data yang terkumpul dengan cara memeriksa kesesuaian hasil analisis dengan kelengkapan data.

Triangulasi merupakan pengecekan kebenaran data yan

Gambar

Tabel 4.1 Batas Wilayah Administrasi Kota Pontianak ......................................
Gambar 4.1 Peta Kota Pontianak ..........................................................................
Tabel 1.1
Gambar 3.1 Proses PengambilanInformasi

Referensi

Dokumen terkait

The degree of load asymmetry due to eccentric filling is demonstrated and compared to the worst case observed, i.e., eccentric discharge through an orifice located at a distance of

Kedua, hasil analisis SWOT dapat diketahui bahwa bisnis Creative Puzzle Glass memiliki kekuatan dan kelemahan dalam produk dan harga, sementara peluang dan ancaman yang

yaitu pada lafaz (خشئبع َزمشف) „Aisyah benar-benar menyobek tutup kepala yang tipis tersebut dan menggantinya dengan tutup kepala yang tebal. Hukum dari lafaz ini

(5) Dalam hal telah disetujui atau telah dipenuhinya tindakan koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Kepala Dinas Propinsi paling lambat dalam waktu 14

Pada pemilihan selanjutnya pada tahun 2013, pemilihan kepala Desa Wonoasri mempertemukan dua entitas agama secara langsung karena hanya dua calon yang mengikuti

Kepala Seksi Statistik harga konsumen dan harga perdagangan besar badan pusat statistik SUMUT, Nurbaity menyatakan kenaikan atau penurunan harga cabai merah di Medan

atau nilai yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi siswa merupakan motivasi yang kuat. Namun perlu diingat bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil

variabel pengetahuan dengan pola makan mi instan memiliki nilai sig < α, yaitu nilai sig 1.000 > 0.05, yang artinya tidak ada hubungan secara statistik antara