PERILAKU MENGAJAR GURU AGAMA LULUSAN PROGRAM SI
FAKULTAS TARBIYAH IAIN IMAM BONJOL PADANG
T E S I S
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung dalam rangka menyelesaikan studi Program S2
bidang Pengembangan Kurikulum
Oleh :
H. SYAFRUDDIN NURDIN NOMOR POKOK 8932175/XXI-13
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Prof. Dr. H.M. Djawad Dahlan
PEMBIMBING I
Prof. Dr. H. Nana Syaodih Sukmadinata
Motto :
M Allah akan mengangkat derajat
orang-orang yang heriman dan
orang-orang yang berilmu pengetahuan
(QS Al-Mu^adalah : 11)
Kupersembahkan karya tulis ini
ke hadapan isteri tercinta
dan anak-anak tersayang
Retha, Riski dan Miftahul Fikri
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PEMBUKA
±
UNGKAPAN RASA TERIMA KASIH
iv
DAFTAR ISI
xii
DAFTAR BAGAN DAN TABEL x±v
BAB I PENDAHULUAN i
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Masalah Penelitian 9
G. Tujuan Penelitian 14
D. Kegunaan Penelitian 15
BAB II PERILAKU MENGAJAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA 17
A. Model Perilaku Mengajar 17
B. Perilaku Guru dalam Melaksanakan Pro
ses Belajar Mengajar 24
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Peri
laku Mengajar 55
D. Pengertian, Peranan dan Kedudukan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah.... 61
E. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan.. 67
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
72
A. Penentuan Subyek Penelitian ...
72
B. Metode Penelitian 75
C. Teknik Pengumpulan Data 76
D. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian... 81
xii
BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI PERILAKU
MENGAJAR GURU AGAMA
9-1
A. Deskripsi Hasil Penelitian tentang
Perilaku Mengajar Guru Agama SMP,
SMA dan SMEA 91
B. Interpretasi Hasil Penelitian
tentang Perilaku Mengajar Guru
Agama SMP, SMA dan SMEA 165
BAB V TEMUAN PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN
REKOMENDASI 192
A. Temuan Penelitian 192
B. Pembahasan 204
C. Rekomendasi 220
DAFTAR KEPUSTAKAAN 229
LAMPIRAN-LAMPIRAN 234
Lampiran A. Bentuk Satuan Pelajaran menurut model
PPSI 234
Lampiran B. Uraian Singkat tentang Metode Mengajar
Pendidikan Agama Islam 236
Lampiran C. Ringkasan Riwayat Hidup (Curriculum
Vitae) 241
Lampiran D. Surat-surat Izin, Rekomendasi dan
Surat Keterangan Penelitian 246
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
BaSan
Halaman
1. Model Konseptual Perilaku Guru dalam
Proses Belajar Mengajar menurut Strasser... 18
2. Urutan Pelaksanaan Pengajaran menurut Nana
Sudjana 22
3. Analisis Model Mengajar menurut R.D.Conners 23
4. Diagram Prosedur Pengembangan Sistem In
struksional (PPSI) 29
5. Pola Komunikasi Banyak Arah dalam Proses
Belajar. Mengajar menurut Nana Sudjana 37
6. Pemberian Struktur pada ffraian atau Peng
-ajaran Klasikal menurut Ad Rooijakkers .... 43
7« Unsur-unsur Kompetensi Guru menurut
C.E. Johnson 60
Tabel
1• Unsurunsur perilaku guru yang dapat diob
-servasi dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar di kelas • •••• 21
2. Perilaku yang ditampilkan guru agama dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar 197
BaB I
PMDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini diuraikan dasar-dasar
pemikiran yang dijadikan landasan pokok dalam penulisan
tesis yang berjudul "Perilaku Mengajar Guru Agama Lu
-lusan Program S1 Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Pa
da^" •
Adapun uraian yang akan disajikan pada bab I ini
meliputi : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Masalah Pe
-nelitian, (3) Tujuan Pe-nelitian, (4) Kegunaan Peneliti
an.
A« fertar Belakang Masalah
Bidang pendidikan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional bahkan dipandang sebagai salah
sa-tu aspek yang sangat strategis dalam mencapai sa-tujuan
pembangunan nasional tersebut* Pendidikan adalah salah
satu upaya utama dalam pembangunan nasional yang ditu
-jukan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya dan
seluruh masyarakat Indonesia yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila, seperti tercantum di dalam Undang
-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada fasal 3 dan 4 (Armas
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembang
-kan kemampuan serta meningkat-kan mutu kehidupan dan
martabat manusia Indonesia dalam rangka upava
mewu-judkan tujuan nasional.
P
J
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehi
dupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia-manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampil-an, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kema
-syarakatan dan kebangsaan.Dalam rangka untuk mencapai cita-cita dan tujuan
pendidikan nasional seperti diungkapkan di atas,
pada
sektor pendidikan telah dilakukan berbagai usaha
pemba-haruan oleh pemerintah, baik yang berhubungan dengan
masalah kualitas atau mutu, relevansi, efektivitas, dan
efisiensi maupun yang berkaitan dengan masalah
perluas-an kesempatperluas-an belajar dperluas-an pendidikperluas-an dasar. Usaha-usaha
tersebut dimaksudkan oleh pemerintah untuk mendorong
lembaga-lembaga pendidikan yang sudah ada agar lebih
giat dan efektif dalam mencapai tujuannya.
Perwujudan pembaharuan yang dilakukan itu
seyog-yanya tercermin dalam setiap kurikulum lembaga pendi
dikan mulai dari tingkat dasar sampai ke tingkat tinggi.
Kurikulum yang dimaksudkan di sini tidak hanya meliputi
bahan pelajaran atau rencana pengajaran yang akan
dibe-rikan kepada siswa, akan tetapi mencakup segala peng
-alaman dan pengaruh yang bercorak pendidikan yang
Nasution (1990 : 13) bahwa :
Kurikulum itu tidak hanya meliputi pelajaran yang
akan dipelajari oleh murid. Bahan itu baru merupakan
kurikulum sampai bahan pelajaran itu menjadi
bagian
dari pengalaman anak. Hubungan antar manusia dalam
kelas, metode mengajar dan prosedur evaluasi merupa
kan bagian dari kurikulum seperti halnya bahan pel
-ajaran itu sendiri.
Pernyataan Nasution ini menunjukkan, bahwa
penger-tian kurikulum itu tidaklah terbatas pada tujuan, bahan
pelajaran, metode dan evaluasi yang termuat dalam
renca-na pengajaran semata, tetapi lebih luas dari itu yakni
mencakup sarana dan prasarana, sikap dan perilaku
pendidik (guru) serta tenaga kependipendidikan lainnya. Jadi, ku
-rikulum itu pengertiannya luas, seperti yang diungkapkan
oleh Alice Miel (Nasution : 1990 , 13-14) :
...bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan ,
dan sikap orang-orang yang meladeni dan diladeni se
kolah, yakni anak didik, masyarakat, para pendidik
dan personalia (termasuk penjaga sekolah, pegawai
administrasi, jururawat, dan pegawai sekolah lainnya yang ada hubungannya dengan murid-murid).
Oleh karena itulah, maka pembaharuan dalam bidang
pendidikan dilakukan dalam berbagai sektor dan bidang,
termasuk sektor pendidikan tenaga kependidikan atau Lem
baga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
Pada sektor pendidikan tenaga keguruan telah di
lakukan berbagai usaha pembaharuan dalam rangka mening
-katkan efektivitas serta memenuhi tuntutan untuk meng
sistem pengelolaan lembaga dan sebagainya. Pembaharuan
dalam bidang tenaga kependidikan (keguruan) merupakan
salah satu aspek yang sangat strategis dalam kerangka
pembaharuan Sistem Pendidikan Nasional, karena kemampuan
tenaga kependidikan khususnya guru sebagai ujung tombak
yang selalu berada pada garis terdepan sangatlah menen
-tukan keberhasilan usaha pendidikan.
Salah satu segi pembaharuan yang dilakukan oleh
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yaitu
me-ngembangkan program pendidikan guru yang berorientasi
atau didasarkan atas kompetensi profesional yang memadai.
Tentang penegmabnagn program ini, Darji Darmodiharjo
(1983 : 44) mengatakan sebagai berikut :
...untuk mengembangkan program pendidikan guru perlu digunakan pendekatan yang disebut Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi (PGBK). Pendekatan ini mem -persyaratkan bahwa program pendidikan guru harus di dasarkan atas, serta mengarah pada kompetensi profe sional yang memadai.
Seiring dengan pembaharuan yang dilakukan oleh
beberapa Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
tersebut, IAIN yang juga memiliki Fakultas Tarbiyah yang
menghasilkan calon guru agama telah pula mengadakan be
-berapa penyesuaian pada kurikulumnya. Seperti terlihat
pada kurikulum yang sedang diimplementasikan saat ini,
yaitu kurikulum yang ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Agama No. 97 tahun 1982 dan disempurnakan dengan
kuri-kulum Fakultas Tarbiyah berorientasi pada kompetensi
atau menganut pendekatan kompetensi, seperti dinyatakan
dalam buku Pedoman IAIN Imam Bonjol Padang (IAIN : 1989;
49), sebagai berikut :
...Pendekatan yang dilakukanpun pendekatan kompeten
si yaitu suatu cara menetapkan pertanggungjawaban
(accountability) atau keberhasilan program yang me
-libatkan tiga pihak, yaitu penghasil, pemakai dan
kelompok profesional.
Accountability di sini berarti isi dan cara
penyam-paian tidak hanya ditentukan oleh dosen saja. la
di-tetapkan oleh tiga pokok lembaga penghasil, termasuk dosen, kelompok profesional dan pemakai lulusan.
Fakultas Tarbiyah sebagai salah satu Fakultas
yang berada di bawah naungan IAIN Imam Bonjol Padang,
se-suai dengan misi dan tugas pokoknya bertujuan membentuk
sarjana muslim yang ahli dalam bidang tarbiyah, meliputi
pendidikan agama Islam, bahasa Arab dan tadris. Selain
dari itu, Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama
(PA) bertujuan membentuk sarjana muslim yang ahli ilmu
agama Islam dalam bidang pengajaran dan pendidikan agama
Islam yang dipersiapkan untuk bertugas pada Sekolah Me
nengah Umum Tingkat Pertama, Tingkat Atas dan pada Mad
-rasah-Madrasah yang berada di bawah pembinaan Departemen
Agama. Dengan demikian jelas bahwa secara legalitas for
mal lulusan program S1 Fakultas Tarbiyah IAIN merupakan
tenaga-tenaga yang kompeten untuk mengajarkan pendidikan
6
Meskipun Fakultas Tarbiyah IAIN sebagai lembaga
penghasil guru agama telah mengadakan penyesuaian dalam
kurikulumnya
dan sampai saat ini telah menghasilkan 157
orang sarjana program S1 yang sebagian diantaranya sudah
bertugas pada beberapa sekolah umum, tapi dewasa ini
ma-sih saja banyak muncul sorotan dan rasa kurang puas
ma
syarakat terhadap mutu pendidikan agama Islam di sekolah.
Tidak hanya sampai di situ saja, bahkan Fakultas Tarbi
-yah IAIN yang merupakan wadah atau lembaga pengadaan gu
ru agama juga tidak luput dari sorotan tersebut. Hal ini
disebabkan karena ada anggapan bahwa yang bertanggung
jawab atas mutu pendidikan agama Islam di sekolah adalah
guru agama, yang dalam hal ini dihasilkan oleh Fakultas
Tarbiyah IAIN, dan oleh karenanya Fakultas Tarbiyah IAIN
lah yang bertanggung jawab.
Selain itu, isu tersebut di atas pun dirasakan
oleh Menteri Agama Republik Indonesia selaku pembina
Lembaga Pendidikan yang menghasilkan guru-guru agama Is
lam. Seperti pernah disampaikannya, sebagai berikut :
Banyaknya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) be-lum menjamin baiknya pendidikan agama Islam,dan pen didikan agama Islam di sekolah umum sampai sekarang masih belum mantap. Hal ini menurut beberapa laporan
dan penelitian disebabkan karena materi dan cara
Selain
dari adanya keresahan masyarakat dan pernya
taan serta pengakuan Menteri Agama Republik Indonesia se
perti diungkapkan di atas, bila diperhatikan pula
fenome-na yang terjadi di tengah-tengah masyarakat menunjukkan
adanya kecenderungan bahwa pelaksanaan pendidikan agama
Islam di sekolah menengah belum berhasil dengan baik. Hal
ini terlihat dari masih banyaknya para lulusan sekolah
menengah itu yang belum mampu membaca Al-Qur'an dan
meng-hayati kandungan maknanya, berkurangnya gairah siswa un
tuk melakukan ibadah ritual keagamaan terutama shalat dan
puasa di bulan ramadhan, memudarnya rasa persaudaraan di
kalangan para pelajar yang ditandai dengan seringnya ter
jadi perkelahian antar pelajar sekolah menengah, yang
de-wasa ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tapi su
dah menggejala sampai ke kota-kota kecil di daerah.
Selain itu juga terlihat adanya kecenderungan berkurang
-nya rasa hormat siswa terhadap guru yang ditandai pula
dengan terjadinya pemukulan, penusukan dan pelemparan gu
ru oleh siswa. Padahal menurut tema sentral pendidikan
agama Islam di sekolah umum, siswa sekolah menengah yang
sudah menerima pendidikan agama Islam akan menunjukkan
perilaku sebagai berikut :
a. Siswa taat beribadah, berzikir, berdo'a serta mampu menjadi imam;
8
c. Siswa memiliki akhlak yang baik;
d. Siswa mampu menerapkan muamalah dengan baik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (Depdik -bud RI : 1989 ,11).Diakui bahwa fenomena-fenomena yang diungkapkan
di atas tidak sepenuhnya disebabkan oleh karena belum
berhasilnya pelaksanaan pendidikan agama Islam di seko
-lah, tapi setidak-tidaknya hal ini memberi petunjuk bah
wa tujuan pendidikan agama Islam
belum tereapal
dengan
sepenuhnya.
Akibat dari adanya keresahan masyarakat, -pernya
-taan dan pengakuan Menteri Agama Republik Indonesia ser
ta fenomena-fenomena yang terjadi di tengah-tengah ma
syarakat tentang hasil pelaksanaan pendidikan agama Is
-lam di sekolah umum, timbul berbagai tanggapan atau pen
dapat yang berusaha mencari akar permasalahannya. Ada
yang berpendapat bahwa salah satu sebabnya adalah karena
perilaku mengajar yang ditampilkan oleh guru agama belum
sesuai dengan yang diharapkan. Guru agama belum mampu
menerapkan berbagai variasi metode di dalam mengajar,
terutama metode-metode yang relevan dengan pendidikan
agama Islam. Guru agama kurang memberikan perhatian ter
hadap aspek pedagogis dan didaktik di dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar... Sajauhmana kebenaran pendapat
Sehubungan dengan adanya permasalahan tersebut
di atas dan mengingat pula para lulusan program
SI
Fa
-kultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam
Bonjol Padang yang mengajar pada sekolah-sekolah
umum
belum pernah diteliti performance atau perilaku meng
-ajarnya, maka untuk memperoleh gambaran yang lebih
leng-kap tentang perilaku mengajar guru-guru agama yang
ber-tugas pada Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama (SMP),
Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMA), dan Sekolah
Menengah Kejuruan Tingkat Atas (SMEA), perlu dilakukan
suatu studi tersendiri melalui penelitian ilmiah.
B. Masalah Penelitian
Mengingat luasnya latar belakang permasalahan
yang dikemukakan pada bagian terdahulu, perlu adanya
perumusan masalah yang definitif dan jelas.
Adapun permasalahan yang dijadikan fokus dalam
penelitian ini adalah "Perilaku Mengajar Guru Agama Lu
lusan Program S1 Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Pa
dang yang bertugas pada Sekolah Menengah Umum Tingkat
Pertama (SMP). Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMA)
10
Berdasarkan fokus penelitian tersebut dirumuskan
tema masalah, sebagai berikut.
"Bagaimana Perilaku Mengajar Guru Agama Lulusan Program
SM Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang ? "
Permasalahan yang akan diungkapkan dan dianalisis
oleh studi ini yaitu "perilaku guru agama dalam melaksa
nakan proses belajar mengajar di kelas". Perilaku yang
dilihat tersebut berupa aktivitas atau kegiatan ayata
yang ditampilkan oleh guru agama pada setiap tahapan
pengajaran, yakni : tahap awal" pengajaran (pre-active) ,
tahap pelaksanaan pengajaran (inter-active), dan tahap
akhir pengajaran (post-active).
Selain itu, juga diteliti dan dilihat
langkah-langkah serta aktivitas yang dilakukan oleh guru agama
dalam melaksanakan penilaian hasil belajar siswa serta
aktivitas dan langkah-langkah yang dilakukannya dalam
mempersiapkan atau menyusun satuan pelajaran.
1. Perilaku yang ditampilkan dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar
Pertama, pada tahap awal pengajaran yang akan
diobserva-si yaitu aktivitas yang berhubungan dengan : (1)
mencip-takan suasana untuk memulai proses belajar mengajar,(2)
menjelaskan kegunaan bahan pelajaran, (3) menjelaskan
hubungan antara pelajaran yang lalu dan yang akan dibe
-rikan (apersepsi) ,
(4) menarik perhatian atau memberi
•*"*"
Kedua, pada tahap pelaksanaan pengajaran dilihat aktivi
tas mengenai : (1) menyampaikan pokok bahasan yang akan
diajarkan, (2) menuliskan pokok bahasan di papan tulis,
(3) menguraikan atau menyajikan pelajaran kepada siswa,
(4) menggunakan metode atau strategi mengajar, (5) meng
gunakan alat peraga atau media pengajaran yang relevan,
(6) menerapkan atau menggunakan
berbagai
kerampilan
yang menunjang jalannya proses belajar mengajar seperti:
(a) melakukan tanya jawab dengan siswa dalam rangka un
-tuk memperoleh umpan balik, (b) memberikan reinforcement
(c) menyampaikan pelajaran bagian demi bagian, (d) meng
gunakan bahasa yang mudah dipahami, (e) menggunakan
sua-ra yang jelas sehingga dapat didengar semua siswa, (f)
mengatur tempo di dalam menyampaikan pelajaran.
Ketiga, pada tahap akhir pengajaran diobservasi aktivi
-tas
atau.kegiatan
yang berhubungan
dengan: (1)
pelaksa
-naan pos tes atau penilaian hasil belajar, (2) memberi
tugas siswa, (3) menyampaikan ikhtisar pelajaran, dan
(4) menutup atau mengakhiri pelajaran.
2. Perilaku yang dilaksanakan dalam menilai hasil
belajar siswa
Dalam aspek ini akan diobservasi mengenai langkah
langkah dan cara yang dilakukan dalam menilai hasil bel
ajar, yaitu tentang : (1) menyusun atau mempersiapkan
12
laksanakan penilaian, meliputi : (a) penilaian yang di
-laksanakan selama proses belajar mengajar yakni : pre
-tes dan pos--tes, (b) penilaian yang dilakukan menjelang
mid smester (subsumatif), (c) mid smester, dan (d) peni
laian akhir smester (sumatif), serta (4) melakukan peni
laian terhadap ketiga lingkup yakni : pengetahuan,
peng-hayatan dan pengamalan.
3. Perilaku yang dilaksanakan dalam menyusun atau
mempersiapkan rencana pengajaran (satuan pel
ajaran)
Perilaku yang akan diobservasi dalam aspek ini
mengenai langkah-langkah dan aktivitas dalam : (1)
mene-tapkan atau menentukan bahan pelajaran, (2) merumuskan
tujuan pengajaran, (3) menentukan kegiatan belajar meng
ajar yang mencakup : (a) penggunaan metode atau strategi
(b) penggunaan alat peraga/media pengajaran dan sumber
belajar lainnya, (4) menentukan alat dan prosedur peni
-laian (evaluasi), (5) menyusun bentuk dan isi satuan
pelajaran.
Kemudian dalam studi ini, di samping meneliti pe
rilaku mengajar guru agama dalam melaksanakan proses
belajar mengajar di kelas, juga menelaah beberapa latar
belakang guru agama, yaitu : latar belakang pendidikan,
aktivitas guru agama dalam masyarakat terutama dalam
13
sekolah tempat guru agama mengajar, dalam hal ini yang
dilihat : (a) sarana belajar yang menunjang pelaksanaan
proses belajar mengajar, (b) perhatian dan dukungan ke
-pala sekolah terhadap pendidikan agama Islam, dan (c)
perhatian siswa terhadap pelajaran agama Islam.
Terakhir, studi ini akan menganalisis perilaku
mengajar guru agama ditinjau dari beberapa latar bela
-kang guru yaitu : latar bela-kang pendidikannya,
aktivi
-tas dalam masyarakat dan kondisi sekolah tempat mengajar,
Mengapa faktor-faktor tersebut merupakan hal yang
perlu
dipertimbangkan dalam penelitian ini ? Hal ini bertolak
dari beberapa asumsi, antara lain bahwa : (1) perwujudan
perilaku
guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar
itu merupakan hasil dari proses belajar yang pernah
di-ikutinya. Proses belajar itu dapat melalui pendidikan
sebelum-jabatan dan dapat pula melalui pendidikan dalam
jabatan (Asrori, 1990 ; 9), (2) bahwa dengan semakin
ba-nyaknya aktivitas guru agama dalam kegiatan keagamaan di
masyarakat terutama memberikan pengajian agama, ~ makin
mempermantap penguasaannya terhadap bahan pelajaran, ka
rena secara tersirat bahan pelajaran yang akan diajarkan
telah termasuk di dfilam bahan pengajian yang diberikanj
(3) bahwa kondisi sekolah, ukuran dan fasilitas yang
di-miliki yang berhubungan dengan perlengkapan belajar dan
14
mengajar guru, seperti dikemukakan oleh Lee S. Shulman
(Wittrock : 1986 , 6) bahwa kondisi sekolah, besar se
kolah, ketersediaan fasilitas sekolah seperti televisi
pendidikan, buku teks dan Iain-lain mempengaruhi peri
laku mengajar.
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mem
peroleh gambaran tentang perilaku mengajar guru agama
lulusan program S1 Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol
Padang dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya.
Adapun secara khusus, tujuan penelitian ini
adalah untuk memperoleh beberapa temuan tentang :
1. Penampilan mengajar guru agama di kelas,
berkenaan dengan materi/bahan dan metode yang dipakai
(digunakan).
2. Kesesuaian (consistency) antar komponen
pengajaran dan langkah-langkah mengajar.
3. Faktorfaktor yang melatarbelakangi penam
15"
D. Kegunaan Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh melalui temuan atau
hasil penelitian ini, antara lain sebagai berikut :
1. Dengan adanya penelitian ini dan apabila tu
-juan-tujuan yang telah dikemukakan terdahulu dapat ter
eapal, maka temuan penelitian ini dapat menjadi masuk
-kan (in-put) yang sangat berharga ,dan
dapat digunakan
sebagai umpan balik (feedback) bagi guru agama, teruta
ma dalam meningkatkan dan menyempurnakan penampilan
mengajar di depan kelas. Selain itu, juga berguna buat
guru agama untuk meningkatkan kemampuan serta keteram
-pilannya dalam menciptakan konsistensi (kesesuaian)
an-tar komponen pengajaran dan langkah-langkah mengajar
yang dilakukan dalam pelaksanaan proses belajar meng
ajar.
2. Temuan dan rekomendasi hasil penelitian ini
diharapkan pula berguna bagi lembaga pendidikan yang
menghasilkan calon guru agama (Fakultas Tarbiyah IAIN),
untuk penyempurnaan program perkuliahan terutama yang
berhubungan dengan pendidikan keguruan seperti ; mem
perkaya pengalaman belajar calon guru agama dengan me
-tode-metode mengajar yang relevan untuk pendidikan aga
ma Islam, Selain itu, juga untuk penyempurnaan penye
-lenggaraan latihan praktek keguruan (praktek mengajar)
TF
terkontrol, melalui peningkatan kerjasama dan pengem
-bangan komunikasi dua arah dengan kepala-kepala sekolah
dan guru-guru pamong (pembimbing) yang ada di lapangan.
3. Temuan penelitian ini juga berguna bagi lem
-baga-lembaga terkait dengan pembinaan profesionalisme
guru agama, yakni Kantor Wilayah Departemen Agama dan
Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Sumatera Barat sebagai masukan dan umpan balik
untuk penyusunan program kegiatan, terutama yang ter
-arah pada pembinaan dan pengembangan profesionalisme
guru agama seperti : Penataran Guru Bidang Studi Pendi
dikan Agama Islam, Pemantapan Kerja Guru (PKG), Pena
-taran PPSI dan atau pena-taran-pena-taran lain yang
rele-van.
4. Temuan penelitian ini diharapkan pula
berman-faat bagi kepala sekolah. Sebagai atasan atau pembina
langsung guru-guru agama, kepala sekolah memerlukan da
ta empiris tentang perilaku mengajar yang ditampilkan
oleh guru agama dalam pelaksanaan tugas mengajar. De
ngan hasil penelitian ini kepala sekolah dapat melaku
-kan pembinaan terhadap guru agama, baik dengan cara
mengikut sertakan guru agama pada Penataran dan atau
latihan, maupun melalui pembinaan langsung oleh kepala
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
Dalam bab III ini diuraikan prosedur penelitian
yang akan dilakukan dalam penulisan tesis, meliputi :
(1) penentuan subyek penelitian, (2) metode penelitian,
(3) teknik pengumpulan data, (4) tahaptahap pelaksana
-an peneliti-an, d-an (5) pengolah-an d-an -analisis data.
A. Penentuan Subyek Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti oleh
studi ini, maka penentuan "subyek penelitian" sebagai
sumber informasi utama dilakukan secara purpossive. Ar
-tinya, subyek penelitian tidak ditentukan berdasarkan
random sampling atau acakan dan tidak pula menggunakan
populasi serta sampel yang banyak, akan tetapi dipilih
menurut tujuan penelitian.
Dalam studi ini , "subyek penelitian" dipilih
lima orang guru agama lulusan program S1 Fakultas Tarbi
yah IAIN Imam Bonjol Padang yang bertugas pada lima se
-kolah, yaitu ; pada Sekolah Menengah Umum Tingkat Perta
ma (SMP), Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMA), dan
Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas (SMEA). PemilihaHi
lima orang "subyek penelitian" didasarkan atas pertim
-bangan,bahwa pada guru agama lulusan program SI keenam
dan seterusnya tidak diperoleh lag! keterangan atau in
-formasl dan karakteristik yang.berbeda (baru). daripada
73
yang sudah diperoleh dari lima ©rang sebelumaya (subyek
penelitian).
Subyek penelitian akan diobservasi di dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas,
yaitu.pada
tahap awal, pelaksanaan dan akhir pengajaran sebagaimana
telah diuraikan pada bab I terdahulu. Selain itu juga
"akan ditelaah atau diteliti latar belakang pendidikan,
aktivitas dalam masyarakat,dan kondisi sekolah tempat
guru agama mengajar. Observasi atau penelitian lapangan
ini dilakukan selama lebih kurang empat bulan, yakni da
ri bulan September sampai dengan Desember 1991.
Untuk memperoleh informasi dan data dalam peneli
tian digunakan dua sumber informasi, yaitu sumber infor
masi primer dan sekunder. Sumber informasi primer yaitu
lima orang guru agama yang telah ditentukan sebagai sub
yek penelitian, sedangkan sumber informasi sekunder
ter-diri dari unsur-unsur terkait, sebagai berikut :
1. Kepala sekolah, sebagai penanggung jawab utama
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar atau dalam pe
laksanaan pengajaran di sekolah tempat guru agama meng
-ajar. Melalui kepala sekolah ini diharapkan diperoleh
banyak informasi atau keterangan tentang perilaku meng
-ajar yang ditampilkan oleh "subyek penelitian" (guru
agama). Selain itu, juga diperoleh keterangan mengenai
berbagai aktivitas pendidikan dan pengajaran yang dila
74
2*
Guruguru, sebagai rekan sekerja atau sepro
-fesi pada sekolah yang dijadikan lokasi penelitian. Me
lalui beberapa orang guru (jumlahnya sesuai dengan ke
-butuhan dan tujuan penelitian) tersebut, diperoleh pula
keterangan atau informasi yang berhubungan dengan peri
laku mengajar guru agama (subyek penelitian), dan akti
vitas yang dilakukannya di sekolah. Di samping itu, gu
ru ini sekaligus dijadikan pihak yang dapat diwawanca
-rai dalam rangka "triangulasiP data
3» Siswa, sebagai unsur yang selalu berhadapan
langsung dengan guru agama (subyek penelitian) di dalam
interaksi edukatif di kelas. Melalui siswa diperoleh
informasi mengenai perilaku mengajar (performance) guru
agama dalam melaksanakan proses belajar mengajar di ke
las, serta dalam berbagai aktivitas pendidikan dan peng
ajaran lainnya di sekolah.
4. Staf Pimpinan Fakultas Tarbiyah. .IAIN, sebagai
penanggung jawab utama dalam pelaksanaan perkuliahan
program SI.FMelalui mereka ini diperoleh informasi ten
tang pelaksanaan perkuliahan program S1, terutama yang
berkenaan dengan pendidikan agama Islam, pendidikan ke
guruan, praktek keguruan (praktek mengajar) serta latih
an pembekalan praktek keguruan (praktek mengajar) ter
-sebut, dan informasi lain yang relevan dengan maksud
75
5. Beberapa orang lulusan program S1 Fakultas
Tarbiyah IAIN. Sebagai sejawat seangkatan pada
waktu kuliah di Fakultas Tarbiyah IAIN dari para lulusan
ini diperoleh informasi tentang perkuliahan, terutama
yang berhubungan dengan : (a) pendidikan agama Islam,
(b) pendidikan keguruan, (c) praktek keguruan (praktek
mengajar), dan (d) latihan pembekalan praktek keguruan.
Di samping itu, para sejawat guru agama (subyek peneli
-tian) sekaligus jadi salah satu unsur untuk mengadakan
"triangulasi".
B. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini sangat deskriptif
dan sifatnya lebih cenderung kearah metode penelitian
naturalistikkualitatif. Dalam penelitian ini dikumpul
-kan data deskriptif sebanyak mungkin yang dituang-kan da
lam bentuk laporan dan uraian. Pengumpulan dan
pengolah-an data dilakukpengolah-an secara lpengolah-angsung di lappengolah-angpengolah-an menurut
apa adanya (natural setting) oleh peneliti sendiri tanpa
diwakili oleh orang lain. Tentang penelitian seperti di
kemukakan di. atas, Nasution (1988 : 9) mengemukakan se
bagai berikut : "Dalam penelitian ini diusahakan
mengum-pulkan data deskriptif yang banyak yang dituangkan dalam
bentuk laporan dan uraian. Penelitian ini tidak
menguta-makan angka-angka statistik, walaupun tidak menolak data
76
Senada dengan yang dikemukakan Nasution di atas,
Subino (1988 : 2) menambahkan bahwa "Data yang
dikumpulkan ... umumnya lebih bersifat naratif daripada kuanti
-tatif, lebih berupa kata-kata daripada angka-angka. Akan
tetapi kesalahan yang besar kalau ada yang beranggapan
... anti kuantitatif."
Dalam pelaksanaan di lapangan peneliti berusaha
mengikuti langkahlangkah dan caracara yang sesuai de
-ngan penelitian kualitatif seperti dikemukakan di atas.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data di lapangan, pe
neliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, an
tara lain melalui :
1. Observasi (pengamatan langsung)
Dengan pengamatan langsung dimaksudkan dapat di
-peroleh gambaran secara langsung mengenai aktivitas.atau
perilaku yang ditampilkan oleh guru agama dalam pelaksa
naan proses belajar mengajar. Perilaku yang diamati se
-cara langsung tersebut berkenaan dengan pelaksanaan
pengajaran pada tahap awal, pelaksanaan,dan akhir peng
-ajaran, dengan berbagai aktivitas yang diperlihatkan pa
da setiap tahapan tersebut (seperti telah diuraikan da
lam permasalahan)• Observasi atau pengamatan langsung ke
lapangan ini dilakukan selama lebih kurang empat bulan
77
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dalam rangka untuk mengetahui
lebih jauh dan mendalam tentang sesuatu yang sedang di
teliti yang ternyata belum terlihat oleh observasi. De
ngan wawancara diharapkan diperoleh informasi verbal da
ri subyek penelitian (responden), terutama tentang
halhal yang berada di balik apa yang tampak dari hasil ob
-servasi yang sudah dilakukan. Melalui wawancara diper
-oleh pandangan "emie" responden tentang dunia kenyataan.
Tentang perlunya dilakukan wawancara dalam pene
-litian kualitatif, Nasution (1988 : 69) menulis dalam
bukunya, sebagai berikut :
Observasi saja tidak memadai dalam melakukan pe -nelitian. Mengamati kegiatan dan kelakuan orang saja tidak dapat mengungkapkan apa yang diamati atau di
-rasakan orang lain. Itu sebabnya observasi harus di-lengkapi oleh wawancara. Dengan melakukan wawancara kita dapat memasuki dunia pikiran dan perasaan res
ponden.
Melalui wawancara, selain dari memperoleh infor
-masi dari subyek penelitian (responden) sebagai sumber
informasi primer, juga diperoleh informasi atau kete
rangan dari sumber informasi sekunder, yaitu tentang :
(a) impressi atau kesan lulusan program S1 (selain dari
subyek penelitian) mengenai pelaksanaan kuliah dalam
TO-(b) persepsi lulusan S1 tentang penyelenggaraan praktek
keguruan (praktek mengajar) dan latihan pembekalan yang
diadakan sebelumnya, (c) pendapat siswa tentang perila
ku mengajar guru agama di sekolah, (d) pendapat Kepala
Sekolah, Wakil dan guru-guru tentang perilaku guru aga
ma dalam mengajar, dan (e) informasi lain yang relevan
dengan tujuan penelitian ini. Wawancara dilakukan ,de
-dengan lima orang lulusan program S1 Fakultas Tarbiyah
IAIN yang dilakukan dalam dua tahap atau periode.
Pertama. wawancara diarahkan untuk memperoleh jjaformasl
"emic" yaitu pandangan-pandangan umum serta pendapat
dari subyek penelitian (responden) tentang perilaku
yang harus ditampilkan dan dilakukan dalam mengajar.
Kedua. pada tahap ini wawancara diarahkan oleh peneliti
untuk memperoleh informasi yang diharapkan atau infor
-masi yang sesuai dengan fokus masalah yang ingin diung
kapkan (etic).
Dalam pelaksanaannya antara wawancara tahap per
tama dengan kedua mempunyai hubungan yang tak dapat
di-pisahkan (kontinuitas), karena wawancara kedua merupa
kan lanjutan dari hasil wawancara tahap pertama. Seper
ti dinyatakan oleh Nasution (1988 : 83) "Informasi etic
79
3. Dokumentasi
Perolehan data melalui dokumen-dokumen yang rele
van dapat membantu mendukung data yang diperoleh dengan
cara lain. Mengenai perolehan data melalui dokumentasi
Nasution (1988 : 85) mengatakan bahwa ;
Melakukan penelitian naturalistik tidak berarti
hanya melakukan observasi dan wawancara, walaupun kedua cara itu yang paling dominan, bahkan dokumen tasi juga perlu mendapat perhatian
selayaknya.
Sejalan dengan apa yang dinyatakan Nasution di
atas, Lexi Moleong (1989 s 77) menambahkan pula tentang
peranan dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian
kualitatif, sebagai berikut : "data yang diperoleh dari
dokumentasi dapat dimanfaatkan untuk menguji,
menafsir-kan, bahkan meramalkan".
Dalam penelitian ini dokumen yang dikumpulkan
dan ditelaah, antara lain : (a) satuan pelajaran/rencana
pengajaran, (b) daftar nilai hasil belajar siswa, (c)
buku pedoman Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang
yang memuat tentang kurikulum, (d) buku kurikulum SMP,
SMA, dan SMTA Kejuruan dan buku Petunjuk Pelaksanaan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk SMTP dan SMTA,
serta (e) dokumen-dokumen lain yang relevan.
Kemudian, sebagai instrumen atau alat utama da
"So"
Atau dengan kata lain peneliti bertindak sebagai "key
instrument". Artinya peneliti sendiri yang terjun lang
-sung ke lapangan untuk melakukan observasi dan wawancara
serta memeriksa dan mempelajari dokumen-dokumen yang di
perlukan tanpa melibatkan atau meminta bantuan pihak
perantara.
Mengenai peranan peneliti sebagai pengumpul data
langsung ke lapangan, Nasution (1988 : 43) menyatakan
sebagai berikut :
Dalam penelitian naturalistik peneliti harus lang sung mengumpulkan data dalam situasi yang sesungguh -nya. Oleh sebab itu ia harus turun sendiri ke lapang
an. "No entry no research". Sebelumnya ia harus ber
-usaha agar ia diperbolehkan memasuki lapangan itu, apakah itu sekolah, pabrik, atau tempat lain.
Senada dengan pendapat yang dikemukakan Nasution
di atas, Nana Sudjana dan R. Ibrahim (1989 : 7) mengemu
-kakan pula, sebagai berikut :
Peneliti dan obyek yang diteliti saling berinter -aksi, yang proses penelitiannya dilakukan dari "luar" maupun dari "dalam" dengan banyak melibatkan judgment. Dalam pelaksanaannya, peneliti sekaligus berfungsi sebagai "alat penelitian" yang tentunya tidak bisa melepaskan diri sepenuhnya dari unsur subyektivitas. Dengan kata lain dalam penelitian ini tidak ada alat penelitian baku yang telah disiapkan sebelumnya.
Dengan kehadiran langsung peneliti di lapangan
(di lokasi penelitian), maka kehadiran Itu tidak hanya
sekedar menghendaki pekerjaan mengumpulkan data bahkan
juga harus memikirkan bagaimana data diperoleh, dengan
81
Selain daripada berpedoman kepada beberapa
penda,-pat di atas, sudah barang tentu yang tidak kalah
penting-nya petunjuk-petunjuk praktis yang diberikan oleh para
pembimbing dalam rangka pengumpulan data penelitian ini.
D. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap Persiapan
Sebelum peneliti terjun ke lapangan untuk melaku
kan penelitian secara terpusat, terlebih dahulu dilaksa
nakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Survey Pendahuluan
Dengan melakukan kegiatan survey pendahuluan ini
diperoleh berbagai permasalahan yang terdapat di lokasi
penelitian yang telah ditentukan. Setelah dilakukan
identifikasi masalah secara umum, ternyata terdapat satu
masalah yang menarik untuk dijadikan fokus penelitian.
Hal ini di didukung oleh fakta-fakta yang berhubungan
dengan masalah yang akan dijadikan sebagai topik peneli
tian dalam penyusunan dan penulisan tesis ini, dan untuk
selanjutnya akan disusun menjadi sebuah disain peneli
-tian.
b. Menyusun Disain Penelitian
Dari hasil survey pendahuluan ke lapangan,dapat
-lah disusun sebuah disain penelitian untuk diajukan ke
hadapan seminar untuk dinilai apakah layak atau tidak
dija-82
dikan topik penelitian. Setelah mendapatkan berbagai ma
sukan dari anggota seminar, terutama dari dosen pembim
bing, maka dilakukanlah perbaikanperbaikan dan penyem
-purnaannya. Sehingga akhirnya mendapat persetujuan dari
para pembimbing.
c. Mengurus Surat Izin Penelitian
Setelah disain mendapat persetujuan pembimbing
tanggal 10 Agustus 1991, peneliti mengurus surat-surat
perizinan yang diperlukan.
Adapun surat-surat izin dan rekomendasi peneliti
an yang diurus tersebut, antara lain :
1) Surat Permohonan Izin dari Rektor IKIP Bandung, u.b
Pembantu Rektor I No. 4354/PT25.H1/1991 tertanggal
21 Agustus 1991.
2) Surat Rekomendasi Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa
Barat, Direktorat Sosial Politik No : 070.2/3511 ter
tanggal 30 Agustus 1991.
3) Surat Rekomendasi Pemerintah Daerah Tingkat I Provin
si Sumatera Barat, Direktorat Sosial Politik No.
B. 070/1939/Sospol/IX/1991 tertanggal 5 September
1991.
4) Surat Izin dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat No : 7423/108/
N-1991 tertanggal 1991.
Setelah surat izin dan rekomendasi yang diperlu
kan diperoleh, peneliti langsung turun ke lapangan un
83
d. Penyusunan Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian disusun tidak dengan iaenetap
kan tanggal atau waktu yang past! bagi si peneliti tu
run ke lapangan, hanya ditentukan bahwa penelitian dl
-lakukan setiap hari sekolah dalam rentang waktu selama
lebih kurang empat bulan, yaitu dari September sampai
dengan akhir Desember 1991.
Begitu surat izin keluar dari Instansi berwenang,
peneliti langsung ke lapangan mengunjungi Kepala Seko
-lah dan guru-guru agama yang te-lah dipilih sebagai sub
yek penelitian (responden). Kegiatan ini dimaksudkan
untuk minta keizinan, kesediaan dan restu Kepala Seko
-lah dan guru-guru agama buat mengadakan studi lapangan
(wawancara, observasi dan studi dokumenter) pada seko
lah yang bersangkutan. Semua Kepala Sekolah dan guru
guru agama (subyek penelitian) yang dikunjungi memberi
kan reaksi penerimaan yang menyenangkan dan bahkan me
-nyatakan kesediaan dengan tangan terbuka menerima pene
liti, sekaligus menyatakan kesediaannya menjadikan se
-kolah beserta guru agama (subyek penelitian) dan hal
-hal lain yang diperlukan untuk diteliti.
Mengingat tempat mengajar para "subyek peneliti
an" (responden) jauh dari kediaman peneliti (rata-rata
di atas 100 KM), maka untuk menghindari kekecewaan dan
84
antara peneliti, subyek penelitian (responden) dan Kepa
la Sekolah, bahwa peneliti dapat datang kapan saja ke
sekolah pada hari-hari mengajar guru agama yang jadi
subyek penelitian.
2. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Setelah ada kesepakatan antara peneliti dengan
subyek penelitian dan Kepala Sekolah tentang data dan
informasi yang dibutuhkan, maka barulah dilaksanakan
kegiatan pengumpulan data melalui tahaptahap pelaksa
-naan penelitian, sebagai berikut :
Pertama, yaitu tahap orientasi. Kegiatan orien
-tasi dilakukan pada kelima sekolah yang jadi lokasi pe
nelitian, dengan jadwal waktu : (a) pada SMP V selama
lima hari dari tanggal 3 sampai dengan 7 Juli 1991, (b)
pada SMP W selama enam hari 4ari tanggal 10 sampai 15
Juli 1991, (c) pada SMA X dilakukan selama enam hari,
dari tanggal 17 sampai dengan 22 Juli 1991, (d) pada
SMA Y, selama empat hari dari tanggal 24 sampai 27 Juli
1991, dan (e) pada SMEA Z dilakukan selama enam hari
dari tanggal 29 Juli sampai 3 Agustus 1991.
Selama masa orientasi ini kegiatan dan aktivitas
yang dilakukan adalah mempelajari data yang berhubungan
dengan subyek penelitian, kondisi sekolah, sarana.yang
menunj ang pelalmwatfianvpgegeg feela^ar mengaj ar jaeliputi
85
guru agama (subyek penelitian), (b) kurikulum pendidik
an agama Islam untuk SMP dan SMTA beserta pokok-pokok
bahasan yang termuat di dalamnya, (c) jadwal mengajar
guru agama, (d) fasilitas dan perlengkapan serta sumber
belajar yang tersedia di sekolah, dan (e) data-data lain
yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian. Selain
itu, juga dilakukan wawancara yang bersifat umum dengan
Kepala Sekolah menyangkut kegiatan pembinaan dan pengem
bangan dan peningkatan kualitas guru-guru atau tenaga
pengajar, terutama yang berhubunganan dengan peningkatan
perilaku guru dalam mengajar. Melalui kegiatan orientasi
ini diperoleh deskripsi yang lengkap dan jelas berkenaan
dengan masalah penelitian dan tindak Ianjut yang perlu
dilakukan berdasarkan temuan-temuan penelitian nantinya.
Kedua, yakni kegiatan eksplorasi terpusat. Jarak
antara tahap orientasi dan eksplorasi diusahakan tidak
terlalu dekat, mengingat perlunya waktu untuk mendes
kripsikan data yang dihimpun tahap pertama dalam rangka
proses analisis untuk selanjutnya didiskusikan dengan
pihak pembimbing, agar pengumpulan data selanjutnya le
-bih terarah dan terinci pada data atau informasi yang di
butuhkan.
Tentang kegiatan kedua ini, Subino (1988 : 9) me
86
Agar diketahui bahwa antara tahap pertama dengan tahap kedua ini perlu ada waktu yang agak longgar karena data yang berhasil dikumpulkan pada tahap pertama itu perlu dianalisis kemudian perlu proto
-kol (wawancara dan pengamatan) yang lebih
terstruk-tur. Dalam tahap kedua, protokol wawancara dan peng amatan tersebut dipergunakan untuk mengumpulkan in formasi-informasi yang diperlukan.
Dengan mengacu kepada pernyataan Subino tersebut
di atas, serta memperhatikan petunjuk dari dosen pem
-bimbing, peneliti menyusun pedoman observasi dan wawan
cara tak terstruktur untuk mengumpulkan data tentang
perilaku mengajar guru agama. Hal-hal yang ditanyakan
adalah segala sesuatu yang menjadi latar belakang peri
laku yang diperlihatkan (ditunjukan) oleh guru agama,
yang tak tembus oleh panduan observasi dan pikiran pene
liti, yang tentunya berkaitan erat dengan aspek-aspek
yang diteliti. Para subyek penelitian (responden) tak
terikat untuk mengemukakan pendapat, pandangan, jawaban
dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan da
lam wawancara selalu berangkat atau bergerak dari se
-tiap jawaban yang dikemukakan oleh subyek penelitian
(responden). Dengan demikian pedoman wawancara yang
lengkap tak disediakan terlebih dahulu. Wawancara dila
kukan pada saat responden tidak mengajar dan setelah
berlangsung proses belajar mengajar, serta tempat wa
-wancara adakalanya di ruangan Kepala Sekolah, ruangan
87
atau ruangan lain sesuai dengan kesepakatan antara pene
liti dengan subyek penelitian (responden). Suasana wa
-wancara tidak formal, tapi berlangsung dalam keadaan
yang akrab atau "raport". Kegiatan eksplorasi terpusat
ini berlangsung dalam dalam rentang waktu kurang lebih
empat bulan, yaitu dari bulan September sampai dengan
bulan Desember 1991
Ketiga, yaitu kegiatan yang disebut "triangulasi".
Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara diskusi dan tanya
jawab dengan guru-guru, dosen, mahasiswa atau lulusan
program S1 Fakultas Tarbiyah serta pihak lain yang ber
-hubungan dengan "subyek penelitian" (responden).
Kemu.-.•-dian melalui wawancara terpisah dengan unsur-unsur atau
orang-orang yang erat kaitannya dengan pelaksanaan ku
-liah pada program S1 Fakultas Tarbiyah juga dilakukan
triangulasi ini.
Keempat, yaitu tahap member check. Tahap ini di
-perlukan untuk mengecek kembali kredibilitas informasi
atau data, baik hasil pengamatan maupun hasil wawancara
yang diperoleh melalui kegiatan eksplorasi terpusat.
Keseluruhan informasi atau data yang mendeskripsikan
tentang perilaku mengajar guru agama berdasarkan
aspek-aspek yang diteliti,ditelaah kembali dan selanjutnya
dikomunikasikan serta diperlihatkan kembali kepada sub
88
check bersifat siklus, artinya informasi atau data pene
litian yang dikumpulkan selalu ditelaah, diperbaiki, di
sempurnakan serta dimantapkan sehingga kebenarannya da
pat ditingkatkan. Setelah kegiatan atau tahap member
check ini dilakukan, barulah disusun laporan penelitian
dalam bentuk final.
Demikian tahap dan langkah-langkah pelaksanaan
penelitian yang telah dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Untuk semua kegiatan penelitian yang telah dikemukakan
di atas, mulai dari tahap orientasi (survey pendahuluan)
eksplorasi terpusat,.triangulasi sampai dengan member
check memakan waktu selama lebih kurang enam bulan, yai
tu dari bulan Juli sampai dengan bulan Desember 1991.
3. Pelaksanaan analisis data
Analisis data dalam penelitian kualitatif bukan
tahap tertentu yang diberikan bab tertentu seperti hal
-nya dalam penelitian kuantitatif. Analisis telah mulai
sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun
ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian (Nasution, 1988 : 138).
Berkenaan dengan analisis data itu, lebih jauh
Nasution (1988 : 129) mengemukakan :
Tidak ada satu cara tertentu yang dapat dijadikan
pegangan bagi semua penelitian. Salah satu cara yang
89
(1) reduksi data, (2) "display" data, (3) mengambil
kesimpulan dan verifikasi.
Cara-cara yang dikemukakan Nasution di atas dija
dikan pedoman pengolahan dan analiels data penelitian ini
dengan penjelasan sebagai berikut.
1. Reduksi (ringkasan) data
Data mentah yang dikurapulkan dari hasil peneliti
an melalui observasi, wawancara dan studi dokumenter di
lapangan diklasifikasi, selanjutnya diringkas agar mudah
dipahami. Reduksi data itu dilakukan dengan cara membuat
rangkuman terhadap aspek-aspek masalah yang diteliti,
yakni perilaku guru agama dalam : mempersiapkan satuan
pelajaran, melaksanakan proses belajar mengajar, dan me
nilai hasil belajar siswa, serta latar belakang pendi
-dikan dan keluarga guru agama, aktivitasnya di tengah
-tengah masyarakat dan di sekolah, pengalaman mengajar
atau pengalaman kerjanya.
2. Penyajian ("Display") data
Walaupun sudah dilakukan ringkasan data melalui
rangkuman-rangkuman mengenai aspek-aspek perilaku guru
agama dalam mengajar, tapi masih diperlukan penyajiannya
atau penuangannya ke dalam tabeltabel atau matriks se
-hingga lebih mudah dipahami. Penyajian atau "display"
data melalui tabel-tabel tersebut dapat diperhatikan da
90
gambaran keseluruhannya atau bagian-bagian tertentu dari
semua aspek yang diteliti.
3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi
Mengambil kesimpulan merupakan langkah terakhir
dari proses analisis atau pengolahan data penelitian ini.
Setelah data disajikan dalam tabel-tabel,belumlah
berar-ti analisis data sudah berakhir, tapi masih harus dita
-rik kesimpulan dan verifikasi data. Di mana kesimpulan
itu dituangkan dalam bentuk perayataanpernyataan sing
kat sebagai temuan penelitian berdasarkan data yang di
-kumpulkan, agar mudah dipahami maknanya. Jadi, kesimpul
an selalu harus diverifikasi selama penelitian berlang
BAB V
TEMUAN PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN REKOMENDASI
Dalam bab terakhir ini dikemukakan temuan peneli
tian, pembahasan dan rekomendasi hasil penelitian
ten
tang perilaku mengajar guru agama ditinjau
dari
latar
belakang pendidikan, aktivitas dalam masyarakat dan kon
disi sekolah tempat mengajar.
A. Temuan Penelitian
Berdasarkan interpretasi data tentang perilaku
mengajar guru agama, dalam : (1) melaksanakan proses
belajar mengajar, (2) menilai hasil belajar siswa, dan
(3) mempersiapkan atau menyusun satuan pelajaran
(renca-na pengajaran) yang telah dikemukakan pada bab terdahulu,
dapat dikemukakan beberapa temuan penelitian.
1. Dalam Melaksanakan Proses Belajar Mengajar
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di ke
-las, ditemukan dua pola perilaku yang ditampilkan
oleh
guru agama lulusan program S1 Fakultas Tarbiyah
IAIN
Imam Bonjol Padang, yang bertugas pada SMP, SMA dan SMEA
yaitu :
a. Perilaku Mengajar Multi Metoda
Guru agama yang memiliki perilaku mengajar pola
pertama ini, dalam tahap awal pengajaran menarapilkan pe
rilaku : (1) mengatur dan mengorganisasi siswa, kelas,
dan waktu sebelum pelajaran dimulai, (2) menarik perha
193
tian dan memberi motivasi kepada siswa, dengan jalan me
nyampaikan topik/pokok bahasan yang akan dipelajari, (3)
mengaitkan pokok bahasan yang telah dikuasai siswa de
ngan yang baru (apersepsi), (4) menerangkan atau
men
-jelaskan kegunaan bahan pelajaran kepada siswa.
Pada tahap pelaksanaan pengajaran, guru agama
me-nampilkan aktivitas atau kegiatan mengajar, sebagai
be-rikut : (1) mengajar dengan menggunakan berbagai metoda,
(2) mengajar lebih banyak melibatkan keaktifan siswa me
lalui pengembangan komunikasi multi arah (banyak arah),
(3) menyajikan pelajaran dengan menggunakan berbagai ke
terampilan yang mendukung seperti : menggunakan alat pe
raga atau media pengajaran, bertanya jawab singkat
de
ngan siswa dalam rangka untuk mengetahui penguasaan
ba
han (feedback), menyampaikan pelajaran per-pokok bahasan
serta memberi variasi gaya dan irama mengajar, (4) mem
berikan reinforcement dan teguran yang bersifat pedago
-gis kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar, (5)
memberi atau menjawab pertanyaan-pertanyaan
siswa
tatka-la selesai menyajikan satu subpokok bahasan.
Pada tahap akhir pengajaran, perilaku yang diper
lihatkan guru agama : (1) menyampaikan ringkasan atau
ikhtisar pelajaran, (2) memberi siswa tugas di rumah da
lam bentuk tugas membahas pelajaran yang akan diajarkan
194
atau evaluasi dengan cara ; mengadakan ujian tertulis,
ujian praktek/latihan,untuk beberapa pokok bahasan ter
tentu seperti ; shalat, haji, berwudhu* dan Iain-lain.
Perilaku mengajar multi metoda ini ditampilkan
oleh guru agama SMP "V" dan SMA "X", yang keduanya da
-lam pelaksanaan proses belajar mengajar cenderung meng
gunakan metode mengajar yang bervariasi.
Walaupun guru agama SMP "V" dan SMA "X" cende
-rung menggunakan metode mengajar yang bervariasi di da
lam pelaksanaan proses belajar mengajar, tapi dari ke
-duanya ternyata masih terlihat beberapa kekurangan yai
tu masih belum dapat memberikan perhatian yang optimal
terhadap aspek-aspek mengajar lainnya yakni : aspek
pe-dagogis dan aspek didaktis, terutama di dalam penanaman
nilai dan pembentukan sikap siawa, pengembangan pribadi
dan menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan siswa itu
sendiri.
b. Perilaku Mengajar Metode Tunggal
Pola kedua ini dalam tahap awal pengajaran
menam-pilkan perilaku : (1) mengatur siswa dan kelas sebelum
pelajaran dimulai, (2)- menyebutkan pokok bahasan yang
akan dipelajari siswa, tanpa diiringi oleh kegiatan
apersepsi dan memotivasi siswa.
Pada tahap pelaksanaan pengajaran (instruksional)
-195
nyampaikan pelajaran dengan metode ceramah (ekspositori)
yang dilengkapi dengan tanya jawab,dan jarang menerapkan
metode-metode mengajar pendidikan agama lainnya sebagai
pelengkap dan memberi variasi jalannya proses belajar
mengajar, (2) menyampaikan pelajaran sambil melihat buku
catatan atau satuan pelajaran, (3) menjawab pertanyaan
-pertanyaan siswa tertegun-tegun dan bahkan tak sempuraa,
(4) mengajar dengan pola komunikasi satu dan dua arah,
sehingga kurang melibatkan keaktifan siswa di dalam ke
-giatan belajar mengajar, (5) memberikan contoh-contoh
pelajaran terikat pada bahan pelajaran yang telah dite
-tapkan kurikulum/GBPP dan buku-buku teks, tanpa berusaha
menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan siswa, (6) men
jelaskan pelajaran cenderung menggunakan beberapa kete
rampilan tertentu saja, tanpa menerapkan berbagai kete
-rampilan yang menunjang jalannya proses belajar mengajar,
Pada tahap akhir pengajaran, perilaku yang ditun
jukkan oleh guru agama : (1) menyebutkan pokok bahasan
yang akan dibahas
pada
pertemuan selanjutnya, (2) meng
-adakan evaluasi atau penilaian (post-test) dalam bentuk
tes tertulis, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan rutin
seperti menutup pelajaran dengan mengucapkan hamdalah
196
Perilaku mengajar metode tunggal ditampilkan
oleh gum agama SMP "W", SMA "Y" dan SMEA "Z" yang di
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar cenderung
menggunakan metode ceramah dilengkapi dengan metode ta
nya jawab.
Kendatipun pola perilaku mengajar metode tunggal
yang ditampilkan oleh guru-guru agama (SMP "W",SMA "Y",
dan SMEA "Z") tersebut di atas memiliki beberapa keku
-rangan atau kelemahan bila dibandingkan dengan pola pe
rilaku mengajar multi metoda (guru agama SMP "V" dan
SMA "X"), tapi pola perilaku mengajar metode tunggal
juga menunjukkan beberapa kebaikan antara lain ; dapat
memudahkan guru agama dalam memonitor atau mengawasi
jalannya proses belajar mengajar, perhatian guru agama
terkonsentrasi kepada siswa yang sedang mengikuti ke
-giatan belajar, dan pelajaran dapat berjalan dengan
lancar. Sehingga target untuk,raenyelesaikan seluruh po
kok bahasan yang terdapat dalam kurikulum/GBPP mudah di
capai•
Keseluruhan perilaku yang ditampilkan oleh guru
guru agama dari kedua pola perilaku mengajar tersebut
di atas, secara ringkas dapat diperhatikan pada tabel
197
TABEL 2
PERILAKU YANG DITAMPILKAN GURU AGAMA DALAM PELAKSANAAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
PERILAKU MENGAJAR MULTI METODA
A. Tahap awal penga.laTaa
1.Mengatur dan
mengorga-nisasi siswa, kelas, waktu sebelum pelajaran
dimulai
2.Menarik perhatian dan
memberi motivasi kepada
siswa
3.Mengaitkan topik baru dengan yang lama
4.Mengemukakan kegunaan
bahan pelajaran
B. Tahap pelaksanaan peng-aj aran
1.Menggunakan berbagai
metode
2.Lebih mengaktifkan siswa dalam mengajar
3.Menggunakan berbagai alat, strategi dalam
mengajar
4.Memberikan reinforce
ment (penguatan)
5.Mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk memperoleh feedback 6.Menggunakan berbagai keterampilan dalam mengajar PERILAKU MENGAJAR METODE TUNGGAL
A. Taflap awal pengajaran—
1.Mengatur siswa dan kelas sebelum pelajar
an dimulai
2.Menyebutkan materi pelajaran
3.Tidak ada mengaitkan topik baru dengan yang lama
4.Tidak ada
mengemuka-kan kegunaan bahan
pelajaran
B. Tahap pelaksanaan
peng-a.iaran
1.Menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab
2.Sambil melihat buku
dalam mengajar
3.Menggunakan tanya jawab
4.Siswa kurang ikut
serta dalam KBM
5.Bahan pelajaran
ter-ikat pada kurikulum/
GBPP
6.Terbatas pada bebera
198
1 2
C. Tahap akhir pengajaran
1.Menyampaikan
ringkasan pelajarringkasan (ikhti -sar)
2.Melakukan penilaian
(evaluasi), tertulis
dan praktek
3.Memberikan tugas Pe
kerjaan Rumah (PR)
4.Menutup pelajaran
C. Tahap akhir pengajaran
1.Tidak memberikan ring-kasan pelajaran, hanya menyampaikan tentang pelajaran yang akan di pelajari pada pertemu an akan datang
2.Mengadakan penilaian
(evaluasi),tertulis
3.Tidak memberikan tugas
Pekerjaan Rumah (PR)
4.Menutup pelajaran
Selanjutnya, di dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar di kelas, ternyata guru agama yang tampil de
ngan perilaku mengajar raulti metoda (guru agama SMP "V"
dan SMA "X") dapat menyelaraskan atau merelevansikan
serta sekaligus memadukan keempat komponen utama peng
-ajaran (tujuan, bahan, metode dan evaluasi). Demikian
pula antara apa (perilaku) yang ditampilkan di dalam pe
laksanaan proses belajar mengajar dengan satuan pelajar
an atau rencana pengajaran yang telah dipersiapkan sebe
lumnya juga terdapat kesesuaian (relevansi).
Perilaku mengajar yang ditunjukkan oleh guru-guru
199
tambahan berupa Penataran Guru Bidang Studi Pendidikan
Agama Islam, Pemantapan Kerja Guru (PKG) dan mengikuti
kegiatan-kegiatan seperti Musyawarah Guru Bidang Studi
(MGBS) Pendidikan Agama Islam, Kelompok Kerja Guru (KKG)
ternyata lebih memadai bila dibandingkan dengan guru
agama yang belum mendapatkan- pendidikan dan atau
latih--an tambahan tersebut.
Guru-guru agama yang telah memperoleh pendidikan
dan atau latihan tambahan selama dalam jabatan (in-ser
vice training), ternyata di dalam melaksanakan proses
belajar mengajar tidak hanya menggunakan satu-dua meto
de saja, akan tetapi dapat menerapkan beberapa metode
sesuai dengan keadaan bahan dan tujuan yang hendak di
-capai.
Sebaliknya, guru agama yang belum mendapat pen
-didikan dan atau latihan tambahan selama dalam bertugas
tampaknya belum banyak menguasai berbagai metode dan
juga belum begitu terampil dalam menerapkan metodeme
-tode yang sudah diketahui dalam pelaksanaan proses bel
ajar mengajar di kelas (seperti terlihat pada penampil
an guru agama SMA "Y" dan SMEA Z dalam deskripsi hasil
penelitian).
Guru agama yang memiliki aktivitas cukup tinggi
di dalam masyarakat, terutama dalam memberikan pengaji
200
majelis ta'lim dan arisan kaum ibu, ternyata menunjuk
-kan perilaku merigajar yang lebih memadai bila diban
dingkan dengan guru agama yang minus atau kurang akti
-vitasnya di tengah-tengah masyarakat.
Aktivitas yang ternyata banyak sumbangannya ter
hadap peningkatan kemampuan atau penyempurnaan perilaku
mengajar guru agama dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar di kelas, adalah memberikan pengajian atau ce
ramah agama kepada masyarakat, baik melalui mesjid, mu
shalla, ataupun majelis ta'lim dan arisan kaum ibu.
Perhatian dan dukungan pimpinan sekolah terhadap
pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah,ternyata
tidak banyak memberi pengaruh pada perilaku mengajar
yang ditampilkan oleh guru agama di dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar di kelas. Begitu pula keleng
kapan sarana dan prasarana yang mendukung terselengga
ranya proses belajar mengajar di sekolah. Kondisi ter
-sebut baru dapat memberikan sumbangan, manakala guru
agama mau dan selalu berusaha belajar dari pengalaman
dan menambah pengetahuannya melalui pendidikan dan atau
latihan yang releven dengan peningkatan profesionalisme
guru agama (sesuai dengan bidang tugas).
2. Dalam Menilai Hasil Belajar Siswa
Dilihat dari sudut penyiapan dan penyusunan bu
201
yaitu guru agama SMP "7", SMP "W", SMA "X", SMA "Y dan
SMEA "Z" sudah melakukan langkah-langkah dan aktivitas
yang dikehendaki oleh ketentuan penilaian menurut teori
dan petunjuk pelaksanaan kurikulum pendidikan agama Is
lam, yaitu mulai dari mempersiapkan kisi-kisi, menyusun
butir soal berpedoman atau mengacu pada Tujuan Instruk
sional Khusus dan memperhatikan komposisi jumlah soal
untuk lingkup pengetahuan, penghayatan dan pengamalan.
Sebaliknya dilihat dari sisi pelaksanaan ujian
atau penilaian oleh guru-guru agama, ternyata guru aga
ma SMP "V" dan SMA "X" lah baru yang dapat melakukan
penilaian mendekati apa yang dikehendaki, yaitu menilai
hasil belajar siswa secara berkelanjutan, komprehensif
mencakup lingkup pengetahuan, penghayatan dan pengamal
an, sementara guru agama SMP "W" dan guru agama SMEAnZ"
terbatas melakukan penilaian pada aspek pengetahuan dan
pengamalan. Sedangkan guru agama SMA "Y" hanya melaku
kan penilaian pada aspek pengetahuan semata, tanpa me
-lengkapinya dengan aspek penghayatan dan pengamalan.
Guruguru agama yang lebih banyak berada di se
-kolah (guru agama SMP "V", SMA "X",
.dan
SMP
"W" ) ,
ternyata menunjukkan aktivitas atau kegiatan penilaian
yang lebih komprehensif bila dibandingkan dengan guru
agama yang keberadaannya di sekolah sangat terbatas,
202
3. Dalam Mempersiapkan Satuan Pelajaran
Apabila dilihat dari sudut langkah-langkah
penyu-sunan sebuah satuan pelajaran atau rencana pengajaran,
temyata guru agama SMP "V", SMP "W", SMA "X" dan SMEA
"Z" sudah mengikuti apa yang dikehendaki oleh model Pro
sedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), kecuali
yang dilakukan oleh guru agama SMA "Y" yang lebih banyak
menunjukkan plagiat atau peniruan dari Satuan Pelajaran
yang telah ada sebelumnya (yang disusun oleh guru agama
sebelumnya).
Selanjutnya bila dipandang dari sisi perumusan
Tujuan Instruksional Khusus (TIK), ternyata guru agama
yang telah memperoleh Penataran Guru Bidang Studi, di
mana telah memperoleh pengetahuan tentang penyusunan
satuan pelajaran (rencana pengajaran), ternyata menun
-jukkan rumusan-rumusan TIK yang sesuai dengan kriteria
yang ditentukan (spesifik, operasional, jelas, relevan
berdasarkan TIU). Dalam hal ini ditunjukkan oleh guru
agama SMP "V" dan SMA "XM.
Sebaliknya guru agama yang belum mendapat kesem
patan mengikuti penataran guru bidang studi, ternyata
merasakan bahwa perumusan Tujuan Instruksional Khusus
merupakan pekerjaan yang sangat berat (sulit) di dalam
mempersiapkan (merencanakan) satuan pelajaran, Dalam
203
SMEA "Z" yang ketiga-tiganya belum mengikuti penataran
guru bidang studi selama berada dalam jabatan,
Kemudian, selain dari faktor latar belakang pen
didikan baik yang bersifat pra-jabatan atau pun dalam
jabatan, aktivitas guru agama di dalam masyarakat , dan
kondisi sekolah tempat guru agama mengajar, ternyata
ditemukan pula beberapa faktor lain yang menyebabkan
penampilan mengajar guru agama belum optimal atau belum
menunjukkan perilaku mengajar seperti yang diharapkan,
Paktor-faktor tersebut antara lain : (1) motivasi, yai
tu seperti yang dijumpai pada guru agama SMA "Y", di
mana ia memiliki motif untuk pindah tugas dari sekolah
tempat mengajar (SMA "Y"). Sehingga dengan demikian gu
ru agama SMA WY" ini tidak bersedia tinggal di sekitar
(di dekat) sekolah tersebut. Sebagai konsekuensi dari
hal ini terpaksa guru agama SMA "Y" bolak-balik dari
Padang ke Manggopoh (± 140 KM) setiap harinya,dan bukan
tidak mungkin hal ini menyebabkan guru agama SMA "Y"
menjadi lelah dan tidak punya waktu untuk mempersiapkan
diri melaksanakan tugasnya; (2) tugas rangkap.
sebagai-mana dijumpai pada diri guru agama SMEA "Z" yang hanya
dapat hadir di sekolah dua hari saja dalam satu minggu,
dengan jam yang sangat terbatas sekali. Hal ini dise
-babkan karena yang bersangkutan sehabis mengajar
harus
204
dari kenyataan ini yaitu sempitnya waktu dan ruang ge
-rak guru agama untuk melakukan kegiatan atau aktivitas
yang berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan agama Is
lam, baik intra-kurikuler maupun ko-kurikuler. Selain
itu, hal ini juga menyebabkan guru agama sulit memonitor
perkembangan nilai sosial dan moral siswa yang diajamya
secara lebih jauh.
Dengan demikian, ternyata perilaku mengajar guru
agama SMA "Y" dan SMEA "Z" tidak hanya dilatarbelakangi
oleh faktor belum adanya mereka mengikuti pendidikan dan
atau latihan tambahan selama berada dalam jabatan (in
service training), dan kurangnya aktivitas dalam masya
-rakat, tapi juga dilatarbelakangi oleh beberapa faktor
lain yakni motivasi untuk pindah tugas dan rasa jenuh
(guru agama SMA "Y") dan tugas rangkap (guru agama SMEA
"Z").
B. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian tentang perilaku
mengajar guru agama lulusan program S1 Fakultas Tarbiyah
IAIN Imam Bonjol Padang ini merujuk kepada konsep dan
teori pendidikan yang menjadi kerangka pemikiran dalam
studi ini.
Pembahasan hasil penelitian dikemukakan sebagai
205
1. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar
Keberhasilan seorang guru dalam pelaksanaan tugas
mengajar diantaranya ditentukan dari pelaksanaan proses
belajar mengajar di kelas. Hal ini dapat dilihat melalui