• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DAN THINK-PAIR-SHARE TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI SISTEM EKSKRESI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DAN THINK-PAIR-SHARE TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI SISTEM EKSKRESI."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DAN THINK-PAIR-SHARE TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA

MATERI SISTEM EKSKRESI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

Nur Wulan Puji Permari

0906928

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DAN THINK-PAIR-SHARE TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA

MATERI SISTEM EKSKRESI

Oleh

Nur Wulan Puji Permari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Nur Wulan Puji Permari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

NUR WULAN PUJI PERMARI

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DAN THINK-PAIR-SHARE TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA

MATERI SISTEM EKSKRESI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Mimin Nurjhani K., M.Pd.

NIP. 196509291991012001

Pembimbing II

Any Aryani, M.Si.

NIP. 197105302001122001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi

Dr. H. Riandi, M.Si.

(4)

ABSTRAK

Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Dan

Think-Pair-Share terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Sistem Ekskresi

Nur Wulan Puji Permari (0906928)

Pembelajaran konvensional di sekolah saat ini belum cukup memberikan pencapaian kompetensi yang baik bagi siswa. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu cara mudah dan efektif untuk guru mengembangkan pembelajaran yang mengakomodasi penguasaan konsep siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai perbandingan penguasaan konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pada materi sistem ekskresi. Berdasarkan tujuan penelitian, model pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe Jigsaw II dan

Think-Pair-Share (TPS) yang kemudian akan dibandingkan sebagai salah satu alternatif

yang dapat digunakan dalam mengajarakan materi sistem ekskresi. Penelitian ini merupakan quasi experiment dengan desain penelitian Non equivalent

Pretest-Posttest Design dimana sampel dipilih secara purposive berdasarkan kesamaan

karakter. Populasi dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep seluruh siswa kelas XI IPA di SMA Laboratorium-Percontohan UPI dan sampelnya adalah penguasaan konsep siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 3. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes penguasaan konsep siswa, respon siswa dalam bentuk angket, serta lembar wawancara siswa dan guru. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan

Think-Pair-Share. Namun hasil angket dan wawancara memberikan respon positif dengan

berbagai argumen, seperti meningkatkan interaksi sosial siswa, kemampuan berkomunikasi, topik yang diberikan jelas, dan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif diperlukan pemahaman yang baik tentang proses atau sintaksnya serta diharapkan bagi peneliti lain tidak hanya memperhatikan aspek kognitif, namun juga sebaiknya beserta aspek afektif dan psikomotor.

(5)

ABSTRACT

A comparison of Jigsaw II and Think-Pair-Share Cooperative Learning Models towards Students’ Concept Mastery in Excretory System Subject

Nur Wulan Puji Permari (0906928)

A currently conventional learning does not provide a good competency attainment for student at school, for example the concept mastery. Cooperative learning model was the easy and effective way for teachers to developed their teaching method which accommodate concept mastery. The aim of this study was to get information about the comparison of concept mastery between students who used Jigsaw II model and students with Think-Pair-Share (TPS) model in the excretory system subjects. According to the aim of the study, the two cooperative learning models then would be compared as one of the alternatives that could be used in teaching the excretion system subjects. This study is a quasi experiment with Non Equivalent Pretest-Posttest study design in which the sample was purposely selected based on the character’s similarities. The population of this study was all of XI IPA students’ concept mastery in SMA Laboratorium-Percontohan UPI and the sample were students’ concept mastery of XI IPA 1 and XI IPA 3. The data of the study were taken by using students’ concept mastery test, students’ responses in the form of questionnaires, as well as students and teachers interview sheets. The results of the study could be concluded that there was no significant differences between students who used both Jigsaw II and

Think-Pair-Share (TPS) cooperative learning models. But the results of the

questionnaire and the interview provided a positive response with various arguments, such as increasing students' social interaction and communication skills, the topic was clearly given, and also increasing students' concept mastery. The implementation of the cooperative learning models then required a good understanding of the process or the syntax, thus the other researchers were expected not only to pay attention to the cognitive aspects, but also the affective and psychomotor aspects too.

(6)

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Asumsi ... 6

G. Hipotesis ... 6

BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DAN THINK-PAIR-SHARE, PENGUASAAN KONSEP, SISTEM EKSKRESI ... 7

A. Model Pembelajarn Kooperatif (Cooperative Learning) ... 7

B. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II ... 9

C. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) .... 12

(7)

E. Penguasaan Konsep ... 15

F. Sistem Ekskresi ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

B. Desain Penelitian ... 24

C. Metode Penelitian ... 25

D. Definisi Operasional ... 25

E. Instrumen Penelitian ... 27

F. Prosedur Penelitian ... 30

G. Alur Penelitian ... 32

H. Pengolahan Hasil Uji Coba Instrumen Tes Penguasaan Konsep .... 33

I. Teknik Pengumpulan Data ... 38

J. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

B. Pembahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 67

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan

model yang efektif digunakan dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif

menggunakan pendekatan student centered sangat efektif dan inovatif dalam

membantu siswa memperoleh keterampilan belajar, komunikasi, meningkatkan

pemahaman, dan penguasaan konsep (Johnson & Johnson, 2008 dalam Tran &

Lewis, 2012). Model pembelajaran kooperatif memiliki efektivitas dan efisiensi

yang tinggi karena proses pembelajaran dilakukan secara berkelompok. Setiap

anggota kelompok dapat bekerjasama dengan anggota kelompok lainnya untuk

mempelajari materi yang ditentukan oleh guru. Siswa cenderung segan untuk

bertanya kepada guru terhadap kesulitan belajarnya. Pembelajaran kooperatif ini

mendukung siswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasinya karena

dalam kelompok tersebut terjadi pola diskusi dan saling bertukar pikiran antar

anggota kelompok.

Dalam pembelajaran biologi diperlukan berbagai macam kompetensi yang

harus dikuasai oleh siswa, seperti penguasaan konsep, keterampilan proses sains,

dan berpikir kritis, sedangkan pembelajaran biologi yang dilakukan di sekolah

belum bisa mencapai kompetensi-kompetensi tersebut (Rustaman, et al., 2005).

Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif dapat membantu siswa

untuk mengembangkan kompetensi tersebut melalui proses kerjasama kelompok.

Dengan adanya kerjasama, siswa dapat saling bertukar pendapat dan berdiskusi

untuk menyelesaikan tugas serta melatih siswa untuk berkomunikasi. Hal tersebut

didukung oleh beberapa penelitian yang telah dilakukan. Beberapa penelitian

mengenai pembelajaran kooperatif telah dilakukan dan hasilnya sangat efektif.

Sickle (1983) dalam Solihatin & Raharjo (2009) melakukan penelitian mengenai

pembelajaran kooperatif dan implikasinya terhadap penguasaan konsep

menyimpulkan bahwa belajar kelompok dan individual mendorong tumbuhnya

(9)

siswa. Penelitian lain dilakukan oleh Talebi & Sobhani (2012) dengan hasil bahwa

pembelajaran kooperatif efektif dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

siswa. Namun perlu ditekankan bahwa model pembelajaran kooperatif bukan

satu-satunya model yang paling efektif yang digunakan guru karena setiap model

yang digunakan harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan (Ali,

2011).

Pembelajaran kooperatif sangat membantu pembelajaran mengingat

kenyataan yang terjadi di beberapa sekolah. Berdasarkan observasi yang telah

dilakukan, guru cenderung memberikan materi dengan metode tradisional, seperti

ceramah. Bahkan yang lebih mengkhawatirkan adalah ketika guru tidak dapat

mengajar di kelas, siswa diberi tugas untuk mencatat materi dari buku teks

panduan belajar siswa. Motivasi guru untuk lebih inovatif dalam mengajar

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kurang baiknya pembelajaran di

sekolah. Model pembelajaran kooperatif ini merupakan salah satu cara mudah dan

efektif untuk guru mengembangkan pembelajaran di sekolah.

Model pembelajaran tipe Jigsaw II dan Think-Pair-Share (TPS) merupakan

model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran tipe Jigsaw II merupakan

modifikasi dari Jigsaw I yang dikembangkan oleh Slavin pada tahun 1989 (Huda,

2011). Model pembelajaran tipe Jigsaw I sendiri dikembangkan oleh Aronson

pada tahun 1975. Model pembelajaran ini membagi siswa ke dalam kelompok

heterogen untuk mempelajari materi yang diberikan guru (Home I). Setiap

anggota akan mendapatkan topik yang berbeda. Walaupun demikian, mereka

harus tetap mempelajari terlebih dahulu materi yang diberikan kepada

kelompoknya. Anggota dari semua kelompok yang memperoleh topik yang sama

akan membentuk expert group. Setelah selesai dipelajari, anggota kelompok

tersebut kembali ke kelompok awal (Home II) untuk menginformasikan hasil

diskusi kepada kelompoknya. Kelebihan dari model pembelajaran tipe Jigsaw II

ini mendorong siswa untuk melaksanakan tanggung jawab mempelajari topik

yang mereka peroleh dengan baik dan dapat memperdalam materi karena adanya

kelompok ahli. Namun pada model Jigsaw II ini siswa terkadang merasa kurang

(10)

3

dimilikinya, sehingga enggan untuk mengemukakan pendapatnya. Terlebih siswa

akan berada dalam tiga kelompok yang berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut,

perlu dukungan atau bantuan dari anggota lainnya agar dapat termotivasi. Sekecil

apapun ide yang dimiliki, harus dikemukakan di depan kelompoknya agar semua

anggota memiliki kesempatan yang sama.

Model pembelajaran tipe Think-Pair-Share (TPS) dikembangkan oleh

Frank Lyman (Lie, 2008). Pada model TPS ini siswa dibagi ke dalam beberapa

kelompok heterogen untuk mempelajari materi atau tugas yang diberikan oleh

guru. Anggota kelompok terlebih dahulu mengerjakan tugas yang diberikan secara

individu (Think). Kemudian dalam kelompok tersebut dibentuk anggota secara

berpasangan untuk mendiskusikan hasil pemikiran individu mereka (Pair).

Setelah itu, anggota kelompok yang berpasangan tersebut kembali pada

kelompoknya untuk memberikan hasil pemikiran dari diskusi berpasangan

(Share). Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe TPS ini mendorong siswa untuk

bekerja secara professional karena bekerja dalam individu, berpasangan dan

berkelompok, sehingga tugasnya dapat dipertanggungjawabkan dengan baik serta

lebih leluasa bekerja sama karena berdiskusi hanya dalam kelompoknya.

Kelemahan dari model TPS ini adalah yang hasil diskusi kurang mendalam karena

hanya dilakukan secara berpasangan, terlebih jika keduanya merupakan siswa

yang memiliki kemampuan kurang bagus. Untuk mengatasi hal tersebut, siswa

perlu benar-benar mendalami materi, sumbernya memadai dan dituntut

keterbukaan segala ide diantara keduanya.

Konsep yang diteliti adalah sistem ekskresi pada manusia. Alasan memilih

konsep ini karena selain sistem ekskresi memuat konsep yang abstrak di dalam

tubuh manusia berupa mekanisme serta prosesnya, metode yang digunakan dalam

proses pembelajaran di sekolah hanyalah terbatas pada ceramah atau diskusi.

Pembelajaran konvensional yang pasif selama ini belum cukup memberikan

penguasaan konsep yang baik bagi siswa. Berdasarkan penelitian sebelumnya,

materi sistem ekskresi biasanya dilakukan dengan metode ceramah dan menghafal

(Shauqi, 2012). Sejumlah penelitian telah dilakukan bahwa pembelajaran dengan

(11)

meningkatkan penguasaan konsep dan pencapaian akademik siswa (Rif’atunnisa,

2012; Bukunola & Idowu, 2012).

Hasil penelitian tersebut mendorong peneliti untuk membandingkan model

pembelajaran tipe Jigsaw II sebagai pengembangan dari Jigsaw I dengan tipe TPS.

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II dan Think-Pair-Share (TPS) memiliki kelebihan dan kekurangan

tersendiri. Pertimbangan dilakukannya perbandingan antara Jigsaw II dan TPS

adalah untuk mengetahui alternatif tipe model pembelajaran kooperatif yang

sesuai untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi sistem ekskresi,

dilihat berdasarkan signifikansi hasil penelitian. Untuk itu, judul dari penelitian ini adalah “Perbandingan Model Pembelajaran Jigsaw II dan Think-Pair-Share terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Sistem Ekskresi”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah penelitian

ini adalah: “Bagaimanakah perbandingan penguasaan konsep siswa yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan Think-Pair-Share

(TPS) pada materi sistem ekskresi?”

Rumusan masalah tersebut akan lebih jelas dengan adanya pertanyaan

penelitian, yaitu:

1. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada materi sistem ekskresi manusia?

2. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pada materi sistem

ekskresi manusia?

3. Bagaiamanakah perbandingan penguasaan konsep antara siswa yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dengan siswa

yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share

(12)

5

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup penelitian ini, maka diperlukan batasan

masalah agar lebih jelas dan terarah. Batasan masalah penelitian ini adalah:

1. Cakupan ekskresi meliputi struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit

yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada manusia dan hewan (misalnya

pada ikan dan serangga). Penelitian akan dilakukan pada subkonsep struktur,

fungsi, dan proses ekskresi pada manusia.

2. Penguasaan konsep yang akan diukur difokuskan pada ranah kognitif dengan

menggunakan tes penguasaan konsep.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang tertera di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah memperoleh informasi mengenai perbandingan penguasaan konsep

siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan

model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pada materi sistem

ekskresi.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat melatih siswa cara mengemukakan pendapat,

berkomunikasi di depan kelas, berinteraksi dengan siswa lainnya dan bekerja

sama dalam kelompok.

2. Bagi Guru

Sebagai pengetahuan atau masukan tentang model pembelajaran Jigsaw II dan

Think-Pair-Share (TPS) yang dapat digunakan sebagai alternatif model

pembelajaran di kelas untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa. Selain itu,

dengan digunakannya model pembelajaran kooperatif, hal tersebut menunjukkan

adanya inovasi dari guru untuk mengembangkan pembelajaran di sekolah.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat mengembangkan dan meningkatkan mutu akademik mata

(13)

F. Asumsi

Asumsi penelitian ini adalah:

1. Proses kerjasama membantu siswa lebih mudah memahami konsep-konsep

(Slavin, 2009).

2. Setiap tipe dari model pembelajaran kooperatif memiliki teknik, kelebihan,

dan kekurangan tersendiri (Slavin, 2007).

3. Adanya kelompok ahli pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

dapat memperdalam penguasaan konsep siswa dan meningkatkan interaksi

sosial (Slavin, 2009).

4. Proses kerjasama yang terjadi di dalam kelompok pada model pembelajaran

Think-Pair-Share membuat siswa lebih fokus dalam mempelajari materi

(Slavin, 2009).

G. Hipotesis

Berdasarkan asumsi di atas, maka hipotetis dari penelitian ini

adalah “terdapat perbedaan penguasaan konsep yang signifikan antara siswa yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan Think-Pair-Share

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep seluruh siswa

kelas XI IPA di SMA Laboratorium-Percontohan UPI Bandung.

2. Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah penguasaan konsep

siswa kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 3 di SMA Laboratorium-Percontohan UPI.

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa

kelas yang dipilh memiliki jumlah dan karakteristik yang sama.

Sampel dipilih dari dua kelas kemudian masing-masing kelas diberikan

perlakuan yang berbeda. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 51 orang. Jumlah

siswa kelas XI IPA 1 adalah 25 orang yang diberikan perlakuan dengan

menerapkan model pembelajaran Jigsaw II, sedangkan jumlah siswa kelas XI IPA

3 adalah 26 orang yang diberikan perlakuan dengan menerapkan model

pembelajaran Think-Pair-Share (TPS), dengan syarat siswa kelas XI IPA 1 dan XI

IPA 3 memiliki karakteristik yang sama.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Non equivalent Pretest-Posttest

Design karena digunakan untuk membandingkan dua model pembelajaran. Dalam

desain ini dilakukan pretest terlebih dahulu kemudian diberikan perlakuan dan

dilihat hasilnya dengan dilakukan posttest seperti pada Tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1 Desain Penelitian Non equivalent Pretest-Posttest Design

Subjek Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen I T1 X1 T2

Eksperimen II T1 X2 T2

(15)

Keterangan:

T1 = Pretest

T2 = Posttest

X1 = Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

X2 = Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

C. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi experiment.

Penelitian quasi experiment adalah penelitian dengan penentuan sampel secara

purposive yang tidak memerlukan kelompok kontrol serta tidak adanya

pengontrolan ketat variabel yang mungkin berpengaruh terhadap hasil (Sugiyono,

2013). Pada penelitian ini tidak ada kelompok kontrol karena tujuannya adalah

membandingkan dua model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Jigsaw II dan

Think-Pairs-Share (TPS) dalam penguasaan konsep siswa pada materi sistem

ekskresi.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan agar tidak adanya kesalahan penafsiran

dalam memahami istilah-istilah penting dalam penelitian ini. Istilah-istilah

penting tersebut adalah:

1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang membagi

siswa ke dalam beberapa kelompok yang berbeda dengan kemampuan yang

berbeda. Guru akan memberikan topik berbeda kepada setiap kelompok yang

berisi tentang konsep konsep sistem ekskresi. Setiap anggota kelompok

mempelajari salah satu topik yang diberikan kepada kelompoknya yang berbeda

dari anggota kelompok lain. Namun sebelumnya semua anggota kelompok

membaca terlebih dahulu topik tersebut yang diberikan kepada kelompoknya

(16)

26

kelompok, setiap anggota kelompok berkumpul dengan anggota kelompok

lainnya yang mempelajari topik yang sama (Expert Group). Setelah selesai

dipelajari, setiap anggota kelompok kembali ke kelompok sebelumnya (Home I)

dan menjelaskan hasil yang dipelajarinya kepada anggota kelompoknya (Home 2).

Guru akan memberikan kuis yang dikerjakan secara individu. Skor individu yang

diperoleh akan menentukan nilai skor kelompoknya (Huda, 2011). Tabel 3.2

berikut ini adalah deskripsi mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

II yang dilakukan dalam penelitian:

Tabel 3.2 Deskripsi Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II

Tahap Pertemuan I Pertemuan II

Home I

Siswa bekerjasama dalam kelompok. Guru memberikan materi tentang sistem ekskresi pada ginjal dan kulit manusia mencakup topik struktur, fungsi dan proses. Setiap kelompok mendapatkan topik berbeda. Setiap orang dalam kelompok memperoleh satu nomor yang berisi topik berbeda dengan anggota lainnya. Walaupun demikian, semua anggota kelompok harus membaca terlebih dahulu semua topik yang diberikan kepada kelompoknya.

Siswa bekerjasama dalam kelompok. Guru memberikan materi tentang sistem ekskresi pada hati dan paru-paru manusia mencakup topik struktur, fungsi dan proses. Setiap kelompok mendapatkan topik berbeda. Setiap orang dalam kelompok memperoleh satu nomor yang berisi topik berbeda dengan anggota lainnya. Walaupun demikian, semua anggota kelompok harus membaca terlebih dahulu semua topik yang diberikan kepada kelompoknya.

Expert Group (kelompok ahli)

Setiap siswa dari semua kelompok yang memperoleh topik yang sama akan berkumpul membentuk kelompok ahli (expert group) untuk mempelajari topik tersebut lebih mendalam.

Home II

Setiap siswa dari expert group kembali ke kelompok sebelumnya (Home I). Hasil kerjasama dari expert group akan diinformasikan ke kelompok sebelumnya dan dipelajari bersama anggota lainnya.

2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam

penelitian ini adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang membagi

siswa ke dalam beberapa kelompok dan membuat anggota kelompoknya

berdiskusi secara berpasangan. Guru memberikan topik kepada setiap kelompok.

Setiap anggota kelompok akan mendapatkan satu topik berbeda dari anggota

lainnya dan ditugaskan untuk mempelajarinya secara individu (Think), namun

(17)

sama. Setelah masing-masing anggota tersebut mempelajarinya, anggota

kelompok yang memiliki topik yang sama bekerja secara berpasangan (Pair).

Setelah didapatkan hasil dari diskusi berpasangan, anggota tersebut

menyampaikannya ke anggota kelompok lainnya dan di depan kelas (Share) (Lie,

2008). Tabel 3.3 berikut ini adalah deskripsi mengenai model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) yang dilakukan dalam penelitian:

Tabel 3.3 Deskripsi Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share

Tahap Pertemuan I Pertemuan II

Think

Siswa bekerjasama dalam kelompok. Guru memberikan materi kepada setiap kelompok dengan topik struktur, fungsi, dan proses ekskresi pada hati dan paru-paru manusia. Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan satu topik yang berbeda dari anggota lainnya. Setiap anggota mempelajari terlebih dahulu topik yang mereka dapatkan secara individu.

Siswa bekerjasama dalam kelompok. Guru memberikan materi kepada setiap kelompok dengan topik struktur, fungsi, dan proses ekskresi pada hati dan paru-paru manusia. Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan satu topik yang berbeda dari anggota lainnya. Setiap anggota mempelajari terlebih dahulu topik yang mereka dapatkan secara individu.

Pair

Setelah setiap anggota mempelajari topiknya masing-masing, mereka mendiskusikan hasilnya secara berpasangan dengan salah satu angoota dalam kelompoknya.

Share Setiap anggota kembali berkumpul dengan seluruh anggota kelompoknya kemudian menyampaikan hasil yang diperoleh dari diskusi berpasangan.

3. Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Sistem Ekskresi

Penguasaan konsep siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

tingkat penguasaan siswa dalam konsep sistem ekskresi dan dilihat berdasarkan

hasil tes yang diberikan dua kali yaitu sebelum (pretest) dan setelah (posttest)

penerapan model pembelajaran. Cakupan dari tes tersebut berupa struktur, fungsi,

dan proses ekskresi pada ginjal, hati, kulit, dan paru-paru yang dibuat menjadi 25

butir soal pilihan ganda yang dibuat sendiri.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam,

yaitu tes penguasaan konsep siswa, angket respon siswa terhadap pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw II atau Think-Pair-Share

(18)

28

1. Tes Penguasaan Konsep Siswa

Tes penguasaan konsep digunakan untuk mengetahui kualitas penguasaan

konsep siswa dilihat dari aspek kognitif. Tes dilakukan dua kali yaitu sebelum

perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan (posttest). Tes yang diberikan berupa tes

objektif yang memuat 25 soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban tentang

materi sistem eksresi pada manusia. Tabel 3.4 di bawah ini merupakan kisi-kisi

tes penguasaan konsep sistem ekskresi pada manusia:

Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Penguasaan Konsep Siswa

Cakupan Materi Nomor Soal Jumlah Soal

Struktur ginjal 1, 4, 22 3

Proses ekskresi pada paru-paru 15 1

Struktur kulit 20 1

Fungsi kulit 21 1

Proses ekskresi pada kulit 2, 19 2 Membedakan setiap organ ekskresi

dengan hasil ekskresinya 11, 23 2 Hubungan proses ekskresi pada

Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran

yang telah dilakukan, yaitu pembelajaran dengan model Jigsaw II dan

Think-Pair-Share (TPS). Angket yang diberikan berupa angket tertutup, yaitu angket yang

membantu siswa menjawab dengan singkat, cepat dan hanya memilih salah satu

jawaban yang telah disediakan (Sugiyono, 2013). Pilihan jawaban yang

(19)

sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).

Kisi-kisi angket respon siswa disajikan dalam Tabel 3.5 berikut ini:

Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II dan Think-Pair-Share (TPS)

No. Aspek yang Ditanyakan

Jumlah Item

1. Interaksi antar anggota kelompok

dan kelompok lain 2 3

2. Interaksi dengan guru 1 1

3. Hubungan dengan penguasaan

konsep 3 2

4. Respon terhadap motivasi dengan

adanya reward 1 1

3. Lembar Wawancara Siswa dan Guru

Lembar wawancara diperlukan untuk mengetahui kesan siswa terhadap

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tie Jigsaw II

dan Think-Pair-Share (TPS). Siswa yang mengisi lembar wawancara dipilih

berdasarkan angket yang mereka isi. Jumlah siswa tersebut lima orang, yaitu

siswa yang dominan menjawab sangat setuju (SS), dominan menjawab setuju (S),

dominan menjawab tidak setuju (TS), dominan menjawab sangat tidak setuju

(STS) dan menjawab pilihan dengan rata. Selain diberikan kepada siswa, lembar

wawancara diberikan pula kepada guru untuk mendapatkan penilaian terhadap

pembelajaran dengan menggunakan kedua model pembelajaran tersebut, baik itu

tentang bahan ajar, kelebihan dan kekurangan model pembelajaran, kritik, dan

saran. Rambu-rambu yang digunakan sebagai pedoman wawancara disajikan

dalam Tabel 3.6 di bawah ini :

Tabel 3.6 Rambu-rambu Pedoman Wawancara Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II dan Think-Pair-Share (TPS)

No. Aspek yang Ditanyakan

(20)

30

No. Aspek yang Ditanyakan

Jumlah Item

1. Interaksi antar anggota kelompok

dan kelompok lain 1 1

2. Keuntungan belajar kelompok 2 2

3. Kerugian belajar kelompok 2 2

4. Hubungan dengan penguasaan

konsep 1 1

5. Respon terhadap LKS 2 2

6. Perbandingan pembelajaran

berkelompok dengan ceramah 1 1

7. Respon terhadap motivasi berupa

reward 1 1

8. Integrasi dengan konsep 1 1

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi pendahuluan, yaitu dengan mengidentifikasi dan menelaah

model-model pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan serta

mempelajari penelitian sebelumnya yang relevan dengan permasalahan.

b. Menentukan dua kelas secara purposive yang akan dipilih untuk melakukan

penelitian perbaandingan model pembelajaran Jigsaw II dan TPS, kemudian

membuat beberapa kelompok belajar pada masing-masing kelas eksperimen.

c. Mengembangkan perangkat penelitian yaitu RPP yang menyertakan model

pembelajaran Jigsaw II dan Think-Pair-Share (TPS).

d. Menyusun instrumen penelitian, yaitu tes penguasaan konsep, angket, dan

pedoman wawancara.

e. Melakukan judgment terhadap instrumen tes penguasaan konsep kepada dosen

yang berkompeten, kemudian direvisi sesuai dengan masukan dari dosen.

Setelah direvisi, instrumen tersebut diujicobakan kepada siswa kelas XII di

sekolah yang memiliki karakteristik hampir sama dengan sekolah penelitian,

lalu hasilnya dihitung dengan menggunakan analisis butir soal. Angket dan

pedoman wawancara dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.

(21)

a. Memberikan pretest pada masing-masing kelas eksperimen berupa tes

penguasaan konsep siswa dengan jumlah soal sebanyak 25 butir pilihan ganda

mengenai struktur, fungsi, dan proses ekskresi pada ginjal, hati, kulit, dan

paru-paru manusia.

b. Melakukan pembelajaran, yaitu pada kelas eksperimen 1 digunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan pada kelas eksperimen 2 digunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Pembelajaran

dilakukan selama dua kali pertemuan. Pertemuan pertama mempelajari sistem

ekskresi pada ginjal dan kulit sedangkan pertemuan kedua mempelajari

tentang sistem ekskresi pada hati dan paru-paru.

c. Memberikan posttest pada masing-masing kelas eksperimen dengan soal yang

sama seperti pada pretest dan dilakukan pada pertemuan selanjutnya setelah

proses pembelajaran selesai.

d. Memberikan angket kepada seluruh siswa kelas eksperimen setelah

melakukan posttest.

e. Melakukan wawancara kepada beberapa siswa dan guru bidang studi Biologi.

3. Tahap Penarikan Kesimpulan

a. Pengolahan dan analisis data penelitian.

b. Penarikan kesimpulan penelitian.

(22)

32

G. Alur Penelitian

Kelas XI IPA 1

- Pretest

- Pembelajaran menggunakan

tipe Jigsaw II

- posttest

Kelas XI IPA 3

- Pretest

- Pembelajaran menggunakan Think-Pair-Share (TPS) - posttest

Pemberian Angket

Pelaksanaan Wawancara

Pengolahan dan Analisis Data

Penyusunan Skripsi Penarikan Kesimpulan Mengidentifikasi Masalah

Menentukan Populasi dan Sampel Mengembangkan Perangkat Penelitian

Penyusunan Instrumen Penelitian

Pelaksanaan Penelitian Judgement Instrumen Penelitian

Revisi

Uji Coba Instrumen Penelitian

(23)

Gambar 3.1 Alur Penelitian

H. Pengolahan Hasil Uji Coba Instrumen Tes Penguasaan Konsep

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini salah satunya adalah tes.

Soal tes penguasaan konsep yang digunakan memiliki cakupan konsep tentang

struktur, fungsi, dan proses pada organ ekskresi manusia seperti ginjal, hati, kulit,

dan paru-paru. Uji coba instrumen dilakukan di sekolah berbeda tetapi memiliki

karakteristik yang hampir sama dengan sekolah penelitian.

Tes dapat digunakan sebagai alat ukur yang baik jika memiliki syarat tes

yaitu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda (Arikunto, 2012).

Teknik analisis instrumen yang dilakukan adalah dengan analisis butir soal.

Analisis butir soal dilakukan untuk mengidentifikasi soal-soal yang baik, kurang

baik, dan jelek.

Soal yang diujicobakan sebanyak 60 butir soal kemudian dilakukan

analisis butir soal dengan bantuan program Microsoft Excel 2007. Adapun

penjelasan mengenai teknik analisis butir soal adalah sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran untuk menunjukkan kevalidan atau

ketepatan data. Tes dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang hendak

diukur dan mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto,

2012). Angka uji validitas dapat dikategorikan indeksnya seperti pada Tabel 3.7.

Berikut adalah rumus korelasi product momen yang digunakan untuk

mengukur validitas tes:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

(Arikunto, 2012: 87)

Keterangan:

rxy = koefisiensi korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = Jumlah seluruh siswa

X = Skor tiap butir soal untuk setiap uji coba

(24)

34

Tabel 3.7 Koefisien Validitas Butir Soal

Koefisensi Korelasi Katagori

0,800 - 1,00 Sangat tinggi

0,600 - 0,800 Tinggi

0,400 - 0,600 Cukup

0,200 - 0,400 Rendah

0,000 - 0,200 Sangat rendah

(Arikunto, 2012: 89)

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan suatu ukuran untuk menunjukkan bahwa istrumen

cukup dapat dipercaya (Arikunto, 2012). Suatu tes dapat dikatakan memiliki

tingkat kepercayaan yang tinggi jika memberikan hasil tes yang tetap. Instrumen

yang dapat dipercaya akan menghasilkan data yang dapat dipercaya pula. Angka

uji realiabilitas dapat dikategorikan indeksnya seperti pada Tabel 3.8.

Untuk menguji reliabilitas, dapat dilakukan dengan rumus K-R. 20 seperti

berikut:

(Arikunto, 2012: 115)

Keterangan:

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

∑pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q n = Banyaknya item

(25)

Tabel 3.8 Koefisien Reliabilitas Butir Soal

Koefisensi korelasi Katagori

0,90 ≤ r11≤ 1,00 Sangat tinggi

0,70 ≤ r11 < 0,90 Tinggi

0,40 ≤ r11 < 0,70 Cukup

0,20 ≤ r11 < 0,40 Rendah

r11≤ 0,20 Sangat rendah

(Suherman, 2003: 139)

3. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar

(Arikunto, 2012). Soal yang terlalu mudah akan membuat siswa tidak ada usaha

untuk belajar lebih baik lagi dan soal yang terlalu sukar akan membuat siswa

putus asa dan malas untuk mengerjakannya. Angka tingkat kesukaran dapat

dikategorikan indeksnya seperti pada Tabel 3.9.

Untuk mengukur tingkat kesukaran butir soal dapat menggunakan rumus

seperti berikut:

(Arikunto, 2012: 223)

Keterangan:

P = Indeks tingkat kesukaran

B = Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.9 Indeks Tingkat Kesukaran

Indeks kesukaran Katagori soal

P = 0,00 – 0,30 Sukar

(26)

36

P = 0,71 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2012: 225)

4. Daya Pembeda

Daya pembeda digunakan untuk membedakan siswa yang berkemampuan

tinggi dan yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2012). Angka daya pembeda

dapat dikategorikan indeksnya seperti pada Tabel 3.10.

Untuk menghitung daya pembeda soal atau mencari indeks diskriminasi

dapat menggunakan rumus berikut:

(Arikunto, 2012: 228)

Keterangan:

DP = Daya pembeda

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

JA = Banyak peserta kelompok atas

JB = Banyak peserta kelompok bawah

PA = Proporsi kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.10 Klasifikasi Daya Pembeda

Indeks kesukaran Katagori

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik sekali

(27)

Setelah dilakukan perhitungan uji validitas, uji relliabilitas, tingkat

kesukaran, dan daya pembeda pada soal instrumen tes penguasaan konsep,

diperoleh hasil keputusan analisis butir soal yang disajikan dalam Tabel 3.11

berikut ini:

Tabel 3.11 Keputusan Analisis Butir Soal Instrumen Tes Penguasaan Konsep

Nomor Soal Keputusan Nomor Soal Keputusan

(28)

38

Berdasarkan hasil keputusan analisis uji coba instrumen, jumlah soal yang

ditolak sebanyak 28 soal, soal yang diterima sebanyak 23 soal, dan soal yang

direvisi sebanyak 9 soal. Soal yang digunakan dalam penelitian untuk pretest dan

posttest sebanyak 25 soal yang diambil dari soal yang diterima dan direvisi

berdasarkan kisi-kisi tes penguasaan konsep siswa pada Tabel 3.4.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan untuk mencari cara memperoleh data

yang diperlukan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang akan

dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Tes, berupa sejumlah soal tertulis mengenai materi yang telah disampaikan

kepada siswa. Tes dilaksanakan dua kali yaitu sebelum (pretest) dan setelah

(posttest) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan

Think-Pair-Share (TPS). Posttest dilakukan pada pertemuan selanjutnya setelah

pembelajaran selesai dilaksanakan.

b. Angket, berupa sekumpulan pernyataan yang harus dilengkapi oleh siswa

dengan memilih jawaban jawaban yang telah disediakan (Ruseffendi, 2010).

Angket diberikan kepada siswa setelah dilakukan posttest.

c. Wawancara, berupa beberapa aspek pertanyaan untuk menggali beberapa hal

yang belum jelas terungkap dalam angket (Ruseffendi, 2010). Wawancara

dilakukan setelah pengisian angket.

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil tes dan angket selanjutnya diolah dan

dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian ini dan mendapatkan kesimpulan

yang diharapkan.

1. Analisis Tes Penguasaan Konsep

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data tes penguasaan

konsep adalah sebagai berikut:

a. Uji Prasyarat

(29)

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian

berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan menggunakan uji chi kuadrat. Jika

data tersebut berdistribusi normal maka analisis dilanjutkan dengan menggunakan

statistika parametrik yaitu Uji F. Uji normalitas digunakan untuk menghitung

setiap data yang diperoleh yaitu data pretest dan posttest. Proses perhitungan data

dilakukan secara manual tanpa menggunakan software statistika, tetapi dibantu

dengan program Microsoft Excel 2007. Proses scoring data pretest dan posttest

dilakukan dengan menggunakan perhitungan berikut ini:

Langkah-langkah melakukan uji normalitas adalah sebagai berikut

(Sudjana, 2005):

a) Membuat daftar distribusi frekuensi.

b) Menentukan rentang dengan rumus = data terbesar – data terkecil

c) Menentukan banyak kelas interval dengan aturan Sturges, yaitu:

banyak kelas = 1 + (3,3) log n

d) Menentukan panjang kelas interval panjang kelas interval dengan rumus:

e) Menghitung rata-rata dengan bantuan program Microsot Excel.

f) Menghitung standar deviasi (s) dengan rumus:

s

∑ ̅

=

g) Menentukan batas kelas yaitu dengan rumus:

batas kelas (x) = batas bawah (bb) – 0,5

h) Menghitung z untuk batas kelas dengan rumus:

̅

i) Menghitung luas tiap kelas interval dengan menggunakan angka z pada Tabel

dengan rumus:

(30)

40

j) Menghitung frekuensi yang diharapkan (Ei) yaitu menggunakan rumus:

k) Menghitung dengan rumus:

l) Data berdistribusi normal jika

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut

memiliki varians yang sama. Untuk melihat homogenitas data pretest dan posttest,

dilakukan dengan Uji F. Proses perhitungan data dilakukan secara manual tanpa

menggunakan software statistika, tetapi dibantu dengan program Microsoft Excel

2007. Rumus Uji F yang digunakan yaitu:

dimana: s12 = varians dari sampel model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

s22 = varians dari sampel model pembelajaran kooperatif tipe TPS

(Sudjana, 2005)

Untuk mencari nilai F Tabel menggunakan daftar distribusi F dengan α =

0,05 dan dk = (n-1). Data dikatakan homogen jika Fhitung < FTabel.

3) Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk menguji diterima atau tidaknya hipotesis

yang diajukan. Karena data berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian

dilanjutkan dengan menggunakan statistika parametrik yaitu uji kesamaan dua

rata-rata atau uji Z. Uji Z digunakan setelah dilakukannya perhitungan uji

normalitas dan homogenitas data pretest dan posttest.

Rumus Uji Z adalah:

̅ ̅

(31)

dimana: ̅ = rata-rata nilai siswa yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe kelas Jigsaw II

̅ = rata-rata nilai siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kelas TPS

= varians dari sampel model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

= varians dari sampel model pembelajaran kooperatif tipe TPS

= jumlah siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw II

= jumlah siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

(Sudjana, 2005)

Hipotesis statistik pada penelitian ini adalah:

H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1≠ µ2

Kriteria pengujian penelitian ini adalah terima H0 jika –ZTabel < Zhitung <

ZTabel yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa

yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw II dengan siswa yang

menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS). Sebaliknya jika

Zhitung > ZTabel atau Zhitung < –ZTabel maka terdapat perbedaan yang signifikan

antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw II dengan siswa yang

menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS).

2. Analisis Angket

Analisis angket dilakukan dengan menggunakan Skala Likert. Jawaban

setiap item instrumen mempunyai gradasi positif sampai negatif yaitu seperti pada

Tabel 3.12 berikut ini:

Tabel 3.12 Pilihan Jawaban Angket

Jawaban Skor

Sangat Setuju (SS) 4

Setuju (S) 3

(32)

42

Perhitungan angket dilakukan dengan rumus berikut:

(Sugiyono, 2013:137)

Skor angket penelitian diperoleh dari skor jawaban seluruh siswa setiap

item, sedangkan jumlah skor ideal diperoleh dari skor pilihan jawaban sangat

setuju (SS) dikalikan jumlah siswa kemudian hasilnya dikategorikan berdasarkan

indeks persentasi angket pada Tabel 3.13 di bawah ini:

Tabel 3.13 Indeks Persentasi Angket

Indeks Kategori

0% – 25% Sangat Tidak Setuju (STS) 26% – 50% Tidak Setuju (TS)

51% - 75% Setuju (S)

76% - 100% Sangat Setuju (SS)

(Sugiyono, 2013)

3. Analisis Lembar Wawancara Siswa dan Guru

Wawancara dilakukan untuk menggali informasi yang lebih mendalam

khususnya dari siswa maupun dari guru yang tentang respon siswa yang belum

diperoleh dari angket. Hasil dari wawancara akan dideskripsikan dan dikaitkan

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata skor penguasaan konsep

siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II sebesar

62,15, sedangkan rata-rata skor penguasaan konsep siswa yang menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) sebesar 58,72.

Setelah skor posttest diuji dengan menggunakan uji kesamaaan dua rata-rata,

hasilnya adalah H0 diterima yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II dan TPS. Secara umum respon siswa dan guru terhadap penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan TPS yang diperoleh dari angket

dan wawancara memberikan respon positif dengan berbagai argumen, seperti

meningkatkan interaksi sosial siswa, kemampuan berkomunikasi, topik yang

diberikan jelas, dan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, analisis, dan pembahasan, terdapat

saran-saran yang mudah-mudahan dapat menunjang pembelajaran dan penelitian

selanjutnya, diantaranya:

1. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan

Think-Pair-Share (TPS) diperlukan kesiapan bagi siswa dan guru dalam

pelaksanaannya seperti perangkat pembelajaran yang sesuai, pembagian tugas

atau topik yang jelas, serta pembagian kelompok yang heterogen. Ketika

persiapannya sudah baik, maka pelaksanaannyapun dapat berjalan dengan

lancar.

2. Model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan alternatif model pembelajaran

yang diterapkan di kelas oleh guru. Namun tentu saja guru harus benar-benar

memahami sintaks dalam setiap tipe pembelajaran kooperatif agar dalam

(34)

63

3. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian tentang pembelajaran

kooperatif, alangkah lebih baik tidak hanya memperhatikan aspek kognitif,

namun memperhatikan pula aspek afektif dan psikomotor agar hasil belajar

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Alfiansyah. (2011). Organ Penapasan Manusia [Online]. Tersedia: http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/organ-pernapasan-manusia.html [3 September 2013]

Ali, H. (2011). “A Comparison of Cooperative Learning and Traditional Lecture Methods in The Project Management Department of a Tertiary Level Institution in Trinidad and Tobago”. Educational Reaserch Association [Online], 1, (1), 49-64. Tersedia: journals.sta.uwi.edu/cts/index [18 Desember 2012]

Anonim. (2013). Struktur dan Fungsi Kulit Manusia. [Online]. Tersedia: http://www.materisekolah.com/struktur-dan-fungsi-kulit-manusia/ [4 September 2013]

Arikunto, S. (2012). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rhineka Cipta.

Azlina, N.A.N. (2010). “CETLs: Supporting Collaborative Activities Among Students and Teachers Through the Use of Think-Pair-Share Techniques”.

International Journal of Computer Science Issues [Online], 7, (5), 18-29.

Tersedia: http://ijcsi.org/papers/7-5-18-29.pdf [18 Desember 2012]

Bukunola, B.J. & Idowu, O.D. (2012).” Effectiveness of Cooperative Learning Strategies on Nigerian Junior Secondary Students’ Academic Achievement in Basic Science”. British Journal of Education, Society & Behavioural Science [Online], 2, (3), 307-325. Tersedia: http://www.sciencedomain.org/download.php [3 Agustus 2013]

Campbell, N.A. et al. (2004). Biologi Edisi Kelima - Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Hanum, E.L. et al. (2009). Biologi 2 Kelas XI SMA dan MA [Online]. Tersedia: bse.kemdiknas.go.id [24 September 2012]

(36)

65

Ibe, H.N. (2009). “Metacognitive Strategies on Classroom Participation and Student Achievement in Senior Secondary School Science Classrooms”.

International Council of Association for Science Education [Online], 20,

(½), 25-31. Tersedia: http://www.icaseonline.net/sei/files/p2.pdf [19 Desember 2012]

Kazemi, M. & Khalili-Sabet, M. (2012). “Exploring the Iranian EFL Learners’ Reading Performance: The Effect of Teaching Method”. International

Journal of Applied Linguistics & English Literature [Online], 1, (6),

256-263. Tersedia: http://www.ijalel.org/pdf/167.pdf [3 Agustus 2013]

KOÇ, Y. et al. (2010). “The Effects of Two Cooperative Learning Strategies on

the Teaching and Learning of the Topics of Chemical Kinetics”. Journal of

Turkish Science Education [Online], 7, (2), 52-65. Tersedia: http://www.pegem.net/dosyalar/dokuman/124768-2011090212498-4.pdf [3 Desember 2012]

Kurnadi, K.A. (2011). Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jilid 2. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Lay, C.Y. & Wu, C.C. (2006). “Using Handhelds in a Jigsaw Cooperative Learning Environment”. Journal of Computer Assisted Learning [Online],

22, 284 297. Tersedia:

http://140.115.126.240/mediawiki/images/6/6d/Jigsaw.pdf [3 Desember 2012]

Lie, A. (2008). Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Rif’atunnisa, N.I. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)

Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Perkembangan Manusia. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Ruseffendi. (2010). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta

Lainnya. Bandung: Tarsito.

Rusnanto. (2011). Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Model

Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan Tipe STAD Pada Sub Konsep Sistem Pencernaan Manusia. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

(37)

Shauqi, L.S.F.Q. (2012). Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Berpikir

Kreatif Siswa Melalui Media Animasi pada Konsep Sistem Ekskresi Manusia: Penelitian Tindakan Kelas. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Slavin, R.E. (2011). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media.

Soewolo, et al. (2003). Fisiologi Manusia. Malang: Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang.

Solihatin, E. & Raharjo. (2009). Cooperative Learning: Analisis Model

Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2013). Metode Peneltian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia.

Suprijono, A. (2011). Cooperative Learning: Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suwarno. (2009). Panduan Pembelajarn Biologi untuk SMA & MA kelas XI [Online]. Tersedia: bse.kemdiknas.gi.id [7 September 2012]

Talebi, F & Sobhani, A. (2012). “The Impacts of Cooperative Learning on Oral Proficiency”. Mediterranean Journal of Social Sciences [Online], 3 (3),

75-79. Tersedia:

http://www.mcser.org/images/stories/2_journal/mjss_september_2012/fari ma%20talebi.pdf [18 Desember 2012]

Tran, V.D. & Lewis, R. (2012). “The Effects of Jigsaw Learning on Students’ Attitudes in a Vietnamese Higher Education Classroom”. International

Journal of Higher Education [Online], 1 (2), 9-20. Tersedia:

Gambar

Tabel 3.2 Deskripsi Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II
Tabel 3.3 Deskripsi Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share
Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Penguasaan Konsep Siswa
Tabel 3.6 Rambu-rambu Pedoman Wawancara Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II dan Think-Pair-Share (TPS)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Warna yang digunakan pada busana Tari Khadissiswa yaitu warna putih dan hijau, warna putih sebagai simbol kesucian, sedangkan warna hijau sebagai simbol kesuburan.Warna-warna

1) Menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, ketaqwaan dan ibadah serta akhlakul karimah menjadi pedoman hidup. 2) Menumbuhkembangkan nilai sosial dan budaya bangsa

[r]

[r]

Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta.. Effendy,

Di dalam fenomena tersebut tampaklah bahwa praktek pendidikan umum yang diselenggarakan belum mengembangkan?. potensi anak didik secara menyeluruh dan utuh, serta tidak

` An evolving tool space that promises real-time data integration from a variety of sources, such as relational databases, Web services, and multidimensional databases. ` A

FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA SEBAGAI TEORI PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PRAKTEK PENDIDIKAN UMUM DALAM KONTEKS PENDIDIKAN NASIONAL.. Universitas