• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI

SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN

Oleh Mauludin

ABSTRAK

Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Jigsaw

Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.

Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Model Jigsaw adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan yang lain secara maksimal untuk mempelajari suatu tugas pembelajaran di dalam kelompoknya.

Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa materi pecahan dengan menggunakan model jigsaw pada siswa kelas VI di SD Negeri No.181/VII Guruh Baru II Mandiangin.

Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI SD Negeri No.181/VII Guruh Baru II Mandiangin yang berjumlah 22 siswa yakni terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus , masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, refleksi dan revisi.

Hasil analisis pada masing-masing siklus menunjukkan bahwa berdasarkan keaktifan siswa pada siklus I sampai III terjadi peningkatan dari 56,1 % kategori

(2)

cukup pada siklus I menjadi 64,2 % kategori baik pada siklus II dan selanjutnya menjadi 79,1 % kategori baik pada siklus III; berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I diperoleh hasil yang belum optimal yaitu ditunjukkan dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 13 siswa (59,1%) dengan kategori cukup. Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa (68,2%) pada kategori baik dan pada siklus III mengalami peningkatan yang pesat yaitu ditunjukkan dengan jumlah siswa yang mencapai kriteria tuntas sebanyak 18 siswa (81,8%) dengan kategori Sangat baik.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model Jigsaw dalam pembelajaran berhasil dan mampu memperoleh hasil yang memuaskan.

Disamping itu, bisa melatih siswa untuk memiliki ketrampilan dan belajar kreatif.

Peningkatan yang dialami siswa disebabkan adanya pengalaman yang baru bagi siswa dalam proses pembelajaran yang akan berpengaruh pada siswa sehingga membentuk pengembangan kemampuan siswa pada saat kegiatan belajar.

Secara umum pembelajaran matematika merupakan salah satu pembelajaran di Sekolah Dasar yang bertujuan agar siswa dapat mengembangkan keterampilan berhitung, membentuk sikap logis, kritis, cermat, bekerjasama, dan dapat menggunakan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Siswa kelas VI Sekolah Dasar pada dasarnya sudah dapat bekerja sama dengan baik, sehingga akan sangat tepat apabila guru memanfaatkan kemampuan bekerjasama siswa ini dalam proses pembelajaran. Oleh karenanya, guru dapat merancang pembelajaran yang berisikan kegiatan dengan melibatkan seluruh siswa untuk bekerja sama dalam mempelajari materi, baik dalam kelompok maupun secara bersama-sama dalam satu kelas.

Untuk itu guru hendaknya dapat membangun konsep-konsep yang konstruktif siswa dalam keterkaitannya memahami makna pembelajaran matematika. Sejalan dengan salah satu prinsip penting dari psikologi pendidikan yaitu teori

(3)

konstruktivisme. Model pembelajaran ini salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan model Jigsaw.

Model pembelajaran ini termasuk pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sesuai denga sifat manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pemberian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatif dapat dipergunakan guru untuk memberikan kesan yang berbeda pada kegiatan pembelajaran.

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan pada siswa kelas VI SDN No.181/VII Guruh Baru II Mandiangin ?”

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa materi pecahan dengan menggunakan model jigsaw pada siswa kelas VI di SD Negeri No.181/VII Guruh Baru II Mandiangin.

Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Adapun menurut Hamalik (2006:30), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai

(4)

melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.

Perinciannya adalah sebagai berikut:

1. Ranah Kognitif, yaitu Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

2. Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif

meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor yaitu meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-

benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan yang lain secara maksimal untuk mempelajari suatu tugas pembelajaran di dalam kelompoknya.

Dalam konteks yang demikian, maka guru dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini akan berfungsi sebagai fasilitator yang membantu dan membina pengetahuan siswa serta membantu menyelesaikanmasalah siswa. Karena itu, untuk memperoleh hasil yang baik dalam kegiatan pembelajarannya, ada beberapa hal yang patut diperhatikan oleh guru, antara lain :

(5)

a. Sebelum kegiatan belajar dimulai siswa sudah diberitahu anggota kelompoknya.

b. Pada penerapannya, siswa akan langsung membentuk kelompok masing- masing.

c. Diperlukan dorongan atai motivasi.

d. Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai suatu unit yang diselesaikan bersama.

e. Adanya persaingan yang sehat antar kelompok dan siswa (kompetitif) f. Situasi yang kondusif antar anggota

g. Laporan tiap kelompok harus dibahas bersama.

Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan di kelas VI SD Negeri No.181/VII Guruh Baru II Mandiangin yang berjumlah 22 siswa yakni terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus , masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, refleksi dan revisi.

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dari siklus I, II, dan III dilakukan untuk mencapai hasil belajar yang maksimal sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hasil yang diperoleh pada siklus I, II, dan III mengalami peningkatan dalam proses pembelajaran Matematika melalui model Jigsaw, baik pada aktifitas siswa maupun hasil belajar siswa.

(6)

Berdasarkan keaktifan siswa pada siklus I sampai III terjadi peningkatan dari 56,1 % kategori cukup pada siklus I menjadi 64,2 % kategori baik pada siklus II dan selanjutnya menjadi 79,1 % kategori baik pada siklus III.

Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I diperoleh hasil yang belum optimal yaitu ditunjukkan dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 13 siswa (59,1%) dengan kategori cukup. Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa (68,2%) pada kategori baik dan pada siklus III mengalami peningkatan yang pesat yaitu ditunjukkan dengan jumlah siswa yang mencapai kriteria tuntas sebanyak 18 siswa (81,8%) dengan kategori Sangat baik.

Dengan meningkatnya keaktifan siswa dan hasil belajar siswa, peneliti berasumsi bahwa penerapan model Jigsaw dalam pembelajaran berhasil dan mampu memperoleh hasil yang memuaskan. Disamping itu, bisa melatih siswa untuk memiliki ketrampilan dan belajar kreatif.

Peningkatan yang dialami siswa disebabkan adanya pengalaman yang baru bagi siswa dalam proses pembelajaran yang akan berpengaruh pada siswa sehingga membentuk pengembangan kemampuan siswa pada saat kegiatan belajar, misalnya : penugasan pengetahuan mengenai fakta, teori, generasi, istilah-istilah, pendapat dan lain sebagainya. Pengetahuan yang berkelanjutan, misalnya : keterampilan penerapan suatu ide, konsep, generalisasi, teori, dan lain sebagainya. Sehingga proses interaksi pembelajaran seperti : pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), keterampilan (psikomotorik) dapat terbentuk (Syafruddin, 2004:25).

(7)

Keberhasilan penelitian ini juga disebabkan oleh berbagai keuntungan dari fungsi penggunaan model pembelajaran Jigsaw. Kelebihan model pembelajaran ini adalah:

1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya

2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat 3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara

dan berpendapat.

Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :

1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.

2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.

3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.

(8)

4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw dapat memberikan pengaruh yang positif sebagai berikut :

1. Melalui model kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam berbagai hal sehingga proses pembelajaran matematika materi pecahan dapat berjalan dengan baik

2. Melalui model kooper tif Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar dan dari yang cukup menjadi baik sesuai dengan yang diharapkan yaitu siswa menjadi aktif dalam diskusi, mempunyai ketrampilan bertanya, ketrampilan menjawab, kerjasama dan berketrampilan menarik kesimpulan

Daftar Pustaka

Dimiyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Djamarah, 1999. Prestasi Belajar Kompetensi Guru. Jakarta : Usaha Nasional Hamalik,Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara

Ibrahim, 2000. Dasar-Dasar dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Sinar Baru

Is Joni. 2009. Penalaran dan Sistem Matematika Pusat Jakarta: Universitas Terbuka Mainiarti, Fitri. 2008. Kontribusi Guru dalam Lingkungan Kerja dan Fungsi

Pengawasan Kinerja Terhadap Mobilitas Pembelajaran di Sekolah (Tesis).

Universitas Negeri Padang.

Rochjadi, H. 2003. Evaluasi Pendidikan. Jakarta.: PT. Rineka Cipta

(9)

Rini, 2003. Penerapan Kontruktivisme dalam Pengajaran Matematika (Tesis).

Universitas Negeri Padang.

Syaiful,1994. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta Soekamto, Toeti. 1992. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Sudjana, 1990. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Sinar Baru Algensida

Sutja,A, dkk. 2000. Panduan Penulisan Skripsi. Program Ekstensi Bimbingan Konseling. FKIP. Universitas Jambi

Suparno,P. 1997. Filsafat konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius.

Theis dan Sofnidar. 2009. Matematika Sekolah Dasar (materi, model, dan asasemen dan RPP). Universitas Jambi

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, Syeikh Daud membincangkan tentang hukum berniat sebagai imam bagi orang yang mengimamkan solat Jumaat, hukum jika salah seorang daripada ahli kariah

digunakan dapat dilihat pada Gambar -1. Sumber mikroorganisme yang digunakan adalah bakteri yang berasal dari tangki aerasi unit pengolahan limbah pabrik permen PT. Van

Puji dan Syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Dengan tujuan tersebut, maka jenis data yang diperlukan akan terdiri dari data primer mengenai kualitas dan karakteristik lahan yang diperoleh dari survei lahan serta data sekunder

Dari sisi tipografi, syair itu mencitrakan kesan bahwa suasana tradisionalmelekat pada puisi, yang wu-judnya adalah keterikatan pa-da irama dan rima.Dengan kalimat

Selanjutnya, kedua belah pihak menandatangani delapan dokumen kerja sama, yang meliputi MoU Kerja sama Ekonomi antara Menko Perekonomian RI dengan Komisi Nasional Pembangunan

pengamatan (TP) yaitu; vegetasi di depan fakultas ISIP, vegetasi arboretum jurusan kehutanan, vegetasi samping kiri fakultas hukum, vegetasi belakang gedung I, vegetasi depan

Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan kemampuan siswa dalam membaca dan memahami materi tentang teknologi informasi dan teknologi komunikasi dalam bentuk visual yang