• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

i

MUHAMMAD RIZKY YUSUF 10573 02591 11

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

ii Daerah Kota Makassar Mahasiswa Yang Bersangkutan

Nama Mahasiswa : Muhammad Rizky Yusuf

NIM : 10573 02591 11

Program Studi : Akuntansi

Telah dinyatakan LULUS oleh Tim Penguji Pada Tanggal 22 Agustus 2015

Menyetujui,

Pembimbing I,

Dr. H. MAHMUD NUHUNG, SE, MA KTAM : 497 794

Pembimbing II,

LINDA ARISANTI RAZAK., SE, M. Si, Ak, CA

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar,

Dr. H. MAHMUD NUHUNG, SE, MA KTAM : 497 794

Ketua Prodi Akuntansi,

ISMAIL BADOLLAHI, SE, M. Si, Ak NBM : 1073428

(3)

iii

Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor: 074 Tahun 1436 H / 2015 M dan telah dipertahankan didepan tim penguji pada hari Sabtu tanggal 22 Agustus 2015 M / 7 Dzulqaidah 1436 H sebagai persyaratan guna memperoleh gelar sarjana ekonomi pada jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dzulqaidah 1436 H Makassar,---

Agustus 2015 M Panitia Ujian :

Pengawas Umum : Dr. Irwan Akib, M.Pd

(Rektor Unismuh Makassar) (………)

Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung, M.A

(Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis) (………) Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM

(PD.I Fakultas Ekonomi dan Bisnis) (………) Penguji :

1. Dr. H. Mahmud Nuhung, M.A (....………)

2. Dr. H. Andi Rustam, SE.,M.Si.,AK.CA (………)

3. Ishak, SE.,M.Si (………)

4. Muh. Nur Rasyid, SE., M. Si. (………)

(4)

iv

Skripsi, Program Strata 1 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pelaksanaan badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Makassar. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada umumnya pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan laporan keuangan yang bertujuan untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Namun di karenakan semakin kompleksnya kegiatan perusahaan maka diperlukan suatu pemeriksaan dimana sasaran utama pemeriksaan ini adalah menilai efisiensi dan efektivitas kegiatan operasional instansi. Untuk itu dalam penelitian ini akan difokuskan pada penelitian audit operasional kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Makassar yang di dalamnya menggunakan belanja daerah untuk merealiasisakan dana anggaran yang diperoleh untuk membangun dan merencanakan terutama dengan dokumen perencanaan dan penganggaran yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Makassar.

Kata kunci : Prosedur Audit, dan Belanja modal

(5)

v

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiarat Allah SWT karena begitu banyak limpahan Ramat, Hidayah dan Karunia-Nya serta Shalawat dan Salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW atas nikmat lahir batin yang di berikan sehinggah karya tulis ini dapat tersusun walaupun masih banyak kekurangan didalam yang berjudul “PROSEDUR PELAKSANAAN AUDIT OPERASIONAL BELANJA MODAL PADA KANTOR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAKASSAR”. Adapun guna penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam menyelesaikan karya tulis ini, tidak terlepas dari banyaknya bantuan dan dukungan berbagai pihak baik dari segi moril maupun materil.

Olehnya itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih dan rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, MA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

(6)

vi dengan baik.

4. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, MA selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas segala pemikiran, petunjuk serta kesabaran selama membimbing penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Ismail Badollahi SE, M.Si, Ak,CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh Staf dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

7. Pimpinan dan segenap Staff Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Makassar yang terkait dan terkhusus kepada ibu Farida dengan penelitian ini yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas keramahan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

8. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih dari lubuk hati paling dalam buat kakanda Achmad Ilham S. Kom (ILHO) dan teman di SOLIT yang telah memberikan arahan, semangat dan dorongan selama penulis menyusun karya tulis ini, pengorbananmu takkan pernah penulis lupakan.

9. Keluarga besar Akuntansi 6 Angkatan 2011, Sabir, Agus Aristiawan, William, Fadly, Muhammad Sahrul, Riri Angraeni A.S., Halijah, Khaerunnisa, Hasiah, Hafila, Fatimah Faradibah, Yastuti Basir, Windarini, Sarlita, Firdayanti serta

(7)

vii

10. Sahabat–sahabatku Riri Agriani, Khairunnisa, Halijah, Risma Fitria, Vivi Alvira Irham, Nuraeni, Ikhwanul, Marhamat, Endhar Fadly, Andi Suwardi terima kasih atas dukungannya, arahan–arahannya dan doa-doanya, sehingga dalam penyusunan karya tulis ini dapat diselesaikan, persahabatan kita yang membuat kenangan terindah itu semua tak akan pernah dapat terlupakan, terima kasih telah menjadi sahabatku hadirmu memberi warna dalam hidupku.

Terkhusus dan termulia kuhaturkan kepada kedua orang tuaku yang tercinta ayahanda Drs. Muhammad Yusuf D. M. Pd dan Mardiana Akib (Almarhum), ibu A. Besse BA. serta kakak saya dan keluargaku yang tidak sempat saya sebutkan namanya satu persatu yang senantiasa memberikan semangat, material dan selalu berdoa kepada Allah SWT demi terselesainya karya tulis ini terima kasih Ibu dan Ayah, semoga kemulian dan perlindungan selalu dalam lindungan Allah Swt selalu menyertai beliau, Amin.

BAKTIKU PADA AYAH DAN IBU, CINTAKU YANG ABADI

Aku berlindung kepada ALLAH SWT berusaha meraih ridho Alllah dengan ikhlas :

 Al-Qur’an adalah pedoman hidupku, rasulullah adalah junjunganku.

 Tutur kata yang lembut kepadamu serta sopan santun akan terus kutanamkan dalam diriku.

(8)

viii Allah Swt.

Hanya dengan karya tulis ini yang bisa saya persembahkan untuk Ayah dan ibu, semua pengorbananmu yang tidak bisa dibayar dan hanya Allah Swt yang bisa membalas jasa-jasa Ayah dan Ibu.

Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama bagi penulis sendiri dan pembaca, semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Taufik-Nya kepada kita semua. Amin Ya Robbal Alamin.

Billaahi fil sabilil haq fastabiqul khairat Wasalamu Alaikum Wr. Wb.

Makassar, Mei 2015

Penulis

(9)

ix

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah.... ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian…... ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Definisi Audit Operasional ... 9

B. Prosedur Audit... ... 11

C. Definisi Audit Sektor Publik... 12

1. Pengertian Audit Sektor Publik... 12

2. Proses Audit Sektor Publik..…..……...….…………... .... 13

3. Standar Audit Pemerintah (SAP)... ... 17

D. Belanja Modal...…………...………... 20

E. Kerangka Pemikiran... ... 22

F. Hipotesis ... ... 24

BAB III METODE PENELITIAN... 25

A. Lokasi Dan Objek Penelitian... .... 25

B. Metode Pengumpulan Data... 25

C. Jenis Data Dan Sumber Data... ... 25

D. Populasi Dan Sampel... ... 26

E. Metode Analisis Data... 27

(10)

x

D. Tugas Dan Tanggung Jawab... 41

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 45

A. Pelaksanaan Prosedur Audit Operasional ... 45

B. Tahap – Tahap Prosedur Pelaksanaan Audit Operasional ... 47

C. Proses Pelaksanaan Standar Audit Pemerintah (SAP) terhadap Audit Operasional ... 49

D. Belanja Modal... 52

E. Proses Belanja Modal Pada Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Makassar ... 52

F. Realisasi Belanja Modal ... 57

G. Realisasi Anggaran Belanja Modal... 60

BAB VI PENUTUP ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA... ... .. 67

DAFTAR LAMPIRAN ... 69 DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR TABEL...

(11)

xi

Gambar 4 . 1 Struktur Organisasi... 40 Gambar 5 . 1 Keterkaitan Renstra BAPPEDA... 54 Gambar 5 . 2 Bagan Alir Penyusunan Renstra SKPD... ... 55

(12)

xii

Tabel 5 . 2 Rincian Anggaran Dan Realisasi Belanja TA 2012 Dan Realisasi Belanja TA 2013 ... 61 Tabel 5 . 3 Perbandingan Anggaran Realisasi Belanja ... 63

55 Gambar 5 . 1 Kerangka Pikir... 60 Gambar 5 . 2 Kerangka Pikir... 61 22 222 22

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 1996 di Indonesia mengalami krisis ekonomi dan tahun 1997 merupakan puncak dari krisis ekonomi. Hal ini mendorong pendelegasian sebagian wewenang pemerintah pusat untuk pengelolaan keuangan kepada daerah dengan tujuan agar daerah mampu untuk membiayai pembangunan dan pelayanan atas dasar keuangan sendiri. Berdasarkan TAP MPR Nomor XV/MPR/1998 merupakan landasan hukum dikeluarkannya UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.25tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, kemudian mengalami revisi menjadi UU No.32 tahun 2004 (UU No.32/2004) yang menegaskan bahwa kewenangan Pemda untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah berdasarkan asas otonomi daerah. Dengan otonomi daerah, pemerintah daerah diharapkan semakin mandiri, mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat, baik dalam hal pembiayaan pembangunan maupun dalam hal pengelolaan keuangan daerah.

Menurut Undang – Undang No. 32 / 2004 selain pemerintah pusat memberikan kewenangan otonomi daerah kepada Pemerintah Daerah (PEMDA) juga mewajibkan tiap kepala daerah untuk memberikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) kepada pemerintah pusat. Dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, diperlukan adanya evaluasi. Evaluasi penyelenggaraan

1

(14)

pemerintah daerah dimaksudkan untuk mengukur kinerja pemerintah daerah.

pengukuran kinerja merupakan komponen yang penting karena akan memberikan umpan balik atas rencana yang telah diimplementasikan.

Peraturan Pemerintah No.6/2008 menyebutkan bahwa salah satu evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah berupa evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah (EKPPD). Laporan hasil evaluasi dalam meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dikeluarkan pertama kali oleh kementrian dalam negeri tahun 2009 atas LPPD tahun anggaran 2007.

Pemerintah Daerah dalam melayani masyarakat melakukan pengelolaan atas keuangan daerah. Dalam pengelolaan keuangan daerah tidak dapat dipisahkan dan memerlukan pengawasan serta pemeriksaan (audit) yang baik agar tidak terjadi kecurangan. Di Indonesia, pemeriksaan dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Menurut Nugroho dan Rohman (2012:40) Pemerintah akan melakukan pembangunan infrastruktur serta sarana dan prasarana yang diperlukan oleh negara, yang tercermin di dalam belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah.

Belanja modal yang besar merupakan cerminan dari banyaknya infrastruktur dan sarana yang dibangun. Semakin banyak pembangunan yang dilakukan akan meningkatkan kinerja pemerintah daerah. Belanja modal publik biasanya terkait erat dengan penyediaan fasilitas dan infrastruktur yang berhubungan langsung dengan pelayanan kepada masyarakat.

Alokasi belanja modal dibentuk melalui proses penyusunan anggaran.

Tentunya dalam pengalokasian belanja modal sebagai pendukung proses

(15)

pembangunan, peran proses penganggaran sangatlah signifikan. Penggunaan pendekatan penganggaran berbasis kinerja tentunya akan semakin berpengaruh dalam penetapan tujuan dan Outcome hingga akhirnya dilihat dan di setujui kedalam angka-angka pada pos belanja modal APBD.

Belanja modal pada umumnya dialokasikan untuk perolehan asset tetap yang dapat digunakan sebagai sarana pembangunan daerah. Dengan berkembang pesatnya pembangunan diharapkan terjadi peningkatan kemandirian daerah dalam membiayai kegiatannya terutama dalam hal keuangan. Untuk dapat mengetahui terjadinya peningkatan kemandirian daerah, pendapatan asli daerah bisa dijadikan sebagai tolak ukurnya karena Pendapatan Asli Daerah (PAD) ini sendiri merupakan komponen yang penting yang mencerminkan bagaimana sebuah daerah, dalam penelitian ini dari kabupaten / kota provinsi Sulawesi Selatan anggarannya dari tahun ke tahun dapat mendanai sendiri kegiatannya melalui komponen - komponen yang terdapat dalam laporan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Laporan realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) terdiri dari pendapatan dan belanja daerah . Pendapatan itu sendiri terdiri dari pendapatan asli daerah, Dana perimbangan, dan pendapatan lainnya. Sedangkan belanja daerah terdiri dari belanja operasi, belanja modal, belanja tak terduga dan transfer / bagi hasil kabupaten / kota. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Belanja Modal.

(16)

Peningkatan layanan publik ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik bagi masyarakat untuk membuka usaha di daerah. Harapan ini tentu saja dapat terwujud apabila ada upaya pemerintah dengan memberikan berbagai fasilitas untuk investasi. Konsekuensinya, pemerintah perlu memberikan alokasi belanja yang lebih besar untuk tujuan ini. Desentralisasi fiskal disatu sisi memberikan kewenangan yang lebih besar dalam pengelolaan daerah, tetapi disisi lain memunculkan persoalan baru, dikarenakan tingkat kesiapan fiskal daerah yang berbeda-beda.

Infrastruktur dan sarana prasarana yang ada di daerah akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah. Jika sarana dan prasarana memadai maka masyarakat dapat melakukan aktivitas sehari-harinya secara aman dan nyaman yang akan berpengaruh pada tingkat produktivitasnya yang semakin meningkat, dan dengan adanya infrastruktur yang memadai akan menarik investor untuk membuka usaha di daerah tersebut. Dengan bertambahnya belanja modal maka akan berdampak pada periode yang akan datang yaitu produktivitas masyarakat meningkat dan bertambahnya investor akan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Seiring dengan dengan munculnya tuntutan masyarakat agar organisasi sektor publik mempertahankan kualitas profesionalisme dan akuntabilitas publik dalam menjalankan aktivitas serta untuk menjamin dilakukannya pertanggung jawaban publik organisasi oleh organisasi sektor publik, maka diperlukan audit terhadap organisasi sektor publik.

(17)

Audit merupakan serangkaian proses yang tersistem dalam rangka mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti yang ada mengenai pernyataan- pernyataan tentang kegiatan dan kejadian yang bersifat ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian dengan pernyataan-pernyataan yang ada, apakah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan serta mempublikasikan hasilnya. Audit dilakukan tidak hanya terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan, namun perlu diperluas dengan melakukan audit terhadap kinerja organisasi sektor publik tersebut.

Audit operasional atau audit manajemen biasa juga disebut audit kinerja adalah audit yang dilaksanakan untuk menilai efesiensi dan efektivitas kegiatan suatu organisasi dalam prosesnya untuk mencapai tujuan organisasi, efesiensi digunakan untuk menilai sebaik apakah pemakaian sumber daya suatu organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan efektivitas digunakan untuk menilai seberapa baik kebijakan-kebijakan organisasi tersebut untuk mencapai tujuan.

Audit operasional atau audit manajemen merupakan pemeriksaan yang harus dilakukan dalam menentukan audit operasional. Dalam melakukan audit operasional beragam hal yang menjadi standar untuk menentukan hasil audit yang berguna bagi pihak manajemen, untuk itu untuk menentukan sebuah standar efesiensi dan efektivitas masing-masing lembaga bisa berbeda-beda harus disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi, akan tetapi audit operasional atau audit manajemen atau audit kinerja penting untuk dilaksanakan karena hasil dari audit tersebut bisa berupa rekomendasi yang sangat berguna bagi manajemen untuk

(18)

menentukan dan menilai kebijakan dan kegiatan perusahaan apakah sudah tepat atau memerlukan perbaikan sehingga akan berpengaruh pada kelangsungan hidup lembaga. Karena fungsi audit operasional sangat penting dalam meningkatkan kelangsungan fungsi suatu instansi pemerintahan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai audit operasional dengan berfokus pada belanja modal pemerintah.

Adapun penelitian dilakukan pada kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang merupakan instansi pemerintah yang ada di kota Makassar dengan maksud untuk mengetahui proses pelaksanaan audit operasional pada belanja modal instansi pemerintahan daerah. Agar mampu untuk mengidentifikasi perkembangan kinerjanya dari tahun ke tahun.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis memutuskan untuk mengangkat judul “Prosedur Pelaksanaan Audit Operasional Belanja Modal pada Kantor Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka dapat di identifikasikan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana prosedur pelaksanaan audit operasional belanja modal pada kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Makassar ?

(19)

2. Apakah dalam proses pelaksanaan audit operasional belanja modal Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) sudah sesuai dengan Standar Audit Pemerintah (SAP) ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dikehendaki penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan audit operasional belanja modal pada kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) kota Makassar.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses penyususunan pelaksanaan audit operasional belanja modal pada kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) berdasarkan Standar Audit Pemerintah (SAP).

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk, yaitu :

1. Bagi Peneliti

Pembahasan mengenai audit operasional ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti dalam bidang audit operasional.

(20)

2. Bagi akademisi

Sebagai bahan referensi bagi akademisi dalam pembelajaran mengenai audit operasional. Selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam penelitian selanjutnya dibidang audit operasional secara umum dan ilmu akuntansi pemerintahan khususnya.

3. Bagi instansi pemerintah

Pembahasan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan strategi pemeriksaan keuangan negara dengan mengacu pada Standar Audit Pemerintah (SAP).

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Audit Operasional

Pengertian Auditing adalah merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan- pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Audit dilakukan melalui proses yang sistematis (systematical process), menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif, asersi (assertion) tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi, menentukan tingkat kesesuaian, kriteria yang ditentukan, juga merupakan standar-standar pengukuran untuk mempertimbangkan asersi-asersi, kompeten, independensi, dan objektif, menyampaikan hasil-hasilnya, dan para pemakai yang berkepentingan.

Audit umumnya digolongkan menjadi tiga golongan menurut Mulyadi (2002:38), yaitu Audit laporan keuangan (financial statement audit), Audit kepatuhan (complience audit), Audit operasional (operational audit).

Pada penelitian ini audit sektor publik di fokuskan pada pembahasan Audit operasional atau audit manajemen, atau audit kinerja. Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi atau dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk mengevaluasi

9

(22)

kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, dan membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak yang meminta dilaksanakannya audit tersebut.

Audit Operasional atau Operational Audit adalah pemeriksaan secara objektif dan sistematik terhadap berbagai macam bukti, untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas atau program / kegiatan pemerintah yang diaudit. Audit Operasional (Operational Audit) juga berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Pada akhirnya pemeriksaaan operasional biasanya diajukan saran-saran rekomendasi pada manajemen untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas operasi organisasi.

Audit operasional pada dasarnya merupakan hasil perkembangan dari pemeriksaan internal yang memperluas lingkup aktivitasnya keseluruh bidang / fungsi operasi perusahaan seperti departemen pembelian, departemen personalia, departemen produksi dan sebagainya, yang akhirnya tidak hanya bersandar pada fungsi akuntansi saja. Sehingga, penggunaan audit operasional dalam suatu perusahaan tidak kalah pentingnya dari penggunaan audit keuangan, karena audit operasional tidak hanya melakukan audit terhadap hasil-hasil yang telah dicapai, tetapi juga kesiapan dalam menghadapi timbulnya masalah-masalah dan juga untuk memonitor jalannya operasional.

(23)

Audit operasional atau audit manajemen atau audit kinerja merupakan audit atas operasi yang dilaksanakan dari sudut pandang manajemen untuk menilai ekonomi, efisiensi, dan efektivitas dari setiap dan seluruh operasi, terbatas hanya pada keinginan manajemen.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan operasional merupakan suatu proses sistematis seperti dalam pemeriksaan laporan keuangan, pemeriksaan operasional mencakup serangkaian langkah atau prosedur yang terstruktur dan terorganisasi yang bertujuan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan ekonomi dari suatu operasi untuk kemudian diberikan suatu rekomendasi untuk dilakukan perbaikan. Dengan demikian, pemeriksaan operasional memfokuskan diri pada masa yang akan datang dan hal ini berlawanan dengan permeriksaan laporan keuangan yang mempunyai fokus historis.

B. Prosedur Audit

Prosedur audit merupakan suatu program perencanaan dan tehnik-tehnik pemeriksaan yang tertulis secara sistematis untuk mencapai tujuan pemeriksaan secara efektif dan efesien. Selain berfungsi sebagai alat perencanaan juga penting untuk mengatur pembagian kerja, memonitor jalannya kegiatan pemeriksaan, mengetahui pekerjaan yang dilakukan.

Mencapai tujuan dalam program kerja audit, seorang audit harus menetapkan prosedur untuk mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi selama penugasan.

(24)

Program audit mencakup yaitu

1) Tujuan audit dinyatakan dengan jelas dan harus tercapai atas pekerjaan yang direncanakan

2) Disusun sesuai dengan penugasan yang bersangkutan,

3) Langkah kerja yang terperinci atas pekerjaan yang harus dilaksanakan dan bersifat fleksibel.

C. Definisi Audit Sektor Publik 1. Pengertian Audit Sektor Publik

Audit sektor publik tidak hanya memeriksa serta menilai kewajaran laporan keuangan publik tetapi juga menilai ketaatan aparatur pemerintah terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku. Selain itu audit sektor publik juga memeriksa dan menilai sifat-sifat hemat (ekonomis), efisien serta efektifitas dari semua pekerjaan, pelayanan atau program yang dilakukan pemerintah.

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010:14) menjelaskan bahwa audit sektor publik adalah “Audit berasal dari lembaga pemeriksa pemerintah, di indonesia lembaga yang langsung bertanggung jawab serta fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan adalah badan pemeriksa keuangan (BPK) sebagai lembaga tingkat tertinggi. Badan Pengawasan Keuangan dan Bangunan (BPKP) dan Inspektorat Jenderal (Itjen) yang ada pada departemen-departemen pemerintah”.

(25)

2. Proses Audit Sektor Publik

a. Perencanaan audit sektor publik

Pada audit sektor publik mengcakup perencanaan merupakan tahap yang vital dalam audit meliputi tahap-tahap, yakni pemahaman atas sistem akuntansi keuangan sektor publik, penentuan tujuan dan lingkup audit yang ditetapkan sesuai dengan mandat dan wewenang lembaga audit dan pengawas, penilaian resiko atas resiko pengendalian, resiko bawaan, resiko deteksi, penyusunan rencana audit, dan penyusunan program audit.

b. Pelaksanaan Audit Sektor Publik

Pelaksanaan audit sektor publik, terdapat definisi struktur pengendalian internal. Ada tiga golongan tujuan yang terdiri atas keandalan laporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, dan efektivitas dan efisiensi operasi. Pada jenis pengendalian internal juga meliputi atas organisasi, pemisahan tugas, fisik, persetujuan dan otorisasi, akuntansi, personel, supervisi, dan manajemen. Adapun unsur-unsur dari struktur pengendalian internal meliputi atas lima unsur pokok yakni lingkungan pengendalian, penaksiran resiko, informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan.

Pengendalian internal perlu pemahaman atas struktur pengendalian internal. Ada tiga jenis prosedur audit yakni mewawancarai personel dinas/instansi yang berkaitan dengan unsur struktur pengendalian, melakukan inspeksi terhadap dokumen dan catatan, dan melakukan

(26)

pengamatan atas kegiatan perusahaan/instansi. Hal yang terpenting adalah informasi yang dikumpulkan oleh auditor, yakni rancangan dari berbagai kebijakan dan prosedur, dan apakah kebijakan dan prosedur benar-benar dilaksanakan.

Melakukan prosedur analitis dalam pelaksanaan audit sektor publik adalah hal yang diperlukan. Prosedur analitis membantu auditor dengan mendukung dan meningkatkan pemahaman auditor mengenai bisnis klien, yakni dengan cara sebagai berikut, yaitu mengidentifikasi perhitungan dan perbandingan yang akan dibuat, mengembangkan ekspektasi, melakukan perhitungan dan perbandingan, menganalisis data, menyelidiki perbedaan atau penyimpangan yang tidak diharapkan, dan menentukan pengaruh perbedaan atau penyimpangan atas perencanaan audit.

Perancangan pengujian substantif, auditor harus menghimpun bukti yang cukup. Perancangan dimaksud meliputi sifat pengujian, waktu pengujian, dan luas pengujian. Adapun prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif terdiri atas delapan prosedur, yakni pengajuan pertanyaan, pengamatan atau observasi, inspeksi atas dokumen dan catatan, perhitungan kembali, konfirmasi, analisis, pengusutan, dan penelusuran.

Begitu juga dengan sifat atau jenis substantif, di mana ada tiga jenis pengujian substantif yang digunakan, yakni pengujian rinci atau rincian saldo, pengujian rinci atau rincian transaksi, dan prosedur analitis.

Dalam penentuan saat pelaksanaan pengujian substantif dilakukan jika

(27)

resiko rendah maka pengujian substantif lebih baik dilaksanakan atau mendekati tanggal neraca. Adapun juga mengenai luas pengujian substantif, yakni semakin rendah tingkat resiko yang dapat diterima, maka semakin banyak bukti yang diperlukan.

c. Pelaporan

Pada tahapan akhir dari audit sektor publik adalah pelaporan. Pada pelaporan ini, perlu diperhatikan beberapa item, yaitu :

a. Tinjauan kertas kerja dan kesimpulan. Kertas kerja merupakan media penghubung antara catatan klien dengan laporan audit.

Kepemilikan kertas kerja sepenuhnya ada ditangan auditor.

b. Kertas kerja dan standar pelaporan. Kertas kerja berhubungan erat dengan standar pelaporan di mana diperlukan untuk berjaga-jaga terhadap tuntutan pemakai laporan keuangan dan sanksi lembaga profesi.

c. Isi kertas kerja. Kertas kerja merupakan bukti dilaksanakannya standar auditing dan program audit yang telah ditetapkan. Isi dokumentasi dari kertas kerja memperlihatkan pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal yang telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang telah dilakukan, bukti audit yang telah diperoleh, prosedur yang telah diterapkan dan pengujian yang telah

(28)

dilaksanakan sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

Adapun hal-hal yang harus diiperhatikan dalam membuat kertas kerja, yakni lengkap, teliti, ringkas, jelas, dan rapi. Pembuatan kertas kerja harus mempunyai maksud dan tujuan yang jelas. Auditor dibayar untuk melakukan pemeriksaan bukan melakukan penyalinan. Auditor dan asistennya sering memperoleh keterangan lisan dari klien dan karyawan klien. Pertanyaan yang belum terjawab jangan ditinggalkan tidak terjawab begitu saja. Pembuatan kertas kerja harus menulis semua persoalan relevan yang dihadapi selama pemeriksaan.

Jenis kertas kerja terdiri dari program audit, neraca saldo, ringkasan jurnal penyesuaian dan jurnal pengklasifikasian kembali, daftar pendukung, daftar utama, memorandum audit, serta dokumentasi informasi pendukung. Di susunan kertas kerja harus disajikan dalam susunan yang sistematis, yakni terdiri dari draft laporan audit, laporan keuangan independen, ringkasan informasi yang diperoleh, program audit, laporan keuangan atas neraca lajur yang dibuat, ringkasan jurnal penyesuaian, neraca saldo, daftar utama, dan daftar pendukung.

Auditor harus menelaah kertas kerja yang dibuat oleh staf maupun asistennya. Kertas kerja adalah milik kantor akuntan publik dan bukan milik pribadi auditor maupun klien. Jenis pengarsipan kertas kerja terdiri dari arsip permanen dan arsip sementara/kini. Standar Audit Pemerintahan (SAP) membagi audit menjadi dua kelompok, yaitu audit keuangan dan audit kinerja.

(29)

3. Standar Audit Pemerintah (SAP)

Sejauh ini, audit kinerja terhadap lembaga-lembaga pemerintahan di Indonesia dilakukan dengan berpedoman pada Standar Audit Pemerintah (SAP) yang dikeluarkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 1995. Standar Audit Pemerintah (SAP) tersebut merupakan buku standar untuk melakukan audit atas semua kegiatan pemerintah yang meliputi pelaksanaan APBN, APBD, pelaksanaan anggaran tahunan BUMN dan BUMD, serta kegiatan yayasan yang didirikan oleh pemerintah, BUMN dan BUMD atau badan hukum lain yang didalamnya terdapat kepentingan keuangan negara atau yang menerima bantuan pemerintah.

Standar-standar yang menjadi pedoman dalam audit kinerja terhadap lembaga pemerintahan menurut Standar Audit Pemerintah (SAP) adalah sebagai berikut:

1. Standar Umum

a. Staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk tugas yang diisyaratkan.

b. Semua yang berkaitan dengan pekerjaan audit itu harus independen.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama.

d. Setiap organisasi/lembaga audit yang melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit Pemerintah (SAP) harus memiliki sistem pengendalian intern yang memadai, dan sistem pengendalian mutu

(30)

tersebut harus di review oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu ekstern).

2. Standar Pekerjaan Lapangan Audit Kinerja a. Perencanaan

Pekerjaan harus direncanakan secara memadai.

b. Supervisi

Staf harus diawasi dengan baik.

c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

Auditor harus waspada terhadap situasi atau transaksi yang dapat merupakan indikasi adanya unsur perbuatan melanggar/melawan hukum atau penyalah gunaan wewenang.

d. Pengendalian manajemen

Auditor harus benar-benar memahami pengendalian manajemen yang relevan dengan audit.

3. Standar Pelaporan Audit Kinerja a. Bentuk

Auditor harus membuat laporan audit secara tertulis untuk dapat mengkomunikasikan hasil setiap audit.

b. Ketepatan waktu

Auditor harus dengan semestinya menerbitkan laporan untuk menyediakan informasi yang dapat digunakan secara tepat waktu.

c. Isi laporan

- tujuan, lingkup, dan metodologi audit

(31)

- hasil audit - rekomendasi

- pernyataan standar audit

- kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan - penyalahgunaan wewenang

- pengendalian manajemen

- tanggapan pejabat yang bertanggung jawab - hasil/prestasi kerja yang patut dihargai - hal yang memerlukan penelaahan lebih lanjut - informasi istimewa dan rahasia

d. Penyajian laporan

Laporan harus lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, serta jelas dan ringkas sepanjang hal ini dimungkinkan.

e. Distribusi Laporan

Laporan tertulis audit diserahkan oleh organisasi/lembaga audit kepada

- Pejabat yang berwewenang dalam organisasi pihak yang diaudit - Kepada pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang

meminta audit

- Kepada lembaga lain yang mempunyai tanggung jawab atas pengawasan secara hukum

(32)

- Kepada pihak lain yang diberi wewenang oleh entitas yang diaudit untuk menerima laporan tersebut.

D. Belanja Modal

Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, bahwa belanja modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum.

Menurut Halim (2014:73), belanja modal merupakan belanja yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah serta akan menimbulkan konsekuensi menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan.

Sedangkan menurut PSAP Nomor 2, Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

Belanja modal pada istansi pemerintahan digunakan untuk memperoleh aset tetap pemerintah daerah seperti peralatan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Aset tetap yang dimiliki pemerintah berupa belanja modal merupakan syarat utama pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada publik. Untuk itu, pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran belanja modal pada APBD.

Belanja modal dimaksudkan untuk mendapatkan aset tetap pemerintah daerah yaitu berupa peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya.

(33)

Belanja modal jenis Pelayanan Publik adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan investasi (menambah aset) yang ditujukan untuk peningkatan sarana dan prasarana publik yang hasilnya dapat digunakan langsung oleh masyarakat. Belanja modal jenis ini terdiri atas belanja tanah, belanja modal jalan dan jembatan, belanja modal bangunan air (irigasi), belanja modal instalasi, belanja modal jaringan, belanja modal bangunan gedung untuk kegiatan kemasyarakatan, belanja modal monumen, belanja modal alat-alat angkutan, alat- alat bengkel, alat-alat kedokteran, alat-alat laboratorium, belanja modal buku / perpustakaan, barang bercorak kesenian dan budaya, belanja modal hewan ternak serta tanaman, belanja modal alat-alat persenjataan/keamanan. Belanja modal untuk pelayanan publik disusun atas dasar kebutuhan nyata masyarakat sesuai dengan tuntutan dan dinamika yang berkembang untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

Belanja modal dapat juga disimpulkan sebagai pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah asset tetap / inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, rneningkatkan kapasitas dan kualitas asset.

Menurut Deddi Nordiawan (2007:58) belanja modal ada dua macam jenis yaitu:

1. Belanja Tidak Langsung adalah belanja yang dianggarkan tapi tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan,

(34)

misalnya: belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.

2. Belanja Langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, misalnya: belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.Karakteristik belanja langsung adalah input atau alokasi belanja yang ditetapkan dapat diukur dan diperbandingkan dengan output yang dihasilkan.

E. Kerangka Pikir

Pada penelitian yang akan dilakukan dengan Judul “Prosedur Pelaksanaan Audit Operasional Belanja Modal Pada Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Makassar ”. Dalam penelitian ini yaitu proses pemeriksaan kinerja pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dalam mengaudit belanja modal kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA).

Umumnya pemeriksaan yang sering dilakukan adalah pemeriksaan laporan keuangan yang bertujuan untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Namun di karenakan semakin kompleksnya kegiatan perusahaan maka diperlukan suatu pemeriksaan dimana sasaran utama pemeriksaan ini adalah menilai efisiensi dan efektivitas kegiatan operasional instansi. Untuk itu dalam penelitian ini akan difokuskan pada penelitian audit operasional kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA).

(35)

Auditor dalam instansi pemerintahan dilaksanakan oleh audit internal yang merupakan staf yang berkedudukan setingkat dengan bagian / divisi dan bertanggung jawab langsung kepada manajemen puncak, sehingga dalam melaksanakan tugasnya dapat bersifat objektif dan independen. Dalam pelaksanaan audit operasional dimulai dari tahap perencanaan, program kerja, pelaksanaan kerja lapangan, pengembangan atas temuan audit dan saran perbaikan atau rekomendasi, sampai dengan tahap pelaporan.

Audit operasional bertujuan untuk menyampaikan informasi secara objektif mengenai hal-hal atau bidang-bidang yang menyebabkan terjadinya kelemahan, ketidakefisienan, dan ketidakefektipan yang kemudian memberikan saran perbaikan atau rekomendasi. Dengan dilaksanakannya audit operasional akan dapat dilihat apakah anggaran pendapatan telah dilaksanakan dengan baik sehingga pendapatan dapat tercapai sesuai dengan target yang diharapkan.

Dengan demikian, pelaksanaan audit operasional dapat membantu pihak manajemen dalam efektivitas pelaksanakan anggaran pendapatan.

(36)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Prosedur Pelaksanaan Audit Operasional Belanja Modal Pada Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Makassar

Sumber : Hasil Olahan Data Penelitian Pada Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Makassar

F. Hipotesis

Mengacu pada pembahasan diatas maka penulis dapat menarik hipotesis adalah audit operasional pada belanja modal yang sudah dilaksanakan secara memadai, sesuai dengan prosedur standar audit pemerintah pada kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Makassar.

KANTOR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

(BAPPEDA)

Pelaksanaan Audit Operasional

Realisasi Anggaran Belanja Modal

Standar Audit Pemerintah

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Makassar yang terletak di Jalan Jenderal Achmad Yani No. 02 Makassar 90111 Nomor Telepon 0411- 316940. Waktu dalam melakukan penelitian ini dimulai tanggal 17 Maret 2015 sampai dengan 14 Mei 2015.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang diterapkan adalah Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian. Hal ini karena tujuan utama dari penelitian itu sendiri adalah untuk memperoleh data. Metode pengumpulan data dikelompokan menjadi dua, yaitu metode yang bersifat interaktif dan non-interaktif. Metode yang bersifat interaktif meliputi teknik wawancara mendalam, observasi berperan, dan focus group discussion.

Sedangkan metode yang bersifat non-interaktif meliputi teknik kuesioner, mencatat dokumen, dan partisipasi tidak berperan.

C. Jenis Data Dan Sumber Data

Jenis data yang diterapkan adalah data kualitatif yaitu data yang diperoleh dilakukan dengan cara mendeskripsikan permasalahan yang telah di identifikasi.

25

(38)

Penelitian ini akan dilakukan dengan melakukan observasi secara mendalam terhadap suatu objek penelitian.

Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data primer

Data primer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan pihak-pihak yang mengetahui tentang ketentuan peraturan dalam pengoperasian audit operasional.

2. Data sekunder

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder yaitu data yang ditelah ada dan tersedia baik di dalam buku-buku literatur ataupun sumber-sumber lain. Data sekunder terdiri dari: prosedur audit operasional pemerintah yaitu mengacu pada peraturan dan undang-undang yang berlaku serta terhadap data pendukung lainnya yang bersumber pada objek penelitian yaitu BAPPEDA.

D. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2007:72) yang dimaksud dengan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu, yang diterapkan oleh peneliti untuk

(39)

dipelajari dan ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan mengenai prosedur pelaksanaan audit atas belanja modal.

2. Menurut Sugiyono (2007:73) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, penarikan sampel dilakukan secara puposive sampling. Yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah Anggaran atas pengeluaran yang digunakan dalam perencanaan dan pembangunan daerah pada kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Makassar.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif yang didasarkan penggambaran yang mendukung analisis yaitu analisis menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah yang terjadi berdasarkan kondisi dengan cara merincikan dan menjelaskan secara terurai atau dalam bentuk kalimat.

Analisis yang digunakan dalam pada penelitian ini akan merincikan prosedur pelaksanaan audit operasional belanja modal pada kantor BAPPEDA dengan berpedoman pada standar audit pemerintah (SAP).

Adapun tahap analisis data dalam penelitian ini adalah:

1. Desain Kertas Kerja Audit

Peneliti melakukan pembuatan dan penyusunan Kertas Kerja Audit (KKA) sebagai persyaratan mutlak dalam setiap tahapan audit operasional pada kegiatan yang telah dilaksanakan. Selama penelitian ini dilakukan, Kertas Kerja Audit berfungsi sebagai alat pertanggung jawaban utama atas

(40)

setiap fakta yang dikemukakan dalam laporan dan simpulan atau analisis yang diambil oleh peneliti. Desain Kertas Kerja Audit dalam penelitian ini mencakup beberapa hal sebagai berikut :

a) Kegiatan audit, antara lain : survei pendahuluan, review dan pengujian sistem pengendalian manajemen, pemeriksaan terinci, dan pelaporan hasil audit.

b) Langkah-langkah audit yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, informasi yangdiperoleh dan simpulan hasil audit.

2. Pemeriksaan Pendahuluan

Tahap pemeriksaan pendahuluan dilakukan pada Seksi Pencairan Dana untuk mendapatkan informasi latar belakang dan gambaran umum mengenai program audit yang dilaksanakan. Untuk memperoleh informasi yang bersifat umum untuk semua bidang dan aspek dari entitas yang diaudit, serta kegiatan dan kebijakan entitas dalam waktu yang relatif singkat.

Hasil survei pendahuluan berguna untuk memberikan pertimbangan mengenai perlu atau tidaknya dilanjutkan ke tahap pemeriksaan terinci. Apabila dipandang perlu untuk melakukan pemeriksaan terinci, informasi yang diperoleh dalam pemeriksaan pendahuluan berguna sebagai dasar untuk menyusun program pemeriksaan terinci.

a. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen

(41)

Sistem Pengendalian Manajemen yang dimiliki entitas menjadi pedoman yang digunakan oleh para pimpinan untuk mengendalikan proses yang berjalan agar sesuai dengan dengan tujuan entitas. Peneliti melakukan peninjauan terhadap sistem pengendalian manajemen entitas untuk memahami kondisi yang sebenarnya terjadi dan apakah sistem pengendalian manajemen telah mampu menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam fungsi seksi pencairan dana. Dengan pengujian ini , peneliti, dapat memberikan penilaian terhadap bagian-bagian yang berpotensi lemah dan dapat menimbulkan masalah pada instansi.

Selanjutnya tujuan auditor dapat ditetapkan sebagai dasar dalam pemeriksaan selanjutnya.

b. Pemeriksaan Terinci

Peneliti menyusun dan melaksanakan program audit yang ditetapkan kemudian menganalisis temuan-temuan audit dengan mengunakan condition, criteria, causes dan effect yang diperoleh selama melaksanakan audit atas pelayanan pada seksi pencairan dana, analisa tersebut berupa :

1) Kondisi (condition)

Kondisi merupakan keadaan yang menggambarkan kenyataan yang terjadi diperusahaan. Audit operasional memerlukan temuan fakta awal dalam tahap pekerjaan lapangan (field work).Ketika temuan fakta digunakan untuk menyatakan suatu kondisi, auditor perlu memeriksa dan menguji operasi dan data terkait untuk membuat

(42)

fakta lebih jelas. Pernyataan kondisi ini memberikan titik referensi kepada temuan yang berkaitan dengan kriteria yang ada.

2) Kriteria (criteria)

Kriteria adalah ukuran atau standar yang harus diikuti atau kondisi yang seharusnya ada dan merupakan standar yang harus dipatuhi oleh setiap bagian dalam perusahaan, yang dapat berupa kebijakan yang telah ditetapkan manajemen, kebijakan perusahaan sejenis atau kebijakan industri, dan peraturan pemerintah.

3) Sebab (cause)

Sebab merupakan tindakan-tindakan yang menyimpang dari standar yang berlaku dan apa penyebab terjadinya kondisi tersebut diperusahaan serta bagaimana terjadinya.

4) Akibat (effect)

Akibat merupakan dampak dari tindakan-tindakan yang menyimpang dari standar yang berlaku. Salah satu tujuan utama dalam melaksanakan audit operasional adalah mendorong manajemen operasional melakukan tindakan positif untuk mengoreksi temuan atas kekurangan operasional yang diidentifikasi oleh tim audit.

3. Penyusunan Rekomendasi dan Laporan Hasil Audit

Peneliti membuat rekomendasi yaitu berupa tindakan korektif atas kelemahan signifikan yang ditemukan maupun kelemahan potensial yang

(43)

terdapat pada fungsi spesifik pelayanan sehingga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas fungsi pelayanan lebih efektif dan efisien.

Rekomendasi termuat dalam laporan audit. Laporan audit dinyatakan dalam bentuk sederhana dan dengan kalimat yang mudah dipahami. Laporan audit memuat tentang informasi latar belakang, kesimpulan audit dan disertai dengan temuan-temuan audit sebagai bukti pendukung kesimpulan tersebut , serta ruang lingkup dari audit yang dilaksanakan.

(44)

BAB IV

GAMBARAN UMUM INSTANSI BAPPEDA

A. Sejarah Singkat BAPPEDA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Makassar merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Makassar sebagai lembaga teknis Daerah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi mengembangkan perencanaan Kota Makassar. Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Makassar, sebagaiman telah diubah dengan peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Makassar (Lembaran Daerah Kota Makassar Tahun 2013 Nomor 7).

Pembangunan daerah merupakan bagian yang integral dari pembangunan regional dan nasional, pada hakikatnya merupakan proses yang bersifat integratif baik dalam tata perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian yang dilakukan secara berkesinambungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakyat.

Suatu keberhasilan organisasi perlu didukung Suatu Rencana Strategi atau disebut RENSTRA, guna mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang diharapkan pula dapat dijadikan bahan untuk penyusunan berbagai kebijakan yang dibutuhkan bagi pelaksanaan pemerintahan. RENSTRA juga dipandang sebagai

32

(45)

dokumen yang menjabarkan potret permasalahan pembangunan daerah, serta program yang akan dilaksanakan melalui sumber-sumber pembiayaan APBD yang dijabarkan dalam Rencana Kerja / Renja Setiap tahun.

BAPPEDA Kota Maksassar harus mampu meningkatkan kualitas perencanaan dan memberikan warna pembangunan dan pertumbuhan Kota.

Sejalan dengan hal tersebut, BAPPEDA Kota Makassar bertugas menyusun dokumen perencanaan Daerah baik jangka panjang, jangka menengah dan tahunan. Oleh karena itu dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, pengangaran, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan selama 5 tahun yang disebut RENSTRA BAPPEDA Kota Makassar 2014-2019. Dalam konteks itulah Renstra Bappeda akan mengacu pada sistem perencanaan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Makassar sehingga tercapai sinkronisasi antara tujuan yang ingin dicapai dalam ruang lingkup tugas pokok dan fungsi masing- masing bidang lingkungan BAPPEDA. RPJMD Kota Makassar menetapkan visi Kota Makassar adalah“ Makassar Kota Dunia Yang Nyaman Untuk Semua ”

B. Visi dan Misi BAPPEDA Kota Makassar

Berdasarkan hasil capaian pelaksanaan rencana strategis BAPPEDA Provinsi Sulawesi Selatan 2008 - 2013, serta tantangan yang dihadapi lima tahun kedepan, maka dirumuskan Visi dan Misi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut :

(46)

Visi.

Visi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan untuk lima tahun kedepan (2013 – 2018) sebagai berikut:

“Profesional, Terpercaya dan Kompetitif dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah“

Profesional, terpercaya dan Kompetitif merupakan tantangan dan kebutuhan perencanaan yang diharapkan pada Tahun 2013 - 2018 dengan menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Profesional, terpercaya dan Kompetetif diarahkan untuk bagaimana membangun kompetensi, kapasitas yang berdaya saing, belajar individu yang didasarkan pada etika dan moral yang tinggi sehingga melahirkan berbagai produk perencanaan yang berkualitas. Dengan mengedepankan profesionalisme dalam proses lahirnya produk perencanaan diharapkan strategi dan kebijakan pembangunan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan pembangunan yang ada.

Rumusan visi ini mengandung makna bahwa BAPPEDA Provinsi Sulawesi Selatan, sebagai lembaga yang menyelenggarakan urusan dibidang perencanaan, memiliki fungsi perumusan kebijakan teknis perencanaan, pengorganisasian penyusunan perencanaan pembangunan, pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang perencanaan pembangunan diharapkan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan dapat dipertanggung jawabkan. Kompetitif berarti dokumen perencanaan yang dihasilkan dapat bersaing dengan Provinsi lainnya. Perencanaan yang efektif berarti dapat memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi berdasarkan skala prioritas

(47)

yang telah ditetapkan, sesuai dengan pentahapan pencapaian hasil. Disamping itu, perencanaan yang paripurna berarti baik secara material, maupun prosedural, tidak mengandung banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga pencapaian hasil dapat diukur melalui indikator input, output, dan outcome.

Misi.

Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka setiap organisasi menjabarkan dengan merumuskan misi yang jelas berdasarkan tugas pokok, fungsi dan rincian tugas BAPPEDA Provinsi Sulawesi Selatan dalam merumuskan kebijakan di bidang perencanaan serta penilaian atas pelaksanaannya, serta memperhatikan agenda pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan lima tahun kedepan, maka dirumuskan misi BAPPEDA Provinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut :

1. Mengembangkan, mengkoordinasikan dan memfasilitasi perencanaan pembangunan yang menjamin sinergi antara Pemerintah, Swasta dan Masyarakat;

2. Mengevaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan Pemerintah Provinsi dan Pembangunan Wilayah;

3. Mengembangkan dan meningkatkan sarana prasarana organisasi;

4. Mengembangkan kualitas SDM perencana.

(48)

Tujuan.

Terwujudnya perencanaan pembangunan yang paripurna dan terciptanya sinergitas pembangunan Sulawesi Selatan yang berkelanjutan dan berkesinambungan.

Strategi.

Dalam rangka capaian Misi yang telah ditetapkan, maka dirumuskan strategi perencanaan pembangunan sebagai berikut;

1. Meningkatkan pelayanan perencanaan yang efisien dan efektif guna mendukung terciptanya perencanaan yang profesional dan terpercaya;

2. Membangun sinergitas melalui mekanisme perencanaan dari atas ke bawah (top-down) dan dari bawah ke atas (buttom-up);

3. Malakukan analisis kondisi dan permasalahan berdasarkan data dan informasi untuk kepentingan perencanaan pembangunan;

4. Pengembangan dan penguasaan Sistem Informasi dan Teknologi;

5. Membangun kerjasama intern organisasi, kerjasama lintas sektor, dan lintas wilayah;

6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang lebih intensif;

7. Membangun stabilitas dengan menerapkan fungsi alokasi anggaran dengan mempertimbangkan pemerataan wilayah.

Sebagai upaya untuk mencapai visi yang telah ditentukan tersebut, perlu ditetapkan misi yang merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi yang dimaksud.

(49)

Misi merupakan pernyataan dari ruang lingkup tugas pokok dan fungsi organisasi yang sasaranya secara operasional akan dicapai dengan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada setiap tahunnya. Berkaitan dengan perumusan Misi Bappeda Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2018 tersebut, maka perlu diperhatikan relevansi dan kontribusi dalam dukungannya terhadap pencapaian Misi Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan sebagaimana tertuang dalam RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2018.

Sejalan dengan mulai diterapkannya Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) pada beberapa produk kebijakan, rencana, dan program yang berkaitan dengan penataan ruang, dengan harapan dapat memberikan informasi yang lebih baik mengenai pertimbangan - pertimbangan apa yang harus diketahui dalam menerapkan KLHS di bidang penataan ruang.

C. Struktur Organisasi

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya,Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Makassar didukung oleh sumber daya aparatur yang terdistribusi menurut bidang dan sekretariat.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Makassar (Lembaran Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 7 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009

(50)

tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Makassar (Lembaran Daerah Kota Makassar Tahun 2013 Nomor 7) pasal 32 BAPPEDA Kota Makassar memiliki tugas pokokperencana penyelenggaraan pemerintahan, melaksanakan perumusan kebijakan perencanaan Daerah, koordinasi penyusunan rencana yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Sedangkan fungsi BAPPEDA adalah :

1. Perumusan kebijakan teknis perencanaan Daerah;

2. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan Daerah;

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan Daerah;

4. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang memuat visi, misi dan arah pembangunan Daerah;

5. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang memuat strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, arah kebijakan keuangan Daerah, program satuan kerja perangkat Daerah, lintas satuan kerja perangkat Daerah, lintas satuan kerja perangkat Daerah, kewilayahan dan lintas kewilayahan yang berisi kegiatan dalam kerangka regulasi dan kerangka anggaran;

6. Pelaksanaan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Daerah diantara satuan kerja perangkat Daerah, lintas satuan perangkat Daerah, kewilayahan dan lintas kewilayahan;

(51)

7. Penyusunan rencana anggaran pokok dan perubahan anggaran pendapatan dan belanja Daerah bersama-sama dengan unit kerja terkait, dengan koordinasi Sekretaris Daerah;

8. Penilaian dan pengendalian terhadap pelaksanaan pembangunan;

9. Pelaksanaan pengendalian dan perencanaan operasional pengelolaan keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang milik Daerah yang berada dalam penguasaannya;

10. Pelaksanaan kesekretariatan;

11. Pembinaan tenaga fungsional.

(52)
(53)

D. Tugas dan tanggung jawab

Struktur organisasi BAPPEDA Kota Makassar terdiri dari 1 (satu) orang Kepala Bagian, 1 (satu) orang Sekretaris dan 5 (lima) orang Kepala Bagian dan 13 (tiga belas) orang Kasubag / Kasubid sebagimana gambar diatas :

1. Kepala Badan

a. Memimpin dan melaksanakan program secara terpadu sesuai dengan rencana strategi organisasi di lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

b. mendatangani surat-surat yang tertentu

c. mengkoordinir, mengatur dan mengawasi serta terhadap tugas masing- masing.

2. Sekretariat

Mempunyai tugas pokok memberikan layanan administrasi bagi seluruh satuan kerja di lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, sekretariat menyelenggarakan fungsi sebagai :

a. Pengelolaan ketatausahaan Badan b. Pelaksanaan urusan kepegawaian Badan c. Pelaksanaan urusan keuangan Badan d. Pelaksanaan urusan perlengkapan Badan

e. Pelaksanaan urusan umum dan rumah tangga badan

f. Pelaksanaan koordinasi perumusan program kerja dan rapat kerja Badan

(54)

Untuk kelancaran pelaksanaan tugas Sekretaris dibantu oleh (tiga) orang Kepala Sub Bagian yaitu Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, Sub bagian Keuangan dan Sub Bagian Perlengkapan :

3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Mempunyai tugas yaitu : a. Menyusun rencana kerja

b. Melaksanakan tugas teknis ketatausahaan c. Mengelolah administrasi kepegawaian, dan d. Melaksanakan urusan rumah tangga Badan

Dalam melaksanakan tugas, sub bagian umum dan kepegawaian menyelenggarakan fungsi yaitu:

a. Mengatur pelaksanaan kegiatan sebagian urusan ketatausahaan meliputi surat menyurat, kearsipan serta mendistribusikan surat sesuai bidang b. Melaksanakan urusan rumah tanggaan badan

c. Melaksanakan usul kenaikan pangkat dan pensiun

d. Melaksanakan usul kenaikan gaji berkala dan tugas balajar

e. Menghimpun dan mensosialisaikan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian dalam lingkup badan

f. Menyiapkan bahan penyusunan standarisasi meliputi bidang kepegawaian, pelayanan, organisasi dan keterlaksanaan

g. Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain yang berkaitan dengan bidang tugasnya

h. Melaksanakan tugas kadinasan lain yang diberikan oleh atasan

(55)

i. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas 4. Sub Bagian Keuangan memiliki tugas pokok yaitu :

a. menyusun rencana kerja serta melaksanakan tugas teknis keuangan Dalam melaksanakan tugas sub bagian keuangan menyelenggarakan fungsi yaitu :

a. Menyusun rencana dan program kerja sesuai tugas dan fungsinya b. Mengumpulkan Rencana Kerja Anggaran badan

c. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan penyusunan Rencana Anggarandan Dokumen Perencanaan Anggaran dari masing-masing satuan kerja sebagai bahan konsultasi perencanaan

d. Menyusun realisasi perhitungan anggaran dari administrasi perbendaharaan badan

e. Menyusun neraca keuangan badan

f. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan laporan akuntabilitas kinerja instansi Badan

g. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas 5. Sub Bagian Perlengkapan

Mempunyai tugas teknis perlengkapan a. Membuat laporan

b. Mengevaluasi semua pengadaan barang

Dalam melaksanakan tugas, sub bagian penyelenggaraan dan fungsinya :

a. Menyusun rencana dan program kerja sesuai tugas dan fungsinya b. Menyusun Rencana Kebutuhan Barang Unit RKBU)

(56)

c. Membuat Rencana Tahunan Barang Unit (RTBU) d. Menyusun kebutuhan biaya pemeliharaan barang badan e. Menerima dan meneliti semua pengadaan pada lingkup Badan

f. Melakukan penyimpanan dokumen dan surat berharga lainnya tentang barang inventaris Badan

g. Menyusun laporan hasil pelaksanaan 6. Bidang Ekonomi terdiri atas :

a. Sub Bidang Industri, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah b. Sub Bagian Kelautan dan Ketahanan Pangan

7. Bidang Sosial Budaya terdiri atas :

a. Sub Bidang Pendidikan dan Kesehatan

b. Sub Bidang Sosial Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat 8. Bidang Fisik dan Prasarana terdiri atas :

a. Sub Bagian Infrakstruktur dan Perumahan

b. Sub Bagian Perhubungan, Tata Ruang dan Lingkungan Hidup 9. Bidang Statistik dan Pelaporan terdiri atas

a. Sub Bagian Statistik

b. Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan

10. Bidang Penelitian dan Pengembangan terdiri atas : a. Sub Bagian Penelitian

b. Sub Bagian Pengembangan Kebijakan Daerah

(57)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Prosedur Audit Operasional

Kinerja instansi pemerintah banyak menjadi sorotan terutama sejak timbulnya iklim yang lebih demokratis dalam pemerintah. Rakyat mulai mempertanyakan atas nilai yang mereka peroleh atas pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintah. Walaupun anggaran rutin dan pembangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah nampaknya masyarakat belum puas atas kualitas jasa maupun barang yang diberikan oleh instansi pemerintah.

Selama ini pengukuran keberhasilan maupun kegagalan dari instansi dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sulit untuk dilakukan secara objektif. Kesulitan ini terdapat suatu sistem pengukuran kinerja yang dapat menginformasikan tingkat keberhasilan sehingga dengan adanya hal itu maka kinerja pegawai meningkat.

Pengukuran keuangan negara dari tahun ke tahun meningkat sehingga tugas - tugas utama dan pemerintah dan pembangunan semakin berat. Untuk itu perlu adanya pengawasan atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pemerintah agar dapat tercapainya hasil pembangunan secara mantap.

Sesuai dengan rencana yang diinginkan perlu adanya suatu pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah yang dilakukan oleh aparat pengawas secara fungsional yang dilaksanakan terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintah dan pembangunan agar sesuai dengan rencana dan peraturan dan

46 45

(58)

perundang-undangan yang berlaku, di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) kota makassar yang merupakan instansi pemerintah yang mempunyai wewenang atas tugas pokok dan fungsi di dalam perencanaan dan pembangunan kota makassar.

Berdasarkan hasil dari pelaksanaan prosedur audit operasional yang dilakukan secara internal pada kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) kota makassar dilakukan oleh Inspektorat Pemerintah yang ada pada Departemen - Departemen pemerintah dan Badan pengawas ini selanjutnya dilaAkukan oleh lembaga yang langsung bertanggung jawab serta fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan adalah Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) dengan keputusan presiden No. 31 tahun 1983, didalamnya antara lain dikatakan :

1. Bahwa peningkatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah memerlukan pula peningkatan pengawasannya.

2. Bahwa agar diperoleh hasil pengawasan yang objektif maka disamping pengawasan yang melekat pada masing-masing unit organisasi / lembaga pemerintah diperlukan adanya pengawasan yang terlepas dari unit – unit pelaksana.

Adapun hal – hal yang harus diperhatikan terhadap fungsi pengawasan dalam peningkatan pendapatan dari suatu instansi pemerintah sangat penting maka mengenai pengawasan daerah yang dihubungkan dengan tingkat pendapatan patut untuk ditingkatkan dan diperhatikan agar menjadi panutan terhadap instansi pemerintah lain.

(59)

B. Tahap - Tahap Prosedur Pelaksanaan Audit operasional

Prosedur audit operasional yang dilakukan pada kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) kota makassar telah disusun dan disajikan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), pelaksanaannya telah diterapkan kaidah - kaidah pengelolaan keuangan yang sehat dilingkungan pemerintah. Adapun Tahap-Tahap Prosedur Pelaksanaan Audit operasional yang telah di audit yaitu :

a. Perencanaan

Pada audit pemerintahan BAPPEDA, perencanaan dilakukan dengan meliputi tahap-tahap, yakni pemahaman atas sistem akuntansi keuangan, penentuan tujuan dan lingkup audit yang ditetapkan sesuai dengan mandat dan wewenang lembaga audit dan pengawas, yakni audit mengenai anggaran pendapatan belanja dan realisasi yang dianggarkan b. Pelaksanaan Audit

Melakukan pelaksanaan audit operasional pada kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) kota makassar, terdapat tiga tujuan hal yang perlu diperhatikan yakni keandalan laporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, dan efektivitas dan efisiensi operasi.

Pemahaman atas prosedur audit yang dijalankan pada kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) kota makassar terdapat ada tiga prosedur dalam mengambil sebuah informasi audit yakni mewawancarai personel dinas / instansi yang berkaitan dengan unsur

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan pendapat Gaskov dan Rumyantseva (1999), menyatakan bahwa pada suhu di atas suhu operasi sensor, oksigen yang teradsorbsi akan menarik

(6) Ketentuan mengenai format Berita Acara Hasil Musyawarah Kelurahan, Usulan Kegiatan 5 (lima) Tahunan, Usulan Kegiatan Tahunan, dan Berita Acara Hasil Rembug

Kalau kita mendefinisikan variabel didalam kamus menggunakan tipe- tipe dasar, maka secara otomatis kita bisa menggunakan operator yang terkait dengan tipe yang kita gunakan.

Nur Rahmayanti.. Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Akhmad dan Pembimbing II

Begitu pentingnya persediaan barang di dalam suatu perusahaan, sehingga merupakan suatu faktor yang sangat menentukan dalam besar kecilnya laba perusahaan melalui

Instansi Pemerintah adalah organisasi yang merupakan kumpulan orang-orang yang dipilih secara khusus untuk melaksanakan tugas Negara sebagai bentuk pelayanan kepada

Adapun kesimpulan dari wawancara diatas dimana peran strategi pengelolaan produksi garam dan pemasaran terhadap pendapatan petani garam sangat penting untuk petani garam di

di Aceh, yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan pengguna lensa kontak dengan kejadian iritasi mata (p=0,007), dan sejalan