• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. HIV / AIDS

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang sangat kecil dan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.

HIV berbentuk seperti binatang laut tepatnya bulu babi, dan sangat cantik berbulu tegak dan tajam11. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, yang artinya kumpulan dari gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit.

Seseorang menderita AIDS bukan karena keturunan dari penderita AIDS, melainkan terjangkit atau terinfeksi virus penyebab AIDS.

Oleh karena itu AIDS dapat juga diartikan sebagai kumpulan tanda gejala penyakit akibat hilangnya atau menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang. Jika sistem kekebalan tubuhnya dirusak oleh virus AIDS, maka serangan penyakit yang biasa dan tidak bahaya pu bisa menyebabkan meninggal. Penderita AIDS yang meninggal, bukan semata-mata disebabkan oleh virus, tapi oleh penyakit lain yang bisa ditolak seandainya daya tahan tubuhnya tidak dirusak oleh virus AIDS.

AIDS merupakan fase terakhir dari HIV12.

1. Perilaku Berisiko Tinggi terkena HIV / AIDS

a. Perempuan dan laki-laki yang berganti-ganti pasangan hubungan seksual, dan pasangannya.

b. Perempuan dan laki-laki tuna susila

9

(2)

c. Penggunaan narkotika dengan suntikan, dan menggunakan jarum suntiknya secara bergantian

d. Orang-orang yang melakukan hubungan seksual yang tidak wajar, misalnya pada Homoseksual dan Biseksual.

2. Hal-hal yang Menularkan HIV / AIDS

Penularan akan terjadi bila ada kontak atau percampuran dengan cairan dalam tubuh yang menggandung HIV, yaitu:

a. Melalui hubungan seksual dengan pengidap HIV

Hubungan seksual ini bisa homoseksual ataupun heteroseksual b. Melalui tranfusi darah dan transplantasi organ yang tercemar oleh

HIV secara langsung akan menularkan HIV ke dalam sistem peredaran darah si penerima

c. Melalui jarum suntik atau alat tusuk lainnya(jarum akupuntur, tindik atau tato) yang tercemar oleh virus HIV. Maka dari itu pemakaian jarum suntik secara bersamaan oleh para pecandu narkotika akan lebih mudah menularkan HIV

d. Penularan HIV dari ibu hamil yang mengidap HIV kepada bayi yang dikandungnya.

3. Hal-hal yang Tidak Menularkan HIV / AIDS

a. Berjabat tangan

b. Bersenggama dengan pengidap AIDS

c. Penderita AIDS bersin atau batuk di depan kita d. Berenang bersama dengan orang HIV

e. Melalui gigitan nyamuk atau serangga lainnya f. Penggunaan jamban bersama pengidap HIV

(3)

B. Pencegahan HIV / AIDS

Sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit ini. Upaya pencegahan harus dikaitkan dengan bagaimana penularan HIV bisa terjadi.

Infeksi HIV terjadi melalui hubungan seksual. Oleh sebab itu, pencegahan penularan melalui hubungan seksual. Untuk itu setiap orang perlu memiliki perilaku seksual yang aman:

1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum terjadi pernikahan 2. Bila sudah menikah, selalu melakukan hubungan seksual dengan

pasangannya sendiri

3. Bila salah satu pasangan sudah terinfeksi HIV, maka dalam melakukan hubungan harus menggunakan kondom dengan benar dan konsisten

4. Mempertebal iman dan ketaqwaan agar tidak mudah terjerumus ke dalam hubungan seksual diluar nikah

C. Infeksi Menular Seksual (IMS)

Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, walaupun tidak ada gejala yang timbul di alat kelamin.

Infeksi menular seksual akan lebih berisiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral mupun anal13.

Macam-macam penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah:

a. Gonorhoe

b. Infeksi Genital Nonspesifik c. Sifilis (Raja Singa)

(4)

d. Herpes Genetalis e. HIV dan AIDS

1.

Gejala Infeksi Menular Seksual (IMS):

Infeksi Menular Seksual (IMS) sering tidak menunjukkan gejala , terutama pada wanita. Tapi ada pula yang menunjukkan gejala- gejala sebagai berikut:

a) Keluarnya cairan dari vagina, penis atau dubur yang berbeda dari biasanya. Pada perempuan, keputihan yang keluar semakin banyak. Warnanya bisa putih susu, kekuningan, kehijauan atau disertai dengan bercak darah.

b) Perih, nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing, atau sering kencing.

c) Luka terbuka, luka basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut. Sifat lukanya bisa nyeri, bisa juga tidak.

d) Terdapatnya jengger ayam atau kutil sekitar kemaluan.

e) Gatal-gatal di daerah alat kelamin.

f) Bengkak di lipatan paha.

g) Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak dan nyeri.

h) Sakit perut pada bagian bawah.

i) Keluar darah sehabis berhubungan seksual.

j) Secara umum merasa tidak enak badan atau demam.14 2.

Deteksi Infeksi Menular Seksual (IMS)

Cara untuk mengetahui bahwa kita terkena Infeski Menular Seksual adalah bila mengalami atau menunjukkan tanda-tanda

(5)

yang seperti gejala yang tidak biasa pada saat kita kencing, atau berhubungan seksual14.

3.

Hubungan antara Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan HIV/AIDS

HIV digolongkan sebagai Infeksi Menular Seksual (IMS) karena keduanya mempunyai keterkaitan, yaitu sama-sama dapat ditularkan melalui hubungan seksual, keduanya juga berisiko menyerang orang-orang yang berperilaku berganti-ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom. Luka basah yang ditemukan padaorang yang terkena IMS menjadi pintu masuk HIV langsung ke pembuluh darah, sehingga tertular IMS berarti memperbesar risiko tertular HIV14.

D. Pengertian Homoseksual

Homoseksual adalah relasi seksual dengan sesama jenis, atau rasa ketertarikan dan mencintai jenis seks yang sama. Untuk perempuan kita kenal sebagai lesbian dan untuk pria lebih dikenal dengan sebutan gay15.

1. Penyebab Homoseksual

Menurut teori dari dr. Wimpie Pangkahila, ada empat faktor yang menyebabkan seseorang menjadi Homoseksual15.

a. Faktor Biologis

Yaitu adanya kelainan di otak/ genetik

(6)

b. Faktor Psikodinamis

Yaitu adanya gangguan perkembangan psikoseksual pada masa anak-anak.

c. Faktor Sosiokultural

Yaitu adat-istiadat yang memberlakukan hubungan seksual dengan alasan tertentu

d. Faktor Lingkungan

Yaitu keadaan dimana lingkungan yang mendorong pasangan sesama jenis menjadi erat.

2. Penggolongan Homoseksual

Menurut Coleman, Butcher dan Carson, Homoseksual digolongkan ke dalam beberapa jenis, yaitu:16

a. Homoseksual Tulen

Homoseksual ini menggambarkan stereotipik, yang lebih sering populer tentang lelaki yang bergaya perempuan, atau sebaliknya perempuan yang bergaya laki-laki. Termasuk juga orang-orang yang berhubungan dengan dunia entertaint yakni orang yang suka mengenakan pakaian dan berperilaku seperti lawan jenisnya.

b. Homoseksual Malu-malu

Homoseksual ini merupakan kaum laki-laki yang suka untuk ke toilet umum atau tempat mandi bersama, tapi tidak berani menjalin hubungan personal yang intimdengan yang lainnya untuk mempraktekkan hasrat seksualnya.

(7)

c. Homoseksual Tersembunyi

Homoseksual dari kelas menengah dan memiliki status sosial yang mereka perlu dilindungi dengan menyembunyikan homoseksualitas mereka. Homoseksual ini biasanya diketahui oleh teman dekat / pasangan mereka.

d. Homoseksual Situasisonal

Homoseksual ini dapat mendorong orang mempraktekkan homoseksualitasnya tanpa diperlukan komitmen yang dalam, misalnya dalam situasi didalam penjara dan medan perang.

Akibat dari itu biasanya mereka kembali mempraktekkan homoseksualitas sesudah keluar dari situasi tersebut.

e. Biseksual

Orang yang mempraktekkan Homoseksual dan Heteroseksual secara bersama.

f. Homoseksual Mapan

Homoseksual yang memenuhi totalitasnya sebagai Homoseksual dan kaum homoseksual menerima mereka karena memenuhi peran kemasyarakatan dan mengikatkan diri dengan komunitas homoseksual.

E. Perilaku Seksual

Perilaku seksual adalah perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual. Bentuk perilaku seksual bermacam-macam mulai dari bergandengan tangan, bercumbu, berpelukan sampai ke hubungan seks.

Objek seksualnya bisa berupa orang lain atau khayalan.17

(8)

Aktivitas yang dapat menjadikan seseorang melakukan perilaku seksual adalah:18

1. Berfantasi atau berimajinasi seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme.

2. Bergandengan atau berpegangan tangan 3. Berciuman/ Kissing

4. Oral ( Memasukkan alat kelamin ke dalam tubuh)

5. Petting, melakukan hubungan seksualnya hanya dengan menggesek alat kelamin

6. Intercourse, melakukan hubungan seksual dengan memasukkan alat kelamin pria ke wanita.

7. Masturbasi, perilaku seksual dengan menyentuh, menggosok, meraba kelamin untuk menimbulkan rasa kepuasan.

F. Kondom

1. Pengertian Kondom

Kondom adalah sarung yang berfungsi sebagai tameng pelindung atau pencegah lewatnya virus pembawa penyakit seksual. Kondom juga mencegah masuknya cairan vagina (dari kuman di dalamnya) memasuki saluran kencing pria melalui liang uretra atau melalui luka-luka kecil.11

2. Kondom Pria

Sering disebut “karet KB” atau “kapotjes”, karena dapat mencegah penyakit kelamin. Kondom dapat mencegah penyebaran HIV/AIDS dan penyakit menular kelamin lainnya yang berfungsi sebagai perisai terhadap jasad renik pathogen,

(9)

termasuk HIV. Sekalipun kondom lateks dapat disebut cukup baik dalam melindungi diri terhadap penularan HIV dan kuman-kuman lainnya, masih belum bisa dikatakan 100% efektif dalam penularan HIV. Inilah sebabnya kita menyebut perilaku seks yang lebih aman dan bukan seks yang benar-benar aman.11

3. Kelebihan Kondom

a. Tersedia bila dibutuhkan b. Dapat dibeli tanpa resep

c. Tidak Perlu pengukuran khusus

d. Dapat disimpan hingga saat diperlukan e. Dapat segera dibuang setelah digunakan

G. Voluntary Conselling and Testing (VCT)

Voluntary Conseling Tes (VCT) adalah proses konseling pra testing, konseling post testing dan testing HIV secara sukarela yang bersifat confidential dan secara lebih dini membantu orang mengetahui status HIV19.

VCT merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke seluruh layanankesehatan HIV/AIDS berkelanjutan.

1. Layanan VCT dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan klien mencari pertolongan medik dan testing yaitu dengan memberikan layanan dini dan memadai baik kepada mereka dengan HIV positif maupun negatif, Layanan ini termasuk konseling, dukungan, akses untuk terapi suportif, terapi infeksi oportunistik, dan ART

(10)

2. VCT harus dikerjakan secara profesional dan konsisten untuk memperoleh intervensi efektif dimana memungkinkan klien, dengan bantuan konselor terlatih, menggali dan memahami diri akan risiko infeksi HIV, mendapatkan informasi HIV/AIDS, mempelajari status dirinya, dan mengerti tanggung jawab untuk menurunkan perilaku berisiko dan mencegah penyebaran infeksi kepada orang lain untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku sehat.

3. Testing HIV dilakukan secara sukarela tanpa paksaan dan tekanan, segera setelah klien memahami berbagai keuntungan, konsekuensi, dan risiko.

Prinsip Pelayanan Konseling dan Testing HIV/ AIDS Sukarela (VCT):

1) Sukarela dalam melaksanakan testing HIV

Pemeriksaan HIV hanya dilaksanakan atas dasar kerelaan klien, tanpa paksaan, tanpa tekanan. Keputusan untuk dilakukan testing terletak ditangan klien. Kecuali testing HIV pada donor di unit transfusi dan transplantasi jaringan, organ tubuh dan sel. Testing dalam VCT bersifat sukarela sehingga tidak direkomendasikan untuk testing wajib pada pasangan yang akan menikah, pekerja seksual, rekruitmen pegawai/tenaga kerja Indonesia, dan asuransi kesehatan.

2) Saling mempercayai dan terjaminnya konfidensialitas

Layanan harus bersifat profesional, menghargai hak dan martabat semua klien. Semua informasiyang disampaikan klien harus dijaga kerahasiaannya oleh konselor dan petugas kesehatan, tidak diperkenankan untuk didiskusikan diluar konteks kunjungan klien.

Semua informasi tertulis harus disimpan dalam tempat yang tidak

(11)

dapat dijangkau oleh mereka yang tidak berhak. Untuk penanganan kasus klien selanjutnya dengan seijin klien, informasi kasus dari diri klien dapat diketahui.

3) Mempertahankan hubungan relasi konselor-klien yang efektif

Konselor mendukung klien untuk kembali mengambil hasiltesting dan mengikuti pertemuan konseling pasca testing untuk mengurangi perilaku berisiko. Dalam VCT dibicarakan juga respon dan perasaan klien dalam menerima hasil testing dan tahapan penerimaan hasiltesting positif.

4) Testing merupakan salah satu komponen dari VCT

WHO dan Departeman Kesehatan RI telah memberikan pedoman yang dapat digunakan untuk melakukan testing HIV. Penerimaan hasil testing senantiasa diikuti oleh konseling pasca testing oleh konselor yang sama atau konselor yang lainnya yang disetujui oleh klien.

a. Model Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Sukarela (VCT)

Pelayanan VCT dapat dikembangkan diberbagai layanan terkait yang dibutuhkan,misalnya klinik IMS, klinik TB,ART, dan lainnya. Lokasi layanan VCT hendaknya perlu petunjuk atau tanda yang jelas hingga mudah diakses dan mudah diketahui oleh klien VCT. Nama klinikcukup mudah dimengerti sesuai dengan etika dan budaya setempat dimana pemeberian nama tidak mengundang stigma dan diskriminasi.

(12)

b. Model Layanan VCT terdiri dari:

1) Mobile VCT (Penjangkauan dan Keliling)

Layanan Konseling dan Testing HIV/AIDS sukarela model penjangkauan dan keliling dapat dilaksanakan oleh LSM atau layanan kesehatan yang langsung mengunjungi sasaran kelompok masyarakat yang memiliki perilaku berisiko atau berisiko tertular HIV/AIDS di wilayah tertentu. Layanan ini diawali dengan survey atau penelitian atas kelompok masyarakat di wilayah dukungan lainnya di daerah setempat.

2) Statis VCT (Klinik VCT tetap)

Pusat Konseling dan Testing HIV/AIDS sukarela terintegrasi dalam sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya, artinya bertempat dan menjadi bagian dari layanan kesehatan yang telah ada. Sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya harus memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan masyarakat akan konseling dan testing HIV/AIDS, layanan pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan terkait dengan HIV/AIDS.

H. Perilaku

Perilaku menurut ensiklopedi Amerika adalah suatu reaksi organisme terhadap lingkungannya. Ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila adanya sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan rangsangan.

Dengan demikian suatu rangsangan akan menghasilkan perilaku tertentu.20

(13)

Albert Bandura (1886) seorang psikologi pendidikan telah mengembangkan teori pembelajaran sosial. Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori belajar perilaku, akan tetapi teori ini lebih banyak memberikan penekanan pada kesan dan isyarat-isyarat perubahan perilaku dan proses-proses mental internal.

Dalam teori pembelajaran sosial ini, akan menjelaskan tentang penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan- penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain.

Teori belajar sosial Bandura didasarkan oleh tiga konsep, yaitu:21 1. Determinan Resiprokal: pendekatan yang menjelaskan bahwa

perilaku manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan kognitif, perilaku, dan lingkungan.

Determinan resiprokal inilah yang menjadi dasar dari teori belajar bandura dalam memahami tingkah laku.

2. Beyond Reinforcement: bahwa setiap perilaku tidak selalu menggunakan reinforcement dalam pembentukannya. Menurut Bandura, reinforcement penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, bukan sebagai satu-satunya pembentuk tingkah laku. Karena baginya orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati kemudian mengulangi apa yang diamati.

3. Kognisi dan Self Regulation: Bandura menempatkan manusia sebagai seorang yang dapat mengatur dirinya sendiri, mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan

(14)

dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri.

Dalam pandangan belajar sosial “manusia” tidak didorong oleh kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus lingkungan. Bandura mengembangkan model determinan resiprokal yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, kognitif, dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, personal mempengaruhi perilaku. Faktor personal (kognitif) Bandura tidak mempunyai kecenderungan kognitif, terutama pembawaan personalitas dan tempramen. Faktor kognitif mencangkup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.22

(15)

I. Kerangka Teori

Keterangan :

= Resiprocal Determinan / Mempengaruhi Dipengaruhi/

Hubungan timbal balik

Gambar 2.1 Teori Pembelajaran Sosial ( Sumber: King Laura.,2010. Psikologi Umum )

Faktor Kognitif/ Person 1. Pengetahuan 2. Sikap

3. Pengharapan

Faktor Lingkungan 1. Norma Sosial 2. Pola Interaksi

3. Pengaruh Satu Sama Lain

Faktor Perilaku 1. Keterampilan 2. Latihan 3. Efikasi Diri

(16)

Faktor Kognitif/ Person:

1. Pengetahuan, merupakan hasil dari tahu dan terbentuk setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu tertentu.

2. Sikap, perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam

lingkungannya.

3. Pengharapan, dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang.

Faktor Lingkungan :

1. Norma sosial , kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan masyarakatnya.

2. Pola interaksi, hubungan antar individu kelompok dimana dengan adanya hubungan itu dapat saling mempengaruhi merubah baik dari yang buruk mejadi lebih baik atau sebaliknya.

3. Pengaruh satu sama lain, hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan masing-masing orang yang terlibat didalamnya memainkan peran secara aktif.

(17)

Faktor Perilaku:

1. Keterampilan, kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide, dan kreatifitasdalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.

2. Latihan, suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik untuk peningkatan kualitas diri.

3. Efikasi diri, persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. KERANGKA KONSEP

Gambar 3.1

Alur Penelitian KOGNITIF

1. Pengetahuan tentang tes HIV

LINGKUNGAN 1. Peran teman

sebaya untuk melakukan tes HIV 2. Peran LSM

PERILAKU 1. Praktik responden

untuk tes HIV/AIDS

(19)

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus, dimana tujuan penelitian ini adalah pengembangan konsep yang bisa membantu memahami fenomena sosial dalam lingkungan yang alami bukan merupakan suatu percobaan pada makna-makna pengalaman dari pandangan respondennya.23

C. Variabel Penelitian

Ada beberapa variabel dalam penelitian antara lain yaitu:

1. Pengetahuan tentang tes VCT 2. Peran teman sebaya untuk tes HIV 3. Peran petugas LSM

4. Praktik tes HIV

D. Definisi Operasional

1. Pengetahuan responden tentang tes HIV

Pemahaman responden mengenai tes HIV, cara tes HIV, dimana melakukan tes HIV.

2. Pengaruh teman sebaya untuk tes HIV

Pendapat responden terhadap peran dan pengaruh teman sebaya untuk melakukan tes HIV.

3. Peran LSM untuk tes HIV

Pendapat responden terhadap peran LSM dalam melakukan pendampingan terhadap kelompok gay dalam melakukan tes HIV.

4. Praktik responden untuk tes HIV

Perilaku responden untuk tes HIV, sudah melakukan atau belum, tindakan nyata responden melakukan tes HIV.

(20)

E. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah gay yang bersedia memberikan keterangan yang diperlukan oleh peneliti. Subjek penelitian kualitatif merupakan responden yang akan dimintai informasi atau permasalahan dalam penelitian. Jumlah subjek dalam penelitian ini tidak dapat ditentukan, karena menggunakan pengambilan subjek secara snowball.

Jumlah seluruh responden akan dihentikan bila peneliti sudah mendapat data yang diinginkan dan sesuai tujuan penelitian.

Yang menjadi kriteria dalam penelitian ini adalah:

1. Gay/ Homoseksual 2. Seksual aktif

3. Domisili di Semarang 4. Pernah didampingi LSM

5. Bersedia menjadi responden penelitian

Dengan purposive sampling adalah sampel yang dipilih sesuai dengan kriteria peneliti, metode yang digunakan adalah triangulasi.

Penelitian kualitatif adalah ditujukan untuk memahami fenomena- fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen-dokumen penunjang24.Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder meliputi:

a. Data Primer

Yaitu kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dengan melakukan wawancara mendalam pada responden, yaitu gay dan informan untuk melakukan pengecekkan ulang pada pasangan seksual gay. Wawancara

(21)

mendalam ini bertujuan untuk menggali lebih dalam kebiasaan umum kelompok yang menjadi target beserta alasan yang melatarbelakanginya25.

b. Data Sekunder

Merupakan data tambahan atau data pelengkap yang berhubungan dengan penelitian. Beberapa petikan dokumen, surat dan rekaman lainnya dapat dijaring dengan cara studi dokumentasi26.

F. Prosedur Pengumpulan Data

a. Wawancara mendalam

Disusun berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan untuk menggali lebih dalam tentang perorangan. Wawancara ini berguna untuk masalah yang sensitif, bila masalah harus digali secara mendalam, bila tanggapan perorangan lebih diperlukan dari pada tanggapan kelompok, atau bila lebih sulit menggumpulkan responden dalam kelompok.

Wawancara mendalam digunakan ketika:27 a.) Masalah rumit terjadi di penelitian b.) Masalah sensitif

c.) Responden yang terpencar d.) Tekanan kelompok sebaya

Keuntungan wawancara mendalam:

a.) Mendapatkan kesempatan untuk mengetahui lebih dalam tentang responden b.) Kesempatan membahas masalah yang sangat sensitif dan emosional tanpa

diamati orang lain

c.) Kesempatan untuk mewawancarai sasaran yang sulit dicapai dengan mendatangi lokasi yang dipilih responden

(22)

Kelemahan:

a.) Membutuhkan waktu yang lama untuk merencanakan, melaksanakan, dan menganalisa

b.) Informasi yang diperoleh tidak dapat digunakan untuk pengambilan kesimpulan umum.

c.) Dokumentasi

Teknik pengumpulan data berupa data sekunder berupa foto yang diperoleh dari sumber-sumber penelitian28.

d.) Alat Pengumpulan Data

Wawancara mendalam dengan menggunakan instrumen panduan wawancara atas pertanyaan terbuka dimana subyek peneliti dapat menjawab pertanyaan dengan bebas tanpa adanya paksaan.

G. Validitas Data

Di dalam pengumpulan data ini dilakukan triangulasi, yaitu memverivikasi, mengecek, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain maupun sumber informasi lainnya untuk mendapatkan data yang sebenarnya29.

Dalam penelitian kualitatif validitas perlu dilakukan untuk menguatkan hasil dari informasi yang berbeda-beda. Cara memvaliditas data menggunakan jenis triangulasi yang akan ditanyakan kembali kepada 3 orang berbeda dari informan crosscheck yaitu teman sebaya, pasangan gay, dan LSM Semarang Gaya Community merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data. Teknik triangulasi yang digunakan adalah pemeriksaan

(23)

kepada sumber yang berbeda dengan cara wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi yang lebih luas dari sudut pandang yang berbeda dan menggunakan analisis kualitatif tematik.

H. Pengolahan dan Analisis Data

Analisa data merupakan usaha proses memilih, memilah, membuang, menggolongkan data untuk menjawab permasalahan tema apa yang dapat ditemukan pada data dan seberapa jauh data ini dapat menyokong tema tersebut kemudian dianalisis dan ditafsirkan hubungan antara fenomena yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat dijadikan saran dan masukan untuk pengambilan kebijakan selanjutnya.

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Lexy J.

Moleong (2007) adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam, pengamatan, dan studi dokumentasi.

2. Reduksi Data

Mengorganisasikan data dengan cara membaca skema transkrip kemudian di koding denagn membuat simbol yang dibuat peneliti dan mempunyai arti berdasarkan topik setiap kelompok kata kalimat dari transkrip yang selanjutnya dikelompokkan ke dalam kategori dan dicari hubungan antara kategori tersebut.

3. Penyajian data atau data display

(24)

Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat yaitu dengan teks dalam bentuk naratif dengan variabel penelitian.

4. Penarikan Kesimpulan

Hasil penelitian dibandingkan dengan pernyataan dan tujuan penelitian.

I. Gambaran Umum Proses Penelitian di Lapangan

1. Langkah Penelitian di Lapangan

Pada awal penelitian, peneliti melakukan pendekatan dengan subjek penelitian dengan dibantu oleh LSM Semarang Gaya Community sebagai informan untuk pendekatan dengan subjek penelitian.

2. Daftar Responden

Daftar responden dilakukan setelah peneliti melakukan pendekatan dengan responden kelompok gay yang merupakan dampingan LSM Seamarang Gaya Community.

3. Waktu dan tempat penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di tempat yang disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian. Waktu penelitian dilakukan pada saat subjek penelitian bisa melakukan wawancara mendalam

4. Pendekatan Subjek

Peneliti melakukan pendekatan awal dengan subjek penelitian yang dibantu oleh LSM Semarang Gaya Community. Dari informasi LSM ini akan diperoleh subjek penelitian yang akan diteliti.

5. Pengumpulan Data

(25)

Pada tahap awal wawancara mendalam, peneliti memperkenalkan diri melakukan pendekatan dengan subjek penelitian. Dalam perkenalan ini peneliti berusaha membangun kedekatan dengan subjek penelitian, agar lebih bisa akrab dan mendapatkan banyak informasi.

Dalam melakukan wawancara mendalam peneliti berusaha menjaga suasana agar tidak kaku dalam melakukan wawancara. Peneliti mengajak subjek penelitian bercanda ditengah-tengah wawancara.

Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara mendalam tergantung pada situasi dan reponden yang diwawancarai.

6. Hambatan di Lapangan

Dalam penelitian ini tidak terdapat hambatan yang terjadi. Subjek penelitian tidak susah untuk ditemui, mereka bersedia di wawancara dengan tangan terbuka.

7. Batasan – batasan yang digunakan dalam menganalisa data yaitu:

a. Sebagian Kecil : Jumlah subjek penelitian kurang dari 2 b. Sebagian Besar : Jumlah subjek penelitian lebih dari  2 c. Semua Subjek : Jumlah subjek penelitian 4

Gambar

Gambar 2.1 Teori Pembelajaran Sosial                           ( Sumber: King Laura.,2010

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kedudukannya sebagai pengelola barang, dan dihubungkan dengan amanat pasal 6 ayat (2) Undang-undang nomor 17 tahun 2003, Gubernur juga berwenang mengajukan usul untuk

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun petai cina (Leucaena glauca (L.) Benth.) memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas dengan

Berdasarkan kontradiksi-kontradiksi logis tersebut, maka menurut al-Kindi, semesta yang ada dalam aktualitas ini tidak dapat lain kecuali harus bersifat terbatas;

Menurut Manuaba (2008; h.389) disebutkan perdarahan terjadi karena gangguan hormon, gangguan kehamilan, gangguan KB, penyakit kandungan dan keganasan genetalia. 55)

Sedangkan perbedaan penelitiaan yang dilakukan Paina dengan penelitian ini adalah pada objek kajian yang mana pada penelitian Paina meneliti tindak tutur komisif khusus

Dalam studi manajemen, kehadiran konflik pendidikan tidak bisa terlepas dari permasalahan keseharian yang dirasakan oleh pengelola lembaga pendidikan. Konflik tersebut

1) Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka yaitu angka pertama didepan koma dan angka kedua di belakang koma. Jika angka yang ketiga.. sama dengan atau lebih

sistem informasi global dan bagaimana manajemen menyelesaikan tantang-tantangan tersebut - Menjelaskan isu-isu dan alternatif tekonoogi yang menjadi pertimbangan