• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan (Tim Penyusun Kamus, 1988: 758 ). Geriatri berasal dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan (Tim Penyusun Kamus, 1988: 758 ). Geriatri berasal dari"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kelayakan Proyek

Pengertian rumah sakit adalah tempat merawat orang sakit, tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan (Tim Penyusun Kamus, 1988: 758 ). Geriatri berasal dari bahasa latin yaitu geros yang berarti usia lanjut dan iatrea yang berarti merawat atau merumat. Geriatri berarti hal-hal yang berhubungan dengan perawatan orang usia lanjut (Darmojo dan Martono, 2004: iii).

Sehingga, rumah sakit geriatri berarti tempat merawat atau menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan kaum lanjut usia.

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan atau sikap, tidak saja badan atau ucapan (Tim Penyusun Kamus PPPB, 1988: 652).

Ada beberapa aspek yang menentukan proses penuaan, yaitu menurunnya kondisi fisik, emosional, dan intelektual (Schwartz, 1977: 312).

Departemen Kesehatan Indonesia menggolongkan orang yang berusia tua atau lanjut, dalam kelompok usia 60 tahun ke atas.

Dalam ilmu kedokteran, pasien lanjut usia memang mendapatkan perawatan medis khusus. Menurunnya kondisi fisik maupun psikis mereka, menuntut penanganan yang memadukan ilmu kedokteran umum dan ilmu psikologi. Selain itu, komplikasi penyakit yang sering diderita oleh pasien

(2)

lanjut usia juga menjadi pertimbangan bagi sebuah Rumah Sakit Umum untuk menyelenggarakan Poliklinik Geriatri.

Dari enam belas Rumah Sakit Umum Negeri maupun Swasta di DIY, baru Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito yang menyelenggarakan Poliklinik Geriatri dengan satu orang tenaga ahli di bidang geriatri. Padahal, tahun 2002, jumlah pasien lanjut usia di seluruh Rumah Sakit yang ada di DIY, sudah mencapai 302 orang.

Pada tahun 1999, di Indonesia, 28.401 pasien rawat inap lanjut usia menderita penyakit penyebab kematian tertinggi dan 196.580 pasien rawat jalan menderita penyakit degeneratif. Hal itu berarti mereka harus menerima berbagai jenis obat, termasuk obat bius dalam dosis yang cukup tinggi.

Akibatnya, 62 pasien lanjut usia menderita gangguan mental dan perilaku akibat obat maupun obat bius yang mereka terima (Bagian DATIN Dirjen Yanmed Depkes RI: 2002).

Dari data-data Dinas Kesehatan Propinsi DIY dan Bagian Datin Dirjen Yanmed Depkes RI di atas, dapat disimpulkan bahwa fasilitas kesehatan bagi kaum lanjut usia di DIY masih sangat minim. Selain itu, belum ada perlakuan khusus bagi pasien lanjut usia yang menderita gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan obat, penyakit kronis1), maupun akibat menurunnya kondisi fisik dan psikis mereka.

Bertolak pada berbagai fakta tersebut, maka pendirian sebuah Rumah Sakit Geriatri di DIY, yang menggunakan perilaku pasien sebagai acuan perancangan masih diperlukan.

1) Terus-menerus berlangsung, tahan dalam waktu yang lama (menahun) tentang penyakit yang

melanda seseorang.

(3)

1.1.2. Tinjauan Pustaka

Rumah sakit geriatri berfungsi sebagai tempat penelitian dan tempat pelayanan kesehatan bagi pasien lanjut usia; yang meliputi tindakan pengobatan dan perawatan, baik rawat jalan maupun rawat inap yang terbagi dalam (Yayasan Karya Bhakti, 2004):

a. Zona Klinis2) b. Zona Perawatan c. Zona Penunjang

Pada umumnya, pasien lanjut usia suka menuntut perhatian lebih dan seringkali bersikap seperti anak-anak. Sebenarnya akan lebih baik jika pasien tidak terus menerus dikasihani agar mereka tidak terlalu merasakan penurunan fisik dan psikis yang diderita. Sehingga pasien akan lebih mandiri dan mampu mengusahakan perawatan yang lebih baik bagi mereka sendiri.

Salah satunya dengan cara meletakkan pusat rehabilitasi medik di lokasi yang terjangkau dari unit rawat inap (Malkin, 1982: ix).

Penurunan kondisi fisik dan kesadaran bahwa tubuh tidak lagi dapat bergerak secara halus serta mulai tak bertenaga, seringkali menyebabkan munculnya perasaan tidak berguna pada kaum lanjut usia. Pandangan yang menempatkan pasien lanjut usia sebagai orang yang tidak menarik, tidak mampu bersaing, lemah, tidak berjenis kelamin, dan renta, juga semakin memperparah kondisi penuaan (Hall, 1992 : 7-13).

Masalah lain yang dialami oleh pasien geriatri adalah berkurangnya ingatan. Penelitian yang dilakukan oleh National Institute on Aging, telah menemukan solusi atas hal ini, dengan jalan mengaktifkan “imajinasi” pasien.

2) Berkaitan dengan penyediaan pelayanan kesehatan kuratif (diagnosis dan pengobatan)

(4)

Memakai imajinasi lebih efektif dari teknik lain karena imajinasi bergantung pada memori otomatis, komponen primitif yang tidak menurun seiring usia (Park, 2004: 2). Sehingga, komponen imajinasi ini, dapat diterapkan dalam detail interior yang mempermudah pasien geriatri mengingat rutinitas medisnya.

1.1.3. Deskripsi Awal

Rumah Sakit Geriatri di DIY direncanakan untuk menampung pasien dari Propinsi DIY dan sekitarnya. Rumah sakit geriatri berkapasitas 150 tempat tidur ini, melayani penderita penyakit degenerasi yang diderita oleh kaum lanjut usia. Fasilitas dan ruang-ruang yang disediakan adalah:

a. Zona Klinis b. Zona Perawatan c. Zona Penunjang

Fasilitas-fasilitas di atas dirancang dengan pertimbangan perilaku pasien lanjut usia sebagai acuan. Rumah Sakit diselenggarakan dengan subsidi silang sehingga pasien yang tidak mampu tetap bisa memperoleh pelayanan kesehatan yang layak.

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana merancang Rumah Sakit Geriatri di DIY yang dapat mewadahi kegiatan pelayanan kesehatan untuk kaum lanjut usia, tanpa mengabaikan gangguan mental pasien akibat penyakit kronis yang diderita, dengan perilaku pasien sebagai acuan perancangan.

(5)

1.3. Tujuan

Merancang Rumah Sakit Geriatri di DIY yang dapat mewadahi kegiatan pelayanan kesehatan untuk kaum lanjut usia, tanpa mengabaikan gangguan mental pasien akibat penyakit kronis yang diderita, dengan perilaku pasien sebagai acuan perancangan.

1.4. Sasaran

1.4.1. Melakukan studi tentang Rumah Sakit Geriatri.

1.4.2. Melakukan studi tentang DIY.

1.4.3. Melakukan studi tentang fasilitas pelayanan kesehatan untuk kaum lanjut usia.

1.4.4. Melakukan studi tentang gangguan mental pada pasien lanjut usia akibat penyakit kronis yang diderita.

1.4.5. Melakukan studi tentang perilaku pasien lanjut usia.

1.5. Lingkup

1.5.1. Rumah Sakit Geriatri dibatasi pada Rumah Sakit Geriatri yang menangani penyakit-penyakit degeneratif.

1.5.2. DIY dibatasi pada hal yang berhubungan dengan pemilihan site untuk gedung tersebut.

1.5.3. Fasilitas pelayanan kesehatan dibatasi untuk kaum lanjut usia.

1.5.4. Gangguan mental pada pasien lanjut usia dibatasi pada gangguan mental yang disebabkan oleh penyakit kronis.

1.5.5. Perilaku pasien dibatasi pada perilaku yang dapat disikapi secara arsitektural.

(6)

1.6. Metode

1.6.5. Metode Mencari Data 1.6.5.1. Wawancara

Ditujukan kepada para petugas medis unit geriatri di Klinik Lanjut Usia UGM, kantor Dinas Kesehatan DIY.

1.6.5.2. Studi Pustaka

Mempelajari buku-buku tentang Rumah Sakit Geriatri, penyakit pasien lanjut usia yang menyebabkan gangguan mental dan perilaku.

1.6.5.3. Studi Banding

Melihat langsung bangunan Klinik Lanjut Usia UGM di DIY, serta dari pustaka.

1.6.6. Metode Menganalisa Data 1.6.6.1. Kuantitatif

a. Menghitung jumlah pasien rawat inap lanjut usia di DIY.

b. Menggolongkan pasien menurut penyakit yang diderita.

c. Menghitung prosentase pasien rawat inap lanjut usia yang mengalami gangguan mental dan perilaku akibat penyakit yang diderita.

1.6.6.2. Kualitatif

a. Dari perhitungan dan penggolongan pasien lanjut usia menurut penyakitnya, diperoleh data penyakit-penyakit yang paling banyak diderita oleh kaum lanjut usia, maka dapat ditentukan fasilitas kesehatan yang harus disediakan dan diutamakan.

b. Dari data penyakit yang paling bayak diderita lansia, dicari akibatnya terhadap kondisi mental dan perilaku pasien.

(7)

c. Dari prosentase pasien lanjut usia yang mengalami gangguan mental dan perilaku akibat penyakit yang diderita, dicari perilaku yang dapat dijadikan acuan perancangan.

1.6.7. Metode Perancangan

Menggunakan prinsip-prinsip bangunan fasilitas kesehatan untuk kaum lanjut usia dengan perilaku pasien sebagai acuan perancangan.

1.7. Sistematika Penulisan BAB 1 : PENDAHULUAN

Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup, metode dan sistematika penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN TEORITIS RUMAH SAKIT

Mengungkapkan design requirement Rumah Sakit Geriatri.

BAB 3 : TINJAUAN PELAYANAN KESEHATAN LANJUT USIA DI DIY

Mengungkapkan kualitas dan jenis pelayanan kesehatan lanjut usia di DIY beserta segala fasilitasnya.

BAB 4 : TINJAUAN PERILAKU PASIEN LANJUT USIA

Mengungkapkan perlilaku pasien lanjut usia yang akan dijadikan acuan dalam proses perancangan

(8)

BAB 5 : PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Mengungkapkan proses untuk menemukan ide-ide konsep perencanaan dan perancangan melalui metode-metode tertentu yang diaplikasikan pada lokasi atau site tertentu.

BAB 6 : KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Mengungkapkan konsep-konsep yang akan ditransformasikan dalam rancangan fisik arsitektural.

Referensi

Dokumen terkait

Pada contoh di atas, hipotesisnya menjadi: “Mahasiswa jurusan Sastra Inggris UIN Maliki yang diajar dengan menggunakan strategi pengajaran drama akan memiliki kemampuan

Dalam pernyataan ini Foley mengatakan linguistik antropologi atau yang dikenal juga dengan etnolinguistik adalah ilmu yang mengkaji makna dalam praktik kebahasaan

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Alloh SWT, karena atas karunia dan rahmatn-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul

Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan napas

Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 tahun 2010 Tentang

terhadap pelaku usaha mikro dan kecil serta untuk mel,aksanakan ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014 tentang Perizinan Untuk Usaha

Metode yang di gunakan pada penelitian ini adalah metode Material Requirement Planning (MRP) untuk menghitung jumlah persediaan bahan baku secara efisien yang

Pada Tabel 4.7 ditunjukkan hasil pengujian distribusi keandalan komponen APU, dimana untuk APU control unit dapat dilakukan analisis keandalan menggunakan distribusia. Weibull