• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang mempengaruhi hubungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang mempengaruhi hubungan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep diri

Willoughby, King & polatajko (1996, dalam Wong,et al 2009, hlm 121) mengemukakan bahwa konsep diri adalah bagaimana individu menggambarkan dirinya sendiri. Istilah konsep diri mencakup konsep, keyakinan, dan pendirian yang ada dalam pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang mempengaruhi hubungan individu tersebut dengan orang lain. Konsep diri tidak ada saat lahir tetapi berkembang perlahan-lahan sebagai hasil pengalaman dan dengan sesuatu yang nyata di lingkungan.

Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi. Dasar dari konsep diri individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya kemudian hari (Agustiani, 2006, hlm.138).

Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial dan spritual. Termasuk didalamnya adalah

persepsi individu tentang sifat dan potensi yang dimilikinya, interaksi individu dengan

orang lain maupun lingkungannya, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan

objek, serta tujuan, harapan dan keinginannya (Sunaryo, 2004, hlm.32).

(2)

William H. Fitts (1971, dalam Agustiani, 2006, hlm 138) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Fitts mengatakan bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang, kita akan lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut. Pada umumnya tingkah laku individu berkaitan dengan gagasan-gagasan tentang dirinya sendiri.

Berdasarkan berbagai pendapat sebelumnya, dinyatakan bahwa konsep diri memiliki peran yang sangat penting terlebih jika dikaitkan dengan siswa remaja yang memiliki konsep diri yang rentan terhadap modifikasi atau perubahan. Siswa remaja khususnya remaja putri memiliki pandangan tentang dirinya sendiri. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa konsep diri seseorang terutama remaja putri cenderung untuk tidak konsisten karena perubahan kondisi fisik maupun psikologisnya dan dalam hal ini disebabkan karena sikap orang lain yang dipersepsikannya juga mengalami perubahan (Kartono, 2007, hlm.148).

Oleh karena itu dapat disimpulkan, bahwa konsep diri merupakan pandangan, asumsi serta kesan siswa tentang karakteristik yang dimilikinya baik secara fisik maupun psikis, penerimaan, penilaian, penghargaan dan keyakinan yang terdapat dalam diri siswa yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Apabila siswa memiliki konsep diri yang positif, maka ia akan mengembangkan sifat-sifat seperti percaya diri, rasa berharga dan kemampuan untuk menilai dirinya secara realistis, sedangkan siswa yang memiliki konsep diri yang cenderung negatif akan mengembangkan sikap merasa tidak mampu dan rendah diri sehingga muncul perilaku kurang percaya diri.

2. Komponen – komponen konsep diri

(3)

Menurut Sunaryo (2004, hlm 32) mengemukakan lima komponen konsep diri, yaitu : (a) Gambaran diri, adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi : performance, potensi tubuh, fungsi tubuh, serta persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh ; (b) Ideal diri, adalah persepsi individu tentang perilakunya, disesuaikan dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-cita, harapan, dan keinginan, tipe orang yang diidam-idamkan, dan nilai yang ingin dicapai ; (c) Harga diri, adalah penilaian individu terhadap hasil yang ingin dicapai dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai dengan ideal diri. Harga diri dapat diperoleh melalui orang lain dan diri sendiri. Aspek utama harga diri adalah dicintai, disayangi, dikasihi, orang lain dan mendapat penghargaan dari orang lain ; (d) Peran diri adalah pola perilaku, sikap, nilai dan aspirasi yang diharapkan individu berdasarkan posisinya di masyarakat ; (e)Identitas diri, adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Syamsu Yusuf (2000, hlm 76) mengemukakan terdapat delapan faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri, yaitu; (a) Kondisi fisik ; (b)Kematangan biologis ; (c) Dampak media massa ; (d) Tuntutan sekolah ; (e)Pengalaman ajaran agama

; (f) Masalah ekonomi keluarga ; (g) Hubungan dalam keluarga ; (h) Harapan orang tua.

Menurut Fitts (1997 dalam Agustiani, 2006 hlm 139) konsep diri seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut ; (a) Pengalaman, terutama

pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan positif dan perasaan berharga ;

(b) Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain ; (c)Aktualisasi

diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang sebenarnya.

(4)

4. Pembentukan Konsep Diri

Masa bayi, konsep diri terutama adalah kesadaran tentang eksistensi mandiri seseorang yang dipelajari di masa lalu sebagai hasil dari kontak sosial dan pengalaman dengan orang lain. Anak usia sekolah lebih menyadari perbedaan di antara orang lain, lebih sensitif terhadap tekanan sosial, dan menjadi lebih sibuk memikirkan masalah kritikan-diri dan evaluasi-diri. Selama masa remaja awal, anak lebih berfokus pada perubahan fisik dan emosi yang terjadi dan pada penerimaan teman sebaya. Konsep diri diperjelas selama masa remaja akhir ketika anak muda mengatur konsep diri mereka disekitar nilai, tujuan, dan kompetensi yang didapat selama masa kanak-kanak (Wong, et al. 2009, hlm. 121).

Masa anak-anak konsep diri yang dipunyai seseorang biasanya berlainan dengan konsep diri yang dipunyai ketika ia memasuki usia remaja. Pada dasarnya, konsep diri itu tersusun atas tahapan-tahapan.

Selama masa anak akhir konsep diri yang terbentuk sudah agak stabil. Tetapi dengan mulainya masa pubertas terjadi perubahan drastis pada konsep diri. Remaja yang masih muda mempersepsikan dirinya sebagai orang dewasa dalam banyak cara, namun bagi orang tua ia tetap masih seorang anak-anak. Walaupun ketidaktergantungan dari orang dewasa masih belum mungkin terjadi dalam beberapa tahun, remaja mulai terarah pada pengaturan tingkah laku sendiri (Agustiani,2006 hlm.138).

B. Penerimaan diri

Menurut Hurlock (1973, dalam Sobur, 2003, hlm.504), penerimaan diri adalah

suatu tingkat kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala

karakteristik dirinya. Individu yang dapat menerima dirinya diartikan sebagai individu

(5)

yang tidak bermasalah dengan dirinya sendiri. Calhoun dan Acocella (1990) menambahkan bahwa individu yang bisa menerima diri secara baik tidak memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri, sehingga lebih banyak memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Kesempatan itu membuat individu mampu melihat peluang-peluang berharga yang memungkinkan diri berkembang.

Istilah konsep diri merujuk pada pengetahuan yang disadari mengenai berbagai persepsi diri, seperti karakteristik fisik, kemampuan, nilai, ideal diri dan pengharapan serta ide-ide dirinya sendiri dalam hubungannya dengan orang lain. Semakin mereka berfikir positif terhadap dirinya sendiri, semakin mereka percaya diri dalam mencoba kembali guna meraih kesuksesan (wong,et al. 2009 hlm.567).

C. Remaja

1. Pengertian Remaja dan Pubertas

Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa ―merupakan waktu kematangan fisik, kognitif, sosial dan emosional yang cepat

pada anak laki-laki untuk mempersiapkan diri menjadi laki-laki dewasa dan anak perempuan untuk mempersiapkan diri menjadi wanita dewasa. Batasan yang tegas pada remaja sulit ditetapkan, tetapi periode ini biasanya digambarkan pertama kali dengan penampakan karakteristik seks sekunder pada sekitar usia 11 sampai 12 tahun dan berakhir dengan berhentinya pertumbuhan tubuh pada usia 18 sampai 20 tahun (Wong,et al. 2009 hlm.585).

Pubertas adalah proses kematangan, hormonal dan pertumbuhan yang terjadi

ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks sekunder mulai

muncul (Wong,et al. 2009 hlm.585).

(6)

Masa puber merupakan periode transisi dan tumpang tindih. Dikatakan transisi sebab pubertas berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa remaja.

Tumpang tindih sebab beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak masih dimilikinya, sementara beberapa ciri remaja juga dimilikinya. Jadi masa puber meliputi tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun awal masa remaja. Menjelas anak matang secara seksual, ia masih disebut ”anak puber”, begitu matang secara seksual ia disebut ”remaja”

atau ”remaja muda” (Al-mighwar, 2006 hlm 70).

Masa pubertas disebut sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Pribadi itulah yang menjadi pusat pikirannya (Zulkifli,2005 hlm.70).

2. Kurun waktu masa remaja

Wong,et al (2009, hlm 585) mengemukakan masa remaja terdiri atas tiga subfase yang jelas, yaitu: (a) Masa remaja awal usia 11-14 tahun ; (b) Masa remaja pertengahan usia 15-17 tahun ; (c) Masa remaja akhir usia 18-20 tahun

Al-Mighwar (2006 hlm.20) menjelaskan masa puber terjadi secara bertahap, yaitu

: (a) Tahap Prapubertas, tahap ini disebut juga tahap pematangan yaitu pada satu atau

dua terakhir masa kanak-kanak. Pada masa ini anak dianggap sebagai ”prapuber”,

sehingga ia tidak disebut seorang anak dan tidak pula seorang remaja. Pada tahap ini,

ciri-ciri seks sekunder mulai tampak, namun organ-organ reproduksinya belum

berkembang secara sempurna ; (b) Tahap Puber, tahap ini disebut juga tahap matang,

yaitu terjadi pada garis antara masa kanak-kanak dan masa remaja. Pada tahap ini,

kriteria kematangan seksual mulai muncul. Pada anak perempuan terjadi haid pertama

dan pada anak laki-laki terjadi mimpi basah pertama kali. Dan mulai berkembang ciri-

ciri seks sekunder dan sel-sel diproduksi dalam organ-organ seks ; (c) Tahap

(7)

Pascapuber, pada tahap ini menyatu dengan tahun pertama atau kedua masa remaja.

Pada tahap ini, ciri-ciri seks sekunder sudah berkembang dengan baik dan organ-organ seks juga berfungsi secara matang

Wong,et al (2009, hlm. 585) mengatakan bahwa pubertas dibagi atas tiga tahap yaitu: (a) Prapubertas, yaitu periode sekitar 2 tahun sebelum pubertas ketika anak pertama kali mengalami perubahan fisik yang menandakan kematangan seksual ; (b)Pubertas, merupakan titik pencapaian kematangan seksual, ditandai dengan keluarnya darah menstruasi pertama kali pada remaja putri sedangkan pada remaja putra indikasi seksualitasnya kurang jelas ; (c) Pascapubertas, merupakan periode 1 sampai 2 tahun setelah pubertas, ketika pertumbuhan tulang telah lengkapdan fungsi reproduksinya terbentuk dengan cukup baik.

3. Ciri-ciri Perkembangan Remaja

Menurut Wong,et al (2009 hlm.585) perkembangan remaja terlihat pada:

(a) Perkembangan biologis, perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas

hormonal di bawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak

pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakan serta perkrmbangan

karakteristik seks sekunder ; (b) Perkembangan psikologis, teori psikososial tradisional

menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya

identitas (Erikson,1963). Pada masa remaja mereka mulai melihat dirinya sebagai

individu yang lain ; (c) Perkembangan kognitif, berfikir kognitif mencapai puncaknya

pada kemampuan berfikir abstrak. Remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual

yang merupakan ciri periode berfikir konkret, remaja juga memerhatikan terhadap

kemungkinan yang akan terjadi ; (d) Perkembangan moral, anak yang lebih muda hanya

dapat menerima keputusan atau sudut pandang orang dewasa, sedangkan remaja, untuk

(8)

memperoleh autonomi dari orang dewasa, mereka harus mengganti seperangkat moral dan nilai mereka sendiri ; (e)Perkembangan spiritual, remaja mampu memahami konsep abstrak dan menginterpretasi analogi serta simbol-simbol. Mereka mampu berempati, berfilosofi dan berfikir secara logis ; (f)Perkembangan sosial, untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari wewenang orang tua. Masa remaja adalah masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap teman sebaya dan teman dekat.

Agustiani (2006 hlm.29) mengemukakan masa remaja menjadi tiga bagian, yaitu :

(a) Masa remaja awal (12-15 tahun), pada masa ini individu mulai meninggalkan peran

sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan

tidak tergantung pada orangtua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk

dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya ; (b) Masa

remaja pertengahan (15-18 tahun), masa ini ditandai dengan berkembangnya

kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting,

namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri. Pada masa ini remaja

mulai mengembangkan kematangan tingkah laku. Belajar mengendalikan impulsivitas,

dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vaksional yang

ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu ; (c)

Masa remaja akhir (19-22 tahun), masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk

memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan

tujuan vaksional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat

untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa,

juga menjadi ciri dari tahap ini.

(9)

3. Perubahan fisik pada masa remaja

Awal pubertas, ekstremitas tumbuh lebih cepat daripada batang tubuh.

Pertumbuhan ekstremitas kemudian berhenti, tetapi batang tubuh terus tumbuh dengan baik sampai remaja. Pertumbuhan batang tubuh yang paling besar biasanya pada tulang pelvis. Lebarnya bertambah lebih cepat dari pada ukuran antero-posterior. Rongga pelvis memanjang dan pintu panggul melebar, untuk mempersiapkan fungsi kehamilan (Henderson, 2005 hlm.3).

Terjadi pertumbuhan yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan munculnya :

a. Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks (terjadinya haid pada remaja putri dan terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki).

b. Tanda- tanda seks sekunder, yaitu : (1) Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, timbulnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar, badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak; (2) Pada remaja putri : panggul melebar, petumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (pubis)

Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas hormonal di bawah

pengaruh sistem saraf pusat, walaupun semua aspek fungsi fisiologis berinteraksi secara

bersama-sama. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan

fisik dan pada penampakan serta perkembangan karakteristik seks sekunder. Perubahan

yang tidak tampak jelas adalah perubahan fisiologis dan kematangan neurogonad yang

disertai dengan kemampuan untuk bereproduksi. Perbedaan fisik antara kedua jenis

(10)

kelamin di tentukan berdasarkan karakteristik pembeda ; karakteristik seks primer merupakan organ eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi reproduktif (mis., ovarium, uterus, uterus, payudara, penis) ; karakteristik seks sekunder merupakan perubahan yang terjadi di seluruh tubuh sebagai hasil dari perubahan hormonal (mis., perubahan suara, munculnya rambut pubertas dan bulu pada wajah, penumpukan lemak) tetapi tidak berperan langsung dalam reproduksi (Wong,et al. 2009 hal 585).

Menurut Al-Mighwar (2006, hlm.26) perubahan-perubahan fisik yang penting dan terjadi selama masa remaja adalah sebagai berikut :

a. Perubahan Ukuran Tubuh

Pertumbuhan tinggi dan berat badan merupakan perubahan fisik mendasar yang pertama pada masa pubertas. Hurlock berpendapat bahwa pertambahan tinggi badan anak-anak perempuan mencapai rata-rata 3 inci per tahun, dalam tahun sebelum haid, bahkan bisa saja mencapai 5 hingga 6 inci. Peningkatan berat tubuh bukan hanya disebabkan lemak, tetapi juga semakin bertambah beratnya tulang dan jaringan otot.

Pada anak perempuan, peningkatan berat tubuh yang paling besar terjadi sesaat sebelum dan sesudah haid. Pada awal terjadinya pertumbuhan pesat, lemak cenderung menumpuk, terutama di sekitar perut, putting susu, pinggul, paha, pipi, leher dan rahang.

Biasanya lemak itu akan hilang dengan sendirinya pada saat akhir masa puber dan pesatnya pertumbuhan tinggi badan.

b. Perubahan Bentuk Tubuh

Perubahan bentuk tubuh merupakan perubahan fisik mendasar kedua. Akibat

terjadinya kematangan yang lebih cepat dari daerah-daerah tubuh yang lain, sekarang

daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya kecil menjadi besar. Gejala ini tampak jelas

pada hidung, kaki dan tangan. Namun demikian semua bagian itu akan mencapai ukuran

(11)

dewasa walaupun perubahannya terjadi sebelum akhir masa puber pada akhir masa remaja.

c. Ciri Kelamin Primer

Pertumbuhan dan perkembangan ciri-ciri seks primer, yaitu organ-organ seks merupakan perubahan fisik mendasar yang ketiga. Organ-organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber dengan tingkat kecepatan yang bervariasi. Haid dianggap sebagai petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang. Gejala ini merupakan awal dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, dan akan berhenti saat wanita mencapai menopause.

d. Ciri Kelamin Sekunder

Ciri-ciri seksual pada remaja putri seperti pinggul menjadi tambah lebar dan bulat, kulit lebih halus dan pori-pori bertambah besar. Selanjutnya ciri sekunder lainnya ditandai oleh kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif, dan sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat.

Ciri-ciri seks sekunder pada wanita antara lain : (Al-Mighwar, 2006 hlm.29)

a. Pinggul yang membesar dan membulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit.

b. Buah dada dan putting susu semakin tampak menonjol, dan dengan

berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi semakin lebih besar dan lebih bulat

lagi.

(12)

c. Tumbuhnya rambut di kemaluan, ketiak, lengan dan kaki, dan kulit wajah.

Semua rambut, kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.

d. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori-pori bertambah besar.

e. Suara dari suara kanak-kanak menjadi merdu (melodious), suara serak dan suara yang pecah jarang sekali terjadi.

f. Kelenjar keringat lebih aktif, dan kulit lebih menjadi kasar dibanding kulit anak-anak. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.

g. Otot semakin kuat dan semakin besar, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki.

4. Penyebab Perubahan Pada Masa Pubertas

Usia mulainya pubertas dan perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Faktor terpenting tampaknya adalah kesehatan umum individu (Henderson,2005 hlm.3).

Santrock J (2003, hlm.84) mengemukakan berbagai riset menemukan bahwa

sebelum anak matang secara seksual, pengeluaran hormon seks jarang terjadi. Akan

tetapi, dengan semakin meningkatnya jumlah hormon yang dikeluarkan, struktur dan

fungsi organ-organ seks akan semakin matang. Hubungan yang erat antara kelenjar

pituitary yang ada pada dasar otak telah terbentuk dengan gonad atau kelanjar seks. Jadi

ada tiga hal yang menjadi penyebab masa puber, yaitu : (a) Peran Kelenjar Pituitary,

(13)

kelenjar pituitary memproduksi dua hormon, yaitu hormon pertumbuhan yang berpengaruh dalam menentukan besarnya individu, hormon gonadotropik yang merangsang gonad untuk meningkatkan aktivitasnya. Sebelum datangnya masa puber, jumlah hormon gonadotropik bertambah secara bertahap, demikian pula kepekaan gonad terhdadap hormon gonadotropik . Dalam kondisi itulah terjadinya perubahan-

perubahan masa puber ; (b) Peranan Gonad, seiring pertumbuhan dan perkembangan gonad, bertambah besarlah organ-organ seks, yaitu ciri-ciri seks primer dan fungsinya pun menjadi matang. Begitu pula ciri-ciri seks sekunder, seperti berkembangnya rambut kemaluan ; (c) Interaksi Kelenjar Pituitary dan Gonad, hormon yang telah diproduksi gonad, yang telah dirangsang oleh hormon gonadotropik yang diproduksi oleh kelenjar pituitary, kemudian bereaksi terhadap kelenjar ini dan secara berangsur-angsur mengakibatkan penurunan jumlah hormon pertumbuhan yang diproduksi sehingga menjadikan proses pertumbuhan terhenti. Interaksi antara hormon gonadotropik dan gonad terus berlangsung sepanjang kehidupan reproduksi individu, kemudian berkurang

secara perlahan saat wanita mendekati menopause.

Wong,et al (2009, hlm.585) mengatakan bahwa secara umum peristiwa pubertas

disebabkan oleh pengaruh hormon dan dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior

(adenohiposis) sebagai respons terhadap stimulasi dari hipotalamus. Stimulasi gonad

memiliki fungsi ganda,yaitu: (a) Produksi dan pelepasan gamet―produksi sperma pada

pria dan kematangan serta pelepasan ovum pada wanita ; (b) Sekresi hormon seks yang

sesuai , yaitu estrogen dan progesteron dari ovarium (wanita) dan testosteron dari testis

(pria)

(14)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupu n yang tidak diteliti (Nursalam, 2003 hlm.55). Variabel Independen dalam penelitian ini adalah komponen dari konsep diri dan variabel dependen adalah penerimaan terhadap perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas.

Variabel Independen Variabel Dependen B.

Skema. 1. Skema kerangka konsep

B. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan konsep diri dengan penerimaan perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas.

C. Defenisi Operasional Komponen Konsep diri ;

• Gambaran diri

• Ideal diri

• Harga diri

• Peran diri

• Identitas diri

Perubahan fisik remaja putri pada

masa pubertas

(15)

N o

Variabel Defenisi Operasional

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Skala

1. Konsep Diri

Persepsi,

kepercayaan dan nilai-nilai siswi SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan terhadap diri sendiri dan cara pandangnya terhadap masa yang akan datang, yang dilihat dari :

• Gambaran diri

• Ideal diri

• Harga diri

• Peran diri

• Identitas diri

Wawancara

Kuesioner 1. Baik : Apabila responden mendapatkan skor 18-35 (dari 35 pernyataan)

2. Tidak baik : Apabila responden mendapatkan skor 0-17 (dari 35 pernyataan)

Ordinal

(16)

2 Penerimaan perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas

Perubahan yang terjadi pada siswi SLTP kemala

Bhayangkari 1 Medan :

• Ukuran tubuh

• Bentuk tubuh

• Ciri-ciri

kelamin primer serta sekunder

Wawancara Kuesioner 1. Positif : Apabila responden mendapatkan skor lebih dari 30 (dari 20

pernyataan)

2. Negatif : Apabila responden mendapatkan skor kurang dari 30 (dari 20

pernyataan)

Nominal

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan panjang setek berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan diameter batang sedangkan pada peubah diameter stele dan lebar korteks akar menunjukkan hasil yang tidak berbeda

Sesuai dengan masalah yang diajukan, hasil kajian terhadap penerapan pendekatan komunikatif yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran berpidato bahasa Bali pada

Skripsi ini merupakan persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST) Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Kajian Sebaran Suhu

SENARAI SEKOLAH MENENGAH DI NEGERI JOHOR DARUL

Gambar 3.7 Use Case Diagram Petugas UMKM pada Sistem Informasi Peengolahan Data Dinas Koperasi dan UMKM Nusa Tenggara

Jenis sistem informasi yang dikembangkan meliputi (a) Bidang Akademik & Kemahasiswaan, terdiri atas Sistem Informasi Penjaminan Mutu; Sistem Informasi Kegiatan

Tujuan dari adanya motivasi belajar dalam diri seorang siswa adalah untuk menggerakkan atau menggungah siswa agar timbul keinginan dan kemauanya untuk melakukan sesuatu

Modifikasi aspal penetrasi 60/70 dengan polimer EVA bertujuan untuk meningkatkan nilai penetration index dan nilai stiffness bitumen dengan metode eksperimental di