• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk merubah tingkah laku ke arah yang baik. Tingkah laku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk merubah tingkah laku ke arah yang baik. Tingkah laku"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah “suatu usaha yang di sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kehidupannya sebagai individu, warga negara atau masyarakat dengan memilih isi (materi), strategi kegiatan dan teknik penilaian yang sesuai

1

. Dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya berfungsi secara edukatif dalam kehidupan masyarakat.

Menurut Ki Hajar Dewantara yang dikutip Khadijah Hasan dalam bukunya “Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan” menyatakan bahwa pendidikan adalah “daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti, pikiran dan tubuh anak untuk memajukan kehidupan anak didik selaras dengan dunianya”.

2

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa pendidikan bertujuan untuk merubah tingkah laku ke arah yang baik. Tingkah laku atau kepribadian merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sebab aspek ini akan menentukan sikap identitas diri seseorang.

Permasalahan baik dan buruknya seseorang itu akan terlihat dari tingkah laku atau kepribadian yang dimilikinya.

Pendidikan dapat diartikan dengan proses transformasi ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik, agar ia memiliki sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya,

1Suriyo Subroto, Beberapa Aspek Kependidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1990), hlm 11

2Khadijah Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Al Ikhlas, 1994), hlm 84

(2)

sehingga terbentuk ketakwaan, budi pekerti dan pribadi yang luhur

3

. Pendidikan juga dapat di artikan bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama

4

.

Pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan:

“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”

5

.

Amanah Undang-Undang Sisdiknas 2003 bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, tetapi juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai luhur bangsa serta agama

6

.

Jika di tinjau dari segi pendidikan agama Islam, pendidikan agama Islam itu sendiri adalah hal yang sangat urgen dalam membentuk manusia yang berkepribadian kuat dan baik serta ujung tombak dalam pembangunan moral bangsa

7

. Disamping itu pendidikan agama Islam juga dapat dikatakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam

3 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 12- 13.

4 Zuhaira, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 3.

5 Ibid, hlm. 138-139.

6 Hamdani Hamid, Pendidikan Karakter Perspektif Islami, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), hlm. 39.

7Abdul Malik dan Dian Andayani, PAI Berbasis Kompetensi, Konsep Dan Implementasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 139

(3)

meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan

8

Akhlak merupakan salah satu bagian yang sangat urgen dari perincian kesempurnaan tujuan pendidikan Islam. Oleh sebab itu, pendidikan akhlak merupakan salah satu fondasi yang vital dalam membentuk insan yang berakhlak mulia, guna menciptakan manusia yang bertaqwa dan menjadi seorang muslim yang sejati. Melalui pelaksanaan pendidikan akhlak tersebut, diharapkan setiap muslim mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan akhlak dapat mengantarkan pada jenjang kemuliaan akhlak. Karena dengan pendidikan akhlak terebut, manusia menjadi semakin mengerti akan kedudukan dan tugasnya sebagai hamba dan khalifah di bumi. Hal ini sesuai dengan tugas Nabi diutus ke muka bumi ini sebagai penyempurna akhlak dan sebagai suri tauladan yang baik bagi umat manusia, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur`an sebagai berikut :





































Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

9

(Q.S Al-Ahzab 21)

8Departemen Agama, Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Umum, (Jakarta: Departemen Agama, 2004), hlm. 2

9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro 2005), hlm. 420

(4)

Selaras dengan ayat di atas, Rasulullah saw. bersabda :

َةّنَلجا ُلُخ ْدَي اَم ُرَ ثْكَا َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَلَص ِهَّللا ُلْوُسَر َلاَق :َلاَق َةَرْ يَرُه ِبَِأ ْنَعَو هَّللا ىِوْقَ ت ِمِكاَحُا ُهَُِِِص َو ىِِِم ِِْلا ُُاَوَرر ِِْلُحُا ننس و ِ

Artinya: “Dari Abu Hurairoh berkata : Rosululloh SAW bersabda:

Kebanyakan amal yang menyebabkan masuk surge adalah takwa kepada Allah dan perangai yang baik”.(HR. Tirmizi)

10

Proses pendidikan akhlak anak, tidak akan berlangsung dengan sendirinya, akan tetapi proses tersebut memerlukan dukungan dari lembaga-lembaga pendidikan sekolah maupun melalui jalur pendidikan luar sekolah. Mahmud Yunus merumuskan tujuan pendidikan akhlak, yaitu membentuk putra dan putri yang berakhlak mulia, berbudi luhur, bercita-cita tinggi, berkemauan keras, beradab, sopan santun, baik tingkah lakunya maupun jujur dalam segalanya dan suci murni hatinya.

11

Pendidikan akhlak ini dititik beratkan kepada pembentukan mental anak agar tidak terjadi penyimpangan. Hal yang demikian akan mencegah terjadinya kenakalan remaja, sebab pendidikan akhlak anak dididik untuk belajar memiliki rasa tanggung jawab. Kaitannya dengan proses pembinaan akhlak, Sudarsono mengatakan bahwa pembinaan akhlak merupakan salah satu cara untuk membentuk mental manusia agar

10 Muhammad Hamid Al Faqii, Buluqul Marom, (Semarang : Bumi Aksara 2000), hlm 309

11 Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1978), cet. Ke-2, hlm. 22

(5)

memiliki pribadi yang bermoral, berbudi pekerti yang luhur dan bersusila.

12

Mengingat pentingnya akhlak bagi suatu bangsa, perlu diadakan keseriusan dalam pembinaan akhlak terhadap peserta didik yang merupakan calon pemimpin masa depan. Hal ini selaras dengan tujuan utama pendidikan Islam menurut Al-Ghazali “Pendidikan Islam tujuan utamanya adalah pembentukan akhlak al-karimah”.

13

Menurut perspektif ini, pendidikan orientasinya adalah terbentuknya akhlak yang mulia yang sesuai dengan ajaran nabi Muhammad Saw.

Bila berbicara pendidikan, pengajaran dan pembinaan tentu tidak akan terlepas dari permasalahan komponen-komponen yang menunjang kesuksesannya, didalamnya termasuk tujuan, kurikulum, materi/bahan, metode dan alat pendidikan dan pembinaan.

14

Membina tingkah laku atau akhlak anak juga merupakan suatu kewajiban agama yang lazim bagi setiap pendidik berdasarkan dalil al- quran dan Allah SWT memeritahkan baik berbentuk pengajaran, perlidungan, dan peribadatan.

15

Oleh sebab itu demikian pendidikan dan pembinaan akhlak merupakan perkara yang memiliki kedudukan amat tinggi dan penting dalam pendidikan dan pembinaan islam. Hal juga dinyatakan oleh guru dan pendidik manusia yang amat agung dan mulia

12 Sudarsono, Etika Islam tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Bumi Aksara, 1989), Cet.

Ke-1, hlm. 151

13 Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat Perss, 2005), hlm. 87.

14 M. Dawam Raharjo, Editor Pergulatan Dunia Pesantren Membangun dari Bawah, Perhimpunan Pesantren dan Masyarakat, 1985, hlm. 15

15 Al-Maghribi bin as-Said, Begini seharusnya mendidik anak : panduan mendidik anak sejak dari dalam kandungan hingga dewasa (Jakarta : Darul Haq 2004), hlm 201

(6)

yakni nabi Muhammad saw di utus sebagai rasul dengan tujuan mendidik akhlak manusia, “sesugguhnya aku tidak diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlak mulia”.

Keluarga atau khususnya orang tua memegang peranan yang amat penting dalam pembinaan akhlak al-karimah terhadap anak-anaknya di karenakan keluarga merupakan institusi yang mula-mula berinteraksi dengan peserta didik tersebut. Oleh sebab itu mereka sudah barang tentu medapatkan pengaruh dari padanya atas tingkah lakunya. Oleh sebab itu keluarga harus ikut serta dalam mengajari anak tentang akhlak al-karimah (akhlak mulia) yang diajarkan seperti kebenaran, kasih sayang, kejujuran, keikhlasan, pemurah dan lain sebagainya.

Namun adanya keterbatasan yang dimiliki oleh keluarga dalam

memberikan pendidikan serta pembinaan akhlak tersebut sudah jelas

membutuhkan kerjasama antara orang dan lembaga-lembaga pendidikan

(sekolah) dan masyarakat untuk mendidik anak-anak tersebut dengan

optimal. Sekolah merupakan lingkungan yang baru bagi anak dan

menghabiskan sebagian besar waktunya sebab anak juga lebih lama di

lingkungan sekolah daripada di rumah sehingga sekolah juga berperan

dalam menentukan warna pendidikan dan perkembangan anak. Sekolah

juga tempat bertemunya anak dengan ratusan anak-anak (peserta didik)

lainnya yang memiliki latar belakang yang berbeda sehingga mereka

membawa berbagai macam pemikiran, adat kebiasaan dan karakter

kepribadian.

(7)

Menurut hemat penulis dalam pembinaan akhlak anak (peserta didik) keluarga atau lebih khususnya guru dan orang tua merupakan pihak yang berpengaruh dan bertanggung jawab dalam memberikan pembinaan akhlak tersebut. Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 29 Padang yang berlokasi di Jl.

Kurao Pagang Kec. Nanggalo sangat membutuhkan sekali kontribusi antara guru dan orang tua dalam upaya membina akhlak peserta didik.

Adapun keadan akhlak peserta didik yang penulis telah temukan adalah sebagai berikut: membolos pada jam pelajaran disekolah, berkata kotor, berpakaian kurang sopan, merusak fasilitas sekolah seperti tanam- tanaman, merokok, berpacaran, dan juga ada mengutarakan perkataan carut kepada gurunya.

Berdasarkan permasalahan diatas maka dibutuhkan usaha guru dan

orang tua. Guru dapat memberikan solusi sebagai suatu usaha untuk

mengatasi prilaku nakal peserta didiknya ketika berada dilingkungan

sekolah, sebaliknya orang tua juga dapat memberikan suatu pembinaan

sebagai bentuk suatu usaha mencegah timbulnya perilaku tercela anaknya

selama anak tersebut masih dirumah. Adanya usaha dari kedua pihak

tersebut maka masing-masing pihak dapat mengambil langkah yang tepat

sehingga tidak terjadi lagi atau dapat mengurangi perilaku yang kurang

baik tersebut yang ditunjukan oleh anaknya. Maka dari sinilah maka

dibutuhkan usaha dari pihak sekolah (guru) dan pihak keluarga (orang tua)

dalam upaya pembinaan akhlak peserta didik.

(8)

Berdasarkan permasalahan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai judul yang tengah diajukan yakni bagaimana usaha guru dan orang tua dalam membina akhlak peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 29 Kota Padang.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana usaha guru dan orang tua dalam pembinaan akhlak peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 29 Padang ?.

C. Batasan Masalah

1. Usaha yang dilakukan guru dan orang tua dalam pembinaan akhlak peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 29 Padang.

2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat bagi guru dan orang tua dalam pembinaan akhlak peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 29 Padang.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah diatas maka penulis merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan usaha guru dengan orang tua dalam pembinaan akhlak peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 29 Padang.

2. Mendeskripsikan faktor-faktor penghambat dan pendukung yang bagi

guru dan orang tua dalam pembinaan akhlak peserta didik Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 29 Padang.

(9)

E. Manfaat Penelitian a. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi lembaga pendidikan terkait umumnya, dan terkhusus pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 29 Padang. Dalam usaha peningkatan kualitas kontribusi serta kerjasama guru dan orang tua agar terwujudnya akhlak peserta didik yang lebih baik.

b. Bagi Lembaga Penelitian

Penelitian ini diharapkan semua komponen Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, terutama fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam agar dapat menjadi masukan dan bahan koreksi bagi masing-masing mahasiswa agar berakhlak yang baik dimanapun berada.

c. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan agar dapat menambah wawasan dan pengalaman yang berarti tentang bentuk kerja sama guru dan orang tua dalam pembinaan akhlak peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 29 Padang dan juga sebagai bahan untuk mempersiapkan diri dalam melaksanakan pengajaran.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari keraguan dalam penafsiran yang berbeda maka

penulis perlu memberi penegasan istilah atau pengertian pada judul skripsi

ini sebagai berikut:

(10)

a. Usaha

Usaha adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga, fikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud.

16

. yang penulis maksud di sini adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dan orang tua dengan mengerahkan tenaga dan pikiran dalam membina akhlak peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 29 Padang.

b. Pembinaan

Membangun, kebiasaan manusia yang menimbulkan kekuatan- kekuatan yang sangat besar untuk melakukan sesuatu.

17

Yang penulis maksud disini adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan dan mengarahkan sesuatu secara teratur ddan berkesinambungan agar menjadi lebih baik.

c. Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari kata “khuluqun”

yang artinya budi pekerti, perangai, tangkah laku atau tabi’at.

18

d. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 29 Padang

Sekolah Menengah Pertama Negeri 29 Padang adalah sekolah yang terletak di Jl. Kurao Pagang, Kec. Nanggalo, Kota Padang.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 29 Padang merupakan jenjang pendidikan dasar formal di Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar (SD) atau yang sederajat. Sekolah

16Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 1254

17 Menmud, Pola Pembinaan Generasi Muda, (Jakarta : Urusan Pemuda 1990), hlm 9

18 Hamzah Yakub, Etika Islam, (Bandung : CV Diponegoro 1993), hm 11

(11)

Menengah Pertama dilaksanakan dalam kurun waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9 sekaligus dalam hal ini menjadi lokasi peneltian.

Berdasarkan definisi operasional di atas yang penulis maksud dengan

judul “usaha guru dan orang tua dalam pembinaan akhlak peserta didik

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 29 Padang” adalah kerja sama

yang dilakukan oleh guru dan orang tua dalam membina akhlak peserta didik,

dengan tujuan agar peserta didik memiliki akhlak yang baik.

Referensi

Dokumen terkait

o Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang

Berdasarkan.hasil uji hipotesis ke 3 didapatkan r hitung 0,542 > dari r tabel 0,244 dengan demikian hipotesis ke 3 yang diajukan dalam penelitian ini diterima yaitu

Bahwa Pimpinan STIESIA dalam Rapat Pleno tanggal 14 September 2012 telah menerima konsep Rencana Strategis (Renstra) Prodi S3 Ilmu Manajemen Tahun 2012-2016, dan sesuai

Aktivitas enzim esterase non spesifik melalui metode kuantitatif uji biokimia terhadap nyamuk Aedes aegypti dari wilayah perimeter dan buffer di Pelabuhan Tanjung

Masyarakat Bokondini membuka lahan baru yang akan dijadikan kebun dengan cara yang masih sangat tradisional, dibakar. Mereka membakar perdu dan rumput liar di

Intervensi ini adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam memahami dunia anak-anak melalui permainan, sehingga bila digunakan pada situasi dan kondisi yang

Data bulan Oktober 2012 dilakukan pengolahan menggunakan software Res2Dinv maka diperoleh gambar 4.2 yang menunjukkan lintasan I dinding Embung sisi selatan

Tujuh peta tematik dari Metode DRASTIC dan SINTACS dikembangkan untuk menduga kerentanan airtanah terhadap pencemaran dan ini meliputi kedalaman airtanah, pengisian