• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Sosialisasi

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory), karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. Dalam hal ini dengan adanya sosialisasi, masyarakat ditanamkan yang namanya nilai dan norma serta diajarkan peran-peran bagaimana dalam pemanfaatkan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan. Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). (Kamanto Sunarto, 1993:23).

2.1.2. Sosialisasi Primer dan Sosialisasi Sekunder

(2)

didirikan. Oleh karena itu dengan adanya sosialisasi primer masyarakat mengetahui dengan sendirinya bagaimana pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan.

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu kedalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Dalam hal ini masyarakat diperkenalkan dengan sesuatu hal yang baru yang selama ini mungkin tidak akan pernah dirasakan oleh masyarakat perdesaan dalam meningkatkan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat baik dari segi pembangunan infrastruktur, ekonomi dan yang lainnya. (Kamanto Sunarto, 1993:31).

2.1.3. Agen sosialisasi

Fuuler dan Jacobs dalam (Kamanto Sunarto 1993;30-35) mengidentifikasikan lima agen sosialisasi utama yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan system pendidikan. Dalam hal ini agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Namun dalam permasalahan ini pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat mandiri perdesaan adalah Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), Badan Pengawas Desa (BPD), Kepala Desa (Kades)

2.1.4. Tipe Sosialisasi

(3)

dibentuk oleh pemerintah dan masyarakat yang memiliki tugas khusus dalam mensosialisasikan nilai, norma dan peranan-peranan yang harus dipelajari oleh masyarakat. Artinya adalah dalam menjalankan sebuah pembangunan perlu ada yang namanya lembaga yang memiliki aktor sebagai pensosialisasi terhadap masyarakat, dan aktor tersebut berfungsi untuk mengajarkan kepada masyarakat bagaimana dalam menjalankan nilai dan norma dalam pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut, dan memberitahu kapada masyarakat seperti apa peranan dari pada pembangunan program tersebut. Sosialisasi informal adalah sosialisasi yang terdapat dalam pergaulan sehari-hari yang bersifat kekeluargaan. Artinya adalah bahwasanya sosialisasi informal ini bisa terjalin dalam sesama masyarakat, yang melakukan diskusi tentang bagaimana pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut. (http://sharenexchange.blogspot.com/2010/02/sosialisasi-masyarakat8061.html diakses tanggal 21-02-2011 pukul 09.44)

2.1.5. Pola Sosialisasi

(4)

pemerintah. Sosialisasi partisipatoris merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku baik, hukuman dan imbalan bersifat simbolik, anak diberi kebebasan, penekanan diletakkan pada interaksi, komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, keperluan anak dianggap penting. Artinya adalah apabila masyarakat yang menerima program PNPM mandiri tersebut berhasil dalam memanfaatkan fasilitas program tersebut secara otomatis akan mendapat yang namanya pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dari pemerintah.

2.1.6. Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas PNPM Mandiri Perdesaan

(5)

Pensosialisasian cara-cara tersebut sangat perlu di berikan kepada masyarakat perdesaan, karena tanpa adanya sosialisasi yang diberikan, secara otomatis program yang didirikan tidak akan benar-benar efektif penggunaannya di dalam masyarakat. Dan pastinya akan banyak mengalami kekurangan-kekurangan yang dapat merugikan masyarakat, sehingga pada akhirnya masyarakat perdesaan tersebut akan tetap mengalami stagnan yang begitu susah untuk dirubah.

Pada dasarnya masyarakat yang baru-baru mengenal yang namanya konsep pembangunan demi untuk mensejahterakan kehidupannya dengan cara memberikan bantuan dalam bentuk pendirian berbagai macam pembangunan seharusnya perlu diberikan sosialisasi yang baik serta mematangkan pola pemikiran masyarakat bagaimana caranya dalam menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah kepada masyarakat tersebut. Karena dengan adanya sosialisasi yang baik dan benar yang diberikan kepada masyarakat tentunya akan mendapatkan imbalan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah selama ini.

(6)

pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut, sehingga pada akhirnya kegunaan dari pada fasilitas tersebut benar-benar efektif di dalam masyarakat perdesaan.

2.1.7. Teori Peran (Role Theory)

Sesuai dengan lanjutan teori sosialisasi, teori peran sangat berkaitan erat dengan yang namanya sosialisasi. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Walau Park menjelaskan dampak masyarakat atas perilaku kita dalam hubungannnya dengan peran, namun jauh sebelumnya Robert Linton (1936), seorang antropolog, telah mengembangkan teori peran. Teori peran menggambarkan interaksi social dalam terminology aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa yang di tetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

(7)

2.1.8. Teori Fungsional

Dengan adanya pemahaman tentang peranan dalam sebuah pembangunan akan saling melengkapai apabila dengan adanya konsep AGIL Suatu fungsi (function) adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan system (Rocher, 1975:40). Dengan menggunakan defenisi ini, Parson yakin bahwa ada empat fungsi penting diperlukan semua system Adaptation (Penyesuaian) A, Goal attainment (pencapaian tujuan) G, Integration (penyatuan) I, dan Latensi L atau pemeliharaan pola. Dengan adanya pola diatas dapat disimpulkan bahwa teori peran dalam konsep AGIL mendukung kajian tulisan peneliti melalui subbab sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan.

2.1.9. Prinsip-prinsip Pokok PNPM Mandiri Perdesaan

Dalam pelaksanaannya, PNPM mandiri perdesaan menekankan prinsip-prinsip pokok, yang terdiri dari:

1. Transparansi dan Akuntabilitas. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legal maupun administratif.

(8)

3. Keberpihakan pada orang/ masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

4. Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola. 5. Partisipasi/ pelibatan masyarakat. Masyarakat terlibat secara aktif dalam

setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan pembangunan.

6. Prioritas usulan. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.

7. Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut.

8. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.

(9)

2.2. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah atau defenisi yang dipergunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:37). Agar memperoleh pembatasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep sebagai beriku:

1. Sosialisasi adalah proses yang di transferkan atau di berikan oleh sebuah lembaga secara struktural kepada individu atau masyarakat yang bertujuan untuk menjalankan fungsi demi mencapai tujuan tertentu.

2. PNPM mandiri perdesaan adalah kebijakan atau program yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan yang dikhususkan kepada masyarakat perdesaan dengan berbasis memberdayakan masyarakat dan pembangunan partisipatif dengan tujuan pembangunan masyarakat secara berkelanjutan.

3. Masyarakat adalah sekumpulan individu atau kelompok yang mendiami sebuah permukiman dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti berladang, bersawah dan yang lainnya demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. 4. Pemanfaatan fasilitas adalah sarana dan prasarana yang dapat digunakan

(berdaya guna) untuk menunjang kegiatan masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Canon, dengan pengalaman berpuluh tahun di industri pencetakan, menghadirkan jajaran printer laser warna berkualitas dengan teknologi CAPT ( Canon Advanced Printing

Permasalahan puzzle yang diberikan haruslah memiliki jawaban yang unik (one solution). Metodologi Penelitian 2.1.. Puzzle hitori adalah puzzle logika yang diterbitkan tahun 1990

Pada hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada pegawai di Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Banjarmasin, masalah yang dihadapi oleh Dinas Perdagangan dan

D 23 April 2015 14:00 wib Yohanes Widodo - Yohanes Widodo LUKAS Nobertus Ribut Catherine Dianti 080903594 3. PENGARUH TINGKAT KEPERCAYAAN ENDOSER IKLAN TERHADAP MINAT BELI

 Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer  Tujuan: mengetahui kepekatan urine.  Alat

Selain belatung gelang, daerah Lampung juga memiliki beberapa jenis sanggul lainnya, yaitu Belattung Tebak (sanggul yang bentuknya malang), Belattung Miring (sanggul yang

In addition, Mustapa dangding represents a form of local literature that demonstrates Sufi experiences This local dimension is closely related to the grand narrative of

Ketika seorang anak sekolah berada pada suatu keadaan lingkungan yang tidak mendukung dan atau menyenangkan dan memiliki konsep diri rendah maka sangat rentan