8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Komunikasi
Dalam bahasa Inggris, kata komunikasi atau communication berasal dari kata latin communis yang memiliki arti “sama”, communication yang berarti
“membuat sama”. Wood (2012:3) menuliskan dalam bukunya bahwa komunikasi merupakan sebuah proses interaksi seseorang melalui simbol untuk menciptakan dan menafsirkan sebuah makna yang ada didalam pesan. Sesuatu yang abstrak bisa menandakan suatu hal, sehingga komunikasi juga menekankan pada simbol yang tidak hanya membahas tentang bahasa dan perilaku nonverbal, tetapi juga tentang seni dan musik.
Mulyana (2007:65) menuliskan definisi menurut Tubbs dan Moss bahwa
komunikasi sebagai proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih,
sedangkan Gudykunst dan Kim mendefinisikan komunikasi (antarbudaya)
sebagai proses pertukaran pesan atau informasi, simbolik yang melibatkan
pemberian makna antara orang-orang. West dan Turner (hal 5, edisi 3)
menyampaikan komunikasi merupakan proses sosial dimana individu-individu
menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan
makna dalam lingkungan mereka. Dari macam-macam pendapat pakar tentang
definisi komunikasi yang dijelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
komuniksi yang merupakan sebuah proses interaksi yang kaya akan simbol-
simbol yang digunakan oleh seseorang untuk menciptakan dan
menginterpretasikan makna.
9 Dalam penjelasan komunikasi kali ini, peneliti menggunakan salah satu contoh model komunikasi yaitu model milik Lasswell yang menjelaskan proses komunikasi berlangsung satu arah yaitu dari seseorang kepada orang lain baik secara langsung atau melalui media. Model Lasswell ini sering digunaka pada komunikasi massa yang komunikasinya cenderung satu arah, sehingga ia berpendapat bahwa tidak semua komunikasi bersifat dua arah.
Suprapto (2009:60-61) menuliskan bahwa, model komunikasi modern pertama kali diperkenalkan oleh Haold D. Lasswell yang dianggap model ini terlalu sederhana. Artikel milik Lasswell pada tahun 1948, ia menuliskan cara untuk mengatakan dengan benar sebuah tindakan komunikasi adalah dengan dapat menjawab pertanyaan- pertanyaan: who (siapa), say what (mengatakan apa), in which channel (dengan media apa), to whom (kepada siapa), with what effect (bagaimana efeknya). Berikut adalah komponen- komponen Model Lasswell:
Gambar 2.1
Sumber : Suprapto 2009, hal 62
Dalam penelitian ini, mural berperan sebagai komunikasi ekspresif, dimana
komunikasi ekspresif ini tidak bertujuan untuk mempengaruhi orang lain,
namun komunikasi tetap berlangsung sejauh komunikasi ini menjadi instrument
untuk menyampaikan pesan (emosi) dari komunikator. Emosi ini dapat
disampaikan melalui bentuk- bentuk seni seperti puisi, novel, musik, tarian atau
10 lukisan. Seperti pada lukisan-lukisan Raden Saleh yang memiliki warna-warna suram, yang ditafsirkan oleh para pengamat sebagai warna-warna yang menggambarkan suasana kejiwaan Raden Saleh yang prihatin dan tertekan dalam memahami masa penjajahan serta menyaksikan kaum-kamunya tertindas oleh penjajah (abad ke-19).
2.2 Konteks-konteks Komunikasi
Dalam komunikasi kita akan mengenal tentang konteks-konteks komunikasi atau dalam istilah yang sering digunakan adalah level, tipe, atau jenis. West dan Turner (hal 34,edisi3) menuliskan tujuh konteks komunikasi berikut ini:
1. Intrapersonal comunication (komunikasi interpribadi)
Intrapersonal comunication (komunikasi interpribadi) adalah proses komunikasi yang terjadi pada diri sendiri, yaitu berupa proses berfikir, merenung, mengingat-ingat sesuatu, mempresepsika, dan menyelesaikan masalah dalam kepala kita. Dalam komunikasi ini, kita terlibat dalam percakapan dengan diri sendiri untuk merancang hidup, memutuskan tindakan, dan mendorong untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
2. Interpersonal communication (komunikasi antarpribadi)
Interpersonal communication (komunikasi antarpribadi) adalah komunikasi yang terjadi secara langsung antar seseorang dengan orang lain.
Komunikasi ini lebih bersifat pribadi dalam arti pesan atau informasi yang
disampaikan hanya untuk kepentingan pribadi para pelaku komunikasi yang
terlibat.
11 3. Komunikasi kelompok kecil
Komunikasi kelompok kecil adalah sekumpulan beberapa orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Contoh komunikasi kelompok kecil dapat kita lihat pada kelompok terapi, kelompok sosial, komite pengambilan keputusan, dan tim kerja.
4. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi mencakup kegiatan komunikasi dalam suatu lingkungan organisasi yang besar dan luas. Komunikasi organisasi bersifat formal, yaitu komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah, komunikasi horizontal, dan informal yaitu komunikasi antar sejawat.
5. Komunikas Publik
Komunikasi Publik merupakan proses komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Ciri utama komunikasi publik tidak ada interaksi antara komunikan dan komunikator atau bersifat satu arah seperti pidato dan ceramah.
6. Komunikasi Massa
Komunikasi massa ini merupakan konteks komunikasi yang
mengarah pada khalayak yang sangat besar. Dalam komunikasi massa kita
akan mengenal media massa sebagai saluran atau pengiriman pesan untuk
diseberkan kepada khalayak dalam jumlah besar. Karena komunikasi massa
ini langsung mengarah pada khalayak dalam jumlah besar, komunikasi
massa cenderung bersifat satu arah. West dan Turner (2008:34) menuliskan
bahwa media massa dapat berupa surat kabar, video, CD-ROM, komputer,
radio, TV.
12 7. Komunikasi Lintas Budaya
Komunikasi lintas budaya merujuk pada komunikasi yang terjadi antar pribadi yang memilik latar belakang budaya yang berbeda. Latar belakang ini merupakan gaya hidup masyarakat yang terbentuk dari nilai- nilai, kepercayaan dan cara berinteraksi.
Menurut peneliti dari konteks-konteks komunikasi yang dijabarkan diatas, mural merupakan komunikasi massa. Dalam hal ini mural merupakan media pengirim pesan yang ditujukan pada khalayak dalam jumlah besar yang cenderung bersifat satu arah.
2.3 Bidang- Bidang Komunikasi
Ilmu komunikasi memiliki delapan jenis bidang. Dalam konteks komunikasi bidang dalam hal ini adalah aspek bidang kehidupan manusia sendiri. Delapan bidang ilmu komunikasi tersebut, yaitu:
1. Komunikasi Sosial
Komunikasi sosial merupakan suatu proses interaksi komunikator dalam menyampaikan amanat kepada komunikan dengan tujuan agar komunikan dapat memahami maksud yang dikehendaki komunikator baik secara verbal maupun nonverbal.
2. Komunikasi Organisasi
Merupakan komunikasi yang terjadi didalam suatu organisasi yang
bersifat formal maupun informal serta berlangsung dalam suatu jaringan
yang lebih besar dari komunikasi kelompok.
13 3. Komunikasi Bisnis
Komunikasi bisnis merupakan proses pertukaran informasi untuk mencapai efektivitas dan efisiensi diberbagai kegiatan internal dalam organisasi bisnis. Dalam kegiatan komunikasi bisnis, pesan yang disampaikan tidak hanya bersifat informatif, tetapi juga bersifat persuasif.
4. Komunikasi Politik
Merupakan proses pengiriman lambang- lambang atau simbol- simbol komunikasi yang memiliki pesan politik. Cangara (2009:35) menuliskan pendapat Meadow dalam Nimmo 2004 bahwa simbol- simbol atau pesan yang disampaikan secara signifikasi memiliki konsekuensi terhadap sistem politik.
5. Komunikasi Internasional
Komunikasi internasional adalah komunikasi yang dilakukan antara komunikator yang mewakili suatu negara untuk menyampaikan pesan- pesan yang berkaitan dengan kepentingan negaranya kepada komunikan yang mewakili negara lain dengan tujuan untuk memperoleh dukungan yang lebih luas.
6. Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi antara orang-orang
yang memiliki perbedaan budaya. Kebudayaan sendiri merupakan tatacara
hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang dan berlangsung
dari generasi kegenerasi.
14 7. Komunikasi Pembangunan
Komunikasi yang dirancang khusus untuk mendukung suatu program pembangunan. Komunikasi pembangunan memiliki peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik antara masyarakat dengan pemerintah.
8. Komunikasi Tradisional
Komunikasi tradisional adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media tradisional yang sudah lama digunakan di suatu tempat sebelum kebudayaan tersentuh oleh teknologi modern.
2.4 Media Komunikasi Massa
Menurut Berger dan Chaffe (1987:17) yang ditulis McQuail (2011:17), ilmu komunikasi mencoba untuk memahami produksi, pengelolaan dan efek dari sistem simbol dan sinyal dengan membangun teori yang dapat diuji, di dalamnya mengandung generalisasi yang sah dengan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, pengelolaan dan efek. Komunikasi massa merupakan komunikasi yang ditujukan pada khalayak luas sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh banyak khalayak namun hal ini bersifat satu arah.
Pada hakekatnya proses komunikasi massa merupakan proses pengiriman
lambang-lambang yang mengandung makna melalui channel atau media seperti,
media cetak (press), media auditif (radio), media visual (gambar, lukisan, mural),
atau media audio visual ( televise dan film) (Winarni, 2003:51). Media sendiri
merupakan alat yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan
15 kepada komunikan. Marshall McLuhan (2011:18) berpendapat “Medium adalah Pesan” (Medium is The Message), bahwa media yang digunakan untuk menyampaikan pesan sama pentingnya dengan pesan itu sendiri. Ia juga menuliskan
“any extension of ourselves” yaitu segala bentuk perpanjangan tangan manusia. McLuhan membagi media menjadi dua jenis, yaitu media panas dan media dingin. Media panas merupakan media yang tidak menuntut perhatian dan tidak membutuhkan daya imajinasi dari audience karena makna dari informasi dapat diterima dengan jelas, sedangkan media dingin menuntut partisipasi dalam memberikan makna karena audience harus menciptakan makna melalui imajinatifnya. McLuhan menggolangkan bertelpon, tatap muka, radio, foto, buku serta perkuliahan sebagai media panas, sedangakan televisi, seminar, film kartun sebagai media dingin.
2.5 Komunikasi Visual
Komunikasi visual didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang bertujuan untuk mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui media dalam menyampaikan pesan dan gagasan secara visual berupa bentuk dan gambar, tatanan huruf, serta komposisi warna yang telah diatur (Kusrianto,2009:2).
Komunikasi visual merupakan komunikasi yang menggunakan bahasa visual
dimana unsur dasar bahasa visualnya adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan
dapat dipakai untuk menyampaikan arti, makna, atau pesan. Gambar merupakan
simbol atau bahasa visual yang didalamnya mengandung struktur seperti garis,
warna, dan komposisi. Kusrianto (2007:30) menyebutkan dalam bukunya beberapa
unsur penting dalam visual yaitu, titik, garis, bidang, ruang dan warna. Menurut
Umar Hadi (1998) yang dituliskan Tinarbuko (2013: 32) sebagai bahasa,
16 komunikasi visual merupaka ungkapan ide dan pesan dari komunikator kepada komunikan yang ditunjukkan melalui simbol-simbol yang berwujud gambar, warna dan tulisan yang dipakai untuk menyampaikan arti, makna, atau pesan. Sobur (2006:132) menjelaskan bahwa mengkaji sebuah gambar berarti mengulik tentang tanda visual dan kata- kata.
Komunikasi visual dapat kita temuka pada mural dan grafitty. Graffity merupakan seni yang memiliki kompsisi warna, garis, bentuk, dan volum dalam membentuk tulisan sedangkan mural merupakan seni yang cenderung pada kumpulan dan bentuk-bentuk gambar. Perbedaan mural dan graffity ada pada objeknya, graffity menekankan pada kompsisi warna, garis, bentuk, dan volum yang membentuk tulisan atau sering disebut ”spay-can art”, sedangkan mural lebih menekankan pada kemampuan mengambar objek atau “drawing”.
2.6 Macam-macam Sifat Pesan Komunikasi dalam Mural
Membahas komunikasi, kita akan mengenal macam- macam sifat komunikasi, sebagai berikut:
1. Tatap Muka (Face to face)
Komunikasi yang menunjukkan komunikator berhadapan langsung dengan komunikannya serta memungkinkan terjadinya respon langsung dari keduanya.
Komunikator harus mampu mengirim pesan yang ingin disampaikan sehingga, komunikan mampu memahami pesan yang disampaikannya.
2. Bermedia
Komunikasi ini berlangsung dengan meggunakan perantara media dalam
menyampaikan informasi kepada komunikan. Media-media yang biasa
17 digunakan untuk menyampaikan komunikasi misalnya surat, koran, telpon, poster, majalah, radio, televisi, lukisan atau mural.
3. Komunikasi Verbal
Nurudin (2017:120) menuliskan bahwa komunikasi verbal merupkan bentuk komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan serta bunyi-bunyian. Bahasa lisan yaitu, Bahasa Daerah, Bahasa Indonesia, Bahasa Gaul dan sebagainya. Dalam situasi ini, bahasa verbal merupakan sarana utama untuk mengutarakan pikiran, perasaan. Sedangkan bahasa yang merupakan bunyi-bunyian merupakan komunikasi yang menyangkut tentang suara salah satunya pada musik.
4. Komunikasi Nonverbal
Sobur (2006:122) menuliskan bahwa komunikasi nonverbal merupakan komunikasi yang tidak menggunakan bahasa atau kata. Komunikasi nonverbal mencangkup tentang ekspresi wajah, bodylanguage, bahasa isyarat, suara, tanda-tanda yang diciptakan manusia seperti rambu-rabu lalu lintas, benda- benda yang bermakna kultural dan ritual seperti buah pinang muda menandakan daging. Kebanyakan tanda nonverbal juga tidak universal, seperti isyarat tangan atau gerakan tangan yang sama memiliki arti yang berbeda pada setiap daerah.
Kusrianto (2009:5) menuliskan bahwa komunikasi nonverbal merupakan
bagian dari komunikasi visual, seperti contohnya pada graffity dan mural. Sobur
(2006:124) menuliskan pendapat Budianto (2001:17-18) bahwa penerapan
semiotika pada tanda nonverbal memiliki tujuan untuk mencari dan menemukan
makna yang terkandung pada benda-benda atau sesuatu yang bersifat
18 nonverbal. Budianto (2001:15) juga menjelaskan bahwa bidang nonverbal berkaitan dengan benda konkret, nyata dan dapat dibuktikan oleh indera manusia. Pesan secara nonverbal dapat melalui tindakan atau isyarat tubuh atau melalui musik, lukisan, patung, tarian, dan lain- lain.
2.7 Mural sebagai Media Kritik Politik
Mas’oed (1997:47) menuliskan bahwa kritik sosial merupakan inovasi sosial dimana menjadi sarana komunikasi yang menilai gagasan-gagasan lama dan memunculkan yang baru berupa sosial. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kritik berarti tanggapan yang terkadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk suatu hasil karya dan pendapat. Sedangkan sosial memiliki arti berteman, bersama, berserikat, bermaksud untuk mengerti kejadian-kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama dalam bidang politik, sosial, budaya, pendidikan dan agama.
Permasalah yang muncul dimasyarakat mendorong perilaku kritik dikalangan
masyarakat. Frankfurt School menjelaskan bahwa kritik merupakan ungkapan
kesadaran yang dirasakan oleh kalangan yang tertindas shingga munculah sikap
memberontak. Hardiman (2003:50) menuliskan pendapat Freudian bahwa, kritik
merupaka pembebasan individu dan masyarakat dari ketidaksadaran menjadi
sebuah kesadaran yang ada pada kenyataan sosial, khususnya pada hubungan
idiologi-ideoligi dan hubungan kekuasaan. Mengkritik ketidak benaran dalam
masyarakat dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak harus dilakukan oleh ilmuwan,
tetapi mengkritik dapat pula dilakukan oleh ahli seni atau sering juga disebut
sebagai seniman.
19 Saat ini banyak media baru yang bermunculan sehingga mempermudah masyarakat dalam menyuarakan kritik khususnya pada pemerintah. Namun kritik dipandang sebagai citra buruk khususnya dalam ranah politik karena dapat menjadi ancaman bagi pihak-pihak politikus. Salah satu media yang dimanfaatkan sebagai media kritik politik adalah mural. Mural digunakan sebagai satu media untuk menyampaikan kritik politik melalui tembok di jalanan atau dikenal dengan istilah Street Art yang setiap gambarnya sarat akan makna.
Di dalam mural mengandung pesan yang ingin disampaikan oleh pembuatnya.
Selain sebagai estetika, dalam komunikasi mural digunakan untuk mencitrakan kondisi sekeliling, seperti kondisi sosial budaya, ekonomi, dan politik.
2.8 Pesan Kritik Politik dalam Mural
Secara etimologis politik berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Polis” yang berarti Negara Kota. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat baik secara konstitusional maupun non-konstitusional. Rakhmat (1989:8) menjelaskan dalam bukunya bahwa politik merupakan siapa mendapatkan apa, kapan dan bagaimana; pembagian nilai-nilai oleh yang berwenang; kekuasaan dan pemegang kekuasaan; pengaruh; tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan dan memperluas tindakan lainnya. Cangara (2009:28) menuliskan pendapat Budiardjo (2000) mengenai politik adalah segala bentuk yang dilakukan oleh sebuah negara yang menyangkut proses menentukan dan melaksanakan tujuan, memerlukan kebijaksanaan umum sebagai bertujuan mengatur sumber daya yang ada serta diperlukan kewenangan dan kekuasaan untuk melaksanakan kebijaksanaan itu.
Budiardjo menuliskan pendapat David Easton bahwa sistem politik merupakan
keseluruhan interaksi yang mengatur pembagian nilai-nilai secara autoritatif untuk
20 dan atas nama masyarakat. Dari beberapa defines mengenai politik di atas dapat disimpulkan bahwa politik merupakan sebuah segala bentuk kewenangan dan kekuasaan yang telah diatur digunakan untuk dan atas kepentingan rakyat.
Munculnya fenomena politik yang menghalalkan segala cara untuk untuk mendapatkan kekuasaan sehingga menyebabkan munculnya konflik tentang perbedaan etnis, terorris dan agama muncul itu disebabkan oleh politik. Roget’s Trusty Thesaurus dalam buku Cangara (2009:25) menjelaskan bahwa pelaku politik memiliki citra yang tidak baik, karena mereka sama dengan perbuatan korupsi, pembuat rusuh, tukang protera dan penipu. Budiarjo (2002) dalam buku yang dituliskan Cangara (2009:28) menyampaikan bahwa, kegiatan politik merupakan proses menentukan dan mewujudkan tujuan yang sedang dijalankan oleh suatu negara. Pendapat Eric Louw bahwa, politik mengusung sejumplah konsep kenegaraan, yaitu, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan, sertas alokasi sumber.
Di negara sosialis atau di negara yang sedang bergejolak, mural digunakan
sebagai dukungan hingga kritik terhadap pemerintah. Contohnya di Kuba sebagai
negara sosialis, bagi penduduk Kuba, Che Guevara adalah pahlawan yang hidup
selamanya. Mural di Kuba digunakan sebagai media doktrinasi dari ideologi
sosialis yang dianut negara tersebut karena itu. Sementara di Irlandia Utara mural
dipakai oleh kaum Katolik yang minoritas sebagai simbol pemberontakan terhadap
pemerintahan Republik Irlandia dan pemerintahan Inggris.
21
Gambar 2.2Gambar Mural di Kuba. Sumber: Wicandra, 131. Sumber: Jurnal DKV Universitas Petra Surabaya, 131
Gambar 2.3
Mural di Irlandia Utara yang dibuat oleh kaum pemberontak, IRA.
Sumber: Jurnal DKV Universitas Petra Surabaya, 131
Pada tahun1937 saat perang sipil Spanyol, Pablo Picasso menggunakan mural Guernica untuk memperingati peristiwa pengeboman yang dilakukan oleh tentara
Jepang pada desa kecil dengan mayoritas masyarakat Spanyol. Di Negara Irlandia
Utara, ditemukan lebih dari 2000 mural yang dihasilkan sejak tahun 1970 dengan
tema sentral Propaganda Politik. Sebelum adanya mural yang digunakan sebagai
media kritik politik bahkan sebelum mesin cetak ditemukan oleh Gutenberg di
Mainz Jerman pada tahun 1447, gambar-gambar karikatur yang menyindir
pemerintah telah dimuat oleh surat kabar. Salah satu gambar yang mengkritik pedas
para pejabat yang otoriter dan melakukan korupsi dengan menggambarkan kepala
manusia berbadan hewan singa.
22 2.9 Sejarah dan Perkembangan Mural di Indonesia
Dalam pengertian kontenporer, mural merupakan lukisan besar yang dibuat pada media dinding (interior maupun ekstertior), langit-langit atau pada bidang lainnya. Selain berfungsi sebagai interior maupun ekstertior, saat ini mural dimanfaatkan para seniman untuk mengkritik kondisi lingkungan sekitar mereka dari segi ekonomi, sosial, budaya dan politik. Pada dasarnya, gambar merupakan pengungkapan secara mental dan visual dari seseorang terhadap pengalaman atau respon yang diberikan dalam menanggapi suatu peristiwa melalui bentuk-bentuk garis dan warna.
Mural sudah berkembang sebelum peradapan modern, bahkan diperkirakan ada sejak 30.000-12.000 tahun sebelum masehi. Bukti perkembagan mural dapat dijumpai pada gambar pra sejarah di gua Altamira, Spanyol, dan Lascaux, Prancis, yang menggambarkan aktivitas berburu, meramu, dan aktivitas religius lainnya.
Pada tahun 1920-an, mural di Meksiko berkembang menjadi mural modern yang dipelopori oeh Diego Rivera, Jose Clemante, Orozco dan David Alvaro.
Mural di Indonesia mulai muncul sejak zaman kemerdekaan. Pada masa itu,
para pejuang Indonesia menyuarakan pendapat mereka melalui graffity secara
diam-diam dengan menggunakan alat dan kemampuan seadanya dengan
memanfaatkan dinding. Indonesia sebagai negara demokrasi membuat setiap orang
memiliki kebebasan untuk berpendapat terhadap situasi sosial dan politik. Macam-
macam media komunikasi yang digunakan untuk menyuarakan aspirasi
diantaranya, surat kabar, majalah, radio, televisi, lukisan serta media baru seperti
internet dan media sosial. Dari fenomena ini, mendorong para seniman untuk ikut
23 serta dalam menyalurkan aspirasinya menggunakan konsep seni (visual) yaitu menggunakan mural sebagai media komunikasi.
Surabaya merupakan salah satu kota yang mulai menunjukan eksistensinya terhadap mural. Berbagai komunitas bermunculan dan responsif pada kondisi sosial dan politik, sehingga tak jarang banyak mural yang tiba- tiba muncul di pagi hari karena menanggapi isu- isu yang happening. Pada akhirnya, tahun 2011 terbentuklah Serikat Mural Surabaya (SMS) yang ditunjukan untuk komunitas mural di Surabaya sebagai media aspirasi masyarakat.
2.10 Tanda-tanda pada Pesan dalam Mural sebagai Media Kritik Politik
Tanda merupakan pusat dari konsentrasi dalam pembahasan semiotika, karena semiotika digunakan sebagai analisis teks media dengan asumsi media yang dikomunikasikan tersebut adalah sebuah tanda. Suatu tanda menandakan ada sesuatu dalam suatu hal, dan makna merupakan adanya hubungan antara objek dan suatu tanda. Setiap model memiliki fokus pada elemen yang menyangkut kajian makna. Elemen-elemen makna yaitu, tanda, acuan tanda, dan penggunaan tanda.
Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, dapat diterima oleh indera, mengacu pada sesuatu yang diluar dirinya serta bergantung pada pengenalan dari penggunanya sendiri bahwa itu adalah tanda. Penelitian ini menggunakan model Peirce dengan alasan untuk membuktikan bahwa sebuah tanda ditentukan oleh objeknya.
Peirce memandang tanda, acuan tanda dan penggunaan tanda sebagai tiga titik
segitiga yang masing-masing saling terhubung satu sama lain. Peirce dalam buku
Fiske (2012:70) menjelaskan bahwa tanda merupakan sesuatu yang diciptakan
24 untuk mewakili objek, sehingga objek menciptakan sesuatu dibenak seseorang yang dinamakan interpretant. Interpretant merupakan konsep mental yang berasal dari pengguna tanda, pengguna tanda ini biasanya merupakan pembicara atau pendengar, penulis atau pembaca, pelukis atau penikmat lukisan.
Peirce mengidentifikasi hubungan segitiga antara tanda, pengguna, dan realitas eksternal sebagai model yang dibutuhkan untuk mempelajari makna. Ia menjelaskan bahwa tanda merupakan objek yang dapat mewakili sesuatu bagi seseorang, tanda yang ditunjukan pada seseorang artinya menciptakan tanda yang sepadan pada benak seseorang tersebut. Berikut adalah model segitiga yang dibuat oleh Peirce dapat kita lihat pada gambar 2.4 Elemen-elemen Makna Model Peirce:
Gambar 2.4 Elemen-elemen Makna Model Peirce Sumber: Fiske 2012,70
Maksud kedua panah yang ada diujung garis menekankan bahwa masing- masing istilah memiliki keterkaitan satu sama lain. Sebuah tanda mengacu pada suatu yang diluar dirinya merupakan penggambaran dari objek sedangkan pemahaman seseorang merupakan hasil efek dari benak merupakan interpretan.
Dalam buku Sobur (2006:34), Peirce (dalam Burger, 2000b:14)
menjelaskan tanda-tanda memiliki keterkaitan dengan objek-objek yang
25 menyerupainya, sedangkan keberadaan objek memiliki hubungan sebab-akibat dengan tanda-tanda tersebut. Peirce berpendapat bahwa tanda (sign) terdiri atas ikon, indeks, dan simbol. Peirce menggunakan istilah ikon untuk menunjukkan kesamaannya. Ikon merupakan tanda yang menggambarkan ciri utama atau kemiripan terhadap sesuatu objek, meskipun objek yang dimaksud tidak hadir, sedangkan indeks untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat atau keberadaannya berkaitan dengan objek individual dan simbol merupakan suatu tanda yang dapat diucapkan atau hubungan berdasarkan konvensi masyarakat.
Berikut table untuk lebih jelasnya:
TANDA IKON INDEKS SIMBOL
Ditandai dengan adanya
Persamaan
bentuk(kesamaan)
Hubungan sebab- akibat
Konvensi
Contohnya Gambar, lukisan, sketsa, patung, sosok tokoh penting
mendung/hujan Gejala/penyakit Bentol berair/ cacar
Kata-kata Isyarat
Proses Dapat dilihat Dapat diperkirakan Wajib dipelajari
Tabel 2.1 Tabel Trikonomi Peirce, Sumber: Berger, Athur Asa. 2000b, Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontenporer. Yogyakarta: PT Tiara wacana, 14. (Sobur:2006,34)
Simbol merupakan sesuatu yang dapat dianalogikan sebagai kata yang terkait dengan penafsiran pemakaian, kaidah pemakaian yang sesuai dengan jenis pemaknaannya, serta kreasi pemberian makna sesuai dengan intensi pemakaiannya.
Dalam bahasa komunikasi simbol memiliki istilah sebagai lambang yang digunakan
untuk menunjukan sesuatu sesuai kesepakatan bersama. Littlejohn (2014:154)
26 menuliskan bahwa simbol adalah sebuah instrument pemikiran, sehingga simbol merupakan konseptualisasi manusia tentang sesuatu. Mulyana (2000:84) dalam buku Sobur (2006:158) menuliskan bahwa hubungan antara tanda dengan objek dapat direpresentasikan oleh ikon dan indeks.
Berbeda dengan pendapat Saussure seorang ahli bahasa dari Swiss yang disebut sebagai pendiri linguistik modern dan terkenal dengan teori tandanya, dimana bahasa merupakan ketertarikan utama. Ia berpendapat bahwa tanda terdiri dari bentuk fisik yang ditambahkan sebuah konsep mental yang konsep-konsep tersebut merupakan tangkapan dari realitas eksternal. Artinya, tanda berhubungan dengan realitas hanya melalui konsep- konsep dari orang yang menggunakan tanda tersebut. Saussure berfokus pada bagaimana tanda-tanda (kata-kata) terkait dengan tanda-tanda lain, bukan bagaimana tanda terkait dengan objek seperti pendapat Peirce. Menurut Saussure tanda merupakan objek fisik yang memiliki makna, dalam hal ini ia memberikan istilah tanda terdiri dari penanda (signifier) atau petanda (signified). Menurutnya penanda merupakan gamabaran fisik nyata dari tanda ketika kita menerima coretan pada kertas, sedangkan penanda merupakan konsep mental yang mengacu pada gambaran fisik nyata dari tanda atau suatu konsep mental yang dibuat oleh manusia, ditentukan oleh budaya dimana mereka berada. Konsep mental merupakan bagian dari sistem linguistik atau semiotik yang digunakan oleh anggota budaya untuk melakukan komunikasi.
Dari penjelasan diatas, ada kesamaan antara model milik Saussure dan model
Pierce yaitu, signifier milik Saussure sama dengan sign milik Pierce sedangkan
signified milik Saussure sama dengan interpretant milik Pierce.
27
Gamabar 2.5 Elemen-elemen Makna Model SaussureSumber: Fiske 2012,73
Littlejohn (2006:154) menjelaskan bahwa, tanda (sign) merupakan sebuah stimulus yang menandakan kehadiran sesuatu. Fiske (2012:77) menuliskan bahwa makna merupakan hasil dari interaksi dinamis antara tanda, hasil interpretasi, dan objek, dalam hal ini objek muncul dalam konteks historis yang spesifik dan dapat berubah setiap waktu. Littlejohn (2006:155) menuliskana pendapat Langer bahwa makna merupakan sebuah hubungan komplek antara simbol, objek, dan manusia yang melibatkan denotasi (makna bersama) dan konotasi (makna pribadi). Dalam pandangan Roland Barthes yang dituiskan Sobur (2006:68), membahas panjang lebar tentang apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan. Sistem pemaknaan yang dimaksud Roland Barthes dinamai dengan konotatif, yang di dalam Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif.
Tabel 2.2 Peta Tanda RolandBarthes Sumber: Paul Cobley & Litza Jansz.
1999. Intriducing Semiotics. NY:
Totem Books, hlm.51(Sobur,2006:69)