• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bahasa Inggris, kata komunikasi atau communication berasal dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bahasa Inggris, kata komunikasi atau communication berasal dari"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Komunikasi

Dalam bahasa Inggris, kata komunikasi atau communication berasal dari kata latin communis yang memiliki arti “sama”, communication yang berarti

“membuat sama”. Wood (2012:3) menuliskan dalam bukunya bahwa komunikasi merupakan sebuah proses interaksi seseorang melalui simbol untuk menciptakan dan menafsirkan sebuah makna yang ada didalam pesan. Sesuatu yang abstrak bisa menandakan suatu hal, sehingga komunikasi juga menekankan pada simbol yang tidak hanya membahas tentang bahasa dan perilaku nonverbal, tetapi juga tentang seni dan musik.

Mulyana (2007:65) menuliskan definisi menurut Tubbs dan Moss bahwa

komunikasi sebagai proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih,

sedangkan Gudykunst dan Kim mendefinisikan komunikasi (antarbudaya)

sebagai proses pertukaran pesan atau informasi, simbolik yang melibatkan

pemberian makna antara orang-orang. West dan Turner (hal 5, edisi 3)

menyampaikan komunikasi merupakan proses sosial dimana individu-individu

menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan

makna dalam lingkungan mereka. Dari macam-macam pendapat pakar tentang

definisi komunikasi yang dijelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

komuniksi yang merupakan sebuah proses interaksi yang kaya akan simbol-

simbol yang digunakan oleh seseorang untuk menciptakan dan

menginterpretasikan makna.

(2)

9 Dalam penjelasan komunikasi kali ini, peneliti menggunakan salah satu contoh model komunikasi yaitu model milik Lasswell yang menjelaskan proses komunikasi berlangsung satu arah yaitu dari seseorang kepada orang lain baik secara langsung atau melalui media. Model Lasswell ini sering digunaka pada komunikasi massa yang komunikasinya cenderung satu arah, sehingga ia berpendapat bahwa tidak semua komunikasi bersifat dua arah.

Suprapto (2009:60-61) menuliskan bahwa, model komunikasi modern pertama kali diperkenalkan oleh Haold D. Lasswell yang dianggap model ini terlalu sederhana. Artikel milik Lasswell pada tahun 1948, ia menuliskan cara untuk mengatakan dengan benar sebuah tindakan komunikasi adalah dengan dapat menjawab pertanyaan- pertanyaan: who (siapa), say what (mengatakan apa), in which channel (dengan media apa), to whom (kepada siapa), with what effect (bagaimana efeknya). Berikut adalah komponen- komponen Model Lasswell:

Gambar 2.1

Sumber : Suprapto 2009, hal 62

Dalam penelitian ini, mural berperan sebagai komunikasi ekspresif, dimana

komunikasi ekspresif ini tidak bertujuan untuk mempengaruhi orang lain,

namun komunikasi tetap berlangsung sejauh komunikasi ini menjadi instrument

untuk menyampaikan pesan (emosi) dari komunikator. Emosi ini dapat

disampaikan melalui bentuk- bentuk seni seperti puisi, novel, musik, tarian atau

(3)

10 lukisan. Seperti pada lukisan-lukisan Raden Saleh yang memiliki warna-warna suram, yang ditafsirkan oleh para pengamat sebagai warna-warna yang menggambarkan suasana kejiwaan Raden Saleh yang prihatin dan tertekan dalam memahami masa penjajahan serta menyaksikan kaum-kamunya tertindas oleh penjajah (abad ke-19).

2.2 Konteks-konteks Komunikasi

Dalam komunikasi kita akan mengenal tentang konteks-konteks komunikasi atau dalam istilah yang sering digunakan adalah level, tipe, atau jenis. West dan Turner (hal 34,edisi3) menuliskan tujuh konteks komunikasi berikut ini:

1. Intrapersonal comunication (komunikasi interpribadi)

Intrapersonal comunication (komunikasi interpribadi) adalah proses komunikasi yang terjadi pada diri sendiri, yaitu berupa proses berfikir, merenung, mengingat-ingat sesuatu, mempresepsika, dan menyelesaikan masalah dalam kepala kita. Dalam komunikasi ini, kita terlibat dalam percakapan dengan diri sendiri untuk merancang hidup, memutuskan tindakan, dan mendorong untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

2. Interpersonal communication (komunikasi antarpribadi)

Interpersonal communication (komunikasi antarpribadi) adalah komunikasi yang terjadi secara langsung antar seseorang dengan orang lain.

Komunikasi ini lebih bersifat pribadi dalam arti pesan atau informasi yang

disampaikan hanya untuk kepentingan pribadi para pelaku komunikasi yang

terlibat.

(4)

11 3. Komunikasi kelompok kecil

Komunikasi kelompok kecil adalah sekumpulan beberapa orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Contoh komunikasi kelompok kecil dapat kita lihat pada kelompok terapi, kelompok sosial, komite pengambilan keputusan, dan tim kerja.

4. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi mencakup kegiatan komunikasi dalam suatu lingkungan organisasi yang besar dan luas. Komunikasi organisasi bersifat formal, yaitu komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah, komunikasi horizontal, dan informal yaitu komunikasi antar sejawat.

5. Komunikas Publik

Komunikasi Publik merupakan proses komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Ciri utama komunikasi publik tidak ada interaksi antara komunikan dan komunikator atau bersifat satu arah seperti pidato dan ceramah.

6. Komunikasi Massa

Komunikasi massa ini merupakan konteks komunikasi yang

mengarah pada khalayak yang sangat besar. Dalam komunikasi massa kita

akan mengenal media massa sebagai saluran atau pengiriman pesan untuk

diseberkan kepada khalayak dalam jumlah besar. Karena komunikasi massa

ini langsung mengarah pada khalayak dalam jumlah besar, komunikasi

massa cenderung bersifat satu arah. West dan Turner (2008:34) menuliskan

bahwa media massa dapat berupa surat kabar, video, CD-ROM, komputer,

radio, TV.

(5)

12 7. Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi lintas budaya merujuk pada komunikasi yang terjadi antar pribadi yang memilik latar belakang budaya yang berbeda. Latar belakang ini merupakan gaya hidup masyarakat yang terbentuk dari nilai- nilai, kepercayaan dan cara berinteraksi.

Menurut peneliti dari konteks-konteks komunikasi yang dijabarkan diatas, mural merupakan komunikasi massa. Dalam hal ini mural merupakan media pengirim pesan yang ditujukan pada khalayak dalam jumlah besar yang cenderung bersifat satu arah.

2.3 Bidang- Bidang Komunikasi

Ilmu komunikasi memiliki delapan jenis bidang. Dalam konteks komunikasi bidang dalam hal ini adalah aspek bidang kehidupan manusia sendiri. Delapan bidang ilmu komunikasi tersebut, yaitu:

1. Komunikasi Sosial

Komunikasi sosial merupakan suatu proses interaksi komunikator dalam menyampaikan amanat kepada komunikan dengan tujuan agar komunikan dapat memahami maksud yang dikehendaki komunikator baik secara verbal maupun nonverbal.

2. Komunikasi Organisasi

Merupakan komunikasi yang terjadi didalam suatu organisasi yang

bersifat formal maupun informal serta berlangsung dalam suatu jaringan

yang lebih besar dari komunikasi kelompok.

(6)

13 3. Komunikasi Bisnis

Komunikasi bisnis merupakan proses pertukaran informasi untuk mencapai efektivitas dan efisiensi diberbagai kegiatan internal dalam organisasi bisnis. Dalam kegiatan komunikasi bisnis, pesan yang disampaikan tidak hanya bersifat informatif, tetapi juga bersifat persuasif.

4. Komunikasi Politik

Merupakan proses pengiriman lambang- lambang atau simbol- simbol komunikasi yang memiliki pesan politik. Cangara (2009:35) menuliskan pendapat Meadow dalam Nimmo 2004 bahwa simbol- simbol atau pesan yang disampaikan secara signifikasi memiliki konsekuensi terhadap sistem politik.

5. Komunikasi Internasional

Komunikasi internasional adalah komunikasi yang dilakukan antara komunikator yang mewakili suatu negara untuk menyampaikan pesan- pesan yang berkaitan dengan kepentingan negaranya kepada komunikan yang mewakili negara lain dengan tujuan untuk memperoleh dukungan yang lebih luas.

6. Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi antara orang-orang

yang memiliki perbedaan budaya. Kebudayaan sendiri merupakan tatacara

hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang dan berlangsung

dari generasi kegenerasi.

(7)

14 7. Komunikasi Pembangunan

Komunikasi yang dirancang khusus untuk mendukung suatu program pembangunan. Komunikasi pembangunan memiliki peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik antara masyarakat dengan pemerintah.

8. Komunikasi Tradisional

Komunikasi tradisional adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media tradisional yang sudah lama digunakan di suatu tempat sebelum kebudayaan tersentuh oleh teknologi modern.

2.4 Media Komunikasi Massa

Menurut Berger dan Chaffe (1987:17) yang ditulis McQuail (2011:17), ilmu komunikasi mencoba untuk memahami produksi, pengelolaan dan efek dari sistem simbol dan sinyal dengan membangun teori yang dapat diuji, di dalamnya mengandung generalisasi yang sah dengan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, pengelolaan dan efek. Komunikasi massa merupakan komunikasi yang ditujukan pada khalayak luas sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh banyak khalayak namun hal ini bersifat satu arah.

Pada hakekatnya proses komunikasi massa merupakan proses pengiriman

lambang-lambang yang mengandung makna melalui channel atau media seperti,

media cetak (press), media auditif (radio), media visual (gambar, lukisan, mural),

atau media audio visual ( televise dan film) (Winarni, 2003:51). Media sendiri

merupakan alat yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan

(8)

15 kepada komunikan. Marshall McLuhan (2011:18) berpendapat “Medium adalah Pesan” (Medium is The Message), bahwa media yang digunakan untuk menyampaikan pesan sama pentingnya dengan pesan itu sendiri. Ia juga menuliskan

“any extension of ourselves” yaitu segala bentuk perpanjangan tangan manusia. McLuhan membagi media menjadi dua jenis, yaitu media panas dan media dingin. Media panas merupakan media yang tidak menuntut perhatian dan tidak membutuhkan daya imajinasi dari audience karena makna dari informasi dapat diterima dengan jelas, sedangkan media dingin menuntut partisipasi dalam memberikan makna karena audience harus menciptakan makna melalui imajinatifnya. McLuhan menggolangkan bertelpon, tatap muka, radio, foto, buku serta perkuliahan sebagai media panas, sedangakan televisi, seminar, film kartun sebagai media dingin.

2.5 Komunikasi Visual

Komunikasi visual didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang bertujuan untuk mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui media dalam menyampaikan pesan dan gagasan secara visual berupa bentuk dan gambar, tatanan huruf, serta komposisi warna yang telah diatur (Kusrianto,2009:2).

Komunikasi visual merupakan komunikasi yang menggunakan bahasa visual

dimana unsur dasar bahasa visualnya adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan

dapat dipakai untuk menyampaikan arti, makna, atau pesan. Gambar merupakan

simbol atau bahasa visual yang didalamnya mengandung struktur seperti garis,

warna, dan komposisi. Kusrianto (2007:30) menyebutkan dalam bukunya beberapa

unsur penting dalam visual yaitu, titik, garis, bidang, ruang dan warna. Menurut

Umar Hadi (1998) yang dituliskan Tinarbuko (2013: 32) sebagai bahasa,

(9)

16 komunikasi visual merupaka ungkapan ide dan pesan dari komunikator kepada komunikan yang ditunjukkan melalui simbol-simbol yang berwujud gambar, warna dan tulisan yang dipakai untuk menyampaikan arti, makna, atau pesan. Sobur (2006:132) menjelaskan bahwa mengkaji sebuah gambar berarti mengulik tentang tanda visual dan kata- kata.

Komunikasi visual dapat kita temuka pada mural dan grafitty. Graffity merupakan seni yang memiliki kompsisi warna, garis, bentuk, dan volum dalam membentuk tulisan sedangkan mural merupakan seni yang cenderung pada kumpulan dan bentuk-bentuk gambar. Perbedaan mural dan graffity ada pada objeknya, graffity menekankan pada kompsisi warna, garis, bentuk, dan volum yang membentuk tulisan atau sering disebut ”spay-can art”, sedangkan mural lebih menekankan pada kemampuan mengambar objek atau “drawing”.

2.6 Macam-macam Sifat Pesan Komunikasi dalam Mural

Membahas komunikasi, kita akan mengenal macam- macam sifat komunikasi, sebagai berikut:

1. Tatap Muka (Face to face)

Komunikasi yang menunjukkan komunikator berhadapan langsung dengan komunikannya serta memungkinkan terjadinya respon langsung dari keduanya.

Komunikator harus mampu mengirim pesan yang ingin disampaikan sehingga, komunikan mampu memahami pesan yang disampaikannya.

2. Bermedia

Komunikasi ini berlangsung dengan meggunakan perantara media dalam

menyampaikan informasi kepada komunikan. Media-media yang biasa

(10)

17 digunakan untuk menyampaikan komunikasi misalnya surat, koran, telpon, poster, majalah, radio, televisi, lukisan atau mural.

3. Komunikasi Verbal

Nurudin (2017:120) menuliskan bahwa komunikasi verbal merupkan bentuk komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan serta bunyi-bunyian. Bahasa lisan yaitu, Bahasa Daerah, Bahasa Indonesia, Bahasa Gaul dan sebagainya. Dalam situasi ini, bahasa verbal merupakan sarana utama untuk mengutarakan pikiran, perasaan. Sedangkan bahasa yang merupakan bunyi-bunyian merupakan komunikasi yang menyangkut tentang suara salah satunya pada musik.

4. Komunikasi Nonverbal

Sobur (2006:122) menuliskan bahwa komunikasi nonverbal merupakan komunikasi yang tidak menggunakan bahasa atau kata. Komunikasi nonverbal mencangkup tentang ekspresi wajah, bodylanguage, bahasa isyarat, suara, tanda-tanda yang diciptakan manusia seperti rambu-rabu lalu lintas, benda- benda yang bermakna kultural dan ritual seperti buah pinang muda menandakan daging. Kebanyakan tanda nonverbal juga tidak universal, seperti isyarat tangan atau gerakan tangan yang sama memiliki arti yang berbeda pada setiap daerah.

Kusrianto (2009:5) menuliskan bahwa komunikasi nonverbal merupakan

bagian dari komunikasi visual, seperti contohnya pada graffity dan mural. Sobur

(2006:124) menuliskan pendapat Budianto (2001:17-18) bahwa penerapan

semiotika pada tanda nonverbal memiliki tujuan untuk mencari dan menemukan

makna yang terkandung pada benda-benda atau sesuatu yang bersifat

(11)

18 nonverbal. Budianto (2001:15) juga menjelaskan bahwa bidang nonverbal berkaitan dengan benda konkret, nyata dan dapat dibuktikan oleh indera manusia. Pesan secara nonverbal dapat melalui tindakan atau isyarat tubuh atau melalui musik, lukisan, patung, tarian, dan lain- lain.

2.7 Mural sebagai Media Kritik Politik

Mas’oed (1997:47) menuliskan bahwa kritik sosial merupakan inovasi sosial dimana menjadi sarana komunikasi yang menilai gagasan-gagasan lama dan memunculkan yang baru berupa sosial. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kritik berarti tanggapan yang terkadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk suatu hasil karya dan pendapat. Sedangkan sosial memiliki arti berteman, bersama, berserikat, bermaksud untuk mengerti kejadian-kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama dalam bidang politik, sosial, budaya, pendidikan dan agama.

Permasalah yang muncul dimasyarakat mendorong perilaku kritik dikalangan

masyarakat. Frankfurt School menjelaskan bahwa kritik merupakan ungkapan

kesadaran yang dirasakan oleh kalangan yang tertindas shingga munculah sikap

memberontak. Hardiman (2003:50) menuliskan pendapat Freudian bahwa, kritik

merupaka pembebasan individu dan masyarakat dari ketidaksadaran menjadi

sebuah kesadaran yang ada pada kenyataan sosial, khususnya pada hubungan

idiologi-ideoligi dan hubungan kekuasaan. Mengkritik ketidak benaran dalam

masyarakat dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak harus dilakukan oleh ilmuwan,

tetapi mengkritik dapat pula dilakukan oleh ahli seni atau sering juga disebut

sebagai seniman.

(12)

19 Saat ini banyak media baru yang bermunculan sehingga mempermudah masyarakat dalam menyuarakan kritik khususnya pada pemerintah. Namun kritik dipandang sebagai citra buruk khususnya dalam ranah politik karena dapat menjadi ancaman bagi pihak-pihak politikus. Salah satu media yang dimanfaatkan sebagai media kritik politik adalah mural. Mural digunakan sebagai satu media untuk menyampaikan kritik politik melalui tembok di jalanan atau dikenal dengan istilah Street Art yang setiap gambarnya sarat akan makna.

Di dalam mural mengandung pesan yang ingin disampaikan oleh pembuatnya.

Selain sebagai estetika, dalam komunikasi mural digunakan untuk mencitrakan kondisi sekeliling, seperti kondisi sosial budaya, ekonomi, dan politik.

2.8 Pesan Kritik Politik dalam Mural

Secara etimologis politik berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Polis” yang berarti Negara Kota. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat baik secara konstitusional maupun non-konstitusional. Rakhmat (1989:8) menjelaskan dalam bukunya bahwa politik merupakan siapa mendapatkan apa, kapan dan bagaimana; pembagian nilai-nilai oleh yang berwenang; kekuasaan dan pemegang kekuasaan; pengaruh; tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan dan memperluas tindakan lainnya. Cangara (2009:28) menuliskan pendapat Budiardjo (2000) mengenai politik adalah segala bentuk yang dilakukan oleh sebuah negara yang menyangkut proses menentukan dan melaksanakan tujuan, memerlukan kebijaksanaan umum sebagai bertujuan mengatur sumber daya yang ada serta diperlukan kewenangan dan kekuasaan untuk melaksanakan kebijaksanaan itu.

Budiardjo menuliskan pendapat David Easton bahwa sistem politik merupakan

keseluruhan interaksi yang mengatur pembagian nilai-nilai secara autoritatif untuk

(13)

20 dan atas nama masyarakat. Dari beberapa defines mengenai politik di atas dapat disimpulkan bahwa politik merupakan sebuah segala bentuk kewenangan dan kekuasaan yang telah diatur digunakan untuk dan atas kepentingan rakyat.

Munculnya fenomena politik yang menghalalkan segala cara untuk untuk mendapatkan kekuasaan sehingga menyebabkan munculnya konflik tentang perbedaan etnis, terorris dan agama muncul itu disebabkan oleh politik. Roget’s Trusty Thesaurus dalam buku Cangara (2009:25) menjelaskan bahwa pelaku politik memiliki citra yang tidak baik, karena mereka sama dengan perbuatan korupsi, pembuat rusuh, tukang protera dan penipu. Budiarjo (2002) dalam buku yang dituliskan Cangara (2009:28) menyampaikan bahwa, kegiatan politik merupakan proses menentukan dan mewujudkan tujuan yang sedang dijalankan oleh suatu negara. Pendapat Eric Louw bahwa, politik mengusung sejumplah konsep kenegaraan, yaitu, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan, sertas alokasi sumber.

Di negara sosialis atau di negara yang sedang bergejolak, mural digunakan

sebagai dukungan hingga kritik terhadap pemerintah. Contohnya di Kuba sebagai

negara sosialis, bagi penduduk Kuba, Che Guevara adalah pahlawan yang hidup

selamanya. Mural di Kuba digunakan sebagai media doktrinasi dari ideologi

sosialis yang dianut negara tersebut karena itu. Sementara di Irlandia Utara mural

dipakai oleh kaum Katolik yang minoritas sebagai simbol pemberontakan terhadap

pemerintahan Republik Irlandia dan pemerintahan Inggris.

(14)

21

Gambar 2.2

Gambar Mural di Kuba. Sumber: Wicandra, 131. Sumber: Jurnal DKV Universitas Petra Surabaya, 131

Gambar 2.3

Mural di Irlandia Utara yang dibuat oleh kaum pemberontak, IRA.

Sumber: Jurnal DKV Universitas Petra Surabaya, 131

Pada tahun1937 saat perang sipil Spanyol, Pablo Picasso menggunakan mural Guernica untuk memperingati peristiwa pengeboman yang dilakukan oleh tentara

Jepang pada desa kecil dengan mayoritas masyarakat Spanyol. Di Negara Irlandia

Utara, ditemukan lebih dari 2000 mural yang dihasilkan sejak tahun 1970 dengan

tema sentral Propaganda Politik. Sebelum adanya mural yang digunakan sebagai

media kritik politik bahkan sebelum mesin cetak ditemukan oleh Gutenberg di

Mainz Jerman pada tahun 1447, gambar-gambar karikatur yang menyindir

pemerintah telah dimuat oleh surat kabar. Salah satu gambar yang mengkritik pedas

para pejabat yang otoriter dan melakukan korupsi dengan menggambarkan kepala

manusia berbadan hewan singa.

(15)

22 2.9 Sejarah dan Perkembangan Mural di Indonesia

Dalam pengertian kontenporer, mural merupakan lukisan besar yang dibuat pada media dinding (interior maupun ekstertior), langit-langit atau pada bidang lainnya. Selain berfungsi sebagai interior maupun ekstertior, saat ini mural dimanfaatkan para seniman untuk mengkritik kondisi lingkungan sekitar mereka dari segi ekonomi, sosial, budaya dan politik. Pada dasarnya, gambar merupakan pengungkapan secara mental dan visual dari seseorang terhadap pengalaman atau respon yang diberikan dalam menanggapi suatu peristiwa melalui bentuk-bentuk garis dan warna.

Mural sudah berkembang sebelum peradapan modern, bahkan diperkirakan ada sejak 30.000-12.000 tahun sebelum masehi. Bukti perkembagan mural dapat dijumpai pada gambar pra sejarah di gua Altamira, Spanyol, dan Lascaux, Prancis, yang menggambarkan aktivitas berburu, meramu, dan aktivitas religius lainnya.

Pada tahun 1920-an, mural di Meksiko berkembang menjadi mural modern yang dipelopori oeh Diego Rivera, Jose Clemante, Orozco dan David Alvaro.

Mural di Indonesia mulai muncul sejak zaman kemerdekaan. Pada masa itu,

para pejuang Indonesia menyuarakan pendapat mereka melalui graffity secara

diam-diam dengan menggunakan alat dan kemampuan seadanya dengan

memanfaatkan dinding. Indonesia sebagai negara demokrasi membuat setiap orang

memiliki kebebasan untuk berpendapat terhadap situasi sosial dan politik. Macam-

macam media komunikasi yang digunakan untuk menyuarakan aspirasi

diantaranya, surat kabar, majalah, radio, televisi, lukisan serta media baru seperti

internet dan media sosial. Dari fenomena ini, mendorong para seniman untuk ikut

(16)

23 serta dalam menyalurkan aspirasinya menggunakan konsep seni (visual) yaitu menggunakan mural sebagai media komunikasi.

Surabaya merupakan salah satu kota yang mulai menunjukan eksistensinya terhadap mural. Berbagai komunitas bermunculan dan responsif pada kondisi sosial dan politik, sehingga tak jarang banyak mural yang tiba- tiba muncul di pagi hari karena menanggapi isu- isu yang happening. Pada akhirnya, tahun 2011 terbentuklah Serikat Mural Surabaya (SMS) yang ditunjukan untuk komunitas mural di Surabaya sebagai media aspirasi masyarakat.

2.10 Tanda-tanda pada Pesan dalam Mural sebagai Media Kritik Politik

Tanda merupakan pusat dari konsentrasi dalam pembahasan semiotika, karena semiotika digunakan sebagai analisis teks media dengan asumsi media yang dikomunikasikan tersebut adalah sebuah tanda. Suatu tanda menandakan ada sesuatu dalam suatu hal, dan makna merupakan adanya hubungan antara objek dan suatu tanda. Setiap model memiliki fokus pada elemen yang menyangkut kajian makna. Elemen-elemen makna yaitu, tanda, acuan tanda, dan penggunaan tanda.

Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, dapat diterima oleh indera, mengacu pada sesuatu yang diluar dirinya serta bergantung pada pengenalan dari penggunanya sendiri bahwa itu adalah tanda. Penelitian ini menggunakan model Peirce dengan alasan untuk membuktikan bahwa sebuah tanda ditentukan oleh objeknya.

Peirce memandang tanda, acuan tanda dan penggunaan tanda sebagai tiga titik

segitiga yang masing-masing saling terhubung satu sama lain. Peirce dalam buku

Fiske (2012:70) menjelaskan bahwa tanda merupakan sesuatu yang diciptakan

(17)

24 untuk mewakili objek, sehingga objek menciptakan sesuatu dibenak seseorang yang dinamakan interpretant. Interpretant merupakan konsep mental yang berasal dari pengguna tanda, pengguna tanda ini biasanya merupakan pembicara atau pendengar, penulis atau pembaca, pelukis atau penikmat lukisan.

Peirce mengidentifikasi hubungan segitiga antara tanda, pengguna, dan realitas eksternal sebagai model yang dibutuhkan untuk mempelajari makna. Ia menjelaskan bahwa tanda merupakan objek yang dapat mewakili sesuatu bagi seseorang, tanda yang ditunjukan pada seseorang artinya menciptakan tanda yang sepadan pada benak seseorang tersebut. Berikut adalah model segitiga yang dibuat oleh Peirce dapat kita lihat pada gambar 2.4 Elemen-elemen Makna Model Peirce:

Gambar 2.4 Elemen-elemen Makna Model Peirce Sumber: Fiske 2012,70

Maksud kedua panah yang ada diujung garis menekankan bahwa masing- masing istilah memiliki keterkaitan satu sama lain. Sebuah tanda mengacu pada suatu yang diluar dirinya merupakan penggambaran dari objek sedangkan pemahaman seseorang merupakan hasil efek dari benak merupakan interpretan.

Dalam buku Sobur (2006:34), Peirce (dalam Burger, 2000b:14)

menjelaskan tanda-tanda memiliki keterkaitan dengan objek-objek yang

(18)

25 menyerupainya, sedangkan keberadaan objek memiliki hubungan sebab-akibat dengan tanda-tanda tersebut. Peirce berpendapat bahwa tanda (sign) terdiri atas ikon, indeks, dan simbol. Peirce menggunakan istilah ikon untuk menunjukkan kesamaannya. Ikon merupakan tanda yang menggambarkan ciri utama atau kemiripan terhadap sesuatu objek, meskipun objek yang dimaksud tidak hadir, sedangkan indeks untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat atau keberadaannya berkaitan dengan objek individual dan simbol merupakan suatu tanda yang dapat diucapkan atau hubungan berdasarkan konvensi masyarakat.

Berikut table untuk lebih jelasnya:

TANDA IKON INDEKS SIMBOL

Ditandai dengan adanya

Persamaan

bentuk(kesamaan)

Hubungan sebab- akibat

Konvensi

Contohnya Gambar, lukisan, sketsa, patung, sosok tokoh penting

mendung/hujan Gejala/penyakit Bentol berair/ cacar

Kata-kata Isyarat

Proses Dapat dilihat Dapat diperkirakan Wajib dipelajari

Tabel 2.1 Tabel Trikonomi Peirce, Sumber: Berger, Athur Asa. 2000b, Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontenporer. Yogyakarta: PT Tiara wacana, 14. (Sobur:2006,34)

Simbol merupakan sesuatu yang dapat dianalogikan sebagai kata yang terkait dengan penafsiran pemakaian, kaidah pemakaian yang sesuai dengan jenis pemaknaannya, serta kreasi pemberian makna sesuai dengan intensi pemakaiannya.

Dalam bahasa komunikasi simbol memiliki istilah sebagai lambang yang digunakan

untuk menunjukan sesuatu sesuai kesepakatan bersama. Littlejohn (2014:154)

(19)

26 menuliskan bahwa simbol adalah sebuah instrument pemikiran, sehingga simbol merupakan konseptualisasi manusia tentang sesuatu. Mulyana (2000:84) dalam buku Sobur (2006:158) menuliskan bahwa hubungan antara tanda dengan objek dapat direpresentasikan oleh ikon dan indeks.

Berbeda dengan pendapat Saussure seorang ahli bahasa dari Swiss yang disebut sebagai pendiri linguistik modern dan terkenal dengan teori tandanya, dimana bahasa merupakan ketertarikan utama. Ia berpendapat bahwa tanda terdiri dari bentuk fisik yang ditambahkan sebuah konsep mental yang konsep-konsep tersebut merupakan tangkapan dari realitas eksternal. Artinya, tanda berhubungan dengan realitas hanya melalui konsep- konsep dari orang yang menggunakan tanda tersebut. Saussure berfokus pada bagaimana tanda-tanda (kata-kata) terkait dengan tanda-tanda lain, bukan bagaimana tanda terkait dengan objek seperti pendapat Peirce. Menurut Saussure tanda merupakan objek fisik yang memiliki makna, dalam hal ini ia memberikan istilah tanda terdiri dari penanda (signifier) atau petanda (signified). Menurutnya penanda merupakan gamabaran fisik nyata dari tanda ketika kita menerima coretan pada kertas, sedangkan penanda merupakan konsep mental yang mengacu pada gambaran fisik nyata dari tanda atau suatu konsep mental yang dibuat oleh manusia, ditentukan oleh budaya dimana mereka berada. Konsep mental merupakan bagian dari sistem linguistik atau semiotik yang digunakan oleh anggota budaya untuk melakukan komunikasi.

Dari penjelasan diatas, ada kesamaan antara model milik Saussure dan model

Pierce yaitu, signifier milik Saussure sama dengan sign milik Pierce sedangkan

signified milik Saussure sama dengan interpretant milik Pierce.

(20)

27

Gamabar 2.5 Elemen-elemen Makna Model Saussure

Sumber: Fiske 2012,73

Littlejohn (2006:154) menjelaskan bahwa, tanda (sign) merupakan sebuah stimulus yang menandakan kehadiran sesuatu. Fiske (2012:77) menuliskan bahwa makna merupakan hasil dari interaksi dinamis antara tanda, hasil interpretasi, dan objek, dalam hal ini objek muncul dalam konteks historis yang spesifik dan dapat berubah setiap waktu. Littlejohn (2006:155) menuliskana pendapat Langer bahwa makna merupakan sebuah hubungan komplek antara simbol, objek, dan manusia yang melibatkan denotasi (makna bersama) dan konotasi (makna pribadi). Dalam pandangan Roland Barthes yang dituiskan Sobur (2006:68), membahas panjang lebar tentang apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan. Sistem pemaknaan yang dimaksud Roland Barthes dinamai dengan konotatif, yang di dalam Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif.

Tabel 2.2 Peta Tanda RolandBarthes Sumber: Paul Cobley & Litza Jansz.

1999. Intriducing Semiotics. NY:

Totem Books, hlm.51(Sobur,2006:69)

Sobur (2006:69) menampilkan peta tanda Roland Barthes seperti pada table 2.2

yang memperlihatkan bahwa tanda denotatif terdiri atas penanda dan petanda yang

pada saat bersamaan pula, tanda denotatif merupakan penanda konotatif. Sehingga,

(21)

28 dalam konsep milik Roland Barthes, tanda konotatif tidak hanya sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.

Dalam semioligi Roland Barthes, denotasi merupakan sistem signifikasi tigkat pertama dimana denotasi justru diasosiasikan dengan ketertutupan makna, sedangkan konotasi merupakan tingkat kedua. Sobur (2006:71) menjelaskan kerangka Roland Barthes bahwa, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebut sebagai mitos. Denotasi merupakan makna yang dimiliki oleh perorangan, sedangkan konotasi merupakan suatu hal yang memiliki latar belakang tertentu seperti budaya, sehingga memiliki makna yang telah disepakati bersama.

Mural muncul diruang publik memiliki peran untuk mewakili atau mengarah pada sesuatu, maka keberadaan mural ini menunjukan adanya suatu tanda atau sign.

Machmud (2016:206) menuliskan ada sembilan macam semiotik, yaitu : 1. Semiotik analitik adalah semiotik yang menganalisis sistem tanda.

2. Semiotik deskriptif merupakan semiotik yang memfokuskan pada sistem tanda yang dapat kita alami saat ini meskipun ada tanda yang sejak dulu tetap. Contohnya langit mendung menandakan hujan.

3. Semiotik faunal yaitu semiotik yang memfokuskan pada sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan.

4. Semiotik kultural merupakan semiotik yang fokus pada sistem tanda dalam kebudayaan masyarakat.

5. Semiotik naratif yaitu semiotik yang berfokus pada sistem tanda yang

berwujud cerita lisan dan mitos-motos.

(22)

29 6. Semiotik natural adalah semiotik yang fokus pada sistem tanda alam.

7. Semiotik Sosial adalah semiotik yang membedah tentang sistem tanda yang dihasilkan manusia berwujud lambang kata atau berupa kalimat.

8. Semiotik Normatif merupakan semiotik tentang sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma.

9. Semiotik Struktural yaitu semiotik yang membahas tentang sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.

Tanda jika dipandang melalui metafora merupakan sesuatu yang digambarkan dengan perantara benda yang lain, sehingga pokok pertama langsung berhubungan dengan pokok kedua. Pembandingan dalam metafora bisa kita temukan pada citra yang memiliki sejumlah komponen makna yang salah satu dari komponen makna tersebut relevan dengan topik. Didalam metafora terdiri atas tiga bagian yaitu, topik yang merupakan benda atau hal yang dibicarakan, citra sebagai bagian dari metaforis dari majas yang digunakan untuk mengekspresikan topik dalam rangka perbandingan, dan titik kemiripan yang merupakan bagian yang memperlihatkan kesamaan antara topik dan citra.

Menurut Keraf (1992:137), metafora merupakan analogi kualitatif. Dalam

pengertian kualitatif, analogi meganggap kemiripan hubungan sifat antara dua

perangkat istilah yang akhirnya berkembang menjadi bahasa kiasan. Metafora

termasuk dalam gaya bahasa kiasan, gaya yang terbentuk berdasarkan

perbandingan atau persamaan, maksudnya mencoba menemukan ciri-ciri yang

menunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut. Contoh perbandingan yang

termasuk dalam gaya bahasa kiasan, seperti “Matanya seperti bintang timur”.

(23)

30 Sedangkan metomini menurut pandangan Keraf (1992:142) sebagai bagian dari sinekdok yang dibagi menjadi dua yaitu pars pro toto adalah pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek dan totum pro parte adalah pengungkapan keseluruhan objek tetapi yang dimaksud hanya sebagian.

Parera (2004:121) menyebut metonimia sebagai hubungan kemaknaan. Lain halnya dengan metafora, metonimia muncul dengan kata-kata yang sudah diketahui dan saling berhubungan. Metonimia merupakan sebuta pengganti untuk merepresentasikan sebuah objek atau perbuatan dengan atribut yang melekat pada objek atau perbuatan yang bersangkutan. Misalnya, “rokok kretek” dikatakan

“belikan saya kretek”.

Parera (2004:121-122) berpendapat bahwa metomini dapat dikelompokkan bedasarkan atribut yang mendasarinya, seperti metonimia dengan relasi tempat, relasi waktu, relasi atribut (pars prototo), metonimia berelasi penemu atau pencipta, dan metonimi berdasarkan perbuatan. Metonimia berdasarkan atribut tempat menurut Parera dapat ditemukan pada “Pasar Blok M” disingkat “Blok M” sebagai singkatan nama bioskop yang terkenal di tempat tersebut pada masa tertentu, yakni

“bioskop Majestik”. Sedangkan metonimi berdasarkan unsur bagian untuk

seluruhnya atau disebut tipe pars pro toto contohnya pada Militer atau tentara

Nasional Indonesia (TNI) dikenal dengan sebutan “baju hijau”, kelompok pasukan

tentara Angkatan Darat yang khusus disebut dengan “Baret Merah”.

Gambar

Gambar Mural di Kuba. Sumber: Wicandra, 131. Sumber: Jurnal DKV Universitas Petra  Surabaya, 131
Gambar 2.4 Elemen-elemen Makna Model Peirce  Sumber: Fiske 2012,70
Tabel 2.1 Tabel Trikonomi Peirce, Sumber: Berger, Athur Asa. 2000b, Tanda-tanda dalam  Kebudayaan Kontenporer
Tabel 2.2  Peta Tanda RolandBarthes  Sumber:  Paul  Cobley  &  Litza  Jansz.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian pada tema ke tiga ini yaitu delapan dari sepuluh partisipan mengatakan suami tidak pernah memberikan tanggapan terhadap perubahan kehidupan/

Kemampuan berbicara ini merupakan kemampuan mengolah kalimat untuk mengungkapkan sesuatu secara jelas dan mudah dipahami yang memungkinkan untuk memvisualisasikan atau

Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur acoustic backscattering strength dasar perairan pada berbagai tipe substrat di perairan Selat Gaspar dan sekitarnya...

sekitar 2 L/hari, akan tetapi pada hari ke 41 sampai hari ke 45, COD mulai naik lagi. Hari ke 45 tersebut produksi gas metan turun menjadi 1,248 L/hari. Akan tetapi baru 5

namun jika kita terus melatih diri untuk selalu memuji Tuhan, kita akan beroleh kekuatan untuk memuji dia apa pun keadaan kita seperti daud yang memuji Tuhan bukan hanya

Pandangan filosofis tentang hakikat sekolah itu sendiri dan hakikat masyarakat, dan bagaimana hubungan antara keduanya. a) Sekolah adalah bagian yang integral

Nilai faktor C harian (berbasis hari hujan) ditentukan dengan membandingkan jumlah erosi yang terjadi pada plot erosi dengan penggunaan lahan atau tanaman