• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menstruasi

2.1.1 Definisi Menstruasi

Menstruasi adalah proses keluarnya darah pada dinding rahim (endometrium) yang terjadi secara rutin setiap bulannya yang keluar melalui vagina (Setiawati, 2015). Menstruasi merupakan pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Sarida Surya Manurung, 2017). Menstruasi dapat terjadi karena adanya peran dari beberapa hormon yang terdapat didalam tubuh khususnya hormon reproduksi pada wanita seperti esterogen, progesterone, FSH dan LH. Perubahan panjang dan keteraturan siklus menstruasi menunjukkan adanya perubahan produksi hormon yang bekerja pada saat menstruasi atau hormon reproduksi. Produksi hormon reproduksi yang tidak seimbang akan menyebabkan gangguan pada siklus menstruasi (S. A Putri, 2017).

2.1.2 Siklus Menstruasi

Siklus Menstruasi yaitu jarak antara tanggal terjadinya menstruasi yang lalu dan terjadina menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Karena terjadinya menstruasi tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar menstruasi dari ostiumuteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan kurang lebih 1 hari. Disebut siklus menstruasi pendek antara

(2)

15 – 23 hari dan siklus panjang antara 35 – 45 hari masih dianggap normal. Ada sejumlah wanita yangg siklusnya teratur, sementara ada pula yang bervariasi sampai dengan 7 hari. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi yang klasik ialah 28 hari. Rata-rata panjang siklus menstruasi pada perempuan 12 tahun ialah 25, 1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari, dan pada wanita usia 55 tahun 51,9 hari. Jadi, sebenarnya panjang siklus menstruasi 28 hari itu tidak sering dijumpai dan hanya 10-15 % perempuan memeliki siklus 28 hari (Khairunnisa & Sukohar, 2018).

Panjang siklus menstruasi dihitung dari jarak antara tanggal terjadinya menstruasi yang lalu dan terjadinya menstruasi berikutnya. Hari terjadinya perdarahan dinamakan hari pertama siklus (Pengesti, Pranajaya, & Nurchairina, 2019).

2.1.3 Mekanisme Menstruasi

Mekanisme Terjadinya Menstruasi (S. A Putri, 2017), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi yaitu:

a. Siklus Endometrium

Siklus endometrium terdiri dari empat fase, yaitu: 1. Fase Menstruasi

Pada fase ini terjadi pada hari ke 1 – 5. Ketika kadar esterogen dan progesteron menurun atau bahkan hilang maka menyebabkan pembuluh darah pada endometrium menegang, sehingga menyebabkan suplai oksigen menurun. Karena tidak terjadi kehamilan maka endometrium mengalami degenerasi yang ditandai dengan meluruhnya sel – sel pada dinding uterus. Pecahnya pembuluh darah dalam endometrium

(3)

menyebabkan darah dan sel – sel tersebut keluar melalui vagina. Yang dikenal dengan menstruasi yang berlangsung antara 5 – 7 hari.

Gambar 2.1.3.1 Fase menstruasi

2. Fase Proliferasi

Terjadi pada hari ke 11 – 17. Kadar esterogen yang meningkat menyebabkan kadar LH juga meningkat sehingga terjadi ovulasi. Ovum dilepas oleh folikel dan bergerak sepanjang tuba fallopi. Pada saat seperti ini, wanita tersebut dalam masa fertil atau subur sehingga ovum siap dibuahi.

(4)

Gambar 2.1.3.2 Fase proliferasi

3. Fase Sekresi/Luteal

Fase ini terjadi pada hari ke 18 – 28. Pada saat melepaskan ovum / ovulasi, folikel Graaf pecah dan dalam keadaan kosong. Hormon LH merangsang folikel Graaf yang kosong sehingga membentuk korpus luteum. Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi menyiapkan dan memelihara endometrium untuk proses implantasi.

Pada saat ini endometrium menjadi tebal dan lembut, serta dilengkapi banyak pembuluh darah. Jika ovum tidak mengalami fertilisasi atau tidak ada kehamilan, korpus luteum berdegenerasi menjadi korpus albicans sehingga progesteron dan esterogen menurun bahkan menghilang.

(5)

Gambar 2.1.3.3 Fase sekresi

4. Fase reparasi atau folikel

Terjadi pada hari ke 6 – 10. Merupakan tahap penyembuhan pembuluh darah yang pecah setelaah terjadinya menstruasi. Pada akhir siklus menstruasi kelenjar hipotalamus memproduksi hormon GnRH, yang berfungsi menstimulasi kelenjar hipofisis agar mensekresikan hormon LH dan FSH.

Hormon FSH berfungsi merangsang perkembangan folikel, sehingga ukuran folikel bertambah besar. Folikel akan terus berkembang oleh hormon FSH membentuk folikel yang matang dan menghasilkan hormon estrogen. Hormon FSH mnuurun sedangkan hormon estrogen terus meningkat.hormon estrogen berfungsi merangsang pertumbuhan endometrium, yaitu dengan mempertebal lapisan endometrium dan membentuk pembuluh darah serta kelenjar

(6)

Gambar 2.1.3.4 Fase reparasi atau folikel

a. Siklus Ovulasi

Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH, kemudian hipofisis mengeluarkan LH. Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungisional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungisional endometrium tidak dapat bertahan dan akhir nyaluruh.

(7)

b. Siklus Hipofisis-Hipotalamus

Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadara estrogen dan progesteron darah menurun, kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi Gonadotropin Realising Hormone (GnRH). Sebalikanya GnRH menstimulasi sekresi Folikel Stimulating Hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan GnRH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan Luteinizing Hormone (LH). LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteun menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi.

2.1.4 Keluhan Pada Saat Menstruasi

Keluhan saat mentruasi (Sarida Surya Manurung, 2017) mengatahan beberapa keluhan yang muncul saat mentruasi :

1. Premenstrual Tension

Premenstrual tension atau ketegangan pra menstruasi adalah keluhan-keluhan yang biasanya muncul mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya menstruasi dan menghilang sesudah menstruasi, walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai menstruasi berhenti.

(8)

2. Mestodinia

Mastodinia adalah nyeri pada payudara dan pembesaran payudara sebelum menstruasi.

3. Mittleschemrz

Mittleschmerz adalah rasa nyeri saat ovulasi, akibat pecahnya folikel de Graff dapat juga disertai dengan perdarahan/bercak.

4. Dismenore

Dismenore adalah nyeri menstruasi menjelang atau selama menstruasi sampai membuat perempuan tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah.

2.2 Dismenore

2.2.1 Definisi Dismenore

Masalah menstruasi yang dialami banyak wanita yang dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman atau rasa nyeri yang hebat, hal ini biasa disebut dismenore atau dysmenorrhea. (Salsabilla Alifah Putri, Yunus, & Fanani, 2017). Nyeri yang hebat ini bahkan mempengaruhi aktivitas sehari-hari, sehingga memaksa penderita beristirahat dan meninggalkan pekerjaan atau kegiatan sehari-harinya. Sebagian besar perempuan mengalami rasa tidak enak pada perut bagian bawah saat mengalami menstruasi. Uterus atau rahim terdiri dari otot yang juga berelaksasi dan berkontraksi. Umumnya kontraksi otot uterus tidak akan dirasakan, tetapi kontraksi yang hebat dan sering menyebabkan

(9)

aliran darah ke uterus terganggu hingga menimbulkan rasa nyeri. (Salsabilla Alifah Putri et al., 2017)

Menurut (Fatmawati et al., 2016) Dismenore adalah sakit saat menstruasi yang dapat menyebabkan gangguan fisik seperti mual, lemas, dan diare dan dapat mengganggu aktivitas. Dismenore ditimbulkan oleh kontraksi otot perut secara terusmenerus saat mengeluarkan darah. Kontraksi dengan frekuensi yang sering dapat menyebabkan otot menegang.(Utami & Prastika, 2015)

2.2.2 Klasifikasi Dismenore

Menurut (Rusli, Angelina, & Hadiyanto, 2019) nyeri haid atau dismenore dibagi menjadi 2 jenis dismenore primer dan dismenore sekunder

a. Dismenore primer

Nyeri saat menstruasi dengan anatomi panggul normal. Biasanya dimulai saat remaja. Rasa nyeri akan dirasakan sebelum atau bersamaan dengan permulaan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa jam. Timbul sejak haid pertama kali (menarch) dan keluhan sakit akan berkurang setelah menikah dan langsung hilang setelah hamil. Dismenore primer memiliki ciri khas yaitu merasakan nyeri haid saat menstruasi, nyeri perut bawah dimulai saat haid dan berakhir selama kurang lebih 8 jam, nyeri punggung, sakit, mual dan muntah.

(10)

Ada beberapa penyebab terjadinya dismenore primer yaitu : (Dr. Heni Setyowati ER, S.Kp, 2018)

1. Faktor endokrin, rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus. Endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 sehingga menyebabkan kontraksi otot – otot polos. Jika kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran darah, maka selain dismenore dapat dijumpai efek lainnya seperti nausea, muntah, diare, flushing.

2. Kelainan organik seperti retrofleksia uterus, hipoplasma uterus, obstruksi kanalis servikali, mioma submukosum bertangkai, polip endometrium.

3. Faktor kejiwaan atau gangguan psikis seperti rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, konflik kewanitaannya, dan imaturitas.

4. Faktor konstitusi seperti anemia, penyakit menahun, dapat memengaruhi timbulnya dismenore.

5. Faktor alergi penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset ada hubungan antara dismenore dengan urtikaria, migren, dan asma bronkiale.

b. Dismenore sekunder

Merupakan nyeri mesntruasi yang ditandai dengan adanya kelainan panggul yang nyata. Terjadi akibat berbagai kondisi patologis seperti endometriosis, salfingitis, adenomiosis uteri, stenosis serviks, kista ovarium, mioma uteri dan

(11)

lain-lain Sering terjadi pada usia lebih dari 30 tahun dimana semakin bertambahnya umur rasa nyeri akan semakin buruk.

Dapat terjadi kapan saja setelah menarch (haid pertama), peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenore sekunder, namun secara pengertian harus ada penyakit pelvis yang menyertai (concomitant pelvic pathology). Penyebab yang umum termasuk : endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD (Intrauterine Device). (Wahyuni & Oktaviani, 2018)

Sedangkan menurut (Agustin & Cahyaningtyas, 2017) nyeri haid atau dismenore dapat digolongkan 2 jenis yaitu :

1. Spasmodik

Jenis dismenore ini terasa dibagian bawah perut berawal sebelum masa haid mulai. Banyak penderita terpaksa meninggalkan aktivitasnya karena tidak mampu mengerjakan apapun.

2. Kongestif

Jenis dismenore ini akan terjadi pada waktu sebelum haid. Biasanya penderita akan merasa lelah, pegal-pegal serta tidak enak badan disekujur tubuh dan aktivitas sedikit terganggu

2.2.3 Tanda dan Gejala Dismenore Primer

Menstruasi menyebabkan gangguan sikologis atau fisik. Sesungguhnya mereka mungkin menderita berbagai subtype ketegangan sindrom premenstruasi. Perubahan suasana hati yang paling banyak dirasakan oleh wanita pada masa sebelum menstruasi

(12)

tersebut datang dan mereda saat menstruasi tiba. Gejala fisik yang nampak misalnya kenaikan berat badan, buah dada yang nyeri, sakit kepala, migrain, pegal dan nyeri, gangguan pada kulit serta nafsu makan yang berlebihan. Gejala psikologis yang muncul misalnya ketegangan, rasa cepat marah, depresi, kelesuan, dan berkurangnya daya konsentrasi (Larasati & Alatas, 2016)

2.2.4 Faktor Risiko Kejadian Dismenore

Menurut (Irianti, 2018) terdapat beberapa faktor penyebab dismenore pada remaja yaitu:

1. Usia Menarche dini, pada fase ini terjadi dismenore jauh lebih tinggi 2. Menstruasi, masa mestruasi yang panjang mengakibatkan dismenor

yang parah

3. Riwayat keluarga dengan keluhan dismenore 4. Indek masa tubuh tidak normal

5. Gizi dan kegemukan (obesitas) merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya dismenore. Dengan kebiasaan mengkonsumsi yang berlemak dapat meningkatkan hormon prostaglandin yang dapat menyebabkan dismenore.

6. Faktor psikologi, remaja yang secara emosional tidak stabil, apalagi tidak memahami tentang proses haid, mudah mengalami dismenore dan stres emosional.

2.2.5 Dampak dari kejadian Dismenore

Keadaan dismenore tersebut menyebabkan menurunnya kualitas hidup perempuan sebagai contoh siswi atau mahasiswi yang mengalami dismenore primer

(13)

mereka tidak dapat melakukan kegiatan olahraga atau berkonsentrasi dalam belajar karena rasa nyeri yang mereka rasakan begitu hebat, penurunan kualitas hidup ini juga dapat dirasakan oleh perempuan yang sudah bekerja karena nyeri haid yang hebat aktifitas kerja mereka jadi terganggu sehingga mereka tidak dapat melakukan tugas mereka dengan maksimal (Rahmatun & Dirgantari, 2016). Pada saat mengalami dismenorhea, mereka tidak dapat berkonsentrasi dalam proses belajar – mengajar sampai tertidur didalam kelas bahkan sampai meminta izin untuk pulang karena tidak tahan dengan nyeri yang dialam (Salamah, 2019). Ada juga selain itu dampak yang terjadi jika dismenore tidak ditangani adalah gangguan aktifitas hidup sehari-hari, gelisah, depresi, Retrograd menstruasi (menstruasi yang bergerak mundur), infertilitas (kemandulan), kehamilan tidak terdeteksi, ektopik pecah, kista pecah, perforasi rahim dari IUD dan infeksi. Gangguan yang umumnya terjadi pada perempuan saat menstruasi adalah darah menstruasi yang sangat banyak (menorrhagia) dan timbul rasa sakit saat menstruasi (Fitriana, 2017). Ada dua jenis yaitu dampak dismenore jangka pendek jika tidak teratasi akan mengakibatkan gangguan aktivitas sehari-hari. Sedangkan pada dampak jangka panjang akan menimbulkan menstruasi yang bergerak mundur, kehamilan tidak terdeteksi etopik pecah, kista pecah, perorasi rahim dari IUD dan infeksi (Larasati & Alatas, 2016).

2.3 Tingkat Stres 2.3.1 Definisi Stres

Stres adalah suatu ketegangan, tekanan batin, dan konflik (Marizka, 2018). Menurut (Donsu, J. D. T, 2019) stres merupakan interaksi antar individu dengan lingkungan. Stres juga diartikan sebagai tekanan, ketegangan, gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang, dimana suatu respon pada individu

(14)

yang mengalami suatu keadaan yang mengganggu sehingga menggerakkan seseorang untuk mengatasinya (Wuri, Eka, & Fitri, 2018). Stres pada remaja dapat mengakibatkan penyakit fisik, yang bisa muncul akibat lemahnya dan rendahnya daya tahan tubuh seseorang pada saat stress menyerang. (Pengesti et al., 2019)

Stress yang dialami remaja dapat mengganggu sistem reproduksi. Salah satunya gangguan reproduksi yang dialami remaja adalah dismenore. Hal ini terkait dengan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya dismenore, yang salah satunya adalah kondisi psokologis. (Marizka, 2018) Faktor penyebab utama dalam perkembangan gangguan stres disebut sebagai stressor (Berlianawati, 2016).

Faktor-faktor yang dapat mempengatuhi stres pada remaja dapat berasal dari faktor fisiologis misalnya kondisi tubuh ketika wanita mengalami menstruasi disertai dengan nyeri, maupun faktor psikologis seperti hubungan sosial, masalah sehari-hari, perasaan marah, dan depresi (Kimata, 2018).

2.3.2 Sumber Stres

Sumber stres pada seorang remaja berasal dari dalam tubuh karena adanya perubahan fisik yang dapat berubah seiring dengan berkembangnya individu, tetapi kondisi stres dapat terjadi setiap saat selama hidup berlangsung. Berikut ini sumber-sumber stres menurut (Manurung, 2016) antara lain :

1. Diri individu

Sumber stres diri individu ini hal yang berkaitan dengan adanya konflik dikarenakan dapat menghasilkan dua kecenderungan yaitu approach conflict (muncul ketika kita tertarik terhadap dua tujuan yang sama – sama baik) dan

(15)

avoidance conflict (muncul ketika kita dihadapkan pada satu pilihan antara dua situasi yang tidak menyenangkan).

2. Keluarga

Sumber stres keluarga menjelaskan bahwa perilaku, kebutuhan dan kepribadian dari setiap anggota keluarga berdampak pada interaksi dengan orang – orang dari anggota lain dalam keluarga yang dapat menyebabkan stres. Faktor keluarga yang cenderung dapat memungkinkan menyebabkan stres adalah hadirnya anggota baru, perceraian dan adanya keluarga yang sakit. 3. Komunikasi dan masyarakat

Kontak dengan orang di luar keluarga menyediakan banyak sumber stres. Misalnya, pengalaman anak di sekolah dan persaingan. Adanya pengalaman -pengalaman seputar dengan pekerjaan dan juga dengan lingkungan yang dapat menyebabkan seseorang menjadi stres.

2.3.3 Macam – macam stress

Seorang remaja mengalami macam-macam stres diantaranya stres yang merugikan atau merusak disebut sebagai distress dan stres yang menguntungkan atau membangun yang disebut sebagai eustres. Adapun macam-macam stress pada remaja menurut (Lestari, 2015) sebagai berikut:

a. Eustres (tidak stres) adalah seseorang yang dapat mengatasi stres dan tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh.

(16)

b. Distres (stres) adalah pada saat seseorang menghadapi stres terjadi gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga pada organ tubuh tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

2.3.4 Penyebab stress

Adapun tipe kejadian yang dapat menyebabkan stres pada remaja menurut (Lestari, 2015) antara lain :

a. Daily hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang setiap hari seperti masalah sekolah dan sebagainya.

b. Personal stressor yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat atau kehilangan besar terhadap sesuatu yang terjadi pada level individual seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya. Umur adalah salah satu faktor penting yang menjadi penyebab stres, semakin bertambah umur sesorang, semakin mudah mengalami stres. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor fisiologis yang telah mengalami kemunduran dalam berbagai kemampuan seperti kemampuan visual, berpikir, mengingat dan mendengar. Pengalaman kerja juga mempengaruhi munculnya stres kerja.

c. Appraisal yaitu penilaian terhadap suatu keadaan yang dapat menyebabkan stres disebut stres appraisal. Menilai suatu keadaan yang dapat mengakibatkan stres tergantung dari dua faktor, yaitu faktor yang berhubungan dengan orangnya (personal factors) dan faktor yang berhubungan dengan situasinya. Personal factors didalamnya termasuk intelektual, motivasi, dan personality characteritics. Selanjutnya masih

(17)

ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat stres yaitu kondisi fisik, ada tidaknya dukungan sosial, harga diri, gaya hidup dan juga tipe kepribadian tertentu.

2.3.5 Respon stress

Menurut (Donsu, J. D. T, 2019) Respon stress adalah respon tubuh yang bersifat non spesifik terhadap setiap tuntutan beban diatasnya Stres dapat dikonseptualisasikan dari berbagai macam titik atau pandang, yaitu:

1. Stres sebagai stimulus

Pendekatan pada lingkungan dan gambaran stress sebagai stimulus atau variabel bebas. Individu akan menemui stressor secara terus-menerus dan akan memunculkan coping (cara mengatasi masalah).

2. Stres sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan

Proses ini fokus pada reaksi seseorang terhadap sresor dan menggambarkan stres sebagai respon . Stres ini tidak bisa dilihat hanya akibatnya saja yang bisa dilihat.

3. Stres sebagai interaksi

Pendekatan ini menggambarkan stress sebagai reaksi individu terhadap lingkungan. Dalam proses hubungan ini juga termasuk proses penyesuaian.

Menurut (Priyanti. & Mustikasari., 2014) Respon stress pada remaja dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu :

1. Respon psikologis : kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung, perasaan frustasi, marah, perasaan terkucil dan terasing,

(18)

Kehilangan konsentrasi, kehilangan kreativitas serta menurunnya rasa percaya diri.

2. Respon fisiologis : jantung berdebar-debar, muka pucat, gangguan gastrointestinal, gangguan pernafasan, gangguan pada kulit (timbul jerawat, kedua telapak tangan dan kaki berkeringat), sering buang air kecil, mulut dan bibir terasa kering, sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot serta gangguan tidur

3. Respon perilaku: menunda dan menghindari pekerjaan, menurunnya prestasi, perilaku makan yang tidak normal yang mengarah ke obesitas dan penurunan berat badan, serta menurunnya kualitas hubungan inter personal dengan keluarga dan teman.

2.3.6 Jenis Stres

Menurut (Donsu, J. D. T, 2019) ada dua tipe stress pada remaja yaitu: 1. Stress akut

Stress ini dikenal juga dengan fight or flight response. Stress akut adalah respon tubuh anda terhadap ancaman terentu, tantangan atau ketakutan. Respon stress akut yang segera dan intensif di beberapa keadaan dapat menimbulkan gemetaran.

2. Stress kronis

Stress akut kecil dapat memberikan keuntungan, dimana dapat membantu seseorang untuk melakukan sesuatu, motivasi dan memberikan semangat. Namun masalah terjadi katika stress akut menimbun, hal ini akan mendorong terjadinya masalah kesehatan seperti sakit kepala, insomnia dan

(19)

nyeri saat menstruasi. Stress kronis lebih sulit dipisahkan atau diatasi dari pada stress akut, tapi efeknya lebih pajang dan lebih problematik.

2.3.7 Dampak Stres

Dampak stress pada remaja, remaja yang tidak mampu mengatasi stres akan mengalami beberapa dampak dalam kehidupan sehari-harinya. Stres tidak hanya berpengaruh pada kondisi kesehatan, namun juga akan berpengaruh pada sistem reproduksi misalnya siklus menstruasi lebih lambat (Noviandari & Winarni, 2015). Stres pada remaja dapat berpengaruh pada kesehatan dengan dua cara, pertama perubahan yang diakibatkan oleh stres secara langsung mempengaruhi fisik sistem tubuh yang dapat mempengaruhi kesehatan. Kedua secara tidak langsung stres mempengaruhi perilaku individu sehingga menyebabkan timbulnya penyakit atau memperburuk kondisi yang sudah ada. Kondisi dari stres ini terdiri dari beberapa gejala menurut (Hawari, 2011) antara lain :

1. Gejala Biologis

Ada beberapa gejala fisik yang dirasakan ketika seseorang sedang mengalami stres diantaranya sakit kepala yang berlebihan, tidur menjadi tidak nyenyak, gangguan pencernaan, hilangnya nafsu makan, gangguan kulit, dan produksi keringat yang berlebihan di seluruh tubuh.

2. Gejala Kognisi

Gangguan daya ingat (menurunya daya ingat dan mudah lupa suatu hal), perhatian dan konsentrasi yang berkurang sehingga seseorang tidak fokus dalam melakukan suatu hal.

(20)

3. Gejala Emosional

Seperti mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih dan depresi.

2.3.8 Pencegahan stress

Pencegahan stress pada remaja menurut (Hawari, 2011) antara lain:

a. Olah raga Salah satunya dapat meningkatkan daya tahan dan kekebalan baik fisik maupun mental. Olahraga tidak perlu yang mahal-mahal, bahkan tanpabiaya sekalipun setiap orang dapat melakukanya. Misalnya jalan pagi, senam yang dilakukan setiap hari atau paling tidak 2 kali seminggu. Olahraga tidak perlu berlama lama, bila badan sudah berkeringat dapat dianggap cukup memadai, dan kemudian mandilah dengan air hangat.

b. Berat badan yang berlebihan (kegemukan atau obesitas) dapat menurunkan daya tahan dan kekebalan tubuh terhadap stres. Oleh karena itu berat badan hendaknya seimbang dengan tinggi badan (tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus).

c. Aktivitas lainya seperti dikalangan orang barat yang tidak melakukan pendekatan psikoreligius dalam upaya seseorang untuk meningkatkan daya tahan kekebalan terhadap stres dilakukan aktivitas seperti relaksasi, meditasi, yoga dan lain sebagainya yang pada hakekatnya hal-hal tersebut dapat dilakukan dalam ruang lingkup pengalaman ibadah agama. Misalnya, bagi pemeluk agama islam hal tersebut diatas dapat dilakukan

(21)

dengan menjalankan sholat 5 waktu, ditambah dengan sholat malam (tahajud) disertai dengan berdoa dan berdzikir.

2.3.9 Tingkat Stres

Tingkatan stres pada remaja yang dibagi menjadi tiga bagian menurut (Hawari, 2011) antara lain :

1. Stress ringan

Stres ringan adalah stressor yang dihadapi yang bisa berlangsung beberapa menit atau jam. Contohnya adalah dimarahi dosen, kemacetan. Pada stres ringan ini disertai dengan tanda dan gejala seperti:

a. Kesulitan bernafas.

b. Bibir kering.

c. Lemas.

d. Keringat berlebihan ketika temperatur tidak panas.Takut tanpa ada alasan yang tidak jelas.

e. Merasa lega jika situasi berakhir. 2. Stress sedang

Stres sedang adalah stres yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan seseorang. Pada stres sedang ini disertai dengan tanda dan gejala seperti:

a. Mudah marah.

b. Sulit untuk beristirahat. c. Mudah tersinggung. d. Gelisah.

(22)

3. Stress berat

Stres berat adalah stres kronis yang terjadi dalam beberapa minggu seperti perselisihan dengan dosen atau teman secara terus menerus, penyakit fisik jangka panjang dan kesulian finansial. Pada stres berat ini disertai dengan tanda dan gejala seperti:

a. Merasa tidak kuat lagi untuk melakukan kegiatan.

b. Mudah putus asa.

c. Kehilangan minat akan segala hal.

d. Merasa tidak dihargai.

e. Merasa tidak ada hal yang bisa diharapkan di masa depan.

2.3.10 Alat ukuran Tingkat Stres

Alat ukur yang digunakan untuk seorang remaja mengukur tingkat stres yaitu dengan menggunakan kuesioner DASS (Depression Anxiety Stres Scale) yang merupakan seperangkat alat subyektif yang dibentuk untuk mengukur status emesional negative dari depresi, kecemasan dan stress. Unsur yang dinilai antara lain skala stres. Pada kuesioner ini terdiri dari 14 pertanyaan. Penilaian dapat diberikan dengan menggunakan 0: Tidak pernah, 1: Kadang-kadang, 2: Sering, 3: Hampir setiap saat. Untuk penilaian tingkat stres dengan ketentuan sebagai berikut menurut (Lestari, 2015)

1. Stress normal dengan skor 0-14 2. Stress ringan dengan skor 15-18 3. Stress sedang dengan skor 19-25 4. Stress berat dengan skor 26-33 5. Stress sangat berat dengan skor ≥ 34

(23)

2.4 Remaja

2.4.1 Definisi Remaja

Masa remaja merupakan masa yang penuh perubahan. Tahap pertama pertanda kedewasaan atau pubertas pada anak perempuan yaitu mengalami menstruasi atau haid. (Fatmawati et al., 2016) masa remaja merupakan proses perkembangan dalam kehidupan seseorang yang sedang dalam masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perkembangan atau perubahan fisik, mental, sosial dan emosional. Salah satu perubahan paling awal muncul pada remaja putri yaitu perkembangan secara biologis, tanda keremajaan secara biologis yaitu pada saat mulainya remaja mengalami menstruasi (Misliani et al., 2019)

Adolesen (remaja) merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa (Berlianawati, 2016). Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk dalam rentang usia10-19 tahun. Masa remaja merupakan masa perkembangan pada diri remaja yang sangat penting, diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga nantinya mampu bereproduksi (S. A Putri, 2017)

2.4.2 Klasifikasi Remaja

Menurut (R. D.A Cahya, 2019) masa remaja di bagi menjadi 3, yaitu masa remaja awal, menengah dan akhir berdasarkan usia.

1. Remaja awal (12-15 tahun)

Perubahan fisik dan seksual remaja pada usia ini akan mulai terjadi. Remaja pada fase ini berusaha untuk tidak bergantung pada orang lain. Remaja pada fase ini juga sangat membutuhkan privasi.

(24)

Remaja pada fase ini sangat sulit untuk berinteraksi kepada orang lain dan diri sendiri. Remaja pada masa ini mengembangkan wawasan dan menunjukkan perasaan kepada orang lain.

3. Remaja akhir (19-22 tahun)

Remaja pada fase ini mulai memikirkan dan memprioritaskan masa depan, seksual pendidikan dan kejujuran. Karena orientasi remaja pada fase ini adalah masa depan. Dan hubungan dengan orang tua mulai stabil kearah tingkat interaksi baru yang lebih demokratis (bebas).

2.4.3 Masa Transisi Remaja

Pada usia remaja, terdapat masa transisi ang akan dialami. Masa transisi tersebut menurut (Eny Kusmiran 2011) adalah sebagai berikut:

1. Transisi fisik berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh.

Bentuk tubuh remaja sudah berbedan dengan anak-anak, tetapi belum sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang dewasa 2. Transisi dalam kehidupan sosial

Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan peningkatan kehidupan emosi. Remaja sering memperhatikan ketidak stabilan emosi. Remaja tampak sering gelisa, capek tersinggung, melamun, dan sedih, tetapi di lain sisi akan gembira, tertawa, ataupun marah-marah.

(25)

3. Transisi dalam bentuk sosial

Lingkungan social anak semakin bergeser ke luar dari keluarga, di mana lingkungan teman sebaya mulai memegang peran penting. Pergeseran ikatan pada teman sebaya merupakan upaya remaja untuk mandiri (melepas ikatan dengan keluarga).

4. Transisi dalam nilai-nilai moral

Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilai-nilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan nilai-nilai yang diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai sendiri.

5. Transisi dalam pemahaman

Remaja mengalami perkembangan kognitif yang pesat sehingga mulai mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.

2.5 Perubahan Pada Masa Remaja 2.5.1 Perubahan Fisik Remaja

Menurut (Fatmawati et al., 2016) Pada masa remaja, perkembangan fisik sangat pesat, dalam seksualitasnya ditandai dengan seks primer dan seks sekunder. Remaja perempuan secara primer mengalami perubahan seperti pinggul lebar, bulat dan membesar, putting susu membesar, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

(26)

2.5.2 Perubahan Psikologi

Menjelaskan tentang perubahan psikologi pada masa remaja menurut (Marizka, 2018) yaitu:

a) Perubahan emosi

1. Remaja akan lebih sensitif dan peka akan suatu hal seperti menjadi mudah menangis, cemas, frustasi, dan bisa tertawa tanpa alas an yang jelas.

2. Remaja akan lebih agresif terhadap pengaruh gangguan dari luar. Karena remaja mulai mencari perhatian dan tidak berfikir panjang. 3. Remaja cenderung mulai tidak patuh kepada orang tua dan lebih

sering menghabiskan waktu bersama teman sebayanya b) Perubahan intelegensia

1. Memiliki pola pikir yang rumit dan suka memberikan kritik.

2. Memiliki keinginan untuk mengetahui banyak hal baru, hingga muncul rasa ingin mencoba-coba. Namun proses perubahan psikologi berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik.

2.5.3 Perubahan Sosial

Menurut (Kimata, 2018) menjelaskan bahwa semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Pada tahap ini biasanya remaja cenderung terpengaruh oleh lingkungan Remaja pada perubahan ini seringkali mulai mengeluarkan pendapat, menyukai tantangan, menerima hal-hal baru. Kurangnya pengetahuan pada remaja awal terkait menstruasi yang baru saja dialami

(27)

akan menjadi faktor utama terjadinya tekanan pada remaja. Perubahan tersebut dapat mengganggu remaja dalam mengalami menstruasi serta dismenore yang dialaminya

Gambar

Gambar 2.1.3.1 Fase menstruasi
Gambar 2.1.3.2 Fase proliferasi
Gambar 2.1.3.3 Fase sekresi
Gambar 2.1.3.4 Fase reparasi atau folikel

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang yang berarti bagi lembaga yang berkompeten mengenai pentingnya kondisi fisik atlet, khususnya atlet

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

52.840.500,- pada perencanaan pengadaan material bahan bangunan menggunakan metode lama (metode yang dipakai pada PT Dhaha Jaya Persada), sedangkan pada hasil

Dengan menggunakan panah hitam atau Selection Tool ( V) , lengkungkan garis hidung dan mulut menjadi seperti gambar di bawah ini... Student Exercise Series:

Manufacturing Production Planning Manufacturing Execution Product Development Life-Cycle Data Management Sales and Service Sales Order Management Aftermarket Sales and Service

Hal ini seperti data yang temukan di lapangan, bahwa ruang publik merupakan ruang atau media di mana bertemunya masyarakat untuk melakukan interaksi antara satu dengan yang lain