LAPORAN RESMI LAPORAN RESMI
PERCOBAAN FARMAKOLOGI EKSPERIMENTAL PERCOBAAN FARMAKOLOGI EKSPERIMENTAL
PERCOBAAN II PERCOBAAN II
ANALISIS OBAT DALAM CAIRAN HAYATI ANALISIS OBAT DALAM CAIRAN HAYATI
Disusun oleh:
Disusun oleh:
K
Keellaas s : : CC GGoolloonnggaan n : : IIVV KKeelloommppook k : : 33
F
Feebbrri i WWuullaannddaarrii FFAA//0099228844 ………………………………....
A
Annggggiitta a TTyyaasswwuurrii FFAA//0099330055 ………………………………....
Naisbitt Iman Hanif
Naisbitt Iman Hanif FA/09308FA/09308 ………..………..
C
Caannddrra a KKiirraanna a MM.. FFAA//0099331111 ………………………………....
L
Luussy y AAnnddrriiaannii FFAA//0099331144 ………………………………....
A
Assiisstteen n JJaaggaa : : YYoollaanndda a ddaan n CChhrriissttiinnee A
Assiisstteen Kn Koorreekkssii : Y: Yoollaannddaa
LABORATORIUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI
LABORATORIUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI
BAGIAN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK BAGIAN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA YOGYAKARTA
2013 2013
PERCOBAAN II PERCOBAAN II
ANALISIS OBAT DALAM CAIRAN HAYATI ANALISIS OBAT DALAM CAIRAN HAYATI
II.. TTUUJJUUAANN
Agar mahasiswa dapat memahami langkah-langkah analisis obat di dalam cairan hayati.
Agar mahasiswa dapat memahami langkah-langkah analisis obat di dalam cairan hayati.
II.
II. DASAR TEDASAR TEORIORI
Untuk memberikan efek biologis, obat dalam bentuk aktifnya harus berinteraksi dengan Untuk memberikan efek biologis, obat dalam bentuk aktifnya harus berinteraksi dengan reseptor atau tempat aksi atau sel target dengan kadar yang cukup tinggi. Sebelum mencapai reseptor atau tempat aksi atau sel target dengan kadar yang cukup tinggi. Sebelum mencapai resepto
reseptor, r, obat terlebih obat terlebih dahuldahulu u harus melalui harus melalui proses farmakokiproses farmakokinetiknetik. . Fasa farmakokinFasa farmakokinetik etik meliputi proses fasa II dan fasa III. Fasa II adalah proses absorpsi molekul obat yang meliputi proses fasa II dan fasa III. Fasa II adalah proses absorpsi molekul obat yang mengh
menghasilkan ketersedasilkan ketersediaan biologis obat, iaan biologis obat, yaitu senyawa aktif yaitu senyawa aktif dalam cairan darah dalam cairan darah yang akanyang akan didistribusikan ke jaringan atau organ tubuh. Fasa III adalah fasa yang melibatkan proses didistribusikan ke jaringan atau organ tubuh. Fasa III adalah fasa yang melibatkan proses dis
distritribusbusi, i, metmetaboabolismlisme e dan dan eksekskrekresi si obaobat, t, yanyang g menmenententukaukan n kadkadar ar sensenyawyawa a aktaktif if padpadaa kompartemen tempat reseptor berada.
kompartemen tempat reseptor berada.
Faktor-faktor penentu dalam proses farmakokinetik antara lain:
Faktor-faktor penentu dalam proses farmakokinetik antara lain:
1.
1. Sistem Sistem kompkompartemen dartemen dalam caialam cairan tuburan tubuh, seperh, seperti cairan inti cairan intrasel, ektrasel, ekstrasel (pstrasel (plasmalasma darah
darah, , cairan interstitiacairan interstitial, l, cairancairan cerebrospinal cerebrospinal ) dan berbagai fasa lipofil dalam) dan berbagai fasa lipofil dalam tubuh.
tubuh.
2.
2. ProProteitein n plaplasmasma, , proproteitein n jarjaringingan, dan an, dan berberbagbagai ai sensenyawyawa a biobiologlogis is yanyang g munmungkigkinn dapat mengikat obat.
dapat mengikat obat.
3.
3. DisDistribtribusi obat usi obat daldalam am berberbagbagai ai sistsistem em komkomparpartemtemen en biobiologlogis, is, terterutautama ma hubhubungunganan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat.
kinetika obat.
BAGIAN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK BAGIAN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA YOGYAKARTA
2013 2013
PERCOBAAN II PERCOBAAN II
ANALISIS OBAT DALAM CAIRAN HAYATI ANALISIS OBAT DALAM CAIRAN HAYATI
II.. TTUUJJUUAANN
Agar mahasiswa dapat memahami langkah-langkah analisis obat di dalam cairan hayati.
Agar mahasiswa dapat memahami langkah-langkah analisis obat di dalam cairan hayati.
II.
II. DASAR TEDASAR TEORIORI
Untuk memberikan efek biologis, obat dalam bentuk aktifnya harus berinteraksi dengan Untuk memberikan efek biologis, obat dalam bentuk aktifnya harus berinteraksi dengan reseptor atau tempat aksi atau sel target dengan kadar yang cukup tinggi. Sebelum mencapai reseptor atau tempat aksi atau sel target dengan kadar yang cukup tinggi. Sebelum mencapai resepto
reseptor, r, obat terlebih obat terlebih dahuldahulu u harus melalui harus melalui proses farmakokiproses farmakokinetiknetik. . Fasa farmakokinFasa farmakokinetik etik meliputi proses fasa II dan fasa III. Fasa II adalah proses absorpsi molekul obat yang meliputi proses fasa II dan fasa III. Fasa II adalah proses absorpsi molekul obat yang mengh
menghasilkan ketersedasilkan ketersediaan biologis obat, iaan biologis obat, yaitu senyawa aktif yaitu senyawa aktif dalam cairan darah dalam cairan darah yang akanyang akan didistribusikan ke jaringan atau organ tubuh. Fasa III adalah fasa yang melibatkan proses didistribusikan ke jaringan atau organ tubuh. Fasa III adalah fasa yang melibatkan proses dis
distritribusbusi, i, metmetaboabolismlisme e dan dan eksekskrekresi si obaobat, t, yanyang g menmenententukaukan n kadkadar ar sensenyawyawa a aktaktif if padpadaa kompartemen tempat reseptor berada.
kompartemen tempat reseptor berada.
Faktor-faktor penentu dalam proses farmakokinetik antara lain:
Faktor-faktor penentu dalam proses farmakokinetik antara lain:
1.
1. Sistem Sistem kompkompartemen dartemen dalam caialam cairan tuburan tubuh, seperh, seperti cairan inti cairan intrasel, ektrasel, ekstrasel (pstrasel (plasmalasma darah
darah, , cairan interstitiacairan interstitial, l, cairancairan cerebrospinal cerebrospinal ) dan berbagai fasa lipofil dalam) dan berbagai fasa lipofil dalam tubuh.
tubuh.
2.
2. ProProteitein n plaplasmasma, , proproteitein n jarjaringingan, dan an, dan berberbagbagai ai sensenyawyawa a biobiologlogis is yanyang g munmungkigkinn dapat mengikat obat.
dapat mengikat obat.
3.
3. DisDistribtribusi obat usi obat daldalam am berberbagbagai ai sistsistem em komkomparpartemtemen en biobiologlogis, is, terterutautama ma hubhubungunganan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat.
kinetika obat.
4.
4. DoDosisis s sesedidiaaaan n obobatat, , trtrananspsporort t anantatar r kokompmparartetememen n sesepepertrti i prprososes es ababsosorprpsisi,, bioaktivasi,
bioaktivasi, biodegradasi, biodegradasi, dan dan ekskresi ekskresi yang yang menentukan menentukan lama lama obat obat dalam dalam tubuhtubuh (Siswandono, 1998).
(Siswandono, 1998).
Kon
Konsentsentrasi rasi obaobat t adaadalah lah elemelemen en penpentinting g untuntuk uk menmenententukaukan n farmfarmakoakokinkinetietika ka suatsuatuu individu maupun populasi. Konsentrasi obat diukur dalam sampel biologis seperti air susu, individu maupun populasi. Konsentrasi obat diukur dalam sampel biologis seperti air susu, saliva, plasma dan urin. Sensitivitas, akurasi, dan presisi dari metode analisis harus ada untuk saliva, plasma dan urin. Sensitivitas, akurasi, dan presisi dari metode analisis harus ada untuk pengukuran secara langsung
pengukuran secara langsung obat dalam matriks obat dalam matriks biologis. Untuk itu, biologis. Untuk itu, metode penetapan kadar metode penetapan kadar secara umum perlu divalidasi sehingga informasi yang akurat didapatkan untuk monitoring secara umum perlu divalidasi sehingga informasi yang akurat didapatkan untuk monitoring farmakokinetik dan klinik.
farmakokinetik dan klinik.
Pengukuran konsentrasi obat di darah, serum, atau plasma adalah pendekatan secara Pengukuran konsentrasi obat di darah, serum, atau plasma adalah pendekatan secara langsung yang paling baik untuk menilai farmakokinetik obat di tubuh. Darah mengandung langsung yang paling baik untuk menilai farmakokinetik obat di tubuh. Darah mengandung elemen seluler mencakup sel darah merah, sel darah putih, keping darah, dan protein seperti elemen seluler mencakup sel darah merah, sel darah putih, keping darah, dan protein seperti albumin dan globulin. Pada umumnya serum atau plasma digunakan untuk pengukuran obat.
albumin dan globulin. Pada umumnya serum atau plasma digunakan untuk pengukuran obat.
Unt
Untuk uk menmendapdapatkatkan an seruserum, m, dardarah ah dibdibekuekukan kan dan dan seruserum m diadiambimbil l dardari i supsupernernataatan n setsetelahelah di
disensentrtrififugugasiasi. . PlPlasmasma a didipeperoroleleh h dadari ri susupepernrnatatan an dadararah h yayang ng didisesentntririfufugagasi si dedengnganan ditambahkan antikoagulan seperti heparin. Oleh karena itu, serum dan plasma tidak sama.
ditambahkan antikoagulan seperti heparin. Oleh karena itu, serum dan plasma tidak sama.
Plasma mengalir keseluruh jaringan tubuh termasuk semua elemen seluler dari darah. Dengan Plasma mengalir keseluruh jaringan tubuh termasuk semua elemen seluler dari darah. Dengan berasumsi
berasumsi bahwa bahwa obat obat di di plasma plasma dalam dalam kesetimbangankesetimbangan equilibriumequilibrium dengdengan an jaringjaringan,an, perubahan konsentrasi obat akan merefle
perubahan konsentrasi obat akan merefleksikan perubahan konsentrasi perubahan konsentrasiksikan perubahan konsentrasi perubahan konsentrasi obat di jaringan (Shargel, 1988).
obat di jaringan (Shargel, 1988).
Adapun kandungan protein dalam sampel biologis yang akan dianalisa menyebabkan Adapun kandungan protein dalam sampel biologis yang akan dianalisa menyebabkan dibutuhkannya suatu tahap perlakuan awal dan/atau penyiapan sampel sebelum penentuan dibutuhkannya suatu tahap perlakuan awal dan/atau penyiapan sampel sebelum penentuan kadar obat dapat dilakukan. Hal ini untuk mengisolasi atau memisahkan obat yang akan kadar obat dapat dilakukan. Hal ini untuk mengisolasi atau memisahkan obat yang akan diteliti dari matriks sampel yang diperoleh. Protein, lemak, garam dan senyawa endogen diteliti dari matriks sampel yang diperoleh. Protein, lemak, garam dan senyawa endogen dalam sampel akan mengganggu penentuan kadar obat yang bersangkutan dan selain itu dalam sampel akan mengganggu penentuan kadar obat yang bersangkutan dan selain itu dalam hal analisa menggunakan metode seperti HPLC, adanya zat-zat tersebut dapat merusak dalam hal analisa menggunakan metode seperti HPLC, adanya zat-zat tersebut dapat merusak kolom HPLC sehingga usia kolom menjadi
kolom HPLC sehingga usia kolom menjadi lebih singkat.lebih singkat.
Berbag
Berbagai ai prosedprosedur ur untuk mendenatuntuk mendenaturasi urasi proteprotein in dapat digunakan sebagai dapat digunakan sebagai perlakperlakuanuan aw
awal al sasampmpel el bibiolologogis is yayang ng didipeperoroleh leh dadari ri susuatatu u pepenenelilitiatian n farfarmamakokokikinenetitik, k, memelilipuputiti penggunaan
penggunaan senyawa senyawa yang yang disebut disebut sebagai sebagai zat zat pengendap pengendap proteinprotein (prot(protein ein precipprecipitatinitating g agent)
agent) seperti asam seperti asam tungstungstat, amonium sulfat, asam tat, amonium sulfat, asam trikotrikoroasetaroasetat t ((tricloro acetic acid tricloro acetic acid , TCA), TCA) asam perklorat, methanol dan asetonitril. Pengendapan protein dilakukan dengan denaturasi asam perklorat, methanol dan asetonitril. Pengendapan protein dilakukan dengan denaturasi
protein.
protein. Denaturasi Denaturasi dapat dapat dilakukan dilakukan akibat akibat adanya adanya perubahan perubahan pH, pH, temperatur, temperatur, dandan penambahan
penambahan senyawa senyawa kimia. kimia. Cara Cara denaturasi denaturasi protein protein yang yang umum umum digunakan digunakan adalah adalah dengandengan penambahan
penambahan precipitating precipitating agent.agent. Protein dapat diendapkan karena memiliki berbagai sifatProtein dapat diendapkan karena memiliki berbagai sifat dia
diantantaranranya ya berbersifasifat t sebsebagaagai i amfamfoteoter, r, yakyakni ni memmemiliiliki ki 2 2 muamuatan tan yanyang g berberlailainan nan daldalam am 11 molekul, atau yang dikenal juga sebagai zwitter ion. Sifat ini membuat potein memiliki molekul, atau yang dikenal juga sebagai zwitter ion. Sifat ini membuat potein memiliki muatan yang berbeda pada pH yang berbeda pula. Akibatnya protein dapat larut pada rentang muatan yang berbeda pada pH yang berbeda pula. Akibatnya protein dapat larut pada rentang pH tertentu
pH tertentu dimana protein dimana protein bermuatan. Suatu sbermuatan. Suatu saat di aat di pH tertentu, pH tertentu, protein akan protein akan mencapai titik mencapai titik isoelektrik, yakni pH dimana jumlah total muatan protein sama dengan nol (muatan positif isoelektrik, yakni pH dimana jumlah total muatan protein sama dengan nol (muatan positif sebanding dengan muatan negatif). Hal ini akan mempengaruhi kelarutan protein. Pada titik sebanding dengan muatan negatif). Hal ini akan mempengaruhi kelarutan protein. Pada titik isoelektrik, kelarutan protein sangat rendah, sehingga potein dapat mengendap (Poedjiadi, isoelektrik, kelarutan protein sangat rendah, sehingga potein dapat mengendap (Poedjiadi, 1994).
1994).
Penetapan kadar obat dalam badan dapat dianalisi dari cairan hayati lain seperti urin, Penetapan kadar obat dalam badan dapat dianalisi dari cairan hayati lain seperti urin, sali
saliva, va, atau atau lainlainnyanya. . UriUrin n mermerupaupakan kan caircairan an hayhayati ati yanyang g biabiasansanya ya dipdipergergunaunakan kan daldalamam farmakokinetik untuk mempelajari disposisi obat dan menentukann kadar obat untuk obat- farmakokinetik untuk mempelajari disposisi obat dan menentukann kadar obat untuk obat- obatan yang disekresikan urin. Minimal 10%-nya terdapat dalam urin dalam bentuk utuh obatan yang disekresikan urin. Minimal 10%-nya terdapat dalam urin dalam bentuk utuh yang belum dimetabolisme.
yang belum dimetabolisme.
Hasil
Hasil analisianalisis s dalam dalam farmakfarmakokinokinetika etika dinydinyatakan atakan dalam parameter dalam parameter farmakfarmakokineokinetika.tika.
Parame
Parameter ter farmakfarmakokinokinetika etika didefdidefinisikinisikan an sebagasebagai i besaran yang besaran yang diturditurunkan secara unkan secara matemmatematisatis dar
dari i hasihasil l penpengukgukurauran n kadkadar ar obaobat t ataatau u metmetaboabolitlitnya nya di di daldalam am caicairan ran hayhayati. Parameati. Parameter ter fa
farmrmakakokokininetietika ka obobat at didipeperoroleh leh beberdrdasasarkarkan an hahasil sil pepengngukukururan an kakadadar r obobat at ututuh uh dadann metabolitnya.
metabolitnya.
Terdapat tiga jenis parameter farmakokinetik, yaitu:
Terdapat tiga jenis parameter farmakokinetik, yaitu:
1
1.. PPararaammeetteer r ppookkook k
•
• Tetapan kecepatan absorbsi (Ka)Tetapan kecepatan absorbsi (Ka)
Menggambarkan kecepatan absorbsi, yaitu masuknya obat ke dalam sirkulasi Menggambarkan kecepatan absorbsi, yaitu masuknya obat ke dalam sirkulasi sistemik dari tempat absorbsinya (saluran cerna pada pemberian oral, jaringan sistemik dari tempat absorbsinya (saluran cerna pada pemberian oral, jaringan otot pada pemberian intramuskular).
otot pada pemberian intramuskular).
•
• Cl (Klirens)Cl (Klirens) Kl
Klirirenens s obobat at adadalalah ah ssuauatu tu ukukuuraran n elelimimininasasi i oobabat t dadari ri tutububuh h tatanpnpaa mempe
mempermasalahrmasalahkan kan mekanmekanisme isme prosesprosesnya. Umumnya, nya. Umumnya, jaringjaringan an tubuh atautubuh atau organ dianggap sebagai suatu kompartemen cairan dengan volume terbatas organ dianggap sebagai suatu kompartemen cairan dengan volume terbatas (volume distribusi) dimana obat terlarut di dalamnya (Shargel, 1988). Klirens (volume distribusi) dimana obat terlarut di dalamnya (Shargel, 1988). Klirens
merupakan fartor yang memprediksi laju eliminasi yang berhubungan dengan konsentrasi obat.
• Volume distribusi (Vd)
Volume distribusi adalah volume yang didapatkan pada saat obat didistribusikan. Menghubungkan jumah obat dalam tubuh dengan konsentrasi obat (C) dalam darah atau plasma.
2. Parameter Sekunder
• Waktu paruh eliminasi (t1/2)
Merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengubah jumlah obat di dalam tubuh menjadi setengah atau separuh selama eliminasi (atau selama infus yang konstan) (Katzung, 1997).
• Tetapan kecepatan eliminasi ( K el)
Kecepatan eliminasi adalah fraksi obat yang ada pada suatu waktu yang akan tereliminasi dalam satu satuan waktu. Tetapan kecepatan eliminasi menunjukkan laju penurunan kadar obat setelah proses kinetik mencapai keseimbangan (Neal, 2006).
3. Parameter Turunan
• Waktu mencapai kadar puncak (tmaks)
Waktu konsentrasi plasma mencapai puncak dapat disamakan dengan waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi obat maksimum setelah emberian obat. Pada fase ini, absorpsi ibat adalah terbesar dan laju absorpsi obat sama dengan laju eliminasi obat. Absorpsi masih berjalan setelah fase ini tercapai, tetapi pada laju yang lebih lambat. Harga tmaks menjadi lebih kecil (berarti sedikit waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi plasma puncak) bila laju absorbs obat menjadi lebih cepat.
• Kadar puncak (Cpmaks)
Parameter ini menunjukkan konsentrasi obat maksimum dalam plasma setelah pemberian secara oral. Untuk beberapa obat diperoleh suatu hubungan antara
efek farmakologi suatu obat dan konsentrasi obat dalam plasma (Shargel, 1998).
• Luas daerah di bawah kurva (AUC)
AUC adalah permukaan di bawah kurva yang menggambarkan naik turunnya kadar plasma sebagai fungsi dari waku. AUC dapat dihitung secara matematis dan merupakan ukuran untuk bioavaibilitas suatu obat. AUC dapat digunakan untuk membandingkan kadar masing-masing plasma obat bila penentuan kecepatan eliminasinya tidak mengalami perubahan. Selain itu, antara kadar plasma puncak dan bioavaibilitas terdapat hubungan langsung (Waldon, 2008).
Cuplikan darah sangat relevan, karena semua proses obat dalam tubuh melibatkan darah sebagai media, suatu alat ukur dari organ satu ke organ lain seperti absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Oleh karena itu, agar nilai-nilai parameter obat dapat dipercaya, metode penetapan kadar harus memenuhi kriteria, yaitu:
:
1. Selektif atau spesifik
Selektifitas metode adalah kemampuan suatu metode untuk membedakan suatu obat dari metabolitnya, obat lain, dan kandungan endogen cuplikan hayati.
Selektifitas metode menempati prioritas utama karena bentuk obat yang akan ditetapkan dalam cuplikan hayati adalah dalam bentuk tak berubah atau metabolitnya. Pemilihan metode yang memiliki selektifitas tinggi perlu mendapatkan perhatian khusus karena hal ini berkaitan erat dengan rumus matematik yang diterapkan dalam menghitung parameter farmakokinetik. Rumus matematik yang diturunkan berdasarkan data pengukuran kadar obat tak berubah dalam cuplikan hayati tertentu, berbeda dengan yang diturunkan dari data kadar metabolitnya (Smith, 1981).
2. Sensitif atau peka
Sensitivitas metode analisis yang digunakan berkaitan dengan kadar terendah yang dapat diukur oleh metode analisis yang digunakan. Dalam penelitian farmakokinetika, pemilihan metode analisis juga tergantung pada tingkat sensitivitas yang dimiliki oleh metode tersebut. Hal ini dapat dipahami mengingat dalam menghitung parameter farmakokinetika suatu obat, diperlukan sederetan
data kadar obat dari waktu ke waktu, atau data dari kadar tertinggi sampai kadar terendah dalam cuplikan hayati yang digunakan. Misalnya kita akan menghitung harga AUC, maka kita memerlukan data kadar obat dari waktu nol sampai tak terhingga. Karena itu, metode analisis yang dipilih harus dapat meliput kadar obat tertinggi sampai terendah yang ada di dalam badan.
3. Ketelitian (accuracy) dan ketepatan ( precision)
Ketelitian (accuracy) ditunjukan oleh kemampuan suatu metode untuk memberikan hasil pengukuran sedekat mungkin dengan true value (nilai sesungguhnya). Ketelitian suatu metode dapat dilihat dari perbedaan antara harga penetapan kadar rata-rata dengan harga sebenarnya atau konsentrasi yang diketahui. Jika tidak ada data nilai sebenarnya atau nilai yang dianggap benar tersebut maka tidak mungkin untuk menentukan berapa akurasi pengukuran tersebut.
Metode yang baik memberikan hasil recovery (perolehan kembali) yang tinggi yaitu 75-90% atau lebih dan kesalahan sistematik kurang dari 10%. Perolehan kembali merupakan tolok ukur efisiensi analisis, sedangakan kesalahan sistematik merupakan tolok ukur inakurasi penetapan kadar. Kesalahan ini dapat berupa kesalahan konstan atau proporsional. Ketelitian berkaian dengan purata. Bila suatu hasil itu teliti (accurate) berarti purata sama dengan harga sebenarnya, walaupun penyebarannya lebar (luas). Dalam hubungan ini, adalah lebih baik hasil yang kurang teliti tapi tepat daripada teliti namun kurang tepat. Ketepatan menggambarkan hasil yang berulang-ulang tidak mengalami perbedaan hasil (reprodusibilitas data). Dengan kata lain, ketepatan menunjukkan kedekatan hasil- hasil pengukuran berulang. Ketepatan pengukuran hendaknya diperoleh melalui pengukuran ulang(replikasi) dari berbagai konsentrasi obat dan melalui pengukuran ulang kurva konsentrasi standar yang disiapkan secara terpisah pada hari yang sama. Ketepatan berhubungan dengan penyebaran harga terhadapa purata kecil meskipun karena kesalahan sistematik, purata berbeda agak besar dengan
harga sebenarnya. Kemudian dilakukan perhitungan statistik yang sesuai dengan penyebaran data, seperti standar deviasi atau koefisien variasi.
Kesalahan acak merupakan tolok ukur inprecision suatu analisis, dan dapat bersifat positif atau negatif. Kesalahan acak identik dengan variabilitas pengukuran dan
dicerminkan oleh tetapan variasi. Metode yang baik memiliki nilai kesalahan acak kurang dari 10%.
4. Cepat
Kecepatan berkaitan dengan banyaknya cuplikan hayati yang harus dianalisis dalam suatu macam penelitian farmakokinetika
5. Efisien
Metode tidak terlalu panjang karena dikhawatirkan akan menimbulkan suatu kesalahan sistematik (Sudjadi, 2008).
Dalam penetapan kadar obat dalam darah (cairan tubuh), metode yang digunakan harus tepat, dan dalam pengerjaannya diperlukan suatu ketelitian yang cukup tinggi agar diperoleh hasil yang akurat, sehingga nantinya dapat menghindari kesalahan yang fatal. Dalam analisis ini, kesalahan hasil tidak boleh lebih dari 10% (tergantung pula alat apa yang digunakan dalam analisis) (Ritschel, 1976).
Cepat, simpel, dan sensitif telah membuat spektrofotometer UV-VIS menjadi suatu metode analisis farmasetika yang sangat popular untuk pengukuran secara kuantitatif obat dan metabolit dalam sampel biologi. Salah satu alasan penting atas kepopulerannya karena sensitivitas dari metode ini, yaitu 1-10 µg/ml. Identifikasi kualitatif dari obat atau metabolit menggunakan spektrofotometri UV-VIS berdasarkan pada panjang gelombang maksimum yang diabsorpsi. Pada absorpsi yang maksimum, sensitivitas optimum akan didapat. Karena perubahan absorbansi minimal untuk sedikit perubahan panjang gelombang, error
diminimalkan. Hasilnya, akurasi dan presisi yang baik didapatkan (Smith,1981).
Salah satu metode pengukuran kadar obat dalam analisis cairan hayati adalah metode Bratton-Marshall. Metode ini didasarkan pada prinsip kolorimetri, yaitu terbentuknya senyawa-senyawa berwarna yang intensitasnya dapat ditentukan secara spektrofotometri visibel dengan 3 tahap, yaitu pembentukan senyawa diazo, penghilangan sisa asam nitrit dengan penambahan asam sulfamat, dan pengkoplingan garam diazonium-NED.
III. ALAT DAN BAHAN
a) Alat :
1. Labu takar 10 ml
2. Pipet volume 0,1; 0,2; 1,0; 2,0 ml
3. Tabung reaksi/flakon
4. Pipet ukur 5 ml
5. Spektrofotometer dan kuvet
6. Skalpel/silet
7. Sentrifuge
8. Stopwatch
9. Ependorf
10. Alat vortex
11. Propipet
12. Mikropipet dan tip
b) Bahan :
1. Asam trikloroasetat (TCA)
2. Natrium nitrit 0,1 %
3. Amonium Sulfamat 0,5%
4. N(1-naftil) etilendiamin 0,1%
5. Antikoagulan (heparin)
6. Sulfametoksazol
7. Darah tikus