Muhammad Arsyad Politeknik Maritim AMI Makassar
Abstract
The research aims to determine the process of stopping / stripping services conducted by PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Pantoloan Container Terminal. To find out how to handle container stuffing / stripping services at PT.
Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Pantoloan Container Terminal. The methods used in this study are: Observation, Interview / Interview, and Literature. The results of the study show that the procedure in container stuffing / stripping service activities at the port of PT. Pelindo IV (Persero) pantoloan container terminal, namely: EMKL / freight forwarder / JPT apply for container stuffing / stripping services (form 1 D) to P2JP by attaching supporting documents, receiving queue number / bat number for the list process of container stuffing / stripping service calculation (form 3 D) after the document vertification process has been carried out by P2JP, JPT receives a copy of the container stuffing / stripping bill (form 4 D) to subsequently repay to the designated cashier or bank, submit proof of payment to P2JP for the job slip of the stuffing service slip / container stripping, submit job slip to PBAU division (CY / CFS Officer) to get physical services (Stuffing / container stripping), sign proof of container stuffing / stripping services (form 2 D) after physical service, if the validity period of job slip exceeds the deadline then the PBAU Division (CY / CFS Officer) cannot provide servants In order to carry out stuffing / stripping of goods from / into containers, the EMKL / Freight Forwarder / JPT is then required to complete the supplementary bill to P2JP. Obstacles in stuffing / stripping service activities at PT. Pelindo IV (Persero) Pantoloan Container Terminal; Limited land storage area in the port area of PT. Pelindo IV (Persero) Pantoloan Container Terminal, The existence of the Palu municipal government policy that prohibits containers from entering Palu, the limitations of loading / unloading equipment at PT. Pelindo IV (Persero) Pantoloan Container Terminal.
29
Abstrak
Penelitian bertujuan Untuk mengetahui proses pelayananstuffing / stripping yang dilakukan PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Terminal PetikemasPantoloan.
Untuk mengetahui bagaimana penanganan pelayanan stuffing / stripping petikemas di PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Terminal PetikemasPantoloan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Observasi, Wawancara / interview, dan Kepustakaan. Hasil penelitian meunjukkan bahwa Prosedur dalam kegiatan pelayanan stuffing / stripping petikemas di pelabuhan PT. Pelindo IV (Persero) terminal petikemas pantoloan yaitu : EMKL / freight forwarder/ JPT mengajukan permohonan pelayanan stuffing / stripping petikemas (bentuk 1 D) ke P2JP dengan melampirkan dokumen pendukung, menerima nomor antrian / bat number untuk proses daftar perhitungan pelayanan stuffing / stripping petikemas (bentuk 3 D) setelah dilakukan proses vertifikasi dokumen oleh P2JP, JPT menerima copy nota tagihan pelayanan stuffing / stripping petikemas (bentuk 4 D) untuk selanjutnya melakukan pelunasan ke kasir atau bank yang ditunjuk, menyerahkan bukti pelunasan ke P2JP untuk diterbitkan job slip pelayanan stuffing / stripping petikemas, menyerahkan job slip ke divisi PBAU (Petugas CY/CFS) untuk mendapatkan pelayanan fisik (Stuffing / stripping petikemas), menandatangani bukti pelayanan stuffing / stripping petikemas (bentuk 2 D) setelah dilakukan pelayanan fisik, apabila masa berlaku job slip melebihi batas waktunya maka Divisi PBAU (Petugas CY/CFS) tidak dapat memberikan pelayanan untuk melaksanakan kegiatan stuffing / stripping barang dari/ke dalam petikemas, selanjutnya EMKL / Freight Forwarder / JPT diharuskan menyelesaikan tagihan susulan ke P2JP. Hambatan-hambatan dalam kegiatan pelayanan stuffing / stripping di PT. Pelindo IV (Persero) Terminal Petikemas Pantoloan;
Keterbatasan lahan lapangan penumpukan di area pelabuhan PT. Pelindo IV (Persero) Terminal Petikemas Pantoloan, Adanya kebijakan pemerintah daerah kota Palu yang melarang container untuk masuk kota Palu, Keterbatasan alat bongkar / muat di PT. Pelindo IV (Persero) Terminal Petikemas Pantoloan.
PENDAHULUAN
Penggunaan terminal petikemas yang menghubungkan antara kapal petikemas sebagai transportasi laut, dan truck sebagai transportasi darat, telah meningkat secara drastis. Hal ini menjadikan terminal petikemas berperan penting dalam hal globalisasi ekonomi.
Daya kompetitif suatu terminal dapat dilihat dari efisiensinya, mengingat kapal dikenakan biaya berdasarkan waktu turn aroundnya (loading dan unloading) dan jumlah dari petikemas yang di bongkar/muat di terminal. Waktu sandar kapal menjadi salah satu faktor yang penting dalam kinerja terminal petikemas pelabuhan.
Keberadaan jasa angkutan laut merupakan urat nadi bagi perekomian suatu negara, karenanya transportasi laut memegang peranan yang sangat penting bagi indonesia maupun negara lainnya.
Pertumbuhan dan perkembangan industri transportasi laut membawa tantangan dalam menangani armada laut sebagai transportasi laut itu sendiri,maupun dalam melayani infastruktur kepelabuhanan di indonesia.
Industri jasa angkutan laut dengan menggunakan kapal laut dimana berperan dalam jasa pengangkutan barang dan penumpang, dan dalam perdagangan nasional maupun internasional.
Transportasi laut banyak digunakan karena jumlah barang yang dapat diangkut lebih banyak dan uang tambangnya (freight) lebih murah dibandinkan moda transportasi lainnya seperti darat dan udara.
Terkait dengan pelabuhan, pelabuhan mememgang peranan sangat penting sebagai salah satu fungsi
“Gateway” (pintu gerbang pelabuhan).
Fungsi dari Gateway itu sendiri merupakan
pintu gerbang suatu Negara ataupun daerah hal ini di maksudkan karena pada dasarnya kegiatan perekonomian suatu negara atatu daerah dimulai dari pintu gerbang pelabuhan (Gateway).
Adakalanya pengelola jasa kepelabuhanan tidak optimal dalam mengelola kegiatan operasional akibat ketidakseimbangan antar sarana fasilitas dan prasarana yang mempengaruhi proses kelancaran barang masuk maupun keluar.
Hal ini pun terjadi di Terminal Petikemas Pantoloan di karenakan pelabuhan pantoloan memiliki 3 segmen yang tidak dapat terpisahkan diantara konvensional,petikemas dan penumpang.
Keadaan diatas merupakan gambaran pelabuhan itu sendiri karena pelabuhan dituntut untuk menyediakan sarana dan prasarana angkutan sebagai intermoda transportasi yang handal.
Pelayanan pokok pelabuhanan yang diberikan kepada pemakai jasa pelabuhan adalah pelayanan terhadap kapal berupa jasa labuh, pemanduan, jasa tunda dan penambatan, serta pelayanan air bersih dan palayanan lain yang dipersiapkan. Di Indonesia, pelayanan terhadap kapal hampir seluruhnya diselenggarakan oleh pengelola pelabuhan yaitu PT. Pelabuhan Indonesia (Persero).
Pada tanggal 10 november 2010, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut PT.Pelabuhan Indonesia IV (persero) telah di berikan Persetujuan untuk menyelenggarakan Terminal Petikemas Pantoloan sepanjang 230 M dan Lapangan Penumpukan sebesar 32.706 𝑀2. Penetapan Terminal Petikemas Pantoloan diperuntukan untuk melayani khusus bagi kapal-kapal pengangkut Petikemas Export Impor serta kegiatan distribusi barang antar pulau.
Terminal PetikemasPantoloan yang memberikan pelayanan terhadap barang berupa pemberian jasa bongkar muat dan jasa penyimpanan atau penumpukan barang di lapangan Penumpukan.
Sebagiannya lagi diselenggarakan oleh pihak swasta.
Pelayanan petikemas di lapangan penumpukan stuffing / stripping petikemas PT. Pelindo IV (persero) Terminal Petikemas Pantoloan perlu dilakukan peningkatan kualitas pelayanan agar dapat terealisasi,jika kegiatan pelayanan petikemas dilakukan secara tepat dan optimal sesuai dengan prosedur tetap.
Pentingnya kerjasama dan koordinasi antara pihak operasional dengan para EMKL/pengguna jasa, sangatlah dibutuhkan dalam proses stuffing / stripping dalam area pelabuhan,guna untuk kelancaran pemuatan petikemas ke kapal, sehingga pihak operasional stuffing / stripping harus bisa lebih menekankan kepada pihak EMKL untuk segera menyelesaikannnya.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis menyimpulkan sebuah judul untuk dapat diteliti dalam sebuah jurnal penelitian adalah sebagai berikut :
“Prosedur pelayanan stuffing / stripping di area pelabuhan PT. Pelindo IV(Persero) Terminal Petikemas Pantoloan”.
Tujuan Penelitian
Tujuan kegiatan penelitian ini mempunyai tujuan dan kegunaan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai benikut :
a. Untuk mengetahui proses pelayananstuffing / stripping yang dilakukan PT. Pelabuhan Indonesia IV
(Persero) Terminal
PetikemasPantoloan.
b. Untuk mengetahui bagaimana penanganan pelayanan stuffing / stripping petikemas di PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Terminal PetikemasPantoloan.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang penulis lakukan dalam penyusunan laporan dalam pembuatan jurnal ilmiah adalah sebagai berikut :
1. Field Research ( Penelitian Lapangan)
Adalah penelitian di lakukan dengan cara interview den observasi. Field research merupakan suatu cara penelitian yang penulis lakukan terhadap objek yang menjadi sasaran penelitian.
Dalam penulisan ini penulis menggunakan dua care yaitu : Metode interview dan metode obervasi.
a. Metode interview adalah suatu cara yang di fakukan dengan mengadakan wawancara atau tanya jawab kepada karyawankaryawan dalam perusahaan tersebut.
b. Metode observasi adalah penelitian secara langsung dilakukan terhadap objek yang di teliti untuk melihat keadaan sebenarnya.
2. Library Research (Penelitian Pustaka)
Merupakan metode yang digunakan melalui studi perpustakaan,literature yang ada katanya dengan masalah yang dibahas baik melalui buku-buku maupun laporan penelitian.
Sebagai panduan dari kedua metode dari penelitian tersebut, maka Terhadap dua sumber pengumpulan data yang penulis pergunakan dalam penyelesaian laporan penelitian karya ilmiah ini penulis menggunakan sebagia berikut :
a. Data Primer
Yaitu data mengenai suatu kegiatan yang di kumpulkan melalui wawancara dengan informan dalam organisasi atau perusahaan tempat penulis melakukan penelitian. Data primer merupakan data mentah yang masih memerlukan pengolahan atau analisa pemecahan dengan mengaitkan antara teori dengan kegiatan di lapangan.
b. Data Sekunder
Yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat bahan yang di susun oleh pihak Iain, maupun yang sudah disusun oleh lembaga yang terkait dengan media massa yang ada hubungannya dengan judul.
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Sejarah Singkat PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero)
Pendirian PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) tidak terlepas dengan sejarah mengenai kebijakan sistem pengelolaan pelabuhan laut di Indonesia. Sebelum tahun 1983 pengelolaan pelabuhan laut yang diusahakan oleh 8 (delapan) Badan Usaha berbentuk Perusahaan Negara yaitu PN. Pelabuhan I-VIII.
Pada tahun 1983 sejalan dengan perbaikan tatanan kepelabuhan nasional yaitu pemerintah menetapkan adanya 4 (empat) pintu gerbang perdagangan luar negeri nasional, maka dilakukan merger 8
(delapan) Badan Usaha PN. Pelabuhan menjadi 4 (empat) Badan Usaha yang berstatus Perusahaan Umum (Perum), salah satu diantaranya adalah Perum Pelabuhan IV.
Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Terminal Petikemas Pantoloan bergerak dibidang penyediaan perairan dan kolam pelabuhan untuk kelancaran berlalu lintas kapal dan tempat berlabuh, pemanduan kapal dan penundaan untuk tambatan dermaga, dolphin dan pelampung, gudang- gudang, lapangan penumpukan dan peralatan bongkar muat barang, terminal barang umumdan pelayanan bongkar muat, terminal petikemas dan terminal penumpang baik dalam negeri maupun luar negeri dengan berbagai fasilitas, barang curah dan pelayanan bongkar muat listrik dan distribusi air minum dipelabuhan, khususnya untuk keperluan kapal, penyediaan tanah dan bangunan untuk menunjang kelancaran angkutan laut dan keperluan industri-industri di pelabuhan dan sistem informasi pelabuhan.
Perum Pelabuhan IV merupakan hasil merger PN. Pelabuhan V. VI, VII, dan VIII, ditambah dengan 6 (enam) pelabuhan yang tidak diusahakaan di Propinsi Irian Jaya, yang pendiriannya didasarkan pada Peraturan pemerintah (PP) No. 17 Tahun 1983 yo PP. No. 7 Tahun 1985.
Selanjutnya pada tahun 1992, berdasarkan PP. 59 tahun 1991 status Badan Usaha Perum dialihkan menjadi Persero yaitu menjadi PT. Pelabuhan Indonesia IV yang dikuatkan dengan Anggaran Dasar Perusahaan yang pengesahannya melalui Akta Notaris Fatimah, SH No. 7 tanggal 1 Desember 1992.
Secara efektif keberadaan PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) mulai sejak penandatanganan Anggaran Dasar Perusahaan oleh Sekjen Dephub
berdasarkan Akta Notaris Imas Fatimah, SI- I No 7 tanggal 1 Desember 1992. Menilik perkembangan kebelakang di masa awal pengelolaannya, PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan Iingkungan yang semakin maju.
Tahun 1957-1960.
Pada masa awal kemerdekaan, pengelalaan pelabuhan berada dibawah koordinasi Djawatan Pelabuhan. seiring dengan adanya nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan milik Belanda dan dengan dikeluarkannya PP No. 19/1960, maka status pengelolaan pelabuhan dilihkan dan dalam bentuk Pelabuhan berbentuk badan hukum yang disebut Perusahaan Negara. (PN)
Tahun 1960-1963.
Berdasarkan PP No. 19 tahun 1960 tersebut pengelolaan pelabuhan umum diselenggarakan PN pelabuhan I - VIll. Di Kawasan Timur Indonesia sendiri terdapat 4 (empat) PN Pelabuhan yaitu : PN Pelabuhan Banjarmasin, PN Pelabuhan Makassar, PN Pelabuhan Bitung dan PM Pelabuhan Ambon.
Tahun 1964-1969.
Pada masa order baru, pemerintah mengeluarkan PP 1/1969 dan PP 19/1969 yang melikuidasi PN Pelabuhan menjadi Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) yang di pimpin oleh Administrator Pelabuhan sebagai penanggung jawab tunggal dan umum di pelabuhan. Dengan kata lain aspek komersial tetap dilakukan oleh PN Pelabuhan, tetapi kegiatan operasional pelabuhan dikoordinasikan oleh Lemabaga Pemenintah yang disebut Port Authority.
Tahun 1969-1983.
Pengeloaan Pelabuhan dalam likuiditas dilakukan oleh Badan PengusahaanPelabuhan (BPP) berdasarkan PP 1/1969 dan PP 18/1969.
Dengan adanya penetapan itu, pelabuhan dibubarkan dan Port Authority digantikan oleh BPP.
Tahun 1983-1992.
Status pelabuhan dalam Iikuidasi yang di kenal dengan BPP berakhir dengan keluarnya PP 11/1983 dan PP 17/1 983 yang menetapkan bahwa pengelolaan pelabuhan dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum).
Tahun 1992-sekarang.
Dilandasi oleh pertimbangan peningkatan efisiensi dan efektifitas perusahaan serta dengan melihat perkembangan yang dicapai oleh perum pelabuhan IV, pemerintah menetapkan melalui PP 59/1991 bahwa pengelolaan pelabuhan di wilayah Perum Pelabuhan IV dialihkan bentuknya dari Perum menjadi (Persero). Selanjutnya Perum Pelabuhan Indonesia IV beralih menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia IV.
Sebagai Persero, pemilikan saham PT.
Pelabuhan Indonesia IV yang berkantor pusat di jalan Soekamo No. 1 Makassar sepenuhnya dikuasai oleh Pemerintah, dalam hal ini Menteri Keuangan Republik Indonesia dan pada saat itu telah di alihkan ke Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Pelabuhan Pantoloan terletak di wilayah kota Palu yang merupakan pelabuhan utama di Provinsi Sulawesi Tengah. Letak geografis pelabuhan Pantoloan 00” - 06” LU/ 119” - 07” BT dan merupakan pelabuhan terbuka untuk pelayaran dalam negeri dan luar negeri.
Sebelum pelabuhan Pantoloan dibangun, yang menjadi pelabuhan utama Provinsi
Sulawesi Tengah adalah Pelabuhan Donggala. Sejalan dengan meningkatnya arus perdagangan dalam dan uar negeri, kegiatan pelabuhan Donggala dan tahun ke tahun mengalami peningkatan sehingga perlu diimbangi dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk kelancaran arus kapal, barang, penumpukan, dan hewan. Karena terbatasnya areal untuk pengembangan daerah kerja pelabuhan Donggala serta pertimbangari segi geografis, maka perlu segera dibangun pelabuhan baru sebagai alternatif pemecahan masalah.
Sejak tahun 1975 dibangunlah pelabuhan Pantoloan yang terletak 23 Km di sebelah utara kota Palu yang dinitai mempunyai prospek Iebih baik untuk dikembangkan sebagai pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan dalam negeri dan luar negeri.
Pada tahun 1978 pembangunan pelabuhan Pantoloan selesai dilaksanakan dan diresmikan oleh Mentri Perhubungan.
Sejak beroprasinyapelabuhan Pantoloan kegiatan pelabuhan Donggala Iebih darahkan untuk pelayaran kegiatan kapal- kapal lokal dan pelayaran rakyat.
Memiliki luas daerah perairan seluas 681,9 Ha dan daerah daratan seluas 10,5 Ha, sebagaimana ditetapkan dalam SKB dua Mentri yaitu Mentri Dalam Negeri dan Mentri Perhubungan melalui SKB nomor : 28/1993 dan nomor 44/1993 tanggal 27 Februari 1993 Tentang Batas DLKR/DLKP Pelabuhan Pantoloan. Saat ini Pelabuhan Pantoloan terus dikembangkan dan membawahi pelabuhan Kawasan Donggala terletak di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Prosedur Pelayanan Stuffing / Stripping PT. Pelindo IV (Persero) Terminal Petikemas Pantoloan.
Jumlah kontainer atau petikemas di Pelabuhan pantoloan milik PT.
Pelabuhan Indonesia IV (Persero) terminal petikemas pantoloan pada 2017 diperkirakankan sekitar 113.238 kontainer.
Namun kini jumlah kontainer atau petikemas yang disimpan di Terminal Petikemas Pantoloan sudah melampaui batas.
Kelebihan kapasitas jumlah kontainer, Pelindo melakukan penambahan perluasan lahan 1,6 ha di kawasan Pelabuhan Pantoloan. Saat ini lahan tersebut sedang proses pembangunan terminal container PT.
Pelindo IV (persero) Terminal Petikemas Pantoloan, rencana pembangunan pelabuhan Pantoloan, salah satunya akan dibangunnya pengembangan pembangunan penyimpangan container yard dan noalisasi parit. Kemudian pengembangan pembangunan container yard. Perluasan kawasan untuk penyimpanan peti kemas ini, sebenarnya tidak saja dapat dilakukan oleh pihak PT. Pelindo IV (persero)Terminal Petikemas pantoloan, Melainkan dapat dilakukan oleh masyarakat biasa dengan beberapa ketentuan yang harus dipenuhi. Namun, agar petikemas yang ada dapat disimpan dengan lahan yang dimiliki sendiri oleh masyarakat luas.
Adapun prosedur dalam kegiatan pelayanan stuffing / stripping petikemas di pelabuhan PT. Pelindo IV (Persero) terminal petikemas pantoloan yaitu : 1) EMKL / freight forwarder/ JPT
mengajukan permohonan pelayanan
stuffing / stripping petikemas (bentuk 1 D) ke P2JP dengan melampirkan dokumen pendukung sebagai berikut : a) Copy DO (Delivery order) / copy
BL (Bill Of Loading) untuk kegiatan stripping.
b) Copy recu / realisasi order dariperusahaan pelayaran untuk kegiatan stuffing.
2) EMKL / freight forwarder / JPT menerima nomor antrian / bat number untuk proses daftar perhitungan pelayanan stuffing / stripping petikemas (bentuk 3 D) setelah dilakukan proses vertifikasi dokumen oleh P2JP.
3) EMKL / freight forwarder / JPT menerima copy nota tagihan pelayanan stuffing / stripping petikemas (bentuk 4 D) untuk selanjutnya melakukan pelunasan ke kasir atau bank yang ditunjuk.
4) EMKL / Freight forwarder / JPT menyerahkan bukti pelunasan ke P2JP untuk diterbitkan job slip pelayanan stuffing / stripping petikemas.
5) EMKL / Freight Forwarder / JPT menyerahkan job slip ke divisi PBAU (Petugas CY/CFS) untuk mendapatkan pelayanan fisik (Stuffing / stripping petikemas).
6) EMKL / Freight Forwarder / JPT bersama Divisi PBAU (petugas CY/CFS) menandatangani bukti pelayanan stuffing / stripping petikemas (bentuk 2 D) setelah dilakukan pelayanan fisik, apabila masa berlaku job slip melebihi batas waktunya maka Divisi PBAU (Petugas CY/CFS) tidak dapat memberikan pelayanan untuk melaksanakan kegiatan stuffing / stripping barang dari/ke dalam petikemas, selanjutnya
EMKL / Freight Forwarder / JPT diharuskan menyelesaikan tagihan susulan ke P2JP.
B. Hambatan Dalam Pelayanan Stuffing / Stripping PT. Pelindo IV (Persero) Terminal Petikemas Pantoloan.
PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Terminal Petikemas pantoloan dalam melaksanakan pelayanan stuffing / stripping, menghadapi beberapa hambatan yang berpengaruh dalam proses pelayanan stuffing / stripping di pelabuhan yaitu antara lain :
a. Keterbatasan lahan lapangan penumpukan di area pelabuhan PT. Pelindo IV (Persero) Terminal Petikemas Pantoloan.
Permasalahan lain yang sering menghambat proses pelayanan stuffing / stripping di Terminal Petikemas Pantoloan yaitu terbatasnya lahan Lapangan Penumpukan Petikemas (CY). Keterbatasan ini tidak lepas dari tidak seimbangnya antara luas lapangan penumpukan dengan volume container yang telah tertampung.
Sebagaimana yang sayaketahui luas lapangan di terminal petikemas pantoloan seluas 49.200 M² dan hanya mampu menampung container sekitar 202.000 TEU’s. Karena, keaadaan dilapangan penumpukan sudah sangat sulit menemukan lahan yang bisa menampung seluruh container yang akan dimuat maupun dibongkar. Pada akhirnya hal ini mempengaruhi kelambatan kegiatan stuffing / stripping di PT. Pelindo IV (Persero) Terminal Petikmeass Pantoloan.
b. Adanya kebijakan pemerintah daerah kota palu yang melarang kontainer untuk masuk kota palu
Mulai 1 September 2017 Pemerintah kota palu, Telah mengsosialisasikan rute lintasan petikemas dalam rangka menata sistem lalu lintas angkutan khusus di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu.
Mobil container hanya bisa melintasi dua jalur di dalam kota palu yaitu pertama, jika tujuannya kearah Kabupaten Donggala, maka jalur yang dilintasi mulai dari jalan trans sulawesi menuju areal penggaraman Talise hingga jalan Cumi-cumi. Lalu terus kearah tipe menuju Donggala. Kedua, jika tujuannya ke wilayah kabupaten Sigi, maka jalur yang dilewati ialah Jalan Soekarno Hatta(bisa juga lewat jalan Hangtuah kemudian kearah STQ tembus Soekarno Hatta) kemudian kearah jalan Sisimagaraja dan Moh Yamin hingga jalan Dewi Sartika menuju Sigi. Bukan itu saja, waktu beroperasinya pun dibatasi, mulai pukul 00:00 malam hingga pukul 06:00 pagi.
Di luar jam itu mobil kontainer tidak boleh melintas dijalur-jalur tersebut.
Kepala dinas perhubungan (Dishub) Kota palu, Setyo Susanto menjelaskan, pihaknya telah menyurat ke ekspedisi-ekspedisi dan pemilik container terkait aturan ini. Surat itu bertujuan sebagai tahap sosialisasi pemberlakuan aturan tersebut.”SK Wali Kota juga sudah terbit. Terbitnya SK ini, tidak serta merta kita langsung menindak jika kita temukan. Aturan ini berlaku 1 September .”
Aturan ini akan didukung dengan pemasangan rambu-rambu terkait larangan melintas. Aturan ini sama sekali bukan bertujuan untuk menghambat pendistribusian barang ke konsumen yang dilakukan pengusaha yang menggunakan jasa container.
Namun untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dengan makin padatnya arus kendaraan di dalam kota Palu, ujar Kadishub.
Sebagai sebuah kebijakan yang bersinggungan langsung dengan berbagai kepentingan, larangan ini menyulut pro kontra. Larangan ini dianggap positif karena akan sangat efektif untuk mengurangi lalu lintas dalam kota yang akhir-akhir ini sudah padat. Adapun pihak lain yang mengkhawatirkan jika larangan ini diberlakukan akan mempengaruhi iklim investasi.
Begitulah setiap kebijakan akan selalu ada sisi positis dan negatifnya. Namun jika dicermati dalam konteks kepentingan yang lebih besar dan berdimensi jangka panjang maka larangan kontainer untuk beroperasi dalam kota memang sudah waktunya.
Bahwa para distributor barang yang terlanjur memiliki gudang dalam kota akan kesulitan, sebenarnya jauh sebelumnya sudah ada kebijakan pemkot untuk melokalisir pembangunan gudang di kecamatan Palu Utara.
c. Keterbatasan alat bongkar muat kontainer di CY / lapangan penumpukan
Dalam pelaksanaan kegiatan Stuffing / Stripping alat bongkar muat sangat berperan penting bagi kelancaran proses stuffing / stripping tetapi terkadang petugas operasional lebih fokus pada kegiatan bongkar/muat. Dalam cakupan masalah yang saya tulis, penulis akan menyoroti tentang kurangnya peralatan bongkar muat yang dimiliki Terminal Petikemas Pantoloan.
Selama melaksanakan praktek darat, saya menemukan adanya kekurangan alat Bongkat muat di Terminal Petikemas Pantoloan, Dimana PT. Pelindo IV (Persero) Terminal Petikemas Pantoloan memiliki :
1 unit Container Crane
1 unit Luffing Crane
2 unit RTG
2 unit Reach Stacker
1 unit Fork Lift 32 ton
1 unit Fork lift 7 ton.
C. Penanganan Pelayanan Stuffing / Stripping di PT. Pelindo IV (Persero) Terminal Petikemas Pantoloan.
Sebelum pendistribusian barang , sistem pengemasan yang banyak dipergunakan pada saat ini adalah berupa peti kemas. Seiring dengan perkembangan industri, arus barang dengan menggunakan peti kemas juga akan meningkat dengan pesat sehingga dibutuhkan suatu proses penanganan petikemas yang baik agar lapangan penumpukan peti kemas beserta peralatan penanganan petikemas dapat dimanfaatkan secara optimal. Demi terwujudnya kelancaran muat barang tanpa ada ketertinggalan maupun kekeliruan barang yang akan di kirim.
Penanganan pelayanan Stuffing / Stripping yang dilakukan PT. Pelindo IV (Persero) Terminal Petikemas Pantoloan yaitu, melakukan pelayanan Relokasi dari Blok bongkaran ke Blok Stuffing / Stripping setelah ada permohonan dan atau permintaan dari pihak EMKL/Pengguna jasa ,yaitu Lift On Full ,setelah container Full di Haulage Trucking ke Blok atau CY Stuffing /Stripping maka pihak EMKL / Pengguna Jasa melakukan stripping setelah itu Pihak Pelindo (Petugas Opeasional) merelokasi lahi ke Blok Muat dengan komponen kegiatan Lift Off container empty.
RuangLingkupnya adalah dimana gudang pengiriman, pintu masuk dan pintu keluar pos keamanan menyiapkan antara lain :
a. Data yang di perlukan
1. Perincian penyerahan barang.
2. Data panjang barang dan berat barang.
3. Packing list yang di buat gudang pemasaran.
4. Packing list yang di buat bagian export.
5. Invoice yang di buat bagian export.
b. Cek kesiapan barang.
1. Barang yang akan di kirim pastikan sudah di pilah oleh karyawan gudang untuk menghindari tercampurnya dengan barang yang tidak dikirim.
2. Hitung jumlah kemasan yang akan dikirim sudah cocok dengan data di invoice, dan packing list.
Dokumen yang terkait dalam kagiatan stuffing / stripping
Dokumen-dokumen yang terkait kegiatan stuffing / stripping sebelum dilakukannya kegiatan pelayanan stuffing stripping di gudang CFS Terminal Petikemas PT. Pelindo IV (persero) Terminal Petikemas Pantoloan, Pengguna jasa wajib menyertakan beberapa dokumen sebagai syarat untuk dilaksanakan proses pelayanan jasa di TPK Pantoloan, ada pula dokumen yang di cetak atau diterbitkan oleh TPK Pantoloan. Dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Delivery Order (DO) yaitu surat penyerahan atau pengambilan barang dan shipping company yang menyatakan bahwa barang tersebut adalah benar milik yang tercantum dalam D.O tersebut.
2. Warkat dana yaitu suatu keterangan pembayaran biaya pelayanan yang teah di Iaksanakan di TPK Pantoloan permohonan rubah status diketahui oleh perusahean pelayaran atau agen pelayaran, adalah surat dimana pemilik barang menyatakan bahwa status container telah berubah dan LCL ke FCL.
3. Manifest adalah suatu dokumen yang memberikan keterangan secara terperinci tentang container beserta isinya secara Iengkap.
4. Job order adalah surat perintah kerja yang diterbitkan oleh subdin pelayanan pelanggan dan digunakan sesuai perintah kerja yang tertera disurat perintah tersebut.
PENUTUP Kesimpulan
Prosedur dalam kegiatan pelayanan stuffing / stripping petikemas di pelabuhan PT. Pelindo IV (Persero) terminal petikemas pantoloan yaitu : 1. EMKL / freight forwarder/ JPT
mengajukan permohonan pelayanan stuffing / stripping petikemas (bentuk 1 D) ke P2JP dengan melampirkan dokumen pendukung sebagai berikut : a. Copy DO (Delivery order) / copy BL
(Bill Of Loading) untuk kegiatan stripping.
b. Copy resi / realisasi order dari perusahaan pelayaran untuk kegiatan stuffing.
2. EMKL / freight forwarder / JPT menerima nomor antrian / bat number untuk proses daftar perhitungan pelayanan stuffing / stripping petikemas (bentuk 3 D) setelah dilakukan proses vertifikasi dokumen oleh P2JP.
3. EMKL / freight forwarder / JPT menerima copy nota tagihan pelayanan
stuffing / stripping petikemas (bentuk 4 D) untuk selanjutnya melakukan pelunasan ke kasir atau bank yang ditunjuk.
4. EMKL / Freight forwarder / JPT menyerahkan bukti pelunasan ke P2JP untuk diterbitkan job slip pelayanan stuffing / stripping petikemas.
5. EMKL / Freight Forwarder / JPT menyerahkan job slip ke divisi PBAU (Petugas CY/CFS) untuk mendapatkan pelayanan fisik (Stuffing / stripping petikemas).
6. EMKL / Freight Forwarder / JPT bersama Divisi PBAU (petugas CY/CFS) menandatangani bukti pelayanan stuffing / stripping petikemas (bentuk 2 D) setelah dilakukan pelayanan fisik, apabila masa berlaku job slip melebihi batas waktunya maka Divisi PBAU (Petugas CY/CFS) tidak dapat memberikan pelayanan untuk melaksanakan kegiatan stuffing / stripping barang dari/ke dalam petikemas, selanjutnya EMKL / Freight Forwarder / JPT diharuskan menyelesaikan tagihan susulan ke P2JP.
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian penulis menemukan hambatan- hambatan dalam kegiatan pelayanan stuffing / stripping di PT. Pelindo IV (Persero) Terminal Petikemas Pantoloan, hambatan-hambatan tersebut yaitu antara lain :
1. Keterbatasan lahan lapangan penumpukan di area pelabuhan PT.
Pelindo IV (Persero) Terminal Petikemas Pantoloan.
2. Adanya kebijakan pemerintah daerah kota Palu yang melarang container untuk masuk kota Palu.
3. Keterbatasan alat bongkar / muat di PT. Pelindo IV (Persero) Terminal Petikemas Pantoloan.
Penanganan pelayanan Stuffing / Strippingyang dilakukan PT. Pelindo IV (Persero) Terminal Petikemas Pantoloan yaitu, melakukan pelayanan Relokasi dari Blok bongkaran ke Blok Stuffing / Stripping setelah ada permohonan dan atau permintaan dari pihak EMKL/Pengguna jasa ,yaitu Lift On Full ,setelah container Full di Haulage Trucking ke Blok atau CY Stuffing /Stripping maka pihak EMKL / Pengguna Jasa melakukan stripping setelah itu Pihak Pelindo (Petugas Opeasional) merelokasi lahi ke Blok Muat dengan komponen kegiatan Lift Off container empty.
Saran
1. PT. Pelindo IV (Persero) Terminal Petikemas Pantoloan perlu melakukan perluasan / penambahan luas
Lapangan Penumpukan
container,sehingga pelaksanaan kegiatan di Pelabuhan dapat berjalan dengan lancar.
2. Setiap kebijakan akan selalu ada sisi positif dan negatifnya.namun jika di cermati dalam konteks kepentingan yang lebih besar dan berdimensi jangka panjang maka masing pihak- pihak harus menyikapi sebagaimana mestinya untuk efektifitasnya semua kegiatan.
3. PT. Pelindo IV (Persero) Terminal Petikemas Pantoloan sebaiknya menambah alat Bongkar Muat, agar kegiatan Bongkar Muatdapatberjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Triatmodjo,Tentang Pelabuhan Inggris: ISO container, adalah peti atau kotak yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan International Organization for Standardization (ISO).
Peraturan pemerintah (PP) No. 17 Tahun 1983 yo PP. No. 7 Tahun 1985.
Selanjutnya pada tahun 1992, berdasarkan PP. 59 tahun 1991 Tentang status Badan Usaha Perum dialihkan menjadi Persero yaitu menjadi PT. Pelabuhan Indonesia IV.
PP No. 19/1960, maka status pengelolaan pelabuhan dialihkan dan Djawatan Pelabuhan berbentuk badan hukum yang disebut Perusahaan Negara. (PN) PP No. 19 tahun 1960 tersebut
pengelolaan pelabuhan umum diselenggarakan
PN pelabuhan I - VIll. Di Kawasan Timur Indonesia sendiri terdapat 4 (empat)
PN Pelabuhan yaitu : PN Pelabuhan Banjarmasin, PN Pelabuhan Makassar,
PN Pelabuhan Bitung dan PM Pelabuhan Ambon.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009, Tentang Kepelabuhanan
PP 11/1983 dan PP 17/1 983 yang menetapkan bahwa pengelolaan pelabuhan dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum).