IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang analisis fungsi kelembagaan perikanan ini dilaksanakan di Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa kelembagaan non-pasar dalam efisiensi alokasi sumberdaya perikanan di lokasi tersebut belum optimal.
Pertimbangan lain dalam pemilihan lokasi penelitian adalah adanya konflik pemanfaatan sumberdaya perikanan di lokasi penelitian. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Januari 2012 - Maret 2012.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan nelayan melalui kuisioner. Data primer meliputi tigkat pendapatan, tingkat penangkapan ikan, analisis peran dan fungsi kelembagaan terkait mekanisme pengelolaan perikanan, peran kelembagaan dan pihak terkait dalam mengatasi konflik pemanfataan dan pengelolaan sumberdaya perikanan. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Sukabumi, Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu, Syahbandar, Kantor Kelurahan Pelabuhanratu, dan literatu-literatur serta studi/penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian. Data sekunder meliputi peraturan perundang-undangan terkait pengelolaan sumberdaya perikanan, data potensi perikanan di Pelabuhanratu, data hasil tangkapan ikan di perairan Pelabuhanratu, dan kelembagaan perikanan setempat beserta peran masing-masing
stakeholder yang terkait. Secara lengkap jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Tujuan, Jenis, dan Sumber Data Penelitian
No. Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber Data 1. Mengidentifikasi kelembagaan non-pasar yang
mengalokasikan sumberdaya perikanan di Pelabuhanratu
Sekunder dan primer
Studi pustaka, literatur, dan wawacara 2. Menganalisis peran dan fungsi kelembagaan
non-pasar dalam mengatasi konflik pemanfaatan dan mengalokasikan sumberdaya perikanan di Pelabuhanratu
Sekunder Studi pustaka, literatur, dan
wawacara 3. Menganalisis peran aktor dalam kelembagaan
non-pasar dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di Pelabuhanratu.
Sekunder dan primer
Studi pustaka dan wawancara 4. Menganalisis efektivitas fungsi kelembagaan
non-pasar dengan menggunakan indikator unsustainability, inequity, dan prosperity
Sekunder dan Primer
Studi pustaka dan wawancara
4.3. Metode Pengambilan Sampel
Terdapat dua subjek penelitian dalam pengambilan sampel penelitian ini, yaitu informan dan responden. Informan adalah orang-orang atau pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan informasi mengenai diri sendiri, keluarga, pihak lain, dan lingkungannya. Informan yang diutamakan adalah tokoh-tokoh masyarakat adat yang berhubungan dengan kelembagaan nelayan setempat. Pemilihan informan utama dari tokoh-tokoh masyarakat didasarkan pada asumsi bahwa mereka adalah orang- orang yang mengetahui secara mendalam terkait kelembagaan dan peran kelembagaan perikanan setempat.
Penentuan responden dilakukan secara purposive sampling, dimana responden ditentukan berdasarkan pertimbangan keterwakilan informasi tentang objek penelitian. Nelayan yang dijadikan sampel adalah nelayan sekitar perairan
Pelabuhanratu terkait penjualan ikan hasil tangkapan dan lembaga yang mengaturnya.
Total responden yang akan diambil dalam penelitian ini dilakukan pengambilan sampel dengan berdasarkan metode desktiptif-korelasionel Gay, yakni sejumlah minimal 30 subjek (Muhamad, 2008). Jumlah sampel ini juga merupakan jumlah minimum sampel yang biasanya digunakan pada penelitian sosial ekonomi. Selain nelayan, responden lain yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, staf Kantor Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu, Staf Syahbandar Pelabuhanratu, dan Pengurus Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia, yaitu staf-staf yang memang berpotensi memberikan informasi terkait data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis secara deskriftif-kualitatif dengan panduan kuisioner. Data-data tersebut terlebih dahulu dilakukan pengkodean guna untuk menyeragamkan data. Selanjutnya data tersebut dipresentasekan berdasarkan jawaban responden melalui analisis deskriptif berupa tabel frekuensi dan grafik. Pengolahan dan analisis data akan dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan software Microsoft Excell 2007 dan Minitab14.
4.4.1. Identifikasi Kelembagaan Non-Pasar
Identifikasi kelembagaan non-pasar ini dilakukan untuk mengidentifikasi kelembagaan non-pasar yang mengatur pengalokasian dan pemanfaatan sumberdaya ikan di Perairan Pelabuhanratu. kelembagaan non-pasar dalam hal ini kelembagaan sebagai aturan main baik formal maupun non-formal. Secara lengkap identifikasi
kelembagaan non-pasar dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di Perairan Pelabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Identifikasi Kelembagaan Non-Pasar Sumberdaya Ikan di Pelabuhanratu
Peraturan Hal yang Diatur
Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan
Alat penangkapan ikan dan kapal perikanan, jumlah tangkapan, daerah, jalur, waktu atau musim penangkapan ikan, pencegahan pencemaran dan kerusakan sumber daya ikan serta lingkungannya Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan
Larangan penangkapan ikan dengan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak
Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan RI No. PER. 03/MEN/2009 Tentang Penangkapan Ikan dan/atau Pengankutan Ikan di Laut Lepas Menteri Kelautan dan
Perikanan RI
Jenis-jenis alat penangkapan ikan, pencegahan pencemaran, minimalisasi ikan by catch, dan mencatat dan melaporkan hasil tangkapan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI NOMOR PER. 16/MEN/2010 tentang Pemberian Kewenangan Penerbitan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) untuk Kapal Perikanan Berukuran di Atas 30 – 60 GT kepada Gubernur
Penggunaan alat tangkap purse seine pelagis besar, pukat udang, pukat ikan, dan longline
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. PER. 02/MEN/2011 Tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan alat bantu penangkapan ikan di Wilayah Pengelolaan Negara RI
Jalur penangkapan Ikan dan jenis alat penangkapan ikan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.
PER. 05/MEN/2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap
Kelestarian sumberdaya ikan
Keputusan Menteri Pertanian No.
392/Kpts/Ik.120/4/99 tentang Jalur-jalur Penangkapan Ikan
Larangan penggunaan jaring dengan ukuran mata jaring kurang dari 1 inch dan purse seine cakalang (tuna) dengan ukuran mata jaring kurang 3 inch Peraturan Daerah Kab. Sukabumi No. 3 Tahun
2002 tentang Izin Usaha Perikanan
Larangan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan-bahan peledak, bahan-bahan yang mengandung racun, trawl, dan menggunakan alat tangkap yang menggunakan mata jaring di bawah 5 cm.
Keputusan Bupati Sukabumi No. 493 Tahun 2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Izin Usaha Perikanan
Alat tangkap dan kapal penangkap ikan
4.4.2. Analisis Isi/Konten
Analisis isi/konten dimaksudkan untuk memahami peraturan perundang- undangan terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi serta menganalisis kelembagaan perikanan lokal baik formal maupun non-formal yang ada di Pelabuhanratu. Analisis ini penting dilakukan untuk mengetahui substansi kelembagaan formal dalam pengelolaan sumberdaya ikan. Melalui analisis ini diharapkan akan diperoleh data dan informasi terkait Rule of The Game perikanan di perairan Pelabuhanratu dan bagaimana keefektifan dalam pelaksanaan peran dan tugas masing-masing. Analisis isi/konten yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terkait dengan analisis perundang-undangan tentang perikanan dan implementasinya di lapangan. Analisis ini untuk melihat apakah Undang-Undang Perikanan telah terlaksana dan kaitannya dengan kelembagaan formal dan non-formal serta nelayan dan masyarakat sebagai pelaku undang-undang. Analisis konten ini juga dilakukan untuk mengidentifikasi kelembagaan perikanan yang mengatur alokasi sumberdaya perikanan di perairan Pelabuhanratu.
Tabel 6. Parameter dalam Analisis Konten Undang-Undang Parameter Analisis Tujuan Analisis 1. Demand
a. Pembatasan alat
penangkapan
Melihat konten undang-undang yang mengatur pembatasan alat tangkap di Perairan Pelabuhanratu
b. Pembatasan jumlah
nelayan
Melihat undang-undang yang mengatur pembatasan jumlah nelayan yang boleh beroperasi di Perairan Pelabuhanratu
c. Pembatasan jumlah kapal Melihat konten undang-undang yang mengatur jumlah kapal/perahu yang boleh beroperasi di Perairan Pelabuhanratu
d. Pembatasan akses Melihat konten undang-undang yang membatasi akses pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan di Perairan Pelabuhanratu
2. Supply
a. Konservasi, pencemaran, dan penggunaan alat tangkap yang merusak laut
Melihat konten undang-undang yang menyarankan untuk melakukan konservasi laut, larangan pencemaran laut, dan penggunaan alat tangkap yang merusak laut
b. Daerah dan jalur
penangkapan
Melihat konten undang-undang yang mengatur daerah dan jalur penangkapan ikan
c. Waktu dan musim
penangkapan
Melihat konten undang-undang yang mengatur waktu dan musim penangkapan ikan
d. Ukuran dan berat
minimum ikan yang boleh ditangkap
Melihat konten undang-undang yang mengatur ukuran dan berat minimum ikan yang boleh ditangkap
4.4.3. Analisis Stakeholder/Aktor
Salah satu pemicu gagalnya pengelolaan sumberdaya ikan di perairan Pelabuhanratu bisa disebabkan oleh ketidakjelasan peran setiap stakeholder yang seharusnya terlibat. Analisis stakeholder dilakukan terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
Stakeholder atau aktor adalah orang/lembaga/organisasi yang berperan di dalam pengelolaan sumberdaya ikan. Analisis ini dilakuan untuk mengetahui siapa saja, apa peran, dan bagaimana pelaksanaan tugas dari setiap stakeholder yang terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan. Analisis stakeholder ini juga
dilakukan guna menentukan dan menetapkan stakeholder yang diikutsertakan dalam strategi penguatan kelembagaan pemanfataan dan pengelolaan sumberdaya perikanan. Semua pihak atau stakeholder dianggap berperan penting dalam merumuskan suatu kebijakan, namun masing-masing stakeholder memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh yang berbeda. Maka dari itu, analisis stakeholder dalam penelitian ini sangat perlu dilakukan. Ramirez (1999) menjelaskan bahwa analisis stakeholder mengacu pada seperangkat alat untuk mengidentifiikasi dan
mendiskripsikan stakeholder atas dasar atributnya, hubungan timbal baliknya dan kepentingannya dalam kaitannya dengan isu atau sumberdaya yang ada. Tahapan analisis stakeholder dalam penelitian ini adalah:
1. Membuat tabel stakeholder, yang berisi informasi mengenai:
a. Daftar stakeholder
b. Kepentingan stakeholder, yaitu motif dan perhatiannnya pada kebijakan.
Untuk melihat tingkat kepentingan aktor digunakan skala likert, yaitu antara 1 sampai 5, dimana; 5 = sangat tinggi; 4 = tinggi; 3 = cukup tinggi; 2 = kurang tinggi; 1 = rendah. Indikator tinggi dilihat dari seberapa penting pengeloaan sumberdaya ikan terhadap masing-masing stakeholder
c. Pengaruh dari masing-masing stakeholder mengacu pada tingkat pengaruhnya dalam proses penyusunan kebijakan. Untuk penilaian tingkat pengaruh akan menggunakan skala likert yaitu antara 1 sampai 5, dimana; 5
= sangat kuat; 4 = kuat; 3 = rata-rata; 2 = lemah; 1 = sangat lemah.
Indikator kuat atau lemahnya pengaruh dari setiap stakeholder adalah dilihat
dari tingkat kewenangannya dalam penyusunan kebijakan pengelolaan sumberdaya dalam hal ini sumberdaya perikanan di Pelabuhanratu termasuk dalam pembentukan kelembagaan.
Tabel 7. Analisis Stakeholder pengelolaan sumberdaya perikanan di Pelabuhanratu
Stakeholder Kriteria Evaluasi Keputusan Keterlibatan Kepentingan Pengaruh
2. Dari informasi pada Tabel 7, maka selanjutnya disusunlah diagram seperti Gambar 2. untuk menggambarkan tingkat kepentingan dan pengaruh masing- masing stakeholder dan posisi stakeholder apakah masuk kategori subjek, pemein, penonton, atau aktor. Informasi pada kuadran tersebut sekaligus akan menjadi dasar penentuan jumlah stakeholder yang perlu dilibatkan dan diikutsertakan dalam merumuskan strategi penguatan kelembagaan pengelolaan sumberdaya perikanan di Perairan Pelabuhanratu.
Tinggi
Kepentingan
Rendah Tinggi
Rendah Tinggi
Pengaruh
Gambar 2. Tingkat Kepentingan dan Pengaruh Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pelabuhanratu
A
Subjek C
Penonton B
Pemain D
Aktor
Analisis stakeholder ini dilakukan untuk mengidentifikasi peran setiap aktor yang bermain dalam alokasi sumberdaya perikanan di perairan Pelabuhanratu yang dapat juga dilakukan dengan melihat secara detail konten undang-undang yang ada terkait pengendalian demand dan alokasi supply. Terlebih dahulu akan diindetifikasi undang-undang terkait yang mungkin saja undang-undang yang mengatur sudah dikeluarkan akan tetapi belum diterapkan atau bahkan tidak ada sama sekali peraturan yang mengatur terkait pengendalian supply dan demand perikanan baik lokal maupun nasional. Analisis ini juga untuk melihat peran aktor dalam kelembagaan dalam hal ini kelembagaan sebagai aturan main perikanan yang ada baik kelembagaan perikanan formal maupun non-formal yang ada di Pelabuhanratu. Analisis ini juga dilakukan untuk mengidentifikasi stakeholder beserta pengaruh dan kepentingannya dalam pengelolaan sumberdaya ikan di Perairan Pelabuhanratu. Stakeholder dalam penelitian ini kan dibagi berdasarkan pengaruh dan kepentingan serta perannya secara langsung atau tidak dalam pengelolaan sumberdaya ikan.
4.4.3. Analisis Konflik
Untuk menganalisis berbagai konflik antar pemangku kepentingan (stakeholder) dalam pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Pelabuhanratu digunakan pendekatan yang dilakukan oleh Fisher et al (2000) dalam Suhana (2008).
Dalam metode analisis ini, sebelumnya harus dipahami terlebih dahulu mengapa konflik itu terjadi: 1) agar dipahami latar belakang dan sejarah suatu situasi dan kejadian-kejadian saat ini; 2) identifikasi kelompok yang terlibat, dan tidak hanya kelompok yang menonjol saja; 3) agar memahami pandangan semua kelompok dan
lebih mendalami bagaimana hubungan mereka satu sama lain; 4) identifikasi faktor- faktor dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari konflik; dan 5) agar belajar dari kegagalan dan juga kesuksesan.
Analisis konflik ini guna mengetahui akar dari konflik yang selama ini terjadi antara nelayan kecil dan nelayan besar dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan Pelabuhanratu dan berbagai konflik lainnya terkait pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan di tempat penelitian. Analisis ini diarahkan untuk mengkaji peran dan fungsi kelembagaan dan pemerintahan terkait dalam menyelesaikan konflik tersebut. Melalui analisis ini dapat diketahui sejauh mana kelembagaan telah melakukan perannya terkait pelayanan jasa kepada masyarakat. Menurut Suhana (2008), terdapat tiga sumber yang menjadi penyebab terjadinya konflik sumberdaya ikan di perairan Pelabuhanratu, yaitu produksi penangkapan nelayan payang terus menurun, meningkatnya jumlah bagan apung di perairan Pelabuhanratu, dan pelanggaran jalur penangkapan ikan. Hal ini yang kemudian akan memperparah kondisi supply dimana yang dioptimalkan hanyalah supply jangka pendek tanpa memikirkan persediaan stok ikan di masa mendatang.
Konflik dalam hal ini terjadi karena keterbatasan resource system dalam menyediakan resource unit dalam hal ini sumberdaya perikanan. Salah satu peran kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya ikan mengatasi konflik yang terjadi.
Analisis konflik ini menggunakan beberapa parameter, secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Paremeter dalam Analisis Konflik
Parameter Analisis Tujuan Analisis 1. Konflik Pemanfaatan (assignment problem)
a. Jalur penangkapan Untuk melihat sejauh mana rebutan ruang pemanfaatan sumberdaya ikan menimbulan konflik diantara nelayan
b. Penggunaan rumpon 2. Penggunaan alat tangkap
a. Meningkatnya jaring angkat yang beroperasi di Pelabuhanratu
Untuk melihat konflik akibat penggunaan alat tangkap dan sejauh mana kelembagaan berperan dalam mengatasi konflik tersebut 3. Right to access/ Property Right Melihat sejauh mana ketidakberadaan
pembatasan akses nelayan non-lokal dapat menimbulkan konflik