• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahasa Pada Dialog Iklan Produk - Produk Pt Unilever Tbk Ditelevisi Swasta Indonesia (Kajian Pragmatik) Berlian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahasa Pada Dialog Iklan Produk - Produk Pt Unilever Tbk Ditelevisi Swasta Indonesia (Kajian Pragmatik) Berlian"

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAHASA PADA DIALOG IKLAN PRODUK - PRODUK

PT UNILEVER TBK DITELEVISI SWASTA INDONESIA

(KAJIAN PRAGMATIK)

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Magister

Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Deskriptif

Oleh:

BERLIAN RAHARJO

NIM: S110809004

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

MINAT UTAMA LINGUISTIK DESKRIPTIF

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

commit to user PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama : Berlian Raharjo

NIM : S110809004

Program Studi : Linguistik

Minat Utama : Linguistik Deskriptif

Program : Pascasarjana

Universitas : Universitas Sebelas Maret

Judul Karya Ilmiah : BAHASA PADA DIALOG IKLAN PRODUK – PRODUK PT UNILEVER TBK DI TELEVISI SWASTA INDONESIA (KAJIAN PRAGMATIK)

Menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan

sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis oleh

orang lain atau telah digunakan sebagai persyaratan penyelesaian studi di perguruan

tinggi lain kecuali pada bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan

mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.

Apabila ternyata terbukti pernyataan ini tidak benar maka sepenuhnya

menjadi tanggung jawab saya.

Surakarta, 21 Februari 2012

(5)

commit to user MOTTO

Setiap detik

yang kita gunakan untuk

me-non-aktif-kan

kekuatan,

adalah

detik yang sama

untuk

me-non-aktif-kan

kelemahan.”

(6)

commit to user

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil 'alamin segala puji dan syukur saya panjatkan kepada

ALLAH SWT, yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayatnya sehingga tesis

ini dapat diselesaikan dengan baik. Dengan ketulusan hati, saya persembahkan

tesis ini untuk mereka yang telah memberikan motivasi dan semangatnya

khususnya bagi kedua orang tua saya yaitu Bapak Heru Tri Raharjo, S.T.P. dan

Ibu Satiyem, S.Pd. Saya juga persembahkan tesis ini kepada teman-teman saya di

Program Studi Linguistik Program Pascasarjana (PPs) UNS tahun angkatan 2009,

yang senantiasa memberikan motivasi sehingga saya bisa menyelesaikan tesis ini

dengan sebaik mungkin.

Untuk bapak Mario Teguh (Mario Teguh Golden Ways), bapak Tung

Desem Waringin, bapak Bambang Ifnu (Property Plus), Mrs. Merry Riana, saya

ucapkan terima kasih atas motivasinya. Untuk adikku tercinta (Vivin, Sisil, Nia,

Anis, Lala) yang selalu mendoakan serta mendukung saya, terima kasih atas

semuanya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan pakar

periklanan yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi informasi yang

bermanfaat. Selanjutnya, saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman di

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (Bertus, Mifta), Universitas Negeri

Yogyakarta (Murti), dan Universitas Diponegoro (Ratih Kusumaningsari).

Kepada seluruh teman temanku di Medan, Kalimantan, Jakarta, Banten, Bali,

Magelang, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, saya ucapkan terima kasih atas

(7)

commit to user

Untuk tim Condong Catur Yogyakarta (Bapak Yohanes, Ibu, Leo, Linda)

terimakasih atas doa dan dukungannya. Untuk teman-teman Joho Baru (Habib,

Pras, dek Shelma) terima kasih atas inspirasi dan doa yang sudah kalian berikan.

Untuk staf PT Bahari Cahaya Raya (khususnya Bp. Eddy Lestari dan Bp. Eduard

Patrick) beserta staf yang telah memberikan dukungan baik dukungan waktu

maupun motivasi saya mengucapkan terima kasih. Tesis ini juga dipersembahkan

untuk teman teman yang sangat menyenangkan di The A Central Property Solo

(non Ambar, non Lia, Mas Adit, Mbak Tika, Mas Rudy, Mas Hari, Pak Adib

(8)

commit to user

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Bahasa Pada

Dialog Iklan Produk-Produk PT Unilever Tbk di Stasiun Televisi Swasta

Indonesia (Kajian Pragmatik)”. Penyusunan tesis ini untuk memenuhi sebagian

persyaratan guna memperoleh gelar Magister Humaniora pada Program Studi

Lingusitik Minat Utama Linguistik Deskriptif di Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan tesis ini, berbagai pihak telah banyak memberikan

motivasi, bantuan, kritik dan saran sehingga dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih kepada: Ketua Program Studi Linguistik Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed, M.A.,

Ph.D. yang sekaligus sebagai pembimbing yang telah banyak memberikan

pengetahuan, bimbingan, saran, dan doa restunya. Terima kasih juga diucapkan

kepada Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana selaku pembimbing pertama yang telah

memberikan pengetahuan dan bimbingannya yang sangat bermanfaat bagi

penyusunan tesis ini. Selanjutnya, saya ucapkan terima kasih kepada Dr.

Sudaryanto selaku dosen mata kuliah metode penelitian yang telah memberikan

berbagai informasi, pengetahuan dan bimbingannya sehingga tesis ini dapat

(9)

commit to user

Saya juga berterimakasih kepada direktur program pascasarjana

Universitas Sebelas Maret, Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS., beserta seluruh staf

atas segala kemudahan yang telah diberikan selama pendidikan. Terima kasih juga

saya ucapkan kepada general manager PT. Bahari Cahaya Raya, bapak Eduard

Patrick beserta seluruh staf atas segala bantuan dan kemudahan yang diberikan

selama melaksanakan penelitian sehingga tesis ini dapat selesai tepat pada

waktunya. Tidak lupa saya ucapkan hormat saya kepada ayah dan ibu saya, Heru

Tri Raharjo, S.T.P dan Satiyem S.Pd. serta adik saya Vivin Intan Raharjo, A.Ho.,

yang selalu memberikan dukungan moril dan materiil sehingga tugas akhir ini

dapat terlaksana dengan baik.

Ucapan terima kasih saya tujukan kepada sahabat dan teman-temanku pak

Salim, pak Iqbal, bu Sri, pak Naryo, pak Sutarman, mas Adi, mas Harsono, mas

Tri, mas Nanda, Favorita, Ken Fitria, Liana, mbak Septi, mbak Dinar, mbak

Donna, mbak Puspa, serta semua anggota Pascasarjana UNS angkatan 2009 yang

tidak mungkin saya sebutkan satu persatu. Kepada semua pihak yang telah

membantu pada proses penelitian, saya mengucapkan terima kasih atas dukungan

dan doanya selama ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga

tesis ini dapat berguna bagi kita semua.

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

Surakarta, 21 Februari 2012

(10)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

PENGESAHAN PEMBIMBING TESIS... ii

PENGESAHAN TESIS... iii

PERNYATAAN... ... iv

DAFTAR DIAGRAM & GAMBAR... xii

ABSTRAK... xiv

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR... 32

2.1. Kajian Teori 2.1.1. Konsep Pragmatik..…... 32

2.1.2. Konsep Implikatur Percakapan... 34

2.1.3. Prinsip Kerjasama (Cooperative Principle)... 39

2.1.4. Kegunaan Implikatur…...………….….…….... 42

2.1.5. Fungsi Bahasa Iklan...…..……..…... 43

2.1.6. Televisi sebagai Media Iklan……….…... 46

2.1.7. Fungsi Iklan dan Budaya...…... 50

2.1.7.1. Fungsi iklan... 50

2.1.7.2. Teori Budaya... 53

2.1.8. Mengenai PT Unilever Tbk.…... 54

2.2. Penelitian yang Relevan….…….……...………... 57

(11)

commit to user

BAB III METODE PENELITIAN ... 63

3.1. Jenis dan Bentuk Penelitian…... 63

3.2. Sumber Data... 64

3.3. Teknik Sampling... 65

3.4. Metode Penyediaan Data..………... 65

3.5. Teknik Penyediaan Data……... 66

3.6. Keabsahan Data...…...……….….…………... 67

3.7. Analisis Data...…....……….….…………... 68

3.8. Penyajian Hasil Analisis Data...….…………... 71

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 72

4.1. Analisis...…... 72

4.2. Pembahasan...………... 92

4.2.1. Fungsi bahasa pada dialog iklan produk- produk PT Unilever Tbk di stasiun televisi swasta Indonesia... 92

4.2.2. Penerapan prinsip kerjasama pada dialog iklan produk-produk PT Unileer Tbk di stasiun televisi swasta Indonesia... 106

4.2.3. Wujud pengungkapan implikatur percakapan yang terjadi pada dialog iklan produk PT Unilever Tbk di stasiun TV Swasta di Indonesia... 125

(12)

commit to user DAFTAR TABEL

TABEL I.1 Tabel klasifikasi data berdasarkan teori M.A.K Halliday 75

TABEL II.1 Tabel klasifikasi data berdasarkan teori Grice... 85

TABEL III.1 ...…………... 88

TABEL IV.1 ...…………... 89

TABEL V.1 ...……... 90

TABEL VI.1 ... 91

(13)

commit to user

DAFTAR DIAGRAM & GAMBAR

DIAGRAM I Diagram Kerangka berpikir dalam Analisis

Bahasa iklan Produk PT Unilever Tbk...……….……... 60

GAMBAR II Gambar Logo PT Unilever Tbk... 200

GAMBAR III Gambar Produk – Produk

PT Unilever Tbk... 201

GAMBAR IV H.Paul Grice... 202

(14)

commit to user ABSTRAK

Berlian Raharjo. S110809004. 2012. Bahasa Pada Dialog Iklan

Produk-Produk PT Unilever Tbk di Televisi Swasta Indonesia (kajian Pragmatik).

Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing I Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana, Pembimbing II Prof. Drs. M.R. Nababan, M. Ed., M.A., Ph. D.

Salah satu keunikan dari fenomena kebahasaan yang terjadi saat ini adalah mengenai penggunaan bahasa pada dialog iklan khususnya pada iklan percakapan produk-produk PT Unilever Tbk. Penelitian ini bertujuan untuk (a) memahami dan menjelaskan fungsi bahasa pada dialog iklan, (b) mendeskripsikan penerapan prinsip-prinsip kerjasama (cooperative principles) pada dialog iklan produk-produk PT Unilever Tbk di televisi swasta Indonesia, (c) mendeskripsikan wujud pengungkapan implikatur percakapan, dan (d) menjelaskan alasan mengapa iklan produk PT Unilever Tbk dapat mempengaruhi konsumen melalui tayangan iklannya.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sedangkan instrumen sekunder adalah kamera handphone, televisi, peralatan menulis, dan kartu data. Untuk memvalidasi data maka digunakan teknik trianggulasi. Selain itu, peneliti menggunakan trianggulasi sumber yaitu dengan menggunakan berbagai macam sumber data yang tersedia. Dengan demikian data yang sama atau sejenis diyakini akan lebih valid kebenarannya bila diperoleh dari beberapa sumber berbeda.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, fungsi bahasa yang paling dominan adalah fungsi representatif yakni memberikan informasi kepada konsumen mengenai suatu produk. Kemudian, produsen juga menerapkan dan melanggar keempat maksim dari prinsip kerjasama. Penerapan maksim kerjasama digunakan karena iklan memerlukan informasi yang benar, informatif, jelas, dan tidak ambigu. Pertama, penerapan maksim kualitas ditandai oleh informasi yang benar dan memiliki bukti yang diberikan oleh peserta tutur. Kedua, penerapan maksim kuantitas ditunjukkan dengan adanya informasi yang cukup dan tidak melebihi yang dibutuhkan yang diberikan oleh peserta tutur. Ketiga, penerapan maksim hubungan ditunjukkan oleh adanya kesesuaian antara informasi yang terdapat dalam tuturan dengan topik yang dibicarakan oleh peserta tutur. Keempat, penerapan maksim cara terlihat dari kejelasan informasi, menghindari ungkapan yang kabur, bertutur singkat dan teraturdalam menyampaikan informasi. Produsen menggunakan implikatur pada dialog percakapan iklan dengan konteks yang berbeda-beda. Iklan mempengaruhi konsumen dengan menggunakan penggabungan antar unsur yakni suara, tulisan, gambar. Unsur tersebut merupakan satu rangkaian dengan narasi iklan. Sesuatu yang ditulis dalam narasi iklan PT Unilever tersebut dituangkan dalam dialog iklan dan mempunyai daya perlokusi.

(15)

commit to user ABSTRACT

Berlian Raharjo. S110809004. 2012. Language in Advertisement Dialogues of

PT. Unilever Tbk’s Products Broadcasted on Indonesian private television channels (A Pragmatics Studies). Thesis Supervisor I : Prof. Dr. M. Sri

Samiati Tarjana. Thesis Supervisor II : Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. Thesis. Postgraduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta.

The unique phenomenon nowadays is the use of language in advertisement, especially in advertisement dialogues of PT. Unilever Tbk’s products. This research aims to (a) understand and explain the functions of language in advertisement, (b) describe the application of cooperative principles in advertisement dialogues of PT. Unilever Tbk’s products broadcasted on Indonesian private television channels, (c) describe the form of utterance of implicature dialogues, (d) explain the reasons why the advertisements can influence the customers.

This research is descriptive qualitative in nature. It explains the language phenomena in terms of words, diagrams, and tabels. The main instrument of this research is the researcher, while the secondary instruments are hand phone camera, television, stationeries, and data cards. In order to validate the data, the researcher used triangulation technique. Triangulation in terms of data sources is applied in this research. Therefore, the data are believed to be more valid whenever they are taken from different sources of data.

Based on the analysis and the discussion, the representative function is frequently used by the producer, i.e., to give information. The producer applies and breaks the four maxims of cooperative principles. Advertisements require correct, informative, clear, and unambiguous information. First, maxim of quality refers to the use of correct information with evidences given by the speakers. Second, maxim of quantity is marked by the adequate information which does not exceed the needs expected by the speakers. Third, maxim of relation is marked by the conformity between information contained in the utterances and the topic being discussed by the speakers. Fourth, maxim of manner is marked by the clear information available. Besides, maxim of manner is also seen in the manner of the speakers who speak simple, well-arranged utterances, and avoid unclear information. The producer also uses implicature in different contexts. The advertisement influences the consumers by using several elements such as sounds, texts, pictures, and messages. The elements in advertisements are generally in a good unity. The written texts in the dialogue of advertisement has perlocutionary force.

(16)
(17)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Suatu fenomena menarik yang terjadi di Indonesia saat ini adalah

terjadinya beragam persaingan berbagai macam produk atau barang kebutuhan

sehari-hari. Hal ini tentunya juga berimbas pada persaingan harga produk-produk

tersebut. Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia

merupakan tempat yang strategis untuk bersaing dan berkembangnya berbagai

produk seperti busana (fashion), produk telekomunikasi, susu pertumbuhan untuk

anak, sepeda motor, mobil, perhiasan, barang elektronik, dan aksesoris lainnya.

Melalui berbagai sumber informasi yang terpercaya seperti informasi pada

laman atau website, koran, dan majalah, konsumen dapat mengetahui jenis produk

dan harga barang dalam waktu yang relatif singkat. Beragam informasi yang bisa

diakses dengan cepat membuat konsumen semakin kritis dalam memilih produk

baik di pasar modern maupun tradisional. Melihat kondisi tersebut, produsen

tentunya tidak hanya diam tetapi juga melakukan terobosan agar dapat bersaing

dengan produsen lain. Salah satu cara yang ditempuh agar dapat bertahan dan

unggul dalam persaingan adalah dengan meningkatkan kemampuan mengelola

dan menyampaikan informasi dengan cepat dan berimbang kepada konsumennya.

Bentuk penyampaian informasi yang dimaksud adalah iklan. Adapun pengertian

iklan menurut Widyatama (2005: 13) adalah bentuk penyajian pesan yang

dilakukan oleh komunikator secara personal melalui media untuk ditujukan

(18)

commit to user

Melalui kegiatan pengiklanan, konsumen sebagai pembeli diharapkan

dapat mengetahui karakteristik barang atau jasa yang diiklankan. Dengan

mengetahui karakteristik barang maka konsumen tidak akan mudah terkecoh

dengan tayangan iklan. Saat ini iklan telah menjelma menjadi sesuatu yang

awalnya hanya berupa lembar pengumuman yang berfungsi untuk memberikan

informasi; kini telah berubah menjadi perusahaan besar yang cenderung bersifat

kapitalis yang berorientasi pada uang. Cepat atau lambat iklan akan menguasai

seluruh lapisan komunikasi baik di media massa cetak maupun elektronik

sehingga keduanya tidak akan dapat bertahan tanpa keberadaan iklan. Iklan juga

sangat berpengaruh di wilayah politik, dan bahkan mampu mempengaruhi

nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Iklan mengambil alih seluruh sistem

komunikasi masyarakat dan akhirnya hanya akan ada satu cara untuk memahami

masyarakat yaitu dengan memahami makna dalam iklan itu sendiri.

Dalam dunia industri, iklan memiliki peranan yang sangat penting dan

berpengaruh pada hasil pemasaran dan penjualan suatu produk. Salah satu kunci

kesuksesan sebuah iklan dalam dunia industri terletak pada bagaimana cara

produsen mengolah pesan dengan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya suatu

pesan dapat diterima oleh masyarakat. Bahasa juga merupakan salah satu faktor

penting penentu keberhasilan iklan. Bahasa yang digunakan dalam iklan disusun

dengan kata-kata yang mengandung daya persuasif yang komunikatif. Bahasa

persuasif yaitu bahasa yang bersifat mempengaruhi konsumen agar membeli

produk yang ditawarkan dalam berbagai bentuk dan disampaikan lewat berbagai

media. Oleh karena itu, bahasa sebagai sarana komunikasi dalam sebuah iklan

(19)

commit to user

Dikatakan menarik karena dari sisi bahasa dan desain iklan sangatlah

beragam. Hal ini karena kreativitas manusia yang dinamis serta didukung pula

dengan perangkat lunak (software) untuk desain grafis yang sangat canggih yaitu

dengan program Photoshop Cs maupun Corel Draw versi X yang dioperasikan

dengan menggunakan komputer berteknologi tinggi. Saat ini juga sudah ada

printer canggih yang dapat digunakan untuk mencetak gambar dengan ukuran

sangat besar dengan kualitas sangat baik. Karena alasan itulah produsen semakin

antusias memasarkan produknya dengan desain yang sangat unik dan bahkan

lebih unik dari yang pernah ada.

Perpaduan antara gambar, warna, media, suara dan tulisan merupakan

perpaduan yang luar biasa dan efektif untuk memasarkan suatu produk. Perpaduan

tersebut ditujukan kepada masyarakat agar tertarik terhadap iklan dan produk

yang diiklankan. Sutherland & Sylvester (2004: 4) menyatakan bahwa hampir

seluruh orang di dunia tertarik pada iklan. Mereka juga mengatakan bahwa tidak

kurang dari empat ratus juta dollar dialokasikan untuk periklanan di Amerika

setiap tahunnya. Iklan bahkan juga sangat efektif untuk memasarkan produk yang

belum terkenal sekalipun. Di Indonesia, iklan banyak sekali ragamnya seperti

iklan radio, iklan internet, iklan televisi, iklan pamflet, iklan baliho dan

sebagainya. Cara penyampaian dan media yang digunakan dalam iklan tersebut

pun berbeda berdasarkan pada tujuan yang akan dicapai.

Selain melalui media di atas, ada juga iklan unik yang menggunakan

manusia sebagai media. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, dan

Surabaya, salah satu produk operator telepon memasarkan produknya dengan

(20)

commit to user

yang intinya adalah menawarkan produk kartu operator telepon. Yang kreatif dari

media tersebut adalah menjadikan manusia sebagai model iklan. Tempat yang

dipilih adalah perempatan di jalan raya yang sangat padat dan ramai. Bagi

pengguna jalan, waktu seratus detik merupakan waktu yang lama untuk

menunggu lampu isyarat lalu lintas APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas)

yang berwarna hijau menyala. Namun bagi produsen iklan hal ini justru bisa

menjadi lahan keuntungan sebab peluang pengendara yang berhenti di dekat

lampu isyarat lalu lintas untuk membaca teks iklan tersebut cukup besar.

Iklan bisa dikategorisasikan dan bahkan dinilai berbeda-beda oleh setiap

konsumen. Iklan rokok Sampoerna Hijau, sebagai contoh, dinilai oleh sebagian

orang merupakan iklan yang lucu. Namun, bagi sebagian orang yang lain

mengatakan iklan tersebut merupakan iklan menarik. Iklan tersebut dianggap lucu

atau menarik karena menceritakan Geng Hijau yang dikemas secara

menyenangkan dan humoris. Sampai hari ini, ceritanya sudah dibuat dalam lima

belas versi dengan tema yang hampir sama yakni tentang kebersamaan. Saat

pertama kali muncul tahun 2000, slogan yang diangkat adalah “Asyiknya

Rame-rame”. Iklan ini ternyata sangat terkenal dimasyarakat. Slogan “ijo-ijo” pun

menjadi ungkapan yang mudah diingat oleh konsumen. Dikatakan “ijo-ijo” karena

semua atribut rokok dan bungkus identik dengan warna hijau dan hal ini menjadi

ikon rokok tersebut.

Iklan yang kedua adalah iklan penyedia layanan kartu prabayar telepon

seluler yaitu Excelcomindo (XL). Selain dianggap iklan yang lucu dan menarik,

iklan XL ini juga dinilai oleh sebagian konsumen sebagai iklan yang menyebalkan

(21)

commit to user

awal tahun 2011, iklan yang terbaru adalah versi ‘Baim’. Iklan tersebut juga unik

karena menampilkan Baim yakni seorang artis cilik ibukota sebagai penyampai

pesan. Karena iklan tersebut sangat menarik, banyak produsen lain memodifikasi

iklan tersebut dengan cara memproduksi iklan yang serupa tetapi lebih kreatif.

Selanjutnya, iklan milik PT Indofood Sukses Makmur yang diberi judul

‘Dari Sabang sampai Merauke’ juga telah berhasil menanamkan kesan bahwa PT

Indofood memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi (high social responsibility)

kepada masyarakat. Melalui iklan ini, PT Indofood dicitrakan telah menjadi

kebanggaan masyarakat Indonesia sebagai sebuah aset bangsa. Tahun ini PT

Indofood kembali mengeluarkan iklan baru dengan melibatkan pemuda-pemudi

dari berbagai daerah. Iklan ini mengubah lirik jingle ‘Dari Sabang Sampai

Merauke’ dengan menggunakan berbagai bahasa daerah yang dipadukan dengan

bahasa Indonesia. Setiap tahun PT Indofood juga menyelenggarakan Indomie

Jingle Dare 2011 yang merupakan ajang pencarian lagu tema Indomie oleh

band-band pendatang baru. Di tahun 2011, Indomie menggunakan tema ‘Sing Your

Story (nyanyikan ceritamu)’.

Kemudian ada perusahaan lain yang menggunakan cara yang sama yakni

PT Unilever yang menerapkan tanggung jawab sosial (corporate social

responsibility) khususnya pada produk Lifebuoy dengan slogannya ‘Lifebuoy

Berbagi Sehat’. Lifebuoy telah mengenalkan kepada masyarakat tentang

kampanye nasional cuci tangan pakai sabun. Lifebuoy juga menyumbangkan Rp

10,- dari produknya untuk sarana kebersihan. Dari beberapa contoh tersebut,

produsen menggunakan kreativitasnya untuk berkomunikasi dengan konsumen

(22)

commit to user

Dalam dunia usaha pada khususnya, produsen tidak dapat secara langsung

dapat bertemu dan memasarkan produknya kepada konsumen. Dalam situasi

seperti ini, iklan merupakan salah satu solusi karena di manapun dan kapanpun,

mereka dapat berkomunikasi dengan menggunakan media tersebut. Nampaknya

permasalahan yang dijumpai dalam proses komunikasi adalah permasalahan

bahasa. Pemahaman konsumen yang berbeda terhadap dialog yang terdapat pada

iklan tentunya dapat membuat makna pesan iklan menjadi tidak jelas. Sebagai

contoh, produsen menggunakan istilah up to yang dalam bahasa Indonesia

diterjemahkan ‘hingga’. Bila diperhatikan, di toko pakaian banyak tulisan ‘diskon

dari 10% up to 50%’ dan bersifat promosi. Ini artinya bahwa dari setiap seratus

jumlah barang yang ditawarkan kepada konsumen, ada sepuluh barang yang

diberikan diskon hingga pada angka tertentu. Dengan demikian, tidak semua

barang mendapatkan diskon. Kemudian, bila kita menemui iklan restoran “Paket

OK Rp 36.500++/pax” maka kita mungkin beranggapan bahwa paket ini sangat

murah. Tapi pada kenyataannya konsumen bisa menghabiskan lebih dari seratus

ribu rupiah untuk makan berdua; tentunya setelah ditambah dengan harga

minuman dan biaya pajak dan pelayanan (tax and service). Kata kunci dari iklan

tersebut adalah pada tulisan “/pax”. Hal ini merupakan teknik promosi yang

menjebak namun banyak konsumen yang belum memahaminya. Selanjutnya,

provider XL yang menggunakan slogan “nelpon gratis.” Iklan ini tidak

sepenuhnya benar karena kata ‘gratis’ seharusnya berarti ‘tidak membayar’ dan

pada kenyataanya konsumen justru harus membayar tarif yang sudah ditentukan.

Sama halnya dengan hal tersebut, provider warnet (warung internet) yang

(23)

commit to user

Mbps’ (tiga juta bit per detik) pada spanduk iklan yang dipasang. Namun pada

kenyataanya kecepatan unduh tidak akan dapat mencapai angka yang tertera pada

iklan tersebut. Contoh lain adalah iklan pada suatu rumah makan yang menuliskan

harga Rp 10.000 pada salah satu menu makanan tetapi tetap mewajibkan

konsumen membayar biaya pajak pelayanan (service charge). Berbeda dengan

hotel, biasanya rumah makan memang tidak mencantumkan service charge pada

iklan yang dibuatnya. Dan dari semua contoh yang sudah diberikan yang paling

dikenal oleh masyarakat adalah iklan yang menggunakan istilah ‘syarat dan

ketentuan berlaku’, ‘beli satu gratis satu’, ‘barang yang sudah dibeli tidak dapat

dikembalikan’, dan ‘selama persediaan masih ada’ atau bahkan menggunakan

tanda asterisk (*) yang berukuran kecil yakni lebih kecil dari huruf standar dari

produk yang ditawarkan. Hal seperti ini dapat ditemui pada iklan produk operator

telepon seluler. Konsumen akan terkecoh dengan iklan yang bertanda asterisk

sebab tanda tersebut berukuran sangat kecil dan kemungkinan untuk dibaca

konsumen sangatlah kecil. Terkait dengan hal tersebut sebenarnya istilah ‘barang

yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan’ justru bertentangan dengan

undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang didalamnya

memberikan hak kepada konsumen untuk mengembalikan barang apabila terjadi

kerusakan atau karena sebab tertentu.

Dari berbagai contoh tersebut bahasa pada iklan mempunyai daya tarik

tersendiri di mana konsumen menjadi tertarik untuk mengingat bahkan secara

rasional dan emosional terdorong untuk membeli produk yang diiklankan. Bahasa

iklan memang sudah dirancang sedemikian rupa dan ada maksud tertentu dibalik

(24)

commit to user

halnya pada iklan, setiap bentuk tuturan pada dasarnya mengimplikasikan sesuatu.

Implikasi tersebut adalah maksud atau proposisi yang biasanya tersembunyi di

balik tuturan yang diucapkan dan bukan merupakan bagian langsung dari tutur

tersebut (Wijana, 1996: 37). Pada gejala demikian, apa yang dituturkan berbeda

dengan apa yang diimplikasikan. Hal ini senada dengan yang dinyatakan oleh

Noviani (2002: 79) yakni bahwa setiap pesan pada suatu iklan mempunyai dua

tingkatan makna yakni makna eksplisit dan implisit. Dari penjelasan diatas,

penelitian dengan pendekatan pragmatik harus dilakukan.

Dari berbagai macam jenis iklan yang ada, salah satu yang menarik adalah

iklan teh Sariwangi ditelevisi. Iklan tersebut mempunyai pesan sederhana tapi

bermanfaat, “Mari ngeteh, mari bicara”, disampaikan dengan cara mengena dan

lucu, ditambah dengan jingle berupa instrumen alunan denting piano yang dapat

membuat para pemirsa TV merasa nyaman saat menyaksikannya. Iklan tersebut

mungkin memberikan efek positif bagi konsumen yang menontonnya tetapi

makna implisit dalam iklan yang sebenarnya ingin disampaikan produsen masih

dapat dipertanyakan. Hal ini juga menjadi salah satu alasan mengapa penelitian ini

harus segera dilakukan.

Contoh lain adalah pada iklan teh Sariwangi versi "bocor". Situasi pada

iklan tersebut adalah pada saat hujan. Dalam rumah tersebut terjadi percakapan

antara dua orang yaitu seorang laki laki yang berperan sebagai ayah dan seorang

perempuan yang berperan sebagai ibu. Inti dari dialog dalam iklan tersebut adalah

tentang kesalahpahaman dan untuk menyelesaikannya ibu berinisiatif untuk

mengajak sang ayah minum teh. Harapan dari si ibu adalah bahwa setelah minum

(25)

commit to user

Selain iklan Sariwangi, ada beberapa jenis iklan produk-produk PT

Unilever Tbk yang menarik untuk dikaji. Unilever adalah perusahaan besar yang

berpusat di Jakarta dan memproduksi barang kebutuhan rumah tangga seperti

sabun dan makanan dengan merek yang terkenal. Sebanyak sebelas produk PT

Unilever Indonesia menduduki peringkat terbaik dalam Survei Indonesia Best

Brand (IBBA) 2009 yang digelar Majalah SWA dan lembaga riset pemasaran MARS. Sembilan produk di antaranya meraih Platinum Award selama lima tahun

berturut-turut. Seperti dikutip dari website http://www.unilever.co.id/ yang

merupakan situs resmi PT Unilever Tbk, sebagian besar dari produk PT Unilever

merupakan produk berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Jika diperhatikan,

dalam situs resmi PT Unilever tersebut ditulis tertulis ‘160 million times a day,

someone somewhere chooses a Unilever product. From feeding your family to keeping your home clean and fresh, our brands are part of everyday life.’ Seratus

enam puluh juta kali per hari, seseorang dimanapun memilih produk PT Unilever,

dari memberi makan keluarga sampai menjaga rumah tetap bersih dan segar,

brand kami adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pernyataan

tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa selain menciptakan produk, PT Unilever

juga memberikan nilai lebih kepada masyarakat, hal ini menyebabkan

produk-produknya cenderung dikenal.

Penelitian ini difokuskan pada penggunaan penuturan iklan di media

elektronik yaitu televisi. Hampir semua acara di stasiun televisi swasta padat

dengan tayangan iklan. Meskipun hanya dalam hitungan detik, dalam sekali break

bisa sepuluh jenis iklan yang dimunculkan. Pemahaman konsumen terhadap pesan

(26)

commit to user

Sementara itu, persepsi konsumen terhadap suatu iklan menentukan berhasil

tidaknya suatu iklan. Produsen sebagai kreator iklan idealnya sudah

memperhitungkan secara matang dampak persepsi tersebut. Dalam

perkembangannya terakhir, banyak iklan yang harus diganti karena alasan dari

persepsi konsumen.

Berdasarkan kelebihan yang dimiliki oleh media televisi, maka para

produsen memilih dan mengiklankan produknya melalui media tersebut. Oleh

karena itu, peneliti juga memilih iklan televisi sebagai objek penelitian dengan

penelitian yang berjudul “Bahasa pada Dialog Iklan Produk-Produk PT Unilever

Tbk di Televisi Swasta Indonesia (Kajian Pragmatik).”

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Dari sekian banyak perusahaan yang memasarkan produknya di Indonesia,

yang terkenal dan gencar menayangkan beragam produk melalui iklan adalah PT

Unilever Tbk. Perusahaan berskala besar ini berkembang dengan berfokus pada

produk kosmetik, makanan, minuman, dan barang keperluan sehari-hari. Iklan

produk barang PT Unilever tersebut tentunya tidak hanya muncul dimedia cetak,

radio, internet tetapi juga pada media televisi. Televisi merupakan media yang

sangat menarik karena beragam acara dapat disaksikan melalui media ini. Dalam

media tersebut, yang menarik untuk dikaji adalah bahasa iklan yang menggunakan

struktur kata yang sangat sederhana, singkat, tetapi kadang sangat sulit untuk

dimengerti maknanya. Selanjutnya, penghilangan salah satu kata, penghilangan

subjek, dan pembalikan struktur kata dalam kalimat adalah salah satu bagian dari

(27)

commit to user

Terkait dengan fenomena bahasa iklan, banyak sekali masalah yang bisa

dikaji. Pertama, secara tidak langsung iklan ditujukan untuk mempengaruhi

konsumen dengan berbagai cara. Hal ini bisa menyebabkan multitafsir pada iklan

karena antara produsen dengan konsumen tidak bertemu secara langsung. Contoh

nyata adalah pada iklan produk laptop dengan harga “2 jutaan”. Pada kenyataanya

harga laptop tersebut tidak akan seharga dua juta rupiah melainkan bisa mencapai

dua juta sembilan ratus ribu rupiah. Begitu juga pada iklan kosmetik yang

menuliskan “dapat digunakan di usia 30-an dan menjelang 40 tahun”. Usia tiga

puluh sembilan boleh jadi masuk dalam kategori usia 30-an karena terkesan lebih

muda. Begitu juga dengan penggunaan kata menjelang 40 tahun yang terkesan

lebih muda. Masing-masing produsen iklan berjuang untuk mengungkapkan

karakteristik model iklan dalam bahasa tuturan yang secara pragmatik sedikit

banyak memiliki pertentangan arti. Bahkan didalam iklan cenderung terdapat

ambiguitas baik bentuk maupun makna. Segala kemungkinan bentuk desain iklan

diekspresikan dengan berbagai cara agar tujuan tercapai. Kaidah-kaidah,

norma-norma, peraturan yang berlaku tertulis atau tidak tertulis, ikut memaksa para

produsen sebagai kreator periklanan untuk lebih berkreasi di tengah ketatnya

persaingan sistem ide dan gagasan.

Kedua, banyak sekali terjadi penyimpangan morfologis pada tata bahasa.

Tata bahasa pada iklan memang berbeda dengan tata bahasa pada umumnya dan

bahkan beberapa iklan yang tidak mematuhi aturan tata bahasa seperti pada iklan

produk Teh Gelas di RCTI “Alaminya bikin semua kebaikan.” Ketiga, para

produsen sering kali menampilkan gaya bahasa yang terkait dengan fitur-fitur

(28)

commit to user

memiliki gagasan utama (headline) berbahasa asing dan juga berbahasa Indonesia,

atau bahkan pada headline sudah terjadi penggabungan antar bahasa. Contohnya

pada saat bulan Ramadhan dan Lebaran banyak ditemui promosi seperti ‘Buffet

Buka Puasa’, ‘Lebaran Sale’, ‘Lebaran Great Promo’, ‘Up to 50% Off!’ dan

masih banyak lagi. Berdasarkan pada uraian tersebut maka bahasa pada dialog

iklan pada produk-produk PT Unilever Tbk sangat menarik untuk dikaji terutama

dengan sudut pandang pragmatik yang mempertimbangkan konteks dalam

kajiannya.

1.3. PEMBATASAN MASALAH

Sebagai salah satu jenis wacana, iklan merupakan sebuah model

komunikasi yang khas sebab iklan mempunyai keunikan dalam desain dan bahasa

dan hal ini menyebabkan iklan ini berbeda dengan bentuk komunikasi wacana

tulis atau lisan yang lain. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan iklan PT

Unilever karena perusahaan ini merupakan salah satu produsen yang menjadi

pioner dan keunggulan produknya pun sudah tidak diragukan lagi. PT Unilever

gencar sekali pada misi sosial dan kemanusiaan, sehingga hubungan emosional

dengan konsumen dapat terus terjaga. Hal ini terlihat dari pembelanjaan iklan dan

promosi yang telah mendorong pertumbuhan penjualan di tengah pasar yang

kompetitif.

PT Unilever Indonesia sebagai salah satu perusahaan dengan belanja iklan

terbesar menurut majalah marketing (Top Brand Survey, edisi khusus 2007).

Berbagai produk yang diciptakan oleh PT Unilever menyebabkan perusahaan ini

(29)

commit to user

menarik untuk diteliti dalam hal penggunaan bahasanya.

Dalam penelitian bahasa iklan pada produk-produk PT Unilever banyak

dijumpai berbagai masalah. Hal itu disebabkan karena bidang kajian sangat luas

cakupannya. Oleh karena itu, penelitian ini hanya dibatasi pada empat

permasalahan, yakni mengenai penggunaan fungsi bahasa pada iklan,

prinsip-prinsip kerjasama (cooperative principles), implikatur, dan penerapannya dalam

dialog iklan sehingga konsumen terpengaruh. Bahasa dalam bentuk dialog atau

percakapan tersebut diteliti dengan menggunakan pendekatan pragmatik yang

mempertimbangkan konteks.

1.4. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian, identifikasi dan pembatasan

masalah, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu:

(1) Apa sajakah fungsi bahasa pada dialog iklan produk-produk PT Unilever

Tbk di televisi swasta Indonesia?

(2) Bagaimanakah penerapan prinsip kerjasama yang terjadi pada dialog iklan

produk-produk PT Unilever Tbk di televisi swasta Indonesia?

(3) Bagaimana wujud pengungkapan implikatur percakapan yang terjadi pada

dialog iklan produk-produk PT Unilever Tbk di televisi swasta Indonesia?

(4) Mengapa iklan produk-produk PT Unilever Tbk dapat mempengaruhi

konsumen sebagai target audience melalui tayangan iklannya di stasiun

(30)

commit to user 1.5. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

(1) Memahami dan menjelaskan fungsi bahasa pada dialog iklan

produk-produk PT Unilever Tbk di televisi swasta Indonesia.

(2) Menjelaskan penerapan prinsip kerjasama yang terjadi pada dialog iklan

produk-produk PT Unilever Tbk di televisi swasta Indonesia.

(3) Mendeskripsikan dan menjelaskan wujud pengungkapan implikatur

percakapan yang terjadi pada dialog iklan produk-produk PT Unilever

Tbk di televisi swasta Indonesia.

(4) Menjelaskan alasan yang menyebabkan iklan produk PT Unilever Tbk

dapat mempengaruhi konsumen melalui tayangan iklannya di televisi

swasta Indonesia.

1.6. MANFAAT PENELITIAN

Pada hakikatnya penelitian dilakukan untuk mendapatkan manfaat.

Manfaat dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan

praktis.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis merupakan manfaat yang berkenaan dengan ilmu

pengetahuan, dalam hal ini ilmu pragmatik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan tambahan pengetahuan baik kepada peneliti maupun pembaca

mengenai analisis pragmatik terutama pada bentuk penerapan prinsip-prinsip

(31)

commit to user

percakapan. Berdasarkan pada teori implikatur dan fungsi bahasa maka konsumen

dapat lebih memahami ciri khas beserta isi pesan iklan yang terkandung

berdasarkan penafsiran yang terbentuk oleh pengetahuan dasar yang digunakan

sehingga iklan tersebut menjadi efektif dan efisien.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini bagi konsumen adalah (a) mengetahui

fungsi bahasa iklan yang diterapkan pada dialog iklan (b) memberikan wacana

baru mengenai bagaimana memahami iklan berdasarkan konteks sehingga

meminimalkan kesalahpahaman dalam menafsirkan makna iklan; (c) diharapkan

agar mereka nantinya akan lebih kritis dalam menerima suatu tayangan iklan di

media; (c) sebagai pijakan studi tentang efektifitas penggunaan bahasa dalam

tayangan iklan di televisi.

Bagi produsen, penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan untuk

pembuatan iklan yang baik dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Hasil

penelitian ini diharapkan mampu memberikan kritik bagi produsen agar dapat

menggunakan bahasa yang baik dan santun pada saat beriklan. Penelitian ini juga

diharapkan dapat digunakan bagi para pembelajar bahasa Indonesia yang ingin

memiliki kemampuan berbahasa Indonesia dengan memperhatikan konteks.

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN TESIS

Sistematika penulisan diperlukan untuk mempermudah penguraian

masalah pada penelitian, agar cara kerja penelitian menjadi lebih terarah,

terperinci, dan jelas. Penulisan yang sistematis membantu pembaca dalam

(32)

commit to user

tersusun atas lima bab. Kelima bab tersebut adalah sebagai berikut.

Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

dan manfaat penelitian. Bab kedua tentang landasan teori yang berisi konsep

fungsi bahasa pada dialog iklan, dan prinsip-prinsip kerjasama (cooperative

principles) yang terdiri dari empat maksim, implikatur dan pragmatik. Bab ketiga

membahas metode penelitian yang berisi jenis dan bentuk penelitian, sumber data,

teknik sampling, metode penyediaan data, teknik penyediaan data, keabsahan

data, analisis data dan penyajian hasil analisis data. Bab keempat berisi hasil

analisis dan pembahasan dengan kajian pragmatik sesuai dengan masalah yang

akan dikaji, yaitu mengenai bahasa iklan produk PT Unilever Tbk. Bab kelima

berisi kesimpulan dan saran sesuai dengan analisis dan pembahasan yang

(33)
(34)

commit to user BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN

KERANGKA BERPIKIR

2.1. KAJIAN TEORI

2.1.1. Konsep Pragmatik

Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai berbagai macam rangkaian

kata yang tersusun rapi diberbagai media. Ketika membaca rangkaian kata

tersebut, orang biasanya berusaha untuk memahami tidak hanya struktur katanya

saja tetapi juga berusaha memahami maksud dari rangkaian kata tersebut. Tetapi

tidak semua orang dapat memahami makna kontekstual dari setiap dialog iklan

yang muncul di media tersebut. Banyak di antara mereka yang hanya dapat

memahami dialog iklan-iklan tersebut secara konvensional saja.

Kesulitan konsumen untuk memahami secara kontekstual dialog-dialog

yang digunakan pada iklan adalah karena mereka memiliki pengertian dan dasar

analogi sendiri mengenai makna yang terkandung pada bahasa tersebut. Hal ini

akan sangat berbeda apabila dikaitkan dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh

produsen. Oleh karena itu, pragmatik sangat diperlukan dalam usaha menguraikan

maksud pembicara dengan memperhitungkan konteks. Purwo (1990: 16)

mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna tuturan (utterance)

(35)

commit to user

bahasa secara pragmatik ialah memperlakukan bahasa dengan mempertimbangkan

konteksnya, yakni penggunaannya pada peristiwa komunikasi (Purwo, 1990: 31).

Dalam buku yang berjudul The Principles of Pragmatics, Leech (1983: 1),

mengatakan bahwa kita tidak dapat memahami bahasa kecuali kita memahami

pragmatik yaitu bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi.

Leech (1983: 76) berpendapat bahwa,

“Language consists of grammar and pragmatics. Grammar is an abstract formal system for producing and interpreting messages. General pragmatics is a set of strategies and principles for achieving success in communication by the use of grammar. Grammar is functionally adapted in the extent that it possesses properties which facilitate the operation of pragmatic principles.”

Dalam kalimat tersebut dinyatakan dengan jelas bahwa bahasa terdiri dari

tata bahasa dan pragmatik. Tata bahasa digunakan untuk menghasilkan dan

menerjemahkan pesan sedangkan pragmatik adalah rangkaian prinsip-prinsip

yang digunakan agar komunikasi berjalan dengan baik. Pragmatik didefinisikan

oleh Yule (1996: 3) sebagai (a) bidang yang mengkaji makna pembicara; (b)

bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (c) bidang kajian tentang

makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau

terkomunikasikan oleh pembicara; (d) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi

menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan

tertentu. Yule (1996: 84) juga menyatakan bahwa

(36)

commit to user

Pengertian kalimat diatas adalah bahwa sudut pandang pragmatik lebih

berfokus pada apa yang tidak dikatakan tetapi dikomunikasikan oleh penutur.

Pragmatik berfokus kepada interaksi sosial dan melihat pada bentuk dan struktur

pada teks. Selain itu pragmatik juga memberikan perhatian kepada konsep-konsep

psikologi seperti latar belakang pengetahuan, kepercayaan,dan harapan. Dengan

demikian pragmatik cenderung mengkaji apa yang akan disampaikan penutur.

Berbeda dengan Yule, Stephen C. Levinson (1991: 5) memberikan

pengertian bahwa “Pragmatics is the study of language usage”. Teori ini

menjelaskan bahwa pragmatik merupakan studi tentang penggunaan bahasa. Teori

ini didasari oleh pemikiran sebelumnya yaitu: “Pragmatics is the study of those

relations between language and context that are grammaticalized, or encoded in

the structure of a language”. Pragmatik merupakan studi terhadap aspek-aspek

yang hanya berhubungan dengan bahasa dan konteks yang berkaitan dengan

penulisan dalam grammar. Selain itu pragmatik mempelajari bagaimana bahasa

digunakan dalam komunikasi (Leech, 1983: 1; Wijana, 1995: 46). Bertolak dari

beberapa pendapat diatas maka dapat ditegaskan bahwa pragmatik adalah studi

kebahasaan yang mempelajari makna dari ujaran berdasarkan pada konteks

bahasa.

Untuk memahami makna dalam iklan juga diperlukan konteks sehingga

makna menjadi jelas. Bahasa iklan juga akan lebih tepat dikaji apabila

menggunakan pendekatan pragmatik karena bahasa iklan adalah terkait dengan

speaker’s meaning yaitu mengapa produsen iklan berkata demikian dan apa

(37)

commit to user

2.1.2. Konsep Implikatur Percakapan (Conversational Implicature)

Implikatur merupakan salah satu bagian penting dalam ilmu pragmatik.

Implikatur dikemukakan oleh seorang filsuf bemama Paul Grice dalam suatu

ceramah William James di Universitas Harvard pada tahun 1967. Tulisan Grice

yang diberi judul "Logic and Conversation" diajukan untuk menanggulangi

persoalan-persoalan makna kebahasaan yang tidak dapat dijelaskan oleh teori

linguistik biasa. Menurut Grice (dalam Brown and Yule, 1983: 31), implikatur

adalah apa yang dimaksud oleh penutur berbeda dengan apa yang dikatakan oleh

penutur. Yule (1996: 35) juga mengatakan bahwa implikatur adalah sebuah

informasi tambahan. Sebagai contoh adalah ketika terjadi percakapan antara dua

orang yaitu tuturan A terhadap B berikut: (A) Besok saya akan mengadakan pesta

pernikahan anak saya dan (B) Saya harus kembali ke Jakarta besok pagi.

Secara konvensional percakapan di atas mempunyai maksud bahwa A

memberikan informasi bahwa ia akan mengadakan acara pesta pernikahan

anaknya dan B juga menginformasikan bahwa pada saat A mengadakan acara, B

memiliki acara lain secara bersamaan. Namun, ternyata ada makna yang lebih

jauh dari percakapan di atas dan ini dapat dijelaskan melalui implikatur

percakapan. Tuturan A kepada B sebenarnya tidak semata-mata sebagai informasi

akan acara yang hendak ia lakukan, tetapi ada maksud lain dibalik tuturan

tersebut, yaitu A bermaksud mengundang B untuk datang pada acara tersebut.

Sedangkan jawaban B juga memiliki maksud yaitu menyatakan ketidaksanggupan

B untuk menghadiri acara A. Hal ini dapat dikatakan sebagai ungkapan penolakan

B terhadap undangan A dengan cara yang lebih halus dan tidak menyinggung

(38)

commit to user

tersebut. Dari deskripsi diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu konsep yang

penting dalam ilmu pragmatik ialah konsep implikatur percakapan. Konsep ini

dipakai untuk menerangkan perbedaan yang sering terdapat antara apa yang

diucapkan dengan apa yang diimplikasi. Contoh implikatur yang lain adalah pada

iklan berikut.

DISEWA RUDY

081931714161

Kata-kata seperti pada iklan diatas banyak terpampang pada spanduk besar

dan dapat ditemui di beberapa tempat atau lokasi ruko dan rumah yang dijual.

Iklan sederhana tersebut sebenarnya bermaksud menawarkan sebuah ruko atau

rumah yang disewakan, dan bagi mereka yang berminat diharapkan untuk

menghubungi Rudy pada nomor ponsel yang tertera. Ketika, misalnya, ada

seseorang yang berucap “Mengapa si Rudy itu sombong sekali? Ia bisa menyewa

ruko sebesar itu dan dia juga memasang tulisan yang besar yang disertai nomor

handphone,” ujar seorang teman anggota The A Central Property Solo yang

berboncengan ketika motor mereka berhenti di depan ruko yang ‘disewa’ tersebut.

Nampaknya orang tersebut benar jika menginterpretasikan rangkaian kata itu

menjadi ‘ruko ini disewa oleh Rudy’ karena memang itulah artinya, meskipun

maksud dari pemasang iklan adalah tidak demikian.

Implikatur percakapan (conversational implicature) merupakan konsep

yang penting dalam pragmatik karena empat hal (Levinson, 1983:97). Pertama,

konsep implikatur memungkinkan penjelasan fakta-fakta kebahasaan yang tidak

terjangkau oleh teori linguistik. Kedua, konsep implikatur memberikan penjelasan

(39)

commit to user

implikatur dapat menyederhanakan struktur dan isi deskripsi semantik. Keempat,

konsep implikatur dapat menjelaskan beberapa fakta bahasa secara tepat. Sebagai

contoh adalah pada suatu dialog yaitu antara A dan B pertanyaan A ‘Jam berapa

sekarang?’ dan jawaban B ‘Korannya sudah datang.’

Contoh klasik pada kalimat (A) dan (B) tidak berkaitan secara

konvensional. Namun pembicara kedua sudah mengetahui bahwa jawaban yang

disampaikannya sudah cukup untuk menjawab pertanyaan pembicara pertama,

sebab dia sudah mengetahui jam berapa koran biasa diantarkan. Implikatur

percakapan mengacu kepada jenis kesepakatan bersama antara penutur dan lawan

tuturnya. Kesepakatan yang dimaksud adalah dalam hal pemahaman yakni bahwa

yang dibicarakan harus saling berhubungan. Hubungan itu sendiri tidak terdapat

pada masing-masing ujaran. Artinya, makna keterkaitan itu tidak diungkapkan

secara harafiah pada ujaran itu.

Dalam iklan, produsen sering tidak mengutarakan maksudnya secara

langsung dan hal yang akan disampaikan malah cenderung disembunyikan. Dalam

pragmatik, implikatur percakapan memiliki pengertian yang lebih beragam karena

pemahaman terhadap suatu pesan pada iklan sangat bergantung pada konteks

terjadinya percakapan. Dalam hal ini, implikatur percakapan muncul pada suatu

tindak tutur (speech act) karena hanya terjadi pada suatu percakapan dan bersifat

sementara.

Implikatur digunakan untuk memperhalus tuturan, menjaga etika

kesopanan, menyindir dengan tidak langsung, dan menjaga agar tdak

menyinggung perasaan secara langsung. Dalam tuturan implikatif, penutur dan

(40)

commit to user

maka akan terjadi suatu kesalahpahaman atas tuturan yang terjadi di antara

keduanya. Dalam hubungan timbal balik di konteks budaya Indonesia,

penggunaan implikatur terasa lebih sopan, misalnya untuk tindak tutur menolak,

meminta, memberi nasihat, menegur, dan sebagainya. Tindak tutur yang

melibatkan emosi mitra tutur pada umumnya lebih diterima jika disampaikan

dengan implikatur.

Kemampuan untuk memahami suatu implikatur dalam sebuah tuturan juga

tergantung pada kompetensi linguistik yang dikuasai seseorang. Seorang penutur

tidak mungkin menguasai seluruh unsur bahasa karena kompetensi linguistik

seseorang itu terbatas. Namun dengan keterbatasan ini, seorang penutur mampu

menghasilkan ujaran yang tidak terbatas. Seorang penutur dan lawan tutur akan

mampu memahami dan menghasilkan ujaran baru yang benar-benar baru dalam

bahasanya.

Dalam pragmatik yang perlu diperhatikan adalah konteks yang mendasari

tuturan selama tuturan tersebut berlangsung. Analisis yang mempertimbangkan

konteks dikenal dengan metode kontekstual. Konteks itu sendiri menurut Brown

dan Yule (1983) didefinisikan sebagai lingkungan dimana bahasa itu digunakan.

Lingkungan yang dimaksud meliputi lingkungan fisik, non fisik dan sosial.

Lingkungan fisik tuturan disebut koteks (cotext) sedangkan lingkungan fisik dan

sosial disebut disebut konteks (context).

Secara garis besar, konteks dibedakan atas dua kategori, yakni konteks

linguistik dan konteks ekstralinguistik. Konteks linguistik adalah konteks yang

berupa unsur-unsur bahasa yang mencakup penyebutan kata depan, sifat kata

(41)

commit to user

konteks selain unsur-unsur bahasa. Konteks ekstralinguistik itu mencakup

praanggapan, partisipan, topik atau kerangka topik, latar, saluran, dan kode.

Hymes, Brown (dalam Louise Cummings, 2007:190) menyatakan bahwa

komponen-komponen tutur yang merupakan ciri-ciri konteks, ada delapan macam,

yaitu: (1) penutur (addresser); (2) pendengar (addresse); (3) pokok pembicaraan

(topic); (4) latar (setting); (5) penghubung: bahasa lisan atau tulisan (channel); (6)

dialek (code); (7) bentuk pesan (message); (8) peristiwa tutur (speech event).

Tanpa memperhatikan konteks, kesalahpahaman dalam komunikasi akan terjadi.

Dengan demikian, konteks menjadi sangat penting dalam berkomunikasi karena

pada dasarnya konteks adalah salah satu kunci untuk memahami makna implisit

dari sebuah tuturan.

2.1.3. Prinsip Kerjasama (Cooperative Principle)

Terkait dengan teori prinsip kerjasama, banyak pendapat yang muncul dari

berbagai ahli seperti Sperber dan Wilson (1987) yang menyederhanakan maksim

kerjasama menjadi satu maksim yakni maksim relevansi saja. Kemudian Levinson

(1983: 111) yang mengungkapkan ketidaksetujuannya atas maksim relevansi

sebab maksim maksim tersebut dapat menimbulkan implikatur yang melebihi apa

yang dikemukakan oleh penutur. Leech (1983: 80) menyatakan bahwa maksim

berlaku secara berbeda pada konteks yang berbeda pula. Namun sebenarnya tidak

ada prinsip yang berlaku mutlak.

Mengenai pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa implikatur percakapan

muncul pada suatu tindak percakapan yakni tentang makna pesan percakapan

(42)

commit to user

seperangkat asumsi yang melingkupi dan mengatur kegiatan percakapan sebagai

suatu tindak berbahasa (speech act). Grice (sebagaimana dikutip oleh Levinson,

1983: 101) berpendapat bahwa pelaksanaan percakapan itu dipandu oleh

seperangkat asumsi. Asumsi tersebut didasarkan atas pertimbangan rasional dan

dapat dirumuskan sebagai panduan untuk menggunakan bahasa secara efektif dan

efisien dalam percakapan.

Asumsi yang memandu tindakan orang dalam percakapan adalah prinsip

kerjasama atau biasa disebut dengan istilah cooperative principle. Bila sebagai

retorika tekstual, pragmatik membutuhkan prinsip-prinsip kerjasama (cooperative

principles). Dalam komunikasi yang wajar, seorang penutur mengartikulasikan

ujaran untuk mengomunikasikan sesuatu kepada lawan bicara dan berharap lawan

bicaranya dapat memahami apa yang disampaikan. Dalam melaksanakan

'kerjasama' pada tindak percakapan, setiap penutur harus mematuhi empat maksim

percakapan (maxim of conversation), yaitu: (1) maksim kuantitas (maxim of

quantity) yakni berilah jumlah informasi yang tepat, buatlah sumbangan anda

seinformatif yang diperlukan dan jangan membuat sumbangan anda lebih

informatif dari yang diperlukan; (2) maksim kualitas (maxim of quality) yakni

buatlah sumbangan atau kontribusi anda sebagai sesuatu yang benar, jangan

mengatakan apa yang anda yakini salah, dan jangan mengatakan sesuatu yang

anda tidak memiliki bukti; (3) maksim hubungan (maxim of relation) yakni

jagalah kerelevansian; (4) maksim cara (maxim of manner) yaitu tajamkanlah

pikiran, hindari ungkapan yang membingungkan, hindari ambiguitas, bicaralah

secara singkat, bicaralah secara teratur (Brown & Yule, 1983: 32). Prinsip

(43)

commit to user

Oleh karena itu, secara normatif setiap penutur harus mematuhinya.

Namun, kadang-kadang prinsip itu tidak selamanya dipatuhi. Sehingga

dalam suatu percakapan banyak ditemukan pelanggaran terhadap prinsip

kerjasama tersebut. Pelanggaran terhadap prinsip itu tidak berarti kegagalan dalam

suatu percakapan. Pelanggaran tersebut barangkali justru disengaja oleh penutur

untuk memperoleh efek implikatur dalam tuturan yang diucapkannya, misalnya

untuk berbohong, mengejek, atau bergurau. Berikut dibandingkan ketiga dialog

percakapan yang terjadi di sebuah kantor.

(6) A: (Saya mau ke belakang) Apakah ada kamar kecil di sini?

B: Ada, di rumah.

(7) A: (Saya agak pusing) Ada Bodrex?

B: Ada, di rumah.

(8) A: (Saya agak pusing) Ada Bodrex?

B: Ada di laci meja saya.

Prinsip kerja sama dalam percakapan tersebut dilanggar pada contoh (6)

dan (7), tetapi tidak dilanggar pada contoh (8). Kadar pelanggaran pada (7) masih

dapat diterima. Jawaban si B pada (7) dapat ditafsirkan sebagai tindakan

mengajak bergurau si A. Dengan perkataan lain, keterkaitan di antara kalimat si B

dan kalimat si A pada (7) masih dapat direka dan upaya untuk mengaitkan A

dengan B lebih sulit dilakukan pada dialog (6).

Konsep tersebut merujuk pada implikasi pragmatis tuturan akibat adanya

pelanggaran prinsip percakapan, yaitu prinsip kerjasama di dalam suatu peristiwa

percakapan dengan situasi tutur tertentu. Pemahaman implikatur percakapan juga

(44)

commit to user

penuh dengan berbagai permainan kata.

2.1.4. Kegunaan Implikatur

Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, namun kadang kala

informasi yang dituturkan oleh seseorang sulit dipahami dan memiliki maksud

tertentu. Oleh karena itu setiap manusia harus dapat memahami maksud tuturan

yang diucapkan oleh lawan tuturnya. Dalam hal ini tidak hanya sekedar mengerti

apa yang telah diujarkan oleh si penutur tetapi juga konteks yang digunakan

dalam ujaran tersebut. Pada kehidupan nyata, banyak ditemui penggunaan bahasa

yang menimbulkan salah paham yang menyebabkan maksud dan informasi dari

sebuah ujaran tidak tersampaikan dengan baik.

Dapat kita ketahui berapa banyak macam penggunaan bahasa yang bersifat

implikatif seperti iklan, kolom-kolom baris di surat kabar, SMS (Short Message

Service), Yahoo, Google Adsense, jejaring sosial Facebook, Friendster, Twitter,

tindak tutur dalam percakapan di telepon, bahkan tindak tutur yang terjadi secara

langsung antara dua orang atau lebih. Untuk memahami bentuk-bentuk bahasa

yang implikatif perlu adanya pengajian dan analisis yang mendalam. Selain itu,

dalam mengkaji dan menganalisis memerlukan kepekaan dengan konteks yang

melingkupi peristiwa kebahasaan itu.

Menurut Levinson (1991: 97-100) implikatur atau konsep mengenai

implikatur dalam kajian pragmatik memiliki sekurang-kurangnya empat

kegunaan, yaitu: (a) memungkinkan diperolehnya penjelasan fungsional yang

bermakna terhadap fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori-teori

(45)

commit to user

eksplisit tentang bagaimana kemungkinan pemakai bahasa dapat menangkap

pesan; walaupun yang diucapkan secara lahiriah berbeda dari apa yang dimaksud;

(c) dapat menyederhanakan pemerian semantik dari perbedaan hubungan antar

klausa, walaupun klausa klausa itu dihubungkan dengan kata-kata struktur yang

sama; (d) dapat menerangkan berbagai macam fakta kebahasaan yang secara

lahiriah tidak berkaitan.

2.1.5. Fungsi Bahasa Iklan

Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak dapat hidup

tanpa orang lain. Bahasa merupakan penghubung utama dalam berkomunikasi

antar manusia. Dalam iklan, bahasa digunakan sedemikian rupa sehingga tujuan

tercapai dengan baik. Dengan demikian, penggunaan bahasa dalam iklan juga

mempunyai tujuan tersendiri dengan para konsumen sebagai sasarannya. Tujuan

penggunaan bahasa itu antara lain adalah untuk membentuk persepsi, mengubah

sikap, dan akhirnya mempengaruhi tindakan para konsumen. Oleh karena itu,

bahasa yang tertuang dalam iklan merupakan hasil olahan yang cermat agar iklan

itu mencapai hasil yang maksimal.

Membahas fungsi bahasa sama artinya dengan membahas penggunaan

bahasa karena bahasa tidak akan bermakna jika bahasa tersebut tidak digunakan

atau difungsikan (Halliday dan Hasan, 1985: 17). Menurut M.A.K. Halliday

(1976) bahasa memiliki tujuh fungsi. Pertama, fungsi instrumental (the

instrumental function) atau direktif yakni fungsi bahasa yang berorientasi pada

mitra tutur. Ini dapat diartikan bahwa penutur tidak hanya membuat pendengar

(46)

commit to user

dengan yang direncanakan penutur seperti perintah, rayuan, maupun permohonan.

Sebagai contoh dari fungsi instrumental adalah kalimat 'Masuklah ke Solo Square

Mall itu lalu naiklah ke lantai 3! Kedua, fungsi representasional (the representational function) atau deklaratif adalah bahasa berfungsi untuk membuat

pernyataan, menyampaikan fakta maupun pengetahuan, maupun menjelaskan

realitas yang sebenarnya. Contoh dari fungsi representational adalah 'Perjalanan

ke Candi Gedung Songo cukup melelahkan karena jalan yang sangan menanjak

dan curam.' Ketiga, fungsi interaksional (the interactional function) atau ekspresif

yaitu bahasa yang berfungsi untuk menjalin interaksi sosial yakni hubungan

penutur dan mitra tutur. Fungsi ini untuk menjalin kontak dan menjaga hubungan

sosial,seperti sapaan, basa-basi, simpati, atau penghiburan. Fungsi interaksional

dapat ditemukan dalam percakapan sehari hari seperti kalimat pertanyaan 'Halo,

apa kabar? Dari mana?'

Keempat, fungsi personal (the personal function) yakni fungsi bahasa yang

berorientasi pada penutur. Dalam fungsi ini penutur dapat mengemukakan

pendapat, pikiran, sikap, atau mengekspresikan perasaannya sehingga dapat

diketahui apakah penutur sedang marah, sedih, ataupun gembira. Contoh dari

fungsi personal adalah terdapat pada ungkapan berikut 'Saya bahagia sekali hari

ini karena ibu membelikan saya pulsa.' Kelima, fungsi heuristik (the heuristic function) atau interpretasi yakni bahasa berfungsi sebagai alat untuk menyelidiki

realitas atau sesuatu. Dengan kata lain bahasa berfungsi untuk memperoleh

pengetahuan dari lingkungan sekitar, untuk belajar, untuk memperoleh informasi,

seperti pertanyaan atau permintaan penjelasan atas sesuatu hal. Contohnya adalah

(47)

commit to user

bukan hanya mencari fakta tetapi juga mencari penjelasan terhadap fakta-fakta

tersebut.

Keenam, fungsi regulatoris (the regulatory function) yakni bahasa

digunakan untuk memberikan instruksi dan aturan kepada orang lain. Dalam hal

ini penutur dapat mempengaruhi sikap atau pendapat orang lain. Berikut ini

adalah contoh kalimat yang mempunyai fungsi regulatoris 'Kamu hendaknya tidak

bersikap seenaknya.' Ketujuh, fungsi imajinatif (the imaginative function) yakni

bahasa berfungsi sebagai pencipta sistem khayalan dan gagasan. Sebagai contoh

adalah pada ungkapan 'Saat aku terbang nanti, aku kan melihat bintang-bintang

bersinar didepanku.'

Bahasa iklan tidak hanya menampilkan bentuk-bentuk verbal yang bersifat

lugas, tetapi juga menyiratkan daya persuasif yang tinggi di balik bentuk verbal

tersebut. Konsumen diharapkan untuk tidak hanya membaca yang tersurat, tetapi

juga tergiring untuk menangkap yang tersirat di balik bahasa iklan itu. Untuk

menggambarkan ekspresi hubungan antara teks media dengan realitas, konsep

representasi sering digunakan.

Iklan di media televisi seringkali memunculkan ide-ide tertentu sehingga

membutuhkan proses kreatif agar sebuah iklan dapat dipahami oleh pemirsa.

Noviani (2002: 32) menerangkan kriteria proses kreatif dalam pembuatan sebuah

iklan yang baik yaitu antara lain (a) single message atau pesan tunggal yaitu pesan

tidak boleh bertele-tele, harus tunggal dan fokus sehingga khalayak dapat

memahaminya dengan utuh; (b) entertaining yaitu iklan hendaknya menghibur,

atau memiliki kandungan humor, karena khalayak sasaran biasanya terlalu lelah

Gambar

TABEL I.1   Tabel klasifikasi data berdasarkan teori M.A.K Halliday
GAMBAR II
gambar dan suara. Televisi bertumbuh lebih cepat dibandingkan dengan media
Tabel VII.1 Transkrip Dialog Iklan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tindakan secara empirik yaitu: melalui penerapan metode Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia materi memahami

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menjelaskan 1) penerapan prinsip kerja sama dan kesantunan pada siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan